Anda di halaman 1dari 6

makalah perpustakaa islam pada masa keemasan

PERPUSTAKAAN PADA MASA PERADABAN MASYRAKAT ISLAM


by Indra Gunawan
intheramarbun@yahoo.co.id

Abstrak

Perpustakaan dapat diibaratkan sebagai telaga ilmu yang tidak pernah kering. Kehadirannya
di tengah-tengah masyarakat telah membuktikan kemampuannya di dalam memberikan
cahaya untuk meningkatkan martabat sesuatu bangsa.

Semenjak manusia mulai berkomunikasi melalui tulisan yang dituliskan pada ketulan tanah,
batu, daun, tulang, kayu, kertas dan akhir-akhir ini media elektronik, perpustakaan dijadikan
wahana di mana isi kandungannya dimanfaatkan. Tanpa perpustakaan, kesinambungan
tamadun manusia akan kehilangan landasan. (Ahmad Shillaby,1976)

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan dan munculnya karya tulis
para sarjana, berkembang pula produksi kertas yang tersebar luas di seluruh wilayah Islam.
Hal ini kemudian memberikan dorongan besar tidak saja bagi gerakan penulis, penerjemahan
dan pengajaran, akan tetapi juga berpengaruh pada gerakan pengumpulan naskah. Keadaan
ini berlangsung ketika seluruh peradaban muslim dilanda debat hebat, dan buku menjadi
kunci utama untuk menyampaikan gagasan. Kebutuhan akan buku menyebabkan merebaknya
perpustakaan di berbagai penjuru dunia Islam. Mereka berlomba untuk membeli karangan-
karangan ilmiah dari para penulisnya begitu selesai ditulis. Sangatlah jarang istana, majid-
masjid, dan madrasah tidak memiliki perpustakaan, termasuk pada hartawan dan ulama yang
cinta akan ilmu pengetahuan, hampir semuanya memiliki perpustakaan (Suwito dan Fauzan
(ed.),2005:36).

BAB II

PERMASALAHAN

1. Bagaimana latar belakang perpustakaan pada masa peradaban masyarakat islam?

2. Ada berapa jenis perpustakaan pada masa peradaban masyarakat islam?

3. Bagaimana peran perpustakaan pada masa peradaban masyarakat islam?

BAB III
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perpustakaan pada Masa Peradaban Masyarakat Islam

Secara historis perpustakaan islam telah memberikan banyak kontribusi dalam sejarah
perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat, khususnya dikalangan
masyrakat islam. Isu perpustakaan islam yang sangat menarik dan controversial dalam
perjalanan ummat islam. Misalnya perustakaan islam bayt Al Hikmah di Baghdad pada masa
abad ke-2 H.

Selain itu perlu dicatat bahwa fenomena semacam ini banyak ditemukan dalam literatur-
literatur wacana perpustakaan islam. Isu yang menarik pula adalah kemunculan perpustakaan
muslim telah berbasis dari awal pembentukan masyarakat islam. Misalnya peneyediaan
koleksi-koleksi Al-Qur’an di masjid dan musholla serta tempat ibadah lainnya.

Di dalam Islam, perhatian yang tinggi terhadap pendidikan dan kemuliaan buku sebagai
media pengetahuan menjadi asas tumbuhnya perpustakaan dalam peradaban Islam. Dalam
Islam juga, buku tidak saja diperlakukan semata-mata sebagai media, bahkan mempunyai
nilai-nilai moral yang melandasi perhatian yang diberikan padanya. Perhatian ini
mengharuskan penyebaran meluas dan pemeliharaan buku sebagai kegiatan yang mendukung
ilmu pengetahuan dan pendidikan.

B. Jenis – Jenis Perpustakaan Pada Masa Peradaban Masyarakat Islam

Dalam masa peradaban ini ada berbagai perpustakaan – perpustakaan sebagai berikut:

1. Perpustakaan Umum

Perpustakaan jenis ini biasanya didirikan di masjid – masjid agar orang – orang yang belajar
dimasjid dan pengunjung dapat membaca buku – buku yang mereka perlukan. Kadang –
kadang perpustakaan didirikan di masjid dengan maksud agar lembaga pendidikan dapat
menampung pelajar – pelajar yang dating untuk mencari ilmu pengetahuan.

Perpustakaan umum sangat banyak jumlahnya, barang kali untuk menemukan suatu masjid
atau sekolah – sekolah yang tidak memiliki perpustakaan dengan koleksinya yang siap di
telah dan muraja’ah bagi peljar dan peneliti yang sedang mengadakan penelitian. Yang
termasuk perpustakaan umum adalah sebagai berikut :

a. Baitul Hikmah

Perpustakaan ini dibangun oleh khalifah Harun Al Rasyid. Hal itu di dasarkan pada riwayat
ibnu Nadim yang berbicara tentang Abi Sahl, menyebutkan bahwa Abi Sahl pernah bekerja di
bawah Harun Al Rasyid pada khizanah Al-Hikmah. Perpustakaan bisa masyhur itu bukan
pada Al-Rasyid, tetapi juga pada masa Al Ma’mun yang trkenal kecerdasannya. Karena
beliau banyak mengambil manfaat dari perpustakaan tersebut.

b. Al-Haidariyah di An-Najaf

Perpustakaan ini masih ad sampai sekarang. Nama perpustakan ini diambil dari kata “haidar”
yaitu panggilan kepada imam Ali Ibnu Abi Thalib. Menurut Haidar hal itu dikumandangkan
oleh kaum Syiah di berbagai macam upacara – upacarayang mereka lakukan. ( Syihabuddin
Qalyubi dkk,2003: 52).

c. Darul Hikamah di Kairo

Perpustakaan ini didirikan oleh kholiafah Al-Hakim Bin Amrillah Al-Fathimi. Perpustakaan
ini dibuka pada tahun 966 M. mendidrikan perpustakan daru hikamah untuk melenyapkan
dari pikiran masyarakat tentang keagungan baitul hikmah yang didirikan oleh harun
Al_rasyid.di kota Baghdad.

d. Perpustakaan Sekolah – Sekolah

Perpustakaan ini begitu penting dalam masa – masa ini. Karena banyak masyarakat yang suli
mendapatkan sekolah – sekoalah (madrasah) yang tidak memiliki sebuah perustakaan. Salah
satu perpustakaa sekolah yang terkenal dalah perpustakaan sekolah Nizamiyah di kota
Baghdad. Pada saat itu keberadaan perpustakaan sangat kuat karena perpustakaan ini di
dukung oleh penguasa dan cendekiawan beserta masyarakat umum. (Anis masruri dkk).

Dari uraian di atas, tampaknya perpustakaan umum di masa peradaban itu lebih condong ke
masjid dan sekolah – sekolah. karena di samping terdapat kitab-kitab untuk dibaca atau
diterjemahkan, di sana juga diperbolehkan berdiskusi. Dan masih banyak perpustakaan dalam
masa peradaban.

2. Perpustakaan Semi Umum

Perpustakaan semi umum didirikan oleh para khalifah dan raja – raja untuk mendekatn diri
kepada ilmu pengetahuan. Adupan perpustakaan semi umum antara lain :

a. Perpustakaan An-Nashir Li Dinillah

Pemdiri perpustakaan ini adalah khalifah An Nashir lidinillah. Beliau yang dianggap sebagai
orang yang mampu dalam mengembalikan keagungan dan kemegahan kekhalifahan. Diantara
hal yang sangat diperhatikan adalah kemajuan ilmu pengetahuan. Sehingga ia sangat peduli
terhadap perpustakaan.

b. Perpustakaan Al-Muzta’sim billah

Pendiri perpustakaan ini adalah sebagai khalifah terakhir dari bani Abasiyah. Beliau naik
tahta kerajan pad atahun 1211 M dan dibunuh oleh bangsa moghul pada tahun 1237 M
sesudah jatuhnya kota Baghdad. namun ia berhasil memberikan kontribusi ilmu pengetahuan
denagn salah satu andilnya (Qalyubi, Syihabuddin dkk, 2003 : 53).

c. Perpustakaan khalifah – khalifah fathimiyah

Pada masa ini para petinggi kekhalifahan dan masyarakat memiliki kepedulian terhadap ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu mereka rajin mengumpulkan naskah berisi ilmu pengetahuan
yang disimpan di perpustakaan mereka.

3. Perpustakaan Pribadi
Yang dimaksud perpustakaan pribadi adalah perpustakaan yang dikelola oleh pihak swasta
atau pribadi dengan tujuan melayani keperluan bahan pustaka bagi kelompok, keluarga,
individu tertentu (Sulistiyo-Basuki, 1991:49).

Perpustakaan ini didirikan oleh ulama – ulama dan para sastrawan, khusus untuk kepentingan
mereka sndiri. Perpustakaan inisangat banyak karena hamper semua ulama dan sastrawan
memiliki perpustakaan untuk menjadi sumber dan referensi bagi pembahsan dan penelitian
mereka. Perpustakaan jenis ini antara lain :

a. Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam

Al-Fathu Ibnu Haqam ini adalah wazir dari Al Mutawakkil Al Abbasi. Dia
dibunuhbersamaan dengan khalifah Al Mutawakkil di Samura pada tahun 818 M. Dia adalah
seorang alim yang amat gemar membaca dan berwawasan luas (Masruri, Anis dkk, 2006 :
101).

b. Perpustakaan hunain Ibnu Ishaq

Hunain Ibnu Ishaq adalahseorang dokter dan penerjemah yang terkemuka di masa Al
Ma’mun. kecerdasan dan pengusaannya terhadap berbagai bahasa seperti bahasa Yunani,
Suryani, dan Persia. Dan dia telah diakui oleh masyarakat pada zamannya (Syihabuddin
Qalyubi, dkk, 2003 : 54).

c. Perpustakaan Ibnul Harsyab

Abdullah ibnu Ahmad Al Harsyab Al Baghdad (wafat pada tahun 1138 M) adalah orang yang
paling pintar berbahasa arab dan dianggap ahli dalam bidang nahwu, bahasa, tafsir, hadis dan
nasab.

d. Perpustakaan Al Muwaffaq Ibnul Mathran

Pendiri perpustakaa in adalah Muwaffaqud Din Ibnul mathran Al-Dimasyqi(wafat pada ahun
1158 M). ia kenal sebagai orang yang cerdas dan rajin sedahkan keahliannya adalah ilmu
kedokteran.

e. Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu Fatik

Al Mubasysir adalah seorang pangeran Mesir terkemuka dan dikenal sebagai ulama yang
mahir dalam ilmu falak, ilmu pasti, filsafat, dan ilmu kedokteran. Dia dikenal sangat ulung
pada zamannya (Qalyubi, Syihabuddin dkk, 2003 : 54)

f. Perpustakaan Jamaluddin Al Qifthi


Jamaluddin al-Qifthi (wafat tahun 64 H), ia mengumpulkan buku yang tidak dapat
digambarkan. Perpustakaannya selalu dituju oleh orang-orang dari berbagai penjuru karena
mengharapkan kemurahan dan kedermawanannya. Ia tidak mencintai selain buku-bukunya.
Ia mewakafkan dirinya untuk buku-buku. Ia mewasiatkan perpustakaannya yang bernilai lima
puluh dinar kepada An-Nashir (Suwito dan Fauzan (ed.), 2005:42).

C. Peran Perpustakaan Pada Masa Peradaban Masyarakat Islam


Hal utama yng di analisis di dalam pembahasan ini adalah bagaimana peran yang di emban
oleh perpustakaan – perpustakaan yang ada dalam masa peradaban masyarakat islam.
Berbagai referensi yan g ada adapat dilihat bahwa peran perpustakaan pada masa ini adalah
sebagai berikut :

1. Pusat belajar
Setelah masa Khulafaur Rasyidin, peradaban Islam menampakkan perkembangan yang amat
signifikan dalam masyarakat islam. Perkembangan itu antara lain pada proses pendidikan
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, terutama yang dapat dilihat pada masa Umaiyah
dan Abbasiyah. Kedua masa ini menunjukkan suatu kecemerlangan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.

