KIMIA DASAR
PERCOBAAN VII
KINETIKA KIMIA
2023
PERCOBAAN VII
KINETIKA KIMIA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Kinetika kimia adalah suatu cabang ilmu kimia yang memberikan informasi
mekanisme reaksi (Triyono et al., 1998). Kinematika kimia juga dapat diartikan
sebagai suatu cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Secara umum, laju reaksi diartikan sebagai besarnya
perubahan reaksi persatuan waktu. Reaksi dalam larutan besarnya perubahan
bentuk dalam 1 molaritas (M) dan waktu dalam detik atau sekon (s). Satuan laju
reaksi dalam larutan adalah M.s-1 (Rusman, 2020). Penelitian miskonsepsi dalam
definisi reaksi dengan mengatakan bahwa laju reaksi menunjukkan seberapa lama
reaksi itu terjadi, laju reaksi menyatakan penambahan konsentrasi reaktan dan
produk (Sodanango et al., 2021). Berdasarkan penggambaran berkurangnya
reaktan dan bertambahnya produk reaksi, maka laju reaksi dimaknai sebagai laju
penurunan reaktan (pereaksi) atau laju bertambahnya produk (hasil reaksi)
(Rusman, 2020).
Kinetika kimia membahas antara lain laju, orde reaksi dan tetapan laju
(Musta, et al., 2020). Kinetika reaksi adalah ilmu kimia yang mengkaji laju reaksi
dan bagaimana mekanisme reaksi itu sendiri (Mariyam et al, 2022). Kinetika
reaksi mengacu pada penentuan orde reaksi dan tetepan laju reaksi dari material
yang ditentukan. Penentuan orde suatu reaksi dianggap A → R, dimana A adalah
reaktan dan R adalah produk. Berdasarkan penentuan raksinya, untuk menentukan
orde suatu reaksi dapat mengikuti persamaan:
CA
−ln =k t …………………………………………………………………...(1)
CA 0
(Anggriawan, 2020).
Penentukan orde reaksi satu dapat dilakukan dengan membuat grafik hubungan
antara –ln (CA/CA0) versus t sehingga didapatkan grafik berupa garis lurus dengan
slope yaitu nilai dari tetapan laju reaksi dengan mengikuti persamaan y = k t untuk
penentuan suatu orde reaksi (Mariyam et al, 2022).
Pengamatan laju reaksi dari suatu sampel dapat ditentukan dengan pengaruh
variasi temperatur dan rasio mol terhadap laju reaksi esterifikasi. Nilai X yang
diperoleh digunakan untuk menghitung nilailaju reaksi esterifikasi dengan
menggunakan rumus:
dx
r= ………………………………………………………………………...….(2)
dt
Kemudian dialurkan grafik dengan sumbu x adalah rasio mol dan sumbu y adalah
nilai laju reaksi esterifikasi. Konstanta Arrhenius dan energi aktivasi ditentukan
dengan menggunakan bentuk ln dari persamaan Arrhenius sesuai dengan:
−E a
ln k =ln A+ ……………………………………………………….………(3)
R.T
Dimana R adalah tetapan gas ideal; A adalah konstanta faktor frenkuensi; T
adalah temperature; dan Ea adalah energi aktivasi. Grafik dialurkan berdasarkan
nilai ln k terhadap 1/T sehingga didapat nilai intersep dan slope. Nilai slope
diperoleh sebesar –Ea/R, kemudian dari nilai tersebut ditentukan energi aktivasi
sebesar Ea. Nilai intersep diperoleh sebesar ln A, kemudian dari nilai tersebut
dapat ditentukan konstanta Arrhenius sebesar A.
(Putri et al., 2022).
Laju reaksi merupakan materi pembelajaran kimia yang mempelajari
perubahan jumlah reaktan atau produk persatuan waktu. Kecepatan reaksi ini
ditentukan dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi reaktan ataupun jumlah produk. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, antara lain:
1. Luas permukaan
Semakin luas sebuah bidang permukaan maka akan semakin lambat pula
reaksinya sebab diperlukan waktu untuk seluruh permukaan berekasi.
2. Konsentrasi
Pada umumnya, kecepatan reaksi meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi reaktan.
3. Suhu
Reaksi kimia pada umumnya akan bereaksi secara cepat pada temperatur atau
suhu yang tinggi.
4. Katalis
Faktor laju reaksi untuk mempercepat sebuah reaksi kimia dapat dilakukan
dengan menambahkan katalis. Katalis sendiri merupakan substansi yang dapat
mempercepat reaksi kimia dengan memperkecil energi aktifasi tanpa menjadi
bahan konsumsi reaksi kimia itu sendiri.
(Christian et al., 2019).
2
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0,025 N ] 2=0,000625 N
3
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0,025 N ] 3=1 ,56 × 10−5 N
Erlenmeyer 2
10 mL∙ 0 ,1 N
[ H 2 C2 O4 ] =
20 mL
=0 , 05 N
2
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 2=0,0025N
3
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 3=1 ,25 × 10−4 N
Erlenmeyer 3
15 mL ∙ 0 ,1 N
[ H 2 C2 O4 ] =
20 mL
=0,075 N
2
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0,075 N ] 2=56 , 25 ×10−4 N
3
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0,075 N ] 3=4,219 × 10−4 N
Erlenmeyer 4
10 mL ∙ 0 ,1 N
[ H 2 C2 O4 ] =
20 mL
=0 , 05 N
2
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 2=0,0025N
3
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 3=1 ,25 × 10−4 N
Erlenmeyer 5
10 mL∙ 0 ,1 N
[ H 2 C2 O4 ] =
20 mL
=0 , 05 N
2
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 2=0,0025N
3
[ H 2 C2 O4 ] = [ 0 , 05 N ] 3=1 ,25 × 10−4 N
B. Konsentrasi KMnO4
V oksalat ∙ N oksalat
[ KMnO4 ] =
V total larutan
Erlenmeyer 1
2mL ∙0 , 1 N
[ KMnO4 ] =
20 mL
=0 , 01 N
2
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]2=0,0001N
3
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]3 =1× 10−6 N
Erlenmeyer 2
2mL ∙0 , 1 N
[ KMnO4 ] =
20 mL
=0 , 01 N
2
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]2=0,0001N
3
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]3 =1× 10−6 N
Erlenmeyer 3
2mL ∙0 , 1 N
[ KMnO4 ] =
20 mL
=0 , 01 N
2
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]2=0,0001N
3
[ KMnO4 ] = [ 0 , 01 N ]3 =1× 10−6 N
Erlenmeyer 4
3 mL ∙ 0 ,1 N
[ KMnO4 ] =
20 mL
=0,015 N
2
[ KMnO4 ] = [ 0,015 N ] 2=2 , 25× 10−4 N
3
[ KMnO4 ] = [ 0,015 N ] 3=3,375 ×10−6 N
Erlenmeyer 5
4 mL ∙0 , 1 N
[ KMnO4 ] =
20 mL
=0 , 02 N
2
[ KMnO4 ] = [ 0 , 02 N ]2=4 × 10−4 N
3
[ KMnO4 ] = [ 0 , 02 N ]3 =8 ×10−6 N
C. Nilai t-1
Erlenmeyer 1
t = 2100
1 1 −4 −1
= =4 ,76 × 10 s
t 2.100
Erlenmeyer 2
t = 1800
1 1 −4 −1
= =5 ,55 × 10 s
t 1800
Erlenmeyer 3
t = 1740
1 1 −4 −1
= =5 ,74 ×10 s
t 1740
Erlenmeyer 4
t = 1980
1 1 −4 −1
= =5 , 05× 10 s
t 1980
Erlenmeyer 5
t = 1920
1 1 −4 −1
= =5 ,20 × 10 s
t 1920
4.3 Grafik
1. Menentukan Pengaruh Konsentrasi Reaktan Terhadap Laju Reaksi
0.02
0
22 45 75
t (detik)
konsentrasi H2C2O4
Grafik pengaruh konsentrasi HCl
0.1
0.08 f(x) = − 0.045 x + 0.143333333333333 Pengaruh Konsentrasi
0.06 R² = 0.995901639344262 Na2S2O3
0.04 Linear (Pengaruh
0.02 Konsentrasi
Na2S2O3)
0
22 56 265
t (detik)
t (detik)
Grafik pengaruh temperature terhadap laju reaksi
0.004
Hubungan [H2C2O4]2
0.002 f(x) = 0.000375 x + 0.001625 Terhadap 1/t
R² = 0.108433734939759
Linear (Hubungan
0 [H2C2O4]2 Terhadap 1/t)
7 5 7 5 2
04 05 05 00 05
.00 .00 .00 0.0 .00
0 0 0 0
1/t
M[H2C2O4]3
0.0002
f(x) = − 0.0000062 x + 0.0002092 Hubungan
0.0001 R² = 0.00568191896318271 [H2C2O4]3
Terhadap 1/t
0
47 55 57 05 52 Linear
000 000 000 .00 000 (Hubungan
0. 0. 0. 0 0. [H2C2O4]3
1/t Terhadap 1/t)
0.0004
0.0003
f(x) = 0.0000725 x − 0.0000325
0.0002 R² = 0.756294964028777 Hubungan
0.0001 [KMnO4]2
0 Terhadap 1/t
47 55 57 05 52 Linear
000 000 000 .00 000 (Hubungan
0. 0. 0. 0 0. [KMnO4]2
1/t Terhadap 1/t)
M[KMnO4]3
f(x) = 0.0000016375 x − 0.0000020375
Hubungan [KMnO4]3
0.000004 R² = 0.723482293423272 Terhadap 1/t
0.000002 Linear (Hubungan
[KMnO4]3 Terhadap 1/t)
0
7 5 7 5 2
04 05 05 00 05
.00 .00 .00 0.0 .00
0 0 0 0
1/t
4.4 Pembahasan
Prinsip dari percobaan ini adalah mempelajari laju reaksi dari suatu reaksi
kimia yang sedang berlangsung. Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu 1) konsentrasi, digambarkan penggunaan kaporit yang membuat air kolam
bersih; 2) luas permukaan, digambarkan sebagai obat utuh dan serbuk; 3) suhu,
digambarkan pembusukan buah pada ruangan yang lebih cepat; dan 4) katalis,
digambarkan penggunaan katalis seperti enzim pada nanas untuk
mengempukkan daging (Ain & Mitarlis, 2020).
4.2.1 Menentukan Pengaruh Konsentransi Reaktan Terhadap Laju Reaksi
Percobaan pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah penentuan
pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Percobaan ini menggunakan
tabung reaksi sebagai tempat untuk mereaksikan kedua bahan. Percobaan dimulai
dengan penentuan pengaruh konsentrasi HCl dimana pada tabung 1, 3, dan 5
dimasukkan Na2S2O3 0,1, sedangkan tabung 2 dimasukkan HCl 0,1 N, tabung 4
dimasukkan 0,05 N, dan tabung 6 dimasukkan 0,01 N. Setiap bahan yang
dimasukkan masing masing sebanyak 5 mL. Percobaan dijalankan dengan
menuangkan tabung 2 ke dalam tabung 1 kemudian dituangkan kembali ke dalam
tabung 2 secara cepat. Tabung 4 dituangkan kedalam tabung 3 kemudian secara
cepat dituangkan kembali ke dalam tabung 4 secara cepat. Pekerjaan yang sama
juga dilakukan untuk tabung 6 dituangkan ke dalam tabung 5 kemudian
dituangkan Kembali ke dalam tabung 6 secara cepat. Tujuan dari penuangan
larutan dari tabung B ke tabung A dan kemudian di tuangkan kembali ke tabung B
secara cepat adalah untuk mengamati reaksi yang terjadi dan kekeruhan yang
terjadi pada kedua larutan setelah dicampurkan dan seberapa lama rarutan tersebut
mulai dari bahan dicampurkan sampai mulai terjadi kekeruhan. Berdasarkan hasil
percobaan didapatkan data bahwa reaksi tabung 1 dan tabung 2 terjadi perubahan
warna sangat keruh atau putih tulang dengan waktu selama 22 detik, tabung 3 dan
tabung 4 terjadi perubahan warna putih susu dengan waktu salama 45 detik,
tabung 5 dan tabung 6 terjadi perubahan warna sedikit keruh dengan waktu
salama 75 detik.
Prosedur kerja yang sama dilakukan pada penentuan pengaruh konsentrasi
H2S2O3 dimana tabung 1,3, dan 5 dimasukkan HCl 0,1 N, sedangkan pada tabung
reaksi 2 dimasukkan H2S2O3 0,1 N, tabung 4 dimasukkan H2S2O3 0,05 N, dan
tabung 6 dimasukkan H2S2O3 0,01 N. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan
data bahwa reaksi tabung 1 dan tabung 2 terjadi perubahan warna sangat keruh
atau putih tulang dengan waktu selama 22 detik, tabung 3 dan tabung 4 terjadi
perubahan warna putih susu dengan waktu salama 56 detik, tabung 5 dan tabung 6
terjadi perubahan warna sedikit keruh dengan waktu salama 265 detik. Reaksi
yang terjadi sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kecepatan reaksi
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi reaktan (Christian et al.,
2019). Terlihat dari hasil percobaan bahwa semakin besar konsentrasi rektan maka
semakin cepat dan sebaliknya. Kecepatan reaksi meningkat dibuktikan dengan
durasi terjadinya kekeruhan pada konsentrasi tertentu. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah:
2HCl(aq) + Na2S2O3(aq) → NaCl(aq) + SO2(aq) + S(aq) + H2O(l)
Asam klorida Natrium Natrium Belerang Belerang Air
tiosulfat klorida dioksida
(Rusman, 2020).
4.2.2 Menentukan Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Reaksi
Percobaan kedua adalah menentukan pengaruh temperatur terhadap laju
reaksi. Percobaan dilakukan dengan mencampurkan HCl 0,1 m dengan Na2s2O3
0,1 m pada 25°C, 50°C, dan 100°C secara berturut-turut yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh temperatur terhadap laju reaksi. Hasil pengamatan
pencampuran pada suhu 25°C larutan menjadi sangat keruh pada detik ke-58,
pada suhu 50°C larutan menjadi sangat keruh pada detik ke-62, dan pada 100°C
larutan menjadi sangat keruh pada detik ke-36. Pengamatan ini membuahkan hasil
dimana setelah dilakukan percobaan pada suhu 50°C, reaksinya berlangsung
lambat yaitu 62 detik dari pada yang hanya 25°C yaitu 58 detik. Selain itu, pada
percobaan ketiga pada 100°C, reaksi terjadi dengan cepat yaitu 36 detik. Reaksi
yang terjadi berdasarkan suhu dan waktu adalah cepat-lambat-cepat. Hasil
pengamatan tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa reaksi kimia
pada umumnya akan bereaksi secara cepat pada temperatur atau suhu yang tinggi
(Christian et al., 2019). Data yang tepat adalah seharusnya semakin tinggi suhu
maka semakin cepat reaksi kimia berlangsung. Artinya, percobaan pada suhu
50°C seharusnya terjadi lebih cepat dari pada percobaan 1 atau pada suhu 25°C,
yaitu reaksinya terjadi dibawah 58 detik. Ketidaksesuaian literatur ini terjadi
karena ketidaktelitian praktikan dalam mengambil data kesalahan konsep serta
kesalahan dalam melaksanakan kegiatan praktikum (Suseno, 2021). Praktikan
tidak mengetahui kapan stopwatch mulai dinyalakan sehingga terjadinya
kesalahan dalam pengambilan data. Kesalahan ini tentu mempengaruhi grafik
pengaruh temperatur terhadap laju reaksi sehingga grafik juga ikut tidak sesuai.
