Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH KIP-K

MACAM-MACAM KLIEN DALAM KOMUNIKASI ASUHAN


KEBIDANAN

Oleh :
Nama : Siti Syariah

DOSEN PENGAMPU :
Wulan Nur Insani, M.kes

D3 kebidanan
Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia Wirautama
Tahun 2022
MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN
KEBIDANAN

Sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan kebidanan, maka konseling dalam bidang kebidanan
meliputi:

1. Komunikasi pada bayi dan balita


2. Komunikasi pada remaja
3. Komunikasi pada calon orang tua
4. Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)
5. Komunikasi pada ibu bersalin (masa natal)
6. Komunikasi pada ibu nifas
7. Komunikasi pada ibu meneteki
8. Komunikasi pada akseptor keluarga berencana
9. Komunikasi pada wanita masa klimakterium dan menopause
10. Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi
Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan
masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah

1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran


2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
3. Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri
Komunikasi terapeutik pada klien dalam asuhan kebidanan:

1. Komunikasi pada bayi dan balita


Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai
menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai
bisa berkata-kata belum dipahami secara pasti.
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:

a. Fase prelinguistic (fase sebelum bicara)


Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksi
terhadap perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan
lewat tangis sampai usia satu tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu
seharuanya orang tua sudah dapat membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis
karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat membedakan
kita harus mengenali tangisan bayi:
1) Tangis lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai
kebutuhan
2) Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut
3) Tangis tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung
terus menerus
b. Kata pertama
Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak
akal untuk mengerti perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan
apa yang dikerjakan. Missal: “mam” bisa berarti mama, bisa juga berarti makan.
Tahap perkembangan anak pada lingkup kata pertama, antara lain:
1) Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.
Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut ibu
maka dia akan berusaha mencari ibunya.
2) Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.
Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya mau
makan.
3) Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan.
4) Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.
c. Kalimat pertama
Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan
tata bahasa, misal anak bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau
orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang
berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:
1) Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.
2) Disebut periode permulaan pembicaraan.
3) Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.
4) Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh.
d. Kemampuan bicara egosentris
Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga
macam:
1) Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.
2) Monolog (berbicara satu arah) biasanya pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri
memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
3) Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka
bicara sendiri-sendiri, biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
e. Perkembangan semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang
diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai
mengetahui arti dan jenis kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa
dilihat daripada pahit,manis, dll. Kata abstrak dipelajari setelah pada masa pra sekolah. Kata
yang sulit untuk anak pra sekolah adalah kata yang selain punya arti fisik juga punya arti
psikologis. Contohnya: manis bisa berarti sikap, tapi juga bisa berarti rasa.

Prinsip komunikasi yang efektif pada anak

a. Mengikuti perkembangan psikologis anak


b. Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat kepribadian anak
c. Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan
rasa senang dan bahagia.
d. Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan
dukungan rangsang aktif dalam bahsa dan emosi.

2. Komunikasi pada remaja
Merujuk pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, remaja
adalah mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut World Health
Organization (WHO), yang dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 18
sampai 24 tahun.

Remaja biasanya merupakan masa untuk mencari jati diri dan pengakuan. Sehingga
dalam situasi psikologis yang masih labil. Bila tidak diikuti dengan informasi-informasi yang
benar maka akan menimbulkan berbagai masalah yang menyangkut kenakalan remaja.

Konseling yang diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja
bertujuan memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi yang terjadi pada usia remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja menggunakan
pendekatan kelompok. Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka dan mengungkapkan
hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada
remaja dengan menitikberatkan masalah:

a. Perubahan fisik/biologis sesuai usia


b. Perubahan emosi dan perilaku remaja
c. Kehamilan pada remaja
d. Narkotika
e. Kenakalan remaja
f. Hambatan dalam belajar
Komunikasi yang efektif pada remaja harus memperhatikan hal-hal yang menyangkut
dengan remaja. Bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa baik
secara jasmani maupun rohani. Jadi dalam komunikasi dengan remaja lebih memperhatikan:

a. Kenyamanan remaja dalam menerima informasi


b. Memperhatikan cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan
c. Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar
e. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja
f. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan
g. Menjalin keakraban dengan remaja
Bidan sebagai konselor dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling,
baik pada keluarga dalam arti orang tua maupun remaja yang bermasalah.

3. Komunikasi pada calon orang tua


Konseling pada calon orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orang tua,
baik sebagai ayah maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan
perkembangan terjadi secara alami. Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien
adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling kebidanan. Untuk memperjelas
arah konseling kebidanan pada calon orang tua, perlu adanya pemahaman terlebih dahulu
tentang hal – hal sebagai berikut :
a. Menjadi orang tua
Menjadi orang tua adalah suatu proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya
pasangan suami istri menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.
b. Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan
yang membuat laki-laki secara psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri
dan anak. Memenuhi kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan
material.
c. Tanggung jawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga
d. Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks. Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik
dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana, menjalankan
perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih
menitikberatkan kepada:

a. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.


b. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa
menstruasi.
c. Member bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan
NKKBS/keluarga berkualitas.
d. Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
e. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi dan peran yang terjadi.
f. Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.

Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik:

a. Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga
menjadi satu)
b. Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu
c. Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri)
d. Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga)
e. Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping suami,
ekonomi keluarga
f. Masalah-masalah yang dihadapi:
1) Kesehatan
2) Pendidikan
3) Hubungan antar dan inter keluarga
4) Psikososial (norma dan tata nilai)

4. Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)


Konseling pada wanita hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama.
Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester pertama berkenaan dengan perkembangan
janin sesuai dengan usia kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu. Konseling pada
kehamilan trimester ketiga berfokus pada intervensi yang diberikan pada klien berkenaan dengan
keadaan janin dalam rahim, posisi janin dan letak janin. Persiapan persalinan baik yang normal
maupun yang tidak normal didahului dengan penjelasan tanda persalinan.

Peristiwa fisiologis:

Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi
perubahan hormonal, hal ini yang menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, tidak nafsu
makan, peningkatan suhu tubuh dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran
uterus, sehingga tadinya langsing menjadi montok, gendut, dan gerakan lambat.

Perubahan psikologis:

Kehamilan merupakan arti emosional pada setiap wanita, yang biasanya disertai perubahan-perubahan
kejiwaan. Peristiwa-peristiwa kejiwaan yang biasanya menyertai ibu hamil antara lain peristiwa
ngidam dibarengi dengan emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu jadi peka, mudah
tersinggung, karena hamil umumnya menambah intensitas tekanan batin pada psikisnya, tetapi dapat
juga dijumpai ibu yang bangga dengan kehamilannya dan bergairah menyambut kehadiran bayinya,
bila merupakan peristiwa pertama. Disamping perasaan gembira, rasa cemas pun timbul apa bayinya
cacat/sehat, apa melahirkan dengan lancar. Hal ini biasanya diperberat dengan kasus-kasus rumah
tangga.

Hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil adalah:

a. Ibu hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak,
kelainan-kelainan kulit
b. Anak yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut
anaknya cacat, kehamilan diluar nikah
c. Persalinan lalu tidak menyenangkan, contih anak lahir tidak abnormal, anak
meninggal, perdarahan, terlalu mengharap jenis kelamin tertentu, umur ibu resiko
tinggi, ibu menderita penyakit tertentu, tidak mendapat dukungan suami atau keluarga
yang lain, dll.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik:

a. Bidan yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui


tindakan pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan
berbagai metode maupun bentuk hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik
b. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial
yang berdampak negatif terhadap kehamilan
c. Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan
perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya
sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik:

a. Bidan yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui


tindakan pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan
berbagai metode maupun bentuk hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik
b. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial
yang berdampak negatif terhadap kehamilan
c. Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan
perasaannya, pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya
sehingga dapat melahirkan dengan lancar.
Prinsip komunikasi pada ibu hamil:

a. Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil


b. Informasi yang diberikan menyangkut tentang kehamilan dan persiapan melahirkan.
Seperti ke hal-hal yang menyangkut kesehatan serta pelayanan kesehatan yang
diperlukan
c. Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan
d. Tidak membuat penerima stress dengan info yan disampaikan

5. Komunikasi pada ibu bersalin (masa natal)


Kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi
peristiwa yang dialami tiap orang berbeda.

Perubahan fisiologis:

a. Semakin tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut


makinbesar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang-kadang
terjadi gangguan kencing, kaki bengkak.
b. Otot-otot panggul dan jalan lahir mekar
c. Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf-syaraf sympati, parasympati, syaraf lokal otot
uterus

Perubahan psikologis:

a. Minggu-minggu terakhir dipengaruhi perasaan/emosi dan ketegangan


b. Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir lancer
c. Ibu takut darah, nyeri, takut mati
d. Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung
merasakan efek kehamilan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan:

Melihat kecemasan pada ibu dan suami maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan
pada ibu tetapi juga pada suami. Ibu dituntun untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
menunjang proses kelahiran. Suami dibesarkan hatinya, dijelaskan apa yang terjadi pada istrinya.

a. Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik
mengejan atau mengatur pernafasan dan lain-lain
b. Pemberian pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin
sehingga ibu yang sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang
diberikan sehingga bisa mempratekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

6. Komunikasi pada ibu nifas


Perubahan fisiologis:
Terjadi proses involusio, keluar lochea, perut ibu kelihatan besar.
Perubahan psikologis:
Muncul berbagai ekspresi akibat berlalunya peristiwa menentukan dalam hidupnya dan
merupakan peristiwa mengesankan karena:
a. Ibu merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan,
penderitaan dengan tenaganya sendiri
b. Ibu bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tau jenis
kelamin, bentuk bayinya.
Disamping itu muncul gejala-gejala psikis disebabkan:

a. Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin missal
karena anak hasil hubungan luar nikah
b. Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta
anaknya
c. Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan peristiwa tidak menyenangkan.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik:

a. Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih
seperti semula
b. Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan
psikis ibu nifas
Prinsip komunikasi pada ibu nifas:
a. Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara menjaga
kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-
organ reproduksi
b. Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu
tindakan khususnya dana
c. Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh
penerima
d. Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi
pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada
ibu-ibu tersebut

Prinsip komunikasi pada ibu nifas:

a. Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara menjaga
kebersihan, perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-
organ reproduksi
b. Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu
tindakan khususnya dana
c. Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh
penerima
d. Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi
pesan harus memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada
ibu-ibu tersebut

7. Komunikasi pada ibu meneteki


Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormon-hormon maka mulailah masa menyusui

Perubahan psikologis:

a. Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul: ibu cemas dengan
keselamatan bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup, tetapi
ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya.
b. Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi
jelek, masalah lain karena ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI

Pelaksanaan komunikasi:

Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai
wujud pertalian kasih sayang.

8. Komunikasi pada akseptor keluarga berencana

Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping
kontrasepsi seperti pusing, BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak/tidak
teratur/tidak menstruasi, keputihan, libido turun, dll.

Perubahan psikologis:
Ibu measa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi, ibu takut
terjadi kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.

Pelaksanaan komunikasi:
a. Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan
cara mengatasinya
b. Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya

9. Komunikasi pada wanita masa klimakteriumdan menopause


Perubahan fisiologis:
Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon
estrogen dan progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot
flash), jantung berdebar-debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni), dll.

Perubahan psikologis: Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang


terjadi.

Pelaksanaan komunikasi:

a. Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita


b. Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada
usia subur maupun klimakterium
c. Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
d. Membantu klien dalam pengambilan keputusan
e. Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat-sifat dari menopause itu
sendiri agar pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik
f. Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa
menggunakan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang
disampaikan
g. Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:
1) Pendekatan biologis: yaitu menitikberatkan pada perubahan-perubahan biologis
yang terjadi pada menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang
bersifat mutipel dan kelainan fungsional pada menopause
2) Pendekatan psikologis: yaitu menitikberatkan pada pemeliharaan dan
pengembangan fungsi-fungsi kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara
optimal
3) Pendekatan sosial budaya: yaitu menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang
mempengaruhi menopause.

10. Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi


Perubahan fisiologis:
Muncul gangguan-gangguan dan keluhan yang berhubungan dengan organ reproduksi
wanita, seperti keputihan, gangguan menstruasi, infertilitas, kanker/tumor di organ reproduksi,
penyakit menular seksual, dll.

Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi dan
ketidaksiapan menerima kenyataan

Pelaksanaan komunikasi:
a. Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang diderita ibu
b. Deteksi dini terhadap kelaianan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
c. Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek
kesehatan atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi
d. Membantu klien dalam mengambil keputusan
e. Memberikan support mental.
Sumber:

Tyastuti, S, dkk. 2008. Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta

: Fitramaya.

http://materibidan.blogspot.com/2010/05/macam-macam-klien-dalam-asuhan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai