Anda di halaman 1dari 2

http://titianilahi.wordpress.

com/2009/11/03/zhunun-al-misri/

Zunnun Al-Misri (Mesir, 165-264 H)

Salah satu tokoh sufi yang terkenal dengan ilmu ma’rifatnya adalah, Zunnun Al-Misri, beliau
berasal dari Akhtaman salah satu kota di daerah pedalaman Mesir, beliau dimakamkan di
Pemakaman asy-Syafi’i, dan beliau bernama lengkap Abu al-Fayd Sauban bin Ibrahim al-Misri.,
ayahnya seorang Nubian (sebutan bagi penduduk Nubiah, dan termasuk keturunan pembesar
Quraisy), beliau memiliki banyak saudara, dan salah satunya adalah Zu al-Kifli yang banyak
memberikan keterangan tentang hal-ikhwal saudaranya.

Beliau adalah merupakan tokoh sufi pertama yang menonjolkan tentang teori Ma’rifat. Padahal
Paham tentang Ma’rifat sudah banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh sufi sebelum Al-Misri,
tapi yang paling menekankan konsep Ma’rifat pada ajaran tasawuf adalah Zunnun Al-Misri, ya
habibullah.

Zunnun ber mutawatta’ dan mempelajari disiplin ilmu fiqh kepada Malik Ibn Anas, dan di
bidang spritual beliau belajar pada Israfil Al-Maghribi.

Zunnun pernah mengatakan :


“aku menempuh perjalanan 3 kali dan mendapatkan 3 ilmu. Pada perjalanan pertama aku
dapatkan ilmu yang bisa diterima kalangan awam dan khass, pada perjalanan kedua aku
dapatkan ilmu yang hanya bisa diterima kalangan khass, dan pada perjalanan yang ketiga aku
dapatkan ilmu yang tidak bisa diterima oleh kalangan awam maupun khass. Maka tinggalah aku
hampa papa seorang diri”.

Maka dari pernyataan diatas itu Zunnun pun membagi tingkatan Ma’rifat dalam tiga tingkatan,
yaitu : yang pertama adalah tingkat awam, dan yang kedua adalah tingkat ulama dan yang ketiga
adalah tingkat sufi, seperti yang sudah diuraikan dalam Jalan Menuju Ma’rifat dan Hakekat.

Menurut Zunnun Al-Misri, Ma’rifat atau mengenal Allah swt yang sesungguhnya adalah ma’rifat
lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk
Ma’rifat, tetapi itu hanya dapat digolongkan kedalam kategori ilmu saja.

“Memikirkan zat Allah adalah kebodohan, mengisyaratkan sesuatu kepadaNya adalah


kesyirikan, dan hakikat makrifat adalah kebingungan”

Pada suatu kesempatan beliau pernah ditanya tentang bagaimana memperoleh makrifat itu,
beliau berkata : ”araftu rabbi bi rabbi” yang artinya aku mengenal Tuhanku karena Tuhan.
Karena mengenal Allah SWT tidak akan bisa dengan logika dan penalaran akal, melainkan
dengan hati sanubari yang bersih dan selalu diisi dengan asma agung Allah SWT, yaitu
dzikrullah. Dzikir yang dilakukan secara terus menerus.
Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arif billah adalah Allah, dan orang yang arif selalu
akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak dalam
kenistaan dunia yang menghanyutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada Allah.

Selain konsep ma’rifat beliau juga mengungkapkan pengalamannya tentang khauf (rasa takut
kepada Allah). Menurutnya, jika kebenaran telah meliputi diri seseorang maka kebenaran akan
rasa takut kepada Allah akan meliputi dirinya. Karena “takut itu penjaga amal dan harap itu
adalah penolong bencana”

Beliau juga adalah seorang tokoh yang penuh dengan mahabbah terhadap Tuhan, itu tampak dari
perkataan beliau “aku memanggilMu, di hadapan orang lain dengan Ilahi (wahai Tuhan), tetapi
manakala aku sendirian aku memanggilMu dengan panggilan Ya Habibi(Wahai Kekasihku)”.

Zunnun pernah mengatakan, bahwa Neraka bukanlah sesuatu hal yang harus ditakuti, yang lebih
ditakuti adalah ketika berpisah dari Kekasih Sejati. Ketakutannya tak lebih dari setetes air yang
dibuang ke samudera cinta Allah.

Kemudian ketika ditanya tentang apa itu mahabbah, beliau menjawab : “Mahabbah ialah
mencintai apa yang dicintai Allah, membenci apa yang dibenci Allah, mengerjakan secara
paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala sesuatu yang akan membuat kita
jauh dari Allah, tidak takut pada apapun selain dari Allah, dan bersifat lembut terhadap
saudara dan bersifat keras terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak Rasulullah dalam
segala hal”

Zunnun meninggal pada tahun 425 H. konon, tatkala orang mengusung jenazahnya, muncullah
sekawanan burung hijau yang memayungi jenazahnya dan seluruh pengiring jenazah dengan
sayap-sayap hijau burung tersebut. Dan pada hari kedua, orang-orang menemukan tulisan pada
nisan makam beliau, “Zunnun adalah kekasih Allah, diwafatkan karena Rindu” dan setiap kali
orang akan menghapus tulisan itu, maka muncul kembali seperti sedia kala.

Allah tidak akan pernah memuliakan seorang hamba dengan kemuliaan yang lebih mulia
daripada ketika dia menghinakannya atas kehinaan dirinya. Dan Allah tidak menghinakan
seorang hamba dengan kehinaan yang lebih hina daripada ketika dia menutupi dengan kehinaan
dirinya. Karena Hijab yang paling samar dan paling kuat adalah melihat diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai