Anda di halaman 1dari 12

Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

KAJIAN STANDAR UJI TANPA MERUSAK UNTUK MEMPREDIKSI


SISA UMUR PIPA/TUBES BOILER DAN REFORMER

Oleh
Ilham Hatta1

Abstrak
Saat ini kondisi pembangkit listrik tenaga uap dan pengolahan migas yang menggunakan
tubes boiler dan tubes reformer sudah mendekati batas umur disain dan bahkan sudah
banyak yang diganti, sehingga diperlukan adanya suatu kajian standar uji tanpa merusak
untuk memprediksi sisa umur tubes yang masih beroperasi hingga sekarang. Uji tanpa
merusak (UTM) merupakan suatu teknik pengujian atau inpeksi langsung untuk mendeteksi
terjadinya cacat atau perubahan dimensi yang terjadi pada komponen atau material,
dimana kondisi benda uji masih tetap utuh atau tidak terjadi kerusakan sama sekali setelah
dilakukan pengujian. Kajian standar uji tanpa merusak sangat dibutuhkan untuk mengkaji
atau memprediksi sisa umur tubes/pipa yang telah beroperasi pada suhu tinggi, karena telah
terjadi perubahan dimensi atau cacat baik yang tampak maupun yang tidak tampak
dengan mata. UTM terhadap tubes/pipa boiler atau reformer dilakukan dengan metode
replika (perubahan struktur mikro), pengukuran perubahan diameter luar dengan alat creep
meter, pengukuran Loss of Attenuation dengan alat ultrasonic through transmission atau
dengan pengukuran sisa ketebalan tubes/pipa menggunakan wall thickness meter ultrasonic
system. Aplikasi UTM untuk memprediksi sisa umur dilakukan pada unit pembangkit listrik
tenaga uap khusus untuk tubes boiler dan pada unit pengolahan migas khusus untuk tube
reformer. Kedua bentuk dan material yang digunakan, serta produk yang dihasilkan untuk
tubes / pipa ini sangat berbeda. Khusus untuk tubes boiler diameternya kurang 10 cm,
materialnya terbuat dari baja paduan rendah dengan struktur mikro baja feritik dan yang
dihasilkan adalah uap air, sedangkan pada tubes reformer diameternya antara 11 cm s/d 13
cm, materialnya terbuat dari baja paduan tinggi dengan struktur mikro baja austenitik dan
yang dihasilkan adalah bahan bakar hidrogen (H2). Hasil aplikasi UTM terhadap tubes/pipa
boiler menunjukkan bahwa sisa umur hasil prediksi sebesar 36 tahun, sedangkan sisa umur
tubes reformer diprediksi hanya tersisa 6,5 tahun. Dengan adanya hasil penelitian ini
diharapkan kondisi pembangkit listrik dan pengolahan migas yang ada di Indonesia tetap
berproduksi sesuai dengan harapan bangsa, dan sebelum terjadi kerusakan terlebih dahulu
di servis atau diganti, karena sisa umur telah dihitung atau diprediksi.

Kata kunci : Tubes reformer, boiler, migas, pipa, sisa umur, Uji Tanpa Merusak (UTM)

1
Peneliti di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) - BPPT

1
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

I PEND AHULU AN

komponen yang beroperasi pada suhu tinggi umumnya dioperasikan pada suhu
0,4 ÷ 0,5 kali titik cair dari bahan tersebut dalam derajat Kelvin), dengan batasan
umur disain 100.000 jam (Reformer) hingga 300.000 jam (boiler) dan tentunya harus
dioperasikan dalam kondisi aman[1,2]. Pada kenyataannya banyak komponen yang
beroperasi pada suhu tinggi meledak sebelum umur disainnya tercapai, sehingga
mengakibatkan kerugian dan kecelakaan yang cukup besar. Untuk menghindari hal
tersebut, maka sumber penyebab kerusakan harus ditemukan sedini mungkin, dan
bahkan dikatakan terlambat apabila telah ditemukan salah satu dari komponen
dalam kondisi cacat atau rusak[2]. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut,
maka perhatian industriawan yang bergerak dalam bidang migas atau pembangkit
listrik tenaga uap, keamanan dan kelayakan operasi terhadap suatu peralatan atau
komponen, berkembang kearah tinjauan terhadap umur operasi, sebab komponen
yang telah beroperasi pada suhu tinggi, kondisinya sudah mengalami perubahan
secara perlahan-lahan, sehingga terjadi pengurangan/fraksi umur terhadap umur
disainnya. Untuk mengoptimalkan umur operasi suatu komponen, maka tentunya
tatacara pengoperasian peralatan tersebut harus sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP). Tatacara ini harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dan
tentunya dengan dukungan alat kontrol suhu, tekanan dan gaya yang benar dan
akurat. Untuk memprediksi sisa umur suatu komponen, yang beroperasi pada suhu
tinggi khususnya tubes atau pipa, dibutuhkan suatu teknik yang sudah standar dan
diakui, agar hasil prediksinya lebih akurat dan terpercaya. Teknik untuk memprediksi
sisa umur dapat dilakukan dengan uji merusak dan uji tanpa merusak. Pada makalah
disajikan suatu kajian standar uji tanpa merusak (UTM) untuk memprediksi sisa umur
tube/pipa boiler dan reformer yang beroperasi pada suhu tinggi (Gambar 1), melalui
pendekatan yang telah distandarkan atau disepakati berdasarkan pengalaman
asosiasi yang bergerak dalam industri petrokimia, pupuk, migas, dan pembangkit
listrik tenaga uap.
Teknik pendekatan yang digunakan adalah teknik replika, yaitu melihat
perubahan struktur mikro material yang terjadi pada material tube/pipa tersebut,
teknik pengukuran OD terhadap tube/pipa yang terpasang dengan alat circometer
atau creepmeter, teknik pengukuran loss of attenuation melihat perubahan pantulan
gelombang ultrasonik yang terjadi pada permukaan tube/pipa menggunakan alat
ultrasonic through transmission. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan
kondisi pembangkit listrik dan pengolahan migas yang ada di Indonesia tetap
berproduksi sesuai dengan harapan bangsa, dan sebelum terjadi kerusakan terlebih
dahulu di servis atau diganti, karena sisa umur telah dihitung atau diprediksi.

2
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Gambar 1 Bentuk Tubes/Pipa Reformer (Atas) dan Bentuk Tubes/Pipa Boiler


(Bawah) yang Sedang Di uji Tanpa Merusak (UTM)
Tujuan Penelitian
a. Membantu pengambil kebijakan/keputusan pada industri migas dan
pembangkit listrik untuk mengkaji sisa umur pipa/tubes yang masih
dioperasikan hingga saat ini.
b. Menjaga sedini mungkin terjadinya kerusakan yang lebih fatal.
c. Mengaplikasikan hasil kajian standar acuan yang telah disepakati bersama
antara penanggung jawab asosiasi dengan pelaku industri yang
mengoperasikan pipa/tubes.
d. Memprediksi waktu kerusakan sehingga berdasarkan informasi tersebut
dapat dibuat jadwal perawatan, perbaikan (T/A) dan penggantian
komponen yang lebih efektif, mengingat proses pengadaan pipa/tubes
membutuhkan delivery time yang cukup lama.

Obyek Penelitian dan Tata Kerja


Sebagai obyek penelitian untuk memprediksi sisa umur, adalah tube/pipa boiler dan
reformer yang berada pada industri pembangkit listrik tenaga uap dan industri migas.
Metode atau tata kerja berdasarkan kajian standar yang ada untuk memprediksi sisa
umur, adalah mengumpulkan data hasil pemeriksaan struktur mikro tubes/pipa yang
sedang terpasang pada boiler dan reformer melalui teknik replika dengan
pendekatan yang diberikan oleh Wedel dan Neubauer (Creep Cavitations) [3], serta

3
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Toft dan Mardsen (Spheroidization of pearlite & Carbide particles) [4]. Pengukuran
panjang keliling diameter luar tube / pipa juga dilakukan dengan alat circometer, dan
untuk menghitung sisa umur digunakan pendekatan yang telah disepakati oleh
APPI (Assosiasi Produsen Pupuk Indonesia). Pengukuran loss of attenuation juga
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memprediksi sisa umur, yaitu
dengan menggunakan alat ultrasonic through transmission dan berdasarkan
pendekatan yang disepakati oleh APPI dan Madras Fertilizer Ltd, India, serta
referensi data release issued dari Foster Wheeler[5,6].
Semua hasil pengukuran dan pemeriksaan tersebut selanjutnya dihitung dan
dikomparasi dengan pendekatan yang ada pada literatur atau kajian standar yang
ada. Hasil perhitungan ini selanjutnya digunakan untuk memprediksi waktu
kerusakan atau sisa umur, sehingga berdasarkan informasi tersebut dapat dibuat
jadwal perawatan, perbaikan dan penggantian tubes/pipa yang lebih efektif,
mengingat proses pengadaan tubes/pipa membutuhkan waktu pengiriman yang
cukup lama, karena umumnya produsen tubes / pipa untuk suhu tinggi adanya diluar
negeri[7,8].
Teknik replika dilaksanakan berdasarkan standar ASTM E. 1351-90 tentang
“ Standard Practice for Production and Evaluation of Field Metallographic Replicas.
Pengambilan gambar dalam bentuk strukturmikro pada permukaan bagian luar dari
tubes/pipa atau komponen yang lainnya dengan menggunakan plastik khusus untuk
replika[1,8]. Sebelum pengambilan gambar dilakukan, terlebih dahulu sisi permukaan
luar tube/pipa dihaluskan dengan menggunakan kertas amplas dari grade yang
kasar (60 mesh) hingga yang terhalus (1200 mesh), dan hasilnya harus sehalus
permukaan cermin, setelah itu dietsa untuk menampakkan batas dan bentuk butiran.
Akhirnya plastik replika yang telah diberi cairan khusus (semacam Aseton)
dilekatkan pada permukaan tersebut dan ditekan dengan ibu jari. Hasil replika ini
selanjutnya diamati melalui mikroskop optik, dan difoto hingga perbesaran 200 kali.
Gambar yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan gambar yang disajikan
pada Tabel 1 dan 2. Gambar tersebut merupakan kelas/stadium kerusakan creep
berdasarkan pendekatan Wedel dan Neubauer (Creep Cavitations), serta Toft dan
Mardsen (Spheroidization of pearlite & Carbide particles).
Wedel dan Neubauer[2,3] membagi kerusakan batas butir struktur mikro suatu
material menjadi 5 kelas (Tabel 1), yaitu kelas A berarti tidak ada kerusakan, B
berarti ada rongga terisolasi dengan prakiraan fraksi umur (t/tR) sekitar 0,12, C
berarti rongga mulai terarah perkembangannya dan nilai (t/tR) sekitar 0,46, D berarti
telah terjadi retak mikro dengan dimensi kerusakan kurang dari 2 mm dan nilai (t/tR)
sekitar 0,50, E berarti retak makro dimensinya lebih besar atau sama dengan 2 mm.
Rumus pendekatan yang dibuat oleh Wedel dan Neubauer[2,3] adalah:
trem = texp ( tR / texp - 1)999.(1)
di mana: trem adalah waktu sisa umur, texp adalah waktu operasi yang telah
digunakan tanpa mengalami kerusakan dan tR adalah waktu operasi hingga
mengalami kerusakan, sedangkan (texp / tR) adalah nilai fraksi umur yang kadang-

4
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

kadang ditulis (t / tR), sedangkan Toft dan Mardsen[2,4] (Spheroidization of pearlite


& Carbide particles) membagi perubahan struktur mikro suatu material menjadi 6
kelas (Tabel 2), masing-masing kelas mempunyai nilai, yaitu untuk kelas A nilai P = -
10,17, kelas B nilai P = -11,32, kelas C nilai P = -11,56, kelas D nilai P = -11,69,
kelas E nilai P = -11,95, dan kelas F nilai P = -12,17, sedangkan rumus pendekatan
yang digunakan oleh Toft dan Mardsen, menggunakan persamaan parameter
Sherby-Dorn, yaitu:
P = log t - ( C / T)9.......(2)
di mana : P = nilai parameter Toft dan Mardsen, t adalah prediksi sisa umur operasi
[jam], C = 12.370, adalah konstanta, sedangkan T adalah suhu operasi dalam
derajat Kelvin [K].
Tabel 1 Klasifikasi Cacat Rongga (Cavity)
Berdasarkan Wedel dan Neubauer [2,3]
Class/ Stadium
Nature Action
A No Creep Defect None
B A few Cavities Reinspection after approx. 20.000 service hour
C Coalescent Reinspection after approx. 15.000 service hour
Cavities
D Creep Cracks Reinspection after approx. 10.000 service hour
(Micro)
E Creep Cracks Management must be informed immediately grinding
(Mark) to determine crack depth

Formation of
Creep Cracks

Stadium A B C D E

Teknik pengukuran OD (creep meter), merupakan suatu teknik yang dapat


digunakan untuk memprediksi sisa umur tube/pipa, melalui pengukuran panjang
keliling diameter luar tube / pipa dengan menggunakan circometer[5,6].

5
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Tabel 2 Klasifikasi Perubahan Bentuk Struktur Mikro Berdasarkan Toft dan


Mardsen[2,4]

Hasil pengukuran ini digunakan untuk menghitung prosentase besarnya


pertambahan panjang keliling diameter luar tube /pipa yang telah beroperasi, dengan
menggunakan rumus berikut ini :

PL - PD
EC = x 100 % AAA.(3)
PD

di mana EC = expansion creep, PL = panjang keliling diameter luar tube/pipa hasil


pengukuran dan diambil yang terpanjang, dan PD = panjang keliling diameter luar
tube/pipa sebelum digunakan atau dioperasikan. Nilai expansion creep, berdasarkan
pengalaman dan kesepakatan POKJA Inpeksi & Korosi semua pabrik pupuk yang
terhimpun dalam Assosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) maksimum 5%,
artinya bila hasil perhitungan nilai expansion creep melebihi 5%, maka tube tersebut
harus segera di potong atau tidak dapat dioperasikan lagi, sedangkan pada industri
migas dengan kondisi expansion creep 8% masih dapat dioperasikan dan cukup
aman[5,6,7].

6
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Selanjutnya cara lain yang dapat digunakan untuk menghitung sisa umur
tube/pipa adalah:

RLT = di mana PC = AAA.(4)

di mana: RLT = prediksi sisa umur [tahun], PC = pengembangan panjang keliling


diameter luar tube / pipa [mm/tahun], C0 = ukuran awal panjang keliling diameter luar
tube/pipa [mm], C1 = ukuran aktual panjang keliling diameter luar tube/pipa setelah
dioperasikan [mm], C2 = ukuran panjang keliling diameter luar tube/pipa yang di
ijinkan, dan masih terpasang pada reformer [mm], t = lama tube dioperasikan [tahun].
Teknik pengukuran loss of attenuation merupakan salahsatu teknik yang dapat
digunakan untuk memprediksi sisa umur tube[6], dengan menggunakan alat
ultrasonic through transmission.
Alat ultrasonic through transmission digunakan untuk mengukur besarnya loss
of attenuation dalam desibel (dB) pada setiap tube/pipa, akan tetapi sebelum
pengukuran dilakukan pada tube, terlebih dahulu dilakukan pengukuran desibel
normal kalibrasi (N) pada tube yang masih baru (belum dioperasikan). Nilai ini
nantinya merupakan batasan minimum, untuk menjastifikasi besar nilai loss of
ettenuation.
Berdasarkan kesepakatan bersama yang tertuang dalam Assosiasi Produsen
Pupuk Indonesia (APPI) dan korelasi loss of attenuation dari Madras Fertilizer Ltd,
India, serta referensi data release issued dari Foster Wheeler, diketahui bahwa untuk
menjastifikasi hasil pengukuran loss of attenuation dengan sisa umur dari tube / pipa
reformer dibagi dalam 4 kelas, yaitu kelas A, B1, B2 dan C (tabel 3).
Selanjutnya berdasarkan pengalaman dan kesepakatan itu, maka dibuatlah
pendekatan untuk menghitung sisa umur dengan menggunakan rumus[6]:
RLT = DLT - F ..........(5)
di mana: RLT = prediksi sisa umur [tahun], DLT = umur disain dari produsen [tahun],
dan F = nilai faktor untuk masing-masing kelas, untuk A = 2 tahun, B1 = 4 tahun, B2
= 7 tahun, dan C = 12 tahun.
Tabel 3 Hasil Kesepakatan Bersama Yang Tertuang dalam APPI Mengenai
Korelasi Antara Loss of Attenuation dengan Kondisi Tubes yang Masih
Beroperasi[5,7]
Loss of
Attenuation
Grade Kondisi Tube
N +9[dB]
Tidak ada cacat, adanya variasi perubahan, akibat :
0÷6 A 1. Kondisi permukaan luar yang kasar
2. Homogenitas ukuran butir (grain) yang tidak merata
3. Gangguan pada couplant
1. Awal terjadinya cacat, biasanya telah terjadi middle fissure
dan belum merambat ke permukaan

7
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

Loss of
Attenuation
Grade Kondisi Tube
N +9[dB]
6 ÷ 14 B1 2. Estimasi umur tube ± 50 % dari disain jam operasi

1. Pada tingkat ini fissure (cacat) mulai merambat sesuai dengan


karakter material
14 ÷ 22 B2
2. Fissure telah berubah menjadi crack dan dapat di deteksi
dengan radiografi ( tanpa katalis didalam tube)
3. Estimasi umur tube yang tersisa ± 15.000 jam operasi
1. Level atenuasi yang lebih tinggi, keretakan dapat dilihat
dengan radiografi
22 ÷ 30 C
2. Estimasi umur tersisa 5.000 s/d 10.000 Jam
3. Sudah disarankan untuk diganti.

II HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil insitu metalografi dengan teknik replika, dilakukan terhadap sejumlah


pipa/tubes yang masih terpasang pada boiler pembangkit listrik tenaga uap dan telah
beroperasi selama kurang lebih 5,5 tahun. Dari 25 titik lokasi pengambilan sampel
yang diambil secara acak berada pada outlet secondary superheater, nampaknya
seluruh bentuk struktur mikro yang dihasilkan masih dalam kondisi baik (lihat gambar
1, bagian atas kiri dan kanan), karena belum terlihat adanya creep defect. Hal ini
menandakan bahwa bentuk struktur mikro hasil replika ini masih masuk dalam
kategori kelas A ( lihat tabel berdasarkan Toft dan Mardsen).
Sedangkan hasil Insitu metalografi yang dilakukan di unit pengolahan migas
terhadap sejumlah pipa / tubes yang telah beroperasi selama kurang lebih 5,5 tahun.
Dari 15 titik lokasi pengambilan sampel yang diambil secara random disajikan pada
gambar 1 bagian bawah kiri dan kanan.

Gambar 1 Bentuk Struktur Mikro tubes boiler, Perbesaran 500x, etsa nital 5%
(atas) dan Tubes Reformer, Perbesaran 200 x, etsa : aqua regia (bawah).

Dari semua gambar bentuk struktur mikro yang dihasilkan, disajikan yang
cukup mewakili dan lebih kritis kondisinya dengan yang lainnya. Nampak bahwa
bentuk struktur mikronya telah mengalami cacat berupa void berbentuk globular

8
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

cavity dan berdasarkan klasifikasi bentuk rongga menurut Wedel dan Neubauer
bentuk struktur mikronya masuk dalam kelas C, dimana tube reformer tersebut
sebaiknya di inspeksi ulang kira-kira setelah mencapai 15.000 jam operasi. Untuk
memprediksi sisa umur tubes boiler dan reformer, maka rumus pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Khusus untuk tubes boiler, rumusnya adalah: P = log t - ( C / T), dimana
nilai C = 12.370, dan suhu operasinya T = 490 0C atau T = 490 + 273 = 763 K,
sedangkan nilai P berdasarkan bentuk struktur mikro yang dihasilkan dari insitu
metalografi (UTM) P = - 10,71, sehingga dihasilkan sisa umur tubes boiler:
log t = (C/T) + P = (12.370/763) – 10,71
log t = 16,21 – 10,71 = 5,5 t = 316.227 jam = 36 tahun
Untuk tubes reformer rumus pendekatannya adalah: trem = texp ( tR / texp - 1),
dimana texp = 5,5 tahun dan berdasarkan hasil insitu metalografi, bentuk struktur
mikro tube reformer di klasifikasikan dalam kelas C dengan nilai (t/tR) = 0,46 dan nilai
(t/tR) = texp / tR, jadi sisa umur tubes reformer adalah: trem = 5,5 ( = 6,5
tahun.
Hasil pengukuran loss of attenuation yang dilakukan terhadap 15 batang tube
reformer, menunjukkan bahwa rata-rata tube yang diperiksa nilai loss of attenuation
sama dengan 7, artinya klasifikasi berdasarkan pendekatan APPI masuk dalam
grade B1 dengan nilai konstante F = 4 tahun. Sedangkan berdasarkan literatur,
dijelaskan bahwa umur disain tube reformer, adalah 100.000 jam = 11,4 tahun,
karena adanya fraksi umur terhadap tube setelah beroperasi selama 5,5 tahun, maka
DLT = 10,4 tahun. Jadi untuk menghitung sisa umur tube (RLT), jika menggunakan
pendekatan ini didapatkan:

RLT = DLT - F RLT = 10,4 – 4 = 6,4 tahun

Hasil Pengukuran bulging (Pengembangan panjang keliling diameter luar


tube) yang dilakukan pada tube reformer hydrogen plant terhadap 15 batang tube
yang masih terpasang mempunyai nilai rata-rata C1 = 456,6 mm, setelah
dioperasikan selama 5,5 tahun. Dan diketahui bahwa ukuran awal panjang keliling
diameter luar tube ini, C0 = 438 mm (dari produsen), dan batas maksimum panjang
keliling diameter luar tube hanya 5% atau C2 = 460 mm. Jadi untuk menghitung sisa

umur tube berdasarkan pendekatan yang dibuat oleh APPI, adalah : PC =

= = 3,382 mm/ tahun

RLT = = = 6,5 tahun (sisa umur)

Dari hasil analisis ini menunjukkan bahwa aplikasi uji tanpa merusak (UTM)
dengan teknik replika, pengukuran loss of attenuation dan pengukuran besarnya

9
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

bulging yang terjadi dapat di gunakan untuk memprediksi sisa umur dari tubes atau
pipa yang beroperasi pada suhu tinggi, terutama pada unit pengolahan migas, pupuk,
petrokimia dan pembangkit listrik tenaga uap. Berdasarkan ERA Teknologi[1]
dinyatakan bahwa, keuntungan yang dapat dicapai bila melaksanakan pengkajian
atau prediksi sisa umur terhadap peralatan atau komponen yang beroperasi pada
suhu tinggi, adalah:
a. Frekuensi inspeksi jadi optimal, karena keamanan dan kehandalan meningkat,
serta dapat memperpanjang umur dari komponen (tubes atau pipa)
b. Kerusakan dapat diprediksi setelah beroperasi dalam jangka waktu tertentu
dan dapat dijadualkan umur pemakaian selanjutnya/rencana perbaikannya.
c. Pengaruh dari berbagai kemungkinan kondisi operasi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
Sedangkan faktor yang menyebabkan besarnya fraksi umur atau pengurangan sisa
umur pada material atau komponen yang beroperasi pada suhu tinggi[7,8], adalah:
a. Seringnya start-stop, sebab pada saat di stop kemungkinan yang dapat
dialami oleh pipa/tubes boiler dan reformer, adalah laju pendinginan yang
sangat cepat, sehingga merubah bentuk dan karakter struktur mikro material
pipa/ tubes, dari liat menjadi keras dan getas. Ini dapat terjadi, apabila jendela
yang terdapat pada boiler/reformer cepat-cepat dibuka dan tidak
memperhitungkan arah dan kencangnya angin yang berhembus, karena pada
umumnya kilang pengolahan migas, pupuk dan pembangkit listrik berada tidak
jauh dari garis pantai. Pada saat di start kemungkinan yang dapat dialami oleh
pipa/tube adalah tekanan-tekanan akibat gaya turbulensi aliran uap/gas yang
mengalir pada pipa/tube, sehingga mengakibatkan cacat awal (initial crack)
pada bagian sisi dalam.
b. Kontrol suhu dan gaya (counter weight) pada pipa/tube yang kurang akurat,
bila alat pengontrol suhu kurang akurat, artinya didalam firebox atau furnace
terjadi suhu tidak seragam, dan hal ini tergantung dari disain boiler/reformer
yang ada, disamping itu thermocouple yang ada pada furnace tidak selalu
tepat mewakili suhu yang terbaca pada kontrol room atau yang dialami pada
pipa/tube, maka dapat terjadi over heating pada titik-titik atau lokasi tertentu
dari pipa/tube yang ada pada boiler/reformer. Over heating ini mempercepat
terjadinya creep model globular cavities dan mempercepat penjalaran retak
yang telah terjadi sebelumnya, serta menimbulkan oksidasi dan serangan
korosi suhu tinggi (intergranular high temperature corrosion). Sedangkan bila
alat pengontrol gaya (counter weight) kurang akurat, maka dapat
mempercepat terjadinya kerusakan creep model wedge cavities, dan
perpaduan antara suhu tinggi dan gaya yang kurang akurat mengakibatkan
terjadi pembengkokan yang tidak beraturan dengan sangat cepat pada
pipa/tube.

10
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

c. Pengaruh lingkungan pada pipa/tube yang sangat korosif dapat


memperpendek umur pipa/tube, biasanya ini terjadi bila kontrol cairan yang
akan dimasukkan kedalam pipa/tube tidak terkontrol dengan baik, akan tetapi
juga karena pengaruh suhu tinggi, sehingga unsur-unsur yang mempercepat
terjadinya korosi seperti Cl (chlor), H (hydrogen), O (oksigen), dan S (sulfur)
dapat dengan mudah masuk kedalam celah struktur mikro dan merusak
bentuk serta karakter struktur mikro. Biasanya pada suhu tinggi bentuk
kerusakan yang sering terjadi akibat pengaruh lingkungan, suhu dan waktu
adalah: carburization, sigma phase, hydrogen embrittlement, oksidasi, dan
lain-lain.

III KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan insitu metalografi dengan teknik replika, pengukuran loss of
attenuation dan kondisi bulging yang dilakukan terhadap pipa/tubes boiler reformer
hydrogen plant yang telah beroperasi pada suhu tinggi, dapat disimpulkan bahwa :
1. Standar acuan UTM dapat digunakan pada tubes/pipa boiler atau reformer,
untuk memprediksi sisa umur khususnya pada unit pengolahan migas, pupuk
dan pembangkit listrik tenaga uap.
2. Hasil prediksi sisa umur tubes boiler adalah 36 tahun, sedangkan untuk tubes
reformer sisa umurnya hanya 6,5 tahun.
3. Sisa umur operasi tubes/pipa boiler atau reformer sangat tergantung pada
suhu operasi.

IV DAFTAR PUSTAKA

1. BJ. Cane and John W. Remanent Life Assesment Seminar. ERA


Techonology Leatherhead-UK 22/23, September 1992
2. Viswanathan, R.,”Damage Mechanisms and Life Assessment of High-
Temperature Components”, ASM International, Metals Park, Ohio 1989. P.
218 - 234
3. Neubauer,B. and U. Wedel. Restlife Estimation of Creeping Components by
Means of Replica, In Advances In Life Prediction Methods, D.A. WoodFord
and J.R. White-Head, Ed., ASME, New York 1983. P. 307 – 314
4. Toft,L.H. and R.A. Mardsen.,”The Structure and Properties of % Cr – 0,5% Mo
Steel After Servis in CEGB Power Station, In Conference on Structural
Processes in Creep, JISI/JIM, London 1963. P.275
5. Haryadi, Mukson. Penerapan Metoda RLA terhadap komponen kritis dari
Refinery/Petrochemical Plant”, Bimbingan Keahlian Teknik Inspeksi Lanjutan,
1990

11
Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009

6. Pazsa, A.A. Permasalahan Reformer Pada PT. Pupuk Iskandar Muda. Diskusi
Ilmiah Terapan – I, Forum Fungsional B2TKS-BPPT, Puspiptek,25-26 Juli
2007, Hal. 9 - 12
7. Hatta, I. Aplikasi Uji Merusak dan Uji Tanpa Merusak Untuk Mengestimasi
Sisa Umur Tube Reformer Pada Unit Hydrogen Plant. Prosiding Eminex-ITB.
Bandung 2001.Hal V.1.1 – V.1.15
8. Hatta, I. Aplikasi Mikro Analisis Untuk Mengkaji Sisa Umur Dan Penyebab
Kerusakan Komponen Yang Beroperasi Pada Suhu Tinggi. Jurnal Mikroskopi
dan Mikroanalisis, ISSM, Vol. 5 No.1, BATAN, Puspiptek 2002. Hal 15 – 24

12

Anda mungkin juga menyukai