Anda di halaman 1dari 8

MEMANFAATKAN MEDIA AUDIOVISUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS SISWA KEPERAWATAN Evangeline M. Hutabarat , S.

Kp
Program S1 Keperawatan, Stikes Jenderal Ahmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, 40553 eeng158@yahoo.com

ABSTRAK Lulusan perawat yang diharapkan adalah tenaga profesional yang siap menggunakan keahliannya. Tidak hanya kemampuan merawat pasien sesuai konsep teori yang telah di ajarkan tetapi juga kemampuan berbahasa Inggris. Namun kurikulum yang padat di sekolah tinggi tidak jarang menghasilkan sistem pembelajaran yang bukan menggali keterampilan mahasiswa dalam bahasa maupun penggabungan dari ilmu-ilmu yang didapatkan. Selain itu metoda pembelajaran bahasa Inggris yang selama ini di gunakan seringkali kurang dapat memicu motivasi siswa untuk dapat berbahasa Inggris dengan baik. Dengan pemanfaatan IT dalam bentuk media audiovisual dalam perkuliahan, mahasiswa keperawatan didorong untuk menyerap pengetahuan mereka tentang bahasa Inggris ke dalam keterampilan utama yang sedang mereka pelajari. Sebagai contoh : penggunaan software Nursing Skills dalam pembelajaran bahasa Inggris, selain belajar bahasa Inggris siswa perawat juga dapat lebih memahami keterampilan/skill keperawatan yang mereka butuhkan dalam dunia kerja nantinya. Kata kunci: program vokasional, matakuliah bahasa Inggris, metoda integrasi 1. PENDAHULUAN Pada era globalisasi tantangan yang di hadapi tenaga perawat Indonesia semakin besar selain di tuntut untuk dapat mengikuti perkembangan iptek dunia keperawatan juga diharapkan menguasai paling tidak satu bahasa asing dan bahasa asing yang paling banyak di pakai adalah bahasa Inggris. Ruang lingkup keperawatan masa kini tidak hanya dimana perawat bersangkutan tinggal atau menuntut ilmu sehingga perawat tidak mutlak harus dapat berbahasa Inggris tetapi cukup menguasai bahasa nasional (Indonesia) serta bahasa yang di gunakan di daerah setempat, tetapi sudah mencakup daerah yang lebih luas misalnya meningkatnya permintaan tenaga perawat di luar negeri atau lowongan pekerjaan bagi tenaga perawat di kota-kota besar dalam negeri dengan persayaratan lulus wawancara dalam bahasa Inggris, nilai TOEFL minimal dll. Bahkan salah satu butir dalam Draft UU Kerawatan di nyatakan bahwa akan ada semacam pasar global dalam dunia keperawatan ; perawat luar negeri akan diijinkan untuk bekerja di Indonesia, sehingga Rumah Sakit yang mampu, kemungkinan besar akan memilih merekrut perawat luar negeri dan paradigma masyarakat yang menganggap tenaga kerja luar negeri lebih profesional.

Selain itu masyarakat semakin kritis serta mampu secara financial menentukan pilihan pelayanan/fasilitas kesehatan misalnya beberapa pasien sering kali memanfaaatkan fasilitas kesehatan di luar negeri sehingga dokumen serta data riwayat kesehatan pasien seluruhnya dalam bahas Inggris. Disamping itu banyaknya jurnal serta text book yang kebanyakan masih dalam bahasa Inggris menuntut perawat untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik sehingga perkembangan ilmu keperawatan di luar negeri dapat di pahami dan di terapkan sesuai dengan kebutuhan serta budaya masyarakat setempat. Untuk mempersiapkan tenaga perawat profesional dan menyikapi tantangan di atas, maka tanggung jawab besar ada di bahu institusi pendidikan. Sehingga tujuan utama dari program vokasional dalam hal ini tenaga perawat, tidak cukup hanya memberikan keterampilan spesifik bagi peserta didik untuk dapat melakukan pekerjaan spesifik (merawat pasien) tetapi juga agar peserta didik mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar. Dari beberapa masalah yang timbul dari penyesuaian ini, yang perlu dicermati adalah metode pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akibat dari kurikulum yang padat, metode pembelajaran bahasa Inggris cukup untuk personal knowledge, namun kurang mendukung integrasi keterampilan komunikasi dengan keterampilan lainnya sebagai contoh beban SKS setiap semester pada Program S1 Keperawatan rata-rata 18 SKS, yang terdiri dari berbagai bidang ilmu yang ada kaitannya dengan keperawatan (Anatomi Fisiologi, Etika, Patofoisologi), dll., yang paling banyak mengambil proporsi SKS selama pendidikan adalah Keperawatan Dasar serta Keperawatan Klinik untuk semua usia (> 50%, semester III-VII), dalam mata ajar ini siswa di latih untuk dapat mengelola kasus/pasien di lahan praktek serta melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan kasus kelolaan. Sedangkan proporsi SKS yang paling kecil adalah Bahasa Inggris, hanya 2 SKS setiap semester dan diberikan hanya dalam 4 semester (Semester I IV), yang tentunya tidaklah cukup untuk mempersiapkan tenaga perawat yang dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik. Dari keadaan ini timbul gagasan untuk mengintegrasikan mata ajar Keperawatan Dasar (KD) dan Keperawatan Klinik (KK) ke dalam bahasa Inggris. Metode yang diterapkan adalah dengan menggunakan software Nursing Skills dalam proses pembelajaran mata ajar KD dan KK, dimana seluruh isi software dalam bahasa Inggris. 2. TINJAUAN PUSTAKA Dengan adanya gagasan untuk mengintegrasikan dua mata ajar dalam upaya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris siswa, tentu yang patut dipertimbangkan adalah metode pembelajaran yang tepat. Sejumlah variabel
sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran, strategi, dan metode-metode yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut di antaranya :

hasil dan pengalaman belajar siswa yang diinginkan; urutan pembelajaran (sequence) yang selaras : deduktif atau induktif; tingkat pilihan dan tanggung jawab siswa (degree); pola interaksi yang memungkinkan; keterbatasan praktek pembelajaran yang ada.

Bagan 1. Kerangka kerja pengajaran Dari variabel metode pembelajaran pada kerangka diatas dapat di uraikan lebih rindi seperti dalam bagan di bawah ini.

Bagan 2. Metode pembelajaran

Metode pengajaran akan lebih efektif bila subvariabel dalam Bagan.2 dapat di dintegrasikan sehingga retensi materi pembelajaran yang diberikan lebih maksimal. Sehingga dalam hal ini pemilihan jenis media yang akan digunakan menjadi pertimbangan krusial. Penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran merupakan satu faktor yang sangat penting. Brinton (2001) memberikan beberapa alasan mengapa pengajar perlu menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran bahasa asing, antara lain : Media dapat memberikan konteks situasi Media dapat membeikan input yang otentik Media dapat membantu pengajar menyajikan materi secara efisien Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman

Dalam pemilihan jenis media ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan

Tujuan yang ingin dicapai Karakteristik siswa/sasaran Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak) Keadaan lingkungan setempat Luasnya jangkauan yang ingin dilayani

Berdasarkan konsep diatas pilihan yang tepat adalah dengan menggunakan media yang memuat berbagai aspek yaitu audio visual gerak/diam, visual gerak / diam , audio serta cetak. Sehingga penggunaan software Nursing Skills sangatlah tepat guna.

3. METODE PENERAPAN Pada saat ini penerapan metode integrasi baru dilakukan pada mata ajar Keperawatan Dasar, software yang di gunakan adalah Basic Nursing Skills. Spesifikasi teknis penerapan metode integrasi sebagai berikut : Pertemuan di ruang demo/kelas 1. Pre-test mengenai materi yang akan di ajarkan. 2. Dosen memberikan materi konsep teori (ceramah dan diskusi) tentang

prosedur tindakan keperawatan di kelas. 3. Penjelasan tentang penggunaan software. 4. Pemutaran DVD tindakan keperawatan. 5. Demonstrasi tindakan keperawatan untuk seluruh anggota kelas di ruang demo. 6. Pembagian kelompok kecil maksimal 6 siswa perkelompok. 7. Penentuan jadwal praktek/latihan mandiri. 8. Penugasan : menonton kembali DVD tindakan keperawatan, membuat ringkasan prosedur tindakan keperawatan (overview, equipment, preparation, procedure video, follow-up care, documentation), mengerjakan Review questions dan Quiz Me!. 9. Post test materi yang sudah di dapatkan. Pertemuan di Skill Lab: 1. Ketentuan umum : a. Siswa wajib sedikitnya melakukan praktek/latihan mandiri sebanyak 3 kali. b. Setiap siswa yang akan praktek mandiri wajib membawa log book. c. Setiap kali praktek mandiri siswa harus meminta tanda tangan instuktur atau dosen pembimbing. 2. Review penugasan (reading, writing, listening). 3. Siswa praktek mandiri bergantian semua dialog sedapat mungkin dalam bahasa Inggris (speaking). 4. Dosen pembimbing mengevaluasi, membreikan feed back dan mendiskusikan prosedur tindakan keperawatan yang telah dilakukan siswa, serta kemampuan bahasa Inggris siswa. 5. Penentuan jadwal pertemuan di Skill Lab berikutnya. Penilaian dan tugas akhir: 1. Pembuatan poster prosedur tindakan keperawatan dalam bahasa Inggris. 2. Ujian praktek di Skill Lab dalam bahasa Inggris, siswa berpasang-pasangan dan bergantian menjadi perawat atau pasien. 4. HASIL DAN DISKUSI Hasil yang dapat langsung terlihat dari penerapan metode integrasi ini antara lain : 1. Mahasiswa menjalin komunikasi cukup aktif dengan dosen untuk melakukan konsultasi tentang prosedur tindakan keperawatan terkait juga mengenai bahasa Inggris dalam software yang digunakan dan dalam pembuatan tugas akhir berupa poster tindakan keperawatan. 2. Kolaborasi mahasiswa terjalin mulai dari diskusi, pembagian tugas, latihan praktek mandiri di Skill Lab. 3. Hasil karya akhir (poster) dijadikan referensi untuk kelas berikutnya. Metoda ini baru di terapkan pada satu semester sehingga hasil yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswa belum dapat

terukur. Tetapi dari angket mengenai persepsi siswa tentang penggunaan media audio visual yang di isi pada pertemuan terakhir (n=105, total sampling) sebagian besar (78%) menyatakan bahwa penggunaan media audio visual Basic Nursing Skills meningkatkan motivasi mereka untuk berbahasa Inggris, 75% menyatakan media yang dipakai memperkaya kosa kata bahasa Inggris mereka, 72% menyatakan penggunaan media audiovisual memudahkan mereka untuk mengerti mata ajar KD dan bahasa Inggris. Begitu juga sikap mereka terhadap pembuatan tugas akhir berupa poster tindakan keperawatan, 78% siswa menyatakan memiliki motivasi tinggi untuk menyelesaikan proyek akhir. Namun ada beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam penerapan metode integrasi ini : 1. Aksesibilitas software yang belum dapat memfasilitasi kebutuhan siswa. Dari angket yang diisi siswa masalah aksesibilitas software paling banyak dikeluhkan (80%). Mereka mengharapkan software dapat di akses tidak hanya di perpustakaan saja , selain di Skill Lab dapat pula di unduh atau dikopi di PC/lap top, > 60% siswa memiliki lap top/PC. Jumlah software yang sangat terbatas, sehingga siswa dalam penugasan harus bergiliran meminjam software dari perpustakaan. Karena harus bergiliran siswa tidak dapat membuka program berulang kali di rumah untuk belajar mandiri. Adanya copyright sehingga isi software asli tidak dapat di copy seluruhnya, siswa hanya dapat menginstal program, masih membutuhkan keping software bila hendak membuka seluruh program. Tingginya harga software asli serta proses pemesanan yang cukup lama mengakibatkan perpustakaan baru memiliki 1 keping software (harga 1 keping + text book kurang lebih Rp.2.500.000.-, waktu pemesanan ratarata 2-3 bulan). 2. Masih terbatasnya jumlah dosen keperawatan yang menguasai bahasa Inggris. 3. Belum tersedianya sarana memadai di Skill Lab yang dapat memfasilitasi metode ini (LCD, loud speaker) sehingga proses peminjaman alat-alat penunjang tersebut membuat proses belajar mengajar kurang efektif. 4. Belum adanya koordinasi antar dosen mata ajar bahasa Inggris dan Ilmu Keperawatan. 5. Pada pembuatan tugas akhir masalah utama kolaborasi terletak pada kontribusi individu di dalam kelompok. Beberapa mahasiswa mengeluh atas kurang aktifnya anggota timnya sehingga harus mengerjakan banyak bagian sendiri. 5. SARAN Dari hasil yang didapatkan selama penerapan metode integrasi di atas maka beberapa saran yang dapat di berikan dalam upaya meningkatkan efektifitas serta efisiensi proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi masalah aksesibilitas software: membuat software sendiri dengan

melibatkan tenaga profesional di bidang IT, pembuatan film, bahasa Inggris dan keperawatan agar software yang dihasilkan berkualitas tinggi. Software

2. 3. 4. 5.

6.

7.

yang di hasilkan tidak hanya bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar di institusi bersangkutan serta sebagai salah satu media promosi tetapi dapat pula memiliki aspek ekonomi (di jual atau disewakan). Menyiapkan tenaga pendidik yang menguasai bahasa Inggris serta mengikuti perkembangan IT dalam proses pembelajaran, melalui pelatihan-pelatihan yang difasilitasi institusi pendidikan. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang di Skill Lab. Pembangunan sarana SAC (Self Access Center ) dengan melibatkan tenaga konsultan professional. Perlu adanya kebijakan dari institusi juga koordinasi antar dosen mata ajar bahasa Inggris serta KD dan KK dalam merancang sistem yang tepat guna bagi siswa. Misalnya level materi bahasa Inggris di sesuaikan dengan level mata ajar KD dan KK (basic, intermediate, advance), sistim penilaian terintegrasi antar mata ajar, dll. Penyusunan modul mata ajar bahasa Inggris yang di lengkapi dengan software penunjang, khusus untuk keperawatan yang berisi/membahas tidak hanya konsep dasar bahasa Inggris tetapi memuat diantaranya mengenai prosedur tindakan keperawatan, artikel kesehatan atau kondisi aktual di fasilitas kesehatan (untuk memenuhi kebutuhan intern juga dapat di pasarkan). Pemilihan bentuk tugas akhir alternative yang lebih dapat memotivasi siswa untuk berbahasa Inggris secara aktif. Misalnya pembuatan film pendek mengenai prosedur tindakan keperawatan. Hal ini sudah pernah diterapkan pada mata ajar Trend Disease, tetapi hasil yang di peroleh kurang memuaskan terutama dari segi kualitas gambar dan suara, sehingga film pendek yang di hasilkan belum dapat dipakai menjadi referensi dalam proses pembelajaran berikutnya.

6. SIMPULAN Metode integrasi semacam ini masih masih dapat di kembangkan leibh jauh dalam upaya peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswa perawat. Dibutuhkan komitmen serta peran serta dari semua pihak terkait untuk merancang sistem yang tepat guna sehingga proses pembelajaran dapat efektif dan efisien sehingga tujuan kahir dapat tercapai semaksimal mungkin. 7. DAFTAR PUSTAKA Axley L. The Integration of tehcnology into Nursing Curricula : Supproting Faculty via the Tehcnology Fellowship Program - Memphis, http://www.nursingworld.org/OJIN/May2008, diakses tanggal 10 Jaunari 2010 Pukul 20.00 (GMT + 7) Brinton, D.M (2001). The Use of Media in Language Teaching. In Marianne Celce-Muricia (Ed). Teaching English as a second or foreign language: Ontario, Heinle & Heinle Borich, G.D. (2000). Effective teaching methods. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.

Christine H. Leland and Wendy C. Kasten, (2002). Literacy Education for the 21st Century: It's Time to Close the Factory, Reading and Writing Quarterly, vol. 18.

Anda mungkin juga menyukai