Anda di halaman 1dari 8

Lukman Amirudin Syarif, (luasy-01@plasa.

com)

Pertanyaan:
1. Bagaimana hukum Islam tentang pacaran?
2. Bagaimana Islam memandang wanita? (contoh kasus di Afganistan saat Thaliban berkuasa
wanita dilarang keluar rumah atau ikut berpolitik atau ikut berolahraga)
3. Apakah ada dasar dari al-Qur’an atau Hadits yang menyatakan bahwa umat Islam yag
memiliki dosa besar maupun kecil akan mampir dulu ke neraka baru masuk surga?

Jawaban:

Pertanyaan no. 1:
“Pacaran” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti (Purwodarminto,
1976) :
1. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, bersuka-sukaan mencapai apa yang
disenangi mereka.
2. Pacaran berarti “bergendak” yang sama artinya dengan berkencan atau berpasangan untuk
berzina.
3. Pacaran berarti berteman dan saling menjajaki kemungkinan untuk mencari jodoh berupa
suami atau istri.
Pacaran menurut arti pertama dan kedua jelas dilarang oleh agama Islam, berdasarkan
nash:
a. Allah berfirman:
ِ َ‫الزنَا إِنَّه َكا َن ف‬
)32 :‫اح َشةً َو َساءَ َسبِيالً ( اإلسراء‬ ُ ِّ ‫َوالَ َت ْقَربُوا‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk”
b. Hadits:

َ‫امَرأ ٍَة َوال‬#ْ # ِ‫ل ب‬# ُ #‫لَّ َم َي ُق‬# ‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اهللُ َعلَْي‬# ‫ص‬
ٌ #‫و َّن َر ُج‬#َ # ُ‫ول الَ خَي ْل‬#
ِ ِ ٍ َّ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َّ ‫هُ أَنَّهُ مَس َع النَّيِب‬##‫ي اهللُ َعْن‬# ‫اس َرض‬ َ ْ َ
)2391 :‫ مسلم‬,2784 :‫( رواه البخاري‬ ‫تُ َسافَِر َّن ْامَرأَةٌ إِالَّ َوَم َع َها حَمَْرٌم‬
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah, ia berkata:
Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan kecuali
beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali
beserta ada mahramnya” (muttafaq alaihi)
Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah dengan arti bahwa suatu perbuatan yang
sangat dianjurkan oleh Rasulullah agar kaum muslimin melakukannya. Orang yang anti
perkawinan dicela oleh Rasulullah, berdasarkan hadits:
ِ ِ ِ ِ َ #‫أن رس‬ ٍِ
‫د‬#ُ #ُ‫لِّي َوأ َْرق‬#‫ص‬
َ ُ‫ر َوأ‬#ُ #‫وم َوأُفْط‬ ُ َ‫ …لَكيِّن أ‬:‫ال‬##َ‫لَّ َم ق‬#‫ه َو َس‬##‫لَّى اهللُ َعلَْي‬#‫ص‬
ُ #‫ص‬ َ ‫ول اهلل‬ ِ َ‫عن أَن‬
ُ َ َّ ‫ك‬## ‫س بْ ِن َمال‬
)2487 :‫مسلم‬ ,4675 :‫س ِميِّن * (رواه البخاري‬ ‫يِت‬
َ ‫ب َع ْن ُسنَّ َفلَْي‬
ِ
َ ‫َوأََتَزَّو ُج الن‬
َ ‫ِّساءَ فَ َم ْن َرغ‬
“Dari Anas ra. Bahwasanya Nabi saw berkata: …tetapi aku, sesungguhnya aku salat,
tidur, berbuka dan mengawini perempuan, maka barangsiapa yang benci sunnahku maka
ia bukanlah dari golonganku”
Pada umumnya suatu perkawinan terjadi setelah melalui beberapa proses, yaitu proses
sebelum terjadi akad nikah, proses akad nikah dan proses setelah terjadi akad nikah. Proses
sebelum terjadi akad nikah melalui beberapa tahap, yaitu tahap penjajakan, tahap peminangan
dan tahap pertunangan. Tahap penjajakan mungkin dilakukan oleh pihak laki-laki kepada
pihak perempuan atau sebaliknya, atau pihak keluarga masing-masing. Rasulullah
memerintahkan agar pihak-pihak yang melakukan perkawinan melihat atau mengetahui calon
jodoh yang akan dinikahinya, berdasarkan hadits:

‫ت‬ َ #‫لَّ َم َف َق‬#‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اهللُ َعلَْي‬#‫ص‬


ُ ‫زَّو ْج‬#َ #‫ال إِيِّن َت‬#
ِ ِ
َ ‫ول اهلل‬#‫ا ِر إِىَل َر ُس‬# ‫ص‬
ِ ‫ج‬# ‫اء ر‬#‫ج‬# ‫ال‬#
ٌ ُ َ َ َ َ #َ‫رَة ق‬#َ #‫َع ْن أَيِب ُهَرْي‬
َ ْ‫ل م َن اْألَن‬#
ِ
:‫ائ‬## ‫ْيئًا ( رواه النس‬# ‫ش‬
َ َ ْ‫ِإ َّن يِف أ َْعنُي ِ اْألَن‬# َ‫ا ف‬##‫ت إِلَْي َه‬
‫ا ِر‬# ‫ص‬ َ ‫ر‬#ْ # َ‫لَّ َم أَالَ نَظ‬# ‫ه َو َس‬## ‫لَّى اهللُ َعلَْي‬# ‫ص‬
َ ُّ ‫ال النَّيِب‬#
َ #‫رأًَة َف َق‬#َ #‫ْام‬
)‫ إبن ماجه و الرتمذي‬,3194

“Dari Abu Hurairah ra ia berkata: berkata seorang laki-laki sesungguhnya ia telah


meminang seorang permpuan Anshar, maka berkata Rasulullah kepadanya: “Apakah
engkau telah melihatnya? Laki-laki itu menjawab: “Belum”. Berkata Rasulullah:
“Pergilah dan perhatikan ia, maka sesungguhnya pada mata perempuan Anshor ada
sesuatu” (HR. an-Nasa’i, Ibnu Majah, at-Tirmizi, dan dinyatakannya sebagai hadits hasan)
Rasulullah saw memerintahkan agar kaum muslimin laki-laki dan perempuan sebelum
memutuskan untuk meminang calon jodohnya agar berusaha memilih jodoh yang mungkin
berketurunan, sebagaimana dinyatakan pada hadits:
‫ا‬##ً‫اءَ ِة َوَيْن َهى َع ِن التَّبَت ُِّل َن ْهي‬##َ‫أْ ُم ُر بِالْب‬# َ‫لَّ َم ي‬# ‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اهللُ َعلَْي‬# ‫ص‬ ِ ُ # ‫ا َن رس‬#‫ك‬#َ ‫ال‬# ٍ #ِ‫س ب ِن مال‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ َ #َ‫ك ق‬# َ ْ ِ َ‫َع ْن أَن‬
‫ححه إبن‬##‫ وص‬,12152 : ‫*( رواه أمحد‬ ‫ة‬#ِ #‫وَم الْ ِقيَ َام‬#ْ #‫اءَ َي‬##َ‫اثٌِر اْألَنْبِي‬#‫ك‬#َ ‫ود إِيِّن ُم‬
َ ُ‫ود الْ َول‬
َ ‫ول َتَزَّو ُجوا الْ َو ُد‬ ً ‫َش ِد‬
ُ ‫يدا َوَي ُق‬
)‫حبان‬