2. Pusat penelitian

Sesungguhnya peran penelitian yang dilakukan oleh perpustakaan pada masa awal Islam
sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa, misalnya utusan khalifah-
khalifah atau raja-raja untuk membahas suatu bidang ilmu tertentu di perpustakaan-
perpustakaan yang terkenal memiliki koleksi yang cukup besar dan lengkap seperti Baitul
Hikmah dan Darul Hikmah. Disamping itu, para peneliti dan cendekiawan yang mencoba
mengembangkan suatu ilmu yang berkaitan dengan keahliannya.
Banyak di antara mereka yang melakukan perjalanan dari suatu perpustakaan ke
perpustakaan lain untuk merumuskan dan melakukan penemuan-penemuan baru. Tentu saja
aktivitas semacam ini tidak pernah terhenti sampai sekarang dan begitu pula pada masa
datang selama perpustakaan menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi.

3. Pusat penterjemahan

Suatu hal yang amat menarik adalah di mana perpustakaan pada masa itu menjadi jembatan
dari kebudayaan. Misalnya, kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab untuk dipelajari oleh masyarakat. Dalam konteks ini perpustakaan
menjadi sponsor atas semua kegiatan tersebut. Aktivitas semacam ini telah mendapatkan
respon positif sehingga para penerjemah memperoleh status yang baik dalam masyarakat.

Situasi ini mulai pada saat didirikannya perpustakaan yang pertama dalam dunia Islam.
Menurut Kurd Ali, orang yang pertama kali menekuni bidang ini ialah Chalid Ibnu Jazid
(meninggal tahun 656 M). Di lain sumber dikatakan bahwa Ibnu Jazid telah mencurahkan
perhatiannya terhadap buku lama, terutama dalam ilmu kimia, kedokteran dan ilmu bintang.

4. Puasat penyalinan

Salah satu hal yang dapat dibanggakan oleh kaum Muslimin yaitu sejak dari abad
pertengahan telah dirasakan pentingnya bagian percetakan dan penerbitan dalam suatu
perpustakaan. Oleh karena itu alat-alat percetakan sebagaimana yang kita lihat di abad
modern ini belum ada di masa itu, maka untuk mengatasi hal ini mereka adakan seleksi
penyalinan pada tiap-tiap perpustakaan. Penyalinan buku itu diselenggarakan oleh penyalin-
penyalin yang terkenal kerapihan kerja dan tulisannya (Qalyubi, Syihabuddin dkk, 2003 : 55-
56)
BAB V

PENUTUP

Sebagai dampak pengaruh globalisasi baik positif maupun negatif yang dapat di elakkan pula
adanya urgensi untuk mengembangkan ilmu perpustakaan dan informasi. Meskipun ilmu
perpustakaansudah muncul lebih dari seratus tahun yang lalu. Tetapi ilmu ini belum banyak
dikenal orang terutama di Indonesia. Akibat dari itu banyak orang yang belum mengetahui
ilmu perpustakaan sebagai bentuk didiplin ilmu. Bahkan ada yang bilang bahwa ilmu
perpustakaan bukanlah suatu disiplin ilmu.

Memasuki abad ke 20 ilmu perpustakaan secara teoritis berkembang pesat. Para pustakawan
sudah mampu mengembangkan sebagai konsep dan teory sehingga ilmu perpustakaan dan
indformasi di sejajarkan dengan ilmu-ilmu yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Suwito dan Fauzan (ed.). 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta:Kencana.

Sulistiyo-Basuki. 1997. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Masruri, Anis dkk. 2006. Sejarah Perpustakaan Islam. Yogyakarta:Pokja Akademi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai