Anda di halaman 1dari 7

Nama : Devita Marlina Nim : 06081010020

Fak/Jur : FKIp / Kimia

1. Perbedaan konsentrasi, volume, solute, solven, kalor jenis, pelarutan dan pengenceran??

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi.
Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Solute ( Zat terlarut)

Solvent (Pelarut ) adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat sebesar 1C (satuan kalori/gram.C atau kkal/kg C).

Kalor yang digunakan untuk menaikkan/menurunkan suhu tanpa mengubah wujud zat: Q=H. t Q=m.c. t H=m.c

Q = kalor yang di lepas/diterima H = kapasitas kalor t = kenaikan/penurunan suhu m = massa benda c= kalor jenis Kalor yang diserap/dilepaskan (Q) dalam proses perubahan wujud benda: Q=m.L m = massa benda kg L = kalor laten (kalor lebur, kalor beku. kalor uap,kalor embun, kalor sublim, kalor lenyap) /kg Jadi kalor yang diserap ( ) atau yang dilepas ( ) pada saat terjadi perubahan wujud benda tidak menyebabkan perubahan suhu benda (suhu benda konstan ).

Pelarutan :

Contoh Pelarutan Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara

umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
1.Teknik Pelarutan Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam kesehrian. Caranya, sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut atau sevolum pelarut dimasukkan sejumlah zat padat; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya. Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat(salah). Beberapa hal dan langkah tentang pembuatan larutan dari padatan dan teknik pelarutannya yang harus diperhatikan adalah: a. Sifat analisis: tetapkan apakah akan melakukan analisis kuantitatif atau kualitatif(sesuaikan dengan tujuan analisis) b. Kuantitas larutan(volum, konsentrasi): tetapkan sesuai dengan kebutuhan c. kuantitas zat padat(rumus, kelarutan, massa): tetapkan rumus zat padat(kristal), daya larut dan massa padatan yang akan dilarutkan(dihitung) d. sifat zat padat: tetapkan apakah stabil, higroskopis, atau dapat bereaksi dengan air. e. alat ukur massa(neraca): jika kualitatif gunakan neraca T atau Sa dan jika kuantitatif gunakan neraca T dan neraca A. f. alat ukur volum: jika kualitatif gunakan gelas ukur dan jika kuantitatif gunakan labu takar. g. pelarutan, meliputi: - peralatan pendukung: siapkan gelas kimia, batang pengaduk, botol timbang, corong, pipet tetes, botol semprot, botol kemasan pereaksi. - pelaksanaan: jika kualitatif pindahkan padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu pindahkan kedalam gelas ukur dan tuang akuades sampai tanda batas. sedangkan jika kualitatif pindahkan dulu seluruh padatan kedalam gelas kimia dan larutkan dengan akuades secukupnya, lalu

pindahkan seluruhnya secara kuantitatif kedalam labu takar lewat corong; tambahkan akuades sedemikian; keringkan bagian atas skala; lalu secara tetes per tetes sampai tanda batas volum; tutup labunya dan homogenkan. -pengemasan: bilasi botol pereaksi hingga bersih/kering dengan sedikit larutan diatas, dan pindahkan seluruh larutan ke botol, tutup dan beri label dengan jelas. - Pengenceran

2. Teknik Pengenceran Pada umumnya asam-asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat korosif. Zat cair organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Asam-asam anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutannya yang lebih encer dalam suatu pelarut. Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekat organik pada dasarnya tidak begitu berbeda. Teknik pengenceran melibatkan teknik pengukuran volum dan teknik pelarutan(teknik pencampuran). Tentang kedua teknik ini, beberapa hal harus diperhatikan seperti diuraikan berikut ini: a. Teknik pengenceran dari cairan pekatpra pengenceran - hitung volume cairan pekat dan volume akuades yang akan diukur - ukur volume akuades tersebut dan siapkan didalam gelas kimia teknik pengukuran volume cairan pekat - mengingat sifat zat cair pekat, maka pengukuran vlumenya harus dilakukan diruang asam dan pembacaan skala volumenya harus sesegera mungkin - sebaiknya menggunakan masker pencampuran atau pelarutan - segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk kedalam gelas kimia berisi akuades diatas. - hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran; tambahkan sesuai dengan kekurangan akuades b. teknik pengenceran dari cairan kurang pekat teknik pengenceran dari larutan tidak pekat menjadi larutan yang lebih encer(misal dari 3M ke 1M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu diruang asam. Caranya: ukur akuades(hasil hitung) dengan gelas ukur(berukuran sesuai dengan volume akhir larutan); kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya kedalam gelas ukur tersebut sampai volumenya mendekati tanda batas; lanjutkan penambahan tetes per tetes sampai tanda batas volume akhir yang diharapkan. c. Perhitungan volume dan konsentrasi cairan sebelum melakukan perhitungan volume cairan, catatlah harga kadar/konsentrasi cairan yang akan diencerkan dari label kemasannya, dan tetapkan besarnya volume larutan encer yang hendak dibuat. Asam-asam pekat yang diperdagangkan, pada labelnya ditemukan dari harga molar, persen(b/b), dan massa jenisnya. Hubungan pengenceran Molar(M) hubungan matematis yang diterapkan:

V1 x M1 = V2 x M2 dimana: V= volume cairan(L), dan M= molaritas(mol/L) 2. Jenis-janis zat pelarut yang dapat melarutkan NaCl ?
Garam saat ini diproduksi secara massal oleh penguapan dari air laut atau air asin dari sumber lainnya, seperti sumur air asin dan garam danau, dan oleh pertambangan batu garam, yang disebut Pada tahun 2002, produksi dunia diperkirakan 210 juta metrik ton, lima produsen (dalam juta ton) menjadi Amerika Serikat (40,3), Cina (32,9), Jerman (17,7), India (14,5) dan Kanada (12,3)

Penggunaan klorin termasuk PVC, pestisida dan epoxy resin. Bersama dengan klorin, ini proses chloralkali menghasilkan hidrogen gas dan natrium hidroksida, menurut persamaan kimia
2NaCl + 2H
2

O Cl

+H

+ 2NaOH 2NaCl + 2H

O Cl

+H

+ 2NaOH

. Sekarang ini dilakukan dalam sel Down natrium klorida yang dicampur dengan kalsium klorida untuk menurunkan di bawah titik leleh 700 C.. Seperti kalsium lebih elektropositif daripada natrium, tidak ada kalsium akan terbentuk di katoda.. Metode ini lebih murah daripada metode sebelumnya mengelektrolisis natrium hidroksida. . Natrium klorida digunakan dalam proses kimia lainnya untuk produksi skala besar senyawa yang mengandung natrium atau klorin.. Dalam proses Solvay, natrium klorida digunakan untuk memproduksi natrium karbonat dan . Dalam proses Mannheim dan dalam proses Hargreaves, digunakan untuk produksi natrium sulfat dan asam klorida. Garam larut dalam pelarut polar, membentuk ion positif dan negatif yang tertarik ke ujung positif dan negatif dari molekul pelarut, masing-masing. If the solvent is water, hydration occurs when the charged solute ions become surrounded by water molecules. Jika pelarut air, hidrasi terjadi ketika ion terlarut menjadi bermuatan yang dikelilingi oleh molekul air. A standard example is aqueous saltwater. Standar berair contoh adalah air asin. Such solutions are called electrolytes . Solusi semacam ini disebut elektrolit. For non-ionic solutes, the general rule is: like dissolves like. Non-ion zat terlarut, aturan umum adalah: seperti larut seperti. Polar solutes dissolve in polar solvents, forming polar bonds or hydrogen bonds. Zat terlarut polar larut dalam pelarut polar, membentuk ikatan polar atau ikatan hidrogen. As an example, all alcoholic beverages are aqueous solutions of ethanol . Sebagai contoh, semua minuman beralkohol adalah larutan berair dari etanol. On the other hand, non-polar solutes dissolve better in non-polar solvents. Di sisi lain, non-polar melarutkan zat terlarut lebih baik dalam pelarut nonpolar. Examples are various hydrocarbons like oil and grease that easily mix with each other, while being incompatible with water. Contohnya adalah berbagai hidrokarbon seperti minyak dan lemak yang mudah bergaul dengan satu sama lain, ketika sedang tidak cocok dengan air.

An example for the immiscibility of oil and water is a leak of petroleum from a damaged tanker, that does not dissolve in the ocean water but rather floats on the surface. Contoh bagi immiscibility minyak dan air adalah kebocoran minyak dari kapal tanker yang rusak, yang tidak larut dalam air laut melainkan mengapung di permukaan. Molekul air terdiri atas 2 atom H yang mengelilingi 1 atom O. Di sekitar atom pusat O terdapat 4 pasang elektron (PE) 2 pasang elektron ikatan (PEI) O - H dan 2 pasang elektron bebas (PEB) dalam kedudukan 3 dimensi (ruang). Menurut teori tolakan pasangan elektron (VSEPR: Valence Shell Electron Pair Repulsion), gaya tolak PEB - PEB > PEB - PEI > PEI - PEI. Oleh karena itu, sudut H-O-H tidak 180 oC dan bentuk molekul ini tidak linier, melainkan berbentuk huruf V atau bengkok (bent). Kedudukan ini tidak simetri dan momen dipolnya > 0. Berarti terjadi pemisahan muatan, di sekitar atom O terdapat kutub negatif dan di sekitar atom H timbul kutub positif. Dikatakan molekul air memiliki dipol permanen. Air begitu berlimpah dan peranannya sangat penting bagi makhluk hidup. Tubuh kita, 75% terdiri atas molekul-molekul air. Salah satu peranan air yang sedang kita bahas ini adalah kemampuannya sebagai pelarut. Pelarut sendiri dapat dibedakan menjadi 2, pelarut polar dan non polar. Pelarut non polar melarutkan zat-zat yang bersifat non polar, sedang pelarut polar mampu melarutkan senyawasenyawa polar dan senyawa-senyawa ion. Maka sebagai pelarut polar, air dapat melarutkan lebih banyak zat dibanding pelarut non polar. Mengapa pelarut dan zat terlarut harus sejenis, non polar dengan non polar misalnya? Mengapa zat yang non polar tidak dapat larut dalam pelarut polar atau sebaliknya? Sebagai contoh I2(s) yang non polar larut baik dalam CCl4(l) non polar dan sukar larut dalam air. Contoh lain, minyak yang non polar tidak larut dalam air. Jika kedua jenis molekul yang dicampur sama-sama non polar, maka mereka sama-sama netral, tidak memiliki dipol. Sehingga keduanya dapat bercampur secara homogen. Demikian pula jika molekul pelarut dan terlarut sama-sama polar, keduanya saling memiliki dipol permanen, maka kutub positif akan tarik menarik dengan kutub negatif dan sebaliknya, sehingga keduanya dapat bercampur homogen. Mengapa senyawa ion dapat larut dalam air? Karena molekul air polar, berarti memiliki muatan, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Senyawa ion, terdiri atas kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Karena air dan senyawa ion keduanya memiliki muatan, maka mereka dapat saling tarik menarik hingga keduanya dapat bercampur homogen. Kutub positif molekul air menarik ion negatif senyawa ion dan kutub negatif molekul air menarik ion positif senyawa ion. Gambar di atas menunjukkan bahwa molekul air yang menarik ion Cl- ternyata mengelilingi ion itu hingga muatan negatifnya tidak mampu lagi mempengaruhi ion Na+ untuk mendekat dan tarik menarik. Molekul air yang mengelilingi ion Cl- menghalangi ion ini agar tidak bertemu lagi dengan ion Na+. Demikian pula dengan ion Na+. Molekul-molekul air yang menarik ion Na+ juga mengelilingi ion Na+ sehingga ion Na+ tidak lagi tarik menarik dengan ion Cl-. Oleh karena itu ion-ion Na+ dan Cl- yang masing-masing telah diselimuti oleh molekul air dapat tersebar merata (homogen) dan dapat bergerak bebas. Apabila jumlah NaCl yang dilarutkan tidak terlalu banyak, sebatas larutan encer, pada daya hantar listrik, lampu akan menyala terang. Namun, jika jumlah NaCl terlalu banyak walaupun semuanya masih dapat larut, nyala lampu redup atau bahkan tidak menyala. Hal ini disebabkan oleh jumlah molekul air yang mengelilingi ion-ion tidak cukup, sehingga selimut air tidak dapat menutupi seluruh permukaan ion dan terjadilah gaya tarik antara ion-ion Na+ dan Cl-. Gaya tarik

ini mengakibatkan ion-ion itu tidak dapat bergerak bebas, seh ingga tidak mampu menghantarkan listrik. Dikatakan bahwa solvasi (solvation) tidak sempurna sehingga ion-ion mengalami polarisasi. Dapat disimpulkan bahwa air sebagai pelarut polar, mampu menarik zat terlarut hingga mencapai homogenitas yang optimal dengan adanya pembentukan selimut air. Oleh karena itu, senyawa NaCl yang telah larut dalam air, ditulis sebagai Na+(aq) dan Cl-(aq) atau disingkat NaCl(aq). Tanda (aq) menyatakan bahwa terjadi solvasi.

Anda mungkin juga menyukai