“Dari Anas ra. Rasulullah saw memerintahkan (kaum muslimin) agar melakukan
perkawinan dan sangat melarang hidup sendirian (membujang). Dan berkata: Kawinilah
olehmu wanita yang pencinta dan peranak, maka sesungguhnya aku bermegah-megah
dengan banyaknya kamu di hari kiamat”
Dari kedua hadits diatas dipahami bahwa ada masa penjajakan untuk memilih calon
suami atau isteri sebelum menetapkan keputusan untuk malakukan peminangan. Penjajakan
ini mungkin dilakukan oleh pihak laki-laki atau pihak perempuan atau keluarga mereka. Jika
dalam penjajakan ini ada pihak yang diabaikan terutama calon isteri atau calon suami maka
yang bersangkutan boleh membatalkan pinangan akan perkawinan tersebut, berdasarkan
hadits:

‫تَأْ َذ ُن يِف‬#‫ر تُ ْس‬#‫ك‬#ْ ِ‫ا َوالْب‬#‫ه‬#َ ‫ َها ِم ْن َولِِّي‬#‫ق بَِن ْف ِس‬#ُّ ‫َح‬ َ #َ‫لَّ َم ق‬#‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اهللُ َعلَْي‬#‫ص‬
#َ ‫ال اْألَمِّيُ أ‬# ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
َّ ‫اس أ‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
ُ
ِ
)4741 :‫ البخاري‬,2545 :‫َن َع ْم * ( رواه مسلم‬ ‫ال‬ ُ ‫َن ْفس َها َوإِ ْذنُ َها‬
َ َ‫ص َما ُت َها ق‬
“Dari Ibnu Abbas, ra, bahwasanya Rasululah saw bersabda: Orang yang tidak
mempunyai jodoh lebih berhak terhadap (perkawinan) dirinya dibanding walinya, dan
gadis dimintakan perintah untuk perkawinannya dan (tanda) persetujuannya ialah
diamnya” (muttafaq alaih)
Dan hadits:

ٌ‫ه ة‬#َ‫ا َوِه َي َكا ِر‬#‫ه‬#َ ‫ا َزَّو َج‬#‫اه‬ ِ


ْ ‫ َذ َكَر‬#َ‫لَّ َم ف‬#‫ه َو َس‬##‫صلَّى اهللُ َعلَْي‬
َّ ‫ت أ‬
#َ َ‫َن أَب‬ ِ
َ َّ ‫َن َجا ِريَةً بِكًْرا أَتَت النَّيِب‬ ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
َّ ‫اس أ‬

)1865 :‫ إبن ماجه‬,2340 :‫ أمحد‬,1794 :‫سلَّم ( رواه أبوداود‬


َ ‫َو‬ َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه‬
َ ُّ ‫فَ َخَّيَرَها النَّيِب‬
“Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya jariah seorang gadis datang menghadap rasulullah
saw dan menyampaikan bahwa bapaknya telah mengawinkannya dengan seorang laki-
laki, sedang ia tidak menyukainya. Maka Rsulullah saw menyuruhnya untuk memilih
(apakah menerima atau tidak)”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan ad-Daraquthni)
Masa penjajakan ini dapat disamakan dengan masa pacaran menurut pengertian ketiga
di atas. Setelah masa pacaran dilanjutkan dengan masa meminang, jika peminangan diterima
maka jarak antara masa peminangan dan masa pelaksanaan akad nikah disebut masa
pertunangan. Pada masa pertunangan ini masing-masing pihak harus menjaga diri mereka
masing-masing karena hukum hubungan mereka sama dengan hubungan orang-orang yang
belum terikat dengan akad nikah.
Rasulullah saw memberi tuntunan bagi orang yang dalam masa pacaran atau dalam
masa petunangan sebagi berikut:
1. Pada masa pacaran atau masa pertunangan antara mereka yang bertunangan dan pacaran
adalah seperti hubungan orang-orang yang tidak ada hubungan mahram atau belum
melaksanakan akad nikah, karena itu mereka harus:
a. Memelihara matanya agar tidak melihat aurat pacar atau tunangannya, begitu pula wanita
atau laki-laki yang lain. Melihat saja dilarang tentu lebih dilarang lagi merabanya.
b. Memelihara kehormatannya atau kemaluannya agar tidak mendekati perbuatan zina.
2. Untuk menjaga ‘a’ dan ‘b’ dianjurkan sering melakukan puasa-puasa sunat, kerena
melakukan puasa itu merupakan perisai baginya. Hal diatas dipahami dari hadits:

‫اع ِمْن ُك ُم‬ ِ ‫ب‬# ‫ر ال َّش‬# ‫ا م ْع َش‬## ‫لَّم ي‬# ‫ه وس‬#ِ #‫لَّى اهلل َعلَْي‬# ‫اهلل ص‬
ِ ‫ول‬ ِ ‫د‬#ِ #‫عن عب‬
َ َ‫تَط‬# ‫اب َم ِن ا ْس‬َ َ َ ََ ََ ُ َ ُ # ‫ا َر ُس‬## َ‫ال لَن‬#
َ # َ‫ال ق‬#
َ # َ‫اهلل ق‬ َْ ْ َ
#َ ‫هُ ِو‬##َ‫فَِإنَّهُ ل‬
‫اءٌ * (رواه‬#‫ج‬ ‫ ْوِم‬#‫ص‬
َّ ‫ه بِال‬#ِ #‫تَ ِط ْع َف َعلَْي‬#‫رِج َوَم ْن مَلْ يَ ْس‬#ْ #‫ ُن لِْل َف‬#‫ص‬ ْ ‫ ِر َوأ‬#‫ص‬
َ ‫َح‬
ِ ُّ ‫زَّوج فَِإنَّه أَ َغ‬##‫اءةَ َف ْليت‬##‫الْب‬
َ َ‫ض ل ْلب‬ ُ ْ َ ََ َ َ
)1772 :‫ البخاري‬,2486 :‫مسلم‬

“Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw mengatakan kepada kami: Hai sekalian
pemuda, barang siapa diantara kamu yang telah sanggup melaksanakan akad nikah,
hendaklah melaksanakannya. Maka sesungguhnya melakukan akad nikah itu (dapat)
menjaga pandangan dan memlihar farj (kemaluan), dan barangsiapa yang belum sanggup
hendaklah ia berpuasa (sunat), maka sesunguhnya puasa itu perisai baginya” (muttafaq
alaih)

Jawaban soal kedua tentang kedudukan wanita dalam pandangan Islam


Agama Islam memandang kedudukan perempuan sama dengan kedudukan laki-laki
seperti memandang kedudukan manusia pada umumnya, sebagaimana dinyatakan nash-nash
berikut:
1. Perempuan sebagiman manusia pada umumnya diciptakan Allah sebagi makhlukNya yang
paling baik dibanding makhluk-makhluNya yang lain, Allah berfirman:

)4 :‫َت ْق ِو ٍمي ( التني‬ ْ ‫لََق ْد َخلَ ْقنَا اْ ِإلنْ َسا َن يِف أ‬


‫َح َس ِن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
2. Allah memuliakan menusia. Allah SWT berfirman:

‫ ٍري مِم َّْن‬# ِ‫اه ْم َعلَى َكث‬


ُ َ‫ ْلن‬# ‫ض‬
ِ # ‫اهم ِمن الطَّيِّب‬## َ‫ ِر ورزْقن‬#‫ر والْبح‬#ِّ #‫اهم يِف الْب‬## َ‫ا بيِن ءادم ومَح ْلن‬## َ‫ ْد َكَّرمن‬# ‫ولََق‬
َّ َ‫ات َوف‬# َ َ ْ ُ ََ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ
ِ ‫َت ْف‬
)70 :‫ضيالً ( اإلسراء‬ ‫َخلَ ْقنَا‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.”
3. Allah SWT menjadikan manusia sebagi khalifah di bumi. Allah SWT berfirman:

)30 :‫خلِي َفةً (البقرة‬


َ ‫ض‬ ِ ‫ك لِْلمالَئِ َك ِة إِيِّن ج‬
ِ ‫اع ٌل يِف اْأل َْر‬ َ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َ َ ُّ‫ال َرب‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”..
Allah sebagai Dzat Yang Maha Pencipta lagi Maha Tahu, mengetahui dengan sungguh-
sungguh kekuatan dan kelemahan manusia, sedang manusia sendiri bukanlah makhluk yang
paling tahu tentang hakikat, kekuatan dan kelemahan dirinya. Dalam pada itu Allah
berkehendak agar manusia tetap dalam keadaannya, ialah sebagai makhluk yang terbaik,
sebagi makhluk yang mulia dan sebagi khalifatullah fil ardh.
Untuk menutupi kelemahan-kelemahan manusia dalam menjalankan tugasnya, Allah
SWT menurunkan petunjuk berupa al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
dan menjadikan Nabi Muhammad sebagi panutan dan ikutan dalam melaksanakan petunjuk
itu.
Sekalipun laki-laki dan perempuan kedudukannya sama di sisi Allah SWT, namun
menurut kodratnya laki-laki berbeda dengan perempuan. Kerena perbedaan kodrat itu Allah
menetapkan petunjuk-petunjuk yang sama antara kedua jenis itu dan ada pula petunjuk-
petunjuk yang berbeda, sesuai dengan kodratnya, sehingga masing-masing mereka dapat
menjadi makhluk terbaik, makhluk yang mulia dan dapat pula melaksanakan tugasnya sebagai
khalifah Allah di bumi.
Kedua jenis ini harus ada dalam usaha memakmurkan bumi, keduanya harus bahu
membahu, bekerja sama, tidak boleh ada yang kurang dari salah satu dari dua jenis itu.
Seandainya ada perbedaan dalam pelaksanaan syariat Islam pada suatu negara tentang
laki-laki dan wanita, maka hal ini disebabkan perbedaan penafsiran terhadap al-Qur’an dan
as-Sunnah, mungkin pula karena pengaruh kepercayaan yang telah berurat berakar pada suatu
negara atau karena adat istiadat yang berlaku di negara itu.

Jawaban pertanyaan ketiga, tentang ada orang mukmin yang masuk neraka dahulu sebelum
masuk ke surga
Hadits-hadits Nabi saw menerangkan bahwa setiap orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya akan masuk surga, sekalipun di antara mereka ada yang masuk surga secara
bertahap. Maksudnya ialah ia masuk neraka lebih dahulu sebagai imbalan dari dosa-dosa yang
pernah dilakukannya selama hidup di dunia, kemudian setelah habis masa siksaannya itu ia
dimasukkan Allah kedalam surga, berdasarkan hadis berikut:

َ‫ل اجْلَن َِّة اجْلَنَّة‬# َ #َ‫لَّ َم ق‬# ‫ه َو َس‬#ِ #‫لَّى اهللُ َعلَْي‬# ‫ص‬ ٍ ِ‫ع‬# ‫عن أَيِب س‬
ِ ِّ ‫ ْد ِر‬# ُ‫يد اخْل‬
ُ ‫َه‬
#ْ ‫ ْد ُخ ُل أ‬# َ‫ال ي‬# َ ِّ ‫ه َع ِن النَّيِب‬##‫ي اهللُ َعْن‬# ‫ي َرض‬ َ َْ
‫رَد ٍل ِم ْن‬#ْ #‫ال َحبَّ ٍة ِم ْن َخ‬#
ُ #‫ه ِم ْث َق‬#ِ # ِ‫ا َن يِف َق ْلب‬##‫ وا ِم َن النَّا ِر َم ْن َك‬#‫َخ ِر ُج‬
ْ ‫اىَل أ‬##‫ول اهللُ َت َع‬#
ُ #‫َّار مُثَّ َي ُق‬ ِ
َ ‫ل النَّار الن‬#
ُ #‫َوأ َْه‬

ُ‫ت احْلِبَّة‬ ٌ ِ‫ك َمال‬


ُ ُ‫ا َتْنب‬#‫م‬#َ ‫ك َفَيْنبُتُو َن َك‬ َّ ‫اس َوُّدوا َفُي ْل َق ْو َن يِف َن َه ِر احْلَيَا أَ ِو احْلَيَ ِاة َش‬ ِ ِ ٍ
ْ ‫إِميَان َفيُ ْخَر ُجو َن مْن َها قَد‬

َ #َ‫اة َوق‬#ِ #َ‫رو احْلَي‬#ٌ ‫م‬#ْ ‫د َثنَا َع‬#َّ ‫ح‬#َ ‫ب‬


‫رَد ٍل ِم ْن‬#ْ ‫خ‬#َ ‫ال‬# َ #َ‫ةً ق‬#َ‫ ْفَراءَ ُم ْلتَ ِوي‬#‫ص‬
ٌ ‫ال ُوَهْي‬# ِ ِ‫ان‬#‫ج‬#َ ‫يِف‬
#َ ‫ر أَن‬#َ #‫ْي ِل أَمَلْ َت‬#‫ب ال َّس‬
َ ‫ر ُج‬#ُ #ْ ‫ا خَت‬#‫َّه‬
)270 :‫ مسلم‬,21 :‫* (رواه البخاري‬ ٍ‫خَرْي‬

“Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, dari Nabi saw, ia bersabda: Penghuni surga kan masuk
surga dan penghuni neraka akan masuk neraka, kemudian Allah ta’ala memrintahkan:
Keluarkan dari neraka orang-orang yang dalam hatinya ada iman seberat biji sawi. Maka
dikeluarkanlah mereka dari neraka yang warna (badannya) benar-benar hitam, lalu
dimasukkan kedalam sungai hidup atau sungai kehidupan, lalu tumbuhlah mereka seperti
biji yang tumbuh setelah air bah, adakah engkau tidak melihatnya, sesungguhnya ia
keluar bewarna kuning yang melilit.” (muttafaq alahi)
Dan Hadis:

#ِ ‫لَّ َم إِيِّن أَل َْعلَ ُم‬#‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس‬


#ً ‫ل النَّا ِر ُخ ُر‬#ِ ‫َه‬#ْ ‫آخ َر أ‬
‫ا‬#‫وج‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ِ
ٍ ‫اهلل ب ِن مسع‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ود ق‬ُ ْ َ ْ ‫َع ْن َعْبد‬
‫ب‬ ُ #‫وا َفَي ُق‬#ً #‫ر ُج ِم َن النَّا ِر َحْب‬#ُ #ْ ‫ل خَي‬#
ْ ‫هُ ا ْذ َه‬##َ‫اىَل ل‬##‫ارَك َوَت َع‬#َ #َ‫ول اهللُ َتب‬#
ِ
ٌ #‫والً اجْلَنَّةَ َر ُج‬##‫ل اجْلَنَّة ُد ُخ‬#ِ ‫َه‬ # ِ ‫ا َو‬##‫ِمْن َه‬
#ْ ‫آخ َر أ‬

‫ارَك‬#َ #َ‫ول اهللُ َتب‬#


ُ #‫ج ْدتُ َها َمأْل َى َفَي ُق‬#َ ‫ب َو‬ ُ ‫ج ُع َفَي ُق‬#ِ‫ا َمأْل َى َفَي ْر‬#‫َّه‬
ِّ ‫ا َر‬#َ‫ول ي‬# #َ ‫فَ ْاد ُخ ِل اجْلَنَّةَ َفيَأْتِ َيها َفيُ َخيَّ ُل إِلَْي ِه أَن‬

‫ ْد ُت َها‬#‫ب َو َج‬ ُ #‫ج ُع َفَي ُق‬#ِ‫ا َمأْل َى َفَي ْر‬#‫َّه‬


ِّ ‫ا َر‬##َ‫ول ي‬# #َ ‫ه أَن‬#ِ #‫ا َفيُ َخيَّ ُل إِلَْي‬#‫يه‬
#َ ِ‫ال َفيَأْت‬#
َ #َ‫ل اجْلَنَّةَ ق‬#ِ ‫خ‬#ُ ‫ب فَ ْاد‬
ْ ‫هُ ا ْذ َه‬##َ‫اىَل ل‬##‫َوَت َع‬
‫هِل‬
َ #َ‫ا أ َْو إِ َّن ل‬##َ ‫َرةَ أ َْمثَا‬#‫د ْنيَا َو َع َش‬#ُّ #‫ك ِمثْ َل ال‬
‫ال‬#ِ #َ‫َرةَ أ َْمث‬#‫ك َع َش‬# َ َ‫ب فَ ْاد ُخ ِل اجْلَنَّةَ فَِإ َّن ل‬
ْ ‫ول اهللُ لَهُ ا ْذ َه‬
ُ ‫َمأْل َى َفَي ُق‬

‫ه‬#ِ #‫صلَّى اهللُ َعلَْي‬ ِ َ ‫ال لََق ْد رأَيت رس‬ ِ


َ ‫ول اهلل‬ َُ ُ َْ َ َ‫ك ق‬ َ ْ‫ك يِب َوأَن‬
ُ ‫ت الْ َمل‬ ْ َ‫ول أَتَ ْس َخُر يِب أ َْو أَت‬
ُ ‫ض َح‬ ُ ‫ال َفَي ُق‬ ُّ
َ َ‫الد ْنيَا ق‬

:‫اري‬#‫ البخ‬,272 :‫لم‬#‫( رواه مس‬ ُ ‫ت َن َو ِاج ُذهُ قَ َال فَ َكا َن يُ َق‬
ً‫ال َذ َاك أ َْدىَن أ َْه ِل اجْلَن َِّة َمْن ِزلَة‬ َ ‫ض ِح‬
ْ ‫ك َحىَّت بَ َد‬ َ ‫َو َسلَّ َم‬
)6086

“Dari Abdullah bin Mas’ud ra, berkata: bersabda Nabi saw : Sesungguhnya aku benar-
benar mengetahui penduduk neraka terakhir masuk neraka dan penduduk surga terakhir
masuk surga. Seorang laki-laki keluar dari neraka dengan merangkak, maka Allah
memerintahkan (kepada orang itu): “Pergilah dan masuklah ke surga!” Laki-laki itu
mendatangi surga itu sambil mengkhayalkan bahwa surga itu telah penuh. Lalu ia kembali
dan berkata: “Wahai Tuhan aku dapati surga itu telah penuh.” Allah memerintahkan:
“Pergilah dan masuklah ke surga!” Maka ia mendatanginya sambil mengkhayalkan
bahwa surga itu telah penuh. Lalu ia kembali dan berkata: “Wahai Tuhan aku dapati
surga itu telah penuh.” Maka Allah berfirman: “Pergilah dan masuklah ke surga, maka
sesungguhnya (surga) itu semisal dunia dan sepuluh kalinya atau sesungguhnya surga itu
sepuluh kali dunia.” Laki-laki itu berkata: “Engkau mengejek dan menertawakanku
sedangkan Engkau pemilik(nya).” Aku (Ibnu Mas’ud) melihat Rasulullah tertawa hingga
tampak gigi gerahamnya. Dan pernah pula dikatakan: “Yang demikian itu adalah
penduduk surga yang paling rendah tingkatannya.” (muttafaq alahi)
Kedua hadis di atas menjelaskan bahwa ada orang yang beriman yang sebelum masuk
surga, ia masuk neraka lebih dahulu, yang lamanya sesuai dengan berat atau ringannya dosa
yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Banyak hadis yang lain yang senada dan sama
artinya dengan hadis diatas. (baca al-Lu’lu’ wal Marjan, hadits no. 118, 119, 120 dan
sebagainya)

Anda mungkin juga menyukai