PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelompok kami bertugas membahas mengenai komunikasi antara ibu dan anak. Pada
umumnya dalam komunikasi ibu dan anak sudah terjadi sejak sang ibu mengandung anaknya.
Terjadi semacam kontak batin dan juga fisik yang dirasakan oleh sang Ibu melalui gerakan-
gerakan sang bayi didalam perut sang ibu ketika mengandung, itu juga merupakan suatu
komunikasi awal antara sang ibu dengan si jabang bayi. Disitulah letak menariknya
komunikasi ibu dan anak tersebut karena sudah terjadi sejak awal-awal masa mengandung,
melahirkan, lalu kemudian tumbuh berkembang menjadi balita, anak-anak, remaja, dan
menjadi manusia dewasa. Dan dalam perkembangan si bayi menjadi menusia dewasa banyak
sekali komunikasi yang terjadi dengan sang ibu.
Jika tidak adanya hubungan darah yang terjalin antara sang ibu dan anaknya dengan
kata lain anak itu merupakan anak angkat ataupun anak tiri, dalam perkembangannya akan
berbeda dengan komunikasi yang terjadi antara ibu yang melahirkan anak kandung dari
rahimnya lalu dibesarkan sampai menjadi manusia dewasa. Dan hal ini juga merupakan
keistimewaan tema yang kelomok kami anagkat, yaitu komunikasi antara ibu dengan anak
karena hal ini pasti dialami oleh semua orang dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
seorang manusia. Namun kelompok kami akan lebih spesifik membahas komunikasi ibu dan
anak saat si anak memasuki masa-masa remaja dimana saat remaja itulah si anak ingin
menemukan jati diri, memiliki sifat labil yang masih sangat tinggi serta masa-masa transisi
dimana si anak mulai menemukan banyak hal baru yang sebelumnya tidak mereka ketahui
saat masih kanak-kanak.
Maka komunikasi antara ibu dan anak sangatlah penting karena disitulah peran
seorang ibu dan terlebih lagi pada saat-saat masa remaja datang. Kelomopk kami
menganggap hal ini penting dan menarik untuk kami angkat dalam tugas mata kuliah
pengantar ilmu komunikasi mengenai komunikasi intrapersonal yang terjadi antara ibu dan
anak.
1
II. ANALISIS MASALAH
Deskripsi Kasus :
Definisi tentang komunikasi secra umum adalah suatu proses penyampaian pikiran
dan perasaan melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerak tubuh atau ungkapan emosi.
Sedangkan definisi tentang komunikasi intrapribadi atau intrapersonal adalah penggunaan
bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan
umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya.
Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi
dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh
komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka
seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini
diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Aktivitas dari komunikasi
intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya
adalah berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang
terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi
prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman
diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada
identitas spesifik dari individu. Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses
menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple
selves).
2
B. Awal Mula Komunikasi Ibu dan Anak Terbentuk
Hubungan anak dengan orang tua merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak.
Hubungan tersebut memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan
maupun kehidupan sosial. Hubungan anak pada masa-masa awal dapat menjadi model dalam
hubungan-hubungan selanjutnya. Hubungan awal ini dimulai sejak anak terlahir ke dunia,
bahkan sebetulnya sudah dimulai sejak janin berada dalam kandungan.
Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan
perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak.
Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan
ibu.
Lalu Bagaimana komunikasi/interaksi antara ibu dan bayi yang masih ada dalam janin
dapat terjalin?
Sebagaimana kita fahami bahwa komunikasi ialah suatu proses penyampaian pesan
atau informasi dari komunikator kepada komunikate yang mempunyai umpan balik (Burgon
& Huffner, 2002). Proses komunikasi tidak hanya memfungsikan kita sebagai komunikator
secara aktif tetapi juga sebagai komunikate yang dapat menerima pesan atau informasi
tersebut. Kalau kita bertindak sebagai komunikate secara pasif tentunya kemampuan
komunikasi tersebut sudah dapat kita lakukan pada saat kita masih di dalam kandungan (pre-
natal).
Pemahaman kita terhadap identitas orang tua kita bahwa sejak pre-natal kita sudah
mempunyai kemampuan komunikasi pasif dalam alam kandungan bahwa itu ayah kita atau
itu ibunda kita melalui suara. Inilah kebesaran Tuhan yang harus kita fahami sebagai mahluk
yang mempunyai kemampuan berfikir.
Hal tersebut berkaitan tentang Teori Neurobiologis. Dalam teori tersebut dijelaskan
bahwa secara faali, manusia mempunyai proses biologis yang mempengaruhi proses
komunikasi manusia. Proses itu melibatkan proses yang terjadi di syaraf-syaraf manusia
(neuron). Syaraf manusia terdiri dari dendrit, soma dan axon. Dendrit berfungsi sebagai
penerima perintah dari otak untuk menyampaikan informasi (transmitter).
Dari penjelasan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dapat
membangun hubungan emosional antara ibu dan anak adalah kelekatan (attachment).
Kelekatan itu sendiri dapa terbangun melalui komunikasi verbal dan non verbal antara ibu
3
dan anak. Bahkan sejak dalam kandungan, ibu dapat membangun kelekatan dengan anak
melalui proses komunikasi pasif. Teori Biologis yang telah dijelaskan di atas menjawab
mengapa hubungan antara ibu dan anak dapat terjalin sejak pre-natal, yaitu karena
sebenarnya komunikasi antara ibu dan anak sudah dimulai sejak pre natal. Semakin dini
komunikasi antara ibu dan anak terjalin, pada nantinya semakin baik pula perkembangan
hubungan emosional antara ibu dan anak tersebut.
Penjelasan singkat diatas membahas bagaimana awal mula komunikasi terbentuk
antara ibu dan si anak. Komunikasi yang terjadi saat anak masih menjadi jabang bayi dan
berada dalam perut ibu juga meupakan salah satu contoh kongkret komunikasi ibu dan anak
yang terjadi di masa-masa dini seorang manusia terbentuk.
Hal yang kami paparkan diatas tadi adalah penjelasan awal komunikasi ibu dan anak.
Kini kami akan lebih membahas mengenai hubungan komunikasi ibu dan anak ketika sang
anak beranjak menjadi remaja.
Pada komunikasi ibu dan anak terdapat beberapa pola komunikasi yang terjadi, salah
satunya adalah komunikasi yang efektif terjadi pada saat-saat masa remaja. Sang ibu akan
lebih efektif berkomunikasi dengan si anak saat masa transisi tersebut. Si ibu pasti merasa
khawatir, sayang sekaligus ingin membimbing si anak memasuki dunia baru dari masa
kanak-kanak mereka karena anak-anak tersebut akan banyak menjumpai hal-hal yang tidak
biasanya mereka temukan saat masih menjadi anak-anak.
4
Membantu remaja menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
2c. Hal apa yang sering dilakukan orang tua dan orang dewasa dalam
berkomunikasi dengan remaja?
Dalam berkomunikasi, orang tua dan orang dewasa biasanya ingin segera
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi remaja, sehingga cenderung :
lebih banyak bicara daripada mendengar.
merasa tahu lebih banyak.
seringkali memberi arahan dan nasihat.
tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan
yang dialami para remaja.
tidak memberi kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan pendapat.
tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya
merasa putus asa dan marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja.
Dalam berkomunikasi dengan remaja ada beberapa kunci pokok yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah :
orang tua dan orang dewasa perlu terlebih dulu mendengarkan apa yang mau
dikemukakan oleh remaja supaya mereka mau
berbicara.
menerima dan mecoba memahami terlebih dahulu perasaan remaja. Ketiga, berbicara
dengan cara tertentu supaya didengarkan oleh remaja. Untuk mencapai tujuan
tersebut, orang tua dan orang dewasa harus mau belajar dan berubah dalam cara
berbicara dan cara mendengarkan bila berhadapan dengan remaja. Dalam mencapai
tujuan berkomunikasi, perlu diingat bahwa orang tua dan orang dewasa juga harus
lebih dahulu siap dan mau berubah, sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang
efektif dengan mereka.
5
4c. Dalam berkomunikasi terutama dengan remaja penting bagi orang tua dan orang dewasa
harus mengenal :
Dengan pengenalan diri, orang tua bisa menerima diri apa adanya, sehingga tahu apa
yang harus diubah. Selain itu sebagai orang tua akan lebih percaya diri dan mudah menerima
remajanya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.
5c. Terdapat 6 (enam) kemampuan yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan orang
dewasa agar dapat menjalin komunikasi efektif dengan remaja, yaitu:
mengenal diri sendiri.
mengenal diri remaja melalui pemahaman akan perasaan remaja dan
bahasa tubuh remaja.
mendengar Aktif.
memahami pesan kamu dan pesan saya.
menentukan masalah siapa.
mengenal dan menghindari gaya penghambat komunikasi.
6c. Cara-cara agar orang tua dan orang dewasa dapat menerima diri mereka sendiri yaitu
melalui:
Menghargai diri sendiri.
Biasakan tidak membandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang
itu unik.Kita dan orang lain pasti memiliki perbedaan.
6
Menentukan tujuan hidup kita.
Sebagai orang tua ataupun orang dewasa , tentukan tujuan dalam mendidik
anak. Ingin menjadi ibu yang menjadi panutan bagi anakanaknya. Ingin
menjadi ayah yang sukses dalam mendidik anak.
Mengendalikan perasaan.
Tidak mudah marah, menghadapi kesedihan secara wajar tidak berlebihan.
Tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat, dan bisa menerima penjelasan
remaja dengan tenang.
D. Wawancara
Rata-rata ketika sang anak beranjak remaja, ibu bukan lagi menjadi tempat terdekat dalam
mencurahkan segala kejadian baik yang merupakan masalah atau kesenangan. Disaat para
remaja sedang mendapatkan sebuah masalah mereka lebih cenderung mencurahkannya
kepada teman mereka yang juga sesama remaja atau kepada buku harian.
Berikut merupakan wawancara singkat kelompok kami dengan salah satu sumber, yaitu
seorang remaja berusia limabelas tahun bernama Anna (disamarkan), dia bersekolah di SMA
Negri 6 Depok. Dirinya mengaku lebih memilih menceritakan semua permasalahan hidupnya
kepada sahabatnya dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri.
Seberapa dekat kamu dengan ibumu?
Aku sangat dekat dengan ibuku tapi itu dulu, semenjak aku masuk SMU mulai
tercipta jarak diantara aku dan ibuku.
7
Mengapa sampai bisa terjadi jarak seperti itu?
Mungkin karena aku juga sudah merasa beranjak dewasa jadi aku mulai membiasakan
diri untuk tidak manaja atau terlalu bergantung pada ibu. Selain itu ibuku juga jarang
menyediakan waktu mengobrol, paling sesekali hanya menayakan kabar dan mengontrolku
belajar. Ibuku wanita karir.
Jadi tidak pernah ada komunikasi anatara kamu dan ibumu yang membicarakan hal-
hal atau masalah pribadi?
Tidak.
Lalu jika ada masalah pribadi kepada siapa kamu mengadu untuk mencurahkannya?
Kepada teman
Mengapa kamu lebih memilih menceritakan maslahmu pada teman dibandingkan
dengan seorang ibu?
Aku merasa lebih nyaman bercerita kepada sahabat mengenai hal-hal pribadi. Kalau
sama ibu aku merasa canggung.
Lalu jika kamu mengalami suatu masalah pribadi kamu akan bertindak apa?
Pertama aku akan mencoba menyelesaikan sendiri atau terkadang aku bercerita pada
sahabat dan meminta saran darinya.
Apakah kamu dan ibumu sering atau pernah terlibat konflik?
Sesekali iya, namanya ibu dan anak pasti ada saat-saat dimana hubungan kami
merenggang tapi itu tidaklah lama, bahasa kerennya “ngambek”.
Contohnya apa?
Misalnya saja ada permaslahan yang timbul karena perbedaan pola pikir, prinsip dan
juga situasi. Beda dulu beda sekarang, ibuku kan tidak mengalami hidup sebagai remaja di
zaman sekarang, jadi mungkin terkadang ada perbedaan-perbedaan paham antara aku dan
ibu.
Jadi apa peran ibu besar dimata kamu dalam hidupmu?
Ya tentu saja masih berperan besar, namun jika membicarakan mengenai hal-hal
pribadi aku sudah tidak membicarakannya pada ibu, aku lebih memilih menceritakannya pada
sahabat.
8
Dari wawancara singkat diatas kita bisa menyimpulkan bahwa komunikasi yang
terjadi antara ibu dengan anaknya tidak berjalan efektif, sang ibu lebih memperhatikan
kehidupan akademis si anak semata, sang ibu lebih cenderung tidak menanyakan hal-hal
pribadi si anak dalam masa remajanya. Dan karena hal itulah si anak merasa tidak dekat lagi
dengan sang ibu maka timbullah rasa canggung untuk membicarakan hal-hal pribadi tersebut.
Berikut ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua agar tercipta komunikasi yang
baik antara orang tua dan anak.:
1. Menyediakan waktu untuk anak.
Komunikasi yang baik memerlukan waktu yang berkualitas. Banyak orang tua yang
berpendapat kuantitas pertemuan lebih penting daripada kualitas. Bersama-sama anak, tidak
akan efektif jika hanya bersama ketika nonton bioskop. Tentu akan lebih lebih berkualitas
jika orang tua bercerita mengenai kisah para nabi atau orang-orang yang berakhlak mulia
sehingga waktu yang disediakan lebih berkualitas dalam membangun komunikasi.
2. Berkomunikasi secara pribadi.
Jangan tunggu sampai anak bermasalah. Setiap kali ada kesempatan, manfaatkan
momen tersebut untuk bicara dengan anak. Bukan sekadar basa-basi menanyakan kabar hari
ini. Akan tetapi sebaiknya orang tua juga bisa menyelami perasaan senang, sedih, marah,
maupun keluh kesah anak.
3. Menghargai anak.
Hargai keberadaan anak. Jangan menganggapnya sebagai anak kecil. Kalaupun
sedang bicara dengan anak, posisikan dirinya sebagai sosok yang dihargai. Dalam beberapa
hal tertentu ada yang lebih diketahui anak. Jadi ada baiknya orang tua menghargai dan
mendengarkan anaknya. Utamakan memberi pujian kepada anak daripada mencela
perbuatannya. Karena dengan pujian itu rasa pede anak makin berkembang.
4. Mengerti anak.
Dalam berkomunikasi dengan anak, orang tua sebaiknya berusaha untuk mengerti
dunia anak, memandang posisi mereka, mendengarkan apa ceritanya dan apa dalihnya.
Mengenali apa yang menjadi suka dan duka, kegemarannya, kesulitannya, kelebihan, serta
kekurangan mereka.
5. Menciptakan hubungan yang baik.
Hubungan yang erat dapat mempersempit jurang pemisah antara orang tua dan anak,
dengan demikian anak mau bersikap terbuka dengan menceritakan seluruh isi hatinya
tanpa ada yang ditutup-tutupi di hadapan orang tua.
9
6. Berikan sentuhan/ kedekatan fisik dan kontak mata.
Usahakan setiap hari untuk menyentuh, melakukan kontak mata dan kedekatan fisik
dengan anak. Anak akan merasakan kasih sayang dan kehangatan orang tua.
7. Dengarkan anak.
Orang tua sebaiknya belajar untuk menjadi pendengar aktif bagi anaknya. Hal itu
bertujuan agar anak tahu bahwa orang tuanya mampu memahami seperti yang mereka
rasakan. Dengan demikian anak-anak akan menemukan cara untuk mengatasinya
masalahnya.
10
Dari contoh dua wawancara dengan dua orang berbeda tersebut kita dapat melihat
bahwa tidak hanya seorang ibu kandung yang bisa memiliki kedekatan dengan si anak.
Dengan adanya waktu berkualitas, berkomunikasi secara pribadi, menciptakan hubungan
yang baik, serta mengerti, menghargai dan mendengarkan anak. Ibu dapat tempat khusus bagi
ankanya.
Namun pada wawancara Anna kita bisa menarik kesimpulan bahwa Anna juga tidak
mau membuka diri pada ibunya dikarenakan dirinya merasa canggung, rasa canggung itu
terbentuk karena tidak adanya salah satu dari hal yang dapat dilakukan orang tua agar tercipta
komunikasi yang baik antara keduanya.
Berikut ini adalah sebuah pengalaman pribadi seorang ibu rumah tangga dengan
anaknya. Cerita ini kami ceritakan kembali kedalam sebuah alur yang kami rangkai
sendiri.
Ibu rumah tangga tersebut menceritakan bahwa suatu hari anaknya menyodorkan
selembar kertas berisi tulisan semacam tagihan kepada ibunya. Isinya: Untuk membersihkan
kamar 5.000 rupiah, menjaga adik waktu ibu belanja 2.500 rupiah, membuang sampah 1.000
rupiah, menyapu halaman 2.000 rupiah. Total hutang ibu hari ini 10.500 rupiah. Surat itu
diserahkan anaknya kepada Sang Ibu pada malam sebelum tidur.
Si ibu menatap anaknya dalam-dalam, lalu mengambil bolpen, dan kemudian menulis di
balik kertas tersebut. Isinya begini: Untuk sembilan bulan ketika ibu mengandung kamu
selama tumbuh dalam perut ibu, gratis. Untuk semua malam ketika ibu menemani kamu,
mengobati kamu, dan mendoakan kamu, gratis. Untuk semua saat susah, dan untuk linangan
air mata yang kamu sebabkan selama ini, gratis, dan untuk menyeka hidungmu, gratis. Dan
kalau dijumlahkan semuanya gratis. Dan itulah harga cinta ibu kepadamu, gratis. Dan kertas
itu dikembalikan kepada anaknya.
Si anak membaca apa yang ditulis ibunya dengan cermat, matanya berkaca-kaca.
Kemudian menulis dengan huruf besar di kertas itu: “LUNAS”. Kemudian si anak
menyerahkan kertas itu kembali, memeluk ibunya sambil berbisik, “Bu, aku sayang sekali
sama ibu.”
11
Kisah pengalaman pribadi sang ibu diatas sangat menarik untuk kita renungi. Kita bisa
mengambil banyak makna dari kisah tersebut dan hal yang menarik kita cermati sebagai
hikmah untuk kita yang adalah bagaimana seorang ibu mendidik anaknya dengan satu sistem
komunikasi, yang dalam waktu singkat mengubah pola pikir seorang anak terhadap ibunya.
Hitungan matematis yang dibuat anak, dan khayalan materi yang diidamkan si anak seketika
berubah menjadi perasaan sayang pada ibunya. Itulah teknik membangun kecerdasan
emosional. Inilah pola pendidikan dan komunikasi orang tua dengan anak di rumah, singkat
dan sederhana namun mengena.
12
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa kami peroleh dari studi kasus komunikasi antara ibu dan anak
adalah, dalam berkomunikasi dengan anak sang ibu selaku orang tua dari si anak, sebaiknya
berusaha untuk mengerti dunia anak, memandang posisi mereka, mendengarkan apa ceritanya
dan apa dalihnya. Mengenali apa yang menjadi suka dan duka, kegemarannya, kesulitannya,
kelebihan, serta kekurangan mereka. Hal-hal tersebut dapat menciptakan suatu komunikasi
yang efektif serta lancar anatara ibu dan anak, karena dengan sang ibu bertindak demikian,
saang anak akan merasa nyaman dan bersikap terbuka terhadap ibunya. Jika komunikasi yang
terjalain antara ibu dan anak sudah baik dan efektit, maka akan terbentuk suatu hubungan
yang harmonis anatara ibu dan anaknya, dan sang ibu akan berpean besar dalam kesuksesan
si anak di masa depannya.
IV. PENUTUP
Demikianlah penelitian dan penjabaran singkat kelompok kami tentang studi kasus
yang bertema komunikasi ibu dan anak. Semoga dengan perbandingan wawancara yang
dilakaukan pada anak remaja dengan pengalaman pribadi sang ibu rumah tangga dapat
membuka pikiran kita bahwa sesungguhnya komunikasi yang baik itu tidak harus menuruti
keinginan satu pihak saja, dalam hal ini keinginan sang ibu, melainkan harus mendengarkan
apa yang diinginkan dan apa yang dirisaukan sang anak juga.
Kelompok kami menyadari masih banyak kekurangan dalam tugas ini, namun kami
selalu menerima kritik, saran serta masukan dari pembaca sekalian, semoga saja hal-hal yang
telah kami angakat bisa menambah khasanah dari para pembaca sekalian khususnya para ibu
yang sedang berusaha membangun suatau komunikasi yang baik dengan anaknya.
13
14