V. Dasar Teori
1. Laju Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah konsentrasi reaktan
untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah konsentrasi hasil reaksi untuk setiap
waktu. Konsentrasi menyatakan kepekatan dari suatu larutan. (Tim Konsultan Kimia
FPTK). Laju reaksi dinyatakan dengan satuan molaritas per detik (M/detik atau
mol/L.detik), dimana molaritas adalah jumlah zat terlarut dari tiap liter larutan atau gas.
Jika diketahui persamaan reaksi :
P Q
Zat P sebagai reaktan dengan konsentrasi [P] dan zat Q sebagai hasil reaksi
dengan konsentrasi [Q], pada awal reaksi zat Q belum terbentuk. Setelah reaksi berjalan,
zat Q mulai terbentuk. Semakin lam konsentrasi [Q] semakin bertambah, sedangkan P
semakin berkurang. Dapat disimpulkan bahwa jumlah konsentrasi [P] semakin
berkurang, maka laju reaksinya adalah berkurangnya jumlah konsentrasi [P] per satuan
waktu, sedangkan untuk jumlah konsentrasi hasil reaksi [Q] semakin bertambah, maka
laju reaksinya adalah bertambahnya jumlah konsentrasi [Q] per satuan waktu. (Syukri,
1999). Maka reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut. :
∆𝑃 ∆[𝑄]
v[P] = − ∆𝑡 dan v[Q] = + ∆𝑡
Keterangan :
P = reaktan
Q = hasil reaksi
v = laju reaksi
∆[𝑃] = perubahan konsentrasi molar reaktan
∆[𝑄] = perubahan konsentrasi molar hasil reaktan
∆ = perubahan waktu
∆𝑃
− = laju pengurangan konsentrasi molar salah satu reaktan dalam satuan waktu
∆𝑡
∆[𝑄]
+ = laju penambahan konsentrasi molar salah satu hasil reaksi dalan satuan waktu
∆𝑡
a) Metode Logika
Metode logika menggunakan rumus bahwa
a=b dengan a = perbesaran konsentrasi
a=b b = perbesaran laju reaksi
Metode ini memiliki kelemahan, yaitu hanya bisa digunakan jika ada data yang sama.
CaCO3
- Dipasang balon pada labu yang telah diisi - Dipasang balon pada labu yang telah
10 ml HCl 1 M diisi 10 ml HCl 1 M
- Dinyalakan stopwatch saat CaCO3 jatuh - Dinyalakan stopwatch saat CaCO3 jatuh
- Diukur waktu yang diperlukan saat balon - Diukur waktu yang diperlukan saat
terisi dengan gas CO2 balon terisi dengan gas CO2
Hasil Hasil
Reaksi : 𝐶𝑎𝐶O3 (𝑠)+ 2HCL (aq) CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2 O (l)
3. Pengaruh Temperatur pada Laju Reaksi
Reaksi antara kalium permanganat dan asam oksalat
H2C2O4 0,1M H2C2O4 0,1M
KMnO4 0,1M
- Di encerkan dengan H2O (l) hingga
volumenya 10 ml (KMnO4 0,1M 10
tetes =10ml) kemudian di teteskan ke
tabung reaksi
Hasil Hasil
- Larutan tidak
- Larutan berwarna
berwarna ungu - Pada tabung
reaksi 2
membutuhkan
waktu 104s
untuk berubah
warna.
VII. Analisis dan Pembahasan
- Pada percobaan yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi”
bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu
konsentrasi zat pereaksi, luas permukaann sentuhan, temperatur, dan katalis. Alat
yang digunakan adalah 2 buah labu ukur 100 ml, 3 buah stopwatch, 1 gelas ukur
25 ml, 1 gelas ukur 10 ml, 1 penjepit, 10 pipet tetes, 3 gelas kimia 100 ml, 1 gelas
kimia 400 ml, 1 mortar, 1 alu, 6 buah tabung reaksi, 1 rak, 1 pengaduk gelas, 1
spirtus, 1 termometer, 1 buah kasa, 1 buah kaki tiga, korek api, 2 buah balon.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah :
- HCl (aq) 1M
- Larutan HCl (aq) Pekat 3M
- Na2 S2 O3 (𝑎𝑞) 0,05 M
- Padatan CaCO3 (s)
- KMnO4 (aq) 0,1 M
- H2 C2 O4 (aq) 0,1 M
- H2 SO4 (aq) 0,5 M
- 𝑀𝑛𝑆𝑂4 (aq) 0,5 M
Percobaan pertama
Pada percobaan pertama mencari pengaruh konsentrasi pada laju reaksi antara
larutan natrium tiosulfat (𝑁𝑎2𝑆203) 0,05 M dan asam klorida (𝐻𝐶𝑙) 3M. untuk itu,
hal yang pertama dilakukan adalah dengan menuangkan sebanyak 5 ml Natrium
tiosulfat ( 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 ) tidak berwarna pada masing-masing gelas kimia yaitu gelas
A, gelas B, gelas C, dan gelas D. Masing-masing diukur menggunakan tabung ukur
dan pipet tetes.