4.2.3 Menentukan Orde Reaksi
Percobaan ketiga adalah menentukan orde reaksi. Percobaan ini dilakukan
pencampuran larurutan KMnO4 0,1 yang diisi di dalam buret, H2C2O4 0,1 N, dan
akuades. Tujuannya adalah untuk mengetahui berapa lama larutan berwarna ungu
menjadi bening. Hasil percobaan kemudian akan dibuatkan dalam suatu grafik
yang menggambarkan konsentrasi pereaktan sebagai fungsi waktu. Percobaan
dimulai dengan menyiapkan 5 buah erlenmeyer dengan menuliskan masing
masing erlenmeyer 1-5. Setiap erlenmeyer diisi dengan H 2C2O4 0,1 N dan akuades
yang kemudian ditambahkan KMnO4 0,1 N dari buret sesuai dengan komposisi
yang terdapat pada data pengamatan. Setelah ditambahakan KMnO 4 0,1 N, larutan
berubah menjadi warna ungu. Berdasarkan hasil pengamatan, waktu yang
dibutuhkan larutan dari warna ungu menjadi bening adalah erlenmeyer 1
membutuhkan waktu 2100 detik, erlenmeyer 2 membutuhkan waktu 1800 detik,
erlenmeyer 3 membutuhkan waktu 1740 detik, erlenmeyer 4 membutuhkan waktu
1980 detik, dan erlenmeyer 5 membutuhkan waktu 1920 detik. Reaksi yang
berlangsung adalah:
H2C2O4(aq) + 2KMnO4(aq) → 2CO2(aq) + K2O(aq) + 2MnO3(aq) + H2O(l)
Kalium Karbon Kalium Spat Mangan Air
Asam oksalat Dioksida
permanganat oksida
(Rusman, 2020).
Berdasarkan gambaran grafik dari hasil perhitungan diperoleh nilai R 2 untuk
[H2C2O4] adalah sebesar 0,2; [H2C2O4]2 adalah sebesar 0,1084; dan [H2C2O4]3
adalah sebesar 0,0057 dengan nilai R 2 total adalah sebesar 0,3141. Data yang
diperoleh menunjukkan orde reaksi terhadap oklasat adalah tingkat orde reaksi
(R2) mendekati 1. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan penentuan
orde reaksi ditentukan melalui kurva yang disajikan pada kurva yang menyatakan
orde reaksi nol menunjukkan hubungan yang linear. Orde reaksi ditentukan
berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2) yang paling mendekati 1 (Tambunan et
al., 2023). Selain itu, diperoleh nilai R2 untuk [KMnO4] adalah sebesar 0,7812;
[KMnO4]2 adalah sebesar 0,7563; dan [KMnO4]3 adalah sebesar 0,7235 dengan
nilai R2 total adalah sebesar 2,261. Data yang diperoleh menunjukkan orde reaksi
terhadap permanganat adalah tingkat orde reaksi (R2) mendekati 1. Hasil ini sesuai
dengan literatur yang mengatakan bahwa penentuan orde reaksi ditentukan
melalui kurva yang disajikan pada kurva yang menyatakan orde reaksi nol
menunjukkan hubungan yang linear. Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai
koefisien korelasi (R2) yang paling mendekati 1 (Tambunan et al., 2023).
Berdasarkan nilai R2 setiap grafik memiliki nilai yang hampir mendekati 1 dan
bisa dikatakan hampir sama dengan literatur yang ada.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1) Pengaruh konsentrasi reaktan berbanding lurus dengan laju reaksi, yaitu
kecepatan reaksi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
reaktan.
2) Pengaruh temperatur berbanding lurus terhadap laju reaksi, yaitu reaksi
kimia pada umumnya akan bereaksi secara cepat pada temperatur atau
suhu yang tinggi.
3) Penentuan orde reaksi dalam praktikum ini dilakukan dengan meguji
beberapa percobaan dengan konsentrasi reaktan yang bervariasi. Hasil
percobaan akan dibuat dalam bentuk grafik yang menggambarkan
konsentrasi pereaktan sebagai fungsi waktu. Orde reaksi ditentukan
berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2) yang paling mendekati 1.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data percobaan diperoleh R 2 [H2C2O4]
total adalah sebesar 0,3141 dan R2 [KMnO4] total adalah sebebsar 2,261.
DAFTAR PUSTAKA
Mariyam, S., Novriandini, A., & Redjeki, S. 2022. Kinetika Reaksi Pembuatan
Pupuk Kalium Fosfat Dari Abu Pelepah Pisang dan Asam Fosfat.
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS). 2(2): 126-132.
Sodanango, P. Y., M. Munzil., & S. Sumari. 2021. Analisis Model Mental Peserta
Didik SMA dalam Memahami Konsep Laju Reaksi. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 6(10): 1543-1550.
Triyono., S. Bambang., dan T. Iqmal. 1998, Buku Ajar Kinetika Kimia. Jurusan
Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta.