Pada tahun 1929 Kenneth Mallory dan Soma Weiss pertama kali menggambarkan adanya suatu syndrome dengan karakteristik adanya perdarahan esophagus yang disebabkan oleh robekan mukosa esophagus pada pasien dengan keluhan mual dan muntah yang menetap akibat konsumsi alkohol, namun Syndrome Mallory Weiss dapat terjadi pada semua kejadian yan mengakibatkan tekanan lambung yang mendadak atau prolapsus lambung ke dalam esophagus.
PATOFISIOLOGI
MORTALITAS/MORBIDITAS
Perdarahan dari robekan Mallory-Weiss berhenti spontan pada 80-90% pasien. Sebagian besar robekan sembuh dalam 48 jam.
Penelitian awal melaporkan bahwa proporsi pasien membutuhkan transfusi darah adalah 40-70%. Nilai ini tampaknya tidak berlaku lagi saat ini dan mungkin lebih rendah lagi.
ETIOLOGI
1. Adanya hernia hiatus adalah faktor predisposisi dan ditemukan pada 35-100% pasien dengan syndrome ini. 2. Faktor-faktor presipitasi termasuk mual, muntah, batuk, trauma
GEJALA KLINIS
Robekan Mallory-Weiss TIDAK menunjukkan gejala yang spesifik. Gambaran klasik termasuk episode hematemesis setelah mual atau muntah.
Gejala klinis lainnya : 1.melena 2. takikardi 3. hipotensi 4. hematochezia 5. sinkop 6. nyeri abdomen 7. syok
DIAGNOSA BANDING
1. Sindrom Boerhaave 2. Esofagotis 3. Ulkus Peptikum 4. Erosi Cameron
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Pemeriksaan Hb dan Ht 2. Hitung Platelet APTT dan PTT 3. Tingkat BUN creatinin dan elektrolit 4. Pemeriksaan golongan darah dan antibody Pemeriksaan Radiologi : 1. Pemeriksaan Barium atau Gastrografin
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan EKG dan Enzym jantung
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
Diagnosa Endoskopi ditegakkan jika : 1. Adanya perdarahan aktif Ket : Robekan 2 3 cm Biasanya terletak dibawah junction gastroesofagus pada curvatura minor
2. Bongkahan fibrin yang menempel pada robekan Lokasi : antara jam 2 dan mukosa di 6 pada endoskopi posisi gastroesofagus junction LLD
TERAPI
Secara Garis Besar : 1. Tindakan resus 2. Terapi Endoskopi 3. Nilai keparahan dan tentukan perawatan (rawat ICU, rawat inap, atau rawat jalan) Untuk terapi Endoskopi 1. TERAPI PANAS 2. INJEKSI SKLEROSAN 3. APC 4. LIGASI PITA ESOFAGUS 5. HEMOKLIP
Konsultasi
1. Radiologi Vaskuler Intervensi 2. Konsul Bedah
DIET
1. Puasa 2. makanan diet Diet Lambung 1 - diet Lambung 3
Perawatan Lanjut
Pada pasien rawat inap : 1. Monitor tanda vital 2. periksa Hb serial dan Ht 3. Awasi perdarahan berulang 4. mengawasi kemungkinan terjadi koagulopati Pada pasien Rawat jalan: 1. Perhatikan tanda2 klinis, dan keluhan yang berulang
Medikamentosa
1. Pompa proton inhibitor 2. Antiemetik (omeprazole) 20 mg PO) atau sucralfate (1gr/oral) Untuk mengurangi faktor pencetus. untuk 1-2 minggu untuk mengurangi faktor yang menyebabkan perlukaan
Komplikasi
1.Iskemia miokardial atau infark, syok hipovolemik,kematian biasanya berhubungan dengan sering dan banyaknya terjadi perdarahan. 2. Perforasi dan perdarahan selama dilakukan endoskopi 3. Iskemi organ dan infak mrupakan komplikasi dari angioterapi.
Prognosis
Dubia et bonam
Perdarahan umumnya berhenti spontan,dan robekan sembuh cepat (48-72 jam ).