OUTLOOK
KOMODITAS PERTANIAN
PERKEBUNAN
2010
ii
2010
ISSN : 1907-1507
Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)
Jumlah Halaman : 189 halaman
Penasehat : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MSc
Penyunting :
Ir. Yasid Taufik, MM
Ir. Leli Nuryati, MSc.
Ir. Efi Respati, MSi.
Naskah :
Ir. Efi Respati, MSi
Ir. Sabarella, MSi
Ir. Anna Astrid Susanti, MSi
Ir. Noviati, MSi
Puji Nantoro, SSi, MM
Ir. Ekanantari
Megawaty M, SP
Design dan Layout :
Ir. Efi Respati, M.Si.
Roydatul Zikria, S.Si
Dyah Indarti, SE
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2010
iii
2010
iv
2010
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu
hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas
Perkebunan.
Publikasi Outlook Komoditas Perkebunan Tahun 2010 menyajikan
keragaan data series komoditas perkebunan secara nasional dan internasional
selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi
penawaran dan permintaan domestik untuk masing-masing komoditas dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2010 ini, analisis outlook komoditas
perkebunan mencakup 7 (tujuh) komoditas yakni kelapa sawit, kelapa, kakao,
cengkeh, tembakau, nilam dan tebu.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga
dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses
melalui website Pusdatin yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi masing-masing komoditas
strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
ISSN 1907-1507
2010
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xix
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2. METODOLOGI ................................................................... 2
BAB II. KELAPA SAWIT ...................................................................... 5
2.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI
KELAPA SAWIT INDONESIA................................................... 6
2.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA ............ 11
2.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA SAWIT DI INDONESIA.................12
2.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA SAWIT DI INDONESIA ...... 13
2.5. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN DAN PRODUKSI
KELAPA SAWIT DUNIA ...................................................... 15
2.6. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA ............. 17
2.7. PROYEKSI PENAWARAN KELAPA SAWIT 2010-2012..................... 19
2.8. PROYEKSI PERMINTAAN MINYAK SAWIT 2010-2012 .................... 20
2.9. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT MINYAK SAWIT 2010-2012 ............... 21
LAMPIRAN ........................................................................... 22
BAB III. KELAPA ............................................................................. 31
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
KELAPA INDONESIA ......................................................... 32
3.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELAPA DI INDONESIA .................... 36
3.3. PERKEMBANGAN HARGA KELAPA DI INDONESIA ........................ 38
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR KELAPA INDONESIA .................. 39
vi
2010
vii
2010
2010
ix
2010
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 5.1.
2010
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 6.1.
Tabel 6.2.
Tabel 6.3.
Tabel 6.4.
Tabel 6.5.
Tabel 6.6.
Tabel 7.1.
Tabel 7.2.
Tabel 7.3.
Tabel 7.4.
Tabel 8.1.
Tabel 8.2.
Tabel 8.3.
Tabel 8.4.
Tabel 8.5.
Tabel 8.6.
Tabel 8.7.
xi
2010
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 2.8.
Gambar 2.9.
xii
2010
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar 3.7.
Gambar 3.8.
Gambar 3.9.
xiii
2010
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
xiv
2010
Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Gambar 5.4.
Gambar 5.5.
Gambar 5.6.
Gambar 5.7.
Gambar 5.8.
Gambar 5.9.
xv
2010
Gambar 6.2.
Gambar 6.3.
Gambar 6.4.
Gambar 6.5.
Gambar 6.6.
Gambar 6.7.
Gambar 6.8.
Gambar 6.9.
xvi
2010
Gambar 7.2.
Gambar 7.3.
Gambar 7.4.
Gambar 7.5.
Gambar 7.6.
Gambar 7.7.
Gambar 8.1.
Gambar 8.2.
Gambar 8.3.
Gambar 8.4.
Gambar 8.5.
Gambar 8.6.
Gambar 8.7.
Gambar 8.8.
Gambar 8.9.
Gambar 8.10. Perkembangan harga gula pasir dalam negeri, 1997-2009 ...... 179
Gambar 8.11. Perkembangan volume ekspor dan impor gula di Indonesia,
1969-2009 ................................................................ 179
Pusat Data dan Informasi Pertanian
xvii
2010
Gambar 8.12. Perkembangan luas areal tebu dunia, 1970-2008 .................. 181
Gambar 8.13. Perkembangan produktivitas tebu dunia, 1970-2008 ............. 181
Gambar 8.14. Perkembangan produksi tebu dunia, 1970-2008 .................. 182
Gambar 8.15. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008 ... 182
Gambar 8.16. Negara produsen tebu terbesar dunia, 2004-2008 ................. 183
Gambar 8.17. Perkembangan penawaran dan permintaan gula Indonesia,
1990-2012 ................................................................ 186
xviii
2010
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2.1.
Lampiran 2.2.
Lampiran 2.3.
Lampiran 2.4.
Lampiran 2.5.
Lampiran 2.6.
Lampiran 2.7.
Lampiran 2.8.
Lampiran 2.9
Lampiran 2.10. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ...... 29
Lampiran 2.11. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2003-2007 ....... 29
Lampiran 3.1.
Lampiran 3.2.
Lampiran 3.3.
Lampiran 3.4.
Lampiran 3.5.
Lampiran 3.6.
xix
2010
Lampiran 3.7.
Lampiran 3.8.
Lampiran 3.9.
Lampiran 4.1.
Lampiran 4.2.
Lampiran 4.3.
Lampiran 4.4.
Lampiran 4.5.
Lampiran 4.6.
Lampiran 4.7.
Lampiran 4.8.
Lampiran 4.9.
xx
Lampiran 5.2.
2010
Lampiran 5.3.
Lampiran 5.4.
Lampiran 5.5.
Lampiran 5.6.
Lampiran 5.7.
Lampiran 5.8.
Lampiran 5.9.
Lampiran 5.10. Negara produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ....... 119
Lampiran 5.11. Negara-negara dengan rata-rata produktivitas cengkeh
tertinggi di dunia, 2004-2008 ....................................... 120
Lampiran 5.12. Harga produsen cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008 ........ 120
Lampiran 5.13. Negara eksportir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ....... 121
Lampiran 5.14. Negara importir cengkeh terbesar di dunia, 2004-2007 ........ 121
Lampiran 6.1.
Lampiran 6.2.
Lampiran 6.3.
Lampiran 6.4.
Lampiran 6.5.
xxi
2010
Lampiran 6.6.
Lampiran 6.7.
Lampiran 6.8.
Lampiran 6.9.
Lampiran 6.10. Negara produsen tembakau terbesar dunia, 2004-2008 ........ 148
Lampiran 6.11. Negara dengan harga produsen tembakau terbesar dunia,
2003-2007 .............................................................. 149
Lampiran 6.12. Perkembangan ekspor-impor tembakau dunia, 1961-2007..... 150
Lampiran 7.1.
Lampiran 7.2.
Lampiran 7.3.
Lampiran 7.4.
Lampiran 7.5.
Lampiran 7.6.
Lampiran 7.1.
Lampiran 7.2.
Lampiran 7.3.
Lampiran 7.4.
xxii
Lampiran 7.5.
2010
Lampiran 7.6.
Lampiran 8.1.
Lampiran 8.2.
Lampiran 8.3.
Lampiran 8.4.
Lampiran 8.5.
Lampiran 8.6.
Lampiran 8.7.
Lampiran 8.8.
xxiii
2010
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan salah
satu sub sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa
negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan
nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam
secara berkelanjutan. Peranan sub sektor perkebunan bagi perekonomian
nasional tercermin dari realisasi pencapaian PDB yang mencapai Rp. 112,52
trilyun (atas dasar harga berlaku) pada tahun 2009. Sementara, peranan ekspor
komoditas perkebunan pada tahun 2009 memberikan sumbangan surplus neraca
perdagangan bagi sektor pertanian sebesar US$ 17,63 milyar dimana sub sektor
lainnya mengalami defisit.
Dalam rangka meningkatkan peran sub sektor perkebunan, Kementerian
Pertanian telah menyusun rencana strategis beserta program dan kebijakan
pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
pengembangan
masing-masing
komoditas
perkebunan.
Dalam
penyusunan
rencana strategis ketersediaan data dan informasi yang berkualitas maka sangat
dibutuhkan agar kebijakan yang diputuskan menjadi efektif.
Dalam mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Informasi Pertanian
(Pusdatin) senantiasa menyediakan data dan informasi yang diperlukan oleh
berbagai pihak yang berkecimpung dalam sektor pertanian, seperti penentu
kebijakan, asosiasi, akademisi maupun masyarakat umum lainnya. Salah satu
produk informasi yang secara reguler dihasilkan oleh Pusdatin adalah Analisis
Outlook Perkebunan, yang didalamnya mengulas keragaan data nasional dan
situasi global disertai dengan proyeksi penawaran dan permintaan masing-masing
komoditas.
2010
1.2. METODOLOGI
Sumber Data dan Informasi
Outlook Komoditas Perkebunan tahun 2010 disusun berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi
terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian
Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture
Organization (FAO).
Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas Perkebunan
adalah sebagai berikut:
a. Analisis keragaan atau perkembangan komoditas perkebunan dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas
areal dan luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta
harga di tingkat produsen maupun konsumen dengan analisis deskriptif
sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk data series nasional
maupun dunia.
b. Analisis Penawaran
Analisis penawaran komoditas perkebunan dilakukan berdasarkan
analisis fungsi produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi
tersebut dilakukan dengan pendekatan model Regresi Berganda (Multivariate
Regression).
Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah :
Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + ... + bn X n +
n
= b0 + b j X j +
j =1
dimana :
Xn =
Peubah penjelas/bebas
1,2,
2010
b0 =
nilai konstanta
bn =
sisaan
Produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari produksi pada
periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, harga ekspor dan
pengaruh inflasi.
Dengan
memperhatikan
ketersediaan
data,
analisis
penawaran
dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubahpeubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang
bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan
model analisis trend (trend analysis) atau model pemulusan eksponensial
berganda (double exponential smoothing).
c. Analisis Permintaan
Analisis
permintaan
komoditas
perkebunan
merupakan
analisis
2010
d. Kelayakan Model
Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan
koefisien determinasi (R2).
Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari
peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah bebas (X).
Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
R2 =
dimana :
SS R egresi
SS Total
Sementara, untuk model data deret waktu baik analisis tren maupun
model pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing),
ukuran kelayakan model dilihat berdasarkan kecilnya nilai kesalahan yakni
menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau
kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sbb.:
2010
sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) adalah industri fraksinasi/ranifasi
(terutama insdustri minyak goreng), lemak khusus (cocoa butter substitute),
margarin/shortening, oleochemical dan sabun mandi (BPS, 2006).
Disamping
produk konvensional, minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan yang
dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi (biodisel) yang terbarukan untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin tipis
persediaannya (Ditjen Perkebunan, 2006).
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan bagi
Indonesia, hal ini dikarenakan kondisi geografis wilayah Indonesia memang sangat
cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit.
areal kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,51 juta hektar dengan produksi
sebesar 18,64 juta ton minyak sawit dan 3,47 juta ton inti sawit. Sementara,
bila dilihat dari luas areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata
tahun 1998-2009 sebanyak 52,23% diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta
(PBS), 36,70% diusahakan oleh Perkebunn Rakyat (PR) dan 11,07% diusahakan
oleh Perkebunan Besar Negara (PBN).
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadi sangat
berkembang pesat dikarenakan:
1. Kebutuhan minyak nabati dunia cukup besar dan akan terus meningkat,
sebagai akibat jumlah penduduk maupun tingkat konsumsi per kapita yang
masih rendah.
2. Di antara berbagai jenis tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit
tanaman dengan potensi produksi minyak tertinggi.
2010
2.1.
sebesar
11,12%
(Gambar
2.1).
Berdasarkan
atas
status
Gambar 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan
di Indonesia,19702009
2010
Gambar 2.2. Konstribusi luas areal kelapa sawit menurut status pengusahaan di
Indonesia, (rata-rata 1998 2009)
Jika ditinjau kontribusi rata-rata luas areal kelapa sawit di Indonesia tahun
1998 2009, terlihat bahwa PBS berkontribusi sebesar 52,23% terhadap luas areal
kelapa sawit Indonesia, sedangkan PR dan PBN masing-masing
berkontribusi
2010
2010
produksi minyak sawit PBS selama periode tahun 1998 2009 sebesar 51,36%
terhadap rata-rata produksi minyak sawit Indonesia, sedangkan kontribusi PR dan
PBN masing-masing sebesar 34,23% dan 14,41% (Gambar 2.4).
Sentra produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 7 (tujuh)
provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 81,80% terhadap produksi minyak
sawit Indonesia, seperti yang disajikan pada
2010
produktivitas PR sebesar 2,97% per tahun, PBN sebesar 2,91% per tahun,
sedangkan PBS terlihat sangat fluktuatif dan cenderung menurun sebesar 0,93%
per tahun. Meskipun demikian, realisasi produktivitas kelapa sawit PBS tertinggi
dibandingkan dengan PR dan PBN paling yakni mencapai 3,59 ton per hektar
bahkan pada tahun 2009 mencapai 3,72 ton per hektar.
Tabel 2.1. Perkembangan produktivitas kelapa sawit Indonesia menurut status
pengusahaan, 2003 2009
Produktivitas (Ton/Ha)
Tahun
PR 1)
Pertumb.
(%)
PBN 2)
Pertumb.
(%)
3.25
PBS
3)
Pertumb.
(%)
4.29
Perkebunan
Indonesia
Pertumb.
(%)
2003
2.75
2004
2.49
-9.33
3.16
-2.83
3.03
-29.26
2.83
3.05
2005
2.69
7.75
3.31
4.64
3.05
0.38
2.93
3.27
2006
3.13
16.51
3.62
9.32
3.74
22.87
3.50
19.57
-6.98
2007
3.21
2.39
3.37
-6.94
3.86
3.11
3.63
3.89
2008
3.33
3.84
3.82
13.49
3.42
-11.25
3.42
-5.78
2009 *)
3.16
-4.99
3.81
-0.24
3.72
8.56
3.56
4.03
2.97
2.69
3.48
2.91
3.59
-0.93
3.27
3.00
Rata-rata
2003-2009
10
2)
4)
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
2010
sawit/minyak goreng
mencapai 1.928 ribu ton per tahun atau 98,36% dari total penggunaan, sedangkan
diolah non makanan rata-rata sebesar 23 ribu ton per tahun atau 1,19% dari total
penggunaan dan tercecer sebesar 36 ribu ton per tahun atau 1,83%. Untuk
mengurangi persentase tercecer perlu dilakukan pengelolaan yang baik pada saat
panen dan pasca panen maupun proses pengolahan dan distribusi ke konsumen.
Pemakaian minyak sawit/minyak goreng di dalam negeri sebagai bahan
makanan terlihat menurun pada tahun 2005 (Gambar 2.7). Pada tahun 2004
penggunaan minyak sawit/minyak goreng untuk bahan makanan sebesar 1.969
ribu ton, pada tahun 2005 menurun menjadi 920 ribu ton dan kemudian
meningkat kembali hingga menjadi 3.081 ribu ton pada tahun 2007.
11
2010
Gambar 2.8. Perkembangan harga produsen TBS dan harga perdagangan besar
minyak sawit Indonesia, 20002008
12
2010
sebesar US$ 1,05 milyar, dan pada tahun 2009 telah mencapai US$ 11,71 milyar.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1996 - 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 2.6.
13
2010
14
MENGHASILKAN
2010
DAN
Gambar 2.12. Perkembangan luas areal dan produksi tandan buah segar kelapa
sawit dunia, 19612008
Gambar 2.13. Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia,
(rata-rata 2004-2008)
Pusat Data dan Informasi Pertanian
15
2010
segar kelapa sawit dari negara produsen terbesar dunia secara rinci tersaji pada
Lampiran 2.9.
16
2010
2.6.
Netherland
dan
Papua
New
Guinea
masing-masing
hanya
berkontribusi sebesar 3,25% dan 1,33% terhadap total volume ekspor dunia
(Lampiran 2.10).
17
2010
18
2010
Gambar 2.16. Negara importir kelapa sawit terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007)
2.7.
produksi kelapa sawit nasional dalam analisis ini dalam wujud produksi minyak
sawit.
19
2010
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%)
20091)
18.640.881
2010
20.369.032
9,27
2011
21.916.549
7,60
2012
23.523.775
Rata-rata Pertumbuhan (%)
2010 2012
7,33
8,07
Selama periode
tahun
minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 73% dari total produksi dan penggunaan
dalam negeri minyak goreng berdasarkan data Neraca Bahan Makanan sekitar 17%
dari total produksi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemodelan permintaan
minyak sawit dilakukan dengan menggunakan model deret waktu dari data
volume ekspor dan penggunaan dalam negeri minyak goreng. Berdasarkan hasil
penelusuran model dihasilkan model terbaik adalah tren kuadratik untuk peubah
volume ekspor dan penggunaan minyak goreng. Dengan menggunakan model
tersebut maka proyeksi permintaan total minyak sawit disajikan pada Tabel 2.3.
Selama periode tahun 2010 2012, permintaan minyak sawit diproyeksikan
akan naik sebesar 7,34%. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan volume
ekspor sebesar 8,96%, sementara penggunaan dalam negeri turun sebesar 0,28%.
Pada tahun 2010 total permintaan minyak sawit diproyeksikan 18,82 juta ton,
kemudian naik menjadi 19,75 juta ton pada tahun 2011 dan 21,40 juta ton pada
tahun 2012.
20
2010
Tabel 2.3. Proyeksi volume ekspor minyak sawit dan penggunaan minyak goreng
sawit dalam negeri di Indonesia, 2010 2012
Tahun
Volume Ekspor
(Ton)
2009*)
14.163.417
Penggunaan
minyak goreng
sawit
(Ton)
3.152.730
2010
15.490.990
3.327.800
18.818.790
2011
16.877.746
2.869.050
19.746.796
2012
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
18.323.684
3.081.260
21.404.944
8,96
-0,28
7,34
Total
Permintaan
(Ton)
17.316.147
Produksi
(Ton)
Permintaan
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2010
20.369.032
18.818.790
1.550.242
2011
21.916.549
19.746.796
2.169.753
2012
23.523.775
21.404.944
2.118.831
Rata-rata
Pertumbuhan (%)
18,81
21
2010
Lampiran 2.1. Perkembangan luas areal kelapa sawit (palm oil) Indonesia
menurut status pengusahaan, 1970 2009
PR 1)
Tahun
(Ha)
PBN
Pertumb. (%)
(Ha)
2)
PBS
Pertumb. (%)
(Ha)
3)
Nasional
Pertumb. (%)
Pertumb. (%)
86,640
1971
91,153
5.21
47,950
2.77
139,103
4.35
1972
96,562
5.93
55,497
15.74
152,059
9.31
1973
98,033
1.52
59,747
7.66
157,780
3.76
1974
117,513
19.87
64,223
7.49
181,736
15.18
1975
120,940
2.92
67,885
5.70
188,825
3.90
1976
141,333
16.86
69,772
2.78
211,105
11.80
1977
148,775
5.27
71,626
2.66
220,401
4.40
1978
163,465
9.87
86,651
20.98
250,116
13.48
1979
3,125
1980
6,175
1981
1982
1983
46,658
(Ha)
1970
133,298
176,408
7.92
81,406
-6.05
260,939
4.33
97.60
199,538
13.11
88,847
9.14
294,560
12.88
5,695
-7.77
213,264
6.88
100,008
12.56
318,967
8.29
8,537
49.90
224,440
5.24
96,924
-3.08
329,901
3.43
37,043
333.91
261,339
16.44
107,264
10.67
405,646
22.96
1984
40,552
9.47
340,511
30.29
130,958
22.09
512,021
26.22
1985
118,564
192.38
335,195
-1.56
143,603
9.66
597,362
16.67
1986
129,904
9.56
332,694
-0.75
144,182
0.40
606,780
1.58
1987
203,047
56.31
365,575
9.88
160,040
11.00
728,662
20.09
1988
196,279
-3.33
373,409
2.14
293,171
83.19
862,859
18.42
1989
223,832
14.04
366,028
-1.98
383,668
30.87
973,528
12.83
1990
291,338
30.16
372,246
1.70
463,093
20.70
1,126,677
15.73
1991
384,594
32.01
395,183
6.16
531,219
14.71
1,310,996
16.36
1992
439,468
14.27
389,761
-1.37
638,241
20.15
1,467,470
11.94
1993
502,332
14.30
380,746
-2.31
730,109
14.39
1,613,187
9.93
1994
572,544
13.98
386,309
1.46
845,296
15.78
1,804,149
11.84
1995
658,536
15.02
404,732
4.77
961,718
13.77
2,024,986
12.24
1996
738,887
12.20
426,804
5.45
1,083,823
12.70
2,249,514
11.09
1997
813,175
10.05
517,064
21.15
1,592,057
46.89
2,922,296
29.91
1998
890,506
9.51
556,640
7.65
2,113,050
32.72
3,560,196
21.83
1999
1,041,046
16.90
576,999
3.66
2,283,757
8.08
3,901,802
9.60
2000
1,166,758
12.08
588,125
1.93
2,403,194
5.23
4,158,077
6.57
2001
1,561,031
33.79
609,947
3.71
2,542,457
5.79
4,713,435
13.36
2002
1,808,424
15.85
631,566
3.54
2,627,068
3.33
5,067,058
7.50
2003
1,854,394
2.54
662,803
4.95
2,766,360
5.30
5,283,557
4.27
2004
2,220,338
19.73
605,865
-8.59
2,458,520
-11.13
5,284,723
0.02
2005
2,356,895
6.15
529,854
-12.55
2,567,068
4.42
5,453,817
3.20
2006
2,549,572
8.18
687,428
29.74
3,357,914
30.81
6,594,914
20.92
2007
2,752,172
7.95
606,248
-11.81
3,408,416
1.50
6,766,836
2.61
2008
2,881,898
4.71
602,963
-0.54
3,878,986
13.81
7,363,847
8.82
2009 *)
3,013,973
4.58
608,580
0.93
3,885,470
0.17
7,508,023
1.96
34.53
4.75
14.18
11.12
1970-1997
49.67
7.11
15.01
12.33
1998-2009 *)
11.83
1.89
8.34
8.39
34.24
15.95
49.81
100
1970-1997
24.38
34.14
41.49
100
1998-2009 *)
36.70
11.07
52.23
100
22
1)
3)
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
2010
Tahun
(Ton)
PBN
Pertumb. (%)
(Ton)
2)
PBS
Pertumb. (%)
(Ton)
3)
Nasional
Pertumb. (%)
Pertumb. (%)
147,003
1971
170,304
15.85
79,653
14.08
249,957
15.28
1972
189,261
11.13
80,203
0.69
269,464
7.80
1973
207,448
9.61
82,229
2.53
289,677
7.50
1974
243,641
17.45
104,035
26.52
347,676
20.02
1975
271,171
11.30
126,082
21.19
397,253
14.26
1976
286,096
5.50
144,910
14.93
431,006
8.50
1977
336,891
17.75
120,716
-16.70
457,607
6.17
1978
336,224
-0.20
165,060
36.73
501,284
9.54
438,756
30.50
201,724
22.21
641,240
27.92
1979
760
69,824
(Ton)
1970
216,827
1980
770
1.32
498,858
13.70
221,544
9.83
721,172
12.47
1981
1,045
35.71
533,399
6.92
265,616
19.89
800,060
10.94
1982
2,955
182.78
598,653
12.23
285,212
7.38
886,820
10.84
1983
3,454
16.89
710,431
18.67
269,102
-5.65
982,987
10.84
1984
4,031
16.71
814,015
14.58
329,144
22.31
1,147,190
16.70
1985
43,016
967.13
861,173
5.79
339,241
3.07
1,243,430
8.39
1986
53,504
24.38
912,306
5.94
384,919
13.46
1,350,729
8.63
1987
165,162
208.69
988,480
8.35
352,413
-8.44
1,506,055
11.50
1988
156,148
-5.46
1,102,692
11.55
454,495
28.97
1,713,335
13.76
1989
183,689
17.64
1,184,226
7.39
597,039
31.36
1,964,954
14.69
1990
376,950
105.21
1,247,156
5.31
788,506
32.07
2,412,612
22.78
1991
413,319
9.65
1,360,963
9.13
883,918
12.10
2,658,200
10.18
22.87
1992
699,605
69.27
1,489,745
9.46
1,076,900
21.83
3,266,250
1993
582,021
-16.81
1,469,156
-1.38
1,370,272
27.24
3,421,449
4.75
1994
839,334
44.21
1,571,501
6.97
1,597,227
16.56
4,008,062
17.15
11.77
1995
1,001,443
19.31
1,613,848
2.69
1,864,379
16.73
4,479,670
1996
1,135,547
13.39
1,706,852
5.76
2,058,259
10.40
4,900,658
9.40
1997
1,282,823
12.97
1,586,879
-7.03
2,578,806
25.29
5,448,508
11.18
1998
1,344,569
4.81
1,501,747
-5.36
3,084,099
19.59
5,930,415
8.84
1999
1,547,811
15.12
1,468,949
-2.18
3,438,830
11.50
6,455,590
8.86
2000
1,905,653
23.12
1,460,954
-0.54
5,633,901
63.83
9,000,508
39.42
2001
2,798,032
46.83
1,519,289
3.99
4,079,151
-27.60
8,396,472
-6.71
2002
3,426,740
22.47
1,607,734
5.82
4,589,871
12.52
9,624,345
14.62
2003
3,517,324
2.64
1,750,651
8.89
5,172,859
12.70
10,440,834
8.48
2004
3,847,157
9.38
1,617,706
-7.59
5,365,526
3.72
10,830,389
3.73
2005
4,500,769
16.99
1,449,254
-10.41
5,911,592
10.18
11,861,615
9.52
2006
5,783,088
28.49
2,313,729
59.65
9,254,031
56.54
17,350,848
46.28
2007
6,358,389
9.95
2,117,035
-8.50
9,189,301
-0.70
17,664,725
1.81
2008
6,923,042
8.88
1,938,134
-8.45
8,678,612
-5.56
17,539,788
-0.71
2009 *)
7,247,979
4.69
1,961,813
1.22
9,431,089
8.67
18,640,881
6.28
63.88
1970-1997
95.72
1998-2009 *)
16.11
7.47
14.67
12.47
9.44
15.06
12.81
3.04
13.78
11.70
29.48
22.88
47.63
100.00
1970-1997
14.87
48.97
36.16
100.00
1998-2009 *)
34.23
14.41
51.36
100.00
1)
3)
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
23
2010
Lampiran 2.3. Provinsi sentra produksi kelapa sawit Indonesia, 2005 2009
No
Share
Share (%) kumulatif
(%)
Produksi (Ton)
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009 *)
Rata-rata
1 Riau
2,370,465
4,685,660
5,117,730
5,764,203
5,751,461
4,737,904
28.52
28.52
2 Sumatera Utara
2,511,587
3,244,922
3,083,389
2,738,279
3,179,507
2,951,537
17.77
46.29
3 Sumatera Selatan
1,439,974
1,616,161
1,809,949
1,753,212
1,841,242
1,692,108
10.19
56.48
4 Kalimantan Tengah
908,301
1,383,317
1,387,696
1,449,294
1,445,992
1,314,920
7.92
71.43
5 Jambi
930,265
1,281,636
1,194,354
1,203,430
1,233,538
1,168,645
7.04
63.51
6 Kalimantan Barat
761,963
1,050,450
1,005,100
845,409
851,603
902,905
5.44
76.86
7 Sumatera Barat
662,877
925,155
824,406
794,167
893,640
820,049
4.94
81.80
2,276,183
3,163,547
3,242,101
2,991,794
3,443,898
3,023,505
18.20
100.00
16,611,571
100.00
8 Lainnya
Indonesia
11,861,615
17,350,848
17,664,725
17,539,788
18,640,881
Diolah
Tercecer
untuk non
Bahan
makanan
Total
penggunaan
(000 Ton)
1990
1,055
Jumlah
Penduduk
(Kg/kapita/th)
(000 orang)
1,055
5.92
178,170
1991
993
993
5.48
181,094
1992
1,334
1,334
7.23
184,491
1993
1,431
1,431
7.63
187,589
1994
1,517
1,517
7.96
190,538
1995
2,090
2,090
10.8
193,486
10.92
196,807
1996
16
2,150
2,166
1997
16
1,614
1,630
8.08
199,837
2,262
2,262
11.15
202,873
1998
1999
24
27
1,722
1,773
8.49
205,915
2000
30
35
2,209
2,274
10.73
208,489
2001
36
42
2,635
2,713
12.64
209,776
2002
32
37
2,309
2,378
10.94
211,063
2003
36
41
2,597
2,675
12.15
213,722
2004
27
31
1,969
2,027
9.1
216,415
2005
13
15
920
948
4.18
2006
13
45
2,819
2,877
12.65
222,747
13
49
3,081
3,143
13.66
225,642
9.43
2007*)
Rata-rata
Share (%)
Sumber
23
36
1,928
1,960
1.19
1.83
98.36
100.00
24
ketersediaan
untuk konsumsi
219,852
2010
Lampiran 2.5. Perkembangan harga produsen tandan buah segar dan minyak
sawit (CPO) Indonesia, 2000 2008
Tahun
Harga Produsen
TBS (Rp/Ton)
Harga
Perdagangan
Besar Minyak
Sawit (Rp/Ton)
Pertumbuhan
(%)
Pertumbuhan
(%)
2000
349,879
3,217,150
2001
295,333
-15.59
3,242,250
0.78
2002
385,875
30.66
4,212,690
29.93
2003
488,417
26.57
4,267,930
1.31
2004
573,127
17.34
4,584,302
7.41
2005
499,201
-12.90
4,825,600
5.26
2006
551,186
10.41
4,701,113
-2.58
2007
889,771
61.43
7,361,021
56.58
2008
1,180,705
32.70
7,783,393
5.74
579,277
18.83
4,910,605
13.05
25
2010
Neraca
Impor
Volume
Nilai
( Ton)
(000 US$)
Volume
Nilai
Nilai
( Ton)
(000 US$)
(000 US$)
Harga (US$/ton)
Ekspor
Impor
1996
2,619,318
1,121,838
115,975
72,198
1,049,640
428
623
-194.24
1997
4,138,780
1,784,322
86,087
59,780
1,724,542
431
694
-263.29
1998
2,512,631
969,985
18,029
11,704
958,281
386
649
-263.13
1999
4,729,849
1,497,160
11,879
1,858
1,495,302
317
156
160.12
2000
5,519,500
1,357,628
7,448
4,531
1,353,097
246
608
-362.38
2001
6,297,107
1,250,995
5,223
2,626
1,248,369
199
503
-304.11
2002
7,894,074
2,388,032
11,912
4,702
2,383,330
303
395
-92.22
2003
7,821,443
2,764,474
5,613
3,778
2,760,696
353
673
-319.63
2004
10,967,882
4,030,764
8,459
6,772
4,023,992
368
801
-433.06
2005
13,131,029
4,430,921
13,945
11,947
4,418,974
337
857
-519.28
2006
15,386,946
5,551,160
17,100
11,088
5,540,072
361
648
-287.65
2007
15,200,733
9,078,283
4,662
7,038
9,071,245
597
1,510
-912.43
2008
18,141,004
14,110,229
11,721
13,106
14,097,123
778
1,118
-340.29
2009
21,669,489
11,728,840
24,273
16,522
11,712,318
541
681
-139.43
21.30
26.18
14.85
15.67
26.81
5.22
24.55
1996-2003
23.17
22.46
(18.70)
(2.93)
23.63
(0.03)
35.68
2004-2009
14.90
27.46
54.65
29.00
27.48
12.82
10.09
Sumber
Keterangan : Angka negatif pada selisih berarti harga impor lebih tinggi dibandingkan harga ekspor
26
Selisih
(US$/ton)
2010
Luas TM
(Ha)
3,621,037
3,422,412
3,517,630
3,540,825
3,617,385
3,523,670
3,081,995
3,185,274
3,295,732
3,263,027
3,311,979
3,210,852
3,263,026
3,498,230
3,535,854
3,593,114
3,722,319
3,718,311
4,155,088
4,276,828
4,077,535
4,190,963
4,225,265
4,668,824
4,898,899
5,146,653
5,301,514
5,567,146
5,827,284
6,085,211
6,469,739
6,788,751
7,149,830
7,505,871
7,957,565
8,383,285
8,686,011
9,015,419
9,345,985
9,962,994
10,536,037
11,263,471
11,641,788
12,265,017
12,872,827
13,247,130
13,863,026
14,585,811
1961-2008
Produktivitas
Pertumb. (%)
-5.49
2.78
0.66
2.16
-2.59
-12.53
3.35
3.47
-0.99
1.50
-3.05
1.62
7.21
1.08
1.62
3.60
-0.11
11.75
2.93
-4.66
2.78
0.82
10.50
4.93
5.06
3.01
5.01
4.67
4.43
6.32
4.93
5.32
4.98
6.02
5.35
3.61
3.79
3.67
6.60
5.75
6.90
3.36
5.35
4.96
2.91
4.65
5.21
3.09
(Ton/Ha)
Pertumb. (%)
3.77
3.87
2.77
3.86
-0.25
3.84
-0.58
3.81
-0.66
3.89
1.92
4.27
9.77
4.42
3.60
4.48
1.43
4.64
3.44
4.93
6.28
5.19
5.40
5.31
2.21
5.57
5.00
5.93
6.31
5.91
-0.18
5.99
1.20
6.67
11.42
6.57
-1.43
6.98
6.20
7.60
8.90
8.53
12.22
7.88
-7.64
8.65
9.81
8.82
1.97
9.12
3.32
9.07
-0.49
9.51
4.86
10.10
6.18
10.01
-0.91
9.78
-2.26
9.85
0.72
10.99
11.55
10.82
-1.55
11.07
2.33
11.10
0.28
11.42
2.88
10.94
-4.24
12.24
11.88
12.09
-1.23
12.22
1.05
12.02
-1.60
12.88
7.19
13.31
3.30
14.13
6.19
14.72
4.12
13.89
-5.64
14.08
1.39
Rata-rata pertumbuhan (%)
2.95
Produksi
(Ton)
13,636,250
13,245,466
13,579,681
13,589,323
13,791,506
13,691,499
13,145,568
14,074,539
14,770,861
15,127,942
16,318,727
16,674,448
17,320,637
19,498,488
20,952,218
21,252,831
22,281,025
24,798,566
27,316,222
29,858,675
31,000,047
35,756,699
33,295,322
40,399,328
43,223,956
46,917,489
48,090,189
52,956,114
58,856,609
60,902,077
63,287,310
66,886,584
78,581,976
81,215,495
88,106,230
93,083,525
99,226,963
98,618,825
114,385,331
120,440,185
128,710,851
135,395,160
150,000,849
163,239,840
181,941,422
194,952,684
192,503,168
205,361,525
Pertumb. (%)
-2.87
2.52
0.07
1.49
-0.73
-3.99
7.07
4.95
2.42
7.87
2.18
3.88
12.57
7.46
1.43
4.84
11.30
10.15
9.31
3.82
15.34
-6.88
21.34
6.99
8.55
2.50
10.12
11.14
3.48
3.92
5.69
17.49
3.35
8.48
5.65
6.60
-0.61
15.99
5.29
6.87
5.19
10.79
8.83
11.46
7.15
-1.26
6.68
6.08
27
2010
Lampiran 2.8. Negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar
di dunia, 2004 2008
No
Negara
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
Share (%)
Kumulatif
Share (%)
1 Indonesia
3,823
4,055
4,961
4,881
5,122
4,568
34.18
34.18
2 Malaysia
3,402
3,552
3,678
3,741
3,900
3,655
27.34
61.52
3 Nigeria
3,320
3,350
3,075
3,150
3,200
3,219
24.08
85.60
4 Thailand
309
324
380
435
450
380
2.84
88.44
5 Ghana
318
325
333
300
300
315
2.36
90.80
6 Guinea
310
310
310
310
310
310
2.32
93.12
7 Lainnya
783
957
511
1,046
1,304
920
6.88
100.00
12,265
12,873
13,247
13,863
14,586
13,367
Dunia
100.00
Lampiran 2.9. Negara produsen kelapa sawit terbesar dunia, 2004 - 2008
No
Negara
2006
2007
2008
1 Malaysia
69,881
74,800
79,400
79,100
83,000
77,236
41.17
41.17
2 Indonesia
60,426
74,000
80,250
78,000
85,000
75,535
40.26
81.43
3 Nigeria
8,700
8,500
8,300
8,500
8,500
8,500
4.53
85.97
4 Thailand
5,182
5,003
6,715
6,390
7,873
6,232
3.32
89.29
5 Colombia
3,107
3,273
3,200
3,200
3,200
3,196
1.70
90.99
15,945
16,366
17,088
17,313
17,789
16,900
9.01
100.00
163,240
181,941
194,953
192,503
205,362
187,600
100.00
Dunia
28
Share
Kumulatif (%)
2004
6 Negara Lainnya
Rata-rata
Share (%)
2010
Lampiran 2.10. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2003 - 2007
No
Negara
2004
2005
2006
1 Malaysia
12,079,129
11,793,588
13,192,535
14,202,672
2 Indonesia
6,386,410
8,661,647
10,376,190
533,618
624,865
698,843
3 Netherlands
4 Papua New Guinea
5 Negara Lainnya
Dunia
326900
339000
295200
2007
Rata-rata
Share (%)
Kumulatif
share (%)
13,011,131
12,855,811
50.46
12,100,922
8,875,419
9,280,118
36.42
86.88
1,027,438
1,251,807
827,314
3.25
90.12
362300
368300
50.46
338,340
1.33
91.45
1,761,434
2,132,813
2,201,748
2,257,858
2,536,489
2,178,068
8.55
100.00
21,087,491
23,551,913
26,764,516
29,951,190
26,043,146
25,479,651
100.00
Lampiran 2.11. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2003 - 2007
1 China
3,422,999
3,980,868
4,468,210
5,220,161
5,223,369
4,463,121
Share
kumulatif
(%)
17.62
17.62
2 India
4,026,436
3,472,518
2,449,184
2,766,382
3,514,900
3,245,884
12.81
30.44
3 Pakistan
1,210,881
1,279,966
1,531,194
1,663,231
1,710,437
1,479,142
5.84
36.28
4 Netherlands
1,076,643
1,378,826
1,721,369
1,832,217
1,237,817
1,449,374
5.72
42.00
5 Bangladesh
498,100
644,400
608,379
1,507,124
1,728,006
997,202
3.94
52.09
6 Germany
636,565
821,987
949,792
963,886
1,076,393
889,725
3.51
45.51
7 United Kingdom
782,188
706,083
668,841
692,513
491,944
668,314
2.64
48.15
8 Malaysia
367,999
822,154
486,338
779,037
435,845
578,275
2.28
54.37
8,441,697
10,201,285
11,905,899
14,120,960
13,120,494
11,558,067
45.63
100.00
20,463,508
23,308,087
24,789,206
29,545,511
28,539,205
25,329,103
100.00
No
Negara
9 Negara Lainnya
Dunia
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
Share
(%)
29
2010
31
2010
didapat selain dari buah. Oleh karena itu, budidaya tanaman kelapa merupakan
salah satu alternatif yang sangat menguntungkan (Anonim, 2007).
Untuk mengetahui perkembangan komoditas kelapa dan prospeknya,
berikut ini disajikan keragaan komoditas kelapa serta proyeksi penawaran dan
permintaannya untuk beberapa tahun ke depan.
2010
PR
juga lebih stabil dibandingkan luas areal kelapa yang diusahakan oleh PBN dan
PBS. Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR rata-rata sebesar
2,58% per tahun, PBN sebesar 7,06% per tahun dan PBS sebesar 15,68% per tahun.
Setelah tahun 1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR melambat menjadi sebesar
0,47% per tahun, sedangkan luas areal kelapa PBN dan PBS turun masing-masing
sebesar 13,34% per tahun dan 1,35% per tahun.
Perkembangan
luas
areal
kelapa
di
Indonesia
menurut
jenis
Tahun
PR1)
PBN2)
PBS3)
Produksi
Total
1)
PR
PBN2)
PBS3)
Total
Pertumbuhan (%)
1970-2009
1.93
0.78
10.44
1.95
2.61
10.14
18.00
2.66
1970-1997
2.58
7.06
15.68
2.68
3.02
19.31
24.07
3.13
1998-2009
0.47 -13.34
-1.35
0.33
1.68 -10.47
4.32
1.59
Kontribusi (%)
1970-2009
97.69
0.46
1.84
100.00
98.09
0.37
1.55
100.00
1970-1997
97.62
0.60
1.79
100.00
98.51
0.47
1.02
100.00
1998-2009
97.83
0.23
1.94
100.00
97.48
0.21
2.31
100.00
1)
Perkebunan Rakyat
2)
3)
Pada periode tahun 1970-2009 sebagian besar luas areal perkebunan kelapa
di Indonesia dikuasai oleh PR dengan persentase mencapai 98,09% dari total luas
areal kelapa di Indonesia (Tabel 3.1). Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa
rakyat
setelah
tahun
1997
cenderung
melambat,
tetapi
kontribusinya
33
2010
(000 Ha)
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
PR
PBN
PBS
2009*)
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
Indonesia
2010
Utara dengan kontribusi masing-masing sebesar 8,44%, 7,49% dan 7,08%. Provinsiprovinsi lainnya rata-rata memberikan kontribusi kurang dari 7% (Gambar 3.3).
Provinsi sentra produksi kelapa di Indonesia dan kontribusinya disajikan secara
rinci pada Lampiran 3.3.
29,84
2,93
3,02
3,68
3,71
17,05
4,62
8,44
5,62
6,54
Riau
Sulteng
Jambi
7,49
7,08
Sulut
Jateng
Sumut
Jatim
Jabar
Sulsel
Malut
Lampung
Lainnya
1,18
(Ton/Ha)
1,16
1,16
2008
2009*)
1,14
1,14
1,12
1,12
1,10
1,17
1,09
1,11
1,08
1,06
1,04
1,02
2004
2005
2006
2007
35
2010
pada tahun 2009. Rata-rata produktivitas kelapa pada kurun waktu 2004-2009
sebesar 1,13 ton/ha dengan laju pertumbuhan sebesar 1,22% (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Perkembangan produktivitas kelapa di Indonesia menurut status
pengusahaan, 2004-2009
Produktivitas (Ton/Ha)
Tahun
PR
Pertumb.
(%)
PBN
Pertumb.
(%)
PBS
1.11
Pertumb.
(%)
Indonesia
1.03
Pertumb.
(%)
2004
1.09
2005
1.11
1.34
0.84
-23.85
1.36
31.92
1.09
1.11
1.09
2006
1.12
0.58
0.67
-21.08
1.02
-24.66
1.12
1.27
2007
1.14
2.35
0.79
18.21
1.34
30.83
1.14
2.30
2008
1.16
1.98
1.47
86.68
1.45
8.26
1.17
2.10
2009*)
1.16
-0.68
1.47
0.16
1.48
2.40
1.16
-0.63
Rata-rata
1.13
1.11
1.06
12.02
1.28
9.75
1.13
1.22
1)
Perkebunan Rakyat
2)
3)
36
2010
(Per Kapita/
Minggu)
0,40
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
1981
1987
1993
Kelapa (Butir)
1999
2003
2005
2007
M. Kelapa (Liter)
Dari hasil perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) periode tahun 19902007, ketersediaan kelapa di Indonesia berdasarkan total penggunaan kelapa
dalam bentuk kopra menjadi minyak goreng cenderung berfluktuasi (Gambar
3.6). Total penggunaan kelapa (kopra) tertinggi terjadi pada tahun 1992 sebesar
705 ribu ton, sedangkan total penggunaan kelapa terendah terjadi saat awal
krisis ekonomi tahun 1997 sebesar 85 ribu ton. Kelapa tersebut sebagian besar
digunakan sebagai bahan makanan (97,44%), sedangkan sisanya digunakan dalam
Pusat Data dan Informasi Pertanian
37
2010
(000 Ton)
800
700
600
500
400
300
200
100
2006
2007*)
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
38
2010
sehingga disparitas meningkat hingga Rp. 633,33,- per butir. Secara rinci
perkembangan harga kelapa di Indonesia disajikan pada Lampiran 3.6.
(Rp/Butir)
2.500,00
2.000,00
1.500,00
1.000,00
500,00
Produsen
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
1983
0,00
Konsumen
39
2010
40
2010
41
2010
sebesar 2,37% per tahun. Jika pada tahun 1970 produksi kelapa dunia sebesar
26,32 juta ton maka tahun 2008 telah mencapai 61,09 juta ton. Total produksi
kelapa dunia tertinggi dicapai tahun 2008, yaitu sebesar 61,09 juta ton.
Perkembangan produksi kelapa di dunia secara rinci disajikan pada Lampiran 3.8.
2010
oleh Indonesia, Philipina dan India. Ketiga negara produsen kelapa tersebut
memberikan kontribusi sebesar 73,53% terhadap total produksi kelapa dunia.
Indonesia menduduki peringkat pertama dengan rata-rata produksi tahun 20042008 sebesar 18,16 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar
31,15% terhadap total produksi kelapa dunia (Gambar 3.12). Philipina dengan
kontribusi sebesar 25,50 % berada di peringkat kedua, diikuti oleh India dengan
kontribusi sebesar 16,88%. Negara-negara produsen kelapa lainnya mempunyai
rata-rata kontribusi kurang dari 6% per tahun. Beberapa negara produsen kelapa
terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 3.9.
Perkembangan produktivitas kelapa (dalam bentuk kelapa segar) selama
periode tahun 1970-2008 menunjukan pola berfluktuasi cenderung meningkat
(Gambar 3.13). Laju pertumbuhan produktivitas kelapa dunia pada periode
tersebut sebesar 1,00% per tahun dimana produktivitas kelapa tertinggi berhasil
dicapai pada tahun 2008 sebesar 5,45 ton/ha (Lampiran 3.8).
(Ton/Ha)
6,00
5,50
5,00
4,50
4,00
3,50
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
3,00
43
2010
2010
dan Belanda dengan rata-rata volume ekspor masing-masing 0,19 juta ton per
tahun dan 0,15 juta ton per tahun.
Indonesia
Netherlands
Lainnya
Netherlands
Russian
Germany
Lainnya
Malaysia
45
2010
0,32 juta ton, 0,22 juta ton, 0,14 juta ton dan 0,11juta ton. Indonesia berada di
peringkat ke-28 dengan rata-rata volume impor minyak kelapa sebesar 0,007 juta
ton.
(US$/Ton)
1.200,00
1.030,76
1.000,00
800,00
714,37
708,40
627,16
600,00
524,29
515,34
Saint Lucia
Nigeria
400,00
200,00
0,00
Barbados
Trinidad
and
Tobago
Cuba
Cook
Islands
46
2010
Koefisien
p_Value
Constanta
1,2757
0,005
0,9077
0,000
0,0532
0,033
Produksi kelapa secara nyata dan positif dipengaruhi oleh produksi kelapa
periode sebelumnya dengan koefisien regresi sebesar 0,9077. Ini berarti bahwa
setiap kenaikan produksi tahun sebelumnya sebesar 10% akan menyebabkan
peningkatan produksi tahun berikutnya sebesar 9,08%. Produksi kelapa juga
dipengaruhi oleh harga riil kelapa periode sebelumnya dengan koefisien regresi
sebesar 0,0532 yang menunjukkan bahwa peningkatan harga kelapa tahun
sebelumnya sebesar 10% akan berdampak pada peningkatan produksi kelapa
(dalam bentuk kopra) sebesar 0,05%.
Pusat Data dan Informasi Pertanian
47
2010
Produksi Kelapa
(Ton)
Pertumbuhan
(%)
2009*)
3.247.383
2010
3.330.385
2,56
2011
3.361.999
0,95
2012
3.390.275
0,84
Rata-rata Pertumbuhan
(% / th.)
1,45
48
2010
minyak goreng mulai didominasi oleh kelapa sawit. Sementara itu juga cukup
gencar disosialisasikan diversifikasi produk kelapa.
Tabel 3.5. Proyeksi permintaan kopra/minyak kelapa di Indonesia, 2010-2012
Tahun
Konsumsi Kopra/Minyak
Kelapa (Ton)
Pertumbuhan
(%)
2010
276.180
2011
265.702
-3,79
2012
255.283
-3,92
Rata-rata Pertumbuhan
(%/th.)
-3,86
Tahun
Produksi Kelapa
(Ton)
Konsumsi Kopra/
Minyak Kelapa
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2010
3.330.385
276.180
3.054.205
2011
3.361.999
265.702
3.096.297
2012
3.390.275
255.283
3.134.992
49
2010
(Ha)
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*)
1)
PBN
Pertumb.
(%)
1,789,262
1,870,564
1,889,682
1,989,618
2,108,591
2,193,097
2,304,790
2,393,112
2,454,115
2,520,938
2,622,206
2,752,386
2,808,989
2,890,681
2,958,170
2,994,442
3,056,575
3,084,688
3,147,382
3,186,754
3,308,037
3,459,225
3,482,817
3,507,992
3,543,924
3,584,477
3,603,878
3,548,017
3,579,872
3,585,743
3,601,698
3,818,946
3,806,032
3,785,343
3,723,879
3,735,838
3,720,490
3,720,533
3,724,118
3,748,135
1970-2009
1970-1997
1998-2009
4.54
1.02
5.29
5.98
4.01
5.09
3.83
2.55
2.72
4.02
4.96
2.06
2.91
2.33
1.23
2.07
0.92
2.03
1.25
3.81
4.57
0.68
0.72
1.02
1.14
0.54
-1.55
0.90
0.16
0.44
6.03
-0.34
-0.54
-1.62
0.32
-0.41
0.001
0.10
0.64
1.93
2.58
0.47
50
Pertumb.
(%)
(Ha)
PBS
(Ha)
3)
1)
3)
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
Jumlah
Pertumb.
(%)
5,928
10,521
6,435
8.55
11,180
6,982
8.50
11,556
6,969
-0.19
12,384
6,691
-3.99
15,282
7,694
14.99
16,274
9,243
20.13
14,800
10,182
10.16
58,072
9,234
-9.31
42,212
10,405
12.68
48,230
15,050
44.64
43,167
15,075
0.17
57,401
13,411
-11.04
29,764
16,683
24.40
39,346
14,197
-14.90
39,113
14,642
3.13
40,916
14,271
-2.53
41,682
17,964
25.88
50,492
15,807
-12.01
62,299
23,927
51.37
72,908
25,032
4.62
60,853
33,350
33.23
80,745
33,287
-0.19
82,461
32,687
-1.80
95,176
31,754
-2.85 105,702
28,884
-9.04 110,495
28,395
-1.69 103,783
27,711
-2.41
92,505
25,466
-8.10 100,636
15,313
-39.87
78,320
13,891
-9.29
75,825
8,006
-42.37
70,515
7,070
-11.69
71,848
5,838
-17.43 121,949
4,883
-16.36
68,242
6,127
25.48
61,649
5,668
-7.49
62,734
5,507
-2.84
61,948
3,822
-30.60
55,134
3,840
0.47
55,081
Rata-rata pertumbuhan (%)
0.78
7.06
-13.34
2)
6.26
3.36
7.17
23.40
6.49
-9.06
292.38
-27.31
14.26
-10.50
32.97
-48.15
32.19
-0.59
4.61
1.87
21.14
23.38
17.03
-16.53
32.69
2.13
15.42
11.06
4.53
-6.07
-10.87
8.79
-22.17
-3.19
-7.00
1.89
69.73
-44.04
-9.66
1.76
-1.25
-11.00
-0.10
10.44
15.68
-1.35
(Ha)
1,805,711
1,888,179
1,908,220
2,008,971
2,130,564
2,217,065
2,328,833
2,461,366
2,505,561
2,579,573
2,680,423
2,824,862
2,852,164
2,946,710
3,011,480
3,050,000
3,112,528
3,153,144
3,225,488
3,283,589
3,393,922
3,573,320
3,598,565
3,635,855
3,681,380
3,723,856
3,736,056
3,668,233
3,705,974
3,679,376
3,691,414
3,897,467
3,884,950
3,913,130
3,797,004
3,803,614
3,788,892
3,787,989
3,783,074
3,807,056
Pertumb.
(%)
4.57
1.06
5.28
6.05
4.06
5.04
5.69
1.80
2.95
3.91
5.39
0.97
3.31
2.20
1.28
2.05
1.30
2.29
1.80
3.36
5.29
0.71
1.04
1.25
1.15
0.33
-1.82
1.03
-0.72
0.33
5.58
-0.32
0.73
-2.97
0.17
-0.39
-0.02
-0.13
0.63
1.95
2.68
0.33
2010
(Ton)
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*)
1)
PBN
Pertumb.
(%)
1,198,863
1,273,935
1,248,739
1,274,441
1,335,441
1,380,929
1,526,577
1,541,996
1,553,763
1,596,191
1,629,726
1,764,567
1,587,177
1,590,173
1,737,263
1,905,241
1,950,290
2,054,514
2,116,975
2,192,851
2,297,832
2,431,616
2,425,452
2,557,908
2,601,424
2,661,641
2,686,768
2,619,926
2,690,204
2,903,716
2,951,005
3,068,997
3,010,894
3,136,360
3,000,839
3,052,461
3,061,408
3,122,995
3,176,004
3,182,333
1970-2009
1970-1997
1998-2009
6.26
-1.98
2.06
4.79
3.41
10.55
1.01
0.76
2.73
2.10
8.27
-10.05
0.19
9.25
9.67
2.36
5.34
3.04
3.58
4.79
5.82
-0.25
5.46
1.70
2.31
0.94
-2.49
2.68
7.94
1.63
4.00
-1.89
4.17
-4.32
1.72
0.29
2.01
1.70
0.20
2.61
3.02
1.68
(Ton)
Pertumb.
(%)
PBS
(Ton)
3)
Jumlah
Pertumb.
(%)
1,749
2,290
2,068
18.24
3,576
3,007
45.41
4,205
1,626
-45.93
3,859
1,495
-8.06
6,475
3,169
111.97
5,545
3,253
2.65
4,811
3,230
-0.71
21,231
3,527
9.20
20,952
3,612
2.41
22,284
3,701
2.46
32,646
3,887
5.03
24,468
4,457
14.66
11,411
3,443
-22.75
14,022
2,430
-29.42
10,795
4,147
70.66
11,043
7,628
83.94
16,724
24,359
219.34
19,671
9,471
-61.12
17,541
13,072
38.02
15,434
14,890
13.91
18,848
20,538
37.93
26,162
20,785
1.20
29,047
17,852
-14.11
30,143
21,043
17.87
26,567
15,127
-28.11
27,518
19,370
28.05
54,748
21,020
8.52
62,992
22,018
4.75
65,905
12,205
-44.57
78,701
9,038
-25.95
84,485
8,272
-8.48
85,749
4,815
-41.79
82,787
2,629
-45.40 115,865
4,489
70.75
49,183
3,659
-18.49
40,724
2,897
-20.83
66,853
2,935
1.31
67,337
3,000
2.21
60,668
3,024
0.80
62,026
Rata-rata pertumbuhan (%)
10.14
19.31
-10.47
2)
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
56.16
17.59
-8.23
67.79
-14.36
-13.24
341.30
-1.31
6.36
46.50
-25.05
-53.36
22.88
-23.01
2.30
51.44
17.62
-10.83
-12.01
22.12
38.81
11.03
3.77
-11.86
3.58
98.95
15.06
4.62
19.42
7.35
1.50
-3.45
39.96
-57.55
-17.20
64.16
0.72
-9.90
2.24
18.00
24.07
4.32
(Ton)
1,202,902
1,279,579
1,255,951
1,279,926
1,343,411
1,389,643
1,534,641
1,566,457
1,578,242
1,622,087
1,666,073
1,792,922
1,603,045
1,607,638
1,750,488
1,920,431
1,974,642
2,098,544
2,143,987
2,221,357
2,331,570
2,478,316
2,475,284
2,605,903
2,649,034
2,704,286
2,760,886
2,703,938
2,778,127
2,994,622
3,044,528
3,163,018
3,098,496
3,254,854
3,054,511
3,096,844
3,131,158
3,193,266
3,239,673
3,247,383
Pertumb.
(%)
6.37
-1.85
1.91
4.96
3.44
10.43
2.07
0.75
2.78
2.71
7.61
-10.59
0.29
8.89
9.71
2.82
6.27
2.17
3.61
4.96
6.29
-0.12
5.28
1.66
2.09
2.09
-2.06
2.74
7.79
1.67
3.89
-2.04
5.05
-6.16
1.39
1.11
1.98
1.45
0.24
2.66
3.13
1.59
51
2010
No.
Provinsi
1 Riau
Produksi (Ton)
2005
2006
2007
2008
488,689
555,842
567,088
553,462
Share
Share (%) kumulatif
2009*)
Rata-rata
(%)
546,773
542,371
17.05
17.05
2 Sulawesi Utara
246,377
251,743
287,461
263,346
293,002
268,386
8.44
25.48
3 Jawa Timur
236,499
222,857
233,172
248,259
250,491
238,256
7.49
32.97
4 Maluku Utara
222,229
218,301
197,378
244,586
244,591
225,417
7.08
40.06
5 Sulawesi Tengah
177,345
187,297
189,268
209,139
276,633
207,936
6.54
46.59
6 Jawa Tengah
182,874
175,144
179,657
175,847
180,299
178,764
5.62
52.21
7 Jawa Barat
161,972
147,507
139,280
150,818
134,697
146,855
4.62
56.83
8 Lampung
120,557
120,259
118,971
118,668
112,219
118,135
3.71
60.54
9 Jambi
126,746
119,191
114,752
110,548
113,427
116,933
3.68
64.21
98,816
101,525
82,352
99,502
97,821
96,003
3.02
67.23
10 Sumatera Utara
11 Sulawesi Selatan
12 Lainnya
Indonesia
Sumber
99,491
87,705
87,228
95,783
96,058
93,253
2.93
70.16
935,251
943,776
996,659
969,716
901,372
949,355
29.84
100.00
3096846
3131147
3193266
3239674
3247383 3,181,663
52
2010
Konsumsi/kapita/tahun
Kelapa
Minyak Kelapa
(Butir)
Pertumb. (%)
(Liter)
Pertumb. (%)
1981
15.964
4.004
1984
15.236
-1.52
1.716
-19.05
1987
16.484
2.73
3.172
28.28
1990
17.368
1.79
3.744
6.01
1993
15.652
-3.29
4.316
5.09
1996
12.532
-6.64
4.940
4.82
1999
9.464
-8.16
3.796
-7.72
2002
11.960
8.79
4.732
8.22
2003
12.636
5.65
4.420
-6.59
2004
11.284
-10.70
4.004
-9.41
2005
11.752
4.15
4.056
1.30
2006
10.400
-11.50
3.900
-3.85
2007
11.232
8.00
2.912
-25.33
2008
9.568
-14.81
2.236
-23.21
-1.96
-3.19
53
2010
Industri
Bahan
Tercecer
Pengolahan
Makanan
Total
Jumlah
Ketersediaan
Share thd. Total Penggunaan (%)
Penduduk
Konsumsi per
Industri
Bahan
Tengah Tahun
Kapita
Tercecer
Pengolahan
Makanan
(000 Orang)
(Kg/Kap/Th)
1990
457
457
2.56
178,170
0.00
0.00
100.00
1991
465
465
2.57
181,094
0.00
0.00
100.00
1992
705
705
3.82
184,491
0.00
0.00
100.00
1993
474
474
2.53
187,589
0.00
0.00
100.00
1994
330
330
1.73
190,538
0.00
0.00
100.00
1995
609
609
3.15
193,486
0.00
0.00
100.00
1996
403
412
2.05
196,807
2.18
0.00
97.82
1997
76
85
0.38
199,837
10.59
0.00
89.41
1998
338
347
1.66
202,873
2.59
0.00
97.41
1999
362
371
1.76
205,915
2.43
0.00
97.57
2000
191
196
0.93
208,489
1.02
1.53
97.45
2001
560
573
2.68
209,776
0.70
1.57
97.73
2002
465
476
2.20
211,063
0.84
1.47
97.69
2003
10
605
620
2.83
213,722
0.78
1.56
97.66
2004
537
550
2.48
216,382
0.73
1.64
97.64
2005
161
165
0.73
219,852
0.61
1.82
97.58
2006
11
372
389
1.67
222,747
2.83
1.54
95.63
2007*)
Rata-rata
11
122
0.54
225,643
4.32
2.70
402
135
409
2.02
202,693
8.15
1.86
1.48
0.70
90.37
97.44
54
2010
(Rp/Butir)
Harga Konsumen
Pertumb.(%)
(Rp/Butir)
116.80
Pertumb.(%)
142.37
Margin
(Rp/Butir)
25.57
1984
201.31
72.35
227.79
60.00
26.48
1985
116.04
-42.36
132.86
-41.67
16.82
1986
121.19
4.44
139.06
4.67
17.87
1987
126.31
4.22
146.40
5.28
20.09
1988
144.96
14.76
171.85
17.38
26.89
1989
163.55
12.83
193.69
12.71
30.14
1990
140.05
-14.37
168.93
-12.78
28.88
1991
146.59
4.67
177.49
5.07
30.90
1992
180.34
23.02
216.27
21.85
35.93
1993
180.00
-0.19
221.61
2.47
41.61
1994
184.65
2.58
237.00
6.94
52.35
1995
268.53
45.43
328.15
38.46
59.62
1996
299.05
11.37
345.14
5.18
46.09
1997
290.10
-2.99
319.90
-7.31
29.80
1998
677.78
133.64
835.14
161.06
157.37
1999
942.68
39.08
1,156.26
38.45
213.57
2000
685.98
-27.23
761.66
-34.13
75.68
2001
705.90
2.90
888.45
16.65
182.54
2002
945.92
34.00
998.21
12.35
52.29
2003
826.34
-12.64
903.92
-9.45
77.58
2004
901.25
9.06
1,024.36
13.32
123.11
2005
894.85
-0.71
1,028.45
0.40
133.60
2006
1,079.86
20.67
1,102.58
7.21
22.72
2007
1,188.10
10.02
1,385.17
25.63
197.07
2008
1,612.93
35.76
2,246.16
62.16
633.23
15.21
16.48
1983-1997
9.70
8.45
1998-2008
22.23
26.70
55
2010
Impor
Neraca
(000 US$)
Tahun
Volume
(Ton)
2000
1,265,501
2001
752,990
-40.50
178,814
-54.57
305
-50.76
299
-68.53
178,516
2002
899,849
19.50
240,625
34.57
2,453
703.94
852
185.41
239,773
2003
773,119
-14.08
221,608
-7.90 11,708
377.27
4,623
442.58
216,986
2004
823,316
6.49
329,687
48.77
2,309
-80.28
1,867
-59.61
327,819
2005
1,246,962
51.46
513,735
55.83
7,392
220.09
4,016
115.11
509,718
2006
978,113
-21.56
363,081
-29.33 13,220
78.85
6,369
58.59
356,712
2007
1,264,840
29.31
674,316
85.72
7,836
-40.73
3,739
-41.30
670,578
2008
1,080,981
-14.54
900,917
33.60
2,761
-64.77
1,676
-55.18
899,242
2009
957,517
-11.42
489,885
-45.62
3,868
40.10
2,296
37.05
487,589
393,629
620
948
392,680
56
0.52
13.45
131.52
68.23
13.68
2010
Luas TM
(Ha)
6,691,748
6,987,986
7,076,587
7,121,515
7,300,583
7,401,591
7,739,009
7,991,187
8,193,589
8,544,768
8,752,394
8,914,097
9,065,593
9,015,068
9,124,975
9,396,118
9,617,909
9,790,041
9,899,711
9,883,665
10,022,934
10,052,691
10,086,504
10,361,079
10,576,961
10,635,595
10,739,684
10,834,952
11,133,866
11,493,421
10,594,814
10,852,211
10,763,878
10,793,846
10,798,514
10,801,264
10,846,190
11,139,112
11,208,072
1970-2008
Produksi
Produktivitas
Pertumb. (%)
(Ton)
Pertumb. (%)
26,318,803
4.43
28,660,007
8.90
1.27
30,080,115
4.96
0.63
27,998,001
-6.92
2.51
26,666,560
-4.76
1.38
30,744,652
15.29
4.56
33,619,173
9.35
3.26
32,122,505
-4.45
2.53
32,789,390
2.08
4.29
31,320,667
-4.48
2.43
32,247,761
2.96
1.85
34,070,472
5.65
1.70
33,493,906
-1.69
-0.56
32,548,461
-2.82
1.22
31,466,538
-3.32
2.97
35,941,618
14.22
2.36
38,974,685
8.44
1.79
38,734,382
-0.62
1.12
37,288,974
-3.73
-0.16
38,315,806
2.75
1.41
42,477,367
10.86
0.30
40,683,319
-4.22
0.34
42,742,846
5.06
2.72
46,071,494
7.79
2.08
47,243,372
2.54
0.55
48,964,064
3.64
0.98
48,640,180
-0.66
0.89
50,078,192
2.96
2.76
49,011,494
-2.13
3.23
49,889,888
1.79
-7.82
50,795,371
1.81
2.43
51,416,643
1.22
-0.81
53,467,623
3.99
0.28
54,121,420
1.22
0.04
54,899,903
1.44
0.03
57,303,364
4.38
0.42
57,534,695
0.40
2.70
60,617,566
5.36
0.62
61,094,243
0.79
Rata-rata pertumbuhan (%)
1.39
2.37
(Ton/Ha)
3.93
4.10
4.25
3.93
3.65
4.15
4.34
4.02
4.00
3.67
3.68
3.82
3.69
3.61
3.45
3.83
4.05
3.96
3.77
3.88
4.24
4.05
4.24
4.45
4.47
4.60
4.53
4.62
4.40
4.34
4.79
4.74
4.97
5.01
5.08
5.31
5.30
5.44
5.45
Pertumb. (%)
4.28
3.64
-7.51
-7.09
13.72
4.58
-7.47
-0.45
-8.41
0.52
3.74
-3.34
-2.28
-4.49
10.93
5.94
-2.36
-4.80
2.92
9.32
-4.51
4.71
4.93
0.45
3.07
-1.62
2.05
-4.76
-1.39
10.45
-1.18
4.84
0.94
1.39
4.35
-0.01
2.59
0.17
1.00
Sumber : FAO
57
2010
No
Negara
2005
2006
2007
2008
Share
Share (%) kumulatif
Rata-rata
(%)
Indonesia
16,285
18,250
17,125
19,625
19,500
18,157
31.15
31.15
Philippines
14,366
14,825
14,958
14,853
15,320
14,864
25.50
56.65
India
8,380
8,829
10,190
10,894
10,894
9,837
16.88
73.53
Brazil
3,117
3,119
2,978
2,831
2,759
2,961
5.08
78.61
Sri Lanka
1,969
1,912
2,116
2,181
2,200
2,075
3.56
82.17
Thailand
2,126
1,871
1,815
1,722
1,722
1,851
3.18
85.34
Negara Lainnya
8,657
8,498
8,352
8,512
8,700
8,544
14.66
100.00
54,900
57,303
57,535
60,618
61,094
58,290
Dunia
Sumber : FAO
58
2010
59
2010
Sementara itu, dalam periode lima tahun terakhir yakni 2005 - 2009, luas areal
kakao PR dan PBN mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,22% dan 10,56%,
sementara luas areal kakao PBS relatif tidak mengalami peningkatan luas areal.
Total luas areal kakao Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 1,48 juta ha yang
terdiri dari 1,37 juta ha PR, 55,17 ribu ha PBN dan 47,47 ribu ha PBS (Tabel 4.1).
Perkembangan luas areal kakao Indonesia berdasarkan status pengusahaannya dari
tahun 1967 2009 secara lengkap tersaji pada Lampiran 4.1.
60
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
Indonesia
Luas (Ha) Pertumb.
(%)
1,167,046
1,320,820
13.18
1,379,279
4.43
1,425,216
3.33
1,475,343
3.52
6.11
2010
61
2010
1)
Hasil
(Kg/Ha)
PBN
Pertumb.
(%)
Hasil
(Kg/Ha)
2)
PBS
Pertumb.
(%)
Hasil
(Kg/Ha)
Pertumb.
(%)
2003
1,089
2004
906
-16.79
739
-12.51
1,125
23.48
2005
911
0.55
741
0.18
1,004
-10.75
2006
843
-7.41
880
18.80
961
-4.24
2007
790
-6.32
1,001
13.81
2008
891
12.73
834
-16.67
904
-6.25
2009*)
814
-8.61
831
-0.38
893
-1.18
845
3)
-4.31
911
0.54
964
0.31
0.23
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
2010
90,91%, padahal sebelumnya yakni periode tahun 1967 - 1986 produksi biji kakao
kering hanya tumbuh sebesar 43,53%. Sementara itu, produksi biji kakao kering
untuk PBN dan PBS juga terus mengalami peningkatan walaupun dalam kuantitas
yang relatif lebih kecil (Tabel 4.3). Perkembangan produksi biji kakao kering
menurut status pengusahaannya mulai periode tahun 1967 2009 secara rinci tersaji
pada Lampiran 4.2.
Tabel
4.3.
Perkembangan
produksi
biji
kakao
kering
berdasarkan status pengusahaannya, 2005-2009
1)
Tahun
2005
2)
3)
PR
PBN
PBS
Produksi Pertumb. Produksi Pertumb. Produksi Pertumb.
(%)
(%)
(%)
(Ton)
(Ton)
(Ton)
693,701
25,494
29,633
2006
702,207
1.23
33,795
2007
2008
2009*)
32.56
33,384
671,370
-4.39
740,681
10.32
34,643
2.51
31130
-10.14
694,783
-6.20
32558
4.59
Indonesia
Indonesia
Produksi Pertumb.
(%)
(Ton)
748,828
12.66
769,386
2.75
33,993
1.82
740,006
-3.82
31,783
-6.50
803,594
8.59
31,070
-2.24
758,411
-5.62
0.24
7.38
1.43
0.47
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
Gambar 4.4. Kontribusi PR, PBN dan PBS terhadap produksi kakao Indonesia
(rata-rata 2005 2009)
63
2010
Berdasarkan data produksi kakao rata-rata selama 5 tahun terakhir (20052009), kontribusi produksi kakao PR mendominasi produksi kakao Indonesia dengan
kontribusi sebesar 91,68%. Sisanya disumbang dari produksi PBN sebesar 4,13% dan
PBS sebesar 4,19% (Gambar 4.4).
kakao Indonesia
data
hasil
Survei
Sosial
Ekonomi
Nasional
(SUSENAS)
yang
dipublikasikan oleh BPS, konsumsi kakao Indonesia dibedakan atas konsumsi coklat
instan dan coklat bubuk. Perkembangan konsumsi kedua jenis coklat tersebut dari
tahun 1981 hingga 2008 relatif berfluktuatif namun cenderung mengalami
64
2010
peningkatan yakni masing-masing sebesar 35,71% untuk konsumsi coklat instan dan
17,31% untuk konsumsi coklat bubuk.
65
2010
66
2010
Gambar 4.8. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao Indonesia,
1996 2009
Bentuk hasil kakao yang banyak diekspor oleh Indonesia adalah biji kakao
kering tanpa mengalami pengolahan apapun. Rata-rata selama lima tahun terakhir
(2005-2009), ekspor biji kakao kering mencapai lebih dari 70% dari total ekspor
kakao Indonesia. Disusul kemudian bentuk mentega, lemak dan minyak kakao
sebesar 21,67%, bubuk kakao sebesar 3,34%, pasta kakao sebesar 1,41% dan bentuk
lainnya sebesar 2,20%. Realisasi ekspor biji kakao kering pada tahun 2009 mencapai
461,19 ribu ton atau setara dengan US$ 1,12 milyar (Gambar 4.9). Kenyataan ini
perlu mendapatkan perhatian agar supaya di masa mendatang Indonesia bisa
mengekspor kakao olahan sehingga menghasilkan devisa yang lebih besar lagi.
67
2010
Selain sebagai negara pengekspor kakao dalam volume yang cukup besar,
ternyata selama periode tahun 1996-2009 Indonesia juga melakukan impor kakao
walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Impor kakao dari tahun ke tahun selama
periode tersebut terus mengalami peningkatan sebesar 38,59% (volume) dan nilainya
naik 50,01% (Gambar 4.10).
2001, yakni lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Impor
total kakao Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 46,93 ribu ton atau setara
dengan US$ 121,39 juta seperti yang tersaji pada Tabel 3.7. Bentuk yang banyak
diimpor oleh Indonesia selama lima tahun teakhir dari 2005 2009 selain biji kering
adalah dalam bentuk bubuk coklat bergula dan bubuk coklat tanpa gula, masingmasing berkontribusi sebesar 55,69%, 17,24% dan 11,69% terhadap total kakao yang
diimpor Indonesia (Lampiran 4.7).
68
2010
Gambar 4.11. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan kakao
Indonesia, 1996 2009
Tabel 4.4. Neraca perdagangan total kakao Indonesia, 1996 2009
Tahun
Neraca
(US$ 000)
Pertumbuhan
(%)
1996
373,927
2,885
371,042
1997
419,066
4,861
414,205
11.63
1998
502,906
10,628
492,278
18.85
1999
423,273
13,751
409,522
-16.81
2000
341,860
9,387
332,473
-18.81
2001
389,262
40,176
349,086
5.00
2002
701,034
55,492
645,542
84.92
2003
624,234
81,070
543,164
-15.86
2004
549,348
86,003
463,345
-14.70
2005
667,993
85,455
582,538
25.72
2006
855,047
76,031
779,016
33.73
2007
915,145
75,864
839,281
7.74
2008
1,269,022
119,130
1,149,892
37.01
2009
1,459,297
121,390
1,337,907
16.35
11.04
69
2010
Gambar 4.12. Perkembangan luas areal dan produksi kakao dunia, 1961-2008
Berdasarkan data rata-rata luas areal TM tahun 2004 - 2008, Pantai Gading
merupakan negara dengan luas areal kakao terbesar di dunia dengan luas areal
mencapai 2,14 juta ha atau berkontribusi sebesar 25,28% dari total luas areal kakao
dunia, disusul kemudian oleh Ghana dan Nigeria dengan luas areal TM masingmasing sebesar 1,78 juta ha (21,00%) dan 1,09 juta ha (12,89%). Indonesia
menempati urutan ke-4 sebagai negara dengan luas areal kakao sebesar 1,03 juta ha
atau berkontribusi sebesar 12,22%. Negara berikutnya adalah Brazil, Kamerun dan
Ekuador dengan luas areal TM kakao masing-masing sebesar 639 ribu ha, 480 ribu ha
dan 355 ribu ha. Sementara 3 negara terakhir adalah Republik Dominika, Papua New
Guinea dan Togo, dengan realisasi luas areal TM-nya jauh dibandingkan dengan
negara sebelumnya, yakni di bawah 150 ribu ha (Gambar 4.13 dan Lampiran 4.9).
70
2010
71
2010
72
2010
73
2010
74
2010
Gambar 4.19. Negara importir kakao terbesar dunia, rata-rata 2003 2007
Pusat Data dan Informasi Pertanian
75
2010
Peubah
Koefisien
P Value
Intercept
-2,60
0.000
1,10
0.000
0.13
0.136
R2
0.987
76
2010
No
Tahun
Produksi
(Ton)
Pertumbuhan
(%)
2009
758.411
2010
877.296
15,68
2011
849.257
-3,20
2012
823.064
-3,08
3,13
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa produksi kakao Indonesia selama periode tahun
2009 hingga 2012 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 3,13% per tahun. Pada tahun
2010, produksi biji kakao kering diproyeksikan mencapai 877,30 ribu ton atau
meningkat sebesar 15,68%, kemudian pada tahun 2011 sedikit mengalami penurunan
hingga menjadi 849,26 ribu ton dan kembali turun pada tahun 2012 menjadi 823,06
ribu ton.
4.9.
Seperti telah diuraikan di depan bahwa produksi biji kakao kering nasional
dominan diperuntukkan bagi kepentingan ekspor. Selama periode tahun 1969 hingga
2009, ekspor total kakao Indonesia mencapai lebih dari 70% dari total produksinya,
hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Hal ini
ditunjukkan
juga
oleh
sangat
elastisnya
harga
ekspor
riil
kakao
dalam
Kakao Indonesia (AIKI), pada tahun 2006, dari total kapasitas terpasang industri
pengolahan nasional yang mencapai 300 ribu ton, pemanfaatan kapasitas
produksinya baru 50 persen saja, atau sekitar 150 ribu ton. Karena kecilnya angka
Pusat Data dan Informasi Pertanian
77
2010
konsumsi kakao Indonesia, maka proyeksi permintaan kakao hanya didekati melalui
kebutuhan untuk ekspor dan industri pengolah biji kakao. Dengan menggunakan
analisis double exponential smoothing (pemulusan eksponensial berganda) dengan
konstanta pemulusan alpha sebesar 0,387449 dan gamma sebesar 0,208593 untuk
proyeksi volume ekspor kakao serta asumsi penyerapan industri biji kakao kering
tidak mengalami perubahan selama 3 periode tahun ke depan, maka permintaan
total kakao diproyeksikan seperti yang disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Proyeksi total permintaan kakao Indonesia, 2010 2012
No
Tahun
Ekspor
(Ton)
Industri
(Ton)
Total Permintaan
(Ton)
2010
573.378
150.000
726.378
2011
596.503
150.000
746.503
2012
616.629
150.000
766.629
0,43
0,00
0,73
Rata-rata
pertumbuhan (%)
namun
ada
kecenderungan
mengalami
penurunan
dengan
rata-rata
pertumbuhan turun sebesar 38,50% (Tabel 4.8). Pada tahun 2010, surplus produksi
kakao kering Indonesia mencapai 150,92 ribu ton, dan turun menjadi 102,75 ribu ton
78
2010
pada tahun 2011, kemudian akan mengalami penurunan lagi pada tahun 2012
menjadi sebesar 56,44 ribu ton.
No
Tahun
Penawaran
(Ton)
Permintaan
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2010
877.296
726.378
150.918
2011
849.257
746.503
2012
823.064
766.629
3,13
0,73
Rata-rata
pertumbuhan (%)
102.754
56.435
-38,50
79
2010
1)
%
PR
1967
6,342
1968
6,362
0.32
1969
5,413
-14.92
1970
5,156
-4.75
1971
6,298
22.15
1972
9,819
55.91
1973
4,813
-50.98
1974
6,066
26.03
1975
5,733
-5.49
1976
1,848
-67.77
1977
7,694 316.34
1978
8,746
13.67
1979
10,764
23.07
1980
13,125
21.93
1981
14,869
13.29
1982
18,000
21.06
1983
25,858
43.66
1984
39,217
51.66
1985
51,765
32.00
1986
58,584
13.17
1987
114,922
96.17
1988
165,100
43.66
1989
212,352
28.62
1990
252,237
18.78
1991
299,998
18.93
1992
351,911
17.30
1993
376,636
7.03
1994
415,522
10.32
1995
428,614
3.15
1996
488,815
14.05
1997
308,811
-36.82
1998
436,576
41.37
1999
534,670
22.47
2000
641,133
19.91
2001
710,044
10.75
2002
798,628
12.48
2003
861,099
7.82
2004
1,003,252
16.51
2005
1,081,102
7.76
2006
1,219,633
12.81
2007
1,272,781
4.36
2008
1,326,784
4.24
2009*) 1,372,705
3.46
Rata-rata pertumbuhan (%)
1967-2009
21.32
1967-1986
21.56
1987-2009
39.46
Sumber : Ditjen. Perkebunan
2)
PBN
4,439
4,440
6,393
5,722
7,034
9,159
9,484
10,917
10,453
12,162
12,271
14,623
16,900
18,636
20,678
23,308
25,132
27,667
29,198
29,994
38,391
53,137
57,600
57,600
64,406
62,437
65,525
69,760
66,021
63,025
62,455
58,261
59,990
52,690
55,291
54,815
49,913
38,668
38,295
48,930
57,343
50,584
55,165
80
%
-0.24
-38.92
-1.75
-13.88
8.58
5.90
-52.46
126.21
1.45
37.49
30.60
236.65
-33.87
39.49
-4.06
25.52
30.17
1.71
-19.41
94.12
88.34
36.96
-0.21
67.16
2.51
14.04
19.98
-3.80
-3.71
-17.10
-9.41
-6.00
-23.22
0.04
8.01
-12.20
-7.84
-2.84
9.67
-5.94
-2.66
-0.78
Total
12,839
12,855
13,060
12,110
14,393
20,130
15,517
17,563
17,498
15,341
21,795
25,759
35,710
37,082
42,969
48,429
59,928
78,519
92,797
98,115
171,826
253,104
317,705
357,490
444,062
496,006
535,285
597,011
602,119
655,331
457,057
572,553
667,715
749,917
821,449
914,051
964,223
1,090,960
1,167,046
1,320,820
1,379,279
1,425,216
1,475,343
%
0.12
1.59
-7.27
18.85
39.86
-22.92
13.19
-0.37
-12.33
42.07
18.19
38.63
3.84
15.88
12.71
23.74
31.02
18.18
5.73
75.13
47.30
25.52
12.52
24.22
11.70
7.92
11.53
0.86
8.84
-30.26
25.27
16.62
12.31
9.54
11.27
5.49
13.14
6.97
13.18
4.43
3.33
3.52
14.86
37.97
27.11
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
13.36
22.07
32.98
2010
PR
1967
527
1968
453 -14.04
1969
334 -26.27
1970
487
45.81
1971
443
-9.03
1972
342 -22.80
1973
510
49.12
1974
789
54.71
1975
801
1.52
1976
842
5.12
1977
879
4.39
1978
950
8.08
1979
1,036
9.05
1980
1,058
2.12
1981
1,437
35.82
1982
3,787 163.54
1983
5,401
42.62
1984
6,229
15.33
1985
8,997
44.44
1986
11,761
30.72
1987
25,841 119.72
1988
39,757
53.85
1989
68,259
71.69
1990
97,418
42.72
1991
119,284
22.45
1992
145,563
22.03
1993
187,529
28.83
1994
198,001
5.58
1995
231,992
17.17
1996
304,013
31.04
1997
263,846 -13.21
1998
369,887
40.19
1999
304,549 -17.66
2000
363,628
19.40
2001
476,924
31.16
2002
511,379
7.22
2003
634,877
24.15
2004
636,783
0.30
2005
693,701
8.94
2006
702,207
1.23
2007
671,370
-4.39
2008
740,681
10.32
2009*)
694,783
-6.20
pertumbuhan (%)
1967-2009
22.78
1967-1986
43.53
1987-2009
90.91
Sumber : Ditjen. Perkebunan
PBN
623
623
922
1,061
1,164
1,265
1,117
2,382
3,074
2,980
3,825
4,264
7,411
8,410
10,429
11,464
11,738
16,561
20,512
18,288
17,658
24,112
26,975
27,016
35,463
35,993
40,638
42,086
40,933
36,456
35,644
46,307
37,064
34,790
33,905
34,083
32,075
25,830
25,494
33,795
34,643
31,130
32,558
Produksi (Ton)
%
PBS
83
0.00
128
47.99
507
15.08
190
9.71
402
8.68
194
-11.70
186
113.25
20
29.05
46
-3.06
87
28.36
112
11.48
282
73.80
185
13.48
816
24.01
1,271
9.92
2,009
2.39
2,501
41.09
3,712
23.86
4,289
-10.84
4,278
-3.44
6,700
36.55 15,466
11.87 15,275
0.15 17,913
31.27 20,152
1.49 25,591
12.91 29,892
3.56 29,894
-2.74 31,941
-10.94 33,530
-2.23 30,729
29.92 32,733
-19.96 25,862
-6.14 22,724
-2.54 25,975
0.52 25,693
-5.89 31,864
-19.47 29,091
-1.30 29,633
32.56 33,384
2.51 33,993
-10.14 31,783
4.59 31,070
12.13
39.85
37.45
%
54.22
296.09
-62.52
111.58
-51.74
-4.12
-89.25
130.00
89.13
28.74
151.79
-34.40
341.08
55.76
58.06
24.49
48.42
15.54
-0.26
56.62
130.84
-1.23
17.27
12.50
26.99
16.81
0.01
6.85
4.97
-8.35
6.52
-20.99
-12.13
14.31
-1.09
24.02
-8.70
1.86
12.66
1.82
-6.50
-2.24
Total
1,233
1,204
1,763
1,738
2,009
1,801
1,813
3,191
3,921
3,909
4,816
5,496
8,632
10,284
13,137
17,260
19,640
26,502
33,798
34,327
50,199
79,335
110,509
142,347
174,899
207,147
258,059
269,981
304,866
373,999
330,219
448,927
367,475
421,142
536,804
571,155
698,816
691,704
748,828
769,386
740,006
803,594
758,411
34.18
94.65
36.08
%
-2.35
46.43
-1.42
15.59
-10.35
0.67
76.01
22.88
-0.31
23.20
14.12
57.06
19.14
27.74
31.38
13.79
34.94
27.53
1.57
46.24
58.04
39.29
28.81
22.87
18.44
24.58
4.62
12.92
22.68
-11.71
35.95
-18.14
14.60
27.46
6.40
22.35
-1.02
8.26
2.75
-3.82
8.59
-5.62
18.15
40.06
71.79
1)
PR = Perkebunan Rakyat
3)
81
2010
Propinsi
Rata-rata
(Ton)
Share (%)
Share
kumulatif
(%)
2005
2006
2007
2008
2009*)
1 Sulteng
152,318
131,842
146,778
151,949
154,844
147,546
16.63
16.63
2 Sulsel
148,259
142,392
119,293
112,037
111,444
126,685
14.28
30.91
3 Sulbar
96,481
112,927
88,436
149,458
149,458
119,352
13.45
44.37
4 Sultra
132,740
124,921
135,113
116,994
75,553
117,064
13.20
57.56
5 Sumut
28,914
32,781
64,782
60,253
59,298
49,206
5.55
63.11
6 Kaltim
25,072
26,774
24,331
23,894
21,446
24,303
2.74
65.85
262,236
262,412
308,051
340,957
341,212
302,974
34.15
100.00
693,702
702,207
740,006
803,593
758,411
887,130
100.00
7 Prop. lain
Nasional
Sumber
Lampiran 4.4. Perkembangan konsumsi coklat instan dan coklat bubuk di Indonesia,
1981 2008
Coklat instan
Tahun
Konsumsi
(gr/kapita)
Coklat bubuk
Pertumbuhan
(%)
Konsumsi
(gr/kapita)
Pertumbuhan
(%)
1981
10.4
1984
5.2
-50.00
1987
5.2
0.00
1990
5.2
0.00
1993
10.4
100.00
20.8
100.00
5.2
-75.00
100.00
1996
1999
7.8
2002
15.6
100.00
10.4
2003
7.8
-50.00
5.2
-50.00
2004
15.6
100.00
10.4
100.00
2005
31.2
100.00
10.4
0.00
2006
15.6
-50.00
10.4
0.00
2007
23.4
50.00
10.4
0.00
2008
23.4
0.00
10.4
0.00
35.71
82
17.31
2010
Tahun
Harga Domestik
(Rp/Kg)
Pertumbuhan (%)
1992
1,373
1993
1,265
-7.87
1994
2,581
104.03
1995
2,021
-21.70
1996
2,281
12.86
1997
2,932
28.54
1998
8,903
203.65
1999
6,673
-25.05
2000
7,411
11.06
2001
7,208
-2.74
2002
8,948
24.14
2003
9,576
7.02
2004
9,579
0.03
2005
9,415
-1.71
2006
10,103
7.31
2007
13,325
31.89
2008
16,357
22.75
24.64
83
2010
Lampiran 4.6. Perkembangan volume dan nilai ekspor total kakao Indonesia, 1996
2009
Tahun
Volume
(Ton)
Pertumb. (%)
(000 US$)
Pertumb. (%)
1996
322,858
1997
265,949
-17.63
419,066
12.07
1998
334,807
25.89
502,906
20.01
1999
419,874
25.41
423,273
-15.83
2000
424,089
1.00
341,860
-19.23
2001
392,072
-7.55
389,262
13.87
2002
465,622
18.76
701,034
80.09
2003
357,737
-23.17
624,234
-10.96
2004
368,758
3.08
549,348
-12.00
2005
465,162
26.14
667,993
21.60
2006
612,124
31.59
855,047
28.00
373,927
2007
495,583
-19.04
915,145
7.03
2008
515,576
4.03
1,269,022
38.67
2009
559,799
8.58
1,459,297
14.99
84
Nilai
5.93
13.72
2010
lampiran 4.7. Perkembangan volume dan nilai impor total kakao Indonesia, 1996
2009
Tahun
Volume
(Ton)
Nilai
Pertumb. (%)
(000 US$)
Pertumb. (%)
1996
2,422
1997
3,211
32.58
4,861
68.49
1998
6,959
116.72
10,628
118.64
1999
10,450
50.17
13,751
29.38
2000
9,534
-8.77
9,387
-31.73
2001
35,411
271.40
40,176
327.98
2002
33,706
-4.81
55,492
38.12
2003
41,339
22.65
81,070
46.09
2004
51,017
23.41
86,003
6.08
2005
53,865
2,885
5.58
85,455
76,031
-0.64
2006
47,109
-12.54
2007
41,148
-12.65
2008
53,761
30.65
119,130
57.03
2009
46,929
-12.71
121,390
1.90
75,864
-11.03
-0.22
38.59
50.01
85
2010
Lampiran 4.8. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi kakao dunia,
1961-2008
Luas Areal
(000 Ha)
1961
4,403.48
1962
4,468.79
1963
4,516.08
1964
4,541.28
1965
4,589.43
1966
4,076.79
1967
4,217.41
1968
4,079.36
1969
4,260.16
1970
4,358.55
1971
4,423.36
1972
4,299.40
1973
4,316.72
1974
4,398.85
1975
4,360.73
1976
4,309.67
1977
4,436.82
1978
4,581.60
1979
4,632.80
1980
4,740.39
1981
4,848.33
1982
4,678.40
1983
4,658.94
1984
4,768.17
1985
5,046.03
1986
5,247.63
1987
5,275.08
1988
5,655.18
1989
5,514.97
1990
5,709.93
1991
5,684.35
1992
5,729.88
1993
5,752.45
1994
5,759.37
1995
6,562.75
1996
6,469.47
6,497.61
1997
1998
6,653.28
1999
6,549.54
2000
7,592.63
2001
7,156.48
2002
7,009.19
2003
7,729.48
2004
8,531.59
2005
8,766.62
2006
8,539.70
2007
8,285.65
2008
8,185.91
Rata-rata pertumbuhan (%)
1961-2007
Sumber : FAO
Tahun
86
%
1.48
1.06
0.56
1.06
-11.17
3.45
-3.27
4.43
2.31
1.49
-2.80
0.40
1.90
-0.87
-1.17
2.95
3.26
1.12
2.32
2.28
-3.51
-0.42
2.34
5.83
4.00
0.52
7.21
-2.48
3.53
-0.45
0.80
0.39
0.12
13.95
-1.42
0.43
2.40
-1.56
15.93
-5.74
-2.06
10.28
10.38
2.75
-2.59
-2.97
-1.20
Produktivitas
(kg/ha)
%
337.32
336.04
352.35
348.29
326.74
343.34
352.95
352.89
359.35
360.89
358.31
364.88
350.18
368.95
369.20
354.00
367.40
373.69
389.96
378.37
374.47
378.05
361.10
372.17
380.21
374.61
374.77
376.36
382.01
371.23
363.32
375.76
381.72
370.95
380.34
391.84
387.87
395.14
382.08
372.30
377.89
394.79
438.66
421.85
411.71
428.96
433.71
433.77
1.43
-0.38
4.85
-1.15
-6.19
5.08
2.80
-0.02
1.83
0.43
-0.71
1.83
-4.03
5.36
0.07
-4.12
3.79
1.71
4.35
-2.97
-1.03
0.96
-4.48
3.07
2.16
-1.47
0.04
0.43
1.50
-2.82
-2.13
3.42
1.59
-2.82
2.53
3.02
-1.02
1.88
-3.31
-2.56
1.50
4.47
11.11
-3.83
-2.40
4.19
1.11
0.01
0.59
Produksi
(000 Ton)
1,186.36
1,213.11
1,280.52
1,544.61
1,228.71
1,344.41
1,390.56
1,246.63
1,418.92
1,543.45
1,638.90
1,510.77
1,402.11
1,556.48
1,561.67
1,366.56
1,452.55
1,495.42
1,659.91
1,670.68
1,735.29
1,615.36
1,604.67
1,810.61
2,014.02
2,118.41
2,055.94
2,563.34
2,641.02
2,532.08
2,532.62
2,677.32
2,673.40
2,672.36
2,991.19
3,245.00
3,015.56
3,309.91
2,975.52
3,371.88
3,108.49
3,271.49
3,578.81
4,017.99
4,054.25
4,275.43
4,150.05
4,300.21
%
2.25
5.56
20.62
-20.45
9.42
3.43
-10.35
13.82
8.78
6.18
-7.82
-7.19
11.01
0.33
-12.49
6.29
2.95
11.00
0.65
3.87
-6.91
-0.66
12.83
11.23
5.18
-2.95
24.68
3.03
-4.12
0.02
5.71
-0.15
-0.04
11.93
8.49
-7.07
9.76
-10.10
13.32
-7.81
5.24
9.39
12.27
0.90
5.46
-2.93
3.62
3.15
2010
Lampiran 4.9. Negara dengan luas areal kakao terbesar dunia, 2004-2008
2004
2005
2006
2007
2008
1 Cte d'Ivoire
2,050,000
2,193,548
2,281,290
2,372,542
1,800,000
2,139,476
25.28
Share
kumulatif
(%)
25.28
2 Ghana
2,000,000
1,850,000
1,835,000
1,450,000
1,750,000
1,777,000
21.00
46.28
3 Nigeria
1,062,000
1,062,000
1,104,000
1,110,000
1,115,000
1,090,600
12.89
59.17
4 Indonesia
1,114,200
1,235,213
905,730
923,968
990,052
1,033,833
12.22
71.39
5 Brazil
638,825
625,384
647,135
628,928
655,585
639,171
7.55
78.94
6 Cameroon
490,000
520,000
440,000
450,000
500,000
480,000
5.67
84.62
7 Ecuador
336,358
357,706
350,027
356,658
376,604
355,471
4.20
88.82
8 Dominican Rep.
125,787
153,219
153,219
153,219
153,219
147,733
1.75
90.56
9 PNG
97,000
110,000
120,000
120,000
120,000
113,400
1.34
91.90
10 Togo
35,000
80,000
104,000
104,000
105,000
85,600
1.01
92.91
582,417
579,551
599,296
616,339
620,451
599,611
7.09
100.00
8,531,587
8,766,621
8,539,697
8,285,654
8,185,911
8,461,894
100.00
No
Negara
11 Lainnya
DUNIA
Luas (Ha)
Rata-rata
Share (%)
Sumber : FAO
No
Produksi (Ton)
Negara
Rata-rata
Share
Share (%) kumulatif
(%)
2004
2005
2006
2007
2008
1,407,213
1,360,000
1,372,000
1,384,000
1,370,000
1,378,643
25.28
25.28
2 Indonesia
641,700
642,900
769,386
740,006
792,761
717,351
21.00
46.28
3 Ghana
737,000
740,000
734,000
615,000
700,000
705,200
12.89
59.17
4 Nigeria
412,000
441,000
485,000
500,000
500,000
467,600
12.22
71.39
5 Brazil
196,005
208,620
212,270
201,651
208,386
205,386
7.55
78.94
6 Cameroon
1 Cte d'Ivoire
166,754
178,500
164,553
179,239
187,532
175,316
5.67
84.62
7 Ecuador
89,680
93,658
87,561
85,891
94,300
90,218
4.20
88.82
8 Togo
21,700
53,000
73,000
78,000
80,000
61,140
1.75
90.56
9 PNG
38,900
47,800
51,100
47,300
48,800
46,780
1.34
91.90
47,985
31,361
45,912
42,154
42,154
41,913
1.01
92.91
259,049
257,410
280,651
276,806
276,272
270,038
7.09
100.00
4,017,986
4,054,249
4,275,433
4,150,047
4,300,205
4,159,584
100.00
10 Dominican Rep.
11 Lainnya
DUNIA
Sumber : FAO
87
2010
No
Negara
Produktivitas (Ton/Ha)
Rata-rata
2004
2005
2006
2007
2008
1 Guatemala
1.23
1.46
1.66
1.71
1.71
1.55
2 Malaysia
0.80
0.84
1.02
1.25
1.45
1.07
3 El Salvador
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
4 Guinea
0.75
0.90
0.98
0.71
0.87
0.84
5 Bolivia
0.82
0.83
0.84
0.86
0.86
0.84
6 Madagascar
0.94
0.78
0.78
0.90
0.75
0.83
7 Honduras
0.80
0.81
0.80
0.78
0.78
0.80
8 Saint Lucia
0.75
0.73
0.75
0.80
0.80
0.77
0.70
0.77
0.75
0.75
0.75
0.74
0.58
0.52
0.85
0.80
0.80
0.71
10 Indonesia
Sumber : FAO
Lampiran 4.12. Negara dengan harga produsen kakao terbesar dunia, 2003-2007
No
Negara
2004
2005
2006
2007
2,841.58
3,416.85
3,968.14
4,287.68
4,759.14
3,854.68
2 Cuba
3,759.00
3,759.00
3,759.00
3,759.00
3,759.00
3,759.00
3 Suriname
2,583.10
2,953.06
3,490.83
3,926.89
4,429.98
3,476.77
4 Saint Lucia
2,444.44
2,521.41
2,544.63
2,490.48
2,542.04
2,508.60
5 Panama
2,271.00
2,705.50
2,171.10
2,435.90
2,042.60
2,325.22
6 Belize
2,204.50
2,221.55
2,266.50
2,332.50
2,480.75
2,301.16
7 Togo
1,553.09
2,076.02
2,111.58
2,241.64
2,595.97
2,115.66
8 Cameroon
1,256.02
1,631.98
2,007.87
2,114.16
2,461.35
1,894.28
9 Equatorial Guinea
1,290.43
1,549.34
1,787.86
2,157.39
2,543.27
1,865.66
1,583.12
1,521.07
1,593.09
1,657.03
2,173.68
1,705.60
10 Colombia
Sumber : FAO
88
Rata-rata
2003
2010
No
Ekspor (Ton)
Negara
2003
2004
2005
Rata-rata
2006
2007
Share
Share (%) kumulatif
(%)
1 Cte d'Ivoire
1,180,937
1,303,440
1,260,247
1,176,877
1,079,466
1,200,193
25.25
25.25
2 Netherlands
496,738
800,555
786,189
697,707
736,054
703,449
14.80
40.05
3 Ghana
415,558
720,262
597,887
670,578
577,133
596,284
12.55
52.60
4 Indonesia
357,737
368,758
465,162
612,124
495,583
459,873
9.68
62.28
5 Nigeria
242,580
266,429
281,840
205,341
191,881
237,614
5.00
67.28
6 Malaysia
180,197
242,902
202,543
223,131
262,271
222,209
4.68
71.95
7 Cameroon
149,376
187,507
181,103
186,875
179,625
176,897
3.72
75.67
8 France
151,041
150,832
141,717
157,052
161,887
152,506
3.21
78.88
9 Belgium
80,194
124,816
148,346
142,828
152,050
129,647
2.73
81.61
10 Ecuador
82,662
89,637
100,150
93,355
88,696
90,900
1.91
83.52
100.00
11 Lainnya
DUNIA
739,059
715,228
775,954
799,425
885,808
783,095
16.48
4,076,079
4,970,366
4,941,138
4,965,293
4,810,454
4,752,666
100.00
Sumber : FAO
2003
2004
2005
2006
2007
1 Netherlands
702,911
816,663
829,551
735,590
796,136
Share
Share (%) kumulatif
(%)
776,170
15.51
15.51
2 USA
621,290
719,523
841,128
750,990
619,714
710,529
14.20
29.71
3 Malaysia
341,748
856,508
342,068
467,438
460,188
493,590
9.86
39.58
4 Germany
358,386
358,435
417,796
456,448
535,218
425,257
8.50
48.07
5 France
342,640
363,837
355,391
366,468
397,847
365,237
7.30
55.37
6 Belgium
239,961
438,206
308,931
329,415
336,074
330,517
6.61
61.98
7 Uni. Kingdom
206,893
211,828
224,539
203,846
244,489
218,319
4.36
66.34
8 Russian Fed.
116,515
128,920
145,334
147,376
160,754
139,780
2.79
69.13
9 Spain
119,148
127,494
137,365
151,395
163,228
139,726
2.79
71.93
10 Canada
125,934
156,661
120,506
143,096
121,325
133,504
2.67
74.59
11 Lainnya
1,203,408
1,154,394
1,267,087
1,315,465
1,415,882
1,271,247
25.41
100.00
4,378,834
5,332,469
4,989,696
5,067,527
5,250,855
5,003,876
100.00
No
Negara
DUNIA
Impor (Ton)
Rata-rata
Sumber : FAO
89
2010
V. CENGKEH
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam
bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari
keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia yang banyak
digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai
bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di
Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di
Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi
Maluku Utara. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh
dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada
pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna
merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai
panjang 1,5-2 cm.
Minyak
esensial
dari
cengkeh
mempunyai
fungsi
anestesik
dan
91
2010
92
2010
11,40%.
Hal
ini
antara
lain
dikarenakan
konsekuensi
program
swasembada cengkeh pada tahun 1970, sehingga terjadi peningkatan luas areal
yang cukup signifikan, yaitu dari 59,56 ribu hektar pada tahun 1967 menjadi
722,69 ribu hektar pada tahun 1987 (Lampiran 5.1).
Namun sejak awal tahun 1991 luas areal cengkeh terus menurun hingga
tahun 2000, seperti tersaji pada Gambar 5.1. Hal ini terjadi karena Badan
Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang didirikan oleh pemerintah untuk
mengatur harga cengkeh nasional tidak berhasil, sehingga banyak petani pada
saat itu yang kecewa dan memangkas tanaman cengkehnya.
93
2010
Tabel 5.1. Kontribusi rata-rata luas areal dan produksi cengkeh di Indonesia
menurut status pengusahaan, 1967-2009
Tahun
Produksi (%)
PR
PBN
PBS
Total
PR
PBN
PBS
Total
1967-2009*)
94.74
0.69
2.09
100.00
97.13
0.58
2.30
100.00
1967-1987
96.51
1.06
2.43
100.00
98.22
0.57
1.20
100.00
1988-2009*)
97.66
0.46
1.88
100.00
96.72
0.58
2.71
100.00
krisis
ekonomi
Perkembangan
industri
rokok
kretek
pasca
(1998)
2010
yang hampir sama dengan PR. Kecenderungan kenaikan luas areal juga terjadi
pada periode tahun 1967 - 1987 dimana perkembangan luas areal PBS lebih
fluktuatif dibandingkan PBN (Gambar 5.2). Pada periode tersebut luas areal PBN
rata-rata meningkat sebesar 11,28% per tahun, sedangkan PBS meningkat sebesar
12,99% per tahun. Namun setelah periode tersebut (1988 - 2009), terjadi
perkembangan luas areal berkebalikan yaitu terjadi penurunan areal yang cukup
besar pada PBN yaitu rata-rata sebesar 16,44% per tahun dan 3,91% untuk PBS,
yang menyebabkan penurunan total areal cengkeh di Indonesia sebesar 2,28% per
tahun (Lampiran 5.1).
95
2010
96
2010
dibawah
10%,
sedangkan
provinsi-provinsi
bukan
sentra
hanya
97
2010
2010
mengalami kenaikan yang signifikan hingga 73.737 ton. Namun pada tahun-tahun
berikutnya konsumsi cengkeh terus mengalami penurunan hingga mencapai
66.284 ton pada tahun 2008, walaupun sempat mengalami peningkatan konsumsi
pada tahun 2001 sebesar 83.260 ton. Total konsumsi cengkeh domestik pada
tahun 2008 seluruhnya berasal dari produksi dalam negeri yang mencapai angka
70.535 ton dikurangi ekspor sebesar 4.251 ton (Lampiran 5.5).
99
2010
Gambar 5.7. Perkembangan harga cengkeh di pasar domestik dan pasar dunia,
1987-2008
5.4.
Indonesia, walaupun pada tahun 1999 - 2001 sempat mengalami impor yang
cukup besar (Gambar 5.7). Peningkatan impor yang terjadi pada periode tersebut
disebabkan konsumsi yang juga cukup besar, sementara produksi cengkeh
tidaklah mencukupi konsumsi domestik yang tinggi pada periode tersebut. Namun
sejak tahun 2003, ekspor cengkeh Indonesia kembali meningkat hingga mencapai
15.688 ton, dan pada tahun 2007 - 2009 Indonesia tidak mengimpor cengkeh.
100
2010
perdagangan
cengkeh
Indonesia
pada
tahun
1996
2009
101
2010
102
2010
103
2010
2010
105
2010
madagascar
106
2010
107
2010
Produksi (ton)
Pertumbuhan (%)
2009*)
76.247
2010
77.457
1,59
2011
78.760
1,68
2012
80.156
1,77
1,68
Karena keterbatasan
108
2010
Konsumsi domestik
(Ton)
2009*)
63.741
2010
63.367
-0,59
2011
62.993
-0,59
2012
62.619
-0,59
Pertumbuhan (%)
-0,59
Dari Tabel 5.3 terlihat bahwa konsumsi domestik cengkeh di Indonesia akan
terus mengalami penurunan hingga tahun 2012 dengan rata-rata penurunan per
tahun sebesar 0,59% hingga mencapai 62.619 ton pada tahun 2012.
Konsumsi cengkeh di Indonesia umumnya digunakan oleh industri rokok
keretek. Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia mulai menabuh genderang
perang terhadap rokok, baik melalui imbauan maupun ketentuan umum. Hingga
pada tahun 2010 pemerintah meningkatkan cukai rokok dalam skala besar, dan
menurunkan volume produk rokok. Akibat dari pembatasan volume produk rokok
tersebut adalah anjloknya konsumsi cengkeh (Koran Tempo).
109
2010
cengkeh akan terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi 17.537 ton dari
sebesar 12.506 ton pada tahun 2009 (Tabel 5.4).
Bila
dilihat
dari
rata-rata
pertumbuhan
per
tahun,
pertumbuhan
Ketersediaan
(Ton)
Permintaan
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2009*)
76.247
63.741
12.506
2010
77.457
63.367
14.090
2011
78.760
62.993
15.767
2012
80.156
62.619
17.537
Rata-rata
pertumbuhan (%
per tahun)
1,68
-0,59
11,93
110
2010
PR
PBN
(Ha)
Pertumb. (%)
59,559
75,751
21.38
68,956
-9.85
81,610
15.51
100,803
19.04
109,145
7.64
139,592
21.81
171,609
18.66
208,844
17.83
232,067
10.01
283,988
18.28
301,045
5.67
339,418
11.31
391,445
13.29
494,815
20.89
511,216
3.21
551,717
7.34
587,774
6.13
642,664
8.54
656,414
2.09
722,689
9.17
672,398
-7.48
681,524
1.34
672,607
-1.33
650,407
-3.41
592,446
-9.78
556,496
-6.46
520,012
-7.02
491,563
-5.79
479,379
-2.54
447,549
-7.11
419,827
-6.60
407,149
-3.11
407,010
-0.03
420,341
3.17
421,589
0.30
433,885
2.83
429,728
-0.97
438,771
2.06
436,091
-0.61
444,683
1.93
447,702
0.67
450,290
0.57
1967-2009*)
1967-1987
1988-2009*)
4.25
11.40
-2.24
PBN
Pertumb. (%)
PBS
PBS
Total
Pertumb. (%)
752
777
1,294
100.00
1,323
3,570
63.75
1,630
3,650
2.19
3,124
3,751
2.69
5,176
3,177
-18.07
5,864
3,624
12.33
6,036
3,687
1.71
6,681
4,254
13.33
8,151
5,454
22.00
8,192
5,481
0.49
11,176
5,333
-2.78
16,986
5,236
-1.85
14,417
4,754
-10.14
16,174
4,996
4.84
15,512
4,781
-4.50
16,030
5,823
17.89
17,072
5,195
-12.09
14,385
4,659
-11.50
15,708
4,742
1.75
15,726
3,968
-19.51
16,107
3,298
-20.32
14,499
3,086
-6.87
12,818
2,307
-33.77
12,244
2,221
-3.87
12,143
504
-340.67
9,756
1,914
73.67
10,420
1,928
0.73
8,065
1,860
-3.66
7,048
1,860
0.00
6,850
1,860
0.00
6,728
1,860
0.00
7,099
1,865
0.27
6,758
1,865
0.00
6,583
1,865
0.00
6,660
1,865
0.00
8,221
1,865
0.00
6,702
1,865
0.00
6,744
1,865
0.00
6,905
1,903
2.00
7,000
Rata-rata pertumbuhan (%)
-4.36
11.28
-16.44
3.22
41.27
18.83
47.82
39.64
11.73
2.85
9.65
18.03
0.50
26.70
34.20
-17.82
10.86
-4.27
3.23
6.10
-18.68
8.42
0.11
2.37
-11.09
-13.11
-4.69
-0.83
-24.47
6.37
-29.20
-14.43
-2.89
-1.81
5.23
-5.05
-2.66
1.16
18.99
-22.66
0.62
2.33
1.36
Total
Pertumb. (%)
59,559
75,751
21.38
69,708
-8.67
82,387
15.39
103,420
20.34
114,345
9.55
146,366
21.88
180,536
18.93
217,885
17.14
241,727
9.86
294,356
17.88
313,450
6.09
353,064
11.22
408,102
13.49
517,134
21.08
530,869
2.59
572,645
7.30
608,282
5.86
663,475
8.32
679,309
2.33
742,269
8.48
692,765
-7.15
701,992
1.31
692,682
-1.34
668,204
-3.66
608,350
-9.84
571,047
-6.53
534,376
-6.86
501,823
-6.49
491,713
-2.06
457,542
-7.47
428,735
-6.72
415,859
-3.10
415,598
-0.06
429,300
3.19
430,212
0.21
442,333
2.74
438,253
-0.93
448,857
2.36
444,658
-0.94
453,292
1.90
456,472
0.70
459,193
0.59
3.70
12.99
-3.91
4.29
11.52
-2.28
111
2010
PR
(Ton)
PBN
Pertumb. (%)
8,821
17,156
11,037
15,371
11,283
14,963
27,314
14,980
19,148
19,855
39,519
21,149
18,174
33,453
28,775
32,412
40,401
47,751
40,652
48,681
69,679
77,909
53,066
64,423
77,642
70,278
65,669
75,812
87,889
57,396
57,492
64,835
51,345
57,926
70,782
77,241
74,518
71,794
76,201
60,271
79,126
68,874
80,158
1967-2009*)
1967-1987
1988-2009*)
48.58
-55.44
28.20
-36.23
24.59
45.22
-82.34
21.77
3.56
49.76
-86.86
-16.37
45.67
-16.26
11.22
19.77
15.39
-17.46
16.49
30.14
10.56
-46.82
17.63
17.03
-10.48
-7.02
13.38
13.74
-53.13
0.17
11.33
-26.27
11.36
18.16
8.36
-3.65
-3.79
5.78
-26.43
23.83
-14.89
14.08
0.53
2.47
-1.23
(Ton)
Pertumb. (%)
1
3
26
1
7
27
118
123
14
367
176
217
824
283
301
598
312
1,082
1,089
837
422
462
218
192
148
320
316
343
364
343
346
351
354
355
372
196
310
310
316
PBS
(Ton)
1
76
47
164
106
17
139
150
286
282
20
398
401
180
603
854
1,037
1,349
1,011
2,233
2,243
1,652
2,189
2,384
1,479
2,375
1,970
1,763
1,384
1,999
1,194
1,609
1,557
1,417
1,599
6,660
1,777
941
969
1,352
1,816
66.67
88.46
-2,500.00
85.71
74.07
77.12
4.07
-778.57
96.19
-108.52
18.89
73.67
-191.17
5.98
49.67
-91.67
71.16
0.64
-30.11
-98.34
8.66
-111.93
-13.54
-29.73
53.75
-1.27
7.87
5.77
-6.12
0.87
1.42
0.85
0.28
4.57
-89.80
36.77
0.00
1.90
Rata-rata pertumbuhan (%)
-84.62
-189.34
-8.47
112
Total
Pertumb. (%)
98.68
-61.70
71.34
-54.72
-523.53
87.77
7.33
47.55
-1.42
-1,310.00
94.97
0.75
-122.78
70.15
29.39
17.65
23.13
-33.43
54.72
0.45
-35.77
24.53
8.18
-61.19
37.73
-20.56
-11.74
-27.38
30.77
-67.42
25.79
-3.34
-9.88
11.38
75.99
-274.79
-88.84
2.89
28.33
25.55
-45.84
-86.60
-12.48
(Ton)
8,821
17,156
11,038
15,447
11,331
15,130
27,446
14,998
19,294
20,032
39,923
21,554
18,208
34,218
29,352
32,809
41,828
48,888
41,990
50,628
71,002
81,224
56,398
66,912
80,253
73,124
67,366
78,379
90,007
59,479
59,192
67,177
52,903
59,878
72,685
79,009
76,471
78,809
78,350
61,408
80,405
70,536
82,290
Pertumb. (%)
48.58
-55.43
28.54
-36.33
25.11
44.87
-83.00
22.27
3.68
49.82
-85.22
-18.38
46.79
-16.58
10.54
21.56
14.44
-16.43
17.06
28.69
12.58
-44.02
15.71
16.62
-9.75
-8.55
14.05
12.92
-51.33
-0.48
11.89
-26.98
11.65
17.62
8.00
-3.32
2.97
-0.59
-27.59
23.63
-13.99
14.28
0.62
2.53
-1.12
2010
Provinsi
Maluku
Sulawesi Selatan
Produksi (Ton)
2005
2006
2007
2008
2009*)
Share
kumulatif (%)
7,294
7,851
10,588
10,631
10,660
9,405
12.33
12.33
12,090
13,013
4,840
7,315
8,126
9,077
11.90
24.23
Sulawesi Tengah
9,244
8,953
8,690
6,767
9,632
8,657
11.35
35.59
Jawa Timur
6,714
7,227
9,185
9,380
9,399
8,381
10.99
46.57
Sulawesi Utara
9,187
9,889
11,387
461
6,565
7,498
9.83
56.41
Jawa Tengah
4,576
4,926
6,296
5,802
5,813
5,483
7.19
63.59
Bali
4,335
4,666
5,094
3,763
5,947
4,761
6.24
69.84
Jawa Barat
5,054
5,440
4,723
5,134
519
4,174
5.47
75.31
Maluku Utara
3,152
3,392
3,015
4,312
4,321
3,638
4.77
80.08
2,514
3,549
2,719
2,766
2,719
2,853
3.74
83.82
16.18
100.00
10 Banten
11 Lainnya
Total
12,042
12,723
12,590
12,546
11,785
12,337
76,202
81,629
79,127
68,877
75,486
76,264
113
2010
Produktivitas
(Kg/Ha)
1970
358.69
1971
290.04
1972
279.60
1973
326.11
1974
345.88
1975
249.21
1976
281.65
1977
346.01
1978
210.59
1979
166.62
1980
233.20
1981
176.47
1982
169.13
1983
172.36
1984
213.10
1985
154.82
1986
162.57
1987
197.98
1988
226.87
1989
147.61
1990
158.27
1991
194.18
1992
176.67
1993
183.97
1994
203.92
1995
225.16
1996
184.39
1997
171.46
1998
189.25
1999
188.62
2000
200.35
2001
210.49
2002
227.49
2003
286.40
2004
217.87
2005
224.82
2006
210.93
2007
211.52
2008
232.09
2009*)
269.63
Rata-rata Pertumbuhan
1970-2009*)
1970-1987
1988-2009*)
114
Pertumb
(%)
-19.14
-3.60
16.63
6.06
-27.95
13.02
22.85
-39.14
-20.88
39.96
-24.33
-4.16
1.91
23.64
-27.35
5.00
21.78
14.60
-34.94
7.22
22.69
-9.02
4.13
10.85
10.41
-18.11
-7.01
10.37
-0.33
6.21
5.06
8.08
25.89
-23.93
3.19
-6.18
0.28
9.72
16.18
1.02
-0.92
2.52
2010
Impor
(Ton)
28,948
10,291
3,787
9,791
10,993
9,510
14,492
7,998
3
2
13,725
2,189
1,996
6
12
8
3
6
5
3
4
0
1,183
22,610
12,866
16,899
796
172
9
1
1
-
Konsumsi
Domestik (Ton)
14,926
11,300
14,974
27,093
14,934
48,195
30,198
43,624
31,329
29,184
43,689
43,793
40,726
41,490
47,306
54,644
50,999
71,162
78,662
55,155
65,815
79,138
72,336
66,671
77,712
89,321
59,249
58,836
48,203
73,737
68,089
83,260
70,406
60,955
64,786
70,671
50,139
66,310
66,284
Pertumbuhan
(%)
-24.29
32.51
80.93
-44.88
222.72
-37.34
44.46
-28.18
-6.85
49.70
0.24
-7.00
1.88
14.02
15.51
-6.67
39.54
10.54
-29.88
19.33
20.24
-8.60
-7.83
16.56
14.94
-33.67
-0.70
-18.07
52.97
-7.66
22.28
-15.44
-13.42
6.28
9.08
-29.05
32.25
-0.04
10.17
20.37
3.56
115
2010
Lampiran 5.6. Perkembangan harga cengkeh di pasar dalam negeri dan pasar
dunia, 1987-2008
Tahun
1987
Dalam Negeri
(Rp/Kg)
Pertumb. (%)
6,440
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
5,720
-11.18
5,010
-12.41
6,280
25.35
6,160
-1.91
3,660
-40.58
2,470
-32.51
2,680
8.50
2,720
1.49
2,820
3.68
3,800
34.75
7,420
95.26
20,000
169.54
30,875
54.38
57,698
86.88
54,653
-5.28
28,873
-47.17
26,570
-7.98
31,791
19.65
35,871
12.83
39,304
9.57
53,005
34.86
Rata-rata pertumbuhan
1987-2008
18.94
1987-1997
-2.48
1998-2008
38.41
116
2,886
2,823
3,508
4,130
3,022
3,356
6,309
5,773
498
3,538
5,672
6,597
16,695
17,630
24,674
13,551
16,570
19,131
21,899
23,191
1,706
(%)
Pertumb. (%)
5.17
-2.18
24.26
17.73
-26.83
11.05
87.99
-8.50
-91.37
610.44
60.32
16.31
153.07
5.60
39.95
-45.08
22.28
15.46
14.47
5.90
-92.64
39.21
62.78
17.78
2010
Volume (Ton)
Ekspor
Impor
Ekspor
Neraca
Impor
(000 US$)
1996
230
48
48
1997
356
221
221
1998
20,157
1,183
14,115
505
13,610
1999
1,776
22,610
1,636
40,067
-38,431
2000
4,655
12,866
8,281
33,430
-25,149
2001
6,324
16,899
10,669
17,365
-6,696
2002
9,399
796
25,973
653
25,320
2003
15,688
172
24,929
151
24,778
2004
9,060
16,037
16,030
2005
7,680
14,916
14,915
2006
11,270
1,337
25,533
25,532
2007
13,970
33,622
33,622
2008
4,251
7,251
7,251
2009
4,994
5,498
112
5,386
31
117
2010
Luas TM
(Ha)
80,800
1961
73,430
1962
86,650
1963
98,695
1964
88,970
1965
121,130
1966
98,895
1967
117,230
1968
83,965
1969
95,830
1970
101,265
1971
123,300
1972
140,355
1973
127,540
1974
153,290
1975
158,190
1976
186,705
1977
187,842
1978
219,100
1979
238,837
1980
274,360
1981
282,477
1982
325,605
1983
377,975
1984
384,996
1985
442,694
1986
414,702
1987
472,273
1988
479,045
1989
517,882
1990
584,067
1991
506,874
1992
485,665
1993
499,865
1994
480,365
1995
471,277
1996
473,919
1997
488,189
1998
424,220
1999
500,080
2000
512,420
2001
517,025
2002
534,390
2003
505,720
2004
467,501
2005
368,384
2006
376,520
2007
385,030
2008
Rata-rata pertumbuhan (%)
1961-2008
1961-1997
1998-2008
Produksi
Pertumb. (%)
-9.12
18.00
13.90
-9.85
36.15
-18.36
18.54
-28.38
14.13
5.67
21.76
13.83
-9.13
20.19
3.20
18.03
0.61
16.64
9.01
14.87
2.96
15.27
16.08
1.86
14.99
-6.32
13.88
1.43
8.11
12.78
-13.22
-4.18
2.92
-3.90
-1.89
0.56
3.01
-13.10
17.88
2.47
0.90
3.36
-5.36
-7.56
-21.20
2.21
2.26
(Ton)
27,770
19,085
26,345
29,263
26,378
35,532
39,603
33,831
23,716
34,373
29,371
34,475
45,771
44,113
38,201
44,555
64,601
39,558
36,506
55,697
48,416
47,775
56,121
80,548
59,605
71,968
82,101
107,146
70,713
81,967
113,415
89,549
89,348
101,934
108,157
86,898
81,260
92,391
80,018
100,189
107,859
117,618
153,048
110,182
105,103
89,287
108,894
110,364
4.17
5.86
-1.38
118
Produktivitas
Pertumb. (%)
-31.27
38.04
11.08
-9.86
34.70
11.46
-14.57
-29.90
44.94
-14.55
17.38
32.77
-3.62
-13.40
16.63
44.99
-38.77
-7.72
52.57
-13.07
-1.32
17.47
43.53
-26.00
20.74
14.08
30.51
-34.00
15.92
38.37
-21.04
-0.22
14.09
6.10
-19.66
-6.49
13.70
-13.39
25.21
7.66
9.05
30.12
-28.01
-4.61
-15.05
21.96
1.35
5.70
6.11
4.36
(Ton/Ha)
0.19
0.17
0.19
0.18
0.18
0.17
0.26
0.21
0.23
0.26
0.21
0.21
0.25
0.26
0.20
0.22
0.26
0.20
0.19
0.21
0.20
0.18
0.20
0.23
0.19
0.23
0.23
0.26
0.22
0.23
0.28
0.23
0.25
0.27
0.28
0.30
0.28
0.33
0.35
0.38
0.39
0.42
0.45
0.46
0.46
0.47
0.49
0.50
Pertumb. (%)
-11.40
8.97
-1.92
-0.90
-5.24
52.03
-19.08
9.35
11.09
-16.64
-2.08
17.53
5.09
-23.80
10.23
17.50
-22.66
-5.13
12.35
-5.63
-7.32
11.32
11.14
-18.20
24.54
-2.28
13.80
-14.27
5.91
17.88
-15.08
8.19
7.75
0.79
9.77
-5.92
15.51
7.42
7.75
2.83
7.10
8.23
1.84
-0.39
2.34
3.77
1.88
2.89
2.16
5.30
2010
Lampiran 5.9. Negara dengan luas areal cengkeh terbesar di dunia, 2004-2008
No
Negara
Indonesia
2005
2006
2007
2008
390,000
400,000
299,224
303,470
311,760
Rata-rata
Share (%)
340,891
81.04
Share
kumulatif
(%)
81.04
Madagascar
78,910
37,231
36,670
37,000
37,000
45,362
10.78
91.83
Tanzania
13,000
13,000
12,500
12,500
12,500
12,700
3.02
94.85
Comoros
12,000
5,500
9,000
13,000
13,000
10,500
2.50
97.34
Sri Lanka
8,060
7,970
7,740
7,250
7,420
7,688
1.83
99.17
0.83
100.00
Lainnya
Dunia
3,750
3,800
3,250
3,300
3,350
3,490
505,720
467,501
368,384
376,520
385,030
420,631
2004
2005
2006
2007
2008
1 Indonesia
73,837
78,350
62,027
80,404
80,929
75,109
71.69
Share
kumulatif
(%)
71.69
2 Madagascar
18,055
9,873
9,900
10,000
10,000
11,566
11.04
82.73
3 Tanzania
9,900
10,200
9,800
9,900
9,900
9,940
9.49
92.22
4 Sri Lanka
3,270
3,260
3,140
3,070
3,990
3,346
3.19
95.41
5 Comoros
3,200
1,500
2,500
3,500
3,500
2,840
2.71
98.12
100.00
No
Negara
Produksi (Ton)
6 Lainnya
1,920
1,920
1,920
2,020
2,045
1,965
1.88
Dunia
110,182
105,103
89,287
108,894
110,364
104,766
100.00
119
2010
Produktivitas (Ton/Ha)
Negara
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
China
1.17
1.08
1.00
1.07
1.03
1.07
Tanzania
0.76
0.78
0.78
0.79
0.79
0.78
Kenya
0.43
0.43
0.57
0.57
0.57
0.51
Sri Lanka
0.41
0.41
0.41
0.42
0.54
0.44
Comoros
0.27
0.27
0.28
0.27
0.27
0.27
Madagascar
0.23
0.27
0.27
0.27
0.27
0.26
Malaysia
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
Indonesia
0.19
0.20
0.21
0.26
0.26
0.22
No
Negara
2005
2006
2007
Rata-rata
2008
1 Indonesia
73,837
78,350
62,027
80,404
80,929
75,109
2 Madagascar
18,055
9,873
9,900
10,000
10,000
11,566
3 Tanzania
9,900
10,200
9,800
9,900
9,900
9,940
4 Sri Lanka
3,270
3,260
3,140
3,070
3,990
3,346
5 Comoros
3,200
1,500
2,500
3,500
3,500
2,840
6 Kenya
1000
1000
1000
1000
1000
1000
7 China
700
700
700
800
825
745
8 Malaysia
200
200
200
200
200
200
9 Grenada
20
20
20
20
20
20
120
2010
No
Negara
2004
2005
2006
2007
Share
kumulatif
(%)
Singapore
15,007
11,762
8,347
10,138
11,314
22.40
22.40
Madagascar
12,585
6,314
10,358
13,583
10,710
21.21
43.61
Indonesia
9,060
7,683
11,270
14,093
10,527
20.85
64.46
Sri Lanka
3,428
5,517
2,346
4,756
4,012
7.94
72.40
Brazil
6,211
2,107
3,533
2,576
3,607
7.14
79.54
Lainnya
11,409
12,073
9,323
8,513
10,330
20.46
100.00
Dunia
57,700
45,456
45,177
53,659
50,498
No
Negara
2005
2006
2007
Share
Rata-rata Share (%) kumulatif
(%)
13,478
29.15
29.15
Singapore
21,416
11,085
10,522
10,890
India
6,945
10,775
11,748
14,999
11,117
24.04
53.19
Arab
3,773
2,176
4,018
4,756
3,681
7.96
61.15
Viet Nam
992
2,504
1,752
3,314
2,141
4.63
65.78
Saudi Arabia
1,252
1,979
1,727
2,109
1,767
3.82
69.60
Lainnya
14,139
13,700
12,662
15,725
14,057
30.40
100.00
Dunia
48,517
42,219
42,429
51,793
46,240
121
2010
VI. TEMBAKAU
Tembakau (Nicotiana spp., L.) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang
berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering
digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun
digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau
dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung. Tembakau
mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika
digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama insektisida
6.1.
123
2010
(Gambar 6.1.). Total luas areal tembakau menunjukkan peningkatan pada periode
tahun 1971 - 1997 dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 4,76% per tahun.
Menginjak tahun 1998 - 2009 terjadi kecenderungan penurunan laju pertumbuhan
luas areal tembakau menjadi sebesar 0,07% per tahun (Lampiran 6.1.). Terjadinya
penurunan laju pertumbuhan luas areal tembakau pada periode tahun 1990 - 2009,
dikarenakan tembakau di Indonesia hanya diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR)
dan Perkebunan Besar Negara (PBN), sementara Perkebunan Besar Swasta (PBS)
tidak melakukan penanaman sama sekali.
124
124
2010
tembakau di Indonesia juga tampak berfluktuatif. Pada periode tahun 1971 2009,
produksi tembakau Indonesia meningkat dengan dengan laju pertumbuhan rata-rata
sebesar 7,43% per tahun (Gambar 6.3). Sementara laju pertumbuhan rata-rata pada
periode tahun 1998 - 2009 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,53% per tahun.
Hal ini dikarenakan, tidak ada kontribusi produksi tembakau yang berasal dari PBS
pada periode tersebut. Namun demikian, secara umum terjadi peningkatan total
produksi tembakau di Indonesia dari 57,35 ribu ton pada tahun 1971 menjadi 176,94
ribu ton pada tahun 2009 (Lampiran 6.2).
125
2010
126
126
2010
Tahun
PR1)
PBN2)
Nasional
2006
0,85
0,82
0,85
2007
0,84
0,54
0,83
2008
0,86
0,57
0,85
2009*)
0,88
0,65
0,87
Rata-rata
0,86
0,64
0,85
Sumber
: Ditjen. Perkebunan
6.2.
Perkebunan Rakyat
2)
pada periode tahun 2000 - 2008 cenderung meningkat (Gambar 6.6.). Harga
tembakau di tingkat konsumen dimulai dengan harga Rp. 21.499,90,- per kg pada
tahun 2000 dan meningkat pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 43.768,71,- per kg.
Rata-rata laju pertumbuhan harga tembakau selama periode tahun 2000 - 2008
sebesar 9.51% (Tabel 6.2.).
Pada periode tersebut, harga tembakau di tingkat konsumen untuk setiap
provinsi cukup beragam. Harga rata-rata tingkat konsumen tembakau tertinggi
selama 5 tahun terakhir terjadi di Sumatera Utara yang mencapai Rp. 59.056,- per
kg (rata-rata 2004 - 2008). Berikutnya adalah Sumatera Barat sebesar Rp. 49.840,per kg, dan provinsi lainnya berada pada kisaran di bawah Rp. 40.000,- per kg
(Lampiran 6.4).
127
2010
Harga
Konsumen
Pertumbuhan
(Rp/kg)
(%)
2000
21.499,90
2001
24.063,09
11,92
2002
29.546,90
22,79
2003
32.571,65
10,24
2004
31.551,74
-3,13
2005
32.822,84
4,03
2006
35.684,13
8,72
2007
40.188,39
12,62
2008
43.768,71
8,91
Rata-Rata
9,51
Sumber : BPS
128
2010
1996 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 29,51% (Gambar 6.7).
Apabila dilihat dari besarannya, konsumsi tembakau segar per kapita relatif kecil
karena cenderung mengkonsumsi dalam bentuk rokok hasil industri. Pada tahun
2008, rata-rata konsumsi tembakau segar hanya sebesar 0,27 kg per kapita.
129
2010
batang per kapita, rokok kretek tanpa filter sebanyak 182 batang per kapita, dan
rokok putih sebanyak 39 batang per kapita (Gambar 6.8).
6.4.
PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR
MANUFAKTUR INDONESIA
TEMBAKAU
PRIMER
DAN
tembakau primer pada tahun 2009 sebesar 3,73%. Total volume ekspor pada tahun
1996 sebesar 33,24 ribu ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 52,14
ribu ton. Sedangkan total volume impor pada tahun 1996 sebesar 45,06 ribu ton dan
pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 53,20 ribu ton. Secara umum, realisasi
ekspor tembakau primer pada periode tahun 2000 - 2009 berada di atas realisasi
impornya, yang berarti neraca perdagangan internasional tembakau mengalami
surplus.
Gambar 6.9. Perkembangan volume dan harga ekspor impor tembakau primer,
1996-2009
Demikian pula, perkembangan harga ekspor maupun impor dari periode tahun
1996 - 2009 juga berfluktuatif namun mempunyai kecenderungan meningkat masingmasing dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,81% dan 6,28%. Namun
130
130
2010
demikian, pada periode tertentu terjadi peningkatan volume baik ekspor maupun
impor yang tidak dibarengi dengan peningkatan harga ekspor maupun impornya
(Lampiran 6.6.).
Dilihat dari harga ekspor dan impor terlihat bahwa pada periode 1996 - 2009,
harga ekspor tembakau Indonesia jauh dibawah harga impor tembakau luar negeri.
Pada tahun 2009, harga ekspor tembakau primer Indonesia mencapai US$ 3.385 per
ton, sementara harga impornya mencapai US$ 5.455 per ton. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas tembakau primer di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan
kualitas tembakau primer yang ada di luar negeri.
Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau manufaktur selama
periode tahun 1996-2009 juga relatif berfluktuatif dan cenderung mengalami
peningkatan untuk volume ekspor dan impor dengan rata-rata sebesar 6,72%, dan
16,67% (Gambar 6.10.). Total volume ekspor pada tahun 1996 sebesar 28,94 ribu
ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 57,97 ribu ton. Sedangkan total volume
impor pada tahun 1996 sebesar 4,58 ribu ton pada tahun 2009 juga mengalami
peningkatan menjadi 10,49 ribu ton.
Secara umum, realisasi ekspor tembakau manufaktur (cerutu, sigaret,
tembakau iris, blended tobacco, tembakau dihomogenisasi, ekstrak dan essens
tembakau) juga berada diatas realisasi impornya, atau mengalami surplus neraca
perdagangan.
131
2010
6.5.
per
132
2010
Brazil sebesar 14,84%, India sebesar 11,72%, dan Indonesia berada di urutan ke-4
dengan memberikan kontribusi sebesar 6,09%, sementara Melawi dan Argentina
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 4,40% dan 2,72%. Sedangkan negaranegara lainnya memberikan kontribusi rata-rata dibawah 2% (Gambar 6.12.).
produksi tembakau dunia juga menunjukkan pola yang berfluktuatif dan cenderung
meningkat selama periode tahun 1961-2008 (Gambar 6.13.). Rata-rata pertumbuhan
produksi untuk periode tahun tersebut adalah sebesar 2,92% per tahun. Rata-rata
pertumbuhan produksi tembakau dunia cukup besar terjadi pada periode tahun 1961
- 1995 yakni sebesar 3,16% per tahun, dan selanjutnya mengalami pertumbuhan
rata-rata per tahun yang melandai untuk periode 1996 - 2008 yakni sebesar 2,29%
per tahun (Lampiran 6.8.).
133
2010
134
134
6.6.
2010
rata-rata harga produsen tembakau di dunia cukup berfluktuatif dengan pola yang
cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1,55%. Pada periode tahun
1991-2002 laju pertumbuhan harga rata-rata tembakau dunia mengalami penurunan
sebesar 1,39%, namun kemudian meningkat pesat pada periode selanjutnya (20032007) hingga mencapai 8,04% (Gambar 6.15.).
dengan rata-rata
pertumbuhan masing-masing sebesar 6,69% per tahun dan 5,52% per tahun (Gambar
6.16.). Dari Gambar 6.16, terlihat bahwa realisasi impor dunia lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi ekspor dunia. Hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak negara-negara yang tidak bisa memenuhi kebutuhan tembakaunya dari
produksi domestiknya. Pada tahun 1961, realisasi ekspor dan impor dunia masingmasing mencapai 376 ribu ton dan 401 ribu ton, kemudian meningkat menjadi
Pusat Data dan Informasi Pertanian
135
2010
masing-masing sebesar 5,79 juta ton dan 3,97 juta ton pada tahun 2007. Pola
perkembangan nilai ekspor dan impor tembakau seiring dengan pola perkembangan
volume ekspor dan impornya.
Gambar 6.16. Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia, 1961-2007
136
2010
yakni China, Italy, India, Belgium, Argentina dan France hanya berkisar antara 193
ribu ton hingga 283 ribu ton (Gambar 6.17).
Dari sisi impor, terlihat bahwa Germany menempati urutan pertama sebagai
negara pengimpor tembakau terbesar di dunia dengan realisasi sebesar 991 ribu ton
(rata-rata 2003 - 2007). Disusul kemudian oleh China, Japan, Belgium dan France
masing-masing sebesar 379 ribu ton, 323 ribu ton, 286 ribu ton dan 209 ribu ton.
Negara-negara berikutnya yakni Egypt, Indonesia, Greece, Dominican R dan Italy
mempunyai realisasi impor berkisar antara 93 hingga 163 ribu ton (Gambar 6.18).
137
2010
dijelaskan oleh peubah-peubah yang digunakan dalam model, dan hanya sebesar
20,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Tabel 6.3).
Tabel 6.3. Hasil analisis fungsi respon produksi tembakau di Indonesia
Peubah
Koefisien
P Value
Intersep
-1,22
0,454
Ln luas area
0,959
0,000
0,151
0,000
R2
80,0%
Koefisien dari luas area 0,959 menunjukkan bahwa jika luas area naik (turun)
sebesar 10% maka produksi tembakau akan naik (turun) sebesar 9,59%. Begitu juga
pula dengan koefisien harga ekspor riil tembakau menunjukkan hasil yang positif
sebesar 0,151, artinya bahwa apabila harga ekspor tembakau tahun sebelumnya naik
sebesar 10% akan merangsang petani untuk mengusahakan tanaman tembakau
sehingga akan meningkatkan produksi tembakau sebesar 1,51%.
Tabel 6.4. Hasil proyeksi produksi tembakau Indonesia, 2010-2012
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%)
2009
176.937
2010
174.424
-1,42
2011
177.634
1,84
2012
180.839
1,80
Rata-rata pertumbuhan
Keterangan: Tahun 2009: Angka Sementara Ditjen Perkebunan
Tahun 2010 2012 Angka hasil proyeksi
138
138
0,74
2010
Hasil proyeksi produksi tembakau 2010 - 2012 yang disajikan pada Tabel 6.4.
menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produksi tembakau Indonesia diproyeksikan
sebesar 174,42 ribu ton atau turun sebesar 1,42% dari produksi tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tembakau Indonesia diproyeksikan
akan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,84% dan 1,80%.
139
2010
Permintaan (Ton)
2009
132.703
2010
130.818
-1,42
2011
133.226
1,84
2012
135.629
1,80
Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan (%)
0,74
Tahun
Penawaran
(Ton)
Permintaan
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2010
174.424
130.818
43.606
2011
177.634
133.226
44.409
2012
180.839
135.629
45.210
0,74
0,74
1,82
Rata-rata
pertumbuhan (%)
140
140
2010
PR
Pertumb.
(%)
1971
122.010
1972
161.501
32,37
1973
162.782
0,79
1974
158.965
-2,34
1975
182.551
14,84
1976
184.526
1,08
1977
173.643
-5,90
1978
164.035
-5,53
1979
193.707
18,09
1980
127.103
-34,38
1981
189.898
49,40
1982
193.806
2,06
1983
194.927
0,58
1984
150.974
-22,55
1985
282.051
86,82
1986
193.583
-31,37
1987
207.658
7,27
1988
181.420
-12,64
1989
177.557
-2,13
1990
231.284
30,26
1991
210.844
-8,84
1992
162.685
-22,84
1993
174.798
7,45
1994
189.227
8,25
1995
217.469
14,92
1996
222.025
2,10
1997
245.327
10,50
1998
161.550
-34,15
1999
163.278
1,07
2000
236.000
44,54
2001
256.652
8,75
2002
251.994
-1,81
2003
253.484
0,59
2004
197.631
-22,03
2005
193.378
-2,15
2006
167.088
-13,60
2007
192.237
15,05
2008
192.062
-0,09
2009*)
197.906
3,04
Rata-rata pertumbuhan
1971 - 2009
3,62
1971 - 1997
5,32
1998 - 2009
-0,07
Sumber: Ditjen Perkebunan
Keterangan : *) Angka Sementara
PBN
12.605
13.863
12.713
13.673
14.074
12.677
12.155
8.775
11.984
12.822
13.403
15.495
5.632
5.632
6.067
5.259
3.774
5.952
6.177
4.582
3.994
4.162
3.698
3.868
3.475
3.450
3.550
3.937
3.993
3.737
4.086
4.087
3.317
3.342
4.834
5.146
5.817
4.565
4.547
Pertumb.
(%)
9,98
-8,30
7,55
2,93
-9,93
-4,12
-27,81
36,57
6,99
4,53
15,61
-63,65
0,00
7,72
-13,32
-28,24
57,71
3,78
-25,82
-12,83
4,21
-11,15
4,60
-10,16
-0,72
2,90
10,90
1,42
-6,41
9,34
0,02
-18,84
0,75
44,64
6,45
13,04
-21,52
-0,39
-0,30
-1,96
3,28
PBS
597
146
228
2.408
2.032
1.405
2.572
2.747
2.777
1.300
725
725
735
60
60
-
Pertumb.
(%)
-75,54
56,16
956,14
-15,61
-30,86
83,06
6,80
1,09
-53,19
-44,23
0,00
1,38
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23,29
34,05
0,00
Nasional
135.212
175.510
175.723
175.046
198.657
198.608
188.370
175.557
208.468
141.225
204.026
210.026
201.294
156.606
288.118
198.842
211.432
187.432
183.794
235.866
214.838
166.847
178.496
193.095
220.944
225.475
248.877
165.487
167.271
239.737
260.738
256.081
256.801
200.973
198.212
172.234
198.054
196.627
202.453
Pertumb.
(%)
29,80
0,12
-0,39
13,49
-0,02
-5,15
-6,80
18,75
-32,26
44,47
2,94
-4,16
-22,20
83,98
-30,99
6,33
-11,35
-1,94
28,33
-8,92
-22,34
6,98
8,18
14,42
2,05
10,38
-33,51
1,08
43,32
8,76
-1,79
0,28
-21,74
-1,37
-13,11
14,99
-0,72
2,96
3,23
4,76
-0,07
141
2010
PR
Pertumb.
(%)
1971
48.333
1972
115.997
140,00
1973
66.156
-42,97
1974
69.075
4,41
1975
86.297
24,93
1976
77.880
-9,75
1977
72.568
-6,82
1978
67.826
-6,53
1979
105.034
54,86
1980
69.438
-33,89
1981
99.838
43,78
1982
96.945
-2,90
1983
100.340
3,50
1984
103.586
3,24
1985
155.576
50,19
1986
96.328
-38,08
1987
109.742
13,93
1988
112.625
2,63
1989
76.765
-31,84
1990
152.768
99,01
1991
137.039
-10,30
1992
109.566
-20,05
1993
118.936
8,55
1994
127.730
7,39
1995
137.078
7,32
1996
148.435
8,29
1997
206.322
39,00
1998
102.174
-50,48
1999
132.174
29,36
2000
201.305
52,30
2001
196.365
-2,45
2002
189.342
-3,58
2003
198.363
4,76
2004
162.429
-18,12
2005
149.467
-7,98
2006
142.045
-4,97
2007
161.728
13,86
2008
165.423
2,28
2009*)
173.994
5,18
Rata-rata pertumbuhan
1971 - 2009
8,63
1971 - 1997
11,84
1998 - 2009
1,68
Sumber: Ditjen Perkebunan
Keterangan : *) Angka Sementara
142
142
PBN
8.662
9.742
10.112
7.995
8.080
10.716
10.241
13.175
13.755
15.161
9.313
9.362
8.643
4.239
5.189
4.907
2.949
4.247
4.169
3.664
3.244
2.089
2.434
2.404
3.091
2.590
3.304
3.406
3.210
3.024
2.738
2.740
2.512
2.679
4.003
4.220
3.123
2.614
2.943
Pertumb.
(%)
12,47
3,80
-20,94
1,06
32,62
-4,43
28,65
4,40
10,22
-38,57
0,53
-7,68
-50,95
22,41
-5,43
-39,90
44,01
-1,84
-12,11
-11,46
-35,60
16,52
-1,23
28,58
-16,21
27,57
3,09
-5,75
-5,79
-9,46
0,07
-8,32
6,65
49,42
5,42
-26,00
-16,30
12,59
-0,21
-0,52
0,47
PBS
357
819
239
1.041
1.288
1.202
1.693
1.465
1.510
888
495
495
501
45
45
-
Pertumb.
(%)
129,41
-70,82
335,56
23,73
-6,68
40,85
-13,47
3,07
-41,19
-44,26
0,00
1,21
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
9,41
13,75
0,00
Nasional
57.352
126.558
76.507
78.071
95.665
89.798
84.502
82.466
120.299
85.487
109.646
106.802
109.484
107.825
160.765
101.235
112.691
116.917
80.979
156.432
140.283
111.655
121.370
130.134
140.169
151.025
209.626
105.580
135.384
204.329
199.103
192.082
200.875
165.108
153.470
146.265
164.851
168.037
176.937
Pertumb.
(%)
120,67
-39,55
2,04
22,54
-6,13
-5,90
-2,41
45,88
-28,94
28,26
-2,59
2,51
-1,52
49,10
-37,03
11,32
3,75
-30,74
93,18
-10,32
-20,41
8,70
7,22
7,71
7,74
38,80
-49,63
28,23
50,93
-2,56
-3,53
4,58
-17,81
-7,05
-4,69
12,71
1,93
5,30
7,43
10,15
1,53
2010
Provinsi
No
Produksi (Ton)
Rata-rata
(Ton)
Share
Share (%) kumulatif
(%)
2006
2007
2008
2009*)
1 Jawa timur
81,887
78,343
77,852
79,469
79,388
48.40
48.40
2 NTB
31,590
42,793
51,006
57,232
45,655
27.83
76.24
3 Jawa Tengah
18,440
29,679
25,329
25,418
24,717
15.07
91.30
4 Jawa Barat
5,749
6,396
6,769
6,772
6,422
3.92
95.22
5 Lainnya
8,599
7,640
7,081
8,046
7,842
4.78
100.00
146,265
164,851
168,037
176,937
164,023
Indonesia
Sumber: Ditjen Perkebunan
143
2010
Provinsi
2005
2007
2008
Pertumbuhan
(%)
2008 thd 2007
3,988.19
4,393.06
3,305.56
3,729.17
5,500.00
4,183.19
47.49
2 Sumatera Utara
5,961.11
6,025.00
6,500.00
7,750.00
3,292.00
5,905.62
-57.52
3 Sumatera Barat
5,250.00
5,010.42
4,555.56
4,833.33
5,271.00
4,984.06
9.06
4 Riau
5,000.00
3,715.28
4,666.67
7,041.67
3,938.00
4,872.32
-44.08
5 Sumatera Selatan
2,561.39
2,500.00
2,500.00
2,750.00
2,625.00
2,587.28
-4.55
6 Bengkulu
4,533.33
4,062.50
3,906.25
4,333.33
5,056.00
4,378.28
16.68
7 Lampung
2,500.00
2,445.37
2,700.00
2,764.58
3,000.00
2,681.99
8.52
8 Bangka Belitung
8,181.00
8,181.00
9 Riau Kepulauan
3,750.00
3,750.00
10 Jawa Barat
3,068.02
2,907.41
2,993.06
3,341.00
6,061.00
3,674.10
81.41
11 Jawa tengah
3,661.43
4,129.83
4,268.86
4,351.90
3,870.00
4,056.40
-11.07
12 DI Yogyakarta
3,067.50
3,125.52
3,311.46
3,441.67
3,500.00
3,289.23
1.69
13 Jawa Timur
3,459.69
3,885.44
4,152.33
14 Banten
4,391.14
-
4,430.00
4,063.72
2,500.00
2,500.00
0.88
-
15 Bali
3,625.00
4,250.00
6,000.00
4,750.00
4,490.00
4,623.00
-5.47
3,434.72
4,050.00
4,906.25
5,312.50
2,558.00
4,052.29
-51.85
1,041.67
1,000.00
2,000.00
3,000.00
2,818.00
1,971.93
-6.07
18 Kalimantan Barat
2,375.63
3,007.64
2,693.75
3,502.78
3,707.00
3,057.36
5.83
19 Kalimantan Tengah
2,322.22
2,000.00
2,000.00
2,909.72
5,000.00
2,846.39
71.84
20 Kalimantan Selatan
1,825.00
3,275.00
4,000.00
4,000.00
5,759.00
3,771.80
43.98
21 Kalimantan Timur
2,500.00
3,355.56
3,500.00
3,500.00
5,300.00
3,631.11
51.43
22 Sulawesi Utara
3,000.00
2,833.33
3,500.00
5,000.00
3,476.00
3,561.87
-30.48
23 Sulawesi Tengah
2,716.67
2,450.00
2,900.00
2,729.86
4,542.00
3,067.71
66.38
24 Sulawesi Selatan
1,500.00
1,513.89
1,812.71
2,184.03
6,750.00
2,752.13
209.06
25 Sulawesi Tenggara
2,022.26
2,275.00
2,332.64
2,797.78
4,500.00
2,785.54
60.84
26 Gorontalo
2,750.00
2,750.00
27 Sulawesi Barat
6,400.00
6,400.00
28 Maluku
4,396.00
4,396.00
29 Maluku Utara
3,488.00
3,488.00
30 Papua
4,892.00
4,892.00
3,883.00
3,883.00
4,376.87
3,680.32
NASIONAL
3,155.17
3,282.28
Sumber : BPS
144
2006
Rata-rata
2004-2008
144
3,568.41
4,018.84
8.91
2010
Tembakau
(kg/kapita)
1987
0,47
138,32
124,80
56,16
1990
0,38
206,44
122,20
39,00
1993
0,32
241,28
117,52
33,28
1996
0,22
279,76
114,40
31,72
2002
0,25
307,74
194,12
38,01
2003
0,27
312,99
212,11
35,20
2004
0,31
284,13
199,89
35,15
2006
0,30
304,46
167,75
34,48
2007
0,33
287,87
171,03
34,27
2008
0,27
316,47
181,95
38,84
1,97
1,21
1,08
Rata-rata pertumbuhan
1987-2008
-2,19
Volume
(Ton)
1996
33,240
1997
42,281
1998
46,960
1999
37,096
2000
35,957
2001
43,030
2002
42,686
2003
40,639
2004
46,462
2005
49,712
2006
51,997
2007
45,880
2008
50,268
2009
52,141
Rata-rata pertumbuhan
1996-2009
4.29
Impor
Nilai
(000 US$)
85,623
104,743
147,552
91,833
71,287
91,404
76,684
62,874
90,618
107,282
102,549
120,270
133,196
176,491
8.91
Volume
(Ton)
45,060
47,108
23,219
40,914
34,248
44,346
33,289
29,579
35,171
42,031
48,287
61,687
77,302
53,198
6.33
Harga
Nilai
(000 US$)
134,153
157,767
108,464
128,021
114,834
139,608
105,953
95,190
120,854
142,206
150,225
217,210
330,511
290,171
8.94
Ekspor
(US$/ton)
2,576
2,477
3,142
2,476
1,983
2,124
1,796
1,547
1,950
2,158
1,972
2,621
2,650
3,385
3.81
Impor
(US$/ton)
2,977
3,349
4,671
3,129
3,353
3,148
3,183
3,218
3,436
3,383
3,111
3,521
4,276
5,455
6.28
145
2010
Volume
(Ton)
1996
28,942
1997
30,362
1998
25,246
1999
25,309
2000
24,703
2001
33,367
2002
30,808
2003
25,969
2004
33,693
2005
41,892
2006
44,854
2007
50,112
2008
61,350
2009
57,966
Rata-rata pertumbuhan
1996-2009
6.72
Impor
Harga
Nilai
(000 US$)
135,248
94,104
106,781
120,197
149,690
183,513
167,417
146,997
166,622
216,456
237,211
304,450
375,609
419,271
Volume
(Ton)
4,583
4,863
2,582
7,839
8,442
11,864
13,854
8,816
7,459
6,298
6,551
8,180
10,088
10,490
Nilai
(000 US$)
47,034
48,120
83,337
45,466
48,660
80,527
92,830
58,031
47,956
37,869
40,747
50,583
71,405
75,599
10.61
16.67
9.29
Ekspor
(US$/ton)
4,673
3,099
4,230
4,749
6,060
5,500
5,434
5,660
4,945
5,167
5,289
6,075
6,122
7,233
146
146
4.95
Impor
(US$/ton)
10,262
9,895
32,276
5,800
5,764
6,788
6,701
6,582
6,429
6,013
6,220
6,184
7,078
7,207
12.69
2010
Lampiran 6.8. Perkembangan produksi dan luas areal tembakau dunia, 1961-2008
Tahun
Produksi (Ton)
1961
1,981,281
1962
2,235,735
1963
2,434,411
1964
2,622,387
1965
2,660,101
1966
2,812,079
1967
3,019,069
1968
3,020,999
1969
2,901,027
1970
2,865,643
1971
2,886,045
1972
3,152,840
1973
3,173,743
1974
3,350,277
1975
3,352,588
1976
3,437,516
1977
3,562,742
1978
3,911,308
1979
3,616,487
1980
3,396,559
1981
4,038,796
1982
4,871,421
1983
4,057,380
1984
4,489,644
1985
5,113,179
1986
4,217,850
1987
4,474,049
1988
5,140,728
1989
5,328,504
1990
5,233,328
1991
5,650,082
1992
6,452,274
1993
6,531,533
1994
4,949,142
1995
4,863,176
1996
5,848,897
1997
7,177,721
1998
5,202,067
1999
5,423,725
2000
5,303,991
2001
4,883,566
2002
5,274,090
2003
4,962,567
2004
5,428,217
2005
5,696,201
2006
5,684,785
2007
5,226,170
2008
5,853,587
Rata-rata Laju Pertumbuhan
1961-2008
1961-1995
1996-2008
Pertumbuhan (%)
12.84
8.89
7.72
1.44
5.71
7.36
0.06
-3.97
-1.22
0.71
9.24
0.66
5.56
0.07
2.53
3.64
9.78
-7.54
-6.08
18.91
20.62
-16.71
10.65
13.89
-17.51
6.07
14.90
3.65
-1.79
7.96
14.20
1.23
-24.23
-1.74
20.27
22.72
-27.52
4.26
-2.21
-7.93
8.00
-5.91
9.38
4.94
-0.20
-8.07
12.01
2.92
3.16
2.29
Pertumbuhan(%)
2,184,509
2,311,041
2,552,654
2,456,897
2,471,539
2,481,092
2,546,413
2,464,379
2,496,107
2,388,652
2,369,799
2,508,610
2,485,083
2,535,567
2,625,117
2,783,199
2,932,245
3,061,922
2,810,073
2,568,475
2,869,107
3,262,181
2,977,397
2,962,386
3,510,598
3,160,644
3,128,828
3,406,045
3,668,881
3,494,151
3,710,156
4,139,204
4,145,339
3,310,696
3,252,844
3,706,280
4,317,674
3,425,101
3,345,691
3,316,652
3,082,922
3,164,410
3,091,918
3,155,162
3,311,051
3,253,093
2,980,573
3,081,833
5.79
10.45
-3.75
0.60
0.39
2.63
-3.22
1.29
-4.30
-0.79
5.86
-0.94
2.03
3.53
6.02
5.36
4.42
-8.23
-8.60
11.70
13.70
-8.73
-0.50
18.51
-9.97
-1.01
8.86
7.72
-4.76
6.18
11.56
0.15
-20.13
-1.75
13.94
16.50
-20.67
-2.32
-0.87
-7.05
2.64
-2.29
2.05
4.94
-1.75
-8.38
3.40
1.07
1.47
0.01
Sumber: FAO
147
2010
Lampiran 6.9. Negara dengan luas areal tembakau terbesar dunia, 2004 - 2008
No
Negara
Rata-rata
Share
kumulatif
(%)
Share
2004
2005
2006
2007
2008
1 China
1,267,796
1,364,312
1,375,877
1,164,503
1,250,703
1,284,638
40.70
40.70
2 Brazil
462,265
493,761
495,706
459,481
431,378
468,518
14.84
55.54
3 India
369,700
366,500
372,800
370,000
370,000
369,800
11.72
67.26
4 Indonesia
200,973
198,212
168,692
194,517
199,031
192,285
6.09
73.35
5 Malawi
136,012
141,527
136,527
118,551
161,626
138,849
4.40
77.75
6 Argentina
66,000
90,000
90,000
92,000
92,000
86,000
2.72
80.48
7 Pakistan
45,600
50,500
56,360
50,861
51,398
50,944
1.61
82.09
8 Korea, D.P.Rep. of
45,000
46,000
46,000
45,000
45,000
45,400
1.44
83.53
9 Italy
33,760
34,372
36,000
35,000
35,000
34,826
1.10
84.63
10 Bulgaria
47,149
40,869
27,369
29,900
25,276
34,113
1.08
85.71
100.00
11 Lainnya
DUNIA
(%)
480,907
484,998
447,762
420,760
420,421
450,970
14.29
3,155,162
3,311,051
3,253,093
2,980,573
3,081,833
3,156,342
100.00
Sumber : FAO
No
Produksi (Ton)
Negara
2004
2005
2007
2008
Share
(%)
Share
kumulatif
(%)
1 China
2,411,490
2,685,743
2,746,193
2,397,152
2,836,725
2,615,461
46.89
46.89
2 Brazil
921,281
889,426
900,381
908,679
850,421
894,038
16.03
62.92
3 India
549,900
549,100
552,200
520,000
520,000
538,240
9.65
72.57
4 Indonesia
165,108
153,470
146,265
164,851
169,668
159,872
2.87
75.44
5 Argentina
118,000
163,528
165,000
170,000
170,000
157,306
2.82
78.26
6 Malawi
106,187
93,598
121,600
118,000
160,238
119,925
2.15
80.41
7 Italy
82.36
117,882
115,983
110,000
100,000
100,000
108,773
1.95
8 Pakistan
86,200
100,500
112,592
103,240
107,765
102,059
1.83
84.19
9 Greece
133,937
125,904
37,386
30,783
28,000
71,202
1.28
85.46
10 Korea, D.P.Rep.of
11 Lainnya
DUNIA
64,000
65,400
65,000
63,000
63,000
64,080
1.15
86.61
754,232
753,549
728,168
650,465
847,770
746,837
13.39
100.00
5,428,217
5,696,201
5,684,785
5,226,170
5,853,587
5,577,792
100.00
Sumber : FAO
148
2006
Rata-rata
148
2010
Negara
2003
2004
2005
Rata-rata
2006
2007
1 Japan
15,664
16,915
17,400
16,617
16,439
16,607
2 Switzerland
11,204
12,148
12,029
11,746
12,249
11,875
3 Sri Lanka
6,028
6,521
7,586
10,530
11,234
8,380
4 Puerto Rico
8,185
8,696
7,319
8,873
8,510
8,317
5 Nigeria
5,712
6,893
8,571
9,517
10,848
8,308
6 Bhutan
5,214
6,984
8,081
8,243
10,351
7,774
7 Korea, Republic of
5,824
6,067
6,982
8,145
8,365
7,076
8 Lebanon
6,570
6,790
6,891
7,309
7,325
6,977
5,718
5,465
5,624
6,076
6,351
5,847
5,533
6,012
2,309
Sumber : FAO
149
2010
Volume
(000 ton)
Nilai
(000 US$)
1961
376
400,737
1962
368
392,616
1963
454
441,358
1964
477
493,101
1965
455
453,442
1966
433
430,368
1967
494
474,903
1968
480
453,015
1969
512
483,721
1970
500
471,316
1971
543
504,109
1972
654
588,418
1973
740
608,230
1974
1,036
726,255
1975
1,142
679,878
1976
1,205
697,544
1977
1,310
690,943
1978
1,536
740,307
1979
1,662
761,135
1980
1,647
722,869
1981
1,830
794,023
1982
2,019
806,568
1983
1,844
782,515
1984
1,816
833,814
1985
1,662
803,166
1986
1,798
794,938
1987
1,906
821,022
1988
1,941
825,181
1989
1,885
834,940
1990
2,236
911,476
1991
2,699
964,392
1992
2,838
1,025,521
1993
2,488
1,104,820
1994
2,246
1,016,087
1995
2,563
1,059,123
1996
3,316
1,208,970
1997
3,590
1,265,277
1998
3,278
1,214,349
1999
3,288
1,315,805
2000
2,906
1,247,195
2001
2,944
1,420,054
2002
3,115
1,496,834
2003
3,506
1,514,401
2004
4,301
1,724,747
2005
4,682
1,774,814
2006
4,924
1,771,757
2007
5,793
1,921,937
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
1961-2007
6.69
3.69
1961-1997
7.04
3.47
1998-2007
5.40
4.47
Impor
Volume
(000 ton)
150
Volume
ekspor
Volume
impor
401
497
507
544
556
605
648
579
668
600
706
813
910
1,010
1,340
1,471
1,571
1,971
1,951
2,074
2,114
2,332
2,319
2,282
2,391
2,577
2,687
2,342
2,534
2,609
2,861
3,311
2,836
3,049
3,024
3,080
3,239
3,156
3,093
3,173
3,117
3,313
3,412
3,855
3,490
3,645
3,969
355,828
409,713
396,202
421,711
417,557
449,066
485,131
442,005
495,770
435,810
497,909
542,936
556,235
561,857
606,483
608,552
596,046
656,553
629,642
647,206
687,371
677,015
663,536
647,324
663,545
661,047
689,068
646,850
705,316
710,720
742,490
796,639
732,582
796,591
782,977
808,272
811,018
775,637
783,119
864,222
880,864
901,764
892,105
1,033,278
972,032
1,010,205
1,035,999
-2.17
23.22
5.19
-4.68
-4.90
14.12
-2.72
6.51
-2.27
8.66
20.41
13.19
39.92
10.19
5.52
8.72
17.28
8.18
-0.89
11.09
10.32
-8.63
-1.54
-8.50
8.19
5.98
1.86
-2.86
18.57
20.73
5.15
-12.34
-9.72
14.09
29.40
8.27
-8.71
0.31
-11.62
1.29
5.81
12.58
22.67
8.86
5.16
17.65
23.92
2.07
7.32
2.20
8.68
7.24
-10.68
15.32
-10.17
17.63
15.17
12.01
10.96
32.69
9.75
6.79
25.46
-1.01
6.31
1.93
10.30
-0.57
-1.59
4.80
7.74
4.27
-12.82
8.17
2.96
9.67
15.72
-14.34
7.52
-0.82
1.82
5.18
-2.57
-2.00
2.62
-1.79
6.30
2.99
12.96
-9.47
4.45
8.89
5.52
6.43
2.24
2.55
2.51
2.66
6.69
7.04
5.40
5.52
6.43
2.24
Sumber : FAO
150
Pertumbuhan (%)
Nilai
(000 US$)
2010
1989-2008
menunjukkan
kecenderungan
meningkat
dengan
pola
151
2010
luas areal nilam Indonesia rata-rata mencapai 10,76% per tahun. Krisis moneter
yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 ternyata berdampak positif pada
perkembangan luas areal nilam, mengingat minyak nilam merupakan komoditas
ekspor. Jika sebelum tahun 1997 terjadi peningkatan luas nilam sebesar 7,70%
per tahun, maka tahun 1998-2008 luas areal nilam meningkat pesat dengan ratarata peningkatan sebesar 12,98% (Tabel 7.1). Bahkan pada tahun 2002 terjadi
peningkatan luas areal nilam hingga mencapai 139,79% dibandingkan tahun
sebelumnya.
(Ha)
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008*)
PR
PBS
Indonesia
2010
Tabel 7.1. Rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi luas areal dan produksi
nilam di Indonesia
Luas Areal
Tahun
Produksi
PR
PBS
Indonesia
PR
PBS
Indonesia
1989-2008
10,78
-11,23
10,76
4,41
4,41
1989-1997
7,75
-14,17
7,70
6,71
6,71
1998-2008
12,98
-9,09
12,98
2,74
2,74
1989-2008
99,93
0,07
100,00
100,00
0,00
100,00
1989-1997
99,77
0,23
100,00
100,00
0,00
100,00
1998-2008
100,00
0,00
100,00
100,00
0,00
100,00
Pertumbuhan (%)
Kontribusi (%)
produksi
minyak
nilam
Indonesia
serupa
dengan
pola
perkembangan produksi minyak nilam PR. Produksi minyak nilam Indonesia pada
periode tersebut rata-rata meningkat sebesar 4,41% per tahun (Tabel 7.1).
Berbeda dengan perkembangan luas arealnya, pada tahun 1989 - 1997 (sebelum
krisis moneter) produksi minyak nilam Indonesia meningkat sebesar 6,71%, tetapi
setelah krisis moneter peningkatan produksinya melambat menjadi 2,74% per
tahun. Perkembangan produksi minyak nilam di Indonesia secara rinci disajikan
pada Lampiran 7.2.
153
2010
PR
Indonesia
2010
produktivitas
yang
dicapai
sekarang
belum
merupakan
tingkat
155
2010
2007
2008*)
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
156
2010
(US$/Kg)
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
50,00
45,00
40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
70%-90%
kebutuhan
dunia.
Namun
sayang,
maraknya
praktek
157
2010
pencampuran
atau
pemalsuan
dan
rendahnya
teknologi
yang
akhirnya
158
2010
(Ton)
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
Minyak Nilam
2006
2005
2004
2003
2001
2002
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
Daun Nilam
Gambar 7.7. Perkembangan volume ekspor minyak nilam dan daun nilam di
Indonesia, 1989-2006
Selain ekspor, Indonesia juga melakukan kegiatan impor minyak nilam.
Perkembangan impor minyak nilam menunjukkan kecenderungan meningkat.
Tahun 2006 impor minyak nilam Indonesia mencapai 1.479 ton dengan nilai impor
sebesar US$ 5,95 juta.
Berdasarkan nilai ekspor dan nilai impor diperoleh neraca perdagangan
minyak nilam Indonesia, dimana selama tahun 1989-2006 masih menunjukkan
posisi surplus. Surplus neraca perdagangan nilam terbesar terjadi pada tahun
1998 senilai US$ 52,65 juta, dan semakin menurun hingga tahun 2003. Tahun
2004-2006 surplus neraca perdagangan minyak nilam Indonesia naik kembali, dan
pada tahun 2006 surplus neraca perdagangan minyak nilam mencapai US$ 38,03
juta. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan minyak nilam dan
daun nilam Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.6.
159
2010
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan (%)
2008*)
1.490,00
2009
1.651,64
10,85
2010
1.655,21
0,22
2011
1.658,78
0,22
3,76
2010
Tahun
Konsumsi
(Ton)
2009
1.404,63
2010
1.429,41
1,76
2011
1.454,19
1,73
Rata-rata pertumbuhan
(%/Th.)
Pertumbuhan
(%)
1,75
161
2010
Tahun
Produksi
(Ton)
Konsumsi
(Ton)
Surplus/Defisit
(Ton)
2009
1.651,64
1.404,63
247,01
2010
1.655,21
1.429,41
225,80
2011
1.658,78
1.454,19
204,59
162
2010
PR
Tahun
(Ha)
1989
PBN
Pertumb.
(%)
Pertumb.
(%)
(Ha)
8,745
PBS
Total
Pertumb.
(%)
(Ha)
(Ha)
Pertumb.
(%)
8,745
1990
6,494
-25.74
84
1991
11,385
75.32
84
1992
6,618
-41.87
1993
9,060
36.90
1994
9,679
6.83
20.00
1995
10,511
8.60
-33.33
10,515
8.57
1996
10,146
-3.47
0.00
10,150
-3.47
1997
10,695
5.41
0.00
10,699
5.41
1998
10,601
-0.88
0.00
10,605
-0.88
1999
9,052
-14.61
-100.00
9,052
-14.64
2000
12,781
41.20
12,781
41.20
2001
9,010
-29.50
9,010
-29.50
2002
21,605
139.79
21,605
139.79
2003
16,354
-24.30
16,354
-24.30
2004
20,179
23.39
20,179
23.39
2005
20,455
1.37
20,455
1.37
2006
21,716
6.16
21,716
6.16
2007
21,440
-1.27
21,440
-1.27
2008*)
21,761
1.50
21,761
1.50
6,578
-24.78
0.00
11,469
74.35
-100.00
6,618
-42.30
9,065
36.97
9,685
6.84
1989-2008
10.78
-11.23
1989-1997
7.75
-14.17
7.70
1998-2008
12.98
-9.09
12.98
Sumber
10.76
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
163
2010
(Ton)
PBN
Pertumb.
(%)
PBS
Pertumb.
(%)
(Ton)
0
Total
Pertumb.
(%)
(Ton)
-
(Ton)
Pertumb.
(%)
1989
3,312
1990
2,860
-13.65
3,312
2,860
1991
2,762
-3.43
2,762
-3.43
1992
1,062
-61.55
1,062
-61.55
64.03
-13.65
1993
1,742
64.03
1,742
1994
1,829
4.99
1,829
4.99
1995
1,267
-30.73
1,267
-30.73
1996
1,255
-0.95
1,255
-0.95
1997
2,447
94.98
2,447
94.98
1998
2,323
-5.07
2,323
-5.07
1999
1,743
-24.97
1,743
-24.97
-36.55
2000
1,106
-36.55
1,106
2001
1,054
-4.70
1,054
-4.70
2002
1,449
37.48
1,449
37.48
2003
2,382
64.39
2,382
64.39
2004
1,712
-28.13
1,712
-28.13
2005
1,537
-10.22
1,537
-10.22
2006
2,496
62.39
2,496
62.39
2007
1,152
-53.85
1,152
-53.85
2008*)
1,490
29.34
1,490
29.34
0
Rata-rata pertumbuhan (%)
1977-2008
4.41
4.41
1977-1997
6.71
6.71
1998-2008
2.74
2.74
Sumber
164
PR = Perkebunan Rakyat
PBS = Perkebunan Besar Swasta
2010
No.
Provinsi
Produksi (Ton)
2004
2005
2006
2007
2008*)
Rata-rata
Share (%)
Share
kumulatif
(%)
Sumatera Barat
404
396
453
300
318
374
24.46
24.46
Jawa Tengah
234
330
378
292
388
324
21.20
45.66
Bengkulu
584
286
307
235
15.39
61.05
Sumatera Utara
233
178
204
98
116
166
10.84
71.88
Jawa Barat
55
180
193
155
181
153
9.99
81.87
18.13
100.00
Provinsi Lainnya
Indonesia
Sumber
202
1,712
167
1,537
961
2,496
307
487
1,152
1,490
277
1,530
100.00
165
2010
Lampiran 7.4. Perkembangan total konsumsi minyak nilam di Indonesia, 1989 2008
Tahun
Produksi
(Ton)
Ekspor
(Ton)
Total
Konsumsi
(Ton)
Impor
(Ton)
Pertumb.
(%)
1989
3,312
685
2627
1990
2,860
873
1987
-24.36
1991
2,762
765
1997
0.50
1992
1,062
772
290
-85.48
1993
1,742
1,166
576
98.62
1994
1,829
1,268
561
-2.60
1995
1,267
1,111
156
-72.19
1996
1,255
1,067
188
20.51
1997
2,447
766
1681
794.15
1998
2,323
1,356
24
991
-41.05
1999
1,743
1,592
155
-84.36
2000
1,106
1,052
62
-60.00
2001
1,054
1,189
-100.00
2002
1,449
1,295
161
2003
2,382
1,127
1257
680.75
2004
1,712
2,074
1,112
750
-40.33
2005
1,537
2,679
477
-100.00
2006
2,496
2,832
1,479
1143
2007
1,152
1152
0.79
2008*)
1,490
1490
29.34
166
59.66
2010
Tahun
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Volume Ekspor
(Ton)
Nilai Ekspor
(US$ 000)
Harga Ekspor
(US$/Kg)
685
11,662
873
13,262
765
9,407
772
12,839
1,166
20,691
1,268
22,671
1,111
15,027
1,067
15,707
766
33,073
1,356
53,177
1,592
22,869
1,052
16,239
1,189
20,571
1,295
22,526
1,127
19,165
2,074
27,137
2,679
43,894
2,832
43,984
Rata-rata pertumbuhan (%)
17.02
15.19
12.30
16.63
17.75
17.88
13.53
14.72
43.18
39.22
14.36
15.44
17.30
17.39
17.01
13.08
16.38
15.53
1989-2006
1989-1997
1998-2006
Pertumbuhan
(%)
-10.77
-19.05
35.25
6.70
0.76
-24.35
8.84
193.30
-9.17
-63.37
7.46
12.08
0.54
-2.24
-23.06
25.22
-5.21
7.82
23.83
-6.42
167
2010
EKSPOR
Tahun
Minyak Nilam
IMPOR
Daun Nilam
Minyak Nilam
NERACA PERDAGANGAN
Daun Nilam
Minyak Nilam
Daun Nilam
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
Volume
Nilai
(Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000)
1989
685
11,662
685
11,662
1990
873
13,262
873
13,262
1991
765
9,407
765
9,407
1992
772
12,839
772
12,839
1993
1,166
20,691
1,166
20,691
1994
1,268
22,671
1,268
22,671
1995
1,111
15,027
1,111
15,027
1996
1,067
15,707
15
1997
766
33,073
1998
1,356
53,177
1999
1,592
2000
1,052
2001
1,189
15
1,067
15,707
766
33,073
1,439
53,226
24
524
1,332
52,653
1,439
53,226
22,869
106
160
118
1,588
22,751
106
160
16,239
122
89
123
1,044
16,116
122
89
20,571
97
52
112
1,182
20,459
97
52
63
2002
1,295
22,526
157
115
91
26
52
1,288
22,435
131
2003
1,127
19,165
149
99
36
1,125
19,129
149
99
2004
2,074
27,137
32
34
1,112
3,814
962
23,323
32
34
2005
2,679
43,894
477
2,654
2,202
41,240
2006
2,832
43,984
1,479
5,954
1,353
38,030
168
2010
produksi gula sebesar 3,08 juta ton dan 2012 sebesar 3,1 juta ton.
Kebutuhan gula oleh rumah tangga pada tahun 2010 diperkirakan
sebesar 2,1 juta ton dan tahun 2012 sebesar 2,3 juta ton. Dengan demikian
permintaan oleh rumah tangga masih bias dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Namun berdasarkan data ketersediaan untuk industri yang diperoleh dari
ketersediaan total dikurangi konsumsi rumah tangga diperoleh informasi bahwa
rata-rata kebutuhan industri setiap tahunnya berkisar antara 1,6 1,7 juta ton.
Dengan demikian maka untuk tiga tahun mendatang diperkirakan Indonesia masih
membutuhkan impor gula sekitar 700 800 ribu ton per tahun. Namun demikian,
keragaan ekspor impor gula tidak lepas dari kebijakan pemerintah.
169
2010
2010
rakyat (PR) sebesar 42,14% dan sisanya merupakan perkebunan besar swasta
(PBS). Tetapi setelah periode tersebut, PR yang justru lebih mendominasi, diikuti
PBN dan PBS. Bahkan pada dekade terakhir, perkebunan besar negara ada
dibawah kontribusi perkebunan besar swasta (Lampiran 8.1).
Pada periode 1980-1989, luas areal PR mampu menyusul dominasi PBN
dengan memberikan kontribusi sebesar 73,81%, sedangkan PBN dan PBS
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 20,60% dan 5,59%. Pada dekade
berikutnya yakni tahun 1990-1999 luas areal tebu PR sebesar 63,94% dari
perkebunan tebu nasional, PBN sebesar 23,14% dan PBS naik menjadi 12,15%.
Perkembangan luas areal tebu secara umum untuk setiap status
pengusahaan pada periode 1969-2009 cenderung mengalami peningkatan.
Peningkatan rata-rata tertinggi terjadi pada PBS yaitu sebesar 14,32%.
Selanjutnya diikuti PR dan PBN masing-masing sebesar 5,72% dan 3,30%.
Peningkatan luas areal PBS yang cukup tinggi mampu meningkatkan kontribusi
luas areal tebu pada tahun 1998. Sementara itu luas areal tebu pada PBN sejak
tahun 1991 sudah tidak banyak mengalami peningkatan. Bahkan sejak tahun 2004
sudah berada dibawah luas areal PBS.
171
2010
172
2010
Tahun
Produktivitas (Ton/Ha)
PR
PBN
PBS
Pertumbuhan (%)
Total
PR
PBN
PBS
Total
1969-1979
3,57
8,68
9,72
6,38
1,55
-6,82
63,47
-5,21
1980-1989
5,38
4,72
5,21
5,12
7,36
11,65
9,36
6,35
1990-1999
5,45
4,09
6,04
5,20
-3,64
-0,17
12,13
-1,98
2000-2009*)
5,41
4,46
7,00
5,61
3,91
6,08
5,16
4,19
1969-2009*)
4,94
5,58
7,08
5,62
2,30
2,69
22,53
0,84
173
2010
174
2010
Tahun
Produksi (Ton)
PR
PBN
PBS
Total
1969-1979
304,494
750,844
97,590
1,152,955
1980-1989
1,377,562
293,345
103,937
1,774,844
1990-1999
1,378,883
382,978
317,178
2,079,039
2000-2009*)
1,145,673
360,607
638,264
2,154,514
1969-2009*)
1,033,429
454,356
284,568
1,774,792
175
2010
Sumatera
Utara,
Sulawesi
Selatan
dan
Sumatera
Selatan
hanya
176
2010
177
2010
peningkatan menjadi 2,15 juta ton dan tahun berikutnya sampai dengan tahun
2009 masih berkisar pada jumlah tersebut. Konsumsi gula tersebut di atas adalah
konsumsi gula langsung oleh rumah tangga, sementara kebutuhan gula oleh
industri belum dihitung. Grafik perkembangan konsumsi gula oleh rumah tangga
disajikan pada Gambar 8.9.
2010
inilah yang mengakibatkan harga gula di dalam negeri pada saat itu meningkat
pesat.
179
2010
Masa surplus volume ekspor impor gula di Indonesia terjadi antara tahun
1969 1975 dan 1983 1994. Untuk periode lainnya, Indonesia selalu mengalami
defisit volume ekspor-impor. Bahkan pada tahun 1996 2007 defisit neraca
perdagangan gula Indonesia semakin besar dengan semakin banyaknya gula impor
di pasaran domestik. Melalui kebijakan pembatasan impor gula, pada tahun 2008
impor gula sudah mulai berkurang. Kebijakan pemerintah dengan memperketat
impor gula mampu mengurangi impor gula nasional. Namun seiring dengan
berkurangnya stok gula pada awal tahun maka dikeluarkan kebijakan penurunan
bea masuk gula melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 150/PMK.011/2009 pada
tanggal 24 September 2009 yang bertujuan meningkatkan volume impor sehingga
pada tahun 2009, impor gula kembali mengalami peningkatan (Purna, Ibnu et all.
2009).
Neraca perdagangan komoditas gula Indonesia (dalam bentuk molase
dan hablur) dari tahun ke tahun sejak 1969 hingga 2009 terus mengalami defisit
dengan pola berfluktuasi. Defisit neraca perdagangan tertinggi terjadi pada
tahun 2007 hingga mencapai US$ 999,62 juta. Pada tahun 2008 melalui kebijakan
pemerintah terhadap impor gula, maka defisit neraca perdagangan gula sudah
mampu ditekan. Namun pada tahun 2009, defisit perdagangan kembali melebar
setelah dikeluarkannya penurunan bea masuk untuk impor gula (Lampiran 8.5).
180
2010
mencapai angka 18,57 juta ha. Luas areal tertinggi pada kurun waktu tersebut
terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 24,37 juta ha (Lampiran 8.6).
181
2010
Perkembangan produksi tebu dunia dari tahun 1970 hingga 2008 terus
mengalami peningkatan, walaupun ada beberapa penurunan tetapi tidak ada
penurunan produksi yang signifikan (Gambar 7.14). Rata-rata pertumbuhan
produksi selama periode tersebut adalah sebesar 2,91%. Menurut data dari FAO,
produksi tebu dunia pada tahun 2005 mencapai 1,74 milyar ton (dalam bentuk
tebu). Peningkatan produksi tebu dunia yang cukup tinggi terjadi pada tahun
2007 yaitu sebesar 14,71% (Lampiran 8.6).
182
2010
Gambar 8.15. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004 2008
Berdasarkan data produksi tebu rata-rata selama 5 tahun terakhir (20042008),
produksi mencapai 502,84 juta ton (dalam bentuk tebu) atau sebesar 33,76% dari
produksi dunia. Urutan kedua ditempati oleh India dengan produksi tebu
mencapai 291,17 juta ton (19,55%). China menempati urutan ke-3 dengan ratarata produksi tebu 5 tahun terakhir sebesar 102,12 juta ton (6,86%). Urutan
keempat dan kelima ditempati oleh Thailand dan Pakistan. Sementara itu
Indonesia berada pada urutan ke-10 dunia dengan produksi tebu 27,31 juta ton.
Produksi tebu di beberapa negara di dunia secara rinci disajikan pada Lampiran
8.8.
183
2010
8.6.
keputusan produsen terhadap mekanisme pasar dan pengaruh faktor non pasar,
yang dalam hal ini direpresentasikan oleh produksi. Sedangkan perilaku
penawaran komoditas pertanian dicerminkan oleh pengaruh harga pasar dan
kekuatan non harga (teknologi, kondisi krisis, dan sebagainya) terhadap
keputusan petani dalam memproduksi komoditas yang dihasilkan (Syafaat et al,
2005).
Hasil estimasi perilaku penawaran gula dengan menggunakan data time
series menunjukkan bahwa produksi gula dipengaruhi oleh peubah-peubah luas
areal tanam, harga gula dalam negeri dan harga gula ekspor periode sebelumnya
dengan koefisien determinasi (R2) = 0,782 (Tabel 8.4). Ini berarti bahwa 78,2%
variasi areal tanam tebu dapat dijelaskan oleh variasi peubah-peubah yang
digunakan dalam model.
Tabel 8.3. Hasil proyeksi fungsi penawaran gula di Indonesia
Peubah
Koefisien
P Value
6,214
0,001
142,11
0,000
333,4
0,033
-999.718
0,100
Intercept
R2
0,782
Berdasarkan hasil analisis fungsi tersebut, produksi gula pada tahun 2010
diproyeksikan akan meningkat menjadi 3,08 juta ton dan menjadi 3,10 juta ton
pada tahun 2012. Rata-rata peningkatan produksi gula nasional diperkirakan
hanya sebesar 2,96%. Proyeksi produksi gula nasional disajikan pada Tabel 8.4.
184
2010
Produksi (ton)
2010
3.080.704
2011
3.021.158
2012
3.102.584
Pertumbuhan (%)
2,96
Koefisien
P Value
Tahun
37.226
0,000
Intercept
0,9621
0,000
R2
0,932
185
2010
2010
2.182.199
2011
2.219.425
2012
2.256.651
Pertumbuhan (%/tahun)
1,75
186
2010
Penawaran
Permintaan
Suplus/Defisit
2010
3.080.704
2.182.199
898.505
2011
3.021.158
2.219.425
801.733
2012
3.102.584
2.256.651
845.933
187
2010
PR
48.826
45.067
48.569
71.667
69.541
71.962
72.964
92.040
118.453
102.213
191.859
259.874
290.470
303.228
315.649
236.810
225.787
238.509
241.169
254.669
249.933
259.877
255.934
262.092
280.504
276.581
263.157
304.047
218.201
195.048
176.733
171.279
178.887
196.509
172.015
184.283
211.479
213.876
249.487
252.783
255.313
Total
123.036
121.715
126.384
148.710
169.509
176.775
179.828
208.902
234.492
248.101
343.496
316.063
346.188
363.320
384.373
342.008
340.229
325.703
334.910
365.529
357.752
363.968
386.304
404.062
425.653
428.736
436.037
446.533
386.878
377.089
342.211
340.660
344.441
350.722
335.725
344.793
381.786
396.441
427.799
436.505
443.832
PR
-7,70
7,77
47,56
-2,97
3,48
1,39
26,14
28,70
-13,71
87,71
35,45
11,77
4,39
4,10
-24,98
-4,65
5,63
1,12
5,60
-1,86
3,98
-1,52
2,41
7,03
-1,40
-4,85
15,54
-28,23
-10,61
-9,39
-3,09
4,44
9,85
-12,46
7,13
14,76
1,13
16,65
1,32
1,00
Pertumbuhan (%)
PBN
PBS
Total
3,43
1,90
7,48 -57,34
-14,71 340,61
33,99
9,37
5,39
1,62
-1,22 21,41
7,39 19,14
4,25 -22,95
21,86 49,22
3,85
4,37
-70,16 -27,31
-2,41
2,35
17,21 -10,25
14,19 14,80
74,09
0,29
11,11
-1,36
-27,25
-6,90
9,77
-1,13
21,66
3,75
-16,23 64,62
-7,92
7,88
35,61
2,76
9,60
6,88
-1,36 12,82
3,15
9,58
11,52 18,24
-34,03 19,92
7,34 -15,23
-2,37 84,68
-1,16 -15,76
-21,89 26,24
36,73 -26,02
-8,79
-4,66
9,10
2,99
-10,37
7,65
2,78
9,26
8,51
6,02
-6,39
1,38
0,69
5,01
-2,62
6,85
-1,07
3,84
17,67
13,99
4,29
1,73
16,17
12,25
5,80
38,45
-7,99
9,53
4,95
5,79
-11,02
-0,52
-4,27
2,83
9,14
-2,13
1,74
6,14
4,60
5,34
0,72
1,70
2,41
-13,36
-2,53
-9,25
-0,45
1,11
1,82
-4,28
2,70
10,73
3,84
7,91
2,04
1,68
2010
Produksi (ton)
PR
205.500
195.846
218.700
213.933
203.659
249.647
221.226
266.728
353.385
484.914
735.894
893.120
913.677
1.373.009
1.240.500
1.397.350
1.450.184
1.567.552
1.743.677
1.575.083
1.621.468
1.609.041
1.612.240
1.652.685
1.684.614
1.673.246
1.350.476
1.512.131
1.196.409
759.094
738.893
790.573
813.538
967.160
839.028
1.028.681
1.193.653
1.226.845
1.514.529
1.536.209
1.546.511
PBN
630.000
602.700
707.586
756.195
693.089
857.566
877.703
899.715
923.829
940.972
369.926
273.355
200.436
182.041
290.597
329.713
343.035
346.130
322.758
339.541
305.847
306.263
450.561
475.804
393.720
509.047
422.300
316.660
365.313
305.332
284.782
234.288
210.949
297.985
370.476
383.892
423.421
453.234
424.692
396.186
410.948
PBS
72.100
73.900
122.239
130.449
18.121
127.213
142.727
151.931
83.159
71.082
80.570
93.475
116.007
71.752
88.441
83.310
105.590
100.892
109.439
89.427
181.033
204.281
189.866
177.995
251.477
271.588
286.800
265.404
630.264
423.843
470.258
665.143
600.980
490.509
422.414
639.071
624.668
626.948
684.565
736.033
892.310
Pertumbuhan (%)
Total
907.600
872.446
1.048.525
1.100.577
914.869
1.234.726
1.241.656
1.318.374
1.360.373
1.496.968
1.186.390
1.259.950
1.230.120
1.626.802
1.619.538
1.810.373
1.898.809
2.014.574
2.175.874
2.004.051
2.108.348
2.119.585
2.252.667
2.306.484
2.329.811
2.453.881
2.059.576
2.094.195
2.191.986
1.488.269
1.493.933
1.690.004
1.725.467
1.755.354
1.631.918
2.051.645
2.241.742
2.307.027
2.623.786
2.668.428
2.849.769
PR
-4,70
11,67
-2,18
-4,80
22,58
-11,38
20,57
32,49
37,22
51,76
21,37
2,30
50,27
-9,65
12,64
3,78
8,09
11,24
-9,67
2,94
-0,77
0,20
2,51
1,93
-0,67
-19,29
11,97
-20,88
-36,55
-2,66
6,99
2,90
18,88
-13,25
22,60
16,04
2,78
23,45
1,43
0,67
PBN
PBS
-4,33
2,50
17,40 65,41
6,87
6,72
-8,35 -86,11
23,73 602,02
2,35 12,20
2,51
6,45
2,68 -45,27
1,86 -14,52
-60,69 13,35
-26,11 16,02
-26,68 24,10
-9,18 -38,15
59,63 23,26
13,46
-5,80
4,04 26,74
0,90
-4,45
-6,75
8,47
5,20 -18,29
-9,92 102,44
0,14 12,84
47,12
-7,06
5,60
-6,25
-17,25 41,28
29,29
8,00
-17,04
5,60
-25,02
-7,46
15,36 137,47
-16,42 -32,75
-6,73 10,95
-17,73 41,44
-9,96
-9,65
41,26 -18,38
24,33 -13,88
3,62 51,29
10,30
-2,25
7,04
0,36
-6,30
9,19
-6,71
7,52
3,73 21,23
Total
-3,87
20,18
4,96
-16,87
34,96
0,56
6,18
3,19
10,04
-20,75
6,20
-2,37
32,25
-0,45
11,78
4,88
6,10
8,01
-7,90
5,20
0,53
6,28
2,39
1,01
5,33
-16,07
1,68
4,67
-32,10
0,38
13,12
2,10
1,73
-7,03
25,72
9,27
2,91
13,73
1,70
6,80
189
2010
Produktivitas
PR
PBN
4,21
9,36
4,35
8,66
4,50
9,46
2,99
11,85
2,93
8,11
3,47
9,52
3,03
9,86
2,90
9,41
2,98
9,27
4,74
7,75
3,84
2,93
3,44
7,26
3,15
5,46
4,53
4,23
3,93
5,91
5,90
3,85
6,42
3,61
6,57
5,00
7,23
4,25
6,18
3,68
6,49
3,95
6,19
4,30
6,30
4,66
6,31
4,49
6,01
3,77
6,05
4,72
5,13
3,51
4,97
3,99
5,48
4,29
3,89
3,68
4,18
3,47
4,62
3,65
4,55
2,41
4,92
3,73
4,88
4,25
5,58
4,91
5,64
5,27
5,74
5,20
6,07
5,20
6,08
4,82
6,06
5,13
(Ton/Ha)
PBS
Total
10,43
7,38
10,50
7,17
40,69
8,30
9,86
7,40
1,25
5,40
8,65
6,98
7,99
6,90
7,14
6,31
5,07
5,80
2,91
6,03
3,16
3,45
5,04
3,99
6,11
3,55
4,21
4,48
4,52
4,21
4,24
5,29
5,45
5,58
5,60
6,19
6,14
6,50
4,84
5,48
5,95
5,89
6,22
5,82
5,63
5,83
4,94
5,71
6,18
5,47
6,09
5,72
5,44
4,72
4,20
4,69
11,76
5,67
4,28
3,95
5,64
4,37
6,32
4,96
7,72
5,01
6,61
5,00
5,52
4,86
7,76
5,95
6,95
5,87
6,58
5,82
7,08
6,13
7,25
6,11
8,23
6,42
Pertumbuhan (%)
Produksi (ton)
PR
PBN
PBS
3,25
-7,50
0,59
3,62
9,24 287,70
-33,71
25,30 -75,78
-1,89 -31,59 -87,30
18,46
17,40 590,81
-12,60
3,61
-7,59
-4,42
-4,55 -10,65
2,95
-1,50 -28,96
59,02 -16,41 -42,72
-19,15 -62,15
8,60
-10,40 147,64
59,61
-8,47 -24,86
21,26
43,95 -22,52 -31,09
-13,21
39,79
7,37
50,15 -34,83
-6,08
8,85
-6,37
28,48
2,33
38,70
2,64
10,01 -15,05
9,71
-14,46 -13,53 -21,24
4,90
7,53
22,97
-4,56
8,75
4,60
1,74
8,48
-9,55
0,10
-3,65 -12,28
-4,76 -16,11
25,23
0,73
25,34
-1,44
-15,17 -25,61 -10,69
-3,09
13,67 -22,83
10,25
7,48 180,13
-29,02 -14,39 -63,59
7,43
-5,64
31,71
10,40
5,32
12,04
-1,47 -34,15
22,13
8,22
54,88 -14,39
-0,90
13,96 -16,38
14,44
15,61
40,54
1,11
7,31 -10,54
1,63
-1,36
-5,33
5,83
0,10
7,70
0,11
-7,36
2,39
-0,33
6,52
13,46
Total
-2,83
15,74
-10,79
-27,07
29,41
-1,15
-8,60
-8,07
4,00
-42,76
15,42
-10,86
26,01
-5,90
25,63
5,43
10,83
5,04
-15,61
7,49
-1,18
0,13
-2,11
-4,11
4,57
-17,47
-0,71
20,81
-30,34
10,61
13,64
0,98
-0,09
-2,88
22,41
-1,32
-0,89
5,39
-0,33
5,03
2010
No.
Provinsi
Produksi (Ton)
Share
kumulatif
(%)
2007
2008
2009*)
2010**)
Rata-rata
1 Jawa Timur
833,291
1,137,690
1,124,414
1,125,731
1,125,797
1,069,385
72.57
2 Jawa Tengah
252,568
243,633
255,873
246,365
246,518
248,991
16.90
89.46
67,629
37,400
72,738
80,291
80,765
67,765
4.60
94.06
3 Lampung
2006
Share
(%)
72.57
4 Jawa Barat
56,816
61,035
56,768
56,645
59,702
58,193
3.95
98.01
5 DI Yogyakarta
13,423
15,785
15,648
26,756
26,857
19,694
1.34
99.35
2,129
2,764
5,901
5,944
5,963
4,540
0.31
99.65
3,462
1,793
2,154
5,682
3,273
0.22
99.88
100.00
6 Sumatera Utara
7 Sulawesi Selatan
8 Sumatera Selatan
Indonesia
989
563
2,286
2,625
2,631
1,819
0.12
1,226,845
1,502,332
1,535,421
1,546,511
1,553,915
1,473,659
100.00
191
2010
TAHUN
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*)
Ekspor
Volume
Nilai
(Ton)
(000 US$)
166.457
2.367
134.551
2.257
279.005
4.114
255.915
4.608
211.725
8.005
194.655
10.970
176.908
9.032
169.084
6.384
67.135
2.197
203.780
8.734
239.896
16.221
224.010
22.906
255.873
20.375
459.654
13.922
619.384
23.045
690.528
26.912
577.002
22.341
714.712
39.759
737.512
36.817
521.415
27.203
447.490
19.819
622.645
32.992
386.391
22.495
555.133
48.863
789.025
33.240
799.439
46.346
453.906
48.284
185.501
18.028
337.421
25.493
173.787
9.673
195.979
8.070
136.753
5.926
94.572
6.288
125.137
8.089
81.659
4.613
195.571
11.396
228.669
19.914
554.728
50.391
526.685
48.649
947.402
73.199
599.690
80.902
Volume
(Ton)
Impor
0
0
0
6.123
49.140
112.919
96.809
207.828
226.828
433.055
295.081
400.920
721.019
687.179
168.095
2.917
4.407
79.932
129.838
130.331
325.930
280.978
73.986
294.226
181.334
21.207
578.519
1.286.080
673.899
950.141
1.583.957
1.677.611
1.469.244
1.113.777
1.079.592
1.181.397
2.033.348
1.452.956
3.027.423
1.044.000
1.660.200
Nilai
(000 US$)
0
0
0
1.238
8.032
25.110
34.068
110.611
106.324
284.487
130.139
163.216
705.609
420.682
133.279
2.337
3.330
16.405
25.683
35.087
112.241
123.350
26.677
98.935
54.177
6.350
251.710
487.008
242.464
319.994
358.820
290.099
254.217
216.341
223.778
269.490
593.301
544.431
1.048.269
363.504
689.275
Neraca
Nilai
(000 US$)
2.367
2.257
4.114
3.370
-27
-14.140
-25.036
-104.227
-104.127
-275.753
-113.918
-140.310
-685.234
-406.760
-110.234
24.575
19.011
23.354
11.134
-7.884
-92.422
-90.358
-4.182
-50.072
-20.937
39.996
-203.426
-468.980
-216.971
-310.321
-350.750
-284.173
-247.929
-208.252
-219.165
-258.094
-573.387
-494.040
-999.620
-290.305
-608.373
2010
Lampiran 8.6. Perkembangan luas areal, produktivitas dan produksi tebu dunia,
1970-2008
Tahun
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Luas Panen
(Ha)
11.113.307
11.055.376
10.871.074
11.149.211
11.932.313
12.198.454
12.575.275
13.029.277
13.690.038
13.733.150
13.284.827
13.686.584
15.055.213
15.380.802
15.635.479
15.947.852
15.826.297
16.310.476
16.390.040
16.535.904
17.079.401
17.783.308
18.151.894
17.292.800
17.591.927
18.577.716
19.417.500
19.294.527
19.317.787
19.204.979
19.514.391
19.735.176
20.489.056
20.779.879
20.371.568
19.997.110
20.870.596
23.020.459
24.375.413
Produktivitas
(Kg/Ha)
54,76
52,65
52,35
53,84
54,35
53,76
54,65
56,40
56,57
56,09
55,29
58,42
60,25
58,75
59,47
58,52
59,06
60,72
60,58
61,56
61,65
61,26
61,50
59,58
61,94
63,10
62,98
64,86
66,03
66,73
64,27
64,03
64,98
66,20
65,69
65,97
67,98
70,70
71,51
Produksi
(Ton)
608.616.105
582.105.426
569.105.570
600.227.145
648.516.497
655.815.792
687.207.538
734.858.286
774.416.858
770.245.178
734.489.200
799.604.214
907.067.880
903.684.353
929.768.246
933.213.589
934.719.186
990.319.251
992.982.513
1.017.998.783
1.052.997.497
1.089.330.376
1.116.324.081
1.030.379.898
1.089.642.360
1.172.261.485
1.222.851.749
1.251.521.695
1.275.519.840
1.281.577.252
1.254.146.685
1.263.573.678
1.331.460.081
1.375.572.761
1.338.138.099
1.319.136.603
1.418.744.891
1.627.450.797
1.743.092.995
Sumber : FAO
Pusat Data dan Informasi Pertanian
193
2010
Lampiran 8.7. Negara dengan luas areal tebu terbesar di dunia, 2004-2008
No
Negara
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
Brazil
5,631,741
5,805,518
6,355,498
7,080,920
8,141,135
6,602,962
India
3,938,400
3,661,500
4,201,100
5,150,000
5,055,200
4,401,240
China
1,393,089
1,365,777
1,388,980
1,596,643
1,708,520
1,490,602
Pakistan
1,074,500
966,400
907,300
1,029,000
1,241,300
1,043,700
Thailand
1,111,166
1,067,244
965,333
1,010,287
1,054,439
1,041,694
Meksiko
651,911
669,781
679,936
690,441
669,231
672,260
Kuba
661,000
517,200
397,100
329,500
380,300
457,020
Afrika Selatan
425,000
428,000
420,000
420,000
425,000
423,600
Australia
447,644
433,953
415,000
420,000
390,000
421,319
10
Kolombia
399,509
406,060
410,060
410,201
383,388
401,844
11
Indonesia
344,793
382,083
396,441
404,653
415,578
388,710
12
Philipina
388,627
368,944
392,280
382,956
397,991
386,160
13
Amerika Serikat
379,680
373,080
367,780
357,539
374,200
370,456
14
Argentina
281,886
284,639
315,000
355,000
355,000
318,305
15
Vietnam
286,100
266,300
288,100
293,400
271,100
281,000
16
Guatemala
226,000
271,554
233,334
287,000
287,000
260,978
20,371,568
19,997,110
20,870,596
23,020,459
24,375,413
21,727,029
Total
Sumber : FAO
Negara
Produksi (Ton)
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
1 Brazil
415,205,835
422,956,646
477,410,656
549,707,328
648,921,280
502,840,349
2 India
233,861,800
237,088,400
281,171,800
355,519,700
348,187,900
291,165,920
3 China
91,044,422
87,578,212
93,306,257
113,731,917
124,917,502
102,115,662
4 Thailand
64,995,741
49,586,360
47,658,097
64,365,482
73,501,610
60,021,458
5 Pakistan
53,820,000
47,244,100
44,665,500
54,741,600
63,920,000
52,878,240
6 Meksiko
48,662,244
51,645,544
50,675,820
52,089,356
51,106,900
50,835,973
7 Kolombia
40,000,000
39,849,240
38,450,000
38,500,000
38,500,000
39,059,848
8 Australia
36,993,454
37,822,192
37,128,000
36,397,000
33,973,000
36,462,729
9 Philipina
33,500,000
31,400,000
31,550,000
32,500,000
26,601,400
31,110,280
10 Indonesia
26,750,000
29,300,000
29,200,000
25,300,000
26,000,000
27,310,000
11 Amerika Serikat
26,320,160
24,136,570
27,033,200
27,750,600
27,603,000
26,568,706
12 Argentina
20,950,000
24,400,000
26,450,000
29,950,000
29,950,000
26,340,000
13 Guatemala
20,000,000
23,454,030
18,721,415
25,436,764
25,436,764
22,609,795
14 Afrika Selatan
19,094,760
21,265,000
20,275,430
20,300,000
20,500,000
20,287,038
15 Mesir
16,230,438
16,317,320
16,656,330
17,014,272
16,469,947
16,537,661
190,711,249
175,094,994
178,394,392
184,148,785
187,505,700
183,169,018
1,338,140,103
1,319,138,608
1,418,746,897
1,627,452,804
1,743,095,003
1,489,312,677
16 Lainnya
Total
Sumber : FAO
194
2010
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Nita.
2007.
Minyak
Nilam
Sebagai
Bahan
http://ikm.depperin.go.id/Publikasi [terhubung berkala].
Parfum.
Purna, Ibnu et all. 2009. Kebijakan HPP Beras dan Penurunan Bea Masuk Impor
Gula.
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=
view&id=4082&Itemid=29 [terhubung berkala].
Suprapto H. dan Elly SR. 2010. Harga Minyak Atsiri
http://bisnis.vivanews.com/news [terhubung berkala].
Naik
100%.
195