0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
525 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang diagram Ishikawa, yaitu alat bantu manajemen mutu yang menggambarkan sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama suatu masalah dan hubungan antar penyebab. Metode penyusunan diagram Ishikawa meliputi penentuan masalah utama, faktor penyebab primer, pengembangan faktor sekunder dan tersier, serta evaluasi penyebab yang dapat dikont
Dokumen tersebut membahas tentang diagram Ishikawa, yaitu alat bantu manajemen mutu yang menggambarkan sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama suatu masalah dan hubungan antar penyebab. Metode penyusunan diagram Ishikawa meliputi penentuan masalah utama, faktor penyebab primer, pengembangan faktor sekunder dan tersier, serta evaluasi penyebab yang dapat dikont
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai TXT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang diagram Ishikawa, yaitu alat bantu manajemen mutu yang menggambarkan sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi penyebab utama suatu masalah dan hubungan antar penyebab. Metode penyusunan diagram Ishikawa meliputi penentuan masalah utama, faktor penyebab primer, pengembangan faktor sekunder dan tersier, serta evaluasi penyebab yang dapat dikont
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai TXT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
FOOD QUALITY ASSURANCE COURSE GLOBAL DEVELOPMENT LEARNING NETWORK III. DIAGRAM ISHIKAWA 1. PENDAHULUAN Diagram tulang ikan (Fish Bond/Ishikawa diagram) pertama kali diperkenalkan oleh ahli management berkebangsaan Jepang yang bekerja di perusahaan Kawasaki bernama Kaoru Ishikawa pada sekitar awal tahun 1960. Oleh karena diagram ini berbentuk seperti tulang ikan. maka sering disebut juga diagram tulang ikan. Selain itu, karena penggunaannya untuk mengungkapkan semua kemungkinan faktor yang menjadi menyebab suatu masalah, maka dinamakan diagram sebab-akibat. Penyebab digolongkan ke dalam beberapa faktor yang diyakini sebagai sumber penyebab utama dari masalah. Penyebab utama ini ini biasanya sebanyak 4 faktor utama. Penyebab turunannya kemudian disusun berdasarkan hirarki kepentingannya atau menurut detilnya, sehingga mampu mengungkap dan menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi antar golongan penyebab itu. Dengan demikian, diagram ini akan sangat bermanfaat untuk menelusuri akar permasalahan, mengidentifikasi daerahdaerah dimana dapat timbul masalah serius serta berguna untuk dipakai dalam membandingkan kepentingan relatif berbagai penyebab masalah tersebut. Contoh suatu diagram ishikawa diperlihatkan pada Gambar 2. yang dimaksudkan untuk dipergunakan menelusuri penyebab cacat pada produk nugget. Pada gambar terlihat bahwa penyebab digolongkan ke dalam 4 golongan utama yaitu:1). sumber daya manusia (SDM), 2). metoda, 3). material dan 4). mesin. Keempat penyebab utama ini juga membentuk 4 tulang ikan utama (tulang primer). Masing-masing tulang utama kemudian diuraikan menjadi tulang sekunder. Sebagai contoh pada tulang primer SDM, maka tulang sekunder terdiri dari: a). pendidikan, pengalaman dan disiplin, b). pendidikan dan keterampilan, c). prosedur kerja, lingkungan dan bonus. Keempat penyebab utama ini adalah faktor utama yang paling sering digunakan dalam menyusun diagram ishikawa yang bersifat analisis manufakturing. Sedangkan analisis sistem sosial (seperti adminisrasi dan jasa) biasanya menggunakan faktor peralatan (equipment), kebijakan (policies), prosedur (procedures), dan manusia (people). Pemilihan faktor penyebab utama tidaklah harus tertentu atau mengikuti kaidah khusus, meski demikian jumlahnya haruslah cukup logis sedemikian sehingga alur logis dapat ditelusuri menuju ke masalah utama yang diteliti. Salah satu dari keempat kelompok penyebab utama dapat saja dihilangkan jika commonsense mengatakan bahwa faktor tersebut tidaklah mungkin menjadi salah satu faktor penyebab. Beberapa alat bantu analisis seperti affinity diagram dapat pula digunakan untuk memilih faktor-faktor penyebab, yaitu dengan cara menggunakan judul-judul kelompok pada analisis affinitas sebagai faktor penyebab utama. Gambar 2. Diagram ishikawa 2. PENGERTIAN DIAGRAM ISHIKAWA Diagram ishikawa adalah grafik alat bantu manajemen (mutu) yang memaparkan dan menggambarkan sumber-sumber penyebab variasi suatu proses. Diagram ini disebut juga diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan. 3. TUJUAN Penyusunan diagram ishikawa bertujuan untuk mencari dan menemukan beberapa sumber masalah yang menjadi kunci penyebab suatu masalah. Sumber-sumber masalah yang teridentifikasi kemudian dijadikan target perbaikan. Diagram juga mengungkapkan hubungan hirarki antar faktor penyebab masalah menuju akibat yang ditimbulkannya. 4. PELAKSANAAN Bentuk umum diagram ishikawa adalah bentuk tulang ikan yang disertai berbagai tulang-tulang cabang dan ranting. sebagai berikut: Kepala ikan Cabang utama Ranting Anak Ranting Cabang utama Ranting Anak Ranting Untuk mendapatkan diagram ishikawa yang baik, penyusunan yang lancar dan mendapatkan hubungan sebab akibat yang runut, maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam rangka penyusunannya: a. Nyatakan problem yang akan ditelusuri penyebabnya, pastikan semua peserta memahami dan menyetujui permasalahan itu sebagai akibat utama. b. Tuliskan akibat utama (masalah utama) tersebut di dalam segi-empat pada posisi kepala ikan . c. Tuliskan ke 4 faktor penyebab primer yaitu SDM, metoda, material dan mesin pada masing-masing 4 cabang utama tulang ikan (jika proses yang dianalisis adalah proses manufakturing). d. Kembangkan tiap faktor primer tersebut ke dalam faktor penyebab sekunder. Kemudian faktor penyebab sekunder yang ditemukan dituliskan sebagai ranting pada cabang tulang ikan. e. Ulangi hal yang sama terhadap masing-masing ranting, yaitu kembangkan kemungkinan penyebab tersier dan susunlah ke dalam grafik berupa anak ranting dan seterusnya. f. Pertimbangkan untuk melakukan pemecahan ranting apabila anak ranting yang terbentuk terlalu bertumpuk. g. Periksa kembali semua penyebab yang telah dituliskan, hilangkan halhal yang mungkin merupakan suatu akibat (dengan demikian menjadi masalah lain), atau merupakan suatu gejala (dengan demikian menjadi tidak nyata karena tidak dapat diukur, dikontrol atau tidak spesifik). h. Ulangi pemeriksaan terhadap grafik yang diperoleh, eliminasi penyebab yang tidak dapat atau belum dapat diukur dan dikonrtrol atau dengan kata lain tidak dapat dilakukan perbaikan atas penyebab tersebut karena tidak spesifik. Selain itu lakukan penggantian istilah apabila ada istilah yang kurang tepat atau kurang spesifik. i. Usahakan agar penyebab-penyebab teridentifikasi yang tersisa juga merupakan proses variabel. Sehingga peningkatan dan perbaikan terhadap proses variabel tersebut akan dapat dipastikan memberikan dampak atau akibat yaitu berkurangnya masalah utama atau bahkan hilangnya masalah utama (yaitu masalah yang dituliskan pada posisi kepala tulang ikan). 5. Pustaka 1. Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices. CRC Press, NY. 2. [BOB] Bureau of Bussiness Practice. 1992. Handbook of Quality Standard and Compliance. Prentice Hall, Englewood City, NJ. 3. [BSN] National Standarization Agency - Badan Standarisasi Nasional-. 1998. SNI Standard compilation (Senarai-SNI). Jakarta. 4. Dillon, M and Griffith. C. 2001. Auditing in The Food Industry. CRC Press. England. 5. Hoyle, D. 1994. Quality System Handbook. Butterworth-Heinmann, Ltd. Oxford. 6. Kadarisman, D. Dan Wirakartakusumah, M.A. 1995. Standarization and food quality assurance development. Food Technology Bulletin, Vol. VI (1). 7. Knight, J.B. and Kotschevar, L.H. 2000. Quantity food Production and Planning, John Wiley and Sons. 8. Newslow, D. L. 2001. The ISO 9000 Quality System: Application in Food and Technology. Wiley Interscience, NY. 9. Tenner, A.R. and I.J. Detoro. 1992. Total Quality Management. Addison- Wesley Publishing Company.