Anda di halaman 1dari 53

Ibnu 'Araby

SYEIKHUL AKBAR DAN IMAM PARA FILSUF SUFI

Dunia Islam telah melahirkan para tokoh besar dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bahkan
diantaranya tak bisa ditandingi oleh tokoh-tokoh cendekiawan dari dunia luar, baik ahli hukum, filsuf
maupun para fisikawan dan astronom serta matematikawannya. Dunia Barat sungguh berutang budi
pada dunia Islam, karena transfer pengetahuan abad pertengahan senantiasa melalui interpretasi
cendekiawan Muslim.

Tokoh paling unik, filsuf besar, ahli tafsir paling teosofik, dan seorang imam para filsuf sufi setelah
Hujjatul Islam al-Ghazali, seorang ulama Islam yang jumlah karya-karyanya tak tertandingi oleh
ulama Islam mana pun. Ia adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abdullah
bin Hatim, saudara Ady bin Hatim ath-Tha'y. Kemudian ia biasa dipanggil dengan Abu Bakr, Abu
Muhammad dan Abu Abdullah. Namun gelarnya yang terkenal adalah Ibnu 'Araby Muhyiddin, dan al-
Hatamy. Selain itu, ia juga mendapat gelar sebagai Syeikhul Akbar, danSang Kibritul Ahmar.
Walaupun lahir di Andalusia, namun bernasab Arab.

Ibnu 'Araby lahir kedunia bertepatan tanggal 17 Ramadhan, hari Senen, tahun 560 H. Atau tanggal 29
Juli 1165 M. di kota Marsia, Ibu kota Andalusia Timur, sebuah kota yang banyak melahirkan tokoh-
tokoh ulama, cendekiawan dan penyair besar Islam. Ia tumbuh di tengah-tengah keluarga sufi,
ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras menentang hawa nafsu dan materialisme,
menyandarkan kehidupannya kepada Tuhan yang masing-masing membentuk ideologi kehidupan dan
tingkah psikologis sehari-harinya. Kelak dari keluarga inilah lahir filsuf besar, dan imam para sufi
agung yang belum tertandingi dalam dunia Islam.

Ibunya adalah Nurul Anshariyah. Sungguh ibunda agung ini, menyusui putranya dengan air susu
taqwa, menyuapinya dengan suapan mahabbah, mendidikknya lahir dan batin, hingga mencapai
karakter dimana jiwa ibunda telah berpisah dari kemanusiaan menuju karakter uluhiyah. Suatu ketika,
sufi besar Fathimah dari Kordoba berkata kepadanya, "Wahai Nurul Anshariyah, anakmu ini, adalah
"ayahmu", didiklah dengan baik dan jangan kau batasi." Ibunda Ibnu 'Araby tidak terkejut dengan
kata-kata itu, dan ia terima dengan penerimaan yang baik.

Pada tahun 568 H keluarganya pindah dari Marsia ke Isybilia. Maka di kota baru ini, terjadi
transformasi pengetahuan dan kepribadian Ibnu 'Araby. kepribadian sufi, intelektualisme filosufis, fiqh
dan sastra. Karena itu kelak, selain sebagai filsuf sufi, Ibnu 'Araby juga dikenal sebagai ahli tafsir,
hadist, fiqh, sastra dan filsafat, bahkan astrolog dan kosmolog.
Ibnu 'Araby belajar al-Qur'an dengan qira'at sab'ah dari beberapa guru seperti: Abu Bakr bin
Muhammad bin Khalaf al-Lakhmy; Abul Qasim asy-Syarrath dan dari Ahmad bin Abi Hamzah.
Sementara untuk mendalami bidang fiqh dan hadist ia menekuni fiqh mazhab Ibnu Hazm adz-Dzahiry
dan mazhab Imam Malik, pada beberapa guru seperti Ali bin Muhamamd ibnul Haq al-Isybili, Ibnu
Zarqun al-Anshary dan Abdul Mun'im al-Khazrajy.

Dalam majelis-majelis lainnya, ia tak pernah ketinggalan menekuni suatu kitab kecuali membaca
keseluruhan. "Aku mempelajari kitab-kitab antara lain, al-Imta' wal-Mu'anasah karya Abu Hayyan at-
Tauhidy, kitab Al-Mujalasah karya Dinawari, kitab Bahjatul Asrar, karya Imam Ibnu Jahadhah, kitab
Al-Mubtada' karya Ishaq bin Bisyr, kitab Dalailun Nubuwwah, karya Ibnu Nu'aim, kitab As-Sirah karya
Ibnu Hisyam, kitab Shafwatus Shafwah karya Ibnul Jauzy, Musnad asy-Syihab karya Ibnu Salamah al-
Qadha'y, Al-Musnad karya al-Azraqy, Al-Musnad, karya Ibnu Hanbal, As-Sunan, karya Sijistany,
Shahih Muslim, al-Bukhari, dan At-Tirmidzy..."

Toh dari sekian Imam dan kitab itu, Ibnu 'Araby tidak bertaklid sama sekali pada mereka. Ia termasuk
tokoh yang (karena kapasitas ijtihadnya) menolak taklid. Bahkan ia membangun metodologi yang
orisinal dalam menafsirkan al-Qur'an dan Sunnah yang berbeda dengan metode yang ditempuh para
pendahulunya. Hampir seluruh penafsirannya diwarnai dengan penafsiran teosofik yang sangat
cemerlang. "Kami menempuh metode pemahaman kalimat-kalimat yang ada itu. Dimana hati kami
kosong dari kontemplasi pemikiran, dan kami bermajelis dengan Allah di atas hamparan adab,
muraqabah, hudhur dan bersedia diri untuk menerima apa yang datang pada kami dari-Nya, sehingga
Al-Haqq benar-benar melimpahkan ajaran bagi kami untuk membuka tirai dan hakikat.... dan semoga
Allah memberikan pengetahuan kepada kalian semua..." Demikian kata Ibnu 'Araby.

THARIQAT KEPADA ALLAH SWT.

Pada akhirnya, Ibnu 'Araby menempuh jalan halaqah sufi dari beberapa Syeikhnya. Sebagaimana
diakuinya dalam kitabnya yang paling monumental Al-Futuhatul Makkiyah, ia mendalami dunia sufi
dari beberapa syeikh yang memiliki disiplin spiritual yang beragam. Ibnu 'Araby pergi dari satu tempat
ke tempat lainnya, meninggalkan keinginan duniawi dan kenikmatannya. Ia menemui para tokoh yang
benar-benar jujur menepati janji Allah, yang tidak dialpakan oleh bisnis dan jual beli, hingga lalai
dzikir kepada Allah. Ibnu 'Arabi berdzikir dan menghayati seluruh wirid mereka, hingga ruhnya
meyangga ke atas derajat iluminasi dan emanasi yang kemudian melahirkan imajinasi yang dahsyat
dalam dirinya, terurai dalam ratusan karyanya.

Usia 20 tahun, usia remaja penuh gejolak. Tapi Ibnu 'Araby telah matang dalam kepribadian
intelektual dan moralnya. Usia inilah Ibnu 'Araby telah menjadi sufi. Ia berkata:
"Thariqat sufi ini dibangun di atas empat cabang: Bawa'its (instrumen yang membangkitkan jiwa
spiritual); Dawa'i (pilar pendorong ruhani jiwa); Akhlaq dan Hakikat-hakikat. Sedangkan pendorong
itu ada tiga hak: hak Allah, adalah hak untuk disembah oleh hamba-Nya dan tidak dimusyriki
sedikitpun. Hak hamba terhadap sesamanya, yakni hak untuk mencegah derita terhadap sesama, dan
menciptakan kebajikan pada mereka. Dan (terakhir) hak hamba terhadap diri sendiri, yaitu
menempuh jalan (thariqat) yang didalamnya kebahagiaan dan keselamatannya."

Pada hak Allah (pertama) bisa dilacak secara sempurna pada seluruh karya Ibnu 'Araby. Dimana
tauhid dijadikan sebagai konsumsi, iman sebagai cahaya hati, al-Qur'an sebagai akhlaknya. Kemudian
naik ke tahap, dimana tak ada lagi selain al-Haqq (Allah swt.) Karakter Ibnu 'Araby senantiasa naik
dan naik ke wilayah yang luhur, rahasianya senantiasa bertambah rindu, dan hatinya jernih semata
hanya bagi al-Haqq, rahasia batinnya bermukim menyertai-Nya tak ada yang lain yang menyibukkan
dirinya kecuali Tuhannya.

Ibnu 'Araby menggunakan kendaraan mahabbah, bermazhab ma'rifah, dan berwushul tauhid.
Ubudiyah dan iman satu-satunya hanyalah kepada Allah Yang Esa dan Maha Kuasa, Yang Suci dari
pertemanan dan peranakan. Raja tanpa tanding, Pencipta dan Pengatur, Maujud dengan Dzat-Nya
tanpa butuh pada pewujud-Nya. Bahkan seluruh yang wujud membutuhkan-Nya. Seluruh alam
semesta wujud karena Wujud-Nya, dan hanyalah Dia yang berhak disifati sebagai Wujud. Yaitu Wujud
Mutlak dengan sendiri-Nya tanpa batas. Dia bukan inti atom, bukan jasad, bukan arah dan suci dari
dimensi, arah dan wilayah. Namun bisa dilihat oleh hati dan mata hati.

Sementara hak sesama makhluk, ia mengambil jalan taubat dan mujahadah jiwa, serta lari kepada-
Nya. Ia gelisah manakala terjadi lowong atas tindakan kebajikan yang diberikan Allah, sebagai jalan
mahabbah dan mencari ridha-Nya. Hak ini bersumber pada ungkapan ruhani dimana semesta alam
yang ada di hadapannya merupakan penampilan al-Haqq. Seluruh semesta ini bertasbih pada Sang
Khaliq, dan menyaksikan kebesaran-Nya, dan semuanya merupakan limpahan dari organisasi Ilahi.

Sementara hak terhadap diri sendiri adalah menempuh kewajiban agar sampai pada tingkah laku
ruhani dengan cara berakhlak yang dilandaskan pada sifat-sifat al-Haqq, dan upaya penyucian dalam
taman Dzat-Nya.

Semua ini tidak bisa ditempuh kecuali melalui bimbingan dan pendidikan dari para Syeikh yang kamil,
dimana mereka mampu membukakan pintu-pintu cakrawala pencerahan yang luhur dalam perjalanan
ruhaninya.

KONTROVERSI SEPUTAR KARYA-KARYANYA


Pandangan-pandangan filsafat tasawuf Ibnu 'Araby dinilai oleh beberapa pihak, teruatama kaum
fuqaha' dan ahli hadist sangat kontroversial. Sebab, teorinya tentang Wahdatul Wujud dianggap
condong pada pantheisme. Hal ini disebabkan seluruh karya-karya Ibnu 'Araby, meggunakan bahasa
simbolik, sehingga kalangan awam dan kaum tekstualis sangat kebingungan. Bahkan tidak sedikit
yang mengganggap murtad dan kufur pada Ibnu 'Araby. Tak kurang, misalnya Syeikhul Islam Ibnu
Taymiyah, dan pengikutnya. Tetapi pada akhirnya, Ibnu Taimiyah menerima pandangan Ibnu 'Araby
setelah bertemu dengan Taqyuddin Ibnu Athaillah as-Sakandari asy-Syadzily di sebuah masjid di
Kairo, yang menjelaskan makna-makna metafora Ibnu 'Araby. "Kalau begitu yang sesat itu adalah
pandangan pengikut Ibnu 'Araby yang tidak memahami makna sebenarnya," kata Ibnu Taimiyah.

Ketersesatan memahami Ibnu 'Araby juga berkembang di Jawa, ketika secara aliran kebatinan Jawa
singkretik dengan Tasawuf Ibnu 'Araby. Diskursus Manunggaling Kawula Gusti telah membuat
penafsiran yang menyesatkan di kebatinan Jawa, yang sama sekali tidak pantas untuk dikaitkan
dengan Wahdatul Wujud-nya Ibnu 'Araby. Bahkan di jawa sudah melesat ke arah kepentingan jargon
politik yang menindas atas nama Tuhan.

Untuk memahami karya-karya dan wacana Ibnu 'Araby, haruslah disertai thariqat yang penuh,
komprehensif dan iluminatif. Karena itu, harus pula membaca kitab-kitab tasawuf lainnya, dan
kemudian syarah atas karya-karyanya. Dr. Su'ad al-Hakim mengkorkordansi sejumlah istilah filsafat
tasawuf yang secara orisinal muncul dari Ibnu 'Araby. Ada ratusan istilah baru yang diilhami oleh
terminologi Qur'any dan Sunnah Nabawi. Dr. Abdullah Afifi, murid RA. Nicholson, membuat syarah
yang berharga atas karyanya yang paling sulit, Fushushul Hikam. Dan Dr. Mahmud Mathrajy memberi
pengantar panjang dan catatan kaki pada karya monumentalnya, Al-Futuhatul Makkiyah. Namun
Mathrajy juga sedikit terjebak oleh pendapat orientalis, terutama penilainnya sebagai Pantheisme.

Karya-karya Ibnu 'Araby masih asing di Indonesia, termasuk dunia pesantren belum memperkenalkan
karya-karya sufi besar ini. Menurut peniltian para ulama dan juga orientalis, karya Ibnu Araby
berjumlah sekitar 560 kitab lebih. Bahkan ada yang meniliti, termasuk risalah-risalah kecilnya,
mencapai 2000 judul. Kitab tafsirnya yang terkenal adalah Tafsir al-Kabir terdiri 90 jilid. dan karya
ensiklopediknya tentang penafsiran sufistik, yang paling masyhur adalah Futuhatul Makkiyah (8 jilid),
dan disusul pula dengan Futuhatul Madaniyah. Selain itu, karya yang paling sulit dan penuh metaforal
adalah Fushushul Hikam. Dan sesungguhnya untuk sekadar menghantar pemikiran Ibnu 'Araby,
membutuhkan satu juta halaman lebih, atas karya-karyanya

Logged
Orang yang memberi ilmu kepada si bodoh akan hilanglah ilmu itu; orang yang yang manahan ilmu
dari orang yang memerlukannya, adalah membuat dosa'.
abuzulfiqar

Posts: 723

o

Dari Buku IBNU ARABI-TOKOH SUFI


Jawab #1 on: 30 June, 2007, 11:29:37 AM
IBNU ARABI : TOKOH SUFI
Zakaria Stapa
DBP 1993

*Beberapa tahun yang lalu saya ada terbaca buku di atas. Siang tadi saya terjumpa nota yang saya
tulis. Ada baiknya saya berkongsi bahan bacaan tersebut bersama anda.

Namanya MUHAMMAD bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al-Hatimi. Lahir di Andalus
(Sepanyol) pada tahun 560 Hijrah/ 1165 Masehi.

Bapanya berkawan baik dengan IBNU RUSYD dan kerap mengunjungi SYEIKH ABDUL QADIR
JAILANI. Bapanya minat Syeikh Abdul Qadir mendoakan agar dia mendapat anak.

Semasa kematiana ayahnya, Ibnu Arabi teragak-agak untuk mengkebumikan ayahnya kerana
keadaan jasad ayahnya yang masih segar seperti orang hidup. Ini salah satu petanda kesolehan
ayahnya.

Tiga orang bapa saudaranya adalah ahli sufi. Yang peratma sering memukul kakinya dengan tongkat
apabila penat berdiri beribadh pada waktu malam. Yang kedua asalnay seorang pegawai. Setelah
disedarkan oleh seorang ahli sufi, barulah dia tersedar. Yang ketiga masuk ke alam sufi hanya setelah
berusia 80 tahun menerusi seorang kanak-kanak yang tidak tahu pun tentang sufi.

Semasa remaja, Ibnu Arabi pernah menjadi setiausha kepada Gabenor Seville. Beliau pernah jatuh
sakit berta sehinggakan orang ramai menyangka dia akan meninggal dunia. Dalam sakitnya, dia
seolah-olah dikepung sekumpulan makhluk jahat bersenjata yang hendak menghapuskannya. Tba-
tiba muncul seorang yang berseri-seri wajahnya menghalau makhluk-makhluk tersebut. Ibu Arabi
bertanya, Apa engkau ini? Jawabnya, Aku ialah surah Yaasin. Dia terjaga dan mendapati bapanya
sedang membaca Yaasin berhampiran kepalanya. Setelah itu dia terus sembuh dan menjadi ahli sufi.

Syeikh Ibnu Arabi kerap menulis kepada pemerintah menegur tindak-tanduk mereka. Pernah
khalifah yang sedang berkenderaan tidak diberi salam oleh Ibnu Arabi kerana mengikut sunnah- yang
berkenderaan sepatutnya beri salam kepada yang tidak berkenderaan.

Syeikh mengembara selama 40 tahun tetapi ada juga pulang sepanjang tempoh itu. Beliau rajin
mengkaji hasil penulisan Abu yazid Bustami, Abu Mansur al-Hallaj, Hakim at-Tirmizi, Junaid al-
Baghdadi, Abu Talib al-Makki, al-Qusyairi dan al-Ghazali.

Kata Syeikh, Kesemua yang aku tulis dalam kitab-kitabku bukannya hasil daripada pemikiran dan
penaakulan biasa. Ia sesungguhnya diberitahu kepadaku menerusi hembusan malaikat ilham ke
dalam kalbuku. (*Kata-kata sebegini hanya difahami oleh mereka yang berbakat dalam dunia sufi
sahaja). Dikatakan dia menghasilkan 846 hasil karya bertulis. (*Ini membuktikan ilmu ilham yang
diterimanya kerana pada zaman itu kelengkapan menulis susah diperolehi, tidak ada keyboard
seperti hari ini. Dalam kesibukannya dengan disiplin-disiplin sufi dan kelas-kelas pengajian serta
pengembaran selama 40 tahun, mustahil dia mampu menghasilkan 846 karya tetapi itulah yang
berlaku)

Apabila ilham datang, dia tidak boleh berhenti menulis sampailah kitab itu selesai. Ada kitab yang
ditulis dalam masa satu jam sahaja iaitu Hilyatul Abdal yang mengisahkan kelebihan-kelebihan
kaum sufi. Kitab yang paling besar ialah Al-Futuhatul Makkiyyah yang terdiri daripada 560 bab.
Kitabnya yang masyhur Fususul Hikam ditulis setelah diberikan oleh Rasulullah dalam mimpinya
dengan kata, Ambil dan sebarkan kepada manusia agar mereka beroleh manfaatnya.

Ibnu Arabi tidak menggunakan platform tariqat tertentu tetapi dia dibimbing oleh guru-guru dan
rakan-rakan dari tariqat yang berbeza-beza. Beliau kemudiannya mengasaskan Tariqat Akbariyyah.

Beliau turut berguru dengan dua orang ahli sufi wanita- Shams dari Marchena dan Nunah Fatimah
binti Ibn al Muthanna. Syeikh berkhidmat beberapa tahun kepada Fatimah. Sungguhpun Fatimah
sudha berusia 90 tahun, tetapi Ibnu Arabi berasa malu untuk menatap wajahnya yang seolah-olah
gadis berusia 14 tahun.

Ibnu Arabi biasa bertemu KHIDIR telah diberi khirqah olehnya sebanyak tiga kali iaitu semasa di
Seville, Makkah dan Mosul.

Syeikh berkahwin dengan 3 orang wanita.


SYEIKH MUHAMMAD ABDUH adalah antara orang yang kuat mempertahankan Syeikh Ibnu Arabi.

Semasa berada di Mekah, beliau pernah bermimpi melihat Kaabah dibina dengan batu-bata emas
dan perak. Pada salah satu sudut Kaabah itu, masih kurang dua ketul bata (1 emas dan 1 perak).
Ibnu Arabi diletakkan di sana untuk MELENGKAPKAN BINAAN KAABAH itu.

Antara kisah ajaib yang berlaku ke atas Syeikh, suatu ketika Syeikh mengarang sebuah puisi di
Tunis iaitu di madrasah Ibnu Muthana. Kemudian beliau pulang ke Seville (yang memakan masa TIGA
BULAN perjalanan). Tiba di Seville, seorang yang tidak dikenali datang dan membacakan puisi yang
sama dengan karangan Ibnu Arabi. Padahal tidak ada sesiapapun yang tahu isi puisi itu kecuali Ibnu
Arabi sendiri. Ibnu Arabi bertanya kepada si lelaki. Lelaki itu menjawab yang puisi itu ditulis dalam
satu majlis tariqat. Ketika itu datang seorang pengemis yang membacakan puisi itu. Menurut
pengemis, puisi itu dikarang oleh Ibnu Arabi. Setelah dikaji, rupanya pengemis misteri itu
menyebarkan puisi tersebut PADA HARI PUISI ITU DICIPTA oleh Ibnu Arabi.

PANDANG GLOBAL, BERGERAK SEBAGAI SATU UMAT

Alexanderwathern
31 MEI 2007

http://myalexanderwathern.freephpnuke.org/modules.php?name=News&file=article&sid=173&mode=
&order=0&thold=0

Logged
Pandang Global, Bergerak Sebagai Satu Umat.
BerTuhankan Allah, Bersyariatkan Syariat Muhammad saw.
Ummi Munaliza

Posts: 14387

Anniversary Ke 28

o
Re: Ibnu 'Araby
Jawab #2 on: 26 April, 2009, 10:04:47 AM
Siapakah sebenarnya Ibnu 'Araby?

BIODATA
Ibnu 'Araby (Arab: ) bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin
Abdullah bin Hatim. Ia biasa dipanggil dengan nama Abu Bakr, Abu Muhammad dan Abu Abdullah.
Namun gelarnya yang terkenal adalah Ibnu 'Araby Muhyiddin, dan al-Hatamy. Ia juga mendapat gelar
sebagai Syeikhul Akbar, dan Sang Kibritul Ahmar.

Ibnu 'Araby dikenal luas sebagai ulama besar yang banyak pengaruhnya dalam percaturan
intelektualisme Islam. Ia memiliki sisi kehidupan unik, filsuf besar, ahli tafsir paling teosofik, dan
imam para filsuf sufi setelah Hujjatul Islam al-Ghazali. Lahir pada 17 Ramadhan 560 H/29 Juli 1165 M,
di Kota Marsia, ibukota Al-Andalus Timur (kini Spanyol),

Tumbuh besar di tengah-tengah keluarga sufi, ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras
menentang hawa nafsu dan materialisme, menyandarkan kehidupannya kepada Tuhan. Sikap
demikian kelak ditanamkan kuat pada anak-anaknya, tak terkecuali Ibnu 'Araby. Sementara ibunya
bernama Nurul Anshariyah. Pada 568 H keluarganya pindah dari Marsia ke Isybilia.

Perpindahan inilah menjadi awal sejarah yang mengubah kehidupan intelektualisme 'Araby kelak;
terjadi transformasi pengetahuan dan kepribadian Ibnu 'Araby. Kepribadian sufi, intelektualisme
filosofis, fikih dan sastra. Karena itu, tidak heran jika ia kemudian dikenal bukan saja sebagai ahli dan
pakar ilmu-ilmu Islam, tetapi juga ahli dalam bidang astrologi dan kosmologi.

Meski Ibnu 'Araby belajar pada banyak ulama, seperti Abu Bakr bin Muhammad bin Khalaf al-Lakhmy,
Abul Qasim asy-Syarrath, dan Ahmad bin Abi Hamzah untuk pelajaran Alquran dan Qira'ahnya, serta
kepada Ali bin Muhammad ibnul Haq al-Isybili, Ibnu Zarqun al-Anshary dan Abdul Mun'im al-Khazrajy,
untuk masalah fikih dan hadis madzhab Imam Malik dan Ibnu Hazm Adz-Dzahiry, Ibnu 'Araby sama
sekali tidak bertaklid kepada mereka. Bahkan ia sendiri menolak keras taklid.

Ibnu 'Araby membangun metodologi orisinal dalam menafsirkan Alquran dan Sunnah yang berbeda
dengan metode yang ditempuh para pendahulunya. Hampir seluruh penafsirannya diwarnai dengan
penafsiran teosofik yang sangat cemerlang. "Kami menempuh metode pemahaman kalimat-kalimat
yang ada itu dengan hati kosong dari kontemplasi pemikiran.

Kami bermunajat dan dialog dengan Allah di atas hamparan adab, muraqabah, hudhur dan bersedia
diri untuk menerima apa yang datang dari-Nya, sehingga Al-Haq benar-benar melimpahkan ajaran
bagi kami untuk membuka tirai dan hakikat... dan semoga Allah memberikan pengetahuan kepada
kalian semua..." ujar Ibnu 'Araby suatu kali.

Logged
Pengurusan, Pentadbiran Forum Halaqahnet.
Penal Utama Baitul Muslim

Abu Abrisam

Posts: 26

o

SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #3 on: 27 April, 2009, 12:56:59 AM
SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?

Dalam dunia Ilmu Tariqat Sufi, nama Syeikh Muhyiddin bin al-Arabi atau dikenali sebagai Ibn Arabi
atau Ibn al-Arabi sangat terkenal dah dia sangat diagungkan mana-mana pengikut Tasawwuf.

Mereka menganggapnya sebagai seorang Wali Allah yang hebat dan disebut sebagai al-Syeikh al-
Akbar (Syeikh Besar) dan Khatamul Auliya (Penutup Sekalian Wali).

Namun, siapakah sebenarnya dia di sisi Ulama Ahli Sunnah wal Jamaah? Apakah pandangan ulama
Jarh wa Tadil terhadap dirinya?

PANDANGAN IMAM AL-HAFIZ AL-ZAHABI R.H.

Imam al-Zahabi r.h menyebut dalam kitab beliau yang terkenal Siyar Alam al-Nubala bahawa nama
syeikh ini adalah:






Maksudnya: Seorang yang alim, mempunyai tulisan karya yang banyak, Muhyiddin Abu Bakar
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Tai al-Hatimi al-Mursi Ibn al-Arabi.

Kemudian selang beberapa perenggan Imam al-Zahabi menyatakan kedudukan lelaki ini dalam
syariat:


(

)
Maksudnya: dan antara tulisannya yang paling teruk adalah kitab (al-Fusus), maka jika kitab ini tidak
boleh dihukum kufur maka tiada lagi kekufuran dalam dunia ini..

Lihat betapa teruknya lelaki ini sehingga Imam al-Zahabi r.h menghukumkan dia telah mencapai
tahap kekufuran yang lebih tinggi daripada Iblis, nauzubillah min zalik!!

Imam al-Zahabi juga mendatangkan riwayat daripada Imam Izzuddin bin Abdul Salam r.h di mana
beliau berkata:



Maksudnya: dia adalah syeikh yang teruk, keji lagi pendusta

Lihat bagaimana seorang ulama besar mazhab Syafii menghukum Ibn Arabi atau Ibn al-Arabi ini
sebagai keji dan pendusta.

AL-ZARKALI R.H.

Imam al-Zarkali r.h dalam kitab beliau al-Alam menyatakan:

)(
Maksudnya: dan penduduk Mesir telah mengingkarinya kerana satahat (latahan sufi) yang muncul
daripadanya maka sebahagian mereka (ulama Mesir) berusaha untuk menjatuhkan hukuman mati ke
atasnya.

IMAM IBN KASIR R.H.

Ibn Kasir r.h dalam kitab beliau al-Bidayah wa al-Nihayah menyatakan:


Maksudnya: dan dia mempunyai kitab bernama Fusus al-Hikam yang terkandung dalamnya
beberapa perkara kebanyakannya kufur yang jelas pada zahirnya.
Jadi dengan jelas, ulama besar seperti al-Zahabi dan Ibn Kasir rahimahumallah menghukum Ibn Arabi
sekurang-kurangnya sebagai majruh (cedera) pada aqidahnya. Maka, orang seperti ini tidak
sepatutnya dijadikan qudwah ikutan. Ramai lagi ulama dan pemuka-pemuka agama yang boleh kita
contohi dan ikuti, bahkan para Sahabat Rasulullah s.a.w lebih layak untuk kita kaji dan teladani ilmu
dan amalan mereka berbanding orang kebelakangan seperti Ibn Arabi ini. Wallahualam.

Oleh: Mohd Asrie Bin Sobri

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #4 on: 27 April, 2009, 01:12:58 AM
Jangan berbohong sheikh. Sebagaimana anda taksub dengan Muhammad bin Abdul Wahab, takkan
anda tidak mahu mencari keadilan untuk Ibnu Arabi ini.

Logged
Http://jarumemas.blogspot.com
Http://jomfaham.blogspot.com
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #5 on: 27 April, 2009, 01:32:57 AM
Saya terjumpa sumber ambilan abu abrisam ini iaitu di blog ahbashsesat. Yang menarik lagi siap ada
artikelJangan menurut Yang Banyak - Cubaan untuk menyatakan golongan ini adalah lebih
selamat. Dan menghukum ramai umat Islam sesat dan masuk neraka.

Yang peliknya ayat al Quran yang sepatutnya untuk orang musyrik digunakan untuk orang Islam : Sila
lihat :

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah (Al-
Quran) dan kepada Rasul-Nya (yang menyampaikan)," mereka menjawab: "Cukuplah bagi kami apa
yang kami dapati datuk nenek kami mengerjakannya." Adakah (mereka akan menurut juga) sekalipun
datuk nenek mereka tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat hidayah petunjuk? (Al-
Maidah: 104)

Ayat di atas banyak menerangkan agar tidak menurut pada kebanyakan pegangan manusia di muka
bumi ini. Hatta islam sekali pun belum tentu terselamat dalam beri'tiqad. Sila rujuk :
[box title=TitleBox]
http://ahbash-sesat.blogspot.com/2008/12/jangan-menurut-yang-banyak.html[/box]

Hebat pemilik blog Ahbash Sesat ini. Siapakah mereka ini? Dan siapa pula yang membuat pautan
dengan link ini? Dalam menghukum sesat kepada Ahbash, secara tidak langsung juga ada perbuatan
dalam menghalalkan cara bagi menghukum sesat, musyrik kepada Umat Islam dengan menggunakan
ayat Al Quran. Na'uzubiLlah.

Kepada Abu Abrisam takkan anda tak pernah terbaca athar Ibnu Umar apabila berbicara tentang
orang yang merobek agama (merobek agama) beliau menyebutkan sebagai berikut : Sesungguhnya
mereka suka membelokkan ayat yang sebenarnya turun kepada orang-orang kafir lalu mereka
menjadikannya untuk orang -orang Mukmin (Lihat Sahih Muslim Nombor 6531).

Last Edit: 27 April, 2009, 01:36:05 AM oleh IbnuNafis


Logged
Abu Abrisam

Posts: 26

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #6 on: 27 April, 2009, 03:04:00 AM
Quote from: IbnuNafis on 27 April, 2009, 01:32:57 AM
Saya terjumpa sumber ambilan abu abrisam ini iaitu di blog ahbashsesat. Yang menarik lagi siap ada
artikel Jangan menurut Yang Banyak - Cubaan untuk menyatakan golongan ini adalah lebih
selamat. Dan menghukum ramai umat Islam sesat dan masuk neraka.

Yang peliknya ayat al Quran yang sepatutnya untuk orang musyrik digunakan untuk orang Islam : Sila
lihat :

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah (Al-
Quran) dan kepada Rasul-Nya (yang menyampaikan)," mereka menjawab: "Cukuplah bagi kami apa
yang kami dapati datuk nenek kami mengerjakannya." Adakah (mereka akan menurut juga) sekalipun
datuk nenek mereka tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat hidayah petunjuk? (Al-
Maidah: 104)

Ayat di atas banyak menerangkan agar tidak menurut pada kebanyakan pegangan manusia di muka
bumi ini. Hatta islam sekali pun belum tentu terselamat dalam beri'tiqad. Sila rujuk :
[box title=TitleBox]
http://ahbash-sesat.blogspot.com/2008/12/jangan-menurut-yang-banyak.html[/box]

Hebat pemilik blog Ahbash Sesat ini. Siapakah mereka ini? Dan siapa pula yang membuat pautan
dengan link ini? Dalam menghukum sesat kepada Ahbash, secara tidak langsung juga ada perbuatan
dalam menghalalkan cara bagi menghukum sesat, musyrik kepada Umat Islam dengan menggunakan
ayat Al Quran. Na'uzubiLlah.
Kepada Abu Abrisam takkan anda tak pernah terbaca athar Ibnu Umar apabila berbicara tentang
orang yang merobek agama (merobek agama) beliau menyebutkan sebagai berikut : Sesungguhnya
mereka suka membelokkan ayat yang sebenarnya turun kepada orang-orang kafir lalu mereka
menjadikannya untuk orang -orang Mukmin (Lihat Sahih Muslim Nombor 6531).

Setelah terbukti ibn al-'arabi sesat anda masih nak membelanya?? lihat bukti dalam artikel itu
dulu....kalau tak setuju sila bawak dalil yang menyangkal setiap hujah yang diberikan....bukan dengan
cara menjawab yang melencong dari topic.....

Logged
zawq

Posts: 363

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #7 on: 27 April, 2009, 07:31:48 AM
bagaimana orang seperti anda menghukum ibnu arabi sebagai sesat?
sedangkan ibnu taimiyyah sendiri menyatakan kekagumannya kepada ibnu arabi, dan karangannya
(terutama fusus al-hikam).
sekiranya ajaran 'wujudiah' ibnu arabi itu di salah faham, itu nyata terhasil dari pembawaan mereka
yang tidak faham.

sebetulnya, saya juga berfahaman 'wujudiah'. =)

Logged
"AKU akan membelimu; masamu; nafasmu; hartamu; dan hidupmu. Habiskan semua itu kepada-KU.
Palingkan semua itu kepada-KU. dan Ku-bayar dengan kebebasan, keagungan dan kearifan Ilahiah.
Inilah hargamu di mata-KU.
fikri


Posts: 237


o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #8 on: 27 April, 2009, 09:42:45 AM
Quote from: Abu Abrisam on 27 April, 2009, 12:56:59 AM
SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?

Dalam dunia Ilmu Tariqat Sufi, nama Syeikh Muhyiddin bin al-Arabi atau dikenali sebagai Ibn Arabi
atau Ibn al-Arabi sangat terkenal dah dia sangat diagungkan mana-mana pengikut Tasawwuf.

Mereka menganggapnya sebagai seorang Wali Allah yang hebat dan disebut sebagai al-Syeikh al-
Akbar (Syeikh Besar) dan Khatamul Auliya (Penutup Sekalian Wali).

Namun, siapakah sebenarnya dia di sisi Ulama Ahli Sunnah wal Jamaah? Apakah pandangan ulama
Jarh wa Tadil terhadap dirinya?

PANDANGAN IMAM AL-HAFIZ AL-ZAHABI R.H.

Imam al-Zahabi r.h menyebut dalam kitab beliau yang terkenal Siyar Alam al-Nubala bahawa nama
syeikh ini adalah:







Maksudnya: Seorang yang alim, mempunyai tulisan karya yang banyak, Muhyiddin Abu Bakar
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Tai al-Hatimi al-Mursi Ibn al-Arabi.

Kemudian selang beberapa perenggan Imam al-Zahabi menyatakan kedudukan lelaki ini dalam
syariat:

(
)
Maksudnya: dan antara tulisannya yang paling teruk adalah kitab (al-Fusus), maka jika kitab ini tidak
boleh dihukum kufur maka tiada lagi kekufuran dalam dunia ini..

Lihat betapa teruknya lelaki ini sehingga Imam al-Zahabi r.h menghukumkan dia telah mencapai
tahap kekufuran yang lebih tinggi daripada Iblis, nauzubillah min zalik!!

Imam al-Zahabi juga mendatangkan riwayat daripada Imam Izzuddin bin Abdul Salam r.h di mana
beliau berkata:



Maksudnya: dia adalah syeikh yang teruk, keji lagi pendusta

Lihat bagaimana seorang ulama besar mazhab Syafii menghukum Ibn Arabi atau Ibn al-Arabi ini
sebagai keji dan pendusta.

AL-ZARKALI R.H.

Imam al-Zarkali r.h dalam kitab beliau al-Alam menyatakan:

)(
Maksudnya: dan penduduk Mesir telah mengingkarinya kerana satahat (latahan sufi) yang muncul
daripadanya maka sebahagian mereka (ulama Mesir) berusaha untuk menjatuhkan hukuman mati ke
atasnya.

IMAM IBN KASIR R.H.

Ibn Kasir r.h dalam kitab beliau al-Bidayah wa al-Nihayah menyatakan:


Maksudnya: dan dia mempunyai kitab bernama Fusus al-Hikam yang terkandung dalamnya
beberapa perkara kebanyakannya kufur yang jelas pada zahirnya.

Jadi dengan jelas, ulama besar seperti al-Zahabi dan Ibn Kasir rahimahumallah menghukum Ibn Arabi
sekurang-kurangnya sebagai majruh (cedera) pada aqidahnya. Maka, orang seperti ini tidak
sepatutnya dijadikan qudwah ikutan. Ramai lagi ulama dan pemuka-pemuka agama yang boleh kita
contohi dan ikuti, bahkan para Sahabat Rasulullah s.a.w lebih layak untuk kita kaji dan teladani ilmu
dan amalan mereka berbanding orang kebelakangan seperti Ibn Arabi ini. Wallahualam.
Oleh: Mohd Asrie Bin Sobri

Ibnu Nafis xnampak ke Abrisam bawakkan dalil dari kitab dan sumbernya, kalo tidak percaya
mengapa tidak belek2 sahaja kitab tersebut.

Logged
Saya meminta maaf sekiranya terkasar bahasa sepanjang saya bersama Halaqian. Kini saya sudah
berhenti menjadi Halaqians. Selamat maju jaya. Selamat menuntut ilmu dengan manhaj yang
sahih.Tolong delete ID saya.
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #9 on: 27 April, 2009, 10:25:02 AM
fikri, bila saya berbincang dengan anda mengenai masalah sheikh khajandi adakah anda membelek
kembali kitabnya? Insya ALlah, saya akan membawa juga pandangan yang membela ibnu arabi. Cuma
yang saya pertikaikan di atas abur abrisam ini membawa artikel tanpa membawa sumber dari mana ia
mengambilnya. Dan saya berjaya mendapatkan sumbernya iaitu dari blog ahbash sesat.

Dan saya juga membawa bukti bahawa blog ahbash sesat tersebut menggunakan al Quran yang
sepatutnya ayat itu untuk orang musyrik tetapi digunakan dengan sewenang-wenangnya
untuk menghukum umat Islam pula. Mengapa diambil sumber sebegini yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan?

Dengan ini benarlah, ada golongan yang mengaku dirinya golongan selamat dan mudah menghukum
kafir, syirik dan sesat pada umat Islam tanpa hak.
Patutkah terus menghukum tanpa membuat penyelidikan. Patutkah ayat al Quran digunakan untuk
kepentingan golongan sendiri? Sumber pun boleh dipertikaikan, adakah artikel di atas itu boleh
dipertanggungjawabkan? Jom fikir.

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #10 on: 27 April, 2009, 10:46:25 AM
Al-Syaykh Ibn Arabiy Dan Pemikiran Wahdat Al-Wujud

Oleh:

Sulaiman bin Ibrahim Jab. Pengajian Dakwah Dan Kepimpinan


Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaya

Pendahuluan

Al-Syeikh Ibn Arabiy (r.h.) adalah seorang tokoh pemikir besar dalam sejarah pemikiran Islam,
khususnya dalam tasawwuf. Dengan meninggalkan ratusan karya, beliau membentuk pengaruh yang
sangat besar dalam aliran tasawwuf Islam. Pengaruhnya yang besar dan pemikirannya yang dianggap
kontroversi telah memaksa ulama besar membahaskan kedudukannya dan kedudukan pernik dalam
Islam sehingga lahirlah tiga golongan ulama.

Pertama golongan ulama yang membangkang, mengkritik, menyesa malah ada yang sampal
mengkafirkan al-Syeikh Ibn arabi.

Kedua ialah golongan ulama yang mengambil apa menyokong pendapat-pendapat al-Syeikh Ibn
arabi dan menganggapnya sebagal al-Syeikh al-Akbar Sultan al- Awliya. Mereka telah berusaha
membersihkan beliau daripada tuduhan yang mereka anggap palsu berhubungan al-Syeikh Ibn
Arabiy.

Ketiga ialah golongan ulama yang berdiam diri memberikan sebarang hukum terhadap al-Syeikh Ibn
arabi .

Sesungguhnya penulisan tentang al-Syeikh Ibn Arabiy mencabar dan memerlukan kajian dan
pembacaan yang dan mendalam, namun masa yang terlalu terhad tela memungkin penulis berbuat
demikian. Justeru, tulisan in akan cuba menyingkap beberapa persoalan utama sahaja berhubung al-
Syeikh Ibn Arabiy seperti beberapa perkara mengenai latar diri tokoh tersebut, kedudukannya di
kalangan para ulama dan teori wahdat al-wujud yang seringkali dikaitkan dengannya. Sedaya upaya,
dalam menanggapi pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy, penulis cuba melihat dari kaca mata beliau sendiri
dan juga ahli sufi, bukannya dari kaca mata musuhnya. Penulis sendiri amat sedar tentang kekerdilan
penulis untuk menanggapi pemikiran tokoh besar ini, seumpama kata Syeikh al-Islam, Syeikh al-
Azhar al-Syari` al-Imam al-Akbar Prof Dr. Abd. Al-Halim Mahmud umpama sang kelawar mahu
menduga sang singa yang hebat.

Latar Belakang AL-Syeikh Ibn Arabiy

Nama: Nama penuh al-Syeikh Ibn Arabiy ialah Abu Bakr Muhy al-Din Muhammad ibn Aliy ibn
Muhammad ibn Ahmad ibn Abd Allah al-Hatimiy (daripada keturunan Abd Allah ibn Hatim saudara
Adiy ibn Hatim al- Taiy.l Beliau dikenali dengan gelaran Ibn al- Arabiy (dengan awalan al-) di Ilegeri-
negeri sebelah al- Maghrib (Barat), dan dengan gelaran Ibn Arabiy (tanpa awalan al) di negeri-negeri
sebelah al-Masyriq (Timur) untuk membezakan antara beliau dengan al-Qadi Abu Bakr ibn al-
Arabiy.2
Keluarga: Beliau adalah berasal dari keturunan keluarga yang masyhur di negeri sebelah Maghrib.3
Bapanya adalah seorang ulama fiqh dan hadith, juga seorang wali Allah.4

Tarikh lahir: Hari Isnin, 17 Ramadan 560H (1165M) di bandar Murcia, Tenggara Andalus
(Sepanyol).5
Pengajian: Semasa kecil, di Murcia beliau menghafaz al-Quran al- Karim. Pada ketika berusia lapan
tahun (568H), beliau berpindah bersama bapanya ke bandar Isybiliyah dan belajar dengan beberapa
orang ulama besar. Beliau mempelajari kitab (al-Kafi) dalam bidang Qira at Sabah (Qira at Tujuh)
dengan al-Syeikh Abu Bakr ibn Khalaf dan al-Syeikh Abu al-Qasim al-Syarrat. Beliau juga belajar kitab
(al- Taysir -bidang Qira at) karangan al-Imam Abu Amr al-Dani dengan al-Syeikh Abu Balsr
Muhammad ibn Jamrah. Beliau juga mempelajari ilmu hadith, fiqh dan bahasa dengan ulama besar
zaman itu sepertical-Syeikh Abu I Abd Allah ibn Zarqun, al-Hafidh ibn al-lad ahli fiqh di Andalus, al-
Syeikh Abu al- Walid al-Hadramiy, al-Syeikh Abu al-Hasan ibn Nasr dan al-Syeikh IAbu Muhammad I
Abd al-Haqq al-Isybiliy dan al-Syeikh Abu al- Qasim ibn Basykuwal dan laln-laln.6

Dikatakan, bahawa sepanjang pengajiannya, beliau telah menguasal semua musannafat (kitab) dan
kuliah-kuliah pengajian yang disampalkan oleh guru-gurunya. Kebijaksanaannya sangat terserlah dan
bintangnya bergemerlapan berbanding teman- temannya yang laln sehinga beliau meningkat ke tahap
al-Syuyukh dan menjadi imam dalam ilmu maqul dan manqul. Sejumlah ulama besar telah
mengurniakannya ijazah berhubung al-marwiyyat (hadith) dan kitab-kitab karangan mereka seperti
Ibn Asakir, Ibn al-Jawziy, al-Hafidh al-Sulamiy, I Abd al-Haqq al-Isybiliy dan laln- laln.7

Al-Syeikh al-Mufassir al-Muhaddith Ismait al- Ajluniy dalam kitab (Kasyf al-Khafa wa Muzil al-lltibas
Amma Usytuhira min al-Ahadith ala Alsinat al-Nas), daripada al-Syeikh Hijaziy al-Waiz (pensyarah
kitab al-Jami al-Saghir karya al-Imam al-Suyutiy): bahawa al- Syeikh Muhy al-Din ibn Arabiy
adalah terhitung dan kalangan al- huffazS (ialtu beliau adalah se9rang al-hafiz).9

Dalam bidang tasawwuf, beliau mendapat didikan daripada 55 orang syeikh. Beliau abadikan
nama dan biografi mereka dalam kitabnya yang berjudul al-Durrah al-Fakhirah Fi Dhikr Ma lntafatu
Bihi Fi Tariq al-Akhirah.lo
Beliau juga dianggap sebagal Mujtahid Mutlaq.ll AL-Syeikh Ibn , Arabiy menyatakan dalam kitabnya
al-Futuhat al-Makkiyah:12 II Al- hamdulillah, kita tidak bertaklid, kecuali dengan Nabi al-Syari (s.a.
w.). Beliau bersyalr:
Quote
Bukanlah aku dari kalangan orang yang berkata berkata Ibn Hazm Tidak, juga tidak berkata Ahmad,
tidak juga al-Numan.

Balt syalr ini telah diberikan komentar oleh lbn al-lmad al- Hanbaliy dalam kitabnya (Syadharat
al-Dhahab Fi Akhbar Man
Dhahab): Kenyataan ini adalah sarih (jelas atau nyata) menyatakan beliau adalah mujtahid
mutlaq.13

Karya: Al-Syeikh Ibn Arabiy mempunyal sangat banyak karya dalam bentuk kitab; syalr dan nathar
yang mencecah hampir 250 buah karya merangkumi karya yang besar dan karya kecil, ada yang
menyatakan 500 buah karya,14sedangkan Carl Brockelman menghitungnya sebanyak 150 karya.15
Antara yang masyhur ialah:

1. Al-Futuhat al-Makkiyah yang mula beliau tulis sejak tahun 599H. dan disiapkan ketika beliau
menetap di Damsyik (620H/1223M.-638H./1240M.). Ia merupakan kitabnya yang paling besar dengan
kandungannya sebanyak 560 bab. Kitab ini membicarakan prinsip-prinsip metafizik, pelbagal llmu
yang bersifat suci, dan pengalaman kerohanian beliau sendiri. Tambahan pula kitab ini merupakan
ilmu-ilmu kerohanian Islam yang mengatasi semua kitab yang pernah ditulis oleh beliau dari aspek
skop dan isinya.

2. Kitab Fusus al-Hikam. Ia disiapkan pent1lisannya di Damsyik dalam ta-hun 628H./1230H. dan
dianggap sebagal kemuncak kematangan penulisan beliau, di mana dalamnya terkandung
kesempurnaan aliran beliau yang telah disentuh oleh beliau dalam tulisan-tulisan beliau yang laln.

3. Kitab Mawaqi al-Nujum wa Matali Ahillat al-Asrar wa al-Ulum, yang telah ditulis pada tahun 595H.
serna sa beliau berada di al-Meria.

4. Kitab Insya al-Dawair, yang beliau memulakan penulisannya semasa berada di rumah sahabat
beliau al-Mahdawiy, di Bandar Tunis, pada tahun 598H.

5. Kitab Tarjuman al-Asywaq, yang beliau tulis semasa berada di Makkah, pada tahun 599H.

6. Kitab Misykat al-Anwar, yang ditulis pada masa beliau berada di Makkah dari tahun 599H. hingga
tahun 601H. Kitab ini berupa satu koleksi daripada hadith Rasulullah (s.a. w.).

7. Kitab Hilyat al-Abdal, yang juga ditulis dalam tempoh beliau


berada di Makkah dari tahun 599H. hingga 601H. Kitab ini berupa satu risalah berhubung dengan
kelebihan-kelebihan golongan sufi yang dikatakan telah disiapkan penulisannya dalam tempoh satu
jam sahaja.

8. Kitab Taj al-rasaiI, yang juga ditulis dalam tempoh beliau berada di Makkah dari tahun 599H.
hingga 601H. Kitab ini pula merupakan satu risalah tentang mimpi.

9. Kitab Ruh al-Quds Fi Munasahat al-Nafs, yang ditulis pada


tahun 600H. semasa beliau berada di Makkah juga.

10. Kitab al- Tanazzulat al-MawsiIiyyah, yang ditulis semasa beliau berada di Mosul pada tahun 601H.
hingga 602H. Ki-tab ini merupakan satu risalah yang mengandungi 50 bab, membicarakan
kepentingan wuduk dan sembahyang dipandang dari aspek esoferiknya.

11. Kitab al-Dhakhair wa al-AIaq, ditulis di Makkah pada tahun 611H. Kitab ini, sebenamya
merupakan komentar yang berslfat esoteric terhadap balt-balt Tarjuman al-Asywaqnya.

12. Kitab Diwan Ibn Arabiy atau al-Diwan al-Akbar yang disiapkan penulisannya dalam tempoh beliau
menetap di Damsyik. Kitab ini merupakan suatu koleksi besar syalr-syalr tasawwuf yang beliau
cipta.16

Di samping bidang tasawwuf, al-Syeikh Ibn Arabiy juga mempunyal karya dalam bidang
laln seperti bidang hadith dan tafsir. Dalam bidang hadith, beliau telah menghasilkan kitab
Mukhtasar al-Musnad al-Sahih Ii Muslim ibn al-Hajjaj (Ringkasan al- Musnad al-Sahih karya al-Imam
Muslim ibn al-Hajjaj) Mukhtasar al- Tirmidhiy (Ringkasan kitab karya al-Imam al- Tirmidhiy) dan al-
Misbah Fi Jam Bayn al-Sihah. 17 Sementara dalam bidang tafsir, beliau mempunyal sebuah kitab
al- Tafsir al-Kabir mencecah 95 jilid di mana beliau telah sempat menafsirkan al-Quran sehingga ayat:
18
Quote
Maksudnya: Dan Kami telah mengajarkannya dari sisi Kami suatu ilmu.

(Surah al-Kahf : 65)

Last Edit: 27 April, 2009, 10:49:59 AM oleh IbnuNafis


Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #11 on: 27 April, 2009, 10:56:06 AM
Kedudukan al-Syeikh Ibn Araby di Kalangan Ulama

Seperti yang dinyatakan dalam bahagian pendahuluan, al-Syeikh Ibn Arabiy adalah seorang tokoh
ilmuan yang sangat kontroversi dalam sejarah tamadun ilmu Islam. Ulama terbahagi kepada tiga
golongan dalam memberikan pandangan berhubung kedudukan al-Syeikh Ibn Arabiy ini.

Golongan Pertama ialah golongan ulama yang mengambil pendirian menyokong pendapat-
pendapat al-Syeikh Ibn Arabiy, menganggapnya sebagal al-Syeikh al-Akbar Sultan al- Arifin dan
mereka telah berusaha membersihkan beliau dari pada tud uhan- tuduhan yang mereka anggap palsu
berhubungan al-Syeikh Ibn ~ Arabiy.

Antara mereka ialah al-Imam Jalal al-Din al-Suyutiy (849- 911H), al-Imam Abd al-Wahhab al-
Sya~raniy, al-Syeikh Majd al- Din Muhammad ibn Yaqub al-Fayruzabadiy, pengarang al-Qamus al-
Muhit dan laln-laln.

AL-Imam Jalal al-Din al-Suyutiy telah menukilkan dalam kitabnya Tanbi ah al-Ghabiy bi
Tabri ah Ibn Arabiy nukilan-nukilan ramal ulama Islam yang menyanjung al-Syeikh Ibn /
Arabiy. Disebabkan ruang yang terbatas, berikut di sebutkan di sini beberapa nama mereka
sahaja tanpa menukilkan kata-kata mereka:19

(1) AL-Syeikh Safiy al-Din ibn Abi al-Mansur. (2) AL-Syeikh / Abd al-Ghaffar al-Qawsiy.
(3) AL-Syeikh Abu / Abd Allah ibn As/ad ibn / Aliy al- Yafi/iy. (4) AL-Hafiz Muhibb al-Din ibn al-Najjar.
(5) AL- Allamah Siraj al-Din ibn al-Hanafiy.
(6) AL-Syeikh Waliy al-Din Muhammad ibn / Abd Allah al-
, Ajamiy.
(7) AL-Syeikh al-Badr ibn al-Sahib dan laln-laln.2
AL-Imam / Abd al-Wahhab al-Syaraniy mempunyal beberapa buah kitab yang mana dalam kitab-kitab
tersebut beliau telah membela al-Syeikh Ibn / Arabiy. Antaranya ialah al-Kibrit al-Ahmar Fi Bayan
Ulum al-Syeikh al-Akbar, Tanbih al-Aghbiya / Ala Qutrah Min Bahr Ulum al-Awliya, al- Yawaqit wa
al-Jawahir, Lawaqih al-Anwar al- Qudsiyyah dan laln-laln. Antara kenyataan al-Imam / Abd al-
Wahhab al-Syaraniy dalam percubaan beliau membela dan mempertahankan al-Syeikh Ibn Arabiy
ialah: Sesungguhnya ilmu- ilmu al-Syeikh (Ibn / Arabiy) semuanya berdiri atas asas al-kasyf dan al-
tarif dan ilmu-ilmu beliau bersih daripada syak dan penyelewengan.21

Di antara sebab banyak pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy dianggap I menyeleweng ialah wujudnya
beberapa karangan beliau yang telah terdedah kepada pencerobohan. Pada zaman dahuIu,
perkembangan kitab bergantung kepada industri penyalinan (al- naskh). Maka, didapati bahawa
ada sesetengah karangan al-Syeikh Ibn Arabiy telah diceroboh dengan dimasukkan
tambahan- tambahan yang tidak ada pada naskhah asal di mana tambahan- tambahan ini
mempunyal unsur-unsur penyelewengan akidah ahl al-sunnah wa al-jamaah seperti
kefahaman al-hulul wa al-ittihad. Kenyataan ini pemah dinyatakan oleh al-Imam Abd al-
Wahhab al- Syaraniy dalam kitabnya Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah:
Quote
[/b][/u]
Semasa saya melakukan usaha meringkaskan (Mukhtasar) (kitab al- Futuhat al-Makkiyah), saya telah
terhenti pada banyak tempat dalam kitab itu di mana isi kandungannya jelas bagi diriku bercanggah
dengan akidah ahl al-sunnah wa al-jama ah, jadi saya telah memadamkan bahagian tersebut
daripada ringkasan (Mukhtasar). Boleh jadi saya terlalal, lalu saya memeriksa kandungan kitab itu
Kemudian, saya terus beranggapan bahawa bahagian-bahagian yang saya telah padamkan itu I
memang thabit ianya adalah daripada perkataan al-Syeikh Muhy al-Din, sehinggalah
seorang saudaraku seorang alim al-Madaniy yang wafat pada tahun 955H datang
menziarahiku. Lalu, saya bermuzakarah dengan beliau tentang perkara ini, lalu beliau
menunjukkan kepada saya satu naskhah kitab al-Futuhat al-Makkiyah yang dia sendiri telah
menyemaknya dengan satu naskhah asli tulisan tangan al-Syeikh Muhy al-Din, maka saya
dapati bahawa bahagian-bahagian yang saya padamkan itu (yang saya sangka ia adalah
perkataan asli al-Syeikh Muhy al-Din dan ianya bercanggah dengan akidah ahl al-sunnah
wa al-jamaah) tidak ada sarna sekali, jadi saya terus memadamkannya. Justeru, tahulah
saya bahawa naskhah-naskhah (naskhah kitab al-Futuhat al-Makkiyah) di Mesir sekarang ini
semuanya telah disalin berdasarkan naskhah yang telah dimasukkan tambahan-tambahan fitnah
terhadap al-Syeikh yang mana ianya bercanggah dengan akidah ahl al-sunnah wa al-jamaah
sebagalmana juga apa yang telah berlaku kepada kitabnya Fusus al-Hikam dan laln-lalnnya.

