Anda di halaman 1dari 8

FRAKTUR VERTEBRA ANATOMI Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton darileher, punggung

dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum).Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong beratbadan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiridari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5sacral, 4 coccigeal.1

Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depandan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsitinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semuatrauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awalpertolongan pertama dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati.Trauma tulang dapt mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulangbelakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah raga(22%), , terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja.2, 8

1.

Cedera Stabil dan Tidak Stabil Cedera vertebra menurut kestabilannya terbagi menjadi cedera stabil dan cedera tidakstabil. Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medullaspinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi danburst fraktur adalah contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior. Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiograf.Pemeriksaan radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanandan kiri. Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan yaitu kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior(kolumna anterior) (Denis, 1983).3

Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut : 1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan duaper tiga bagian anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis 2. 3. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus vertebralis, diskus dan annulus vertebralis kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa1

2.

Mekanisme cedera Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan aksial (4) fleksidan tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi yang digabungkandengan rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat terjadi akibat kekuatan minimal saja pada tulang osteoporotik atau patologik.3 A. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi) Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher, pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dandiskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. cedera ini stabilkarena tidak merusak ligamen posterior

B.

Fleksi Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebraakan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jikaligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jikaligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerahcervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukanpemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.

C.

Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapatmengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior. Fragmentulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis. Berbeda denganfraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risikoprogresi yang tinggi. Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi pada setengahcorpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan posterior pada sisisebaliknya. Kalau permukaan dan pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.

D. Pergeseran aksial (kompresi) Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akanmenimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebradan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan kekuatan yang lebih besar,bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk (burst fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai cedera stabil. Fragmentulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalisspinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologiksering terjadi. E. Rotasi-fleksi Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya; kemudian dapatrobek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satuvertebradapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi kedepan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semuafraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakanneurologik. F. Translasi H oriz ont al Kolumna v ertebralis teriris dan segmen bagian atas a tau baw ah dapat bergeserke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadikerusakan syaraf.3

3.

Cedera Cervical Segmen cervical adalah segmen yang paling mudah digerakkan dan mudah cedera.Cedera cervical dengan mengenai bagian atas medulla spinalis akan berakibat fatal danpenyebab kematian pada pasien kecelakaan saat pasien diperjalanan menuju rumah sakit.4Nyeri dan kekakuan leher atau keluhan paraestesia atau kelemahan pada tungkaiatas, harus diperhatikan. Kekuatan yang menyebabkan cedera kepala yangberbahaya (misalnya kecelakaan l lu lintas atau benturan a kepala akibat jatuh daritempat tinggi) juga dapat menyebabkan cedera leher. Karena itu, pada pasien yangpingsan karena cedera kepala, harus selalu dicurigai mengalami fraktur vertebra cervical. Pemeriksaan diawali dengan inspeksi, posisi leher yang abnormal dapat menjadi tandapendukung. Gerakan harus dilakukan dengan sangat pelan-pelan dan, jika nyerisebaiknya ditunda hingga leher difoto dengan sinar-X. Nyeri atau paraestesia padatungkaiperludiperhatikan, dan tungkai harus selalu diperiksa untuk mencaribuktiadanya kerusakan sumsum atau akar saraf.2

JENIS FRAKTUR DAERAH CERVICAL, SEBAGAI BERIKUT: A. Fraktur Atlas C 1 Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala menopang badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis pada basis cranidapat menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasimakapergeseran tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yangdilakukan adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi cervical dengan collar plaster selama 3 bulan B. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial) Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas yang menyilangdibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi atlantoaxial dapatmengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan adapenekanan ligamentum transversalis. Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya ligamentumtranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan atlas dan dapat menekanmedulla spinalis. Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical. Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues. C. Fraktur Kompresi Corpus Vertebral Tipe kompresi lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun dapatmengakibatkan kompresi corpus vertebralis. Sifat fraktur ini adalah tipe tidak stabil.Terapi untuk fraktur tipe ini adalah reduksi dengan plastic collar selama 3 minggu( masapenyembuhan tulang) D. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba sehingga terjadideselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala bagian belakang, terjadivertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang ada dibawahnya, ligament posteriordapat rusak dan fraktur ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusiodalam waktu singkat. Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical dilanjutkan dengan imobilisasi leher terekstensi dengan collar selama 2 bulan. E. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya fraktur hampirsama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen robek dan posterior facet pada satu ataukedua sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau frakturdislokasi pada C7 Th1maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka posisiyang terbaik untuk radiografi adalah swimmer projection Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun fraktur dislokasi dari fraktur cervical termasuk sulit namun traksi skull continu dapat dipakai sementara. F. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical(Whiplash injury) Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher tiba-tiba tersentakke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak dari belakang;badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke belakang. Terdapat ketidaksesuaianmengenai patologi yang tepat tetapi kemungkinan ligamen longitudinal anteriormeregang atau robek dan diskus mungkin juga rusak. Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan bertahan selamasetahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan gejala lain yang lebihtidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, penglihatan kabur dan rasa baalatau paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, danpemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidakada bentuk terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan fisioterapi.

G. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus) Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot. Adanya kontraksiotot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan menyebabkan avulsi prosesus spinosusyang disebut clay shoveler s fracture . Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya.

4. METODE UNTUK FOTO DAERAH CERVICAL A. Pada foto anteroposterior garis lateral harus utuh, dan prosesus spinosus dan bayangan trakea harus berada pada garis tengah. Diperlukan foto dengan mulut terbuka untuk memperlihatkan C1 dan C2 (untuk fraktur massa lateral dan odontoid). B. Foto lateral harus mencakup ketujuh vertebra cervical dan T1, jika tidak cedera yang rendah akar terlewatkan. Hitunglah vertebra kalau perlu, periksa ulangdengan sinar-X sementara menerapkan traksi ke bawah pada lengan. Kurvalordotik harus diikuti dan menelusuri empat garis sejajar yang dibentuk olehbagian depan korpus vertebra, bagian belakang badan vertebra. massa lateraldan dasar-dasar prosesus spinosus setiap ketidakteraturan menunjukkan suatufraktur atau pergeseran. Ruang interspinosa yang terlalu lebar menunjukkanluksasi anterior. Trakea dapat tergeser oleh hematoma jaringan lunak. C. Jarak tiang odontoid dan bagian belakang arkus anterior pada atlas tidak boleh melebihi 4,5 mm ( anak-anak ) dan 3mm pada dewasa D. Untuk menghindari terlewatnya adanya dislokasi tanpa fraktur diperlukan film lateral pada posisi ekstensi dan fleksi. E. Pergeseran korpus vertebra ke arah depan terhadap korpus vertebra dibawahnya dapat berarti klinis yaitu dislokasi permukaan unilateral jika pergeseran yang kurang darisetengah lebar korpus vertebra. Untuk hal ini diperlukan foto oblik untukmemperlihatkan sisi yang terkena. Pergeseran yang lebih dari setengah lebar korpusvertebra tersbut menunjukkan dislokasi bilateral. F. Lesi yang tidak jelas perlu dilanjutkn pemeriksaan CT scan.

5. CEDERA VERTEBRA THORAKOLUMBAR


A. Fraktur kompresi (Wedge fractures) adanya kompresi pada bagian depan corpusvertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalahfraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapatdisebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupunmendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya. B. Fraktur remuk (Burst fractures) fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpusvertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensimasuk ke kanalis spinais. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpusvertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih beratdibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akanmemudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarahke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisiatau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbarjunction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi.Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahuiletak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akanlebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanyaperdarahan.

C.

Fraktur dislokasi terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakansehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakahada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak. Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasimekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi danproses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke anterior dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina,penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namundapat juga terjadi dari bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Padamekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawahcosta. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tearsdan keluarnya serabut syaraf.

D. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan mobildengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat vertebrae dalamkeadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction. Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahanmenbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anteriorvertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepanmelawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancurselanjutnya kolumna posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasukjenis fraktur tidak stabil3

Cedera Saraf Pada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau akar saraf, ataukeduanya; lesi servikal dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia lesi torakolumbal.Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat tiga jenis lesi: gegar korda, transeksikorda dan transeksi akar.

Gegar Korda (Neurapraksia) Paralisis motorik (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis viseral di bawah tingkat lesikorda mungkin bersifat lengkap, tetapi dalam beberapa menit atau beberapa jampenyembuhan dimulai dan segera sembuh sepenuhnya. Keadaan itu paling mungkinterjadi pada pasien yang, karena beberapa alasan selain cedera, mempunyai salurananteroposterior yang diameternya kecil; tetapi, tidak terdapat bukti radiologik adanyakerusakan tulang yang barn terjadi.

Transeksi Korda Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi di bawah tingkat lesikorda; seperti halnya gegar korda, paralisis motorik mula-mula bersifat flasid. Ini adalahkeadaan sementara yang dikenal sebagai syok korda, tetapi cedera itu bersifat anatomic dantak dapat diperbaiki. Tetapi, beberapa waktu kemudian, korda di bawah tingkat transeksi sembuh dari syok danbekerja sebagai struktur yang bebas; artinya, menunjukkan aktivitas refleks. Dalambeberapa jam refleks anal dan penis pulih kembali, dan respons plantar menjadi ekstensor.Dalam beberapa hari atau beberapa minggu paralisis flasid menjadi spastik, disertaipeningkatan, tonus, peningkatan refleks tendon dan klonus; spasme fleksor dan kontrakturdapat terjadi tetapi sensasi tak pernah pulih kembali. Timbulnya refleks anal dan penistanpa adanya sensasi pada kaki bersifat diagnostik untuk transeksi korda.

Transeksi Akar Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi pada distribusi akaryang rusak. Tetapi, transeksi akar berbeda dari transeksi korda, dalam dua hal: (1) regenerasisecara teoretis dapat terjadi; dan (2) paralisis motorik yang tersisa tetap flasid secarapermanen.

Skala klinis yang digunakan untuk menentukan derajatan keparahan gangguan neurologiadalah scoring Frankel (1970) , 5 kategori tersebut adalah A. jika sensorik danmotoriknya tidak berfungsi, B jika hanya sensori saja yang berfungsi, C jika sensorinyaada sebagian dan motorikny ada sebagian, d jika motorik baik dan E sensorik danmotorik baik.

ASIA IMPAIRMENT SCALE


A. Lengkap: tidak ada sensorik maupunmotorikdibawah leveldefisitneurologi B. C. Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun di bawah level defisit neurology Tidak lengkap : sensorik baik danfungsi motorik dibawah defisit neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3

D. Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya lebih dari 3 atau sama dengan 3 E. Fungsi sensorik dan motorik normal

INCOMPLETE CORD SYNDROMES


1. Sindrom Anterior cord : Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas terhadap nyeri, temperature namunfungsi propioseptif masih normal 2. Sindrom Brown-Sequard: Proposeptif ipsilateral normal, motorik hilang dan kehilangan sensitivitas nyeri dan temperatur pada sisi kontralateral 3. 4. 5. 6. 7. Sindrom Central cord: Khusus pada regio sentral, anggota gerak atas lebih lemah dibanding anggota gerak bawah Sindrom Dorsal cord (posterior cord): Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif Sindrom Conus medullaris : Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanlis neuralis ; arefllex pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah Sindrom Cauda equina: Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yangmengakibatkan arefleksia vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerakbawah

DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN FRAKTUR VERTEBRA


Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda fraktur yang tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf dengan CT atau MRI. Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa informasi yang rinci, diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan. Pemeriksaan rektum harus dilakukan. Cedera spinal termasuk kegawatan. Pentingnya memperhatikan kondisi pasien khususnya jaln nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien. Vertebra akan terjaga dengan fiksasi sementara sampai diagnosis dapat ditegakkan. 1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untukmelihat tulang vertebra, untuk melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra. 2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra 2 dimensi . pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang dihasilkan CT scan 3. Magnetic Resonance Imaging: pemeriksaan ini menggunakan gelombang frekuensiradio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di aerahvertebra. Gambaran yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRIseringdigunakan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discusintervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.

TERAPI
Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian kesadaran, jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan segeramengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaanklinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik dan reflekuntuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2 Terapi pada frakturvertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yanglebih parah lagi. semuanya tergantung dengan tipe fraktur 1. 1.Braces & Orthotics ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan kesegarisan vertebra (aligment), 2 imobilisasi vertebradalam masa penyembuhan, 3 mengatsirasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan. Fraktur yang sifatnya stabilmembutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar (Miami J) untuk frakturcervical, cervicalthoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian atas, thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian bawah, dalam waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokas memerlukan traksi,halo ring dan vest brace untuk mengembalikan kesegarisan 2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion). Teknik ini adalah teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah proses penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid. 3. Vertebroplasty & Kyphoplasty, tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan osteoporosis dan tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone cement di injeksikan melalui lubang jarung menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah balon dimasukkan dan dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement .

PENGELOLAAN PENDERITA DENGAN PARALISIS MELIPUTI 1. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi dan evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu 2. 3. 4. 5. 6. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua hari Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh Nutirsi dengan diet tinggi protein secara intravena Cegah dekubitus Fisioterapi untuk mencegah kontraktur

PEMBAGIAN TRAUMA VERTEBRA


1. BEATSON (1963) membedakan atas 4 grade: y Grade I = Simple Compression Fraktur 4. HOLDS WORTH membagi atas trauma: Fleksi, rotasi fleksi, rotasi, ektensi, kompressi vertikal (direct shearing force) 5. Pembagian Umum: a. Fraktur Stabil

y Grade II = Unilateral Fraktur Dislocation y Grade III = Bilateral Fraktur Dislocation y Grade IV = Rotational Fraktur Dislocation 2. BEDBROCK membagi atas: y Trauma pada vertebra seperti compression, extension, dan flexion rotation injury y Trauma medula spinalis seperti: comotio, contusio, stretching, gangguan vaskuler, trombus, dan hematoma 3. E. SHANNON STAUPER membagi: y Extension injury y Simple flexion injury y Flexion compression fraktur dislocation.

y Fraktur wedging sederhana (Simple wedges fraktur) y Burst fraktur y Extension b. Fraktur tak stabil y Dislokasi y Fraktur dislokasi y Shearing fraktur

Fraktur tulang belakang terjadi karena trauma kompresi axial pada waktu tulang belakang tegak. Menurut percobaan beban seberat 315 kg atau 1,03 kg per mm2 dapat mengakibatkan fraktur tulang belakang. Daerah yang paling sering kena adalah daerah yang mobil yaitu VC 4-6 dan Th12-L2. Perawatan bila disertai dengan kelainan neorologis. I. Fase Akut (0-6 minggu) 1. Live saving dan kontrol vital sign 2. Perawatan trauma penyerta 3. Penanganan fraktur tulang panjang (bila ada) fiksasi interna atau eksterna 4. Fraktur/Lesi pada vertebra a. Konservatif (postural reduction) (reposisi sendiri) Tidur telentang dengan alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam untuk mencegah dekubitus, terutama simple kompressi. b. Operatif Pada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara konservatif dan operatif. Kalau dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam pertama dengan cara:

y laminektomi y fiksasi interna dengan kawat atau plate y anterior fusion atau post spinal fusion c. Perawatan status urologi Pada status urologis dinilai tipe kerusakan sarafnya apakah supra nuklear (reflek bladder) dan infra nuklear (paralitik bladder) atau campuran. Pada fase akut dipasang keteter dan kemudian secepatnya dilakukan bladder training dengan cara penderita disuruh minum segelas air tiap jam sehingga buli-buli berisi tetapi masih kurang 400 cc. Diharapkan dengan cara ini tidak terjadi pengkerutan buli-buli dan reflek detrusor dapat kembali. Miksi dapat juga dirangsang dengan jalan:

y Mengetok-ngetok perut (abdominal tapping) y Manuver crede y Rangsangan sensorik dari bagian dalam paha y Gravitasi/mengubah posisi d. Perawatan dekubitus Komplikasi ini sering ditemui karena berkurangnya vaskularisasi didaerah tersebut. II. Fase Sub Akut (6-12 minggu) III. Fase berdikari (3-6 bulan) Yang banyak berperan disini adalah pekerja sosial seperti: * Mempersiapkan rumah beserta isinya pada penderita. * Mengadakan alat-alat pembantu * Mempersiapkan pekerjaan tangannya. * Siapapun yang mengelola penderita ini harus dapat: - Mengembalikan spinal augment - Stabilitas dan tulang belakang - Mengusahakan agar penderita mencapai kehidupan normal - Mencegah komplikasi. Fisioterapi I. Stadium Akut 1. Breathing exercise yang adequate 2. Mencegah kontraktur 3. Melatih otot yang lemah II. Stadium Sub Akut Penderita boleh duduk pada kursi roda III. Berdikari IV. Follow up V. Occupational therapy

Anda mungkin juga menyukai