Pada gelas A ditambahkan 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M tidak berwarna dan kemudian dikocok
hingga homogen. Kemudian dinyalakan stopwatch tepat saat 𝐻𝐶𝑙 ditambahkan dan
dihentikan pada saat terjadi kekeruhan. Awalnya larutan yang berisi 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 dan
𝐻𝐶𝑙 tidak berwarna, namun setelah tercampur terjadi perubahan warna larutan
menjadi putih pekat dan menghasilkan endapan putih pada detik ke 74 s.
Pada gelas B dituangkan larutan 5 ml Natrium tiosulfat (𝑁𝑎2𝑆2𝑂3) ke dalam gelas
kimia, dengan ditambahkan 10 ml aquades dan ditambahkan 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M lalu
dikocok sampai homogen. Menyalakan stopwatch tepat saat 𝐻𝐶𝑙 ditambahkan dan
dihentikan pada saat terjadi kekeruhan. Awalnya larutan 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 + 𝐻𝐶𝑙 + 10 ml
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 tidak berwarna, tapi setelah tercampur larutan berubah menjadi warna
putih keruh pada detik ke 215 s.
Pada gelas C 5 ml larutan Natrium tiosulfat ( 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 ) 0,05 M dituangkan pada
gelas kimia dengan menambahkan 15 ml aquades dan ditambahkan 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M
lalu dikocok sampai homogen. Kemudian menyalakan stopwatch tepat saat 𝐻𝐶𝑙
ditambahkan dan dihentikan pada saat terjadi kekeruhan. Awalnya larutan
𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 + 𝐻𝐶𝑙 + 15 ml 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 tidak berwarna, namun setelah tercampur terjadi
perubahan warna larutan yakni menjadi putih keruh pada detik ke 281 s.
Pada gelas D 5 ml larutan (𝑁𝑎2𝑆2𝑂3) 0,05 M dituangkan pada gelas kimia,
dengan menambahkan 25 ml aquades dan ditambahkan 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M lalu dikocok
sampai homogen. Kemudian menyalakan stopwatch tepat saat 𝐻𝐶𝑙 ditambahkan
dan dihentikan pada saat terjadi kekeruhan. Awalnya larutan 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 + 𝐻𝐶𝑙 + 25
𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 tidak berwarna, namun setelah tercampur warna larutan berubah menjadi
putih keruh pada detik ke 335 s.
Penambahan air atau 𝐻2𝑂 memiliki tujuan untuk membedakan konsentrasi
dengan mengencerkannya sehingga pada setiap gelas akan berbeda konsentrasi dan
supaya terjadi pencampuran secara sempurna. Sedangkan Penambahan 5 ml 𝐻𝐶𝑙
3M jernih tidak berwarna pada masing-masing gelas memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui setiap reaksi yang berada dalam setiap masing-masing gelas dan
didapatkan hasil reaksi antara 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3dan 𝐻𝐶𝑙 adalah larutan putih keruh
kekuningan. Perubahan yang terjadi ini memiliki sebab yaitu dikarenakan
pembebasan belerang (S) atau adanya endapan belerang (S). Sehingga terjadi reaksi
berikut ini :
• 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(l) → 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3(𝑎𝑞)
• 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3(𝑎𝑞) + 2 𝐻𝐶𝑙(𝑎𝑞) → 2 𝑁𝑎𝐶𝑙(𝑎𝑞) + 𝑆(𝑠) + 𝑆𝑂2(𝑔) + 𝐻2𝑂(𝑙)
Berikut tabel mengenai hasil percobaan dari percobaan 1:
Dari tabel maupun kurva diatas diperoleh data sebagai berikut :
• Gelas A 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3+ 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M menghasilkan endapan putih pada detik ke 74
sekon.