22

Kenyataan bahawa banyak kitab-kitab karangan al-Syeikh Ibn , Arabiy telah diceroboh
dengan tambahan-tambahan palsu oleh puak-puak zindik dan al-Batiniyyah sudah maklum
dan pasti (confirmed). Hal ini telah dinyatakan oleh al-Muqriy dalam Nafh al- Tayyib, Ibn al-
Imad al-Hanbaliy, dalam Syadharat al-Dhahab dan juga al-Haji Khalifah dalam Kasyf al-
Zunun. Justeru, memetik kata- kata al-Syeikh Ibn Arabiy mesti dilakukan secara hati-hati,
terutamanya perkara-perkara yang kelihatan bercanggah kerana kemungkinan ia adalah kerja puak-
puak zindik dan al-Batiniyyah yang sengaja menokok-tambah perkara-perkara jahat dalam karya
beliau.

Golongan kedua ialah golongan ulama yang membangkang, mengkritik, menyesatkannya,


malah ada yang sampal mengkafirkan al-Syeikh Ibn Arabiy.

Terdapat beberapa kitab yang ditulis khusus untuk menyerang al- Syeikh Ibn Arabiy dan golongan
sufi, yang dianggap oleh golongan penentang ini, sebagal pelampau. Antara tulisan-tulisan tersebut
adalah seperti berikut:23

1. Tanbih al-Ghabiy ala Takfir Ibn Arabiy, karya Burhan al-Din Ibrahim al-Biqaiy.
2. Kasyf al-Ghita An Haqaiq al- Tawhid wa Aqa id al-muwahhiddin
yang ditulis oleh Badr al-Din Husayn Ibn al-Ahdal.
3. AL-Suyuf al-Masyhurah fi Ibn Arabiy wa Kalimatihi al-Mahzurah, yang ditulis oleh Abu Bakr Ibn
Abd Allah al-Dimasyqiy.
4. Asyiat al-Nusus yang ditulis oleh Imad al-Din Ahmad al- Wasitiy.
5. AL-Qawl al-Munabbi Fi Akhbar Ibn Arabiy, yang ditulis oleh al- Sakhawiy.
6. Tahdhir al-Ibad min al-hulul wa al-ittihad, yang ditulis oleh IbnTulun.

Golongan ketiga ialah go long an ulama yang berdiam diri tanpa memberikan sebarang
hukum terhadap al-Syeikh Ibn Arabiy.24

Sementara al-Syeikh Izz al-Din Abd al-Salam (w748H/1348M) pula telah diriwayatkan
mempunyal dua pandangan terhadap al- Syeikh Ibn Arabiy.

Pertama, pandangan yang negatif dan kedua pandangan yang positif.

Perubahan sikap ini ada kaltannya dengan perubahan sikap beliau terhadap para sufi.
Quote
Hal ini telah dinyatakan oleh al-Syeikh Ibn Ata Allah al-Sakandariy (w709H) dalam kitabnya Lataifal-
Miran bahawa al-Syeikh Izz al-Din Abd al-Salam pada awalnya bersikap seperti sikap para fuqaha
yang cepat mengingkari para sufi. Kemudian, apabila beliau berkawan dengan al-Syeikh Abu al-Hasan
al-Syadhiliy (593-656H) dan sikapnya mula berubah terhadap para sufi di mana beliau selalu
menghadiri majlis-majlis ahli sufi.

25

Secara umumnya, boleh dianggap bahawa ramai para sarjana dan ulama yang memandang
serong terhadap pemikiran al-Syeikh Ibn , Arabiy. Mereka lebih suka menonjolkan aspek-
aspek khilafiyyah yang cuba disandarkan kepada pemikiran beliau seperti pemikiran
wahdat al-wujud, al-hulul dan al-ittihad. Kebanyakan mereka menerima pakal pendapat
ulama dan sarjana terdahulu berkaltan dengan pemikiran wahdat al-wujud, al-hulul dan al-
ittihad yang dikaltkan dengan al-Syeikh Ibn Arabiy tanpa mengulangkaji semula karya-
karya beliau secara saksama. Dalam erti kata yang laln, keterkaltan al-Syeikh Ibn Arabiy dengan
pemikiran wahdat al- wujud, al-hulul dan al-ittihad ini seolah-olah suatu tuduhan tradisi yang diwarisi
turun temurun oleh sesetengah sarjana dan ulama tanpa ada kajian semula terhadap hakikat perkara
ini secara mendalam. Justeru, al-Syeikh Ibn Arabiy telah berada di kandang orang tertuduh
pada sepanjang sejarah pemikiran Islam walaupun ada ramal juga ulama dan sarjana yang
cuba membelanya, namun gelombang pemikiran yang memandang negatif terhadap beliau
lebih mendominasi pemikiran khalayak.
Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #12 on: 27 April, 2009, 11:04:52 AM
Pemikiran Wahdat AL-Wujud

Wahdat al-wujud adalah sebuah doktrin tasawwuf yang menjadi polemik yang hebat diperdebatkan di
kalangan ulama dan sarjana Islam. Wahdat al-wujud mempunyal pengertian yang berbeza-beza
antara seseorang ulama atau sarjana. Kepelbagalan tanggapan untuk memahami konsep wahdat al-
wujud ini telah menyebabkan lahirnya pelbagal hukum terhadap konsep itu sendiri, sarna ada hukum
yang mengharamkannya dan menganggap penganutnya sebagal sesat, atau hukum yang
mengharuskannya dan menganggapnya sebagal konsep yang tidak bercanggah dengan Islam. Tidak
kurang pula ada ulama yang bersikap berkecuali dalam memberikan hukum terhadap konsep
kontroversial ini.

Dalam masa yang sarna, istilah wahdat al-wujud ini digunakan oleh ulama daripada mazhab ahl al-
sunnah dan juga mazhab Syiah. Justeru, memberikan hanya satu bentuk pendapat atau hukum
terhadap konsep ini berasaskan kepada salah satu pengertian atau kefahaman akan menimbulkan
keresahan di kalangan sesetengah pihak yang laln. Tulisan ini akan cuba meninjau pengertian wahdat
al-wujud yang dianuti oleh para sufi secara umumnya sebelum meninjau pendapat golongan
pengkritik tasawwuf atau pengecam konsep wahdat al-wujud ini.

Doktrin wahdat al-wujud biasanya dihubungkan dengan Ibn Arabiy kerana tokoh ini
dianggap sebagal pengasasnya. Oleh itu adalah tidak menghalrankan jika selama ini istilah wahdat
al-wujud dikatakan berasal daripada Ibn Arabiy. Kajian ilmiah tentang sufisme, baik yang dilakukan
oleh para orientalis mahupun yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Muslim, selama beberapa dekad
tidak mempersoalkan anggapan yang telah lama berlaku ini.26 dan namun, tanggapan ini telah cuba
diubah oleh beberapa sarjana yang gigih mengkaji pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy dan teori wahdat
al-wujud. Antara sarjana yang berpendapat bahawa teori wahdat al-wujud ini bukan berasal
daripada al-Syeikh Ibn Arabiy ialah Prof. Ibrahim Bayyumi Madkur,27Hermann Landolt28
dan Prof. Dr. Suad al-Hakim. 29

Ibrahim Bayyumi Madkur 3O dan Suad al-Hakim 31 menganggap bahawa kemungkinan al-Syeikh al-
Imam Ibn Taymiyyah adalah antara orang yang pertama yang mempopularkan istilah ini dalam
risalah-risalahnya untuk menghentam golongan tasawwuf yang menganut faham tersebut.32
Sementara kajian Dr. Kautsar Azhari Noer memutuskan bahawa orang yang pertama menggunakan
istilah wahdat al-wujud ialah al-Syeikh al-Sadrudin al-Qunawiy (w.673H/1274M), murid al-Syeikh Ibn
Arabiy sendiri. Ia kemudian dipopularkan pula oleh murid al-Qunaviy, ialtu al- Syeikh Said al-Din
Farghaniy (w.700H/1301M).33

Menurut Prof. Dr. Suad al-Hakim teori wahdat al-wujud yang disandarkan kepada al-Syeikh
Ibn Arabiy sebenarnya bukanlah berasal daripada beliau, kerana tidak ada apa-apa nas
yang sabit daripada Ibn Arabiy berhubung teori ini yang boleh membuktikan bahawa
beliau adalah pengasas teori ini. Yang menggembar gemburkan teori ini ialah para pengkaji
pemikiran beliau atau secara lebih tepat, para pengkaji-pengkaji tersebut telah menyenaralkan Ibn
Arabiy sebagal salah seorang dari kalangan yang menganut faham tersebut.34

Prof. Dr. Suad al-Hakim menegaskan bahawa seseorang sarjana tidak akan menemui sebarang
petanda idea (yang menggambarkan wujudnya pemikiran wahdat al-wujud dalam pemikiran Ibn
Arabiy) kecuali dengan mengutip beberapa petikan tulisan beliau yang kemudiannya dipadankan
dengan huralan yang bersesualan dengan semangat aliran pemikiran wahdat al-wujud.

Dengan demikian, seseorang yang mengaltkan Ibn Arabiy dengan doktrin ini akan memetik kata-
kata beliau seperti:
Quote
al-wujud itu semuanya satu, tidak ada di sana selaln Allah, tidak ada dalam al-wujud melalnkan
Allah

,35 sehingga membuka ruang untuk digelar sebagal pendokong wahdat al-wujud.36

Namun Dr. Kautsar Azhari Noer, walaupun bersetuju dengan pendapat bahawa al-Syeikh Ibn , Arabiy
tidak pernah menggunakan istilah wahdat al-wujud, namun beliau menegaskan bahawa ajaran-
ajarannya memang mengandungi idea-idea wahdat al-wujud. Petikan-petikan yang hampir sama
seperti yang digunakan oleh Suad al-Hakim digunakan oleh Kautsar Azhari Noer untuk menunjukkan
hal tersebut.37

Adalah sukar untuk membincangkan doktrin wahdat al-wujud menurut versi para pengkaji konsep ini
yang menyandarkannya secara langsung dengan pemikiran Ibn Arabiy berdasarkan pandangan
mereka semata-mata. Segala huralan terhadap doktrin wahdat al-wujud yang disandarkan kepada Ibn
Arabiy adalah suatu penafsiran dari kalangan yang menghuralkannya semata- mata terhadap
fahaman yang dianuti oleh Ibn Arabiy dan bukannya bersifat yakin bahawa demikian itulah
kefahaman beliau terhadap konsep berkenaan.

Seandalnya kefahaman Ibn Arabiy berhubung hal ini hendak diperbetulkan, maka satu-
satunya jalan ke arab itu ialah memahami apakah kefahaman beliau berhubung dengan al-
wujud? Yang sangat menonjol dalam pemikiran Ibn Arabiy ialah penekanan kepada al-Wujud al-
Haqq ialtu hanya Allah sahaja wujud yang hakiki. Yang laln hanyalah wujud khayaliy,38 atau dalam
perkataan laln, beliau menggambarkan bahawa Allah adalah zat al-Wujud al-Haqq dan wujud makhluk
hanyalah bayangan kepada al-Wujud al-Haqq.39 Di tempat yang laln, beliau menyifatkan bahawa al-
wujud semuanya hanya wujud Yang E3a secara hakiki di mana tiada wujud sesuatu bersama wujud-
Nya. Tidak ada apa-apa pun yang wujud menempel kecuali makhluk yang wujud, kemudian ghalb,
ialtu zahir kemudian lenyap.40 Dalam perkataan laln, Ibn Arabiy cuba menggambarkan bahawa
al-Wujud al-Haqq hanyalah Allah kerana Dialah Tuhan yang kekal abadi, sementara wujud
makhluk bersifat sementara, tidak kekal dan fana.41

Ramal sarjana yang kebingungan berdepan dengan basil-basil pemikiran Ibn Arabiy, adakah beliau
mempunyal idea wahdat al- wujud atau wahdat al-syuhud. Malangnya, secara tergesa-gesa mereka
menyimpulkannya sebagal wahdat al-wujud.42 Seperkara lagi yang menjadi hujah kepada penolakan
wujudnya pemikiran wahdat al-wujud di sisi Ibn Arabiy ialah kerana konsistennya beliau dalam
penggunaan istilah al-mumkin (al-mumkinat ialtu makhluk) yang merujuk kepada makna makhluk di
mana beliau kadang- kadang menamakannya sebagal al-mawjud, tetapi beliau tidak pernah
menamakannya sebagal al-wujud. Dengan ini, jelaslah bahawa wahdat al-wujud yang menjadi
pegangan Ibn I Arabiy tidaklah tertegak di atas penelitian terhadap kesatuan dalam
kathrah al-mazahir (kepelbagalan fenomena makhluk), malah ia tertegak atas dasar
menafikan wujudnya al-kathrah.43 Sebagal contoh, Ibn I Arabiy mengungkapkan bahawa di sana
tidak ada sesuatu melalnkan Allah dan al-mumkinat. Maka Allah itu Wujud sedangkan al-mumkinat itu
thabitah {sabit).44

Dengan demikian, penafsiran seperti yang dijelaskan di atas dikira tepat untuk memahami konsep
wahdat al-wujud yang menjadi anutan Ibn I Arabiy dan perkara ini adalah selari dengan pandangan
beberapa ulama laln yang melihat konsep ini secara positif dan harmoni. Sebagal contoh, al-Imam al-
Nabulsiy menyimpulkan kunci kefahaman teori wahdat al-wujud Itersembunyi dalam pengertian al-
wujud al-haqiqiy. Maka, seluruh wujud secara mumkinat sebenarnya tidak memiliki wujud mustaqill
atau wujud secara bersendirian atau secara istiqlal daripada Allah (s.w.t.). Secara jelas, al-Imam al-
Nabulsiy cuba untuk menghuralkan kekusutan konsep wahdat al-wujud dengan menetapkan tahap
mafhum al-wujud sebagal Allah, bukannya makhluk.45

Dengan ini, tidak timbul soal penyatuan atau kesatuan Tuhan dengan makhluk sebagalmana yang
difahami oleh sesetengah pihak. Malah al-Nabulsiy telah pergi lebih jauh dengan menggunakan
banyak ayat-ayat al-Quran yang dikatakannya sebagal punca konsep wahdat al-wujud. Sebagal
contoh, firman Allah (s.w.t.) yang berbunyi:

Maksud: .. .
Quote
Di mana-mana sahaja kamu menghalakan (wajah kamu) maka di situ ada wajah Allah

(Surah al-Baqarah : 115)

Ungkapan (aynama tuwallu) adalah umum merangkumi pelbagal tempat dan manusia. Ungkapan
(nothing thamma wajh Allah) pula ditujukan kepada wajah yang zahir dalam mazahir tersebut
(fenomena-fenomena makhluk yang terdiri daripada pelbagal tempat dan manusia). Ayat ini
membayangkan bahawa segala apa yang dicapal oleh akal atau pancalndera (berdasarkan
kepelbagalan hamba-hamba-Nya) adalah sebagal tempat penzahiran Wajh Allah yang tunggal itu.
Dengan itu, mazahir (fenomena) itu banyak, tetapi wajah hanyalah sarno Oleh itul banyaknya mazahir
tidak pula menafikan keesaan wajah, sebagalmana keesaan wajah tidak menghalang berbilang-
bilangnya mazahir.46

Al-Nabulsiy juga mengaltkan konsep wahdat al-wujud ini dengarl ayat-ayat al-Quran yang laln, seba-
galmana firman Allah yang berbunyi:

Maksudnya: Setiap orang yang ada di atas permukaan bumi adalah musnah dan yang kekal hanyalah
wajah Tuhanmu.
(Surah al-Rahman: 27) Dan firman Allah yang berbunyi:

Maksudnya: Dan telah datanglah al-haqq dan hancurlah kebatilan, sesungguhnya kebatilan itu pasti
akan hancur
(Surah al-Isra : 81)

Dalam memperkukuhkan penafsiran beliau terhadap maksud ayat-ayat al-Quran di atas, al-Nabulsiy
juga mengaltkan sebuah syalr Arab klasik yang diakui oleh Rasulullah (s.a. w.) sebagal kalimah yang
paling benar yang pernah diungkapkan oleh penyalr, ialtu ungkapan yang diilhamkan oleh Labid yang
bermaksud: Ketahuilah, bahawa segala sesuatu selaln daripada Allah adalah batil.47
Maka, pada hemah penulis, dalam konteks perbincangan konsep wahdat al-wujud ini, kita dapati
kekusutan sebenar datangnya daripada kepelbagalan pandangan ulama sufi dan pengkritik tasawwuf
dalam menghuralkan konsep al-wujud. Maka, ada ulama yang menghuralkannya seperti huralan al-
Imam al-Nabulsiy di atas, ialtu melihat al-wujud al-haqiqiy dan al-wujud al-wahmiy (wujud yang tidak
sebenar). Ada juga yang menghuralkannya dari perspektif al-wujud al-haqiqiy yang bersifat wajib al-
wujud dan wujud makhluk yang bersifat sebagal wujud al-mumkinat. Ada juga yang mengistilahkan
sebagal al-wujud al-haqqiy dan al-wujud al- khalqiy.48 AL-Imam al-Akbar Shaykh al-Azhar Prof. Dr.
Abd al- Halim Mahmud berpendapat kekusutan ini berikutan kesalahan sesetengah pihak dalam
menafsirkan maksud al-wujud al-wahid yang sering digunakan oleh golongan sufi.49

Dalam konteks masyarakat Islam di Nusantara, kekusutan juga timbul akibat penggunaan istilah
wujudiyyah sebagal mengaggambarkan kefahaman wahdat al-wujud. Ramal pengkaji dan penulis
yang menggunakan istilah wujudiyyah ini untuk dikaltkan dengan mazhab atau pemikiran al-Syeikh
Hamzah Fansuri dan al-Syeikh Syams al-Din al-Sumatraniy. Ini adalah suatu perkara yang amat
mendukacitakan kerana wujudiyyah mempunyal kefahaman yang negatif. Wujudiyyah adalah satu
mazhab falsafah kesusasteraan yang bersifat atheis. lah adalah suatu mazhab yang paling
berpengaruh di Barat pada kurun ke-20. lah adalah falsafah yang memusatkan tumpuannya kepada
wujud manusia yang dianggapnya sebagal satu-satunya wujud secara yakin. Tidak ada sesuatu yang
wujud sebelumnya atau selepasnya.

