(Penyakit Infeksi)
Modul I
Group XI
Nama NRP
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha
2010/2011
Fisiologi
Suhu kulit ≠ suhu inti, naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan
Di daerah preoptik hipotalamus terdapat heat sensitive neuron dan cold sensitive neuron yang
berfungsi sebagai sensor temperature dalam mekanisme kontrol suhu tubuh.
Suhu tubuh à hasil keseimbangan antara produksi panas (Heat product) & pengeluaran panas
(Heat loss) à keseimbangan diatur oleh hipothalamus
– vasodilatasi
– berkeringat
– vasokontriksi
Manusia mempunyai konsep set-point untuk pengaturan temperatur. Pada 37,1C (temperatur
inti tubuh yang kritis) kenaikan dan penurunan temperatur tubuh menyebabkan perubahan
drastis pada kecepatan kehilangan panas dan kecepatan pembentukan panas.
Demam
Disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang
mempengaruhi pusat-pengaturan temperatur.
Macam-macam demam
•
Demam septik: suhu naik tinggi sekali pada malam hari,turun pada pagi hari (masih
diatas normal).
•
Demam remitten:suhu dapat turun setiap hari,tapi masih diatas normal
•
Demam intermitten: suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam
dalam 1 hari.
•
Demam kontinue:variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda >1o
•
Demam siklik: kenaikan suhu badan beberapa hari diikuti periode bebas demam
beberapa hari,kemudian diikuti kenaikan suhu seperti semula
Efek Pirogen
Pirogen dapat berupa protein, hasil pemecahan protein, zat-zat lain terutama toksin
liposakarida yang dilepaskan bakteri.
Set-point pusat pengaturan temperatur hipotalamus ↑ lebih tinggi dari normal à semua
mekanisme untuk meningkatkan temperatur tubuh terlibat à beberapa jam: temperatur tubuh
juga mendekati tingkat ini.
Peranan IL-1
Bakteri atau hasil pemecahan bakteri à difagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
bergranula besar à hasil pemecahan bakteri dicerna dan IL-1 dilepaskan ke dalam cairan
tubuhà IL-1 mencapai hipotalamus à demam à meningkatkan temperatur tubuh dlm waktu 8-
10 menit.
IL-1 à induksi pembentukan PG, t.u PG E2 atau zat lain yang mirip à hipotalamus à reaksi
demam.
Mikrobiologi
SALMONELLA
Salmonella adalah kuman batang bergerak, gram negatif, fakultatif anaerob yang secara khas
meragikan glukosa dan manosa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa. Kuman ini
sering bersifat pathogen untuk manusia atau binatang bila masuk melalui mulut. Terdapat
lebih dari 1600 serotipe salmonella.
Struktur Antigen
Pada awal ditemukannya salmonella dengan sifat-sifat biokimianya, golongannya dan
spesiesnya harus diidentifikasi oleh analisa antigenic. Seperti Enterobacteriaceae lainnya,
salmonella memiliki beberapa antigen O (total lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda
pada satu atau kedua fase. Beberapa salmonella mempunyai antigen simpai, berhubungan
dengan Vi, yang dapat mengganggu aglutinasi oleh antiserum O dan dapat dihubungkan
dengan virulensi.
Klasifikasi salmonella Kaufmann-White berdasarkan te aglutinasi dengan absopsi antiserum,
memungkinkan identifikasi antigen O dan H yang berbeda dalam organism tidak diketahui.
Variasi
Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak bergerak. Kehilangan antigen O
dihubungkan dengan perubahan dari koloni bentuk halus menjadi koloni bentuk kasar.
Antigen Vi dapat hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen dapat diperoleh (atau hilang)
dalam proses transduksi.
Klasifikasi
Terdapat 3 spesies utama : Salmonella typhi (satu serotipe), Salmonella choleraesuis (satu
serotipe), dan Salmonella enteritidis (lebih dari 1500 serotipe), tetapi dalam praktek, tiap
isolate diklasifikasi dengan analisis antigenic dan diberi nama khusus.
Communicable Disease
Definisi epidemiologi penyakit menular adalah epidemiologi penyakit terfokus dalam
mempelajari distribusi dan determinan penyakit (menular dan tidak menular) dalam populasi.
- Penyakit infeksi
- Penyakit non infeksi
Berdasarkan Durasi :
- Virus
- Bacteria
- Protozoa
- Fungus
- Helminthes
- Others form of microorganism
Non Communicable Diseases-Non biological Agents
- Physics
- Nutrition
- Chemical
- etc
- Endemik
- Epidemik
- Pandemik
1. Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya : tuberculosis dan
poliomyelitis
2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya: measles dan varicella
3. Penyakit menular yang bersifat fatal yang umumnya berakhir dengan kematian
contohnya : rabies dan tetanus neonatorum
Periode Pre-Patogenesis
Unsur biologis, dari partikel virus sampai organisme multiseluler yang kompleks.
- Arthropoda (serangga)
- Helminthes ( Cacing)
- Protozoa
- Fungi (jamur)
- Bakteri
- Spirochaeta
- Rickettsia
- Virus
a. Infektifitas
c. Virulensi
- Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh
penderita dgn gejala klinis yang jelas.
d. Antigenesitas/ Imunogenisitas
- Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat ideal berkembang
biak dan bertahan.
- Reservoir adl organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup
normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia, binatang,
tumbuhan serta lingkungan lainnya.
Penyakit → Reservoir
1. Rabies → Anjing
4. Leptospirosis → Tikus
5. Trichinosis → Babi
6. Hidatosis → Anjing
8. Pes → Tikus
Sumber penularan
1. Penderita
2. Pembawa kuman
3. Binatang sakit
4. Tumbuhan /benda
Cara penularan
1. Kontak langsung
2. Melalui udara
3. Melalui makanan/minuman
4. Melalui vector
B. Faktor Pejamu (HOST)
5. Status gizi
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial-ekonomi
3. Lingkungan biologik
Periode Patogenesis
Mekanisme Patogenesis adalah efek patogen yang dihasilkan oleh unsur penyebab
infeksi dapat terjadi karena mekanisme:
a. Direct transmission
4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain; kontak dgn benda
terkontaminasi. Melalui tanah : ancylostomiasis, trichuris, dll. Melalui air :
schistomiasis.
Melalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur, alat bedah,
mainan, dsb.
Istilah
Demam Tifoid
Definisi
o Penyakit infeksi akut pada usus halus (ileum) dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. (Price & Wilson, 2006).
o Typhus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam
wabah. (Markum, 1991).
o Demam tifoid adalah penyakit berkepanjangan yang memiliki ciri (Dorland, 2008) :
Penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut (Fecaloral)\
Etiologi
Insidensi
Insedens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi
lingkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di
daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan.
Lebih sering pada anak-anak. Pada pasien 12 tahun keatas: 12-30 tahun ( 70-80% ), 30-40
tahun ( 10-20% ), lebih dari 40 tahun ( 5-10% ).
Epidemiologi
Demam tifoid di Indonesia jarang ditemukan secara endemik tetapi lebih sering secara
sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus
pada orang-orang serumah. Ada 2 cara penularan S.typhi: pasien dengan demam tifoid dan
carrier; cerrier adalah orang yang sudah sembuh dari demam tifoid akan tetapi masih terus
mensekresi S.typhi dalam tinja dan air kemih selama satu tahun atau lebih. Orang-orang
tersebut ( pasien ataupun carrier )mensekresi 109 sampai 1010 kuman per gram tinja.
Klasifikasi
Predisposisi
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak
akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan
limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga
terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa
masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.
DASAR DIAGNOSIS
Pria, 18 tahun.
KU : demam (-4hr)
Auto-anamnesis :
Febris menjelang sore, terutama malam hari disertai menggigil lalu berkeringat,
bersifat remittent, pola step ladder curve.
KL : cephalgia (t.u : frontal), nausea, anorexia, obstipasi
Menyangkal : vomitus, batuk, sesak nafas, epistaxis atau perdarahan lain, belum
pernah mengalami kejang, berkunjung ke atau tinggal di daerah endemik malaria.
RUB : minum Paracetamol (Panadol ) 3x500mg/hari selama 3 hari perubahan.
Pemeriksaan fisik :
KU : sakit sedang
Kesadaran : apatis
VS :
o Tensi : 110/80 mmHg
o Nadi : 60x/mnt, isi cukup, reguler (bradikardi relatif)
o Respirasi : 20x/mnt
o Suhu : 39, 6o C
Kepala :
o Mata : conjungtiva anemis (-), sclera subikterik (-), pupil bulat, isokor, RC +/+
o Hidung : simetris, deformitas , PCH -/-
o Mulut : Bibir kering dan pecah-pecah, lidah coated dengan tepi hiperemis
disertai tremor halus.
Leher :
o Kaku kuduk
o Limphadenopathy coli
Thorax :
o Bentuk & pergerakan simetris
o Cor : dbn, BJM, murmur
o Pulmo : inspeksi palpasi perkusi dbn, VSB ka=ki, suara pernafasan tambahan
Abdomen :
o Datar, TJK, nyeri ketok CVA , Bowel sound sedikit
o Hepar teraba 2cm bac, 2cm bpx, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan
rata, nyeri tekan (±)
o Lien tidak teraba
Ekstremias : oedem , clubbing finger , cyanosis , parese
Pemeriksaan Laboratorium :
Hematologi Rutin
o Hb : 14,5 gr/dl
o Ht : 45%
o Leukosit : 2.700/mm3
o Diff : 0/0/2/35/54/10 (%)
o Trombosit : 80.000/mm3
o LED : 30 mm/jam
Urinalisis
o Mikroskopik
Warna : kuning
Bau : urine
Kejernihan : keruh
BJ : 1,025
pH : 5,6
Protein :+
Glukosa :-
Nitrit :-
Bilirubin :-
Urobilinogen : N
Keton :+
o Makroskopik
Eritrosit : 0-1/LPB
Leukosit : 3-5/LPB
Epitel : 5-8/LPK
Hyaline cast : 0-1/LPK
Bakteri :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rutin
Leukosit menurun kurang dari 3000/mm3
Trombositopenia sebagai penanda beratnya penyakit.
Hitung Jenis didapatkan aneosinofilia, limfopenia, limfositosis relatif, neutropenia.
Laju Endap Darah biasanya meningkat.
Pada pemeriksaan urinalisis, didapatkan protein dengan positif satu atau positif dua
sebagai akibat demam.
Uji Widal
CT-Scan dan MRI untuk melihat ada komplikasi abses hati atau tulang
Gambaran foto polos abdomen bila ada udara pada rongga peritoneum atau subdiafragma
kanan untuk melihat ada tidaknya perforasi usus.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding pada kasus ini, yaitu demam typhoid dengan komplikasi hepatitis typhosa,
demam dengue atau dengue fever, dan hepatitis A. Hal ini berdasarkan gejala sistemik yang sama,
seperti febris, cephalgia, nausea, vomitus, dan lainnya. Malaria tidak dimasukan kedalam diagnosis
banding karena pasien menyangkal pernah berkujung ke daerah endemis malaria atau tinggal di
sana.
DEMAM TYPHOID
HEPATITIS TYPHOSA
Urinalisis
Tes Serologi
TETRASIKLIN
Aktif terhadap bakteri gram positif aerob dan anaerob serta bakteri gram negatif
Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap tetrasiklin
tidak lengkap diabsorpsi di saluran cerna kadar dalam usus >> merubah flora
usus
menghambat sintesa protein dengan berikatan pada ribosom 30s dan mencegah
masuknya tRNA-aminoasil ke ruang A dari kompleks mRNA-ribosom
kuman yang resisten terhadap 1 jenis tetrasiklin sering resisten terhadap jenis lain
absorpsi terutama terjadi di lambung dan usus halus bagian atas.
Distribusi luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh, termasuk urin dan prostat.
Ekskresi melaui ginjal dan feses.
Doksisiklin merupakan tetrasiklin yang paling aman (tidak menganggu flora usus dan
bagi gangguan ginjal)
Efek samping iritasi saluran cerna, fototoksik, hepatotoksik, nefrotoksik, gigi
berwarna coklat yang permanen pada anak-anak, reaksi
hipersensitif,superinfeksi,kolitis pseudomembran
Indikasi : penyakit akibat riketsia, mikoplasma, klamidia.
KLORAMFENIKOL
Menghambat sintesis protein bakteri, sedangkan pengaruhnya pada sel eukariot lebih
ringan.
Bakterisidal pada H.Influenzae, N.Meningitidis, S.Pneumoniae.
Bakteriostatik H. Influenzae, N.Meningitidis, N.Gonnorheae, S.Typhi, Brucella spp.,
Bordetella pertusis.
Resistensi ditemukan pada S.Typhi dan stafilokokus.
Diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna.
Metabolisme dengan glukuronat di hepar
Ekskresi melalui urine
Efek samping : reaksi hipersensitif, diskrasia darah, gray baby syndrome.
Indikasi : demam tifoid, meningitis bakterial, infeksi anaerob, infeksi ricketsia,
brucellosis.
QUINUPRISTIN/DALFOPRISTIN
LINEZOLID
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian Antibiotik
a. Tujuan :
Menghentikan, memusnahkan penyebaran kuman
b. TERDIRI DARI :
Kloramfenikol à DRUG OF CHOICE . . .
Hari pertama : 4 x 250 mg
Hari kedua : 4 x 500 mg
à Diberikan selama demam à Lanjut – 2 hari bebas demam
Dosis ↓ : 4 x 250 mg (selama 5 hari)
Ampisilin/Amoksisilin
Dosis : 50 – 150 mg/kgBB (Selama 2 minggu)
Kotrimoksazol
Dosis : 2 x 2 tab. (Selama 2 minggu)
1 tab., mengandung :
400 mg Sulfametoksazol
80 mg Trimetoprim
Sefalosporin Generasi II, III
Sefriakson : 4 g/hari (Selama 3 hari)
Norfloksasin : 2 x 400 mg/hari (Selama 14 hari)
Siprofloksasin: 2 x 500 mg/hari (Selama 16 hari)
Ofloksasin : 600 mg/hari (Selama 7 hari)
Pefloksasin : 400 mg/hari (Selama 7 hari)
Fleroksasin : 400 mg/hari (Selama 7 hari)
“Perforasi Intertinal”
“Renjatan Septik”
à Kortikosteroid
Komplikasi
1. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi
sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum, terutama bila
Pencegahan
Imunisasi
Prognosis