• Gelas B 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3+ 10 ml 𝐻2𝑂+ 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M menghasilkan endapan putih
pada detik ke 215 sekon.
• Gelas C 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3+ 15 ml 𝐻2𝑂+ 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M menghasilkan endapan putih
pada detik ke 281 sekon.
• Gelas D 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3+ 25 ml 𝐻2𝑂+ 5 ml 𝐻𝐶𝑙 3M menghasilkan endapan putih
pada detik ke 335 sekon
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terdapat pengaruh antar besar
konsentrasi terhadap kecepatan reaksi. Waktu yang dibutuhkan oleh larutan untuk
berubah menjadi endapan putih terlihat pada grafik diatas. Apabila semakin kecil
konsentrasi suatu pereaksi, maka kecepatan yang dihasilkan akan semakin kecil
atau lambat pula dan begitu pula sebaliknya. Hubungan tersebut berbanding lurus.
Untuk konsentrasi pereaksi akan lebih besar apabila konsentrasinya juga besar dan
apabila semakin kecil laju reaksi karena kecilnya konsentrasi yang dimiliki.
Kemudian hubungan antara volume air dengan laju reaksi berbanding terbalik
karena apabila semakin banyak air yang ditambahkan maka semakin lambat laju
reaksinya begitupula sebaliknya. Pada percobaan ini diperoleh orde reaksinya
adalah 1,5060. Hasil ini diperoleh dari rumus berikut : V = k [A]x [B]y
Percobaan kedua
Pada percobaan kedua mencari pengaruh luas permukaan sentuhan dengan
menggunakan dua labu, kedua labu tersebut digunakan untuk butiran marmer dan
marmer yang telah dihaluskan (serbuk). Pada tabung pertama diisi 10 ml 𝐻𝐶𝑙 1M.
Kemudian dimasukkan butiran marmer (𝐶𝑎𝐶𝑂3) sebanyak 4 butir dan langsung
ditutup mulut labu dengan balon. Setelah itu dinyalakan stopwatch untuk
mengetahui berapa lama balon dapat mengembang. Mulanya larutan yang ada di
dalam labu tidak berwarna dan balon jatuh kebawah, namun setelah marmer
dijatuhkan warna larutan berubah menjadi putih keruh dan balon berdiri keatas
(mengembang) pada detiik ke 146 s. Sedangkan pada labu yang kedua, dimasukkan
larutan 𝐻𝐶𝑙 1M sebanyak 10 ml dan memasukkan marmer (𝐶𝑎𝐶𝑂3) yang telah
dihaluskan menggunakan mortal dan alu sebanyak 4 butir (sudah menjadi serbuk)
dimasukkan ke dalam labu serta menyalakan stopwatch agar dapat diketahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan balon untuk mengembang. Awalnya larutan yang ada
di dalam labu tidak berwarna dan balon jatuh ke bawah, namun setelah serbuk
marmer dijatuhkan warna larutan berubah menjadi putih keruh dan balon dapat
mengembang pada detik ke 8 s. Sehingga terjadi reaksi berikut ini :
• 𝐶𝑎𝐶𝑂3 (s) + 2HCl (aq) → 𝐶𝑎𝐶𝑙2(s) + 𝐶𝑂2(g) + 2 𝐻2𝑂(l)
Berikut tabel hasil percobaan 2 Tabel 2.A
Dari tabel diatas diperoleh data sebagai berikut :
• Padatan 𝐶𝑎𝐶𝑂3 + 10 ml 𝐻𝐶𝑙 menghasilkan balon yang mengembang pada detik
ke 146 sekon.
• 𝐶𝑎𝐶𝑂3 (dihaluskan) + 10 ml 𝐻𝐶𝑙 menghasilkan balon yang mengembang pada
detik ke 8 sekon.
Berikut tabel hasil percobaan 2 :
Percobaan ke- Gelas Marmer Waktu V
Dari tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa luas permukaan memengaruhi laju
reaksi pada balon. Hal ini dikarenakan semakin tinggi luas partikel suatu zat maka
semakin banyak tumbukan antar partikel yang berlangsung. Sehingga dapat disebut
bahwa balon yang berisi butiran marmer lebih lambat mengembang daripada balon
yang berisi butiran marmer yang dihaluskan. Begitupula dengan luas permukaan
bidang sentuh pada serbuk yang semakin banyak tumbukan maka semakin cepat
laju reaksi.
Percobaan ketiga
Pada percobaan ketiga mencari pengaruh beberapa temperatur pada laju
reaksi. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan A yaitu 10 tetes
𝐻2𝐶2𝑂4 0,1M dan ditambahkan aquades hingga volumenya 5 ml diambil dengan
menggunakan pipet tetes, yang tidak terdapat perubahan warna pada reaksi ini.
Kemudian pada larutan B ditambahkan 10 tetes 𝐾𝑀𝑁𝑂4 0,1M berwarna ungu
dengan menggunakan pipet tetes, kemudian diencerkan dengan menambahkan
aquades tidak berwarna hingga volumenya 5 ml, pada percobaan ini terjadi
perubahan warna yang awalnya tidak berwarna menjadi ungu dikarenakan adanya
larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4. Pada 4 tabung reaksi yang suhunya berbeda, ditambahkan 2 tetes
larutan A dan 2 tetes 𝐻2𝑆𝑂4 (nyalakan stopwatch dan dicatat suhu awalnya),
kemudian dipanaskan sampai warna pada larutan menghilang, lalu ditambahkan 1
tetes larutan B. Dimulai dari suhu ruang agar warna hilang dibutuhkan waktu 121 s
, kemudian pada suhu yang tertinggi pada percobaan kali ini yaitu 50℃, agar warna
hilang dibutuhkan waktu selama 10 detik, pada suhu 45℃ dibutuhkan waktu 34
detik, lalu pada suhu 40℃ dibutuhkan waktu selama 45 detik, dan pada suhu 35℃
dibutuhkan waktu 96 detik. Jika suhunya tinggi maka akan menyebabkan laju reaksi
semakin cepat, hal tersebut dikarenakan partikel bergerak lebih cepat.
Pada tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan suhu yang meningkat
akan membuat laju reaksi semakin cepat. Hal ini disebabkan karena kenaikan suhu
menyebabkan gerakan partikel semakin cepat. Reaksinya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
• 𝐶2𝐻2𝑂4 + 𝐻2𝑂 (l) → 𝐶2𝐻2𝑂4(𝑎𝑞)
• 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(l) → 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞)
• 2 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞) + 5 𝐻2𝐶2𝑂4(𝑎𝑞) + 3 𝐻2𝑆𝑂4(𝑎𝑞) → 2 𝑀𝑛𝑆𝑂4(𝑎𝑞) + 10
𝐶02(𝑔) + 𝐾2𝑆𝑂4(𝑎𝑞) + 8 𝐻2𝑂(𝑙)
Adanya penambahan 𝐻2𝑆𝑂4 memiliki tujuan sebagai pembawa suasana asam
karena apabila telah diberi 𝐾𝑀𝑁𝑂4 lama-lama larutan menjadi tidak berwarna
karena 𝐻2𝑆𝑂4 sebagai pembawa suasana asam dan menjadi 𝑀𝑛𝑆𝑂4 . Penambahan
asam pada reaksi tersebut agar terbentuk katalis yang dapat mempercepat laju
reaksinya,Berikut tabel hasil percobaan 3
Percobaan ke- Suhu Waktu V
Pada grafik tersebut didapat bahwa dengan suhu yang meningkat maka akan
semakin cepat laju reaksi yang terjadi. Hal ini disebabkan karena kenaikan suhu
menyebabkan gerakan partikel semakin cepat. Reaksinya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
• 𝐶2𝐻2𝑂4 + 𝐻2𝑂 (l) → 𝐶2𝐻2𝑂4(𝑎𝑞)
• 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(l) → 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞)
• 2 𝐾𝑀𝑁𝑂4(𝑎𝑞) + 5 𝐻2𝐶2𝑂4(𝑎𝑞) + 3 𝐻2𝑆𝑂4(𝑎𝑞) → 2 𝑀𝑛𝑆𝑂4(𝑎𝑞) + 10
𝐶02(𝑔) + 𝐾2𝑆𝑂4(𝑎𝑞) + 8 𝐻2𝑂(𝑙)
Adanya penambahan 𝐻2𝑆𝑂4 memiliki tujuan sebagai pembawa suasana asam
karena apabila telah diberi 𝐾𝑀𝑁𝑂4 lama-lama larutan menjadi tidak berwarna
karena 𝐻2𝑆𝑂4 sebagai pembawa suasana asam dan menjadi 𝑀𝑛𝑆𝑂4 . Penambahan
asam pada reaksi tersebut agar terbentuk katalis ( 𝑛2 +) yang dapat mengkatalis
reaksi tersebut sehingga reaksi dapat berjalan dengan cepat.