Falsafah ini menganggap bahawa manusia mempunyal zatnya sendiri dan hakikatnya sendiri dengan
iradatnya, mencipta perbuatannya dan menentukan sifat-sifatnya dengan kehendaknya secara bebas
tanpa ada kaltan dengan Tuhan atau nilal-nilal di luar daripada kehendaknya.50 Pengarang besar
Melayu seperti Shaykh Dawud al- Fataniy sendiri menyenaralkan puak Wujudiyyah sebagal puak yang
sesat. Ternyata fahaman Wujudiyyah yang dianggap oleh beliau sebagal sesat itu ialah golongan yang
menganggap tiada wujudku, hanya wujud Allah, yakni bahawa aku wujud Allah. Mereka juga
berkata Bahawasanya Allah (s. w. t.) tiada mawjud melalnkan di dalam kandungan wujud segala
makhluk.51 Dengan ini istilah Wujudiyyah tidak wajar digunakan untuk merujuk kepada golongan
yang berpegang dengan konsep wahdat al- wujud.52

Dalam tulisan ini, penulis hanya akan memberikan beberapa contoh tokoh ulama terkemuka yang
menghuralkan kefahaman berhubung dengan istilah al-wujud yang dikaltkan atau disifatkan dengan
perlbagal tambahan tadi; al-wujud al-haqiqiy dan al-wujud al-wahmiy, al-wujud al-haqqiy dan al-
wujud al-khalqiy atau wajib al- wujud dan wujud al-mumkinat. Ia adalah sebagal pengukuhan
terhadap apa yang sara nyatakan berkaltan simpang siur kcfahaman al-wujud di kalangan ulama sufi
yang akhirnya mencetuskan polemik wahdat al-wujud.

Perbicaraan tentang konsep seumpama ini telah diajarkan beberapa sufi sebelum Ibn Arabiy.
AL-Syeikh Maruf al-Karkhiy (w.200/815M), seorang sufi terkenal di Baghdad yang hidup empat abad
sebelum Ibn Arabiy, dianggap orang yang pertama sekali mengungkapkan syahadat dengan kata-
kata: Tiada sesuatu pun dalam wujud kecuali Allah. AL-Syeikh Abu al- Abbas Qassab (hidup pada
abad ke-4/ke-10) mengungkapkan kata-kata yang hampir sarna: Tiada sesuatu pun dalam dua dunia
kecuali Tuhanku. Segala sesuatu yang ada (mawjudat), segala sesuatu .: selaln wujud-Nya, adalah
tiada {madum). Khwaja Abd Allah Ansariy (w. 481/1089) menyatakan bahwa tauhid orang-orang
terpilih adalah doktrin tiada sesuatupun selaln-Nya. (Laysa ghayrahu ahad). Jika ia diajukan
pertanyaan: Apa tauhid itu? beliau menjawab: Tuhan, dan tidak ada yang laln. Yang laln
adalah kebodohan {hawas). Sufi laln sebelum al-Syeikh Ibn Arabi .; yang lebih kurang
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang ~ dianggap mengandung doktrin seumpama ini ialah al-
Imam Abu Hamid al-Ghazzaliy (w.505/1111), saudaranya al-Syeikh Ahmad al-Ghazzaliy
(w.520/1126), dan Ayn al-Qudat Hamadaniy (w. 526/1132).53

Begitu pula dengan tokoh-tokoh selepas Ibn Arabiy, tidak terlepas daripada membicarakan perkara
yang sarna. Sebagal contoh, al- Syeikh Abd al-Karim al-Jiliy (767-826H/1365-1423M) menganggap
al-wujud (makhluk) tidak boleh dianggap wujud secara hakikat pada zatnya kecuali dengan kadar
pancaran al-tajalli al-Ilahiy dan al-nur al-Ilahiy. Tidak ada di sana wujud dhatiy, malah yang ada
hanya khayalan semata-mata yang meminjam sifat wujud daripada Allah. Beliau mengistilahkan
wujud itu sebagal al- ariyyah al-wujudiyyah (kepinjaman wujud atau wujud yang bersifat pinjaman).
Beliau menyatakan bahawa al- ariyyah al-wujudiyyah dalam segala sesuatu bererti memberikan
nisbah kewujudan makhluk (al-wujud al-khalqiy) kepada makhluk sedangkan secara hakikatnya wujud
yang haq (al-wujud al-haqqiy ialtu Allah) itu adalah asal usul (punca) bagi segala makhluk itu.
Sesungguhnya Allah (s. w.t.) telah meminjamkan sifat al-wujud kepada makhluk- makhluk-Nya
daripada Zat-Nya supaya rahsia ketuhanan dapat zahir di alam ini.54 AL-Syeikh I Abd al-Karim al-Jiliy
menegaskan bahawa tidak boleh dianggap ada dua wujud; wujud makhluk dan wujud khaliq. Hanya
yang wujud ialah al-Khaliq.55

AL-Syeikh Ibn Ata Allah al-Sakandariy juga antara tokoh tasawwuf yang banyak membicarakan
tentang konsep al-wujud tetapi bersih daripada tuduhan wahdah al-wujud.56 Sebagal contoh
dibawakan huralan beliau tentang konsep al-wujud yang pernah diutarakan oleh gurunya al-Syeikh
Ahmad ibn Umar ibn Muhammad al-Andalusiy al-Mursiy (w686H). Kata-kata gurunya al-Mursiy itu
pernah dianggap orang sebagal perbicaraan mengenal konsep wahdah al-wujud.57 Al-Syeikh al-
Mursiy berkata: Telah adalah ins~dan itu (dicipta) sesudah dia belum pemah ada, dan dia akan fana
(mati) selepas dia tercipta. Maka, barangsiapa yang kedua-dua tepinya tiada (adam), maka dia
adalah tiada (adam). Al-Syeikh Ibn Ata Allah al-Sakandariy menjelaskan: Maksud kata-kata al-
Syeikh al-Mursiy itu ialah bahawa seluruh alam (al- kainat) tidak mempunyal status wujud yang
mutlak kerana al- wujud al-mutlaq itu hanya Allah. Dia mempunyal keesaan dan ketunggalan.
Sedangkan alam semesta hanya mempunyal status wujud sekadar apa yang Dia kurniakan kepadanya
(alam semesta). Ketahuilah bahawa sesiapa yang mempunyal status wujud dengan ehsan pemberian
daripada pihak laln (Allah), maka ia pada hakikatnya adalah tiada (adam). Al-Syeikh Abu al-Hasan al-
Syadhiliy pemah berkata: Ahli sufi ialah orang yang memandang makhluk dalam lipatan rahsianya
seumpama debu dalam udara, kedua-duanya tidak acta (mawjudayn) tetapi tidak juga tiada (ma
dumayn), sepertimana yang acta pada ilmu Allah. Beliau juga berkata: Sesungguhnya kami tidak
nampak ada seorangpun dalam alam semesta (al-khalq). Adakah dalam alam semesta (al-wujud) ini
seseorang selaln al-Malik al-Haqq (Allah)? Jika sekiranya mahu dianggap wujud juga (segala sesuatu
selaln Allah), maka (wujud mereka itu) seumpama debu dalam udara, jika engkau memeriksanya,
engkau tidak akan dapati apa-apa sedikitpun.58

Seterusnya Al-Syeikh Ibn Ata Allah al-Sakandariy menjelaskan: Perumpamaan yang paling hampir
berhubung kewujudan alam semesta ini (wujud al-kainat) apabila engkau memandangnya dengan
ayn al-basirah ialah wujudnya bayang-bayang (al-zilal). Maka bayang itu tidak ada wujud dalam
semua iktibar wujud dan tidak pula madum dalam semua iktibar adam. Jika engkau telah
mensabitkan kewujudan bayangan sesuatu, maka mengapa engkau mahu menghapuskan keesaan
Tuhan yang memberikan kesan itu? .59

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #13 on: 27 April, 2009, 11:11:13 AM

Al-Syeikh Ibn Ata Allah al-Sakandariy juga pernah berkata dalam hikmahnya sebagal
berikut:

Maksudnya:
Quote
Sungguh halran. Bagalmana mungkin boleh zahir al- wujud dalam al- adam? Atau bagalmana boleh
sabit sesuatu yang al- hadith (makhluk yang bersifat baharu) bersama dengan Tuhan yang bersifat
qidam ?

60 .

Al-Syeikh Ibn Ajibah (1160-1224H) dalam kitabnya Iqaz al-Himam Fi Syarh al-Hikam, menghuralkan
sebagal berikut: al-wujud dan al- I adam dua perkataan yang saling kontradik dan tidak akan
bertemu. Al-hadith dan al-Qadim saling bertentangan dan tidak akan bertemu. Telah jelas bahawa AL-
Haq (Allah) adalah wajib al- wujud dan sekalian makhluk selaln-Nya adalah adam secara yakin. Maka,
apabila zahir al-wujud maka akan hilangkan lawannya ialtu I adam. Maka bagalmana boleh
digambarkan bahawa makhluk boleh menghijab Allah sedangkan ia adalah adam?61

Maka, tidak ada wujud bagi segala sesuatu (makhluk) berserta wujud-Nya, maka ternafilah
(terbatallah) teori al-hulul, kerana al- hulul bermaksud wujud yang laln (al-siwa, ialtu wujud yang
sarna taraO sehingga makna-makna al-Rububiyyah boleh memasukinya. Oleh kerana wujud yang laln
(al-siwa) hanyalah adam semata-mata, maka tidak dapat digambarkan boleh berlaku al-hulul.62

Sesungguhnya didapati bahawa penafsiran konsep al-wujud seumpama ini yang menganggap al-
wujud al-haqiqiy hanya wujud Allah dan wujud yang laln hanya khayalan atau wahmiy an dalam mas
a yang sarna membezakan antara al-Khaliq dan al- makhluq ini sangat konsisten dalam pemikiran
penghural- penghural al-Hikam al- Ata iyyah seperti al-Syeikh Ibn Abbad (al- Imam Muhammad ibn
Ibrahim ibn Abd Allah al-Nafaziy al- Rindiy (732-792H) dalam kitabnya Ghayth al-Mawahib al-
Aliyyah Bi Syarh al-Hikam al- Ata iyyah,63 al-Syeikh Zarruq (Zarruq, Ahmad ibnAhmad ibn
Muhammad ibn Isa al-Burnusiy dalam kitabnya Syarh al-Hik4m,64 Syeikh al-Islam al-Imam I Abd
Allah ibn Hijaziy ibn Ibrahim dalam kitabnya al-Minah al-Qudsiyyah I ala al- Hikam al- Ataiyyah,65 al-
Syeikh al-Syarnubiy (al-Syeikh Abd al-Majid al- Syarnubiy al-Azhariy dalam kitabnya Hikam Ibn lAta
Allah al- Sakandariy.! Sementara itu, al-Syeikh al-Qusyayriy berkata: Tidak ada wujud al-Haq kecuali
sesudah khumud al-Basyariyyah (lenyap manusia), kerana tidak ada baqa bagi manusia ketika mana
zahirnya sultan al-haqiqah.67

Dalam istilah laln, persoalan mengiktiraf akan wujud hakiki ini boleh dikaltkan pula dengan satu istilah
laln, ialtu sebagal wahdat al-syuhud seperti yang dihuralkan oleh Prof. Dr. Muhammad Said Ramadan
al-Butiy, dalam kitabnya al-Hikam al- Ata iyyah: Syarh wa Tahlil. Beliau menegaskan ketika
membincangkan persoalan ayn al- bashirah dengan menyatakan bahawa manusia pada tahap
memiliki ayn al-bashirah ini melihat bahawa al-wujud al-dhatiy bagi segala yang wujud ini berkecal
hilang pada pandangannya. Dia sudah tidak melihat dalam segala makhluk ini sesuatu yang
mempunyal sifat wujud berasingan. Justeru, dia melihatnya (wujud yang tidak mempunyal sifat wujud
berasingan itu) sebagal dalil yang menunjukkan wujud-Nya. Pada tahap ini, dia tidak melihat segala
wujud (makhluk) melalnkan dia akan melihat sifat Allah (s. w. t.), dan inilah apa yang dikatakan
sebagal wahdat al- syuhud.68

Berhubung istilah al-wujud al-wahid, al-Imam al-Akbar Shaykh al- Azhar Prof. Dr. Abd al-Halim
Mahmud menegaskan bahawa tidak ada sebarang syak wasangka berkaltan dengan al-wujud al-
wahid. Ia adalah al-wujud yang kaya dengan zat-Nya daripada selaln-Nya. Ia adalah al-wujud al-haq
yang mengurniakan sifat wujud kepada setiap makhluk. Makhluk tidak memiliki tuhan pencipta yang
mengumiakan sifat wujud itu selaln-Nya. Maha suci Allah. Dialah tuhan yang segala wujud daripada-
Nya. Maha suci Allah, Dialah tuhan yang al-Khaliq al-Bari al-Musawwir.69 Menurut Dr. Abd al- Halim
Mahmud, istilah al-wujud al-wahid inilah yang disalah ertikan oleh sesetengah pihak sehingga
membawa kepada kefahaman wahdah al-wujud sebagalmana yang difahami oleh musuh-musuh
tasawwuf ialtu yang bersamaan maksud dengan istilah pantheism,70 sedangkan fahaman pantheism
sangat berbeza daripada fahaman wahdah al-wujud sebagalmana yang difahami oleh ahli sufi.71

Justeru, al-Imam al-Akbar Shaykh al-Azhar Prof. Dr. Abd al-Halim Mahmud lebih cenderung untuk
mentafsirkan pengertian wahdah al-wujud sebagal keesaan dan kesatuan Allah (s.w.t.) yang
sememangnya berlawanan dengan pengerti~dan al-kathrah yang menjadi perkataan berlawanan bagi
kata wahdah. Dengan pengertian tersebut, beliau berpendapat, istilah wahdah al-wujud sebagal suatu
istilah yang tidak salah digunakan dalam Islam. Yang salah pada pandangan beliau ialah teori wahdah
al-mawjud. Beliau menegaskan bahawa tidak ada seorangpun ahli sufi - termasuk Ibn Arabiy dan al-
Hallaj- yang berpendapat dengan wahdah al-maw/ud.72 Golongan sufi tidak pernah menyatakan
wahdah al-wujud (kesatuan makhluk) yang terdiri daripada langit, bumi, manusia, halwan, wama,
rasa (rasa yang ada sesuatu seperti pada makanan), ketebalan, kehalusan, malalkat, batu-batan,
cahaya, kegelapan, taat, maksiat, ball dan laln-laln. Hal ini tidak pernah dikatakan oleh mana-mana
orang Mukmin, sementelah pula ahli maqam al-ihsan.73 AL-Imam al-Syaraniy menempelak musuh-
musuh al-Syeikh ibn Arabiy dengan katanya: Sesungguhnya penyembah-penyembah berhalapun
tidak berani biadap untuk menjadikan tuhan-tuhan mereka zat Allah, bahkan mereka hanya berani
menyatakan bahawa kami tidak menyembah berhala- berhala itu kecuali supaya mereka
memperdekatkan kami kepada Allah sebagal perantaraan. Maka, bagalmana disangka buruk
terhadap para wall Allah bahawa mereka mendakwa mereka telah bersatu (ittihad) dengan Allah. lni
adalah mustahil.74

Berdasarkan keterangan yang telah diberikan, amat nyata bahawa Ibn Arabiy tidak sekali-kali
menyamakan di antara al-Haqq dan al- Khalq (makhluk). Apa yang sebenarnya mahu dijelaskan oleh
beliau dalam hubungan ini ialah bahawa hakikat Ketuhanan itu adalah berbeza dari manifestasi-Nya
dan Tuhan adalah berbeza serta mengatasi manifestasi tersp:but. Bagalmanapun manifetasi itu pula
bukanlah terasing atau terpisah daripada Hakikat Ketuhanan yang dengan cara tersendiri
merangkumi segalanya. Atau dalam kata laln, hal ini boleh dijelaskan bahawa Tuhan adalah
mengatasi segala alam semesta; alam semesta pula tidaklah terputus hubungan daripada-Nya, yakni
alam semesta adalah tenggelam dalam-Nya dengan suatu cara yang tidak diterangkan rahsianya.
Maksudnya kita tidak dibenarkan mempercayal bahawa ada lagi tarat hakikat sesungguhnya selaln
Hakikat Mutlak dengan wujud hakiki-Nya. Kalaulah ini dipercayal maka ini adalah merupakan
syirik,dan ini bermakna juga menolak kebenaran dalam syahadah-lah ilaha ilIa Allah. Adalah benar,
alam semesta ini dan segala benda yang ada dalamnya bukanlah Tuhan, tetapi hakikat terakhir
daripada segala yang ada ini adalah tidak laln dari hakikat-Nya. Kalau tidak demikian benda-bend a
yang ada semuanya ada mempunyal hakikatnya masing-masing, dan ini nantinya samalah dengan
mengatakan bahawa mereka semuanya adalah sarna tarafnya dengan Tuhan.75

Sebagalmana itu adalah kesimpulan berhubung teori wahdat al- wujud, maka demikian juga
penyokong-penyokong al-Syeikh Ibn , Arabiy menolak kemungkinan beliau memperkatakan tentang
al- hulul wa al-ittihad. Ini adalah kerana al-Syeikh Ibn Arabiy sendiri pemah menyatakan bahawa
tidak berkata seseorang mengenal al- ittihad melalnkan golongan mulhid (atheis) dan tidak berkata
mengenal al-hulul melalnkan golongan jahil dan ahl al-fudul.76 Beliau juga menegaskan dalam
kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah bahawa II al-Qadim (Allah yang bersifat dengan sifat Qidam) tidak
mungkin boleh menjadi temp at (tempat turun atau jelmaan) bagi al-hawadith (segala makhluk).
Kesemua kenyataan daripada al- Syeikh Ibn I Arabiy tadi dengan jelas menjelaskan sikap beliau yang
sebenar terhadap kefahaman al-hulul wa al-ittihad ialtu beliau menganggapnya sebagal kefahaman
golongan yang mulhid dan jahil.

AL-Syeikh Ibn I Arabiy juga pernah menyatakan bahawa: Tidak perlu kita mendirikan dalil (bukti)
untuk mensabitkan keesaan Allah (al-wahdaniyyah), kerana semua masyahid (fenomena- fenomena
alam yang wujud) menghalang (kita) daripada berbantah-bantahan mengenal Allah dan mengenal
keesaan-Nya.77 Dalam erti kata yang laln, keesaan Allah (s. w. t.) itu adalah suatu perkara yang
darurah dalam pemikiran seorang Mukmin. Maka bagalmana mungkin boleh timbul persoalan-
persoalan yang menggugat status keesaan Allah (s. w. t.) ini seperti pemikiran wahdat al-wujud, al-
ittihad dan al-hulul.
Beliau juga menegaskan: Bahkan makhluk gagal (qasir) untuk memahami (rahsia dan selok-belok)
dirinya, maka bagalmana dia boleh memahami (rahsia dan selok-belok) penciptanya (munsyi) dari
segi DIA sebagal pencipa baginya. Maka lebih utamalah dan segi zat Allah Taala- bahawa tidak
mungkin akan ada seorang arif yang mengetahuinya (zat Allah Taala) dengan sebenar-benarnya, dan
tidak mungkin akan ada seorang was if yang mampu menyifatkannya (zat Allah Taala) dengan
sebenar-benarnya.78
Pendapat-pendapat di atas kelihatan lebih harmoni dalam menanggapi pengertian istilah wahdat al-
wujud, sehingga boleh diselaraskan dengan akidah ahl al-sunnah wa al-jama ah yang membezakan
antara Khaliq dengan makhluk. Setelah meninjau kefahaman wahdat al-wujud pada pandangan al-
Syeikh Ibn Arabiy dan pengikutnya, adalah elok kita tinjau sedikit kefahaman wahdat al-wujud pada
pandangan pengecam tasawwuf.

Sebagalmana yang dikatakan di peringkat awal tadi, kemungkinan tokoh yang paling besar
peranannya dalam mempopularkan istilah wahdat al-wujud ialah al-Imam ibn Taymiyyah
(w.728H/1328M), pengecam keras Ibn Arabiy dan para pengikutnya. Beliau sering menggurLakan
istilah wahdat al-wujud, dalam karya-karyanya. Bagi beliau, istilah wahdat al-wujud adalah istilah
yang mempunyal pengertian negatif dan digunakannya sebagal kutukan dan ejekan. Baginya, ajaran
ini adalah kufur dan bidah.79
Pengertian wahdat al-wujud menurut Ibn Taymiyyah adalah berbeza dengan pengertian wahdat al-
wujud Ibn Arabiy dan para pengikutnya. Menurut Ibn Taymiyyah, wahdat al-wujud adalah penyamaan
Tuhan dengan alam, yang dalam istilah moden adalah seerti dengan panteisme. Sejak zaman Ibn
Taymiyyah dan seterusnya, istilah wahdat al-wujud semakin kerap digunakan secara umum bagi
menunjukkan keseluruhan doktrin yang diajarkan oleh Ibn Arabiy dan para pengikutnya. Bagi para
pengecam doktrin wahdat al-wujud, terutama kaum fuqaha, istilah wahdat al- wujud berkonotasi
negatif, yang diberi label sebagal kufur, zindiq dan bid ah. Namun, bagi yang menganut doktrin
wahdat al-wujud, istilah ini bagi mereka adalah seerti dengan tauhid yang paling tinggi. Wahdat al-
wujud adalah pendekatan sufi dalam mengekspresikan tauhid.

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #14 on: 27 April, 2009, 11:11:25 AM
Menurut Hasan Abu Ammar pula, wahdat al-wujud yang beliau namakan juga sebagal wahdat al-
tasykik mempunyal pengertian yang tictak sarna an tara pengertian falsafah dan pengertian
tasawwuf. Dalam tasawwuf, wahdat al-wujud bererti ittihad (fana atau hancur lebur hingga diri
bersatu dengan Tuhan) ialtu orang- orang yang sudah bersih bersatu dengan Allah (s..w.t.) sehingga
tidak acta perbezaan an tara dirinya dan al-Haqq.8O Kembalinya hamba yang suci kepada Allah
umpama kembalinya p~rcikan alr laut, yang berpisah akibat membelah batu karang, kepada taut itu
sendiri. Setelah percikan alr itu hilang sarna sekali, dan yang jelas ada hanyalah laut.81 Dalam
falsafah pula, wahdat al-wujud bermaksud semua wujud adalah satu atau sarna ialtu mempunyal erti
yang berlawanan dengan makna tiada. Oleh itu, semua wujud sarna ada wujud wajib (Tuhan) at au
wujud mumkin (makhluk) adalah sarna. Dengan kata laln, wujud itu satu, namun di dalamnya
terdapat tingkatan-tingkatan umpama alr sungal yang mengalir dari gunung, kemudian ketika sampal
di perkampungan at au persawahan, alr sungal tadi dialirkan melalui alar-alar yang lebih kecil sesual
dengan keperluan masyarakat.82 Walaupun wujud itu berbeza-beza, namun di dalamnya terdapat
tingkatan- tingkatan. lnilah yang dimaksudkan dengan wujud adalah satu yang berperingkat atau
wahdat al-wujud.83

Berhubung dengan wahdat al-wujud ini, Prof. Dr. Abdulfatah Haron Ibrahim menyatakan bahawa ia
adalah satu aliran falsafah yang meyakini bahawa Allah adalah segala-gala, menyatukan Allah dengan
alam dan memperakui satu wujud sahaja ialtu wujud Allah sementara wujud selaln Allah hanyalah
arad ialtu alamo Beliau mengaltkan fahaman ill dengan Batiniyyah yang mengikut al-Syahrastaniy, ia
adalah nama laln bagi aliran Syi ah Ismailiyyah. Oleh itu, apabila doktrin ini dikaltkan dengan
Batiniyyah atau Ismailiyyah, maka nyatalah bahawa doktrin ini mempunyal kaltan langsung dengan
Syi ah.84

Bagi pengecam wahdat al-wujud, teori itu antara laln juga dikenali sebagal Wujudiyyah, Keesaan
Wujud, Satu Wujud, Serba Tuhan dan Kesatuan Wujud atau Kesamaan Wujud. Walaupun ia berkaltan
dengan doktrin Syi ah yang paling utama yang berkaltan dengan realiti tabii sebagalmana yang
dijelaskan oleh Seyyed Hossein Nasr, namun, terdapat pandangan-pandangan yang menyatakan
bahawa doktrin ini mempunyal persamaan atau dipengaruhi oleh unsur-unsur yang datangnya dari
luar. Justeru, doktrin Wahdat al-Wujud telah dianggap sesat oleh sebahagian sarjana-sarjana
Islam.85

Setelah dibentang beberapa pendapat yang memandang negatif terhadap konsep wahdat al-wujud,
maka didapati seolah-olahnya tiada jalan penamat bagi menghentikan polemik yang berliku-liku ini.
Justeru, penulis berpendapat bahawa umat Islam seharusnya memberikan ruang berlapang dad a
terhadap al-Syeikh Ibn Arabiy berhubung beberapa pandangan beliau yang dianggap bercanggah
pada zahimya dengan syarak, sarna seperti kita memberikan ruang kelapangan dad a kepada al-
Imam al-Asyariy (r.h.) dalam pandangan beliau bahawa al-wujud itu adalah ayn al-mawjud yang
bermaksud al-wujud itu adalah zat yang sarna dengan zat al- mawjud. Pandangan beliau itu adalah
dalam konteks wujud Allah.
Para sufi dan ramal ulama Islam yang tidak sependapat dengan al- Imam al-Asy ariy. Ia adalah
pandangan yang mempunyal unsur falsafah yang kemungkinan al-Imam al-Asyariy betul atau salah,
sarna macam pandangan-pandangan laln yang terdedah kepada betul atau salah. Ulama yang
menyanggahi al-Imam al-Asyariy berpendapat bahawa al-wujud itu berbeza daripada al-mawjud.86

Umat Islam juga pernah memberikan kemaafan terhadap tokoh besar Syeikh al-Islam Ibn
Taymiyyah (r.h.)dalam isu falsafah ketuhanan. Ada beberapa nas yang dinukilkan daripada
Syeikh al- Islam Ibn Taymiyyah yang mengandungi pengakuannya (persetujuannya)
dengan pendapat ahli falsafah dalam akidah mereka seperti al-qidam al-nawiy bagi benda,
wujud kekuatan tabiat yang dibekalkan kepada makhluk (al-quwwah al-tabiiyyah al- muda
ah fi al-ashya) yang dengannya (kekuatan tabiat itu) segala sesuatu memperolehi
kekuatannya dan keberkesanannya (nothingiliyyah wa tathirah). Nukilan tersebut
mengandungi pembelaan Syeikh al- Islam Ibn Taymiyyah dan dakwaan beliau bahawa
pendapat itu adalah al-haq yang tidak boleh dipertikalkan lagi. Ulama Islam telah sepakat
menyatakan bahawa ahli falsafah Yunani telah jatuh kufur kerana tiga sebab. Sebab yang
paling utama ialah pendapat mereka berhubung al-qidam al-nawiy bagi alam ini.87
Pendapat seumpama ini boleh mendedahkan Syeikh al-Islam Ibn Taymiyyah kepada
tuduhan kafir, namun umat Islam boleh memaafkan beliau apabila didapati banyak pula
kenyataan-kenyataan beliau sendiri yang menyanggahi pendapat tersebut. Justeru,
kenyataan yang betul daripada Syeikh al-Islam Ibn Taymiyyah telah diambil kira oleh
ulama dalam menentukan hukuman at au sikap mereka terhadap beliau dan mereka
mengabalkan pendapat yang negatifnya walaupun boleh sampal ke tahap boleh
ditakfirkan.88

Penutup

5.1 Kesimpulan:

Setelah paparan ringkas berkenaan al-Syeikh Ibn Arabiy, terutamanya tentang


pemikirannya, maka dapatlah dibuat beberapa kesimpulan:

5.1.1 AL-Syeikh Ibn Arabiy adalah seorang ulama besar dan bertaraf wali Allah, malah beliau telah
dianggap sebagal al-Syeikh al-Akbar Sultan al- Arifin, yang merupakan satu gelaran yang amat tinggi
dalam kedudukan tasawwuf.

5.1.2 Kajian ramal sarjana mendapati bahawa al-Syeikh Ibn , Arabiy adalah bebas daripada pemikiran
wahdat al- wujud seperti yang ditafsir oleh pengkritik tasawwuf. Pemikiran wahdat al-wujud yang
disandarkan kepada beliau sebenarnya adalah pemikiran atau teori wahdat al-syuhud. Wahdat al-
syuhud pula adalah satu teori tasawwuf yang rata-rata mendapat komentar positif daripada ulama.
Pengkritik Ibn Arabiy telah tersilap memahaminya dan telah menganggapnya sebagal wahdat al-
wujud.

5.1.3 Jika pengkritik Ibn Arabiy tetap mahu mengaltkan beliau dengan pemikiran wahdat al-wujud,
maka pemikiran ini hendaklah difahami sebagalmana yang telah dihuraLl(an oleh para sufi, bukannya
sebagalmana yang dihuralkan oleh pengkritik tasawwuf yang terang-terang menyimpang daripada
kehendak mereka dalam penggunaan istilah tersebut.

5.1.4 Kata kunci dalam memahami konsep ini wahdat al- wujud terletak pada kefahaman berkenaan
dengan konsep al-wujud dengan segala pecahannya; wahdat al- syuhud, al-wujud al-haqiqiy dan al-
wujud al-wahmiy, al- wujud al-haqqiy dan al-wujud al-khalqiy atau wajib al- wujud dan wujud al-
mumkinat, al-wujud al-haqq, al- wujud al-mutlaq, al-wujud al-wahid dan laln-laln. Persoalan yang
timbul hanya berupa cara pengolahan, pengistilahan dan perumpamaan (tamsthil) yang cuba sedaya
upaya dibuat oleh setiap tokoh. Masing- masing mahu menyampalkan apa yang adalah dalam minda
tetapi ungkapan itu dikekang oleh keterhadan bahasa, kerana ilmu tasawwuf itu keseluruhannya
berasaskan dhawq.

5.1.5 Pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy pada umumnya adalah selari dengan kaedah keilmuan dalam
Islam. Banyak ilmu yang dicurahkannya dalam karya-karya beliau adalah merupakan ilmu Islam yang
amat berguna.

5.1.6 Secara relatif, tahap pemikiran beliau adalah sangat tinggi dalam banyak temp at
dalam karya-karya beliau sehingga sukar difahami at au boleh difahami sebaliknya.
Pembacaan terhadap karya-karya beliau memerlukan kemampuan pembaca yang tinggi
sarna ada dari segi latar belakang ilmu, at au dari segi latar belakang pengalaman tasa
wwuf.

5.1.7 Sebahagian pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy mungkin sangat sukar difahami oleh
orang biasa. J usteru, mengambil sikap sederhana terhadap idea-idea tersebut adalah lebih
selamat berbanding mentakwil atau menolaknya.

5.1.8 Penafsiran yang dibuat oleh para sarjana berhubung doktrin tasawwuf al-Syeikh Ibn Arabiy
tidak seharusnya diterima bulat-bulat kerana fahaman- fahaman tersebut hanyalah merupakan
tanggapan sahaja. Ia bukan satu keyakinan yang mantap sebagalmana yang dikehendaki oleh al-
Syeikh Ibn , Arabiy sendiri.

5.1.9 Penafsiran tentang hakikat al-wujud ini bukannya milik al-Syeikh Ibn Arabiy seorang sahaja,
atau mana- mana ahli sufi tertentu sahaja, malah ia adalah persoalan umum yang dibincangkan
secara terbuka oleh ulama sufi. Ulama dan sarjana berselisihan pendapat dalam membuat kesimpulan
tentang pemikiran ini sehingga ada yang menyimpulkannya bahawa ia adalah wlhdat al-syuhud dan
ada yang menganggapnya sebagal wahdat al-wujud. Semen tara ulama yang menganggap pemikiran
itu bercorak sebagal wahdat al-wujud pula mempunyal pandangan yang berbeza-beza tentang
pengertian wahdat al-wujud. Maka ada yang mentafsirkan secara positif dan ada yang
mentafsirkannya secara negatif dan boleh membawa kepada kufur.

5.2 Cadangan:

5.2.1 Masyarakat Islam di Malaysia seharusnya membudayakan budaya ilmu yang harmoni, jauh
daripada unsur menghentam ulama, sementelah menyesatkan mereka at au mengkafirkan mereka.
Dalam konteks al-Syeikh Ibn Arabiy, khalayak ilmuan seharusnya selalu memberikan komentar dan
mengambil sikap yang sederhana terhadap pandangan-pandangan beliau, terutamanya berkenaan
dengan konsep al-wujud.

5.2.2 Memberikan ruang kelapangan dada kepada al-Syeikh Ibn Arabiy berhubung beberapa
pandangan beliau yang dianggap bercanggah pada zahirnya dengan zahir syarak, sarna seperti kita
memberikan ruang kelapangan dada kepada al-Imam al-Asy ariy (r.h.) dalam pandangan beliau
bahawa al-wujud itu adalah ayn al-mawjud dan terhadap tokoh besar Syeikh al- Islam Ibn
Taymiyyah (r.h.) dalam isu falsafah ketuhanan, seperti seperti isu al-qidam al-nawiy bagi benda,
wujud kekuatan tabiat yang dibekalkan kepada makhluk (al-quwwah al-tabiiyyah al-muda ah fi al-
ashya) yang dengannya (kekuatan tabiat itu) segala sesuatu memperolehi kekuatannya dan
keberkesanannya(nothingiliyyah wa tathirah).

5.2.3 Menumpukan kepada aspek-aspek laln dalam pemikiran al-Syeikh Ibn Arabiy yang selama ini
seolah-olahnya ditinggalkan justeru terlampau menumpukan perhatian kepada persoalan kontroversi;
wahdat al-wujud. Persoalan tarbiyah ruhiyyah, psikologi dan kaunseling adalah antara ruang yang
boleh dikaji dalam pemikiran tokoh besar ini.

5.2.4 Mengelakkan perbicaraan berkaltan hal-hal kontroversi seperti teori wahdat al-wujud, wahdat
al-syuhud dan laln-laln persoalan yang halus dan keliru pada khalayak umum yang tidak memahami
persoalan yang halus ini.
5.2.5 Pengkaji-pengkaji moden harus banyak mengelakkan penggunaan sumber skunder terutamanya
yang bersumberkan sarjana-sarjana Barat dalam menganalisis dan membuat kesimpulan tentang
pandangan al- Syeikh Ibn Arabiy berhubung hakikat al-wujud, sedangkan petikan-petikan daripada
karyanya dilakukan secara sambillewa dan tidak mantap untuk menyimpulkan sedemikian. Hal yang
sarna terjadi dalam banyak kajian yang dilakukan oleh sarjana kita ketika melakukan analisis
terhadap pemikiran al-Syeikh Hamzah Fansuri dan al-Syeikh Syams al-Din al-Sumatraniy.

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #15 on: 27 April, 2009, 11:15:28 AM

Nota Hujung

1 AI-Mahdiy, Judah Muhammad Abu al-Yazid (Prof. Dr.) (1999) Bihar al-Wilayah al- Muhammadiyyah
Fi Manaqib Alam al-Sufiyyah, Kaherah: Dar Gharib Ii al-Tibaah wa al-Nasyr wa al-Tawzi, h. 461.
Lihat Umar Farrukh (Prof. Dr.) (1972), Tarikh al- Fikr aI- Arabiy Ila Ayyam Ibn Khaldun, Beirut: Dar
al-Ilm Ii al-Malayin, Wm. 527.
2 AI-Mahdiy, op.cit., hIm. 461 Zakaria Stapa (Prof) (1993), Ibnu Arabi Tokoh Sufi (560H/638H-
1165M/1240M), Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Wm. 1.
3 AI-Mahdiy, h. 461.-
4 Surur, al-Syaykh Taha Abd al-Baqi (t.th.), Muhy aI-Din Ibn Arabiy, Kaherah: Matbaah al-Khanji,
h. 14.
5 AI-Mahdiy, h. 461.
6 Hilmiy, aI-Syaykh Muh Syaykh aI-Akbar, Kaher
7 AI-Mahdiy, op.cit., hIm. 463.
8 Ibn al-Imad al-Hanbaliy, Abu al-Falah Abd aI-Hay ibn al-Imad al-Hanbaliy, Syadllarat al-Dhahab Fi
Akhbar Man Dhahab, al-Maktab al- Tijariy Ii al- Tiba ah Wa al- Nasyr Wa al-Tawzi, Beirut, t.th. j. 5,
him. 200.
9 AI-Hafidh dalam istilah ulama hadith ialah seorang ahli hadith yang memenuhi sifat- sifat seorang
al-muhaddith, banyak menghafaz clan mengumpulkan banyak turuq dalam riwayat hadith.
Sebahagian ulama mutakhirin menganggap bahawa al-hafiz ialah orang yang menghafaz 100,000
hadith Nabi (s.a. w.) dari segi matan clan sanad. Lihat aI-Khatib, Dr. Muhammad Ajjaj, Usul al-
Hadith, Beirut: Dar al-Fikr, hIm. 448.
10 AI-Mahdiy, op.cit., hIm. 465.
11 Mujtahid Mutlaq ialah seorang yang mencapai tarat layak berijtihad secara mutlak tanpa ikatan
dengan mana-mana ulama lain. Contoh mujtahid mutlaq ialah seperti al- Imam al-Syafiiy, aI-Imam
Malik, aI-Imam Abu Hanifah clan aI-Imam Ahmad ibn Hanbal. Mereka semua digelar Mujtahid Mutlaq.
12 Bab 367.
13 Ibn al-lmad al-Hanbaliy, op. cit.
14 AI-Tumiy, Muhy aI-Din (1994), Tabaqat al-Syadhiliyyah al-Kubra, Beirut: Dar al-Jil,
1996, j.l, hIm. 188.
15 Zakaria Stapa (Prof) (1993), lbnu Arabi Tokoh Sufi (560H/638H-1165M/1240M), Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, hIm. 33.
16 Zakaria Stapa (Prof) (1993), Ibnu Arabi Tokoh Sufi (560H/638H-1165M/1240M), Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, him. 38-41.
17 Sulaiman bin Ibrahim, al- Turuq, him. 98.
18 Al-Syaraniy (1378H), al-Yawaqit wa al-Jawahir, Kaherah: Matbaah Mustafa al-Babiy al-Halabiy, j.l,
him. 8.
19 AI-Suyutiy, aI-Imam al-Hafidh Jalal aI-Din al-SuyutiY-{tih.), Tanbiah al-Ghabiy bi Tabriah Ibn
Arabiy, sunt. Muhammad Ibrahim Salim, Kaherah: Oar al-l1m wa al- Thaqafah, hIm. 39-41.
20 Ibid.
21 AI-Syaraniy, aI-Imam I Abd al-Wahhab al-Syaraniy, al-Kibrit al-Ahmar Fi Bayan Ulum al-Syaykh
aI-Akbar, j,l. him. 2-3.
22 AI-Syaraniy, aI-imam Abd aI-Wahhab aI-Syaraniy, Lawaqih aI-Anwar aI-Qudsiyyah. Lihat aI-
Mahdiy, op.cit., hIm. 471
22 AI-Syaraniy, aI-imam Abd aI-Wahhab aI-Syaraniy, Lawaqih aI-Anwar aI-Qudsiyyah. Lihat aI-
Mahdiy, op.cit., hIm. 471.
23 Zakaria Stapa (Prof.), op.cit., hIm. 48-49.
24 Lihat pembahagian seumpama ini dalam al-SuyutiYI aI-Imam al-Hafidh Jalal aI-Din al-Suyutiy
(t.th.), Tanbi/ah al-Ghabiy bi Tabri/ah Ibn I ArabiYI stint. Muhammad Ibrahim Salim, Kaherah: Dar al-
/lIm wa al-Thaqafah, hIm. 39-41.
25 Al-SakandariYI Abu al-Fadl Ahmad ibn Muhammad ibn I Abd aI-Karim ibn I Ata Allah al-Sakandariy
(1992), Lata/if al-Minan Fi Manaqib al-Syaykh Abi aI- Abbas al-Mursiy wa Syaykhihi Abi aI-Hasan al-
SyadhiliYI stint. al-Syaykh Khalid I Abd aI-Rahman al- I Akk, Damsyik: Dar al-Basyair, hIm. Lihat
juga al-SuV11tiy. op.cit., him. 41-42.
26 Kautsar Azhari Noer (1995), Ibn Arabiy -Wahdat al-Wujud Dalam Perdebatan, Jakarta: Penerbit
Paramadina, him. 17.
27 Madkur, Ibrahim Bayyumi (1969), Wahdah al-Wujud Bayn Ibn Arabiy wa Spinoza, . dalam al-
Kitab al-Tidhkariy: Muhy aI-Din Ibn Arabiy, sunt. Ibrahim Bayyumi Madkur, Kaherah: Oar al-Kitab
aI- Arabiy, hIm. 369.
28 Lihat Kautsar Azhan Noer (1995), op.cit., hIm. 144 (catatan nombor 1).
29 AI-Hakim, Suad aI-Hakim (Prof. Dr.), al-Mujam al-Sufiy: al-Hikmah Fi Hudud al- Kalimah,
Dandarah Ii al-Tibaah wa al-Nasyr, Beirut, 1981, hIm. 1145.
30 Madkur, Ibrahim Bayyumi (1969), op.cit., him. 369-370. 31 AI-Hakim, Suad aI-Hakim, op.cit. ,
hIm. 1145.
32 Lihat Ibn Taymiyyah (1984), Majmu aI-rasa iI, Kaherah: Matbaah aI-Madani, hIm.
167. clan perkataan yang digunakan ialah madhhab al-wahdah. 33 Kautsar Azhan Noer, op.cit.,
hlm.36-37.
34 AI-Hakim, Suad aI-Hakim (Prof. Dr.), al-Mujam al-Sufiy: al-Hikmah Fi Hudud al- Kalimah,
Dandarah Ii al-Tibaah wa al-Nasyr, Beirut, 1981, hIm. 1145.
35 Ibn Arabiy, Fusus al-Hikam, j. 4, him. 357. 36 AI-Hakim, op. cit., him. 1145.
37 Lihat Kautsar Azhari Noer (1995), op.cit., him. 35.
38 Ibn Arabiy, Fusus al-Hikam, j. 1, hIm. 104. 39 Ibn Arabiy, Fusus al-Hikam, j. 4, hIm. 279. 40 AI-
Hakim, OF. cit., Wm. 1147.
41 Dr. Kamis bin Ismail, Shicah Dan Pengaruhnya Dalam Bidang Politik Dan Tasawuf Falsafah di Alam
Melayu Zaman Tradisional, Tesis doktor falsafah, Fakulti Sa ins Sosial dan Kemasyarakatan, UKM,
Bangi, 2003, Wm. 243
42 AI-Hakim, op. cit., hIm. 1145. Prof. Dr. Suad aI-Hakim menangkis ketergesaan Dr. Abu aI- Ala
Afifi yang secara terang-terangan clan secara tergesa-gesa -menurut pandangan Suad aI-Hakim-
menetapkan kaitan Ibn Arabiy dengan doktrin wahdah aI-wujud. Lihat ibid., hIm. 1155 clan Iihat Dr.
Abu aI- Ala Afifi (t.th.) dalam mukadimahnya untuk kitab Fusus al-hikam, Beirut: Oar aI-Kitab aI-
Arabiy, hIm. 25-26. ~,.
43 AI-Hakim, op. cit., hIm. 1149. I 44 Ibn Arabiy, Fusus aI-Hikam, j. 4, hIm. 410. 45 AI-Hakim, op.
cit.. hIm 148.
46 Ata Abd al-Qadir Ahmad (1987), al- Tasawwuf al-lslamiy barn al-asalah wa al-iqtibas fi Asr al-
Nabulsi, Beirut: Oar al-Jil., hIm. 346.
47 I Ata I Abd al-Qadir Ahmad (1987), op.cit., hIm. 346-347.
48 Yusuf Zaydan (1988), I Abd ai-Karim al-Jiliy Faylasuf al-Sufiyyah, Kaherah: al-Hayah al-Misriyyah
aI- Ammah Ii aI-Kitab, hIm. 151 & Yusuf Zaydan (1988), al-Fikr al-Sufiy Ind I Abd aI-Karim al-Jiliy,
Beirut: Oar al-Nahdah aI- Arabiyyah, him. 184-187.
49 Abd al-Halim Mahmud (Prof. Dr.) (t.th.), Qadiyyat al- Tasawwuf al-Munqidh Min al- Dalal,
Kaherah: Dar al-Maarif, him. 155.
50 Liha t http: / / http://www.khayma.com/iniernetclinic/ mathahb / aiogodea.htm.
51 Lihat Shaykh Dawud ibn Abd Allah al-Fataniy, Tuhfat al-Raghibin fi Suluk Tariq al- Muttaqin, dalam
Hj. Wan Mohd Shaghir Abdullah (1992), Manhal al-Shafi Syeikh Daud al-Fatani, Kuala Lumpur:
Khazanah Fathaniyah, hIm p~ dan 92.
53 Kautsar Azhari Noer, op. cit., hIm. 34-35.
54 Lihat al-Jiliy, , Abd aI-Karim al-Jiliy, al-Insan al-Kamil, j.l, hIm. 28 dan Yusuf Zaydan (1988),
op.cit., hIm. 159-160.
55 Lihat aI-Tilly, al-Insan al-Kamil, j.l, hIm. 28 dan Yusuf Zaydan (1988), op.cit., hIm. 159-
160. 56 Pelbagai kupasan telah diberikan terhadap hikmah-hikmah (hikam) beliau, namun kesimpulan
Prof. Dr. Abu al-Wafa al- Taftazaniy menegaskan bahawa setelah diteliti lama dan mendalam, didapati
bahawa tasawuf al-Syaykh al-Sakandariy bersih daripada fahaman wahdat al-wujud, al-hulul dan al-
ittihad. Lihat al- Taftazaniy, Abu al-Wafa al-Ghunaymi (Dr.) (1969), Ibn lAta Allah al-Sakandariy wa
Tasawwufuhu , Kaherah: Maktabah aI-Anglo AI-Misriyyah, hIm. 65.
57 Abd al-Halim Mahmud (Prof. Dr.) (t.th.), Qadiyyat al- Tasawwuf al-Madrasah al- Syadhiliyyah,
Kaherah: Dar al-Maarif, hIm. 248.
58 AI-Sakandariy, (1992), Lataif aI-Millan, hIm. 214.
59 AI-Sakandariy, (1992), Lataif al-Minan, him. 214.
60 Khalaf Allah, Ahmad Izz aI-Din Abd Allah (Uh.), al-Hikam Ii Ibni Ata Allah al- Sakandariy, Aqwa
Dustur Tarbawiy Fi al-Qarn al-Sabi al=-Hijriy, Kaherah: al- Maktabah al-Azhariyyah Ii al- Turath, bab
I, hikmah 16, hIm. 107.
61 Ibn Ajibah, Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah al-Hasaniy (t.th.), Iqaz al-Himam Fi Syarh al-
Hikam, Kaherah: Dar al-Maarif, hIm. 83.
62 Ibid.
63 Ibn Abbad, aI-Imam Muhammad ibn Ibrahim ibn Abd Allah al-Nafaziy al-Rindiy (t.th.), Ghayth al-
Mawahib al- Aliyyah Bi Syarh al-Hikam al- Ataiyyah, sunt. ai-Imam Prof. Dr. Abd al-Halim Mahmud
dan Dr. Mahmud ibn al-Syarif, Kaherah: Dar al- Maam, j. I, him. 130,307-308.
64 Zarruq, Ahmad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Isa al-Burnusiy (1405H), Syarh al- Hikam, sunt. aI-
Imam Prof. Dr. Abd al-Halim Mahmud dan Dr. Mahmud ibn al- Syam, Kaherah: Dar al-Syab, him. 46
& 175.

65 Al-Syarqawiy, Syaykh aI-Islam Abd Allah ibn Hijaziy ibn Ibrahim (2003), al-Minah aI- Qudsiyyah
ala al- Hikam al- Ataiyyah, Kaherah: Maktabah Tahir Ii al- Turath, him. 24 & 136.
66 AI-Syarnubiy, al-Syaykh Abd aI-Majid al-Syarnubiy al-Azhariy (1999/1420H), Hikam Ibn lAta A Ila
h al-Sakandariy, Kaherah: Maktabah al-Qahirah.
67 AI-Qusyayriyyah, Abu al-Qasim Abd aI-Karim ibn Wawazin al-Qusyayriy al- Naysaburiy (1993),
al-Risalah al-Qusyayriyyah, sunt. Maruf Zurayq & Aliy , Abd al- Hamid al-Baltahjiy, Beirut: Dar al-
Khayr, hIm. 62
68 AI-Butiy, Prof. Dr. Muhammad Said Ramadan al-Butiy, al-Hikam al-Ataiyyah: Syarh wa Tahlil, Oar
al-Fikr, Damsyik, 2001.
69 Abd al-Halim Mahmud, op. cit hIm 156.
70 Ibid, hIm. 155.
71 Tentang pantheism, lihat Kautsar Azhari Noer, op.cit., hlm 159-217. 72 Abd al-Halim Mahmud,
op.cit., hIm 154.
73 Al-Qataniy, al-Syaykh Ahmad al-Qataniy (1992), al-Hujjah al-Mutah Fi al-Radd Ala
Sahib Kitab Ila. al- Tasawwuf Ya Ibad Allah, Kaherah: Maktabah Jumhuriyyah Misr, 234-235.

74 Abd al-Halim Mahmud, op.cit., him. 163.


75 Seyyed Hossein Nasr (1969), Three Muslim Sages: Avicenna -Suhrawardi -Ibn Arabi, Cambridge,
Massachusetts: Harvard University Press, hIm. 106-107. Lihat Zakaria Stapa, op.cit., him. 73.
76 Ahl al-fudul ialah orang yang banyak melakukan perbuatan yang sia-sia.
77 Ibn I Arabiy, al- Tanazzulat al-Layliyyah Fi al-Ahkam al-llahiyyah, sunt. Al-Syaykh Abd aI-Rahman
Hasan Mahmud, Kaherah: I Alam al-Fikr, hIm. 53.
78 Ibn Arabiy, al- Tanazzulat, hIm. 570
79 Kautsar, of. cito, hIm. 39-40. Lihat juga Dr. Kamis Ismail, hIm. 246.
80 Hasan Abu Ammar (1993), , Aqidah Shiah seri Tawhid -rasionalisme dan alam pemikiran filsafat
dalam Islam, Yayasan al-Muntazhar, t.tapi., cet. 1, hIm. 180. Lihat Dr. Kamis bin IsmaiL op.cit., him.
247;
81 Dr. Khamis, ibid., him. 247.
82 Ibid.
83 Ibid., him. 248.
84 Dr. Kamis, ibid., hIm. 248.
85 Dr. Kamis, hIm. 248.
86 Abd al-Halim Mahmud, op.cit., hIm. 155.
87 AI-Butiy, Muhammad Said Ramadan al-Butiy (Prof. Dr.) (1990), al-Salafiyyah Marhalah
Zamaniyyah Mubarakah, lah Madhhab Islamiy, Damsyik: lah al-Fikr, c. 2.
hIm. 205.
88 ibid.

Rujukan

AL-Quran al-Karim.

Abd al-Halim Mahmud (Prof. Dr.) (t.th.), Qadiyyat al-Tasawwufal- Munqidh Min al-Dalal, Kaherah: Dar
al-Maarif.

Abd al-Halim Mahmud (Prof. Dr.) (t.th.), Qadiyyat al-Tasawwufal- Madrasah al-Syadhiliyyah,
Kaherah: Oar al-Ma arif.

Ata Abd al-Qadir Ahmad (1987), al- Tasawwuf al-lslamiy bayn al- asalah wa al-iqtibas fi Asr al-
Nabulsi, Beirut: Dar al-JiI.
Umar Farrukh (Prof. Dr.) (1972), Tarikh al-Fikr al-Arabiy Ila Ayyam Ibn Khaldun, Beirut: Dar al-Ilm
Ii al-Malayin.

AL-Butiy, Muhammad Said Ramadan al-Butiy (Prof. Dr.) (1990), al- Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah
Mubarakah, lah Madhhab Islamiy, Damsyik: lah al-Fikr.

AL-Butiy, Prof. Dr. Muhammad Said Ramadan al-Butiy (2001), al- Hikam al- Ataiyyah: Syarh wa
Tahlil, Dar al-Fikr, Damsyik.

Haji Khalifah (1360H/1941M), Kasyfal-Zunun An Asami al-Kutub wa al-Funun, T. tapi: Matba ah al-
Ma arif al- Turkiyyah.

AL-Hakim, Suad al-Hakim (Prof. Dr.) (1981), al-Mujam al-Sufiy: al- Hikmah Fi Hudud al-Kalimah,
Dandarah Ii al- Tiba ah wa al- dan asyr, Beirut.

AL-Khatib, Dr. Muhammad Ajjaj (1990), Usul al-Hadith, Beirut: Dar al-Fikr.

AL-Mahdiy, Judah Muhammad Abu al-Yazid (Prof. Dr.) (1998), Bihar al-Wilayah -al-Muhammadiyyah Fi
Manaqib Alam al- Sufiyyah, Kaherah: Dar Gharib Ii al-Tibaah wa al-Nasyr wa al- Tawzi.

AL-Qataniy, al-Syeikh Ahmad al-Qataniy (1992), al-Hujjah al- Mutah Fi a!-Radd Ala Sahib Kitab Ila
al- Tasawwuf Ya Ibad Allah, Kaherah: Maktabah Jumhuriyyah Misr.

AL-Qusyayriyyah, Abu al-Qasim Abd al-Karim ibn Wawazin al- Qusyayriy al-Naysaburiy (1993), al-
Risalah al-Qusyayriyyah, sunt. Maruf Zurayq & Aliy , Abd al-Hamid al-Baltahjiy, Beirut: Dar al-Khayr.

AL-Sakandariy, Abu al-Fadl Ahmad ibn Muhammad ibn Abd al- Karim ibn Ata Allah al-Sakandariy
(1992), Lataifal-Minan Fi Manaqib al-Syeikh Abi al- Abbas al-Mursiy wa Syeikhihi Abi al- Hasan al-
Syadhiliy, sunt. al-Syeikh Khalid Abd al-Rahman al- , Akk, Damsyik: Dar al-Basyair.

AL-Suyutiy, al-Imam al-Hafidh Jalal al-Din al-Suyutiy (t.th.), Tanbi ah al-Ghabiy bi Tabri ah Ibn
Arabiy, sunt. l1uhammad Ibrahim Salim, Kaherah: Dar al- 11m wa al- Thaqafah.

AL-Syaraniy (1378H), al- Yawaqit wa al-Jawahir, Kaherah: Matba ah Mustafa al-Babiy al-Halabiy.

AL-Syaraniy, al-Imam Abd al-Wahhab al-Syaraniy, al-Kibrit al- Ahmar Fi Bayan Ulum al-Syeikh al-
Akbar.
AL-Syaraniy, al-Imam Abd al-Wahhab al-Syaraniy, Lawaqih al- Anwar al-Qudsiyyah.

AL-Syarnubiy, al-Syeikh Abd al-Majid al-Syarnubiy al-Azhariy (1999/1420H), Hikam Ibn Ata Allah
al-Sakandariy, Kaherah: Maktabah al-Qahirah.

AL-Syarqawiy, Syeikh al-Islam Abd Allah ibn Hijaziy ibn Ibrahim (2003), al-Minah al-Qudsiyyah ala
al- Hikam al- AtaiY.1/ah. Kaherah: Maktabah Tahir Ii al- Turath.

Al-Taftazaniy, Abu al-Wafa al-Ghunaymi (Dr.) (1969), Ibn AtaAllah al-Sakandariy wa Tasawwufuhu ,
Kaherah: Maktabah al-Anglo AL-Misriyyah. i

AL- Tumiy, Muhy al-Din (1994), Tabaqat al-Syadhiliyyah al-Kubra,


Beirut: Dar al-Iii.

Doktor Kamis bin Ismall, Shiah Dan Pengaruhnya Dalam Bidang Politik Dan Tasawwuf Falsafah di Alam
Melayu Zaman Tradisional, Tesis doktor falsafah, Fakulti Salns Sosial dan Kemasyarakatan, UKM,
Bangi, 2003.

Hasan Abu Ammar (1993), Aqidah Shiah seri Tawhid -rasionalisme dan alam pemikiran filsafat
dalam Islam, Yayasan al-Muntazhar, Up., cet. 1.

Hilmiy, al-Syeikh Muhammad Rajab al-Qadiriy (t.th.), al-Burhan al- Azhar Fi Manaqib al-Syeikh al-
Akbar, Kaherah: Matbaah al- Saadah.

Ibn P.bbad, al-Imam Muhammad ibn Ibrahim ibn Abd Allah al- Nafaziy al-Rindiy (t.th.), Ghayth al-
Mawahib al- Aliyyah Bi Syarh al-Hikam al- Ataiyyah, sunt. al-Imam Prof. Dr. Abd al-
Halim Mahmud dan Dr. Mahmud ibn al-Syarlf, Kaherah: Dar
al-Maarif.

Ibn Ajibah, Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah al-Hasaniy (t.th.), Iqaz al-Himam Fi Syarh al-Hikam,
Kaherah: Dar al-Ma arif.

Ibn Arabiy Abu Bakr Muhy al-Din Muhammad ibn Aliy ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abd Allah al-
Hatimiy (t.th.), Fusus al-Hikam, sunt. Dr. Abu al-Ala Afifi, Beirut: Oar al- Kitab al- Arabiy.

Ibn Arabiy, Abu Bakr Muhy al-Din Muhammad ibn Aliy ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Abd Allah al-
Hatimiy (1392H/ 1972M), al-Futuhat al-Makkiyyah, sunt. Uthman Yahya, Kaherah: al-Hay ah al-
Misriyyah al- Ammah li al-Kitab.
Ibn / Arabiy, al- Tanazzulat al-Layliyyah Fi al-Ahkam al-Ilahiyyah, sunt. AL-Syeikh / Abd al-Rahman
Hasan Mahmud, Kaherah: / Alam
al-Fikr.

Ibn al-Imad al-Hanbaliy, Abual-Falah Abd al-Hay ibn al-Imad al- Hanbaliy (t.th.), Syadharat al-
Dhahab Fi Akhbar Man Dhahab, Beirut: al-Maktab al-Tijariy Ii al-Tibaah Wa al-Nasyr Wa al-
Tawzi.

Ibn Khaldun, Abd al-Rahman Ibn Muhammad (1957), al- Muqaddimah, Beirut: Dar al-Kitab al-
Arabiy.

Ibn Taymiyyah (1984), Majmu al-rasail, Kaherah: Matbaah al- Madani.

Kautsar Azhari Noer (1995), Ibn Arabiy -Wahdat al-Wujud Dalam Perdebatan, Jakarta: Penerbit
Paramadina.

Khalaf Allah, Ahmad Izz al-Din / Abd Allah (t.th.), al-Hikam Ii Ibni
Ata Allah al-Sakandariy, Aqwa Dustur Tarbawiy Fi al-Qarn al- Sabi al-Hijriy, Kaherah: al-Maktabah
al-Azhariyyah Ii al-
Turath.

Madkur, Ibrahim Bayyumi (1969), Wahdah al-wujud Bayn Ibn Arabiy wa Spinoza, dalam al-Kitab al-
Tidhkariy: Muhy al-Din Ibn Arabiy, sunt. Ibrahim Bayyumi Madkur, Kaherah: Dar al- Kitab al- Arabiy.

Seyyed Hossein Nasr (1969), Three Muslim Sages: Avicenna -


Suhrawardi -Ibn Arabi, Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.

Sulalman bin Ibrahim (2002), al- Turuq al-Sufiyyah Fi Maliziya,


Seremban: Jabatan Mufti Kerajaan Negeri Sembilan.

Surur, al-Syeikh Taha Abd al-Baqi (t.th.), Muhy al-Din Ibn Arabiy, Kaherah: Matba ah al-Khanji.

Yusuf Zaydan (1988), Abd al-Karim al-Jiliy Faylasuf al-Sufiyyah, Kaherah: al-Hayah al-Misriyyah al-
Ammah li al-Kitab.

Yusuf Zaydan (1988), al-Fikr al-Sufiy lnd Abd al-Karim al-Jiliy, Beirut: Oar al-Nahdah al- Arabiyyah.
Zakaria Stapa (Prof) (1993), lbnu Arabi Tokoh Sufi (560Hj638H- 1165Mj1240M), Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa daR Pustaka.
Zarruq, Ahmad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Isa al-Burnusiy (1405H), Syarh al-Hikam, sunt. al-
Imam Prof. Dr. Abd al- Halim Mahmud dan Dr. Mahmud ibn al-Syarif, Kaherah: Dar al-Syab.

(Tamat)

Dipetik dari buku: Munaqashah Sufi Peringkat Kebangsaan 2004, anjuran Jabatan Mufti
Kerajaan Negeri Sembilan Darul Khusus.

Sumber : Malakian

p/s: Untuk memasuki tasawuf peringkat yang mendalam biarlah bertanya dengan ahlinya. Saya
mengingatkan sekali lagi, berhati-hati dengan golongan yang menggunakan kalam ulamak, pada
suatu masa digunakan pendapat ulamak itu untuk membela pendapatnya dan golongannya. Dalam
masa yang lain ulama itu dihukum sesat, kafir dan sebagainya. Jom Fikir. WaLLahua'lam

Logged
IbnuNafis

Posts: 1275

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #16 on: 27 April, 2009, 11:16:50 AM
Untuk mengelakkan dari pertikaian dan ketidakfahaman orang yang tidak memahami tasawuf dan
kemudian mengeluarkan pernyataan sesuka hati tanpa ilmu. Saya lock topic ini. Maaf dan terima
kasih.

Logged
Ummi Munaliza

Posts: 14387

Anniversary Ke 28

o

Re: SIAPAKAH IBN AL-ARABI AL-SUFI?


Jawab #17 on: 27 April, 2009, 11:20:50 AM

Bagus Ustaz Ibnu Nafis, saya setuju topik ini dikunci kerana bukan semua halaqian memahami apa
yang sedang dibincangkan dan cuba dihuraikan di sini.

Logged
Sembilu Kasih

Posts: 415

o

Ibnu Arabi
Jawab #18 on: 06 January, 2011, 08:45:17 AM
Salah seorang ahli sufi besar dan berpengaruh dalam sejarah perkembangan tasauf dalam dunia
Islam ialah Ibnu Arabi.

Nama lengkapnya ialah Muhiddin Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin
Abdullah Hatimi al-Ta'i.

Beliau juga dikenali dengan gelaran Muhy ad-Din (Penghidup Agama) dan Sheikh al-Akbar (Guru
Terbesar). Ibnu Arabi terkenal dengan doktrinnya tentang Wahdah al-wujud (kesatuan wujud) yang
mengakibatkan beliau dikritik dan dikafirkan oleh ulama.
Setelah berkelana ke pelbagai tempat, beliau menetap di Damsyik, Syria sampai akhir hayatnya. Di
sana beliau merasakan peringkat terakhir perjalanannya yang juga merupakan peringkat kematangan
kerohanian dan intelektualnya sebagai seorang ahli sufi.

Ibu Arabi terkenal dengan Fahaman Wahdah-al-Wujud. Menurutnya tidak ada sesuatu pun yang wujud
kecuali Tuhan. Hanya ada satu kewujudan hakiki, iaitu Tuhan.

Segala yang ada selain Tuhan hanyalah tampakan lahiriah daripada-Nya. Kewujudan makhluk
bergantung kepada kewujudan Tuhan, atau berasal daripada kewujudan Tuhan.

Manusia yang sempurna (insan kamil) merupakan pusat tampakan diri Tuhan yang paling sempurna.
Oleh sebab konsepnya ini, Ibnu Arabi dianggap kafir oleh ulama lain.

Pengaruh Ibnu Arabi terhadap perkembangan tasauf, khususnya tasauf falsafah sangat luar biasa.
Gagasan kesufian Ibnu Arabi tersebar ke seluruh dunia Islam dan mendapat pengikut yang tidak
terhitung jumlahnya.

Di Indonesia, pemikiran Ibnu Arabi juga tersebar luas. Hal ini terbukti dengan banyaknya ulama yang
membawa fahaman Wahdah al-wujud, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani, dan Abdus
Samad al-Palimbani.

Ada sekitar 300 judul buku yang dihasilkan oleh Ibnu Arabi. Sebahagian besar ditulis semasa
berkelana untuk menuntut ilmu. Antara karyanya yang terkenal ialah Futuhat al Makkiyyah
(Penaklukan Makkah).

Dalam karyanya itu, Ibnu Arabi menulis bahawa Allah SWT melalui malaikat yang menyampaikan
ilham kepadanya. Kitab ini mengandungi huraian tentang prinsip metafizik, ilmu keagamaan dan
pengalaman kerohanian Ibnu Arabi sendiri.

Fusus al-Hikam (Permata Hikmah) ialah karya Ibnu Arabi yang ditulis 10 tahun sebelum bel

iau meninggal dunia. Menurut pengakuan Ibnu Arabi, karya ini diterimanya daripada Nabi Muhammad
SAW dalam mimpinya, yang menyuruh beliau menyebarkannya kepada seluruh umat manusia agar
mereka dapat mengambil manfaat daripada karya itu.

Kitab tersebut bertujuan memaparkan aspek tertentu kebijaksanaan Ilahi dalam konteks kehidupan
25 orang nabi dan rasul.
Futuhat Makkiyyah, buku kotroversial Ibnu Arabi

Pengantar
Ibnu Arabi adalah sosok sufi yang banyak mendapatkan kritikan dan tuduhan tajam. Bahkan,
sebagian ulama ada yang mengatakan, Ma Ikhtalafal ulamau fi ahadin ka ikhtilafihim fi Muhyidin
Ibnu Arabi, tak ada satupun seseorang yang lebih kontrovesional di kalangan para ulama yang
melebihi Ibnu Arabi. banyak ulama yang telah berusaha menjelaskan peri kehidupan dari Ibnu Arabi,
yang paling lengkap adalah Taqiyudin Al-Faasi dalam kitab Al-Aqduts Tsamin fi Tarikh Al-buldan Al-
Amin dan ia mengatakan Saya telah menulis biografi paling lengkap tentang Ibnu Arabi yang belum
ada di kitab manapun, dan sebagiannya saya rujuk dari orang yang hidup semasa dengannya.
Secara ringkas namanya adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thai, Al-hatimi, Al-
Mursi, Muhyiddin Ibnu Arabi. Lahir di Mursiyah pada tahun 560 H, ia tumbuh disana, tahun 578 H
pindah ke Asbelia setelah itu ia banyak mengadakan perjalanan menuntut ilmu seperti Syam, Romawi
dan Baghdad.
Artikel ini berusaha mengetengahkan pemikiran-pemikiran kontroversial dari Ibnu Arabi dan
selanjutnya kita bandingkan dengan Abdul Hamid Al-Ghazali dalam hal keterpengaruhan mereka
terhadap sufi. Dan sebelumnya kita bahas dulu asal-usul nama Tasawuf, Definisi Tasawuf, dan Hakikat
Tasawuf.
Asal usul Nama Tasawuf

Para ahli tasawuf sendiri mempunyai pendapat yang berbeda tentang asal-usulama tasawuf. Syaikh
Sarraj Al-thusi menulis sebuah bab khusus yang berjudul Babu Kasyfi An Ismi Al-Shuffiyyah wa lima
Summu Bihadzal Ismi, wa lima Nusibu Ila Hadza Al-libsati. Ia berkata, Seseorang bertanya, Para
ahli hadits, dinisbatkan keahlian mereka pada ilmu hadits, para ahli fiqih dinisbatkan pada ilmu fiqih.
Tetapi kenapa anda memberi nama Shufiiyah tanpa menisbatkannya pada sebuah keadaan atau
suatu disiplin ilmu tertentu? Seperti zuhud dinisbatkan pada perilaku para ahli zuhud, tawakal
terhadap perilaku orang-oarng yang bertawakal, sabar terhadap perilaku orang-orang yang bersabar?
Maka jawabannya adalah: karena orang-orang sufi sendiri tidak mendalami salah satu cabang ilmu
tertentu, tanpa cabang-cabang yang lain. Dan mungkin masih dipersoalkan kenapa mereka malah
dinisbatkan kepada pakaiannya? Jawabannya adalah karena pakaiandari wol kasar merupakan
kebiasaan para Nabi as dan syiar para wali dan orang-orang yang disucikan.[1]
Dari kutipan di atas, As-Sarrraj berpendapat bahwa tasawuf diambil dari kata shuf yang bermakna
wol kasar dengan melihat pakaian yang kebanyakan digunakan kaum sufi.
Tetapi Al-Qusyairi yang juga seorang sufi berbeda pendapat dengan As-Sarraj. Ia berkata:
ketahuuilah oleh kalian semua semoga kalian dirahmati Allah swt- sesungguhnya umat islam
setelah wafatnya Rasulullah saw tidaklah melakukan penamaan apa pun untuk menunjukkan
keutamaan mereka di jaman itu, kecuali para pengikut setia Nabi saw, sebab tidak ada keutamaan
yang melebihi mereka, maka golongan tadi disebut dengan nama As-Shahabah.
Tetapi generasi berikutnya, orang-orang yang menjadi pengikut sahabat mulai dinamai dengan istilah
Tabiin, dan tampaklah dalam nama itu keutamaan yang tinggi dan keagungan. Dan orang-orang
yang mengikuti tabiin juga dinamai dengan Tabiut Tabiin. Kemudian umat Islam terpecah belah,
dan terjadilah perbedaan tingkatan. Orang-orang tertentu yang dengan tekun dan rajin mengamalkan
ajaran agama lalu dinamai dengan Az-Zuhhad (Ahli Zuhud) atau Al-Ubbad (Ahli Ibadah).
Selanjutnya bidah mulai merebak di tengah-tengah masyarakat, dan terjadilah saling klaim antar
golongan. Setiap golongan di antara mereka mengklaim bahwa dirinyalah yang paling zuhhad. Lalu
keluarlah dari kemelut ini orang-orang khusus dari golongan ahli sunnah, yang selalu menjaga dirinya
agar selalu dekat dengan Allah swt dan selalu menjaga dirinya dari jalan yang membuat lalai kepada-
Nya, mereka itu lalu dinamai dengan ahli tasawuf. Maka menjadi mashurlah nama itu di antara
pembesar-pembesar mereka sebelum akhir abad kedua hijriyah.[2]
Dr. Musa bin Sulaiman Ad-Duwaisy ketika memberikan komentar atas perkataan Qusyairi di atas
mengatakan; Pendapat Al-Qusyairi itu tidak bisa diterima, sebab orang-orang khusus dari golongan
Ahlus Sunnah adalah mereka yang konsisten mengikuti ajaran Rasulullah saw dan mempelajari
dengan sungguh-sungguh agama Allah swt. Mereka juga merumuskan berbagai hukum ajaran agama,
mereka beribadah kepada Allah swt dengan dasar ilmu pengetahuan. Mereka juga menentang para
ahli bidah, menasehati mereka, dan mereka sendiri berhati-hai dari jalan para ahli bidah. Mereka
juga tidak menamai dirinya dengan istilah-istilah yang agung dan muluk-muluk, seperti yang
dilakukan oleh golongan-golongan lain yang menyimpang dari sunnah Rasulullah saw. Walaupun pada
hakekatnya dalam diri mereka ada kebenaran.[3]
Oleh karena itu , golongan Ahli Sunnah wal Jamaah selalu terkenal di setiap zaman dengan
kemoderatannya serta kekonsistenannya dalam mengikuti sunnah Rasulullah saw, sahabat-
sahabatnya, tabiin dan para tabiut tabiin.
Dari sini nampaklah, bahwa Al-Quyairi berlebih-lebihan dalam memberikan nama tasawuf, bahkan
tidak cermat. Pendapatnya juga bertentangan dengan pendapat As-Saraj Al-Thusi yang hidup lebih
awal dan lebih mengetahui golongan ini.
Kesimpulan ini juga diperkuat oleh Ibnu Taimiyah ketika beliau mendiskusikan asal penamaan
kelompok tasawuf, ia berkata, Kemudian mereka berselisih tentang asal muasal penamaan golongan
ini. Sesungguhnya Ash-Shufi adalah Isim Nisbat sebagaimana nama Al-Quraisy, Al-Madani dan
contoh-contoh lainya. Ada yang berpendapat, ia dinisbatkan Ahlu Shuffah, pendapat ini tentu keliru,
sebab jika dinisbatkan padanya maka ia harus dibaca Shuffiyada juga yang menisbatkannya pada
shof yang utama di sisi Allah swt, ini juga salah, sebab seharusnya ia berbunyi Shofi. Nama ini
juga dinisbatkan pada kata Shafwah di antara makhluk Allah, ini juga salah, karena seharusnya ia
berbunyi Shifawiy. Ada juga yang berpendapat nama ini dinisbatkan pada Shufah bin Bisyr bin
Adhan Thabikhah. Ia merupakan kabilah Arab yang tinggal di sekitar Makkahsejak zaman dahulu kala.
Mereka identik dengan para ahli ibadah. Walau pun penisbatan terhadap mereka adalah benar dari
segi lafadz, tetapi pendapat ini sangat lemah sebab mereka tidaklah terkenal di antara kaum ahli
zuhud, dan jika penisbatan dilakukan terhadap mereka, maka tentunya istilah ini telah muncul sejak
zaman sahabat dan tabiin generasi pertama. Dan orang-orang yang sering menggunakan istilah sufi
tidaklah mengetahui kabilah ini. Bahkan mereka tidak rela jika dinisbatkan pada sebuah kabilah
jahiliyah yang tidak dikenal dalam agama islam. Nama ini juga dikaitkan dan ini yang paling
masyhur- pada pakaian wol kasar.
Abu Syaikh Al-Asbahani meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Sirin, bahwa ada
beberapa kaum yang mengutamakan pakaian wol kasar. Ia berkata: Sesungguhnya ada kaum yang
memilih dan mengutamakan baju wol. Mereka mengatakan bahwa mereka menyerupai Al-Masih bin
Maryam sedangkan petunjuk nabi kami lebih kami cintai, dan nabi Muhammad saw memakai pakaian
dari katun atau yang lainnya.
sumber: http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2012/07/14/kontroversi-pemikiran-ibnu-
arabi-ash-shufi/ - See more at: http://bagindaery.blogspot.com/2013/03/kontroversi-tentang-
pemikiran-ibnu.html#sthash.KNvTbx6p.dpuf

Anda mungkin juga menyukai