Anda di halaman 1dari 111

KISI-KISI SOAL PENDIDIKAN PANCASILA

1. Sebelum dirumuskan oleh para founding fathers dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar negara sebenarnya secara historis, kultural, filosofis dan religius nilai-nilai Pancasila sudah termanifestasikan dalam sikap dan prilaku bangsa Indonesia. Buktikan disertai contohnya statemen di atas! 2. Narotama adalah sebuah universitas yang secara tegas dan jelas beradagium: ProPatria. a. Jelaskan apa yang di maksud dengan Pro Patria itu?. b. Apa yang menjadikan mind set Universitas Narotama menggunakan adagium itu?. Jelaskan serta beri buktinya!. c. Strategi apa yang harus dilakukan oleh seluruh elemen dan komponen bangsa untuk menggali, menumbuhkan dan melestarikan nilai-nilai nasionalisme?. Sebutkan serta beri contohnya!. d. Kendala-kendala apakah yang dihadapi untuk melaksanakan poin c. Sebutkan!. 3. Landasan Pendidikan Pancasila adalah Tap MPRS No : XX tahun 1966, yang menyatakan Pancasila sebagai Sumber Hukum. a. Jelaskan apa yang dimaksud Pancasila sebagai sumber hukum, serta beri contoh secukupnya!. b. Jelaskan apa yang dimaksud sumber hukum itu!. 4. Mengapa Sidang BPUPKI yang I tanggal 29 mei -1 Juni 1945 hanya mengagendakan Rumusan Calon Dasar Negara Indonesia Merdeka?. Jelaskan serta beri contoh secukupnya! 5. Mengapa dalam sidang tersebut Mr. Soepomo mengemukakan tentang Teori/Bentuk Negara?. Jelaskan serta beri contoh secukupnya!. 6. Dari Teori/Bentuk Negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo, manakah yang sesuai dan tepat untuk Indonesia?, sebutkan alasan-alasannya!. 7. Bagaimana eksistensi dominasi mayoritas dan tirani minoritas di dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia yang berbentuk kesatuan. Jelaskan pernyataan di atas, serta masing-masing berilah contohnya!. 8. Dari sejak pengesahan UUD 45 hingga amandemen yang ke 4 Pasal 1 Aturan Peralihan tetap diberlakukan. a. Sebutkan alasan-alasannya mengapa pasal itu tetap diberlakukan!. b. Butikan bahwa Pasal itu masih tetap berlaku!. c. Bagaimana solusinya jika dalam aplikasinya aturan itu sudah tidak sesuai/tidak bisa diterapkan lagi?.Jelaskan, serta beri contoh secukupnya!. 9. Sifat toleransi, egaliter, pluralistik dan kebhinnekaan telah diteladani oleh para raja, founding fahters dan tokoh nasional. Tokoh-tokoh yang manakah itu?, Sebut serta jelaskan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para tokoh !.

10. Sejak tanggal 18 Agustus Indonesia telah sah menjadi sebuah negara dengan berbentuk Negara Kebangsaan/Bangsa (Nation State) dan Republik. a. Jelaskan apa yang dimaksud negara kebangsaan/bangsa dan republik itu?. b. Sebutkan alasannya tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah sah menjadi sebuah negara!. 11. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: - Politik bebas aktif (pra dan pasca perang dingin) - Aplikasi demokrasi langsung dan tidak langsung - Kultuur Stelsel (oleh siapa, alasan dan tujuannya) - Pengertian dan alasan penerapan Trias politica b. Jelaskan bagaimana nasib kerajaan-kerajaan yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, setelah Indonesia menjadi NKRI!. 12. Pada era Or-Ba hingga kini masih diperdebatkan tentang lahirnya Pancasila, 1juni, 22 Juni atau tanggal 18 Agustus 1945. Bagaimana solusi yang terbaik yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah ?. Jelaskan serta beri contoh seckupnya!. 13. a. Sebutkan alasan-alsannya mengapa Dekrit Presiden 5 Juli 1959 harus dilakukan oleh Soekarno!! b. Berapa kali Dekrit Presiden terjadi di Indonesia?, oleh siapa? dan bagaimana hasilnya (kalau berhasil/tidak berhasil karena apa?). Jelaskan!. c. Dasar hukum yang manakah yang digunakan dalam runutan Dekrit Presiden?. Sebut dan jelaskan serta berilah contoh secukupnya!. 14. a. Sebut dan jelaskan alasan UUD 45 diamandemen! b. Sebutkan dasar hukum yang digunakan sebagai acuan amandemen UUD 45!. c. Sebut dan elaskan alasanya mengapa yang diamandemen hanya pasal dan ayatnya saja, tidak meliputi Pembukaan UUD 45!. 15. Salah satu ciri/sarat negara hukum (reschtaad) adalah adanya law inforcement. - Mengapa demikian?. Jelaskan serta beri contoh secukupnya!. - Salah satu ciri Sistem Hukum Sipil (Civil Law System/CLS) adalah adanya kepastian hukum (principle of security) . Jelaskan pengertian CLS dan kepastian hukum, serta masing-masing berilah contohnya!. 16. Ada tiga pola dan tujuan perjuangan bangsa Indonesia pra kemerdekaan untuk melawan penjajahan kolonial. Sebut dan jelaskan satatement di atas, serta masing-masing berilah contohnya!. 17. Apa makna Kebangkitan Nasioanal dan Sumpah Pemuda bagi bangsa Indonesia sebelum merdeka, sesudah merdeka dan sