Anda di halaman 1dari 11

Dunia Sedaun Kelor

Karya : Nofal Orthesin


Penokohan :
1. Udin :mahasiswa angkatan tua, 25 th agak nyleneh, pemikir, cerdas
dengan ketololanya.
2. Robet :teman udin, kerja 24 th, rapi dan pintar.
3. Birokrasi :lelaki 50 th, tegap, gagah, keras dan wibawa. Dalam hal ini
birokrasi disimbolkan kucing.
4. Akademi:lelaki 50 tahun, rapi, berkacamata, rambut klimis, kesan orang kaya.
Akademi disimbolkan bebek.
5. Admin : wanita 30 tahun, dewasa, menarik, cantik serta licik. Admin
disimbolkan dengan tikus.
6. Andrea : wanita 21 tahun, cantik, manja, keras, galak dan judes. Andrea
dan udin ketika di dunia sedaun kelor disimbolkan anjing.

Inilah kisah negeri di akhir jaman. Banyak sekali kisah pelik yang bisa membuat manusia lupa
diri akan kodratnya. Manusia seakan binatang dan binatang serupa manusia. Hitam menjadi putih
dan putih seakan hitam. Dunia memang tak selebar daun kelor, tapi inilah kisah di sebuah daun
kelor.

Seorang lelaki muda duduk diatas kursi lincak sambil menikmati sebatang rokok dan kopi hitam.
Sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang membuat dirinya pusing.

Udin : Astaughfirulloh, jadi mahasiswa kok ya mumeti pisan. Pusing aku kalo harus liat-liat
rumus terus. Apa iya nanti hidupku penuh huruf x,y,z. Pak Einstein pak Einstein, bagi-
bagi utek napa. Sepertinya dikampusku perlu sumbangan orang berutek kaya sampean.
Eh tapi sekarang sampean dah ga punya utek ding.

Udin nyeruput kopi terus merokok daalam-dalam.

Udin : Kalo cuma ngejelasin E = mc2 gak perlu penjelasan sampean sih pak Einstein. Tapi kalo
buat ngeramal ato bikin postulat tentang masa depan karir aku kedepanya di kampus
aku bener-bener butuh sampean pak. Apalagi aku ini mahasiswa angkatan paling tua.
Kalau sampai semester depan aku gak kelar-kelar nyelesein skripsiku bisa bahaya nih.
Soalnya menurut kebijakan kampus kalo 7 tahun ga lulus-lulus bakalan dapet bonus.
Apa kalian tahu bonus apa yang bakal diberikan. No no no, bukan itu.

Udin nyeruput kopi lagi.

Udin : Mungkin di tempat lain bakalan dipecat jadi makhluk yang katanya agen perubahan tapi
ditempatku bonusnya adalah terkenal dan disayang dosen. Gimana gak di bilang bonus
kalo ujung-ujungnya tetep bisa jadi mahasiswa karena peraturan hanya pajangan.
Jadinya ya tambah males-malesan lah. Hahaha. Apa kalian tahu kenapa aku betah
hampir 7 tahun jadi mahasiswa. Kalau kalian bilang itu karena aku goblok berarti
kalian orang tak beriman. Terus kalau kalian bilang karena aku bejat berarti kalian lebih
bejat karena telah melakukan dosa yang lebih dari membunuh alias, hehehe.

Udin ketawa sambil seperti mengingat sebuah kejadian,

Udin : Kalian tau kenapa aku ketawa dan tak melanjutkan kata-kataku. Aku jadi ingat dulu
dengan mantan kekasihku. Ia adalah wanita yang cantik, putih, tinggi, rambut lurus
hitam lebat sepinggang, serta lingkar dada 36B. Kalian pasti bertanya kok aku tau
ukuranya. Aku tau karena aku lelaki normal yang kadang juga suka iseng. Pada waktu
muda dulu aku macarin dia untuk cari pacar yang gak malu-maluin kalo diajak
kondangan dan kongkow-kongkow walaupun seperti kebanyakan wanita ia cenderung
matre.

Udin mematikan puntung rokoknya.

Udin : ow iya aku lupa buat ngejelasin kenapa aku tertawa tadi. Sebenernya gini, aku itu
dulunya orang desa udik. Gak ngerti bahasa gaul maupun mengenal karakter orang
sunda. Nah kebetulan di kampusku rata-rata dari orang sunda walaupun kampusku kata
mereka terletak di jawa. Padahal kalau dipikir-pikir mereka juga orang yang tinggal di
pulau jawa. Suka aneh sendiri kalo mikirin masalah itu, ya mungkin ini juga jadi ciri-
ciri akhir jaman.

Udin menyeruput kopi sampai tinggal sedikit air dan ampas kopi.

Udin : Nah salah satu keunikan yang baru kuketahui adalah ketika pacarku selalu bilang P
kalau ada huruf F. Terus aku tanya aja yang mungkin agak sara kedengaranya. Kutanya
begini, “eh orang sunda gak bisa ya bilang F, apa jangan-jangan kalian cedal huruf F ya,
orang jelas-jelas tulisan fanda kok dibilang panda ”. Eh ditanya gitu ceweku langsung
menunduk dan mukanya memerah, tak lupa tanganya yang lentik meremas-remas
pahanya. Langsung saja dalam batin terbesit pikiran, jangan-jangan kutanya begitu ia
langsung birahi, wah lumayan nih dapet jatah hari ini. Tapi tiba-tiba pikiran ngeres ala
lelaki normal menjadi debu yang tertiup angin. Kulihat matanya berkaca-kaca, bukan
gembira tapi antara marah dan sedih karena tlah kusinggung hati lembutnya. Aku jadi
tak tega dan merasa bersalah tlah mengucapkanya. Inginku memegang tanganya dan
meminta maaf sampai dia berkata dengan marah dan teriak, “siapa bilang orang sunda
ga bisa bedain F dan P, itu Pitnah.” Hahahaha..

Seseorang lelaki tiba-tiba masuk menghampiri udin. Nampaknya lelaki berdasi itu sedang
murung.

Robet : wah din kamu ini bisa-bisanya cengengesan gitu. Apa kuliahmu sudah kelar.
Udin : eh kamu bet, soal kuliah ya jelas..
Robet : jelas apa..
Udin : jelas belum, hehehe..
Robet : lah, din, din. Kamu itu kan kakak angkatanku, kok bisanya masih bangga sampe
sekarang belum lulus. Aku sendiri saja sudah lupa beerapa lama aku lulus. Sepertinya
hampir 2,5 tahun yang lalu.
Udin : hahaha, santai lah bet, aku tak mau kalau harus sepertimu. Salah sendiri kau pintar tapi
masuk ke kampus kelas cempre. Fakultaspun asal ada namanya. Kata orang medan
“macam mana pula, karena nila setitik rusaklah sebelanga”. Padahal nyata-nyata
peribahasa itu tak berlaku lagi, karena kongkritnya sekarang banyakan tinta daripada
susunya.
Robet : udah takdirnya kali din. Aku harus kuliah di kampus kita yang tercinta itu dan aku
cuman berusaha secepatnya lulus dan dapat kerja.
Udin : wah bagus itu bet pemikiran sepertimu. Tapi sayangnya kau terlalu munafik. Kau sendiri
sebetulnya tau pemikiran seperti itu tak baik di kampus macam cempre. Kau terlalu
egois pada dirimu sendiri. Soal takdir mungkin kau memang kuliah di kampus kita tapi
dengan kemampuan dan kejujuranmu harusnya kau mampu membenahi. Soal kau
bilang kampus tercinta, cinta kau ini hanya birahi semata yang hanya ingin kau senang
sendiri. Lalu apa kau puas sekarang dengan pekerjaan dan keadaanmu?
Robet : kau ini terlalu idealis din. Nanti kau kan sadar kalau idealis akan menghambat dirimu
sendiri.
Udin : aku tau dan paham resikonya. Semuanya sudah kupikirkan dan ku tetap memilih
menjadi seorang yang punya prinsip. Aku ini lelaki bet, bukan banci. Dan ku yakin kau
tak menjawab pertanyaanku yang tadi karena kau ingin menutupi sesuatu.
Robet : memang susah kalau harus berkelit darimu. Gini din, aku habis dipecat sama
perusahaan. Padahal sudah setengah mati cari kerja gara-gara almamater eh sekarang
kena PHK. Sialnya si wawan malah dapet kontrak baru padahal di kampus dia kan
nilainya pas-pasan. Luluspun juga 5 tahun tak sepertiku yang kumlaude dan hanya
menempuh 3,5 tahun.
Udin : sori menyori deh bet, itulah tadi yang kubilang munafik dan egois. Di dunia kerja tak
cuma modal nilai, ulet dan rajin. Kalau kau modalnya cuma itu mending jadi babu aja
di hongkong kan jadi cepet kaya dan nyenengin orang tua. Dan inget gak usah bangga-
banggain ijasah S1mu karena disana gak laku dan yang ada kamu malah gak diterima.
Robet : gengsi lah din, masa lulusan kuliahan jadi babu. Percuma capek-capek orang tua bayarin
kuliah kalo anaknya cuma jadi babu.
Udin : betul. Aku juga setuju. Tapi faktanya lulusan kuliahan malah jadi babu perusahaan alias
sales yang kerjanya 100%..(maksudnya gak berkah karena banyak omong kosong) ah
kalian yang tau agama pasti tau apa yang ku maksud. Kalau masih tak percaya tanyakan
saja ke yang seprofesi apa itu biaya lobi. Bukankah mending jadi babu di luar negri
daripada jadi babu pemerintah tapi masuknya saja blak-blakan pake uang tip.
Robet : tapi kan gak semua yang masuk pake uang tip. Janganlah kau menyamaratakan semua
pegawai pemerintah itu sama busuknya dengan pemerintah. Sebenarnya yang busuk itu
rakyatnya din. Bukan hanya pegawai, tapi juga pedagang, petani, nelayan, mahasiswa,
pelajar, bayi, dan berbagai profesi kecuali jompo yang hampir mati karena sebagian
besar dari mereka mulai sadar akan usia dan tak peduli dengan dunia.
Udin : (MENGHELA NAFAS, DIAM SEJENAK LALU MANGUT-MANGUT) benar juga
kata-katamu bet, mungkin karena aku masih di kampus makanya yang kulihat hanya
yang ada di kampus. Aku heran mungkin karena inilah kenapa idealis seakan musuh
bersama. Yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi baik. Ternyata dunia yang
begitu luas tak ubahnya seperti daun kelor. Dimana-mana kasusnya sama.
Robet : eh iya din, kamu tau ada yang lagi cari pegawai gak? Aku butuh kerjaan nih. Tau sendiri
kan kalau cari kerjaan itu susah. Tapi jangan kau usul jadi babu di negeri orang. Malu-
maluin status bangsa.
Udin : (MULAI BERDIRI SEAKAN BERFIKIR SESUATU) hmm, sebentar. Apa kamu cari
kerjaan yang nyantai dan bergaji besar.
Robet : betul
Udin : kerjanya halal
Robet : iya
Udin : tanpa seleksi yang ribet seperti IPK, status almamater maupun nilai toefl
Robet : cocok
Udin : gak pake biaya administrasi dan uang masuk alias sogokan
Robet : siip bangett.
Udin : kerjanya 6 jam, sabtu minggu libur dan yang penting dekat dengan rumah kamu
Robet : iya, ayo din kasih tau aku, kalau perlu aku kasih uang informasi buat kamu deh, yang
jelas masih belum ditutup kan pendaftaranya?
Udin : belum, santai saja. Lagian untuk informasi ini aku juga gak minta uang informasi. Kalau
mau tau cari saja infonya di mimpimu. Dasar didikan mahasiswa. Mentang-mentang
udah lulus maunya kerja ringan duit gede. Sama kaya pejabat yang suka di demo oleh
mereka. Dengan alasan bayar kuliah mahal yang dicari gimana kerja ringan duit ngalir.
Robet : maklum din. Ada pepatah baru yang hadir di era reformasi. Kalau jaman dulu ada guru
kencing berdiri, siswanya kencing berlari tapi sekarang dosen kencing jongkok
mahasiswanya jongkok pula didepanya.
Udin : maksudnya?
Robet : kau bisa liat itu dikampus. Itu juga kalau kau peka.

Lampu meredup dan mati. Kisah selanjutnya berganti esok hari di ruangan rapat petinggi
kampus. Yang hadir adalah dari pihak dosen bagian akademis, birokrasi serta petugas
administrasi.
Disinilah dunia sedaun kelor mulai berjalan. Birokrasi seakan kucing berupa dua, dosen seakan
bebek alabio dan administrasi bagai tikus berdasi.
Namun yang paling nyata adalah ketika mahasiswa menjadi anjing kurap yang sering
menggonggong dan menjilat tuanya. Perubahan ke surealis ditandai dengan permainan lampu
lighting.

Birokrasi: miauw, miauw. Selamat siang rekan-rekan baik dari pihak akademis serta administrasi.
Hari ini kembali lagi kita akan membahas tentang rencana kedepan tentang kemajuan
bidang sains dan iptek di lingkungan kerja kita. Banyak permasalahan yang harus
segera diselesaikan dengan cepat dan setuntas-tuntasnya. Untuk lebih detailnya akan
dikemukakan oleh bagian administrasi.
Admin : cuit, cuit. Terima kasih bapak petinggi birokrasi. Rincian permasalahan yang kita hadapi
saat ini adalah tentang anggaran dana rumah ibadah, pembuatan gedung kuliah, sarana
dan prasarana, kesejahteraan pegawai kami, serta keberhasilan kita menghalau anjing
kurap yang suka menggonggong dilingkungan kita.
Birokrasi: benarkah itu? Wah saya tak tau harus bagaimana menyikapinya. Dulu mereka dengan
ganasnya suka menyerang kita sampai kita terdesak. Sekarang ini malah sepertinya
otot-otot serta syaraf otaku malah seperti kurang olah raga. Sepertinya kita memang
sudah menjadi sesuatu yang baik di mata mereka atau malah jadi mereka yang sudah
tak punya taring alias anjing kurap ompong. Tapi ini juga berkat teman-teman bagian
akademis yang bisa mengalihkan isu dan meredam kekritisan anjing-anjing yang jadi
anak didikmu.
Akademi: wek,wek,wek. Kami tak begitu suka dengan politis maupun strategi kekuasaan. Yang
penting adalah kemajuan akademis serta akreditasi lembaga kami. Walaupun sebagian
besar dari kami masih berfikir tentang keadaan rumah tangga ataupun proyek
komersial.
Birokrasi: oke kalau begitu kita lanjutkan saja agenda pembahasan kita. Bahasan yang pertama
adalah masalah rumah ibadah. Inilah salah satu kecerobohan kita yang mengakomodir
tanpa strategi yang jitu. Sekarang kita sendiri yang repot melunasi biayanya.
Akademi: ya tapi setidaknya kita aman dari tuntutan tentang realisasi yang sudah bertahun-tahun
tak terlaksana. Toh itu bukan uang pribadi kita, jadi santai saja bos. Lagipula kita bisa
gunakan uang infaq untuk menutupi uang yang terpakai. Syukur-syukur ada sisa
berlebih untuk kesejahteraan anggota kami.
Birokrasi: ya sudahlah. Kemudian yang kedua adalah tentang sarana dan prasarana. Kita telah
berhasil mengakomodasi tentang sarana dan prasarana di bidang akademis. Untungnya
kita belum dituntut macam-macam sarana yang lain seperti alat-alat penelitian yan
berharga mahal.
Admin : ya itulah bedanya mereka dahulu dengan sekarang. Yang penting ada barang mereka
diam. Maklum saja untungnya kita bukan mengurusi ilmu akuntansi. Dengan data
seadanya atau kita kasih jurnal pasti mereka kalang kabut dan iya-iya saja.
Akademi: lagipula kami hanya mengajarkan yang sebagian isinya berupa hukum khirchof
tentang arus listrik, aturan L’ophital tentang hitungan limit, bilangan spin, kuantum
serta orbital pada atom dan yang paling terbaru adalah bahasa pemrograman pada
teknologi informatika. Yang kami butuhkan adalah anak didik yang tekun dan menurut.
Kalau mereka cerdas dan kritis, kami bisa pusing karena kami ketahuan tak terlalu
banyak tau tentang ilmu kami.

Birokrasi: ya ya ya. Kuakui walaupun anda bilang kaum kalian tak suka politis serta strategi
menyongsong hari depan tapi langkah yang ditempuh sungguh sangat jitu meredam
benih-benih yang nantinya mengancam kita. Yang ketiga adalah rencana kita
mewujudkan visi dan misi lembaga kita. Jujur saja ini sangat sulit dicapai dengan
keadaan dan kita-kita yang seperti ini.
Admin : tapi pak setidakya ini kita jadikan senjata utama kita. Kita semua tau, filosofi senjata
utama adalah prioritas tapi tak digunakan sampai benar-benar terdesak. Jadi kita jadikan
formalitas saja, itung-itung biar dianggap kita sejalan dengan penguasa.
Akademi: tapi ini tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Bagi sebagian dari kami ini adalah
mimpi yang ingin dicapai. Kami ingin secepatnya terlaksana walaupun benar yang
dikatakan bapak birokrasi bahwa semuanya harus ikut andil. Sebenarnya sebagian dari
kamipun sudah sedikit pesimis dengan mimpi itu. Kami tak lagi mendoktrin anak didik
kami agar idealis karena faktanya kami tak idealis. Lagipula pendidikan bukan lagi
pendidikan. Kami hanya mau urusan kami cepat selesai dan dapat bayaran. Persetan
dengan idealis memajukan lembaga karena proyek lebih baik untuk kemajuan rumah
tangga daripada lembaga. Anak didik yang suka menjilatpun akhirnya kami jadikan
lahan bisnis. Yang parah adalah atas dasar nurani kami memberikan leluasa tanpa
berfikir imbas pada dunia di luar sana nantinya. Kalau sudah begitu apalah gunanya
mimpi kalau kita semua masih memilih jalan yang salah.
Birokrasi: ya sudahlah. Kita tetap saja seperti biasanya, toh banyak pula yang seperti demikian.
Peraturan itu fugsinya untuk dilanggar. Contohnya saja kita waktu bikin sim. Jelas-jelas
ada tulisan no pungli tapi ya hanya tulisan saja. suatu saat pasti dianggap maklum. Dan
kita ini sekarang sedang jalan kearah itu.
Admin : pak untuk kesejahteraan kami kapan dibahasnya. Terus terang kami juga takut
kebanyakan dosa karena ikut makan bagi hasil sisa dana anggaran anjing-anjing kurap
itu. Kalau kita idealis membedakan yang hak dan tidak terus terang kami keberatan
secara finansial. Untuk anda-anda yang sudah dapat SK si enak. Tinggal tunggu jatah
dari pemerintah yang besar. Tapi kok ya masih saja kurang saja dengan minta bagian
kepada kami.
Birokrasi: sudahlah. Kalau kalian dapat SK juga akan sama. Intinya jalankan saja yang kita
lakukan sekarang. Lagipula kita-kita ini tak mampu mencari sumber dana lain selain
meminta kepada anjing-anjing itu. Jaringan kita masih lokal dan kebanyakan dari
jaringgan lokal ya seperti kita-kita ini.
Admin : oh jelas tidak pak. Kami ini golongan yang pandai bersyukur. Buktinya kami yang
penghasilanya jauh di bawah bapak-bapak ini masih bisa menjalani kehidupan. Yang
kami butuhkan sebenarnya tunjangan hari akhir yang bisa kami nikmati.
Akademi: ah itu kan cuma alasan kamu di rapat ini saja. banyak kok dari anak didik saya yang
suka mengeluh dengan pungutan-pungutan sok resmi tapi padahal tidak ada dasar
peraturanya yang sah. Untung saja mereka nggak tau sampai kemana uang-uang tadi.
Admin : ya itu sih merekanya sendiri pak yang memberi pada kami. Kami hanya membuat
peraturan dan mereka sendiri yang menginginkan member setoran pada kami. Apakah
hal itu salah. Kalau salah pun itu salah mereka sendiri. Inilah metode pungli yang
ternyata terbukti lumayan menghasilkan. Kalau perlu nanti semuanya harus pakai uang
untuk sewa peralatan dengan alasan untuk perbaikan.
Birokrasi: inilah nikmatnya masuk ke dalam birokrasi, khususnya bagian administrasi. Mencari
orang jujur itu susah, betul bukan. Lalu susah mana dibandingkan dengan menegakan
benang basah.
Akademi: kalau dengan ilmu gravitasi hal yang menyangkut tentang menegakan benang basah
hanya mungkin kalau benang tersebut digantung. Kemudian nilai gaya yang bekerja
pada benang adalah setara dengan massa benang dikalikan nilai percepatan gravitasi.
Sedangkan nilai massa benang berbanding lurus dengan nilai jarak dari benang ketanah.
Semakin tinggi maka.
Admin : stop pak. Memang kalau orang eksak rata-rata lemah dalam tata bahasa. Menegakan kok
di gantung. Lo digantung itu kata-kayanya menggantung bukan menegakan. Asumsinya
menegakan seperti membuat berdiri sesuatu di atas permukaan benda yang dianggap
datar. Kalau menurut saya lebih sulit menegakan benang basah pak.
Birokrasi: hmm, begitu ya. Tetapi kalau menurut saya lebih susah mencari orang yang jujur di
lahan yang basah. Hehehe, iya kan. Bersyukurlah kita sekarang masih bisa bernafas
lega sebelum nanti anjing-anjing bertaring bangun dari tidurnya. Pertemuan kali ini
cukup sekian dan terima kasih atas perhatian semuanya. Miauw, miauw.
Admin : cit, cit.
Akademi: wek, wek,wek.

Babak selanjutnya adalah pertemuan pak dosen akademi, udin dan andrea.

Udin : gug, gug.


Andrea: kaing, kaing.
Akademi: wek,wek,wek. Silahkan masuk. Ada keperluan apa nak andre dan udin.
Andrea: begini pak, aku sangat ingin bisa lulus bulan depan. Pokoknya aku harus bisa mencetak
sejarah di kampus ini dengan menjadi lulusan tercepat.
Akademi: oh, kalau udin?
Udin : nanti saja pak setelah urusan andre kelar baru saya sampaikan maksud saya menghadap
bapak.
Andrea: iya lu nanti aja. Udah tua juga masih betah juga lu disini. Gue aja pengen cepetan lulus.
Kagak usah malu deh lu, orang udik macam lu mah lulus lama juga bisa dibanggain di
kampung lu. Plis ya pak, ini sangat penting banget buat aku.
Akademi: begini nak andre. Kan nak andre tau sendiri kalau peraturanya tidak bisa demikian.
Penelitian minimal itu 3 bulan. Sedangkan nak andre baru saja seminar proposal bulan
kemarin.
Andrea: yah pak. Terus sama aja aku buang waktu 3 bulan lagi dong pak. Emangnya bapak mau
nangung biaya hidup aku serta kos aku disini selama 3 bulan. Lagian kata dosen yang
lain bisa diusahakan kok pak. Tinggal bapak aja yang masih kaku sama peraturanya.
Udin : eh kamu lha ya gak ngerti peraturan pa gimana sih. Udah jelas peraturanya kaya gitu
masih ngeyel pake ngotot pula.
Andrea: ye, pantesan lu kaga lulus-lulus. Kebanyakan ngulang sih. Usaha dong jangan terima
pasrah gitu aja.
Udin : wah kamu ini anak kota tapi adat kaya rimba. Ga ada sopan santunya ke senior babar
blas. Lagian aku ngulang terus karena emang kebijakan dari kampus selalu aku penuhi.
Aku ga main belakang demi nilai yang lulus.
Andrea: salah lu sendiri. Lagian diem aja lu gak usah banga ma status lu yang sekarang. Pak plis
ya pak. Tolong kabulin permintaan aku ya pak. (andrea memohon sampai menunduk
meraih kaki pak dosen dan bersimpuh).
Akademi: udah ndre gak usah sampai begini. Ayo berdiri nanti saya pertimbangkan.
Andrea: plis pak. Lagian kalau aku bisa lulus cepet kan bisa memotifasi temen-temen yang lain
supaya bisa cepet lulus juga pak.

Udin berdiri kemudian memencet remot yang diambil dari sakunya. Seketika orang yang
disekitarnya seperti tak bisa bergerak sama sekali.

Udin : klik. Muak aku melihat semua ini. Kenapa? Kalian heran mengapa mereka berhenti?
Asal kalian tau hal ini karena remote khusus yang aku bikin. Inilah hasil penelitianku
yang dianggap dosen-dosen sini dianggap mengkhayal. Inilah teori baru yang aku
kemukakan.
Remote ini bekerja dengan sistem reaksi fisi nuklir yang di percepat. Unsur uranium yang
meta stabil memiliki kecenderungan untuk meluruh menjadi radon sampai plutonium
hingga mencapai kesetimbangan. Dari reaksi fisi ini kemudian dipercepat dan hasilya
adalah pemendaran atom. Seperti apa bentuknya? Kalian bayangkan saja sendiri.
Intinya adalah remote ini mengubah partikel yang bergerak dalam kecepatan detik diubah
kedalam mikro detik bahkan sampai nano detik. Masih bingung? Ya wajar karena
kalian sendiri masih terlalu awam dengan tekhnologi ini. Bahkan duniapun masih
belum bisa ke tahap itu.
Efek dari penggunaan remote ini adalah manusia akan menjadi mudah tua karena materi-
materi atom yang mengalami percepatan negatif. Kebalikan dengan metode percepatan
yang positif dimana waktu akan bergerak lebih cepat dari aslinya. Efek dari metode ini
maka umur kita akan awet muda.
Apakah kalian masih menganggapku bodoh dengan temuan seperti ini karena kuliahku
yang tujuh tahun. Atau malah kalian menganggap metode ini gila dan nggak masuk
akal seperti kebanyakan orang lainya.
Nabi Muhamad SAW sendiri pernah diragukan bisa membelah bulan. Namun karena
beliau mendapat mukzizat dari tuhan pencipta alam keraguan manusiapun terbantahkan
dengan penelitian NASA yang menyatakan bulan pernah terbelah.
Lihatlah. Inilah contoh makhluk yang dianggap penjilat. Ya wajar saja karena di Negara
ini memang menjadi Negara yang kebanyakan rakyatnya adalah pengemis. Mahasiswa
mengemis demi nilai yang baik bukan mengemis ilmu yang baik. Pegawai pemerintah
mengemis pada pemerintah agar gajinya naik, padahal pegawai keraton saja masih
merasa puas dan bangga dengan gajinya yang aku rasa bikin miris setiap orang yang
mendengarnya. Anehnya lagi kalau pegawai pemerintah korupsi eh malah dianggap
wajar.
Inilah lingkaran setanya. Birokrasi mengemis pada orang tua mahasiswa demi dana
pendidikan yang tak mendidik. Orang tua mahasiswa mengemis pada anaknya supaya
sukses, cepat kerja dan memakmurkan orang tuanya walaupun dengan cara apapun.
Mahasiswa mengemis pada dosen untuk nilai yang baik tanpa diimbangi kualitas yang
baik. Dan dosen sendiri mengemis ke birokrasi agar pangkatnya cepat naik maupun
cepat sertifikasi agar gajinya bisa banyak, anak didiknya entah dibawa kemana.
Lalu dengan penemuanku yang semacam ini sudah pasti akan mengubah dunia semakin
kelam dan kusam saja. Ya inilah kenyataanya. Alat-alat modern revolusioner
kebanyakan menjadi hal-hal yang buruk. TNT, nuklir, plastik, bahan pengawet,
pestisida, pupuk, ah banyak sekali yang menjadikan keburukan di muka bumi.
Sebaiknya kuhancurkan saja alat ini. Dengan menghancurkan alat ini akan
mengembalikan keadaan seperti aslinya. Ya seharusnya manusia kembali ke alam.
Bukan tekhnologi yang menggangu alam.

Setelah remote itu hancur keadaan kembali seperti semula. Dosen dan andrea kembali bergerak
tanpa curiga terjadi sesuatu.

Akademi: iya, iya. Baiklah saya kabulkan permintaan kamu dan nanti saya bicara dengan dosen
yang lain.
Andrea: makasih ya pak. Nanti kalau sudah selesai aku pasti kasih kenang-kenangan ucapan
terima kasih ke bapak. Makasih banget ya pak (andre menyalami pak dosen lalu pergi).
Akademi: beginilah din susahnya memegang idealis di masa sekarang. Antara peraturan sama
nurani itu sering sekali bentrok. Apalagi dengan hal yang semacam tadi, jujur saja din
saya berat mempertahankan idealis saya itu. Oh iya din apa keperluanmu sebenarnya.
Udin : pak sepertinya saya lebih baik tidak melanjutkn studi saya saja pak. Jujur saja dengan
keadaan saya ini sulit bagi saya untuk melanjutkanya.
Akademi: memangnya ada apa dengan keadaanmu din?
Udin : ya bagaimana ya pak saya mulai ceritanya. Intinya sama seperti apa yang barusan bapak
alami dengan andre. Hati dan pikiran saya suka bentrok pak. Kira-kira saya harus
bagaimana pak.
Akademi: begini din. Dunia ini sekarang sudah memusingkan. Jaman dulu lebih banyak putih
dari pada hitam. Tapi sebelumnya juga lebih banyak yang hitam dari pada yang putih
sebelim putih berkuasa atas hitam. Inilah yang terjadi sekarang din. Intinya tanyakan
sama hatimu. Berat din jadi hitam di lingkungan yang putih, begitu juga jadi putih di
tempat yang hitam.
Udin : bapak sendiri jadi seperti apa dalam menjalani hidup.
Akademi: jujur din, untuk masalah nurani saya kecewa dengan apa yang saya lakukan. Tapi
inilah hidup. Hidup itu harus fleksibel biar kita nyaman dalam mengarunginya. Untuk
apa mencari masalah dengan idealis. Jadilah hitam di tempat hitam dan jadilah putih di
tempat putih. Inilah dunia sekarang.
Udin : kalau dengan melukai prinsip saya saya harus lulus sepertinya saya berat pak. Apalagi
saya masuk kuliah disini karena asal masuk dan serasa nyasar. Semakin kesini semakin
tak tau apa yang harus dilakukan sampai akhirnya diujung tanduk seperti sekarang ini.
Sampai tujuh tahun dikampus masih belum bisa apa-apa.
Akademi: udin, udin. Banyak dari kalian yang seperti itu. Percayalah din kalau tuhan
memberimu situasi tertentu dengan kuliah disini karena memang ada sesuatu yang
dirahasiakan Nya. Masih banyak dari teman-temanmu yang merasa susah dengan ilmu
yang mereka pelajari sekarang, padahal ilmu yang mereka pelajari sejatinya adalah diri
mereka sendiri. Mencintai ilmu itu seharusnya seperti mencintai dirinya sendiri juga
din.
Udin : benar juga apa yang dikatakan bapak. Ilmu yang kita kuasai seharusnya menjadi bagian
dari diri kita. Memang banyak pak teman-teman saya yang nilainya bagus tapi hasilnya
ketika ditanya seharusnya dia mengulang. Tetapi yang biasa saja malah kadang ada
yang bisa menjelaskan lebih dari yang lain. Nyesel juga pak buang-buang waktu terlalu
banyak mikir yang lain. Saya tidak fokus dengan ilmu saya, padahal seharusnya yang
penting sedikit tapi mantap.
Akademi: tenang saja din. Kalau kamu mau kamu bisa menyelesaikan studi dengan
perpanjangan waktu yang kami berikan. Ya walaupun harus kembali melanggar
peraturan tapi demi kamu peraturan bisa diatur.
Udin : terima kasih pak atas pencerahanya. Seperti niat saya sebelumnya saya masih akan tetap
mengundurkan diri. Kalau si andre tadi bisa masuk sejarah kampus kita karena lulus
cepat dengan sistem lobi maka saya ingin juga mencatatkan sejarah saya di kampus ini
dengan mengundurkan diri karena menaati sistem bukan melanggar sistem demi
keuntungan sendiri. Terima kasih pak atas bimbinganya selama ini.
Akademi: tolong din pikirkan lagi keputusanmu. Pikirkan juga perasaan orangtuamu.
Udin : saya pamit dulu pak, terima kasih. Guk, guk.
Akademi: wek, wek, wek. (mengelus dada sambil menggelengkan kepala karena tak percaya
dengan dua hal luar biasa yang sangat berbeda dalam waktu yang singkat).

Lampu meredup dan mati. Dunia sedaun kelor kembali menuju normal. Lampu lighting bermain
menandakan kehidupan surealis berubah ke keadaan awal. Disini udin sang mantan mahasiswa
masuk. Udin yang kembali duduk di risban bambu memberikan beberapa wacana.

Udin : kawan, inilah dunia yang kita hadapi. Dunia yang dibilang dunia sedaun kelor adalah
sebuah contoh kehidupan kecil yang mewakili dunia luas diluar sana. Einstein sendiri
pernah bilang sesuatu, yang pasti itu sendiri adalah ketidak pastian. Inilah kenapa aku
memilih berhenti dari kuliah.
Ijasah sendiri tak member kepastian sukses tidaknya manusia. Malahan banyak juga
yang terperosok karenanya. Betapa tidak, setelah mereka lulus, banyak yang bilang cari
kerjaan susah. Padahal mereka sendiri yang malas dan malu karena punya ijasah.
Kenapa malu? Ya mereka malu karena ijasah mereka yang menghalagi kerja yang halal
seperti menjadi petani, peternak, pedagang kaki lima, menjadi pedagang barang bekas,
kuli batu, kuli pangul, maupun buruh alias bawahan atau babu.
Dengan ijasah timbul penyakit dari orang tua yang menyuruh jadi pegawai pemerintah.
Sukur kalau masuknya halal, salah-salah niatnya cuma balikin modal. Apalagi dunia
pendidikan sekarang ini kebanyakan hanya formalitas. Apakah einstein sendiri ikut
sekolah formal? Lalu bagaimana pula dengan bil gate? Lalu apakah habibie yang ikut
sekolah formal masih ingat pelajaran sejarah samudera pasai. Sudahlah mungkin bagi
kalian tak penting.
Hei untuk apa kalian sendiri kuliah? Mencari ilmu atau mencari ijasah? Setelah
mendapat ijasah mau cari makmur atau berkah? Kalau hanya ingin makmur tak perlu
susah-susah dengan ijasah. Ikut transmigrasi juga lumayan. Bisa bantu pemerintah
tanpa jadi beban pemerintah. Itu kalau kalian memang punya tekad ingin makmur. Tak
perlu lah sebenarnya jadi pengemis atau seorang kriminal karena kekurangan pekerjaan,
padahal dengan lahan hutan produktif yang sangat luas di Negara ini, banyak pekerjaan
yang menanti. Inilah pentingnya ilmu yang bukan sekedar ijasah. Wahai kawan. Carilah
ilmu untuk memajukan diri, kertas suci itu yang kalian sebut ijasah jangan jadi prioritas
utama. Anggap saja bonus yang tak terlalu berharga. Kalau aku sih berpendapat
demikian.
Hei, hei, hei. Kenapa? Sepertinya kalian sudah merasa bosan dengan membuang waktu
untuk menonton tontonan yang membosankan ini. Akupun sudah bosan berakting,
sudah bosan latihan, sudah bosan pula melihat tampang kalian yang bingung dan bosan
ketika menatapku. Tapi seharusnya kalian bosan dengan kehidupan kalian yang kurang
tantangan dan memilih cara aman. Sabarlah sedikit karena pertunjukan ini sebenarnya
sudah di ujung tanduk.
Hmm, tapi aku masih ingin menyampaikan sesuatu. Aku ingat dengan kata-kata
Socrates seorang filsuf yunani yang juga guru dari plato. Dia mengatakan akan datang
suatu masa dimana orang akan merasa nyaman dengan keterkurunganya. Padahal kalau
mereka mau keluar dari kurungan itu masih banyak hal-hal luar biasa diluar sana yang
menanti kalian. Bayangkan kalau jakie chan sibuk dengan akuntansi dan bukan aktor
film action. Atau bayangkan pula sang maria ozawa yang belajar fisika material. Ah
tapi yang itu mungkin lebih baik. Pertanyaanya beranikah kalian keluar dari
kenyamanan ataupun jalan raya mencari paradise di hiden area?
Ah, sudahlah. Sepertinya kalian sudah mulai gelisah dengan omonganku yang diluar
nalar kalian karena nalar kalian yang terjebak dengan jam malam. Akulah orang yang
mencari masalah karena gila dengan tantangan masalah. Lalu apakah aku akan sukses?
Itu terserah padaku dan bagaimana jalanku.
Yang ku ketahui dan jadi pandanganku, ilmu itu ada 2 macam. Sedikit tapi mantap
silahkan jadi babu perusahaan. Luas dengan pengalaman tapi dangkal silahkan terjun ke
masyarakat. Inilah gambaran dunia sedaun kelor. Dunia sebenarnya adalah setelah
lampu ini padam. Nikmatilah kenyataanya.

The End.

Anda mungkin juga menyukai