Anda di halaman 1dari 61

A.

PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR

0 SEKILAS TENTANG ILMU-ILMU SOSIAL, ILMU PENGETAHUAN


SOSIAL DAN ILMU-ILMU SOSIAL DASAR

0 Ilmu-illmu Sosial

Telah kita ketahui, bahwa sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah
philosophia (filsafat). Baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-illmu sosial ditilik dari
pengembangannya bermula dari filsafat

Pengertian Filsafat

Asal Istilah filsafat

Perkataan dan istilah filsafat di dalam bahasa arab ialah falfasah. Secara
etimologi perkataan falsafah berasal dari bahasa Yunani Philosophia, yang terdiri
atas dua suku kata yakni philen artinya “mencari” atau “mencintai” dan sophia,
aratinya “kebenaran” atau kebijaksanaan”.

Jadi kata majemuik philosophias berarti “ daya upaya pemikiran manusia untuk
mencari kebenaran atau kebijaksanaan”. Dari istilah tersebut jelas bahwa orang yang
berfilsafat ialah orang yang mencintai kebenaran atau mencari kebenaran dan bukan
memiliki kebenaran.

Bila kita kaji bahwa kebenaran itu adalah relatif sifatnya, karena apa yang
dianggap benar pada waktu sekarang ini, mungkin pada masa datang hal itu tidak
benar. Jadi kebenaran mutlak adalah di tangan Tuhan YME.

Menurut Prof. H. Muhammad Yamin, S.H. berpendapat bahwa perkataan Yunani


Philosophos itu mula-mula dibentuk karena hendak menandingi kata sophos, yang
berarti “Si tahu” atau “Si pandai” karena merasa telah memegang kebenaran dalam
genggamannya. Sedangkan Philosophos dalam segala kerendahan hati hanya
mencintai dan masih bererak di tengah jalan menuju kebenaran.
Mencari kebenaran dan tidak memiliki kebenaran itulah tujuan semua filsafat,
dan akhirnya mendekati kebenran sebagai kesungguhan.Tetapi kebenaran yang
sesungguhnya atau mutlak hanya ada pada Tuhan YME.

Dalam arti praktis, filsafat ialah alam berpikir atau alam fikiran. Berfilsafat ialah
berfikir, tetapi berfikir secara mendalam, artinya berfikir sampai ke akar-akarnya dan
dengan sungguh-sungguh tentang hakekat sesuatu.

Ilmu filsafat merupakan induk dari ilmu-ilmu vak(mata pelajaran/kuliah), dapat


mengatur dan menyelesaikan masalah hubungan dan perbedaan batass-batas antara
illmu-ilmu vak lainnya.

Beberapa definisi Filsafat


0 Plato (427 sm – 348 sm). Ahli filsaafat Yunani.
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang bersifat mencapai kebenaran asli.

1
1 Aristoteles (382 –322 sm), murid Plato
Filsfat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang teerkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika.

2 Al farabi (870 –950 sm), ahli filsafat Islam


Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikatnya yang
sebenarnya.

3 Drs.. Hasbullah Bakry


Illmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan, salam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.

5. Prof. H. Muhammad Yamin, S.H.


Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepriadiannya
seraya didalam kepriadiannya itu dialaminya kesungguhan.

Jadi jelas bagi kita tiap-tiap manusia mendapatkan kepriadiannya dan dapat
mengalami kesungguhan dalamnya, karena menempuh jalan memusatkan pikiran
dalam segala hubungan cabang pikiran, pada hakikatnya sudah ikut membentuk
philosophie, juga menolak atau tidak menerima pemusatan pemikiran orang lain
sekalipun juga sudah ikut pula membentuk filosofi.

Kedua-duanya adalah cara perjalanan atau pemakaian hikmah yang ada pada
manusia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa apa yang disebut : filsafat
ialah sesuatu usaha pemikiran manusia yang sugguh-sungguh, secara sistematis dan
radikal untuk mencari kebenaran sesuai dengan ruang dan waktu.

Jadi makna filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni :


0 Segi etimologis yang terdiri dari kata philos artinya”sahabat”, dan sofia
artinya kebijaksanaan.
Filsafat artinya ajaran atau orang yang mencapai taraf persahabatan dan
mencintai kebijaksanaan.
2. Suatu aktivitas fikir yang menghasilkan kebenaran atau kebijaksanaan
yang kemudian menjadi keyakinan atau pandangan hidup orang itu atau suatu
bangsa.

Sumber filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan fikiran manusia yang
sehat, yag berusaha keras dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran dan akhirnya
mendekati kebenaran.

Oleh karena manusia itu makhluk Tuhan, meskipun manusia itu tinggi
martabatnya, mempunyai dignity (martabat) akan tetapi tidak sempurna, maka
kebenaran yang dapat dicapai oleh akal fikiran manusia itu tidak sempurna adanya.
Kebenaran yang dicapai manusia bersifat relatif atau nisbi. Ini tidak berarti bahwa
setiap hasil pemikiran manusia itu tak ada yang benar, semuanya serba salah. Tidak.
Hasil pemikiran manusia itu kebenrannya tidak mutlak.

2
Sedangkan ajaran agama atau agama-agama samawi mempunyai kitab suci
bersumber dari Tuhan YME, yang disampaikan kepada seluruh umat manusia untuk
menjadi pedoman hidupnya melalui wahyu dengan perantaraan Rasul-rasulNya atau
utusan Tuhan. Ajaran-ajaran agama mengandung kebenaran mutlak bersifat
sempurna dan lengkap isinya serta berlaku secara universal, tidak terikat dengan
ruang dan waktu. Ajaran agama lebih luas dan lengkap isinya, baik kaidah-kaidah
pokok, norma-norma kebenaran, petunjuk-petunjuk pelaksanaannya secara teknik
maupun sanksi-sanksinya yang tegas dan jelas atau pahala dan dosa serta siksa
tercantum di dalamnya.

Dari filsafat itu kemudian lahir 3 cabang ilmu pengtahuan yaitu :


1). Natural sciences ( ilmu-ilmu Alamia ), meliputi : fisika, kimia, astronomi, bioloi,
botani dan lain-lain.
2). Social Sciences, ( ilmu-ilmu Sosial ), tediri dari : Sosiologi, ekonomi, politik,
antropologi, sejarah, psikologi, geografi dan lain-lain.
3). Humanities ( ilmu-ilmu Budaya ) meliputi : bahasa, agama, kesusastraan,
kesenian dan lain-lain.

Ilmu-ilmu Sosial berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dalam era
pembangunan, khususnya di Indonesia. Wujud dan kenyataan-kenyataan adanya
perkembangan illmu-ilmu sosial di Indonesia, setelah bangsa Indonesia mendapat
kemerdekaan adalah sebagai berikut :
1) Pertama-tama didirikandi Yogyakarta suatu akademi ilmu politik.
Sponsor-sponsor yang mendirikan akademi ini terdiri dari tenaga-tenaga
akademis pembina ilmu politik di Negeri Belandan
2) Selang waktu berikutnya, didirikan pula Balai Perguruan Tinggi Gajah
Mada pada tanggal 17 Februari 1946, yang diresmikan pembukaannya
pada tanggal 3 maret 1946, mempunya 2 fakultas, ialah Fakultas Sastra
dan Fakultas Sosial. Balai Perguruan Tinggi itu adalah perguruan tinggi
swasta yang dikelola oleh yayasan.
3) Didirikan Akademi Kepolitisian.

Sesungguhnya latar belakang berdirintya ketiga pendidikan tinggi tersebut lebih


menekankan pada pembentukan lembaga-lembaga pendidikan untuk mencedtak
kader-kader pengisi jabatan tinggi di Pemerintah Republik Indonesia pada saat itu.
Namun dalam perkembangan tahun-tahun selanjutnya dari ketiga lembaga
pendidikan tinggi ini berkembang ilmu-ilmu sosial di Indonesia.

Dewasa ini di Indonesia Universita-universitas dan institut negeri yang semuanya


menyelenggarakan pengajaran dalam bidang ilmu sosial.

1 Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan


sehingga timbul paham studi sosial (social studies), atau di Indonesia disebut Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Paham studi sosial berkembangan dan berpengaruh
terhadap program kurikulum pada sekolah-sekolah di Amerika Serikat sejak tahun
1940-an sampai sekarang.

Paham studi sosial dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran, dan

3
Bukan merupakan satu disiplin illmu yang mandiri.

Sosial sudies atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah illmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan
menengah (elementari and secondary school).

Dengan begitu, tandas sudah bahwa IPS ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok
belajar lainnya, yang sederajat.

Marteri dari berbagai disiplin illmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Antropologi, Psikologi Sosiaol, Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Hukum dan ilmu-ilmu
sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program pendidikan dan
pengajaran di sekolah dasar dan menengah.

IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata
pelajaran sosial

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ilmu-ilmu sosial


merupakan dasar dari IPS. Akan tertapi perlu dicamkan bahwa tidak semua ilmu-
ilmu sosial secara otomatis dapat menjadi bahan/pokok bahasan dalam IPS. Tingkat
usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik, sangat
menentukan materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi bahan’pokok
bahasan dalam IPS.. Di Indoneisa IPS menjadi salah satu mata pelajaran dalam
pembaruan kurikulum SD, SMTP dan SMU dalam kurun waktu 1975 –1976, dan
masih berlangsung hingga sekarang ini.

2 Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah suatu program pelajaran baru yang
dikembangkan di Perguruan Tinggi. Pengemangan ISD ini sejaran dengan realisasi
pengembangan ide dan pembaruan sistem pendidikan yang besifat dinamis dan
inovatif. ISD adalah ilmu-ilmu sosial dipergunakan dalam pendekatan, sekaligus
sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah-masalah sosial yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Seperangkat konsep-konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmlu-ilmu sosialsecara


interdisiplin atau multi disiplin dipergunakan sebagai alat bagi pendekatan dan
pemecahan problema-problema yang timbul dan berkembang dalam masyarakat.

ISD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosi8al kepada para mahasiswa, yang


diharapkan akan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan memberi alternatif
pemecahanmasalah-masalah dalam kehidupan masyarakt.

Berdasarkan pengetahuan yang didapat melalui ISD, diharapkan para mahasiswa


akan mampu mengorientasikan diri berkat penghayatan akan arah perkembangan
dalam masyarakat. Setelah mengorientsikan diri secara mantap, paling tidak ia harus
mampu mengetahui ke arah mana pemecahan jalan keluar suatu permasalah itu harus
ditempuh. Masalah-masalah sosial yang berkembang sedemikikan kompleks, baik
yang bersifat lokal, regional, nasional maupun internasional seperti pengangguran,

4
urbanisasi, penyelundupan dan kriminalitas, kenakalan remaja dan penyalahgunaan
narkotika. Pertentangan ras dan pergolakan politik merupakan masalah-masalah
sosial yang harus dilihat serta ditanggulangi dengan segala aspek pengetahuan yang t
erjalin satu sama lain.

Akan tetapi dengan dilaksanakannya ISD sebagai Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU) di setiap perguruan tinggi negeri khususnya, tidak berarti pengantar-
pengantar ilmu sosial harus hilang dari kurikulum perguruan tinggi. Pengantar-
pengantar illmu-ilmu sosial masih harus dipertahankan, sebab ia mempunyai misi
memberikan pengetahuan teoritis ilmiah pada ilmu tertentu yang bersifat subject
oriented.

Melalui penelaan dan pendalaman subject oriented tersebut, berarti proses


pendlaman bidang-bidang ilmu menuju ke arah spesialisasi keahlian telah
belangsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antaa ilmu-ilmu sosial dan
ilmu-ilmu sosial Dasar (ISD) tidak terdapat perbedaan yang prinsipil sepanjang yang
menyangkut konsep-konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial.
Perbedaan itu terjadi pada pendekatan bidang sudinya saja, dimana ilmu-ilmu sosial
dasar bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi. ISD
dipergunakan untuk mencari pemecahanmasalah-masalah kemasyarakatan melalui
pendekatan interdisipliner maupun multidisipliner ilmu-ilmu sosial. Di lain pihak,
pengantar-pengantar illmu-ilmu sosial disajikan secara subject orented dalam rangka
pendalaman ilmu-ilmu sosial itu secara teoritis, yang menyangkut ruang lingkup,
metode dan sistematikanya,.

1 LATAR BELAKANG ILMU SOSIAL DASAR

Latar belakang diberikannya ISD dimulai banyaknya kritik-kritik yang ditujukan


pada sistem pendidikan PT oleh sejumlah cendekiawan terutama sarjana pendidikan,
sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan yang erngah
berlangsung saat ini, berbau kolonial dan masih merupakan warisan sistem
pendidikan Belanda, yaitu kelanjutan dari “politik balas budi “ (etische politiek) yang
dianjurkan oleh Conrad Theodore Ven Deventer, bertujuan menghasilkan tenaga-
tenaga trampil untuk menjadi “tukang-tukang” yang mengisi birokrasi mereka di
bidang administrasi, pedanga, teknik dan keahlian lain dalam tujuan ekspoitasi
kekayaan.

Tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan memiliki tiga jenis
kemampuan yang meliputi personal, akademik dan profesional.

Kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini


para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap,
tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami
dan mengenal lnilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan (pancasila),
serta memiliki pandangan luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Kemampuan akademik adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah,


baik lisan maupun tertulis, menguasai peralatan analisa, kemampuan berpikir logis,

5
kritis, sistematis dan analisis, mempunyai kemampuan konsepsional untuk
mengiden-
tifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi serta mampu menawarkan alternatif
pemecahannya.

Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli


yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.

Kita telah mengetahui bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata, material dan spiritual
berdasarkan pancasila. Bahwa hakekat Pembangunan Nasional adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pengertian
ini maka manusia bukan hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi yang terpenting
adalah bahwa manusia itu menjadi subyek pembangunan.
Untuk itu diperlukan berbagai upaya sehingga menusia bukan merupakan bahan
pembangunan, tetapi menjadikan manusia modal atau asset terpenting bagi
pembangunan. Dalam masalah kependudukan pemikiran ini menjadi jelas :
bagaimana menjadikan jumlah penduduk yang besar sebagai modal pembangunan
dan bukan hanya beban pembangunan

Dalam jangka panjang, yang ingin dicapai bukan hanya kualitas teknis yang
sangat diperlukan untuk mendukung proses lepas landas, melainkan juga kualitas lain
yang memungkinkan seseorang berkembang menjadi manusia utuh, yaitu manusia
yang memiliki sikap hidup yang selaras, serasi dan seimbang antara kebutuhan
jasmani dan rohani.

Namun upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan pada saat ini, khususnya


pada negara-negara berkembang, menghadapi tantangan yang berat. Studi-studi yang
cermat membuktikan betapa upaya pembangunan di abad-abad lalu relatif lebih
mudah dibandingkan dengan abad 20, terutama pada akhir-akhir ini.

Pertama, bobot penduduk yang mereka hadapi tidak seberat yang dihadapi oleh
negara-negara sedang berkembang saat ini, terutama Indonesia. Perkembangan
penduduk yang tinggi, sementara kemampuan mereka untuk menghadapinya tetap
tidak tinggi, telah menimbulkan berbagai masalah dibidang sosial dan ekonomi.

Kedua, sebagai pioneer (perintis), negara-negara Barat tidak menghadapi maalah


pemilihan teknologi, apalagi pendidikan t eknologi seperti yang dihadapi oleh
negara-negara sedang berkembang saat ini. Dalam kondisi di mana kemajuan dalam
bidang teknologi komunikasi masa dan transportasi sudah sedemikian majunya,
membawa pengaruh yang besar terhadap intensitas kontak budaya dengan
kebudayaan dari luar. Di sini terjadi perobahan orientasi budaya yang kadang-kadang
menimbulkan dampak terhadap tata nilail masyarakat yang sedng menumbuhkan
identitasnya sendiri sebagai bangsa.

Ketiga, hampir semua pioneer itu ditandai oleh sidat homogenitas dari keadaan
sosial dan kulturalny, sedangkan negara-negara sedang berkembang saat ini terpaksa
bergelut dengan masalah nation building yang rumit, sementara pada saat yang sama
pembangunan ekonomi harus mereka laksanakan. Masyarakat Indonesia adalah

6
merupakan masyarakat majemuk yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan,
dengan latar belakang sosio kultural yang beraneka ragam, sepeerti suku bangsa,
agama dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi
ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan tersebut sehingga integrasi
nasional tetap terpelihara.

2 ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI KOMPONEN MKDU

Mata Kuliah Dasar Umum di Perguruan Tinggi di Indonesia dikelompokkan


menjadi 2 (dua) bagian. Kelompok pertama diharapkan memberi dasar pedoman-
pedoman untuk bertindak sebagai warga negara yang terpelajar, yang meliputi mata
kuliah :

0 Agama
1 Pancasila
2 Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
3 Kewiraan

Keempat mata kuliah kelompok pertama tersebut merupakan mata kuliah intra
kurikuler yang diwajibkan kepada semua mahasiswa.

Kelompok kedua diharapkan dapat membantu kepekaan mahasiswa, berkenaan


dengan lingkungan ilmiah, lingkungan sosial dan lingkungan budaya, yang meliputi
mata kuliah :

0 Ilmu Alamiah Dasar (IAD)


1 Ilmu Sosial Dasar (ISD)
2 Ilmu Budaya Dasar (IBD)

Ketiga mata kuliah dasar t ersebut di atas diberikan pada semua mahasiswa
dengan ketentuan bahwa mahasiswa bidang pengetahuan keahlian yang berada dalam
ruang lingkup salah satu mata kuliah dasar tersebut, tidak diwajibkan mengikuti mata
kuliah yang bersangkutan.

Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum, bertujuan menghasilkan


warga negara sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :

a. Taqwa kepada Tuhan YME, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
b. Memiliki wawasan Sejarah Perjuangan Bangsa, sehingga dapat memperkuat
semangat kebangsaan, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, mempertinggi kebanggaan nasional dan kemanusiaan
sebagai sarjana Indonesia.
c. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya
menceerminkan nilai-nilai Pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang
tinggi, yang mendahulukan kepentingan Nasional dan kemanusiaan sebagai
sarjana Indonesia
d. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyaerakat dan
secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya, maupun

7
tentang lingkungan alamiah serta secaera bersama-sama berperan serta di dalam
pelestariannya.
e. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam
menyikapi
permasalahan kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan
maupun kebudayaan.

Menghadapi masalah-masalah dalam penyelenggaraan tridharma perguruan


tinggi, demikian pula untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan negara, maka
diselenggarakan program-program pendidikan umum

Tujuan dari pendidikan umum di perguruan tinggi adalah :


0 sebagai usaha membantu perkembangan kepriadian mahasiswa agar mampu
berperan sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta agama.
1 Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan
kenyataan-kenyataan sosial yang timbul dalam masyarakat.
2 Memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mampu berpikir secara
interdisipliner dan mampu memahami pikiran dari ahli-ahli berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga dengan demikian memudahkan merekan berkomunikasi.

Jadi pendidikan umum yang menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan
kepribadian mahasiswa, pada dasarnya berbeda dedngan mata kuliah-mata kuliah
bantu yang bertujuan untuk menopang keahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya.
Demikian pula berbeda dngan pendidikan keahlian yang bertujuan untuk
mengembangkan keahlian mahasiswa dalam bidang/disiplin ilmunya.

Sebagai mata kuliah dasar umum, Ilmu Sosial Dasar bertujuan membantu
perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh
wawasan pemikiran yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari
setiap anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap dan
tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain serta sikap dan
tingkah laku manusia terhadap manusia yang bersangkutan.

Tegasnya : Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-


masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat
Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang
berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial
(seperti geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi,
psikologi sosial dan sejarah).

Dengan demikian, maka kuliah Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang
dapat diharapkan memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-gejala sosial agar daya
tangkap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi
lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kepekaan mahasiswa pada
lingkungan sosuialnya menjadi besar.

3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

8
Berpangkal pada tujuan di atas, maka ada 2 masalah yang dapat dipakai sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah Ilmu
Sosial Dasaar, yaitu :

0 Adanya berbagai aspek pada kenyataan-kenyataan yang bersama-sama


merupakan
suatu masalah sosial, sehingga biasanya suatu masalah sosial bisa ditanggapi
dengan pendekatan yang berbeda-beda oleh bidang-bidang pengetahuan keahlian
yang berbeda-beda, sebagai pendekatan tersendiri, maupun gabungan (antar
bidang)
1 Adanya keaneka ragam golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat yang
masing-masing mempunyhai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran
dan pola-pola tingkah laku sendiri, tetapi juga adanya amat banyak persamaan
kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran dan pola-pola
tingkah laku yang menyebabkan adanya pertentangan-pertentangan maupun
hubungan-hubungan setia kawan dan kerjasama dalam masyarakat itu.

Berdasarkan ruang lingkup kajian sebagaimana tersebut di atas, kiranya masih


memerlukan penjabaranlebih lanjut untuk bisa dioperasionalkan, yaitu ke dalam
beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

Perkuliahan Ilmu Sosial Dasar dibagi ke dalam 8 (delapan) Pokok Bahasan


(masing-masing dengan sub Pokok Bahasan), sehingga dari perkuliahan tersebut
kepada mahasiswa diharapkan :

0 Mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam


hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
1 Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah individu, keluarga dan
masyarakat.
2 Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi seta menyadari
identitasnya sebagai pemuda dan mahasiswa.
3 Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara.
4 Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
5 Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan
6 Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan sosial
bersamaan dengan aedanya integrasi masyarakat.
7 Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh
manusia untuk memanfaatkan kemakmuran dan pengurangan kemiskinan.

4 MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR

Masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia tidaklah


sama antara yang satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh :
0 perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya
1 keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup.

9
Masalah-masalah tersebut dapat t erwujud sebagai :masalah sosial, masalah moral,
masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, ataupun masalah-masalah
lainnya.

Menurut Nisbet (1961) , yang membedakan masalah-masalah sosial dari


masalah-masalah lainnya adalah bahwa : masalah-masalah sosial selalu ada
kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta selalu
ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia dengan konteks-konteks
normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud.
Pengertian masalah sosial
0 Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
1 Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan
yang terwujud dalam masyarakt yang berdasarkan atas studi mereka mempunyai
sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat
secara keseluruhan. Contoh masalah pedangan kaki lima di kota-kota besar di
Indonesia.

Menurut definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial, karena di satu
pihak para pedagang kaki lima tersebut dapat memperoleh nafkah untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, dan di lain pihak para pembeli yaitu para warga
masyarakat dengan mudah memperoleh pelayanan dan dengan harga yang pantas
untuk taraf ekonomil mereka dari para pedagang kaki lima. Sebaliknya para ahli
perencanaan kota, ahli sosiologi dan ahli antropologi akan menyatakan bahwa
pedfagang kaki lima di kota-kota menjadi sumber utama dari suatu kondisi dimana
kejahatan dengan mudah dapat terjadi.

Dengan demikian, sesuatu masalah yang digolongkan sebagai masalah sosial


oleh para ahli belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh umum. Sebaliknya
ada juga masalah-masalah yang dianggap sebagai masalah sosial oleh umum tetapi
belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para ahli.

Oleh karena itu kita ikuti batasan yang lebih tegas dikemukakan oleh Lesile
(1974), masalah sosial dapat didefinisikan sebagai : Sesuatu kondisi yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar waraga masyarakat sebagai
sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan yang karenanya dirasakan
perlunya untuk diatasi atau diperbaiki.

Berdasarkan pengertian di atas, maka masalah-masalah sosial ini pengertiannya


terutama ditekankan pada adanya kondisi atau sesuatu keadaan tertentu dalam
kehidupan sosial warga masyarakat yang bersangkutan. Kondisi atau keadaan sosial
tertentu, sebenarnya merupakan proses hasil dari proses kehidupan manusia yang
berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yaitu :
0 Kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya (manusia harus makan, minum, buang
air, bernafas, mengadakan hubungan kelamin dan sebagainya.
1 Kebutuhan-kebutuhann sosial (berhubungan dengan orang lain,
membutuhkan bantuan orang lain untuk memecahkan berbagai masalah dan
sebagainya) dan
2 Kebutuhan-kebutuhan kejiwaan (untuk dapat merasakan aman dan tenteram,
membutuhkan cinta kasih dan sayang dan sebagainya)

10
Dalam usaha-usaha untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, manusia
menggunakan kebudayaan sebagai model-model petunjuk di dalam menggunakan
lingkungan alamnya dan sosialnya di masyarakat. Perwujudan ini adalah suatu
kondisi atau keadaan dimana manusia itu hidup di dalam masyarakat. Kondisi-
kondisi itu bukan sesuatu yang tetap tetapi selalu dalam proses perubhan.

Suatu kondisi yang tidak disukai oleh para warga masyarakat pada hakikatnya
tidak bisa berlaku atau cocok dengan kebudayaan mereka. Sedangkan ukuran yang
dipakai oleh para warga masyarakat yang bersangkutan untuk menilai dan
mewujudkan tingkah laku mereka adalah model-model dari kebudayaan yang telah
mereka punyai, yaitu yang ada dalam kepala mereka masing-masing yang belum
tentu telah berubah sesuai dengan perubahan kondisi yang mereka hadapi dalam
kehidupan sosial mereka sehari-hari. Dengan demikian terdapat suatu ketidak
cocokan antara pengetahuan kebudayaan dan kenyataan-kenyataan obyektif yang ada
dalam kondisi-kondisi dimana mereka hidup. Dengan kata lain, ada perbedaan antara
kerangka untuk interpretasi subyektif dari para warga dengn kenyataan-kenyataan
obyektif dalam mana mereka itu hidup.

Di dalam kenyataannya, masalah-masalah sosial tidak dirasakan oleh setiap


waraga masyarakat secara sama. Sesuatu kondisi yang dianggap sebagai suatu yang
menghambat atau merugikan oleh sejumlah warga masyarakt, belum tentu dirasakan
oleh sejumlah warga masyarakat yang lain dari masyarakat tersebut, atau bahkan
dirasakan oleh yang lainnya, sebagai sesuatu yang menguntungkan. Misalnya
masalah sampah : Sampai yang bertebaran di mana-mana di sebagian kota dirasakan
sebagai merugikan kebersihan, kesehatan, keindahan dan ketertiban oleh sejumlah
warga kota, tetapi di lain pihak dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkann oleh
misalnya para pengumpul barang bekas dan para pengumpul puntung rokok.

0 Masalah-masalah sosial dan Ahli Ilmu Sosial

Masalah-msalah sosial telah menghantui manusia sesjak adanya peradaban


manusia, karena dianggap sebagai mengganggu kesejahteraan hidup mereka.
Sehingga merangsang para warga masyarakat untuk menidentifikasikan,
menganalisa, memahami dan memikirkan cara-cara untuk mengatasinya. Di masa
lampau, pada waktu belum ada ahli ilmu-ilmu sosial, para warga masyarakat yang
biasanya peka terhadap adanya masalah-masalah sosial adalah para ahli filsafat,
pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.

Disamping hal di atas, berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong dalam
8ilmu-ilmu sosial, seperti : antrapologi, sosioloi, politik, psikologi sosial,
komunikasi, menjadikan masalah-masalah sosial sebagai ruang lingkup studi mereka
masing-masing. Walaupun demikian, pusat studi-studi dari disiplin-disiplin ilmu-
ilmu sosial tersebut bukan pada masalah-masalah sosial itu sendiri, tetapi pada usaha
untuk memahami hakikat manusia menurut perspektif masing-masing. Sedangkan
masalah-masalah sosial dilihat sebagai hasil atau akibat dari adanya proses
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan adalah proses-proses yang secara tetap dan terus-menerus dialami oleh
setiap masyarakat manusia, cepat atau lambat, berlangsung dengan tenang atau pun
berlangsung dengan kekacauan.

11
Sejumlah ahli ilmu-ilmu sosial seperti Merton dan Nisbet (1961), Denzin (1973),
Gerson (1969) dan Brodley (1976), merasakan bahwa dengan menggunakan
pendekatan masalah-masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat
dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Begitu juga, menurut mereka,
berbagai pemikiran yang secara masuk akal dapat dipertanggungjawabkan yang
berkenaan dengan usaha-usaha memperbaiki masalah-masalah sosial tersebut akan
lebih dapat dikembangkan.

1 Masalah-masalah Sosial dan Ilmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar sebagai suatu mata kuliah, menyajikan suatu pemahaman
mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan masalah-masalahnya dengan
menggunakan suatu kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya tersebut
sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyektif

0 Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti menggunakan konsep-konsep


dan teori-teori yang telah dikembangkan ilmu-ilmu sosial berkenaan dengan hakikat
manusia dan masalah-masalahnya.
1 Dengan menggunakan kacamata subyektif maka masalah-masalah yang dibahas
tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan, dan yang
dibandingkan dengankacamata pengkaji atau masing-masing mahasiswa yang
mengikuti lmata kuliah ilmu sosial dasar.

Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif ini, akan


mewujudkan adanya kepekaan mengenai masalah-masalah sosial yang disertai
dengan penuh rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat
ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.

12
BAB II
PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

0 PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI

0 Penduduk dunia dan masalahnya

Pada awal zaman modern sampai kira-kira tahun 1650 penduduk dunia telah
mencapai 500 juta jiwa jumlahnya

TABEL : PERKIRAAN DANPROYEKSI PENDUDUK DUNIA

TAHUN JUMLAH JIWA


8.000 – 7.000 Sm 10 juta
1 250 juta
1650 500 juta
1800 900 juta
1850 1.000 juta
1900 1.500 juta
1930 2.000 juta
1950 2.500 juta
1960 3.000 juta
1970 3.600 juta
1980 4.600 juta
1990 5.700 juta
2000 6.500 juta

Sejak zaman inilah penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu
dimungkin oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk salah
satu diantaranya ilmu kdokteran juga berkembang.

Berkat kemajuan ilmu kedoktaeran, pemeliharaaan kesehatan penduduk


termasuk usaha-usaha imunitas menjadi lebih terjamin. Oleh karena itu tingkat
kematian bayi-bayi yang lahir menjadi sebab rendah, sampai ia tumbuh subur dan
akhirnya bersuami/beristeri dan mempunyai anak dan cucu .

Akan tetapi pada galibnya tidak semua negara di dunia mengalami


pertumbuhan penduduk yang demikian pesat.

Megara-negara Eropah Barat pada abad 20 ini cenderung mengalami kondisi


stasioner, bahkan Jerman Barat cenderung memiliki lebih sedikit jumlah penduduk
berumur muda, dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa. Dengan begitu
negara ini mempunyai masalah penduduk bukan pertumbuhan penduduknya, tetapi,
kekurangan penduduk berusia muda sebagai generasi penerus. Kemungkinan
menambah penduduk berusia muda sebagai generasi penerus bagi negara-negara
Eropa Barat khususnya, secara legal dilakukan melalui adopsi anak/bayi. Kita sering
mendengan praktek adopsi yang tidak wajar bagi bayi-bayi Asia, tidak terkecuali
bayi-bayi Indonesia. Peluang unguk mengadopsi anak-anak/bayi Asia disalah

13
gunakan oleh sindikat-sindikat gelap, laksana zaman perbukakan, anak-anak/bayi
diperjual belikan.

1 Pendidikan dan Kesehatan di Negara-negara Berkembang.

0 Pendidikan
Pendudukan pedesaan, terutama anak-anak usia sekolah di negara-negara
berkembang di Afrika, Asia dan Amerika Latin sebagian besar tidak memperoleh
kesempatan menempuh jenjang pendidikan di sekolah, akibat kondisi
kemiskinannya.

Suatu hasil survei UNICEF (United Nations International Children


Emergensy Fund) membuktikan bahwa 58 % anak-anak pedesaan miskin di Delhi
India, tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya
sekolah, dan 31 % terikat dalam kerja rumah tangga, termasuk merawat adik yang
masih kecil, Hasil survei yang sama di kampung miskin di kota Madras India,
mengungkapkan bahwa 45 % dari orang tua penghuni kampung miskin, menyatakan
anak-anaknya tidak bersekolah karena alasan idak mampu membayar uang sekolah,
dan 20 % lainnya karena anak-anak mereka harus menolong menyelesaikan
pekerjaan di rumah.

Disamping unsur tekanan ekonomi, penduduk pedesaan miskin paling sering


kekurangan bangunan sekolah dan guru yang memenuhi syarat. Bahkan yang lebih
tragis, desa itu tidak memiliki sekolah dasar.

Di negara-negara berkembang terdapat variasi anak-anak usia sekolah yang


mendapat kesempatan dalam pendidikan formal. Di Honduras (Amerika Latin), 72 %
dari anak-anak usia 7-14 tahun dapat bersekolah, di Karachi (Pakistan) 50% anak
usia sekolah berumur antara 5 – 10 tahun terdaftar pada sekolah dasar, persentase ini
segera menurun menjadi 33 % bagi kampung-kampung miskin.

Di pedesaan sekitaar Dakar ibukota Senegal (Afrika Barat), persentase anak-


anak untuk masuk sekolah sebesar 38 %. Sedangkan suatu studi di Abijan ibukota
Republik Pantai Gading (Afrika Barat) mencatat gradasi persentasi anak-anak
sekolah bergantung pada fungsi, pekerjaan ayah seorang anak. Semakin tinggi
status/jabatan pekerjaan semakin tinggi pula jumlah persentase anak-anak yang
masuk sekolah. Data lapangan menunjukkan 78 % anak-anak usia sekolah berasal
dari kelompok ayah sebagai staf menengah; 43 % berasal dari anak-anak pedagang;
27 % lainnya berasal dari anak-anak petani.

1 Kesehatan.
Penduduk usia muda pada negara-negara berkembang, amat sering kedapatan
menderita kurang vitamin A, kasus-kasus penderita kekurangan vitamin A yang
menonjol, misalnya terjadi pada anak-anak di negara-negara Asia Selatan, Asia
Tenggara, seperti Birma, Srilangka, India bagian selatan, Indonesia dan Malaysia.
Penderita kebutaan dan anemia (kekurangan kadar heimoglobin di darah atau
kekurangan butir-butir kadar merah) pada tipe dan tingkatan tertentu.

14
Penyakit-penyakit menular seperti tuberkulosis, banyak menyerang penduduk
di daerah pemujkiman kampung-kampung miskin di perkotaan, antara lain di
Kalkuta (India) dan di Ibadan di Nigeria Bagian Barat (Afrika Barat). Parasit-parasit
usus penyebab penyakit cacingan (askaris) banyak diderita oleh anak-anak di
perkampungan miskin di Lagos (ibukota Nigeria). Laporan-laporan UNICEF juga
mengungkapkan bahwa penyakit polioyelitis (kadar zat kelabu sumsum tulang
belakang yang disebabkan oleh virus pada umumnya menyerang anak-anak dan
menyebabkan kelumpuhan disebut juga polio) banyak diderita oleh anak-anak di
Srilangka dan Kenya (Afrika Timur). Sebanyak 58 % dari anak-anak cacat di Kenya
sebagai akibat polioyelitis, dimungkinkan oleh fasilitas injeksi yang tidak memadai.
Bersumber pada konsultan kesehatan dari World Health Organization (WHO)
di Zimbabwe (Desember 1983) ditemukan kurang lebih sejuta penderita penyakit
lepra atau kusta diseluruh wilayah Zimbabwe. Penyakit itu menyerang penduduk
pada usia produktif, antara 8 sampai 40 tahun. Terdepat indikasi-indikasi bahwa
penyakit ini telah merambat pada anak-anak usia 7 tahun. Keistimewaan penyakit ini
penularannya tidak diketahui pasti. Baru ada tanda-tanda bisul kecil atau korang,
biasanya pada kaki, pada saatg itulah disadari oleh seseorang bahwa ia telah
terjangkit penyakit lepra atau kusta.

Beberapa survei konsumsi makanan dilakukan di Asia menunjukkan bahwa


pemakaian kalori (satuan panas ukur dari panas yang diperlukan untuk menaikan
suhu 1 gram air setinggi 1º CC) rata-rata penduduk berada di bawah tingkat yang
dibutuh-kan di beberapa negara. Pemakaian protein (bahan utama pembentukan sel)
total sangat rendah seperti yang dialimi penduduk di India, Malaysia, Pakistan,
Filipina, Indonesia dan Thailand. Fakta-fakta di lapangan membuktikan bahwa
penduduk negara-negara berkembang kekurangan makanan berkadar protein hewani.
Salah satu sebab membuktikan bahwa di beberapa kalangan masyarakat pedesaan
masih berlaku “tabu” yang melarang memakan ikan, buah-buahan dan sayur-mayur.
Hal semacam itu berlaku dikalangan masyarakat di beberapa daerah di Burma,
Indonesia, Malaisia dan Filipina. Tabu dan pantangan seperti itu berlaku mulai dari
kehamilan 7 bulan sampai 50 hari sesudah kelahiran. Resiko dari melakukan tabu
dan pantangan seperti itu para ibu hamil harus menanggung kekurangan protein
hewani, dan boleh jadi akan melahirkan bayi-bayi cacat dari lahir, atau lahir dengan
ketahanan tubuh yang rapuh Laporan UNICEF tahun 1983 mengungkapkan bahwa
hanya 1 % saja dari anak-anak di dunia yang tegas-tegas menderita kurang gizi, akan
tetapi lebih dari 25 % anak-anak di negara-negara berkembang menderita
kekurangan gizi yang tidak ketahuan, justru terhadap mereka yang menderita kurang
gizi tidak ketahuan itu, sebagai penyebab mengapa mereka tidak dapat tertolong.

2 Perhatian Para Negarawan dan Ilmuwan Terhadap Masalah Penduduk


Dunia

Para negarawan dan ilmuwan sungguh-sungguh menyadari dan telah


memperhitungkan betapa besar bencaya yang ditimbulkan oleh ledakan penduduk
dunia. Berdasarkan estimasi (perkiraan) perkembangan penduduk dunia yang sangat
mencemaskan itu lahirlah Kelompok Roma (Club of Rome). Sejalan dengan itu
padatahun 1969, Sekretaris Jenderal PBB (pada waktu itu Uthan) menyatakan bahwa
bagi anggota PBB “barangkali hanya tinggal sepuluh tahun lagi untuk menekan
pertikaian-pertikaian lama mereka, serta melancarkan suatu kerjasama semesta untuk
mengekang perlombaaan senjata, memperbaiki alam lingkungan manusia,

15
memadamkan eksplosi (ledakan) penduduk, dan memberi daya gerak yang
diperlukan bagi usaha-usaha pembangunan.”

Kelompok Roma melakukan studi internasional selama 18 bulan dengan


biaya dari Yayasan Volkswagen di Jerman. Tim Studi internasional itu
beranggotakan 17 orang, diketuai oleh Dr.Dennis L. Meadow dari Massachusetts
Institute of Technology (MIT). The Limits to Growth (Batas-batas Akhir
Pertumbuhan Dunia) merupakan gerakan tahap pertama dari proyek internasional itu.

Metode kerjanya menggunakan jasa komputer, yang lebih dikenal


dengan
Model Dunia Promotif, adalah suatu model menurut Dynamica System yang merupa-
kan metode baru untuk memahami kelakuan dinamis dari sistem-sistem yang
kompleks. Pengetahuan bahwa struktur setiap sistem banyaknya hubungan yang
bersifat berputar, kait mengkait. Model dunia iani secara khusus dibuat untuk
mempelajari kelakuan kelima unsur dominan yaitu :
0 penduduk yang makin bertambah
1 makin pesat industrialisasi
2 produk pertanian
3 makin habis sumber-sumber alam yang tak tergantikan
4 dan makin rusak alam lingkungan, serta mempelajari berbagai pengaruh
timbal balik terhadap sistem dunia dalam jangka panjang

Dari studi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila kondisi-kondisi


yang berlaku sekarang ini dibiarkan kadaluwarsa, maka dalam waktu 100 tahun saja,
daya tahan dan keseimbangan bumi kita akan mencapai batas kemampuan terakhir.
Ini berarti akan lumpuhlah sistem-sistem pendukung dan pembangkit tatanan
kehidupan di muka bumi ini.

3 Interaksi Eksponensial dari Lima Variabel yang Dominan

Kelima variabel yang dominan membuktikan saling mempengaruhi satu sama


lain. Penduduk bertambah, kebutuhan sandang pangan dan papan/perumahan harus
bertambah. Peningkatan produksi pangan akan berkait dengan penyediaan lahan dan
tata air/irigasi teknis yang memadai, disamping modal yang cukup.

Bumi kita mempunyai kira-kira 3,2 milyar hektar tanah yang potensial baik
untuk pertanian. Separuh dari luas tanah itu yang paling subur dan paling mudah
dijangkau oleh manusia telah digarap secara turun temurun dan terus menerus.
Semakin bertambah manusia, cenderung makin berkurang lahan pertanian dan
permukiman, akan semakin terasa pula “lapar lahan” baik untuk perumahan maupun
untuk kegiatan pertanian.

Diperkirakan pada saat jumlah penduduk dunia menjadi dua kali lipat, akan
dihadapi krisis kekurangan tanah yang serius. Krisis kekurangan tanah pertanian
tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan berbagai gejala sebelum
kebutuhan tanah pertanian melebihi dari cadangan tanah yang masih ada.

Krisis berikutnya segera menyusul. Produksi pengan tidak mencukupi,


kebutuhan hidup manusia. Produksi pengan seolah-olah tidak pyunya arti apa-apa,

16
begitu muncul akan hilang lenyep ditelan lautanmanusia. Haraga-harga pangan akan
melambung tinggi, sehingga pada saatnya terjadi bahaya kelaparan.

Dari segi lain, akibat pertumbuhan penduduk eksponensial (yang begitu


cepat), lingkungan perkotaan mengalami pencemaran cukup berat, bersumber dari
knalpot-knalpot kendaraan bermotor yang memuntahkan produk-produk karbon
dioksida (Ho2/zat arang) setiap saat. Pada sisi lain, penduduk perkotaan juga
diancam oleh membengkaknya polutan (zat-zat pencemar yang menimbulkan polusi)
sampah, limbah industri dan limbah rumah tangga.
Kini ancaman polutan bagi umata manusia yang sangat serius datang
dari
sampah-sampah organik. Beberapa contoh akibat semakin banyaknya sampah
organik dibuang ke laut Baltik yang kemudian membusuk, kadar zat asam di dalam
air laut terus menerus berkurang. Hal ini berakibat akan mematikan makhluk-
makhluk hidup di laut, tidak terkecuali ikan.

Pada dimensi lain, akibat bertambahnya penduduk dunia yang tinggi dengan
peningkatan taraf hidup, memungkinkan segera meningkat pula kebutuhan akan
sumber-sumber alam berupa hutan, air, mineral/barang tambang dan bahan galian
sebagai bahan baku industri alam lebih cepata terkuras. Satu contoh, betapa haus
manusia akan sumber-sumber alam, pada tahun 1950 penduduk amerika Serikat
mengkonsumsi 7 bilyun kaki kubik gas alam. Pada tahun 1971 mereka melahap gas
alam sebanyak 23 bilyun kaki kubik.

Berapa banyak konsumsi BBM oleh umat manusia di dunia pada saat ini?
Berapa banyak pula konsumsi barang tambang dan bahan galian untuk memenuhi
kebutuhan industri setiap tahun? Tidak dapat disangkal lagi, memang cabang-cabang
kehidupan di bumi ini akan mempunyai batas akhir. Apalagi bila lumat manusia lupa
akan sifat-sifat alami. Alpa untuk melestarikan lingkungannya, terutama hutan, air
dan tanah.

Andaikata kelima variabel pokok berkembang seterusnya dengan ukuran


seperti selama 70 tahun terakhir, apakah yang akan terjadi pada sistem dunia kita
bila mencapai batas-batas maksimumnya? Karena persediaan sumber-sumber alam
yang tak tergantikan sudah semakin habis, maka daya pikul dunia akan dilampaui
dan terjadilah keruntuhan kehidupan di dunia

2 Usaha Mengatasi Masalah Penduduk Dunia

Kenaikan pesat jumlah penduduk dunia, terutama di negara-negara Asia,


Afrika danAmerika Latin, mendorong usaha-usaha bersama negara-negara di dunia
untuk segera menentukan langkah-langkah kongkret dalam penanggulangan
problem-problem penduduk dunia.

Untuk mencapai suatu ekosistem penduduk dunia yang stabil, diperlukan


langkah-langkah sebagai berikut :
0 Penduduk distabilisasikan/diseimbangkan
1 Konsumsi sumber alam dan pembangkitan pol,usi harus dikurangai sampai
seperempat dari taingkat konsumsi tahunn 1970

17
2 Penyelenggaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan lebih
diutamakan

Ada 4 macam teknik pelayanan kesehatan, yaitu :


0 mengikuti pertumbuhan anak
1 penggunaan air susu ibu
2 imunisasi
3 pengobatan oral rehydration therapy (ORT)

3 penekanan lebih besar diberikan kepada produksi bahan pangan, sehingga


akan cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan setiap orang
4 prioritas besar diberikan kepada usaha-usaha penyuburan dan
perlindungan
tanah untuk mencegah erosi.

3 Masalah Penduduk di Indonesia

Masalah penduduk atau population problem merupakan masalah yang bersegi


banyak, dan pemecahan masalahnya itu tidak dapat dilakukan dengan cara satu segi
dan secara sesaat dengan cepat.

Masalah penduduk timbul sebagai akibat dari perubabhan penduduk antara


lain :
1) Pertambahan atau pengurangan penduduk. Keduanya dapat mengakibatkan
perubahan bahan dalam human welfare dan struktur penduduk
2) Kerapatan/kepadatan,dan penyebaran penduduk, yang akan dapat mempenga
ruhi tata ekonomi, tata pergaulan, tata politik dan budaya masyarakatnya.

Pertumbuhan penduduk satu belum merupakan masalah penduduk yang vital.


Sebenarnya pertumbuhan penduduk saja tidak akan menimbulkan masalah
penduduk, bilamana ini dapat diimbangi pertambahan kebutuhan hidup dan
penyebarannya yang merata. Justru dengan kasus pada negara-negara tertentu.
Seperti di Jerman, Prancis, stelah PD. II kurangnya penduduk merupakan masalah
sebab menimbulkan gejala semakin kurangnya tenaga kerja (man power). Tetapi
untuk negara-negara berkembang dan terbelakang, jumlah penduduk yang besar
menjadi masalah.

Beberapa masalah penduduk yang erat hubungannya dengan manusia dan


lingkungan alam antara lain :

1). Rapat Penduduk (Pupulation Density)

Pengertian utuk mengenai rapat penduduk ialah perbandingan antara jumlah


orang dengan tanah yang didiami/diolah dalam satuan luas.
Untuk daerah rural (desa) satuan luasnya dinyatakan dalam satuan kilometer perseti
atau hektare. Sedangkan untuk daerah urban (kota), dimana orang sudah banyak yang
hidup dalam gedung bertingkat, satuan luas dinyatakan dalam meter persegi.

Kegunaan mengetahui angka kerapatan penduduk adalah sebagai berikut :


0 Untuk mengetahui ada tidaknya gejala overpopulation (kelebihan penduduk)

18
1 Untuk mengetahui pusat-pusat aglomerasi penduduk (pengelompokan)
2 Untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun
budaya

2). Penyebaran Penduduk (Population Distribution)

Tersebarnya penduduk dalam beberapa wilayah sangat tergantung dari faktor-


faktor lokasi, iklim, sumber alam kemudian transportasi dan sebagainya.
Di Indonesia penyebaran penduduk tidak merata dan penyebaran yang tidak merata
ini menimbulkan masalah kelebihan, kekurangan penduduk untuk beberapa daerah
tertentu
Tabel Jumlah Penduduk, luas tanah kepadatan Penduduk Indonesia menurut
sensus Penduduk 1971

No Daerah Jumlah penduduk Luas tanah kepadatan


. (x 1000)
1 Jawa dan Madura 76.103 134.703 565
2 Sumatera 20.813 541.174 38
3 Kalimantan 5.152 550.843 9
4 Sulawesi 8.535 227.654 37
5 Pulau-pulau lain 8.008 572.708 14

Tabel Kepadatan Penduduk Jawa, Luar Jawa dan Indonesia tahun 1973 dan 1978

Luas Penduduk Penduduk Kepadatan Kepadatan


(1000 km² 1973 1978 Penduduk Penduduk
(juta) (juta) 1973 per km² per km²
Jawa 135 80 89 598 660
Luar jawa 1.892 46 53 24 28
Indonesia 2.027 126 142 62 70

3) Kelebihan Penduduk dan Kekurangan Penduduk (Over Population dan Under


Population)

Akibat langsung dengan adanya kelebihan penduduk ialah timbulnya


pengangguran. Di daerah pedesaan di mana unsur gotong rohong masih sangat kuat,
maka adanya pengangguran ini tidak nampak, sehingga sering disebut pengangguran
tidak kentara (disyuised unemployment).

Akibat tidak langsung dari hal ini adalah timbulnya kriminalitas. Sedangkan
akibat dari under population ialah kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor yang
sangat memerlukan tenaga manusia misalnya pada saat akan diadakan ekstensifikasi
pertanian dan sebagainya.

4) Masalah Penduduk yang dihadapi oleh Negara yang sedang berkembang

a) Masalah Kelebihan Penduduk

19
Dalam Kehidupan sehari-hari kita lebih banyak mempersoalkan masalah
kelebihan penduduk daripada kekurangan penduduk. Hal ini disebabkan karena pada
umumnya negara-negara sedang berkembang dijatuhi dengan akibat yang langsug
maupun tidak langsung dengan adanya pertambahan penduduk yang cepat.

Untuk ini ada dua macam kelebihan penduduk yang perlu diketahui yaitu :
0 Kelebihan penduduk yang absolut
Yaitu apabila suatu daerah dalam waktu tertentu, telah tidak dapat memberikan
kebutuhan hidup kepada manusia yang berdomisili di wilayah tersebut.
1 Kelebihan Penduduk yang relatif
Yaitu apabila suatu daerah dalam waktu tertentu kebutuhan hidup yang ada sudah
tidak sesuai lagi dengan tuntutan kemajuan ekonomi dan perkembangan sosial.
Penggunaan angka kerapatan penduduk sebagai ukuran ada tidaknya
kelebihan penduduk. Sering kita menggunakan angka kerapatan penduduk sebagai
ukuran untuk mengetahui ada tidaknya kelebihan penduduk. Hal yang demikian itu
adalah tidak benar.
Di daerah-daerah di mana penduduk masih melaksanakan shifting cultivation atau
sistem ladang, angka rapat penduduk maksimum adalah 50/km². Ini berarti apabila di
daerah yang mempunyai rapat dan penduduk lebih besar dari 50/km², maka gejala
kelebihan penduduk akan di alami.

Sebaliknya di daerah pertanian yang intensif, kerapatan penduduk 200/km²,


mungkin belum menimbulkan masalah penduduk. Di Indonesia beberapa daerah
telah mengalami kelebihan penduduk, penduduk relatif, seperti di Jawa dan Madura,
dengan angka kepadatan penduduk 566/km². Sedang di luar Jawa dan Madura
beberapa daerah masih kekurangan penduduk seperti Kalimantan 9/km², Maluku ±
11/ km² dan sebagainya.

b) Masalah Tingkat Pendidikan Masyarakat yang Relatif Rendah.

Mengingat negara yang sedang berkembang sehingga untuk melaksanakan


pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan cepat, karena kekurangan
modal maupun tenaga ahli atau terdidik. Akibatnya fasilitas secara kualitatif dalam
bidang pendidikan masih terbatas, oleh karena itu, masyarakat dalam mencapai
pendidikan yang tinggipun masih sedikit sekali. Yang hal ini disebabkan antara lain :
0 kurangnya fasilitas pendidikan dalam segala ltingkatan dan diseluruh daerah
1 Pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah sahingga belum dapat
memenuhi kebutuhan hidup primer pada umumnya dan utuk biaya sekolah.

Tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh masyarakat Indonesia, dapat


dilihat pada tabel berikut :
Tabel Penduduk Indonesia, umur 10 tahun ke atas yang telah dapat mencapai tingkat
pendidikannya tahunn 1971 (sensus 1971)

No. Tingkat Pendidikan Banyaknya (%)


1 Tidak Sekolah 41,01
2 Belum tamat SD 32,37
3 SD 19,38
4 SLTP (Umum + Kejuruan) 4,3
5 SLTA (Umum + Kejuruan) 2,03

20
6 Akademi 0,17
7 Universitas 0,14

Dari tabel tersebut ternyata banyak penduduk yang masih buta huruf maupun
putus SD (Drop Out SD) adalah besar prosentasenya. Oleh karenanya masalah
pendidikan menjadi problem Nasional yang cukup gawat, di mana dikatakan bahwa
tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menggambarkan tinggi rendahnya
kemajuan bangsa.

5) Kebijaksanaan Kependudukan
0 Maksud diadakannya kebijaksanaan kependudukan adalah luntuk dapat lebih
tercapainya kesejahteraan penduduk/masyarakat dalam arti yang luas, terutama
terjadinya keseimbangan antara jumlah penduduk denganhasil pembangunan baik
melalui pertanian, industri, impor dan ekspor dan sebagainya.
1 Pengertian kebijaksanaan Kependudukan : Pada prinsipnya kebijaksanaan
suatu negara yang menyangkut kemakmuran penduduknya dapat digolongkan dalam
kebijaksanaan kependudukan. Tetapi pada umumnya yang dimaksud hanyalah
kebinaan yang menyangkut perubahan kuantita dan kualitan penduduk, pemencaran
penduduk, atau jumlah jiwa dan pemukiman dalam hubungannya dengan sumber-
sumber yang tersedia setiap orang.
2 Pelaksanaan kebijaksanaan Kependudukan : Dalam melaksanakan
kebijaksanaan kependudukan untuk penyelesaian masalah penduduk dapat ditempuh
beberapa usaha yang dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, berturut-turut atau secara
bermacam-macam sekaligus tergantung kepda keadaan setempat.

Dalam Usaha mengimbangi pertambahan penduduk perlu hasil-hasil


pertanian dan peternakan dipelihara dipertahankan dan ditambah (konservasi), yang
dapat dilaksanakan dengan :
a) Preservasi : dalam hal ini diusahakan agar kualitas dan kuantitas hasil
bumi diperbaiki untuk masa-masa yang akan datang.
b) Restorasi :agar berhasil, hasil bumi dan ternak dapat tetap tinggi
perlu dipelihara sumber-sumber biotik dengan mencegah penyakit-penyakit
tanaman dan hewan.
c) Benefisiasi : Sumber-sumber dalam tetap dipelihara. Kelangsugan
fungsinya beserta perkembangannya, agar makin banyak tenaga alam dapat
dipergunakan dalam proses pembangunan.
d) Reklamasi : Penambahan hasil pertanian dapat dijalankan dengan
mengubah tanah-tanah improduktif menjadi produktif.

6) Usaha-usaha yang dilaksanakan Kebijaksanaan Kependudukan

0 Usaha Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pertanian


a) Ekstensifikasi Pertanian
untuk menambah hasil bumi, areal pertanian harus diperluas dengan jalan
membuka hutan (forest clearing) atau mengeringkan rawa-rawa.
b) Intensifikasi pertanian
Untuk perbaikan-perbaikan dalam bidang bercocok tanam meliputi
pemupukan, pengairan, pemilihan bibit unggul, pembuatan teras sawah
rotasi tanaman dan lain-lain, dapat menambah kualitas dan kuantitas
produksi pertanian. Intensifikasi ini dilakukan pada daerah-daerah yuang

21
sudah tidak memungkinkan terjangkaunya perluasan areal pertanian,
seperti di Indonesia antara lain daerah Jawa, Madura dan Bali.

1 Transmigrasi
Pemindahan penduduk daerah padat ke daerah yang tidak atau kuang padat
dapat mengurangi populations pressure di daerah pengirim, dan dapat
menimbulkan daerah-daerah pertanian baru di daerah yang menerima.
Untuk di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya (daerah
pengirim) terutama dari Jawa, Madura dan Bali.
Sedang daerah penerima :
Sumatera : Rimbo Bujang, Sitiung, dan sebagainya
Kalimantan : Kalimantan Barat, dan Timur, dan sebagainya
Sulawesi : Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau lain

2 Industrialisasi :
Industrialisasi ini diusahan agar kebutuhan penduduk dapat dilayani
secukupnya dengan cepat dan merata tetapi tidak mengurangi kualitas
prosuksi, sehingga dapat mengurangi penderitaan, menaikkan taraf hidup
mangurangi masalah-masalah sosial ekonomi. Penyebaran Industrialisasi :
pembangunan industri sebaiknya dapat menyebar keseluruh wilayah
Indonesia sehingga dengan desentralisasi industri ini akan mendorong
pembangunan di masing-masing daerah.

3 Keluarga Berencana :
0 Sifat Pelaksanaan Program Keluarga Berencana adalah sukarela bagi
pengikut/pesertanya. Tidak boleh ada paksaan dari siapapun.
1 Tujuan program KB
0 meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama anak, ibu dengan cara
menjarangkan kelahiran
1 mengungani laju pertambahan penduduk agar dapat seimbang antara
pertambahan penduduk dengan produksi nasional.
2 Usaha Program KB
0 menjarangkan kelahiran
1 pengobatan kemandulan
2 nasihat perkawinan

4 Pendidikan Kependudukan
Peningkatan dan perluasan pendidikan kependudukan dapat melalui berbai
lembaga pendidikan formal maupun naon formal (diluar sekolah) dengan
menggunakan dan memanfaatkan secara efisien dan efektif semua jenis
saluran komunikasi dan mass media yang ada.

Maksud pelaksanaan Pendidikan Kependudukan adalah agar masyarakat


dapat mengubah cara berfikir dari cara berfikir tradisional statis menuju cara
berfikir yang rasional dinamis dan betanggung jawab terhadap besar kecilnya
keluarga dalam memanfaatkanmasa produktifnya yakni denganmencintai
keluarga kecil yang berbahagia, sejahtera, tidak mencintai keluarga besar yag
tanpa bahagia.

22
Tujuan dari Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan, secara garis besar
adalah agar masyarakat/anak didik dapat mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan pertumbuhan penduduk secara cepat, serta tepat, serta segala
akibatnya maupun dapat menghubungkan antara pertumbuhan penmduduk
tersebut dengan program pemgangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
dalam usaha mencapai kesejahteraan masyarakat. Maka mereka diharapkan
dapat menyesuaikannya hal itu dalam kehidupan keluarga masyarakat bangsa
dan manusia pada umumnya.

4 Migrasi (Perpindahan Penduduk)

Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan
pindah
nya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke unit
administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negarta. Dengan kata
lain, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu unit geografis ke unit
geografis lainnya. Unit geografis dapat berarti suatu daerah administratif.

Ross Steele menyatakan bahwa migrasi meliputi perpindahan ke rumah sebelah yang
jarak beberapa meter dari rumah lama, tetapi juga mencakup perpindahan kenegara
lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer.

PBB menyatakan mibrasi adalah suatu perpindahan tempat tinggal dari suatu unit
administratif ke unit administratif lainnya.

Konsep migrasi di atas mengandung pengertian sebagai perubahan tempat tinggal


secara permanen, tidak memberikan batasan pada jarak maupun sifat kepindahan
tersebut. Usaha mengembangkan konsep migrasi ternyata tidak menghasilkan suatu
rumusan yang seragam. Satu hal yang tampaknya disepakati bersama adalah migrasi
menyangkut perubahan tempat tinggal dari yang biasanya.

Teori Migrasi.

0 Teori Gravitfasi
Ravenstain pada tahun 1889 telah menguraikan pendapat tentang fenomena
migrasi yang disusun dalam hukum-hukkum migrasi yang terkenal sampai sekarang
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
0 Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran.Teori ini kemudian
dikenal dengan nama “Distancedecay theory”.
1 Setiap arus migran yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai gntinya
2 Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi
3 Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya
4 Kemajuan teknologi akan mengakibatkan intensitas migrasi
5 Motif utama migrasi adalah ekonomi

2) Teori dorong – Tarik (Push-Pull Theory)


Teori dorong-tarik dikemukakan oleh Everett S. Lee tahunn 1966. Dalam
teorinya Lee mengemukakan ada 4 faktorl yang berpengaruh terhadap seseorang
dalam mengambilkeputusan untuk bermigrasi yaitu :
a) Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

23
b) Faktor-faktor yang terdapat didaerah tujuan
c) Faktor-faktor rintangan
d) Faktor pribadi

Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal maupun di daerah tujuan dapat bersifat
positif artinya mempunyai daya dorong atau mempunyai sifat negatif artinya
mempunya daya penghambat.

Faktor-faktor yang bisa menjadi daya dorong, seperti : kerusakan sumber daya alam
(erosi tanah, banjir, kekeringan, goncangan-goncangan iklim, pertentangan sosial,
politik, agama). Adapun faktor-faktor lyang mempunya daya tarikl ialah penemuan
sumber daya, misalnya : pertambangan, pendirian industri-industri, keadaan iklim
dan lingkungan yang menenangkan (kota peristirahatan di daerah pegunungan) di
samping itu ada berbagai variabel yang mlengakibatkan migrasi tarik dan migrasi
dorong. Perubahan teknologi misalnya, menggalakkan bangkitnya industri di kota-
kota besar yang menarik banyak buruh dan tenaga, sebaliknya hasil teknologi baru
seperti mekanisme pertanian, akan menyeavbkan banyak pengangguran yang
mendorong migrasi keluar daerah pedesaan.

Banyaknya orang pindah ke kota karena di desa tidak kerasan, merasa


kesepian, sedangkan di kota banyak hiburan dan kegiatan yang merupakan daya tarik
mereka, yang membuat mereka senang dn mendapat kepuasan batin. Sebaliknya
banyak juga orang yang pindah dari kota, karena suasana kota tidak menenteramkan,
terlalu banyak orang, terlalu gaduh terlalu bising. Mereka tergolong migrasi
psikososial. Ada orang sakit-sakitan di daerah dingin, sering kambuh penyakit
asmanya, ia pergi pindah ke daerah pantai yang hawanya panas demi kesehatan
jasmaninya. Ia merupakan migran fisiososial.

Orang yang dengan kehendak sendiri dandengan motif tertentu, misalnya


ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya, pindah ke daerah lain, disebut
migran primer. Jika isterinya dan anak-anaknya ikut pindah, meskipun mereka
mungkin hanya ikut-ikutan disebut migran sekunder.

Selain itu ada migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internal
terjadi antara dua unit geografis dalam suatu negara jenis-jenis migrasi di atas
termasuk migrasi internal. Migrasi internasional terjadi antara negara-negara. Dalam
migrasi internasiobal terbagi menjadi dua yaitu : Emigrasi dan imigrasi. Emigrasi
adalah migrasi internasional dipandang dari negara asal atau pengirim, pelakunya
disebut emigran. Imigrasi adalah migrasi internasional dipandang dari negara
penerima atau negara tujuan, pelakunya disebut imigrasi.

Sebab-Sebab Perpindahan Penduduk

1) Alasan ekonomi.
Perpindahan suatu bangsa ini disebabkan karena daerah atau negaranya
sendiri sudah tidak memberikan kemungkinankehidupan yang baik. Oleh karena itu
kepergiannya dalam usaha untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dalam hal ini
ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat lama (mungkin menetap) yang ini
pada umumnya sebagai penyebab terjadinya transmigrasi dan tau urbanisasi.

24
2). Alsaan politik.
Pada suatu negara sering terdapat pergolakan politik kenegaraan, sehingga
banyak penduduk yang tak setuju dengan pergolakan politik tersebut, maka mereka
melakukan perpindahan kenegara lain. Misalnya ; perpindahan penduduk
(pengungsi) Afganistan ke Australia

3) Alasan Agama
karena alasan kehidupan beragama yang tidak bebas menyebabkan terjadinya
gerakan penduduk ke daerah lain untuk mencari kesesuaian dan ketenteraman
hidupnya. Dalam hal perpindahan penduduk tersebut pada umumnya menimbulkan
masalah baru yaitu dalam penyesuaian dari tempat yang baru, baik itu yang bersifat
internasional maupun nasional/lokal.
Dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = (f – m) + (e – i), yang berarti
p = Pertambahan Penduduk
f = fertilitas (tingkat kelahiran)
m = mortalitas (tingkat kemaatian)
e = emigrasi
i = imigrasi

1 PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT

Meskipun teknologi baru di bidang pertanian, seperti : pupuk, bibit unggul,


insektisida, dan lain-lain telah memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat
tetapi belum juga mampu menyerap pertambahan tenaga kerja, akibat pertumbuhan
penduduk melaju dengan cepat. Dengan demikian dapat dimengerti, mengapa arus
urbanisasi berjalan terus menerus dan tak mungkinn dihindari. Dalam arus urganisasi
yang paling banyak terlibat ialah golongan usia muda, karena secara obyektif mereka
mencita-citakan perbaikan hidup di masa mendatang yang panjang dan disertai
dengan keberanian mengambil resiko. menurut catatan sensus 1971, penduduk yang
tinggal di desa ADA 82,6 %, sisanya yakni 17,4 % ada di perkotaan. Namun
akumulasi modal dalam pembangunan ini bertumpuk di perkotaan, misalnya sampai
Maret 1974, 34 % sendiri ada di Jakarta (Said Rusli dan Daldjopeni, 1981).
Dengan demikian komunikasi dan transportasi yang lancar menjadikan orang
desa peka terhadap perkembangan kota dan ini mendorong urbanisasi. Angka-angka
tentang pembagian kerja (mata pencarian) menurut statistik terlihat dalam tabel
berikut ini :

Tabel 1 : Angka-angkat Tentang Pembagian Kerja

No Pekerjaan Persentase
1 Bertani 71.90
2 Industri 5,70
3 Perdagangan 6,70
4 Jasa-jasa 9,10
5 Transportasi 2,10
6 Bangunan 1,50
7 Pertambangan 3,10

Sumber : Daldjoeni, masalah Penduduk Dalam Fakta dan Angka 1981, hal. 142

25
Angka-angka di atas akan berubah bersama lajunya pertambahan penduduk
dan pembangunan. Demikian pula persaingan ketat akan terjadi dalam upaya
memperoleh kesempatan kerja. bagaimanapun dalam memperoleh kesempatan kerja
kita tidak bisa mengelak dari persaingan atau pertentangan-pertentangan, sebab
kesempatan kerja yang yang diperoleh itu merupakan modal hidup untuk masa kini
dan akan datang. setiap orang berusaha mencari untuk masa kini dan akan datang.
setiap orang berusaha mencari suatu pekerjaan pada hakikatnya adalah untuk
memperoleh kelayakan hidup di dalam keluarganya. oleh sebab itu pertumbuhan
kesempatan kerja dalam masyarakat akan senantiasa berubah-ubah. sebagai contoh
pertumbuhan kesempatan kerja terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2 : Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Kesempatan Kerja Pertumbuhan


Macam-macam (ribuan) Tahunan
Sektor 1961 -1971
1961 1971 (%)

1. Pertanian 23.516 24.772 0,5


2. Pertambangan 87 90 0,3
3. Industri 1.856 2.931 4,7
4. Bangunan 582 737 2,4
5. Listrik & Gas 51 38 3,0
6. Pengangkutan 691 916 2,9
7. Perdagangan 2.194 4.208 6,7
8. Jasa-jasa 3.095 3.929 2,4
9. Lain-lain 635 1.593 9,5

Sumber : Daldjoeni, 1981, hal. 142.

Pembagian kerja dalam masyarakat ini akan terjadi masalah besar lagi,
apabila perkembangan dalam bidang pertanian lebih lambat dibanding dengan
pertumbuhan penduduk. Sebab masyarakat Indonesia sebagian besar dari tenaga
kerjanya terlihat dalam pertanian, sedangkan dalam sektor-sektor lainnya hanya
sebagian kecil saja. Di samping itu belum lagi terhitung angka pengangguran. Para
pengangguran yang terdaftar sekarang ini, di tingkat kota besarnya 6,3 % dan di
pedesaan 1 % (Daldjoeni, 1981)
Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah
penduduk adalah lahirnya tenaga kerja. Besar kecilnya angkatan kerja sangat
tergantung pada tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas).
Semakin tinggi tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian maka ketersediaan
tenaga kerja cenderung meningkat.
Misalnya, sejauh mana kesempatan kerja tersedia untuk menampung tenaga
kerja yang melimpah. Apa yang terlihat selama ini, perluasan kesempatan kerja itu
berjalan seret, tidak dapat mengimbangi lajunya kenaikan jumlah tenaga kerja
sehingga tidak dapat dihindarkan munculnya kaum pengangur, sifatnya terbuka
maupun tersembunyi.

26
Dari hasil sensus Penduduk di Indonesia tahun 1971 diketahui bahwa
besarnya angkatan kerja (labor face) adalah 41,3 juta orang yang terdiri dari 27,6 juta
laki-laki dan 13,7 juta perempuan. Dari angkatan kerja ini 37,6 juta sedang bekerja
dan 3,6 juta penganggur dari seluruh angkatan kerja atau 4,5 persen dari seluruh
penduduk berumur 10 tahun ke atas (usia minimal golongan bekerja menurut sensus
penduduk rtahun 1971).
Dalam Repelita II angkatan kerja Indonesia diperkirakan meningkat antara
2.5 – 2,6 persen tiap tahun. laju pertumbuhan penduduk pada waktu itu sekitdar 2,3 –
2,4 persen tiap tahun, berarti berada di bawah angka peningkatan angkatan kerja.
Sensus penduduk tahun 1980 ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dari
keadaan di atas, bahwa laju pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi dari laju
pertumbuhan penduduk.
Dari tabel berikut terlihat bahwa angkatan kerja meningkat dari 41,26 juta
pada tahun 1971 menjadi 52,43 juta pada tahun 1980. berarti selama selang waktu 9
tahun terjadi kenaikan sebesar 27 persen angkatan kerja, atau dihitung menurut
angka eksponensial ( yang berhubungan ) terdapat pertumbuhan sebesar 2,7 persen
per tahun, melebihi pertumbuhan penduduk untuk kurun waktu yang sama yaitu 2,3
persen pertahun.

Tabel : Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia tahun 1971 -1980.


Sensus Penduduk
No Klasifikasi
1971 (juta) 1980 (juta)
1. Angkatan Kerja 42,26 51,43
0 Bekerja 40,34 51,55
1 Mencari Pekerjaan 0,92 0,87
2. Bukan Angkatan Kerja 39,25 51,93
3. Jumlah Penduduk 10 tahun keatas 80,51 104,36
4. Tingkat Partisipasi angkatan Kerja 51,30 50,20
5. Tingkat Pengangguran Kerja 2,20 1,70

Sumber : Hananto Sigit, Perkembangan Sektoral dan Ciri Informal kesempatan Kerja
di Indonesia, Forum Statistik No. 2 Tahun II Desember 1982, hal. 10
diolah.

Tidak tertampungnya angkatan kerja secara penuh dapat terlihat dari besarnya
jumlah pengangguran terbuka pada masing-masing tahun sensus tersebut, yaitu 2,2
juta tahun 1971 dan 1,7 juta tahun 1980.
Kurangnya kesempatan kerja tersedia tidak lepas dari struktur perekonomian
Indonesia yang untuk sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian. Sektor
ini nyatanya tidak dapat tumbuh dengan cukup pesat untuk dapat menyerap angkatan
kerja yang besar itu. Akibat timbulnya kekurangan kesempatan kerja secara umum,
rendahnya produktivitas serta rendahnya pendapatan masyarakat. Gambaran ini lebih
jelas terjadi di pulau Jawa – Madura, di mana pertambahan penduduk memberikan
tekanan yang cukup berat terhadap sektor pertanian, sehingga Geertz mensinyalir
terjadinya Involusi (kemerosotan) Pertanian di wilayah Jawa dan Madura.
Untuk memecahkan tantangan tekanan angkatan kerja ini diperlukan usaha-
usaha penciptaan kesempatan kerja yang lebih bervariasi dengan tidak melupakan
faktor pendukung dan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat ke
arah yang lebih baik.

27
Masalah kesempatan kerja tidak dapat dipisahkan dari pembangunan bidang
lain, sehingga dalam pemecahannya harus dikaitkan dengan melihat latar belakang
semua bidang lain yang melingkupinya. Oleh karena itu, hambatan perluasan
kesempatan kerja ini harus dikaitkan dengan ketimpangan struktur kependudukan
dan ekonomi pada masa lampau. Demikian pula untuk masa-masa yang akan datang,
diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang situasi masa lampau dan masa kini.
Adapun ketimpangan-ketimpangan yang mempengaruhi usaha-usaha
perluasan kesempatan kerja adalah :
0 Pola pemukiman penduduk antara pulau Jawa dan luar Jawa
1 Ketimpangan pembangunan antar daerah
2 Ketidakserasian laju pembangunan di daerah kota dan pedesaan
3 Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga kerja sehingga menimbulkan
kesenjangan permintaan dan penawaran tenaga kerja
4 Kurang terdapat penyesuaian antara program pendidikan dengan arah pembangunan
5 Ketimpangan koordinasi di dalam pemilikan investasi padat modal dan padat karja
6 Ketimpangan tingkat produktivitas antara sektor pertanian dan sektor nan pertanian.
7 Kekurangserasian perkembangan antara sektor formal dan sektor informal
8 Masalah pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung
9 Ketimpangan peranan pemerintah dan peranan swasta

Faktor Pendorong (Push Factor) dan Faktor Penerik (Pull Factor) : Proses Urbanisasi.
Permasalahan penduduk Indonesia selalu dikaitkan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi dn penyebarannya tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya
hampir 7 persen dari luas seluruh daratan Indonesia, memberikan lebih dari dua
pertiga penduduk Indonesia. Hanya 17 persen penduduk tinggal di Sumatera yang
luasnya 25 persen dari luas Indonesia, sedangkan Kalimantan dengan luas 28 persen
hanya didiami 4 persen penduduk Indonesia. Pada tahun 1971, Jawa saja
menampung penduduk sebesar 76 juta jiwa dengan kepadatan penduduk pedesaan
yang lebih dari 500 orang tiap kilo meter persegi. lebih dari 25 persen dari seluruh
kabupaten di Jawa punya kepadatan pedesaan yang melampai 700 orang tiap kilo
meter persegi. Di beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kepadatannya
bahkan lebih dari seribu.
Angka-angka di atas dapat menjelaskan sempitnya ruang gerak di daerah
pedesaan yang dapat menjamin kelangsungan hidup penghuninya. Tingkat pemilikan
tanah tiap keluarga di pedesaan Jawa sangat rendah, bahkan di beberapa daerah
tidak ada sama sekali. Untuk mempertahankan diri agar tetap hidup mereka terlibat
sebagai buruh tani yang mengandalkan upah dari hasil mengerjakan sawah orang
lain. Pendapatan yang diterima dari usaha seperti ini begitu rendah, tetapi mereka
tidak dapat berbuat banyak sebab tidak ada alternatif lain yanag lebih
menguntungkan tersedia dipedesaan untuk dapat dimasuki.
Akibat dari kelebihan tenaga kerja di daerah pedesan dapat menimbulkan 2
kemungkinan yaitu :
0 Tetap tinggal di desa, sehingga menyebabkan “disguised unemployment”,
yakni jumlah tenaga kerja lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi,
sehingga kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur. Tenaga
kerja itu telah diboroskan atau digunakan dengan tidak rasional
1 Mereka akan masuk kedalam bidang-bidang yang masih bisa mendukung
pendapatan yakni di kota.

28
Kemungkinan kedua ini pendukungnya terhitung besar juga dimana kelebihan
tenaga kerja yang tidak tertampung disekitar pertanian mencari usaha lain di daerah
perkotaan. Kelompok inilah pelaku proses urbanisasi, suatu arus lintas perpindahan
penduduk dari desa ke kota.

2 PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) =


tsaqafah (bahasa Arab); berasal dari perkatraan Latin “Colere” yanga artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta “Budhayah” yakti bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia untuk mencapai kesempurnaan
hidup.
Selanjutnya E.B. Tayor dalam bukunyua “Primitive Culture” merumuskan
definisi sescara sistematis dan ilmiah tentang kebudayaan sebagai berikut :
“Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta
lain-lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat.” (culture is that complex whole and other capability acquired
by man as a member of society)
Pada umumnya orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni
tari, seni suara, seni lukis dan sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan
mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Kebudayaan meliputi semua hasil
karya, rasa, cipta dan karsa baik yang material maupun non material (baik yang
bersifat kebendaan maupun yang bersifat kerohanian).
Kebudayaan material adalah : hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda
atau barang-barang atau alat-alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik-pabrik,
jalan-jalan, rumah-rumah, alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan, mesin-mesin dan
sebagainya. Kebudayaan material ini sangat berkembang setelah lahir revolusi
industri yang melahirkan alat-alat produksi raksasa.
Kebudayaan non material adalah : hasil cipta, karya yang berwujud
kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan
keagamaan dan sebagainya.
Didalam masyarakat, kebudayaan itu di satu pihak dipengaruhi oleh anggota
masyarakat, tetapi di lain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh
kebudayaan. Misalnya : orang Eropa yang beriklim dingin terpaksa harus membuat
pakaian tebal. Jadi jelasnya “kebudayaan” adalah suatu hasil cipta dari hidup
bersama yang berlangsung berabab-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil, dan hasil
itu dengan sengaja atau tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat. jadi pada
pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai kebudayaan yaitu gejala-gejala jiwa
yang dimiliki oleh manusia, dan yang membedakan manusia dengan binatang.
Dengan hasil budaya manusia, maka terjadi pola kehidupan, dan pola
kehidupan inilah yang menyebabkan hiduh bersama dan dengan pola kehidupan ini
pula dapat mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. contoh kehidupan umat
Islam di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera berlain-lainan bentuknya, sebab
pola kehidupan mereka juga lain, karena adanya pengaruh lingkungan di daerah itu.

29
Hubungan Manusia (Individu), Masyarakat Dan Kebudayaan.

Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal ini bukan hanya sekedar
ketentuan (konstateren) semata-mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam,
yaitu bahwa hidup bermasyarakat itu adalah perlu bagi manusia, agar benar-benar
dapat mendapat taraf hidup kemanusiaan. Tegasnya dapat mengembangkan
kebudayaan dan mencapai kebudayaannya. Tanpa masyarakat hidup manusia tidak
dapat menunjukkan sifat-sifat kemanusiaan. Misalnya : Caspar Hauser yang berumur
18 tahun, adalah anak yang ditemukan di Neurenburg (Jerman) belum pernah hidup
bermasyarakat. Ia tidak dapat berjalan dan berbahasa, setelah dibawa ke dalam
kehidupan masyarakat. Demikian pula Kala dan Kamala, 2 orang anak perempuan
yang ditemukan dalam sarang serigala di India juga mempuyai sifat-sifat seperti
tersebut di atas.

a. Hubungan Manusia Dengan Kebudayaan

Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
2 manusia sebagai makhluk biologi
3 manusia sebagai makhluk sosio-budaya.

Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau


anatomi; dan sebagai makhluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi
budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana
manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan
berdasarkan pengalamannya. juga memahmi dan melukiskan kebudayaan yang
terdapat dalam masyarakat manusia.
Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa
masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata
memberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu
berkebudayaan. Sedang hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya
manusia saja yang memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar
dan dapat memahami bahasa, yanag semuanya itu bersumber pada akal manusia.
Kesimpulannya: bahwa manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan
sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia.

b. Hubungan Masyarakat Dengan Kebudayaan

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah


tertentu, yang telah cukup lama, dan mempuynyai aturan-aturan yang mengatur
mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut
manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga
penimbunan (petandon) itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya.
Memang kebudayaan itu bersiafat komulatif, bertimbun. Dapat diibaratkan, manusia
adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah satu dunia besar, kemana air dari
sumber-sumber itu mengalir dan tertampung. Manusia mengangsu (mengambil) air
dari danau itu. maka dapat dikatakan manusia itu “mengangsu apikulan warih”
(ambil air berpikulan air). sehingga tidak habis air dalam danau itu, melainkan
bertambah banyak karena selalu ditambah oleh orang yang mengambil air tadi. Jadi
erat sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan . Kebudayaan tak

30
mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat
dimungkinkan oleh adanya kebudayaan.

c. Hubungan Manusia, Masyarakat Dan Kebudayaan.

Dengan melihat uraian tersebut di atas, maka ternyata, bahwa manusia,


masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam artinya yang utuh. Karena kepada ketiga unsur ini kehidupan makhluk sosial
berlangsung.
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia karena hanya manusia saja
yang hidup bermasyarakat. Yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan
saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak. Sebaliknya manusiapun
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia yang tidak pernah mengalami hidup
bermasyarakat tidak dapat menunaikan bakat-bakat kemanusiaannya yaitu mendapat
kebudayaan. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul
kebudayaan.
Dengan adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu adalah sebagai bantuan
yang besar sekali pada individu-individu, baik dari sejak permulaan adanya
masyarakat sampai kini, di dalam melatih dirinya memperoleh dunianya yang baru.
Dari setiap generasi manusia, tidak lagi memulai dan menggali yang baru dengan
berbagai macam cara. kemudian sebagai anggota generasi yang baru itu telah
menjadi kewajiban meneruskan kegenerasi selanjutnya segala apa yang mereka telah
pelajari dari masa yang lampau dan apa yang mereka sendiri telah tambahkan pada
keseluruhan aspek kebudayaan itu.
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan
berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundmental, dari sebab
itu kebudayaan itu tak dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.
Karena pengertian kebudayaan itu amat luas, maka Koentjaraningrat
merumuskan bahwa sedikitnya ada 3 wujud kebudayaan :
0 Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.
1 Wujud kelakukan berpola dari manusia dalam masyarakat
2 Wujud benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1974)

Wujud pertama adalah wujud ide, sifatnya abstrak, tak dapat diraba,
lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing. wujud ide ini baru nampak bila
dibuat dalam karangan atau buku-buku hasil karya. Sekarang, kebudayaan ide
banyak tersimpan dalam tape, arsip, koleksi micro film, kartu komputer, dan lain-
lain.
Wujud Kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat,
misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama
lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat istiadat.
Wujud ketiga adalah hasil karya manususia. Wujud ini sifatnya paling
kongkrit, nyata, dapat diraba, dilihat dan difoto.
Ketiga wujud kebudayaan di atas, apabila dirinci secara khusus ke dalam
unsur-unsurnya, maka kebudayaan itu sedikitnya ada 7 unsur,
0 Sistem religi dan upacara keagamaan
1 Sistem dan organisasi kemasyarakatan
2 Sistem pengetahuan
3 Sistem bahasa

31
4 Keseniaan
5 Sistem mata pencahariaan hidup
6 Sistem teknologi dan peralatan (Kontjaraningrat, 1974).

Wujud kebudayaan di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi


manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi
masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam, kekuaran di
dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang
merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk melindungi
manusia dari ancaman atau bencana alam. Di samping itu kebudayaan dapat
dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia
sebagai anggota masyarakat. Kemudian, tanpat kebudayaana, manusia tidak bisa
membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang ini.

3 PRANATA-PRANATA DAN INSTITUSIONALISASI

Pranata (lembaga kemasyarakatan) merupakan terjemahan langsung dari


istilah asing “social Institution” karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada
suatu bentuk dan sekaligus juga mengandung pengertian-pengertian yang abstrak
perihal adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu.
Penterjemahan isitilah social insitution kedalam istilah Indonesia, para
sarjana belum ada kata sepakat sehingga ada yanag menterjemahkan dengan istilah
“pranata sosial” karena dianggap sebagai pengatur perikelakuan masyarakat. Ada
juga yang memberi istilah “ bangunan sosial” yang mungkin merupakan terjemahan
dari istilah “ Soziale Gebilde”.

0 Prosess Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan

Norma-norma dalam masyarakat berguna untuk mengatur hubungan antar


manusia di dalam masyarakat agar terlaksana sebagaimana yanag mereka harapkan.
mula-muka norma-norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. namun lama
kelamaan norma-norma tersebut dibentuk secara sadar. Misalnya perihal perjanjian
tertulis atau yang menyangkut pinjam meminjam uang yang dahulu tidak pernah
dilakukan. Norma-norma yang ada dalam masyarakat itu mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda, ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang
terkuat daya pengikatnya, dimana anggota-anggota masyarakat pada umumnya tidak
berani melanggarnya.
Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat dari norma-norma tersebut
maka secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian:

1) Cara (usage)
2) Kebiasaan (folkways)
3) Tata Kelakuan (mores)
4) Adat istiadat (custom)

Keempat pengertian tersebut di atas merupakan norma-norma


kemasyarakatan yang memberikan petunjuk bakat yang berupa perintah atau
larangan yang bersifat mengikat dan memaksa untuk dilaksanakannya.

1) Cara (usege)

32
Cara atau usage ini banyak menunjuk pada suatu perbuatan antara individu
dengan individu lainnya dalam hubungan bermasyarakat. Norma ini mempunyai
kekuaran yang lemah karena penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan
hukuman yang berat, akan terapi hanya sekedaar celaan saja dari individu yang
dihubunginya. Misalnya orang mempunyai cara masing-masing untuk minum pada
waktu bertemu, ada minum tanpa mengeluarkan bunyi, ada pula yang mengeluarkan
bunyi sebagai pertanda rasa kepuasannya menghilangkan kehausan. Apabila
perbuatan ini dilakukan maka orang lain hanya merasa tersinggung dan ia hanya
akan mendapat ejekan saja.

2) Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan atau folkways ini mempunyai kekuatan mengikat yang lebih


besar
daripada cara atau usage, karena kebiasaan ini dilakukan berulang-ulang yang
menun-
jukkan orang yang menyukainya.
Pelanggaran atau penyimpangan dari kebiasaan ini akan mengakibatkan
seseorang dianggap menyimpang dari kebiasaan umum dalam masyarakat. Contoh
kebiasaan menghormati kepada orang yang lebih tua, kebiasaan saling bertanya bila
saling bertemu dan lain-lain. Maka setiap orang akan menyalahkan penyimpangan
terhadap kebiasaan tersebut.

3) Tata Kelakuan (Mores)

Menuraut Mac Iver dan H. Page, tata kelakuan adalah kebiasaan-kebiasaan


yang ada di dalam masyarakat yang diterima sebagai nama-nama pengatur dalam
masyarakat itu. Tata kelakuan atau mores merupakan pencerminan dari sifat-sifat
yang hidup dalam kelompok manusia sebagai alat pengawas, alat pemaksa, alat
untuk melarang sesuatu terhadap anggota-anggotanya supaya menyesuaikan
perbuatan-perbuatan dengan tata kelakukan tersebut.
Tata kelakuan (mores) sangat penting bagi masyarakat sebab :
0 Tata kelakuan memberikan batas-batas pada kelakuan-kelakuan individu. Tata
kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan dan sekaligus melarang
seseorang anggota melakukan suatu perbuatan. Setiap masyarakat mempunyai tata
kelakuan yang berbeda karena tata kelakuan timbul dari pengalaman yang
berbeda-beda tergantung dari masyarakat bersangkutan.
1 Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Di sini tata
kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakn-tindakannya dengan tata
kelakuan masyarakat yang menyimpang seseoranag melakukan kejahatan maka
masyarakat akan menghukumnya dengan maksud agar mereka mau menyesuaikan
dengan tata kelakuan dalam masyarakat tersebut.
2 Tata kelakuan menjaga solidaritas antar anggota-anggota masyarakat. tata
kelakuan yang dimiliki oleh masyarakat yang berkenaan dengan masyalah
hubungan diantara mereka ini, ini akan menjaga keutuhan dan kerjasama antara
anggota anggota masyarakat itau misalnya cara hubungan antara pria dan wanita

4) Adat Istiadat (custom)

33
Idat istiadat atau custom ini bisa terjadi dari tata kelakuan yang kekal serta
kuat integrasinya dengan pola prikelakuan masyarakat.
Anggota masyarakat yang melanggar adat kebiasaan akan menderita sanksi
yang keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlakukan. Adat kebiasaan
ini masih banyak ditemui di negara Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih
memegang teguh adat kebiasaan. Misalnya hukum adat yang melarang bercerai
antara suami dan isteri, di Lampung.
Norma-norma tersebut di atas setelah mengalami suatu proses pada akhirnya
akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan.

1 Pranata Sosial Dan Peranannya

Bilamana manusia menciptakan asosiasi, maka mereka juga


menciptakan
peraturan-peraturan dan cara-cara untuk mengatur pelaksanaan kepentingan anggota-
anggotanya satu sama lain. Bentuk aturan-aturan ini yang disebut institusi (lembaga),
yang berbeda dengan aosiasi. Misalnya : keluarga termasuk asosiasi, tetapi sistem
mengatur pewarisan, perkawinan disebut institusi. Setiap aosiasi yang sehubungan
dengan kepentingan khusus tentu mempunyai institusi yang khusus pula. Contoh :

0 Keluarga : mempunyai lembaga (institusi) khusus, misalnya perkawinan


warisan dan lain-lain.
1 Negara : mempunyai lembaga-lembaga yang khusus pula seperti : bentuk
pemerintahan yang berbentuk parlementar atau presidensial, prosedur
perundang-undangan dan lain-lain.
2 Serikat buruh : juga mempunyai lembaga-lembaga yang khusus seperti :
pemogokan, persetujuan kolektif dan lain-lain.

Ketiganya termasuk dalam asosiasi, bukan institusi. jadi kita merupakan


bagian dari keluarga dan bukan bagian dari perkawinan.
Kadang-kadang memang timbul kekacauan antara institusi dan asosiasi
karena istilah yang sama dengan itu dapat berarti salah satu dari padanya. Misalnya:
kita sukar untuk menentukan kedudukan rumah sakit, parlemen, penjara, perguruan
tinggi dan sebagainya.

0 Bila kita memikirkan hospital sebagai suatu gedung untuk orang-orang sakit,
sistem pengobatan, badan yang didirikan oleh pemerintah/partikelir untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial tertentu, maka dia adalah suatu institusi.
Tetapi dapat juga kita lihat rumah sakit itu sebagai asosiasi, yaitu kalau kita
melihatnya sebagai suatu kumpulan dari dokter-dokter, juru rawat dan pelayan-
pelayannya.

Jadi kalau kita memandangnya sebagai suatu group yang terorganisir, maka ia
adalah suatru asosiasi. Dan kalau kita memandangnya sebagai bentuk prosedur, maka
dia adalah institusi. Asosiasi menunjukkan keanggotaan, sedang institusi
menunjukkan cara berbuat.

1 Bila kita memandang sebuah perguruan tinggi sebagai suatu badan yang
terdiri dari guru-guru dan mahasiswanya, maka kita melihat aspek asosianya.

34
Sedang kalau kita memandangnya sebagai suatu sistem pendidikan, maka kita
melihat sifat kelembagaannya.

\ Jadi tegasnya : Lembaga lebih banyak dinyatakan oleh adanya tata cara.
Sedang persekutuan/asosiasi lebih banyak dinyatakan oleh adanya kepentingan.

Cara-cara mempelajari institusi;

pada umumnya dalam mempelajari institusi ada 3 macam yang dapat


digunakan secara sendiri atau bersama-sama dengan yang lain :

0 Analisis kesejarahan (historical analitic)


Yaitu berusaha untuk menyelidiki pertumbuhan dan perkembangannya di dalam
waktu/usianya. atau dengan kata lain : menyelidiki sejarah perkembangan suatu
lembaga.
1 analisis Komperatif (comperative analitic)
Yaitu analisis yang meliputi penyelidikan institusi dalam masyarakat yang
berlainan. Pada pokoknhya membanding-bandingkan macam-macam institusi itu
di dalam berbagai masyarakat.

2 Pendekatan fungfsiuonal (functional approach)


Yaitu menyelidiki hubungan-hubungan fungsional anatara berbagai institution
approach, ini seringkali menyangkut analisis kesejahteraan dan sering juga
menggunakan penyelidikan secara komperatif, misalnya : studi terhadap
perkawinan harus meliputi hubungan antara perkawinan dan lembaga-lembaga
hukum, kinship (kekerabatan), keagamaan dan sebagainya

Istilah Institution dan Institute

Istilah asing dari pranata adalah institution, tetapi pemakaian istilah ini
membutuhkan perhatian yang khusus. Institution mempunyai arti yang berbeda
dengan institute.
Institute berarti badan organisasi yang bertujuan memenuhi suatu kebutuhan
dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat. Demikian misalnya penyelidikan
sebagai suatu aktivitas ilmiah disebut: institution, tetapi suatu badan untuk
mengorganisasi penyelidikan ilmiah dalam lapangan ekonomi disebut institute.
dengan kata lain Insitution adalah aktivitas-aktivitas kemasyarakatan/pranata, sedang
institute/lembaga adalah bentuk badan-badan yang mengorganisasikan/menjalankan
aktivitas-aktivitas kemasyarakat tersebut.

Macam-macam lembaga sosial.

Dr. Koentjaraningrat membagi lembaga sosial/pranata-pranata


kemasyarakatan menjadi 8 macam :

0 Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan


(kinship) atau domestic institutions. Contoh : pelamaran, perkawainan, keluargaan,
pengasuhan anak dan lain-lain.

35
1 Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata
pencaharian hidup (economic institutions), misalnya : pertanian, peternakan,
perburuhan, industri dan sebagainya.
2 Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia
(scientific institutions). Contoh : metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan
lain-lain.
3 Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan (educational
institutions). Misal : TK, SD, SLTP, SMU, Pondok Pesantren dan lain-lain.
4 Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah, menyatakan rasa
keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions). Misal : seni rupa,
seni suara, seni drama dan lain-lain
5 Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan
dengan Tuhan atau alam gaib (religius institutions). Misalnya : Mesjid, Gereja, doa,
kenduri dan lain-lain
6 Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur
kehidupan berkelompok atau bernegara (political institutions). Misal : pemerintahan,
demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian dan lain-lain.
7 Pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia (cosmetic
institutions). Contoh : pemeliharaan kecantikan, kesehatan, kedokteran dan lain-lain.

2 Institusionalisasi (pelembagaan)

Dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan kita mengenal pranata


sosial atau kelembagaan kemasyarakatan. misalnya : lembaga kekeluargaan,
ekonomi, pendidikan, ilmiah, keindahan dan rekreasi, keagamaan, pemerintahan, dan
kesehatan jasmaniah. adanya lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi berbagai keperluan pokok dari kehidupan manusia. Lembaga-lembaga itu
ada di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat tersebut
mempunyai taraf kebudayaan sederhana atau modern. Lembaga-lembaga tersebut
stabil, sah dan sudah diakui oleh masyarakat. Tapi di pihak lain ada juga individu
atau kelompok yang melakukan aksi-aksi pembaruan yang dipimpin oleh pejuang-
pejuang revolusioner, yang belum sah dan belum diakui masyarakat, tetapi
barangkali akan diakui juga dan mengenal perkembangan institusi (lembaga) di kelak
kemudian hari.
Proses perkembangan lembaga-lembaga dinamakan institusionalisasi
(kelembagaan) dan proses ini terjadi bilamana sesuatu kelompk memutuskan bahwa
seperangkat norma, nilai-nilai dan peranan tertentu dianggap sangat penting bagi
kelangsungan hidupnya, sehingga diminta agar para anggota masyarakat tersebut
mematuhinya. Proses-proses demikian terjadi dimana-mana dan terumuskan dalam
masyarakat. Proses-proses di atas sepanjang mengenai soal-soal kebutuhan penting
dan sepanjang melahirkan sistem yang stabil dan universal, kita namakan lembaga-
lembaga.
Cohen (1983) menyatakan bvahwa institusionalisasi adalah perkembangan
sistem yang teratur dari norma-norma, peranan-peranan yang ditetapkan dan diterima
oleh masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses institusionalisasi
menyangkut semua unsur dan proses sosial yang ada maka untuk normal dianggap
lebih penting (utama) Soejono Soekamto (1983) menyatakan bahwa institusionalisasi
(pelembagaan) adalah proses dimana unsur norma menjadi bagian dari suatu
lembaga. Demikian, bahwa unsur norma merupakan unsur yang paling dasar dari
suatu lembaga. Norma mempunyai hubungan yang erat dengan unsur sistem sosial

36
lainnya, norma mempengaruhi rangkaian pemilihan tujuan, status peranan
(kedudukan), sanksi dan fasilitas dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya : kekuasaan
pada seseorang diatur oleh norma yang ada, berdasarkan norma itu orang
memberikan kesan positif atau negatif terhadap perilaku seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa institusionalisasi belum
memiliki unsur-unsur sistem sosial yang sempurna sebagaimana terdapat di dalam
institusi (lembaga), akan tetapi institussionalisasi baru merupakan tahap-tahap
menuju perkembangan sistem yang teratur dari sistem sosial dan diterima oleh
masyarakat.
suatu perkumpulan baru dinyatakan sebagai institusi (lembaga) bila di
dalamnya ada unsur-unsur sistem sosial yang teratur, seperti yang telah dikemukakan
oleh Loomis (1960) sebagai berikut :
0 Kepercayaan
1 Sentimen
2 Tujuan
3 Norma
4 Status peranan (kedudukan)
5 Ranking
6 Power
7 Sanksi
8 Fasilitas

Sedangkan dilihat dari segi prosesnya, ialah suatu bentuk aktivitas-aktivitas


yang meliputi:
1) Adanya komunikasi
2) adanya pemeliharaan batas-batas
3) Adanya hubungan sistem
4) Adanya sosialisasi
5) Adanya kontrol sosial
6) Adanya Institusionalisasi (pelembagaan)
(Loomis, 1960)

Suatu kelaziman yang hidup, bisa saja bahwa suatu lembaga menjadi tidak
lembaga lagi, apabila orang-orang yang ada di dalam lembaga itu tidak mematuhi
norma atau peraturan-peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh semua
anggota-anggota. Demikian, bahwa institusionalisasi pada hakikatnya merupakan
proses yang meliputi pula pelembagaan kembali (reinstitutionalization), dimana
lembaga-lembaga lama runtuh dan diganti lembaga-lembaga baru, atau simbul-
simbulnya tetap dipertahankan dan diteruskan, tetapi isinya baru.

BAB III
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

1. PERTUMBUHAN INDIVIDU

0 Pengertian Individu

37
“Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya” yang tak terbagi”.
Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut
tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam
pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan
kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi
kehidupan manusia.
Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perseorangan. Dengan demikian sering digunakan sebutan’orang-seorang” atau
“manusia perseorangan”. Sifat dan fungsi orang-orang di sekitar kita adalah
makhluk-makhluk yang agak berdiri sendiri, dalam pelbagai hal bersama-sama satu
sama lain, tetapi dalam banyak hal banyak pula perbedaannya. Sejenis tapi tak sama,
makin tua semakin maju dan semakin banyak pula perbedaannya. Pada setiap
anggota suatu bangsa yang bermacam-macam tingkat peradabannya, terjadi
diferensiasi dengan corak sifat dan tabiat beraneka macam.
Timbulnya diferensiasi bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan
dengan dunia yang telah mempunyai sejarah dengan peradabannya. Hal ini
memberikan keuntungan rohani bagi individu seperti bahasa, agama, adat istiadat
dan kebiasan, paham-paham hukum, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Semuanya
telah ditata dan dipakai oleh generasi sebelumnya. Akan tetapi, betapapun besarnya
pengaruh lingkungan sosial terhadap individu, manusia tetap mempunyai watak dan
sifat tertentu, yang aktif di tengah-tengah sesama manusia lainnya. Insyaf akan “aku”
nya dan sadar, serta mengumpulkan kekuatan rohani untuk bertindak sendiri. Bahkan
individu yang mempunyai aktivitas sadar lebih dari ukuran rata-rata kebanyakan
orang, disebut orang yang mempunyai kepribadian istimewa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa individu adalah seorang
manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,
melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya
merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada
dirinya, yaitu;
0 aspek organik jasmaniah
1 aspek psikis rohaniah, dan
2 aspek sosial kebersamaan.
Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, kegocangan pada satu aspek akan
membawa akibat pada aspek lainya.
Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir
identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan
ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut proses
individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani berbagai peranan yang berasal
dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan
menentukan kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi karena pola
tingkahlaku spesifik dirinya becorak bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat dari sekitarnya.
Individu dalam bertingkahlaku menurut pola pribvadinya ada tiga
kemungkinan :
1. menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya
2. takluk terhadap kolektif, dan
3. mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau.

38
Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan
sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senantiasa berubah, memberi
konotasi”matang’ atau “dewasa” dalam konteks sosial. Sebelum “ baik”atau tidak
baik” pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif.

1 Pengertian Pertumbuhan

Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui


bahwa pertumbuhan itu adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih
maju dan lebih dewasa.
Perubahan ini pada lazimnya disebut dengan istilah proses, untuk selanjutnya
timbul beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran yaitu :

1. Asosiasi
2. Aliran psichologi Gestalt dan
3. Aliran Sosiologi.

Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan
pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah
bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedang keseluruhan ada pada
kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh
asosiasi.
Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya
perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari
pengalaman atau empiri luar melalui pencaindera yang menimbulkan sensations
maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan
reflexions (pancaran/pantulan).
Kedua macam kesan (sensation dan reflexions) merupakan pengertian yang
sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih
kompleks.
Lain halnya dengan pendapat dari aliran psikologis Gestalt tentang
pertumbuhan. Menurut para ahli dan aliran ini bahwa pertumbuhan adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedang
bagian-bagian hanya mempunai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam
hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses ini
keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Jadi
dari pendapat aliran psikologi gestalt ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu
yang semula mengenai sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-
bagian dari lingkungan yang ada.
Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi di mana ahli dari pengikut
aliran ini menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses
perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi
tahap disosialisasikan.
2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada


garis besarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu :

1). Pendirian Nativistik

39
Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan
incividu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktaor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripin
antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian di bidng
seni lukis maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis. Tetapi hal ini
akan menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan
anaknya benar-benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir ataukah mungkin
karena adanya fasilitas-fasilitas atau hal-hal lain yang dapat memberikan dorongan
ke arah kemajuannya.

2) Pendirian Empirik dan Environmentalistik


Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik. Para ahli berpendapat,
bahwa pertumbuhan individu semata-mata tergantung padea lingkungan sedang
dasar tidak berperanan sama sekali.
Jadi menurut pendirian ini menolak dasar dalam petumbuhan individu dan
lebih menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang
banyak dibicarakan. Pendirian semacam ini biasa disebut pendirian yang
environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya
adalah kelanjutan dari faham emperisme.
Apabila konsepsi ini dapat ditahan uji (benar) akan dihasilkan manusia-
manusia ideal asalkan dapat disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu.
Tetapi dalam kenyataannya sering dijumpai lain, banyak di antara anak-anak orang
kaya atau orang pandai mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam
belajar, walaupun fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan
sebaliknya pada anak-anak dari orang tua yang kuang mampu dapat berhasil dalam
belajar, walaupun fasilitas belajar yang dimiliki sangat minimal jauh dari mencukupi.

3) Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme

Kebanyakan para ahli megikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi


seperlunya. Suatu modifikasi yang terkenal yang sering dianggap sebagai
perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang
berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan
lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi
konvergensi yang berpandangan statis yaitu menganggap pertumbuhan individu itu
ditentukan oleh dasar (bakat) dan lingkungan.

4) Tahap Pertumbuhan Individu Berdasar Psikologi

Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa kematangan
itu melalui bebeapa fase sebagai berikut:
0 Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun
1 Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun
2 Masa intelektual dari kira-kira 7,0 tahun sampai kira-kira 13,0 tahun atau
14,0 tahun
3 Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur
20,0 tahun atau 21,0 tahun.

0 Masa vital

40
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menentukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freud tahun pertama dalam
kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber
kenikmatan dan ketidak nikmatan.
Pendapat semacam ini mungkin beralasan kepada kenyataan, bahwa pada
masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Bahkan
anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu tidak karena mulut
merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan karena pada waktu itu mulut
merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi (penjelajanan) dan belajar. Pada
tahun kedua anak belajar berjalan dan dengan berjalan itu anak mulai pula belajar
menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan kebersihan. Melalui
tahu akan kebersihan itu anak belajar mengontrol impuls-impuls (rangsangan/gerak
hati yang timbul dengan tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangann/
dorongan hati) yang datang dari dalam dirinya.

1 Masa estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan.
Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang
terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak munculnya gejala
kenakalan yang umumnya terjadi antara umur, 3,0 tahun sampai umur 5,0 tahun.
Anak sering menentang kehendak orang tua, kadang-kadang menggunakan kata-kata
kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang
seharus untuk dilakukan.
Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah
sebagai berikut :
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal untuk bagi anak
dalam menghadapi dunianya maka sampailah anak kepada penyadaran “aku”nya atau
tahap menemukan “aku”nya yaitu suatu tahap ketika anak menemukan dirinya
sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan dunianya
belum mampu mengadakan pemisahan secara sadar antara dirinya sendiri sebagai
subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini dimilinya. Berarti dia
menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain. Sebagai subyek dia
mempunyai kebebasan untuk menghendaki sessuatu, mempunyai pula kebebasan
untuk menolak sesuatu. Karena jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak
seakan-akan ingin mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas menentukan
keinginannya itu.
Pada masa ini terjadi apa yang kita sebut demam menghendaki, dan kehendak
yang dimiliki tidak dapat ditahan-tahan, akan tetapi kalau dia telah memperolehnya
maka dia tidak lagi memperdulikan, dan menghendaki benda yang lain dan
seterusnya. Dalam hal ini kadang-kadang dia melanggar apa yanag dilarang dan tidak
mengerjakan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu dilakukannya bukan karena
dia keras kepala, melainkan hanya karena ingin mengalamin dan ingin menyaksikan
akibatanya. Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi anak yang sedang
mengalami masa kegoncangan ini yaitu yang paling bijaksana mengambil jalan
tengah tidak terlalu menekan dan tidak terlalu menonjolkan.

2 Masa intelektual (masa keserasian bersekolah)

41
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses
sosialisasinya taelah berlangsung dengan lebih efektif, sehingga menjadi matang
untuk dididik daripada masa-masa sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak pada masa ini antara lain :
1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaaan jasmani dengan prestasis
sekolah
2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang tradisional
3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
4) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggap tidak
penting
5) Senang membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu
menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecederungan untuk meremehkan anak
lain.
6) Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit
7) Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar
8) Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain besama-
sama. Didalam permainan ada kecenderungan anak tidak lagi terikat kepada
aturan permainan tradisional, mereka membuat aturan-aturan sendiri, setelah
anak memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar.

Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan suatu masa pueral (sifat


kekanak-kanakan). Masa ini demikian khasnya sehingga menarik perhatian.
Sifat-sifat khas anak-anak masa pueral itu dapat diringkas ke dalam dua hal
yaitu :
1) Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dan perbuatan
yang ditujukan berkuasa, apa yang diinginkan, yang dijadikan idam-
idaman adalah sekuat, sejujur, semenang dan seterusnya.
2) Tingkah laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasi (mempunyai
kecenderungan pandangan/menitik beratkan pandangan) ke luar dirinya
dan untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
Pada mereka dorongan bersaing besar sekali sehingga dalam persaingin
itulah anak-anak puer mendapatkan sosialisasi lebih lanjut. Dan nampak
anak puer dapat melakukan ini dan itu (si tukang jual aksi) tetapi di
samping itu tidak berani berbuat begini atau begitu (si pengecut),
sehingga pada anak puer seringkali dijuluki si “tukang jual aksi”.
Sementara juga dijuluki si “pengecut”.

Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas sorang tua dan
guru sebagai suatu hal yang wajar karena itu pada anak-anak ini mengharapkan
adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua dan guru sebagai
pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah menimbulkan problem di
kalangan mereka.

3 Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat


karena mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa harus hidup dalam alam kultur dan
harus dapat menempatkan dirinya di antara nilai-nilai (kultur) itu maka perlu
mengenal dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilai-nilai. Untuk ini maka

42
ia harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang
lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada
dasarnya ini masih dirinci ke dalam beberapa masa, yaitu :

(1)Masa Pra Remaja

Penggunaan istilah pra remaja ini hanya untuk menunjukkan satu masa yang
mengikuti masa pueral yang berlangsung secara singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-
sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada masa ini terdapat beberapa gejala yang dianggap sebagai gejala negatif
mialnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah,
kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung, pesimistik dan non sosial. Atau
dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-sifat negatif meliputi sikap negatif dalam
prestasi, baik prestasis jasmani maupun prestasis mental. Negatif dalam sikap sosial
baik dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala-gejala negataif itu pada umumnya berpangakal pada
biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin, yang dapat membawa
perubahan-perubahan cepat dalam diri siremaja yang seringkali perubahan-
perubahan yang cepat ini belum mereka fahami sehingga dapat menimbulkan rasa-
ragu-ragu, kurang pasti dan bersiat malu.

(2)Masa Remaja

Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dalam fase ini (masa
negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah
dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Kesejukan di dalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat
mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertama-tama
terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah protes terhadap
sekitarnya yang dirasanya tiba-tiba bersikap menterlantarkan dan memusuhinya.
Sebagai tingkah berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan
menolongnya serta yang dapat merasakan suka dan dukanya.
Disini timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup
yaitu mencari sesuatu yang dapat di pandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan
dipuja-puja. Pada masa remaja ini mereka mengalami kegoncangan batin, sebab pada
masa ini mereka sudah tidak mau memakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi
juga belum mempunyai pedoman hidup yang baru. 0leh karena itu maka si remaja
itu mengeritik karena merasa dirinya mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari
pertolongan karena belum dapat mewujudkan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandant
sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi (penjelajahan) si remaja.
Jadi proses penemuan nilai-nilai hidup tersebut melewati tiga langkah,
yaitau :
(a) Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat
dianggap bernilai, pantas hidupnya.
Pada taraf ini sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu,
sehingga seringkali mereka hanya tahu bahwa mereka itu menginginkan sesuatu,
teapi tidak tahu apa yang diinginkan itu.
(b)Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang
dipandangnya mendukung nilai-nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang-

43
orang tertentu ini umumnya terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak
wanita. Pada anak laki-laki sering nampak aktif meniru sedang anak wanita
kebanyakan pasif, mengagumi dan memuja dalam khayal.
(c) Para remaja lebih dapat mengharagai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai
dapat ditangkap dan difahaminya sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu
pada saat ini para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran
hidupnya.

(3)Masa Usia Mahasiswa

Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yanag berusia


sekitar 18,0 tahun sampai 30,0 tahun. Mereka dapat dikelompokkan pada masa
remaja akhir samapai dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa-peristiwa yang perlu untuk
diperhatikan, antara lain yaitau : bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu
pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan keterampilan dan
kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan pendirian hidup yang
telah dipilihnya. Mahasiswa ini termasuk kelompok khusus dalam suatu masyarakat
maka mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima tugas-tugas pimpinan di
masa mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari berabagai aspek
kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan selama usia
mahasiswa ini, misalnya kebudayaan berkeluarga, kemampuan memimpin,
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menyesuaikan diri secara sosial.

44
BAB IV
WARGANEGARA DAN NEGARA

0 HUKUM, NEGARA DAN PEMERINTAH

0 Hukum

Sukar kiranya untuk memberikan suatu definisi tentang hukum. Beberapa


perumusan yang ada, masing-masing menonjolkan segi tertentu dari hukum di dalam
bukunya “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”, Utrecht memberikan batasan hukum
sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah atau larangan-larangan)
yang mengurus tata tertib dalam masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.
Selain Utrecht beberapa Sarjana Hukum Indonesia lainnya telah pula
merumuskan definisi hukum. Di antaranya adalah JCT. Simorangkir SH. Dan
Woerjono Sastropranoto SH. yang mendefinisikan hukum sebagai peraturan-
peraturan yang memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan
hukuman tertentu.

0 Ciri-ciri dan Sifat Hukum

Agar dapat mengenal hukum lebaih jelas, maka kita perlu mengenal ciri dan
sifat dari hukum itu sendiri.
Ciri hukum adalah :
4 Adanya perintah atau larangan
5 Perintah atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.
Agar tata tertib dalam masyarakat dapat dilaksanakan dan tetrap terpelihara
dengan baik, perlu ada peraturan yang mengatur dan memaksa tata tertib itu untuk
ditaati yang disesbsut kaidah hukum. Dan kepada barangsiapa yang melanggar baik
disengaja atau tidak, dapat dikenai sangssi yang berupa hukuman.
Akan tetapi ternyata tidak setiap orang mau menaati kaidah hukum tersebut,
oleh karena itu agar peraturan hidup itu benar-benar dilaksanakan dan ditaati, maka
perlu dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian hukum mempunyai sifat
mengatur dan memaksa. Sehingga hukkum menjadi peraturan hidup yanag dapat
memaksa orang untuk menaati serta dapat memberikan sangsi tegas terhadap setiap
orang yang tidak mau mematuhinya.

1 Sumber-sumber Hukum

Ialah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-atauran yang mempunyai


kekuatan yang memaksa, yang kalau dilanggar dapat mengakibatkan sangssi yang
tegas dan nyata.
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi formal dan segi material.
Sumber material dapat kita tinjau lagi dari berbagai sudut, misalnya dari
sudut politik, sejarah, ekonomi dan lain-lain.
Sedangkan sumber hukum formal antara lain ialah :
0 Undang-undang (statute)

45
Ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat,
diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara
1 Kebiasaan (costum)
Ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan bverulanga-ulanga dalam jhal
yang sama dan diterima oleh masyarakt. Sehingga tindakan yang berlawanan
dianggap sebagai pelanggaran perasaan hukum
2 Keputusan-keputusan hakim (Yurisprudensi)
Ialah keputusan hakim terdahulu yang sering dijadikan dasar keputusan hakim
kemudian mengenai masalah yang sama.
3 Trraktat (treaty)
Ialah perjanjian antara dua orang atau lebih mengenai sesuatu hal, sehingga
masing-masing pihak yang bersangkutan terikat dengan isi perjanjian t ersebut.
4 Pendapat Sarjana Hukum
Ialan pendapat para sarjana yang sering dikutip para hakim dalam
menyelesaikan suatu maslah.

2 Pembagian Hukum

0 Menurut “sumbernya” hukum dibagi dalam :


6 Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan
7 Hukum Kebiasaan, yaitu hukum yang terletak pada ke biasaan (adat)
8 Hukum Traktat, ialah hukum yang ditetapkan oleh negatra-negara dalam
suatu perjanjian antar negara
9 Hukum Yurisprudensi, yaitau hukum yang terbentuk karena keputusan hakim

1 Menurut “bentuknya” hukum dibagi dalam :


10 Hukum tertulis, yang terbagi lagi atas :
11 Hukum tertulis yang dikodifikasikan ialah hukum tertulis yang telah
dibukukan jenis-jenisnya dalam kitab undang-undang secara sistematis dan
lengkap.
12 Hukum tertuilis tak dikodifikasikan
13 Hukum tak tertulis

2 Menurut “tempat berlakunya” hukum dibagi dalam :


14 Hukum Nasional ialah hukum dalam suatu negeara
15 Hukum Internasional ialah hukum yang mengatur hub ungan internasisonal
16 Hukum Asing ialah hukum dalam negara lain
17 Hukum gereja ialah norma gereja yang ditetapkan untuk anggota-anggotanya

3 Menurut “waktu berlakunya” hukum dibagi dalam :


18 Ius constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu
19 Ius Constituendum ialah hukum yanga diharapkan akan berlaku diwaktu yang
akan datang
20 Hukum asasi (hukum alam) ialah hukum yang berlaku dalam sesgala bangsa
di dunia.

4 Menurut “cara mempertahankannya” dibagi dalam :

46
21 Hukum material ialah hukum yang memuat peraturan yang mengatur
kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan.
Contoh : hukum perdata, dan lain-lain. Oleh karena itu, bila kita berbicara
Hukum Pidana atau Perdata, maka yang dimaksud adalah hukum pidana atau
perdata material.
22 Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara) ialah hukum yang
memuat peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum material atau peraturan yang mengatur bagaimana cara-
caranya mengajukan sesuatu perkara kemuka pengadilan dan bagaimana caranya
hakim memberi putusan.
Contoh : hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

5 Menurut “sifatnya” hukum dibagi dalam :


23 Hukum yang memaksa ialah hukum yang dalam keadaan bagaimana harus
dan mempunyai paksaan mutlak.
24 Hukum yang mengatur (pelengkap) ialah hukum yang dapat dikesampingkan,
apabila pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam perjanjian.

6 Menurut “wujudnya” hukum dibagi dalam :


25 Hukum obyektif ialah hukum dalam suatu Negara yang berlaku umum dan
tidak mengenai orang atau golongan tertentu.
26 Hukum subyektif ialah hukum yang timbul dari hubungan obyektif dan
berlaku terhadap seseorang tertentu atau lebih. Kedua jenis hukum ini jarang
digunakan.
8) menurut “isinya” hukum dibagi dalam :
27 Hukum privat (hukum sipil) ialah hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lainnya, dan menitik beratkan pada kepentingan
perseorangan.
28 Hukum public (hukum Negara) ialah hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dan alat perlengkapan atau Negara dengan warganegaranya.
Negara sebagai organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan dan warganegaranya, serta
menetapkan cara-cara dan batas- batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan
dalam kehidupan bersama, baik oleh warga Negara, golongan atau oleh Negara
sendiri. Oleh karena itu Negara mempunyuai dua tugas pokok :
0 Mengatur dan mengendalikan gejala-gejala kekuasaan asocial, artinya
bertentangan satu sama lain supaya tidak menjadi antagonism yang membahayakan.
1 Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-
golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruh atau tujuan
social.
Pengendalian ini dilakukan berdasarkan system hukum dan dengan
perantaraan pemerintah beserta lembaga-lembaganya. Kekuasaan Negara
mempunyai organisasi yanag teratur dan paling kuat, oleh karena itu semua golongan
atau asosiasi yang memperjuangkan kekuasaan harus dapat menetapkan diri dalam
rangka ini. Pentingnya system hukum ini sebagai perlindungan, bagi kepentingan-
kipentingan yang telah melindungi kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah
kesopanan. Meskkipun kaidah-kaidah tersebut ikut berusaha menyelenggarakan dan

47
perlindungan kepesntingan orang dalam masyarakat, tetapi belum cukup kuat untuk
melindunginya mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur.
Bahkan berartai kepentingan warga masyarakat tidak terpenuhi oleh kaidah agama,
kesusilaan dan kesopanan, tetapi tidak cukup terlindungi atau terjamin. Sebab
mungkin saja terlaksana dengan kaidah tersebut, untuk melingungi lebih lanjut
kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi perlu system hukum. Hukum
yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku dalam masyarakat disebut
hukum positif. Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai “diffrentie” dan
hukum terhadap kaidah-kaidah lain dalam masyarakat, tampil leabih jelas, tegas dan
didukung oleh perlengkapan yang cukup agar diikuti anggota masyarakat. Sebagai
atribut positif ini adalah : pertama, bukan kaidah social yang mengambang atau tidak
jelas bentuk dan tujuannya. Sehingga diubutuhkan lembaga khusus yang bertujuan
merumuskan dengan jelas tujuan yang hendak dicapai oleh hukum. Kedua,
dibutuhkan staf (personalia) yang menjaga berlakunya hukum seperti posisi,
kejaksaan dan pengadilan.
Sifat peraturan hukum tersebut adalah memaksa dan menghendaki tujuan
yang lebih dalam, pengertian memaksa bukan senantiasa dipaksakan apabila
tindakan sewenang-wenang. Sebab hukum itu sebagai kongkretisasi dari system
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, yang perlu mempertimbangkan tiga hal
yaitu : system norma, sebagai system kontrol dan sebagai system engineering
(pemegang kekuasaan memelopori proses pengkaidahannya). Sehingga hukum
diartikan sebagai serumpunan peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk
melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat.
Agar masyarakat siap memakai hukum positif, perlu mempelajari manajemen
hukum dan kultur hukum sebab system hukum terurai dalam tiga komponen yaitu :
(1) Substansi, (2) Struktur dan (3) Kultur. Manajemen hukum memikirkan
bagaimana mendayagunakan sumber daya dalam masyarakat untuk mengatur
masyarakat melalui hukum. kultur hukum adalah nilai dan sikap dalam masyarakat
mengenai hukum.
Untuk menganalisa lebih tajam apa sebanarnya hukum, maknanya,
peranannya, dampaknya dalam proses interaksi dalam masyarakat, perlu dipelajari 10
aspek penganalisa yaitau :
0 Jangan mengidentifikasikan “hukum” dengan “kebenaran keadilan”.
1 Tidak dengan sendirinya harus adil dan benar
2 Hukum tetap mengabdikan diri untuk menjamin kegiatan masa sistem dan
bentuk pemerintahan.
3 Meskipun mengandung unsur keadilan atau kebaikan tidak selamanya disambut
dengan tangan terbuka.
4 Hukum dapat diidentifikasikan dengan kekuatan atas kekuasaan
5 Macam-macam hukum terlalu dipukulratakan.
6 Jangan apriori bahwa hukum adat lebih baik dari hukum tertulis.
7 Jangan mencampur adukkan substansi hukum dengan cara atau proses sampai
terbentuk dasar diundangkannya hukum.
8 Jangan mencampur adaukkan “law in activis” dengan “law in books” dari
aparat penegak hukum.

48
9 Jangan menganggap sama aspek terjang penegak hukum dengan hukum.
Oleh karena itu hukum tidak dapat dipahami tanpa perhatian factor social
budaya dan struktur Negara, dan masyarakat tidak mungkin bermakna dan berada
tanpa hukum, mulai bayi sampai dewasa, menikah dan meninggal dunia perlu
ketentuan perundang-undangan yang mengatur, bahkan “masuk surga” sekalipun.
Bagi masyarakat modern atau masyarakat primitive, hukum akan selalu
berfungsi, sebab hukum dapat diartikan sebagai hukum tertulis dan tidak tertulis.
Tidak tertulisnya hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan tidak
mengurangi keberadaan dan kehadiran hukum. hanya bentuk, perwujudan dan
penampilannya yanag tidak dapat dibayangkan seperti pada masyarakat sekarang.
Apakah hukum itu dalam embrionya bertumbuh dari cara (usage) menuju ke
kebiasaan (folk-ways), terus ke kelakukan (costum), untuk kemudian ke hukum adat,
dan entah dari tahap mana dan kapan hukum tertuilis menampakkan diri, dalam
menganalisa adanya pencampur-adukan menganalisir hukum sampai
diungkapkannya hukum, perlu dimiliki pengetahuan social, budaya dan struktur
masyarakat Indonesia serta melepaskan diri dari prasangka atau praduga tak bersalah.
1 Negara
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai organisasi, Negara dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan serta dapat menetapkan tujuan hidup
bersama. Dengan perkataan lain, Negara mempunyai 2 tugas utama, yaitu :
1) Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang
bertentangan satu dengan lainnya.
2) Mengatur dan menyatukan kegiatan manusia dan gologan untuk menciptakan
tujuan bersama yang disesuaikan dan diarahkan pada tujuan Negara.
0 Sifat sifat Negara
Sebagai organisasi kekuasaan tertinggi, Negara mempunyai sifat khusus yang
tidak melekat pada organisasi lain. Sifat tersebut melekat pada Negara karena
penjelmaan ( manisfestasi) dari kedaulatan yang dimiliki. Adapun sifat tersebut
adalah :
0 Sifat memaksa, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan
kekerasan fisik secra legal agar tercapai ketertiban dalam masyarakat dan
mencegah timbulnya anrkhi
1 Sifat monopoli, artinya Negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam
menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
2 Sifat mencakup semua, artinya semua peraturan peerundang-undangan
mengenai semua orang tanpa terkecuali.

1 Bentuk Negara
Dari erat tidaknya serta sifat hubungan suatu Negara ke dalam maupun ke
luar, dapat kita bedakan antara bentuk negara dan bentuk kenegaraan. Disebut bentuk
Negara jika hubungan suatu Negara ke dalam (dengan daerah-daerahnya) maupun ke
luar (dengan Negara lain) ikatannya merupakan suatu Negara. Sedang bentuk

49
kenegaraan ialah jika hubungan ke dalam maupun ke luarnya, ikatannya bukan
merupakan suatu Negara.
Dalam teori modern sekarang ini, bentuk Negara yang terpenting adalah :
Negara Kesatuan dan Negara Serikat.
0 Negara Kesatuan (unitarisme)
Adalah suatu Negara yang merdeka dan berdaulat, di mana kekuasaan untuk
mengurus seluruh pemerintahan dalam Negara itu berada pada Pusat.
Ada 2 macam bentuk Negara Kesatuan, yaitu :
0 Negara Kesatuan dengan system sentralisasi. Di dalam system ini, segala
sesuatu dalam Negara langsung diatur dan diurus Pemerintah Pusat. Dengan kata
lain, Pemerintah Pusat memegang seluruh kekuasaan dalam Negara.
Keuntungannya :
29 Adanya peraturan yang sama di seluruh Negara
30 Penghasilan daerah dapat digunakan untuk keperluan seluruh Negara.
Kerugiannya :
31 Menumpuknya pekerjaan di Pemerintah Pusat
32 Terlambatnya putusan-putusan dari pusat
33 Keputusan sering tidak cocok dengan keadaan daerah
34 Rakyat kurang mendapat kesempatan untuk turut serta dan bertanggung
jawab terhadap daerah.
1 Negara Kesatuan dengan system desentralisasi. Di dalam system ini, daerah
diberi kewenangan untuk mengtur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
1 Negara Serikat (Negara Fedarasi)
Adalah negara, yang terjadi dari penggabungan beberapa Negara yang semula
berdiri sendiri sebagai Negara yang merdeka, berdaulat, ke dalam suatu ikatan
kerjasama yang efektif untuk melaksanakan urusan secara bersama. Setelah
menggabungkan diri masing-masing Negara itu melepaskan sebagian kekuasaan dan
menyerahkan kepada Negara Federalnya. Kekuasaan yang diserahkan disebutkan
secara satu persatu (limitative) dan hanya kekuasaan yang disebut itulah yang
diserahkan. Dengan demikian, kekuasaan asli ada pada Negara bagian. Dan biasanya
yang diserahkan adalah urusan luar negari-urusan pertahanan Negara dan keuangan.

Perbedaan antara Negara Kesatuan yang didesentralisir dengan Negara Serikat:

Negara Kesatuan yang didesentralisir Negara serikat


Asal usulnya :
Ada Negara kesatuan dahulu baru Ada Negara bagian terlebih dahulu,
Kemudian dibentuk daerah otonomi baru membentuk Negara serikat
Kewenangan membuat UUD
Hanya ada satu pembuat UUD yaitu Ada 2 pembuat UUD yaitu Pemerintah
Pemerintah Pusat Federal dan Pemerintah Negara Bagian.
Sehingga ada UUD yang berlaku

50
Sumber wewenang
Pemerintah Pusat yang didistribusikan Pemerintah Negara Bagian yang dikon
tribusikan pada Pemerintah Federal

Sedang bentuk kenegaraan yang kita kenal dewasa ini ialah :


(1) Negara Dominion
Bentuk ini khusus hanya terdapat dalam lingkungan ketatanegaraan Kerajaan
Inggris. Negara dominion semua adalah jajahan Inggris, tetapi setelah merdeka
tetap menakui Raja Inggris sebagai rajanya. Negara-negara dominion tergabung
dalam suatu gabungan yang bernama “the British Commonwealth of Nations”.
(2) Negara Uni
Adalah gabungan dari 2 atau beberapa negara yang mempunyai seorang Kepala
Negara.
Ada dua Negara Uni, Yaitu :
35 Uni riil, ialah apabila dua atau beberapa Negara berdasarkan suatu perjanjian,
mengadakan satu alat pemerintahan untuk menyelenggarakan kepentingan
bersana;
36 Uni Personil, ialah apabila dua atau beberapa Negara sercara kebetulan
mempunyai seorang Kepala Negara yang sama.
(3) Negara Protektorat
Ialah suatu Negara yang berada di bawah perlindungan Negara lain. Perlindungan
ini umumnya adalah turut campurnya negara pelindung dalam urusan Luar
Negari.

2 Unsur-unsur Negara
Untuk dapat dikatakan suatu Negara, Negara harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
0 Harus ada wilayahnya
1 Harus ada rakyatnya
2 Harus ada pemerintahnya
3 Harus ada tujuannya
4 Mempunyai kedaulatan
Ad. 1. Harus ada silayahnya
Setiap Negara mesti mempunyai suatu wilayah tertentu. wilayah itu terdiri
dari wilayah daratan, wilayah perairan (yang ditentukan dengan perjanjian) dan
wilayah udara (di atas darat dan lautan)
Batas-batas wilayah suatu Negara ditentukan dalam perjanjian dengan Negara
lain. Perjanjian itu disebut perjanjian antar Negara (internasional). Apabila dilakukan
antara dua negara disebut Perjanjian Bilateral, dan apabila dilakukan oleh banyak
Negara disebut Perjanjian Multilateral.
Ad. 2. Harus ada rakyatnya
Yang termasuk suatu Negara adalah semua orang yang ada di dalam wilayah
Negara. Dengan demikian rakyat suatu Negara dapat terdiri dari berbagai macam
golongan. Namun demikian, setiap orang yang ada dalam wilayah Negara itu harus
patuh kepada hukum dan Pemerintah Negara tersebut.
Ad. 3. Harus ada pemerintahnya

51
Sebagai suatu organisasi, maka Negara harus mempunyai badan yang berhak
mengatur dan berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat
warganya, yang disebut Pemerintah.
Ad. 4. Harus ada tujuannya
Bahwasanya Negara itu mempunyai tujuan adalah merupakan hal yang jelas,
bahkan tujuan Negara itu merupakan suatu hal yang sangat penting, karena segala
sesuatu dalam Negara itu akan diarahkan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan.
Atau dapat pula dikatakan bahwa negara itu merupakan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan bersama dari anggota-anggotanya
Adapun tujuan Negara itu bermacam-macam di antaranya adalah untuk :
(a) Perluasan kekuasaan semata
Negara yang mempunyai tujuan perluasan kekuasaan semata disebut Negara
Kekuasaan. Ajaran ini memberikan suatu anggapan bahwa kekuasaan itu berarti
kebenaran. Di dalam mencapai tujuan ini, maka Negara dan rakyat dipisahkan
dengan tegas, rakyat hanya merupakan alat dan menjadi korban belaka.
Tokohnya : Machiavelli dan Shang Yang.
(b) Perluasan kekuasaan untuk mencapa tujuan lain
Tujuan lain dari perluasan kekuasaan adalah untuk mengatur keamanan dan
ketertiban negara. Walaupun nanti dalam prakteknya keadaan negara tidak
berbeda dengan Negara Kekuasaan. Dengan perluasan kekuasaan Negara, maka
kebebasan dan kemerdekaan rakyat menjadi terbatas. Hal ini karena semua
lapangan kehidupan diawali, dijaga dan dicampuri oleh alat-alat kekuasaan
Negara, sehingga negara dengan tujuan ini disebut juga Negara Kepolisian.
(c) Penyelenggaraan Ketertiban hukum
Di sini Negara mempunyai tujuan ketertiban hukum dengan berdasarkan dan
berpedoman pada hukum. Dalam hal ini Pemerintah hanya menjaga jangan
sampai ketertiban itu terganggu, dan agar segala sesuatunya berjalan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu Negara itu disebut Negara hukum.
(d) Penyelenggaraan Kesejahteraan Umum
Walaupun kalau kita lihat, tujuan Negara hukum adalah juga untuk kesejahteraan
umum, tetapi negara yang bertujuan menyelenggarakan keserjahteraan umum
yang disebut Negara Kesejahteraan (Welfare State) ini ternyata lebih tegas
merumuskan daripada Negara hukum. Dalam Negara kesejahteraan, Negara
hanyalah merupakan alat dari manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan Negara Republik Indonesia
Walaupun ada beberapa terori tujuan Negara, namun yang menjadi tujuan
dari Pemerintah Negara Republik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea 4 : “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarakan …”
0 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, berarti
bahwa Negara Indonesia tidak mengadakan perbedaan terhadap suku, agama ras
dan golongan dalam membawa rakyatnya kearah tujuan yang dicita-citakan.

52
1 Memajukan kesejahteraan umum
Ini berarti bahwa negara Republik Indonesia menghendaki agar semua warga
dapat mengenyam kesejahteraaan, bukan hanya dinikmati oleh beberapa orang
atau segolongan orang tertentu saja.
2 Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kemajuan dunia dewasa ini menyadarkan usaha pemerintah Indonesia untuk
lebih mempergiat usaha dalam lapangan pendidikan.
3 Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Sejak Indonesia mencapai kemerdekaannya, maka tidak henti-hentinya
pemerintah dan bangsa Indonesia membantu perjuangan bangsa-bangsa yang
dijajah. Di samping itu juga turut berusaha aktif meredakan keteganan dunia
yang mengancam ketertiban dan perdamaian.
Ad. 5 Mempunyai kedaulatan / kemerdekaan
Kedaulatan merupakan unsur penting dalam suatu negara, karena kedaulatan
ini yang membedaan organisasi Negara-dan organisasi/perkumpulan lainnya.
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Olehkarena itu Negara mempunyai
kekuasaan tertingngi untuk memaksa rakyatnya mentaati dan melaksanakan
peraturan-peraturan (kedaulatan ke dalam )
Disamping itu Negara juga harus mempertahankan kemerdekaannya yang
telah dimiliki serta mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereighnity).
Untuk itu Negara menuntut kesetiaan dan mutlak dari warganya.

0 Sifat-sifat Kedaulatan
0 Permanen
Artinya walau badan yang memegang kedaultan itu berganti, kedaulatan
negara masih tetap ada. Kedaulatan hanya akan lenyap bersama dengan
lenyapnya Negara.
1 Absolut
Artinya di dalam negara tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan
negara.
2 Tidak terbagi bagi
Walaupun kekuasaan pemerintahan memang dapat dibagi-bagi, tetapi
kekuasaan tertinggi dari Negara tetap tidak dapaa dibagi-bagi
3 Tidak terbatas
Berarti kedaulatan suatu Negara itu meliputi setiap orang dan setiap golongan
yang ada dalam suatu Negara tanpa terkecuali.
1 Sumber Kedaulatan
(1) Teori kedaulatan Tuhan
Menurut teori ini segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan,
maka terbentuknya negara pun atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu
Pemerintah wajib menggunakan kedaultan tersebut sesuai dengan kehendak
Tuhan.

53
(2) Teori Kedaulatan Rakyat

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2
3
4
5

feder
.

54
55
56
57
58
59
60
61

Anda mungkin juga menyukai