Percobaan keempat
Pada percobaan keempat mencari pengaruh katalis pada laju reaksi dengan
menggunakan dua tabung reaksi,. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
membuat larutan encer 𝐾𝑀𝑁𝑂4 dengan cara meneteskan 10 tetes larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4
0,1M pada gelas ukur kemudian diencerkan dengan aquades sampai volumenya
menjadi 10 ml.
Pada tabung reaksi pertama, ditambahkan 2 tetes 𝐻2𝐶2𝑂4 0,1M dan 2 tetes 𝐻2𝑆𝑂4
larutan tidak berwarna, lalu ditambahkan 1 tetes larutan encer 𝐾𝑀𝑁𝑂4berwarna
ungu. Stopwatch dijalankan sampai warna pada larutan hilang menjadi tidak
berwarna. Sebelum ditetesi larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4 cairan tidak berwarna, tetapi setelah
ditetesi larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4 cairan berubah menjadi warna ungu namun perlahan
memudar pada detik ke 18 s.
Pada tabung reaksi kedua, ditambahkan 2 tetes 𝐻2𝐶2𝑂4 , 2 tetes 𝐻2𝑆𝑂4 0,5M, 1
tetes 𝑀𝑛𝑆𝑂4 0,5M dan 1 tetes larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4 yang sebelumnya sudah diencerkan.
Kemudian dijalankan stopwatch sampai larutan yang memiliki warna ungu menjadi
pudar atau hilang. Sebelum ditetesi larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4 larutan masih tidak berwarna,
namun setelah ditetesi larutan 𝐾𝑀𝑁𝑂4 dan 𝑀𝑛𝑆𝑂4 warna cairan berubah menjadi
ungu dan perlahan memudar pada detik ke 30 s.
Tabel 4.A perbedaan larutan yang diberi katalis dengan yang tidak diberi katalis
Percobaan ke- Katalis Waktu V
Berdasarkan tabel dan kurva tersebut dapat dilihat bahwa larutan yang diberi katalis
(mangan sulfat) lebih cepat mengalami pemudaran warna. Hal ini sesuai dengan
teori dari fungsi katalis adalah mencari jalan lain dengan menurunkan energi
aktivasi dengan cara mengubah mekanisme reaksi sehingga reaksi berjalan lebih
cepat walaupun suhunya sama. Dengan adanya penurunan energi aktivasi maka
energi kinetik minimum dapat terlampaui dan reaksinya dapat terjadi.
VIII. Kesimpulan
1. Semakin banyak konsentrasi pereaksi, maka laju reaksinya akan semakin cepat.
Hal ini dibuktikan pada tabung A yang bereasi cepat menghasilkan larutan keruh
pada detik ke 316 s
2. Semakin tinggi luas partikel sebuah zat, maka akan semakin cepat laju reaksi.
Hal ini dibuktikan pada serbuk yang dapat membuat balon mengembang lebih
cepat pada detik ke 7 s
3. Semakin tinggi suhu atau temperatur sebuah larutan, maka akan semakin cepat
laju reaksi yang terjadi. Hal ini dibuktikan pada suhu tertinggi yaitu 50° C,
dimana warna permanganat cepat hilang pada detik ke 5 s.
4. Adanya katalis dapat mempercepat laju reaksi. Hal ini dibuktikan pada tabung 2
yang megalami reaksi lebih cepat pada detik ke 30 s.
Daftar Pustaka
Azizah, Utiya. 2004. Laju Reaksi. Sukarmin (Ed.). Jakarta : DIKTI.
Tim Konsultan Kimia FPTK UPI. 2004. Kinetika Kimia. Jakarta : DEPDIKNAS.
Restu, N. 2021. Laju Reaksi : Faktor dan Orde Reaksi. Google Chrome. Diakses pada
tanggal 2 November melalui https://www.gramedia.com/literasi/laju-reaksi-faktor-dan-
orde-reaksi/
Triia, Athe. 2013. Teori Dasar Orde Reaksi. Scribd. Diakses pada tanggal 2 November
melalui https://www.scribd.com/doc/190733758/Teori-Dasar-Orde-Reaksi
LAMPIRAN
warna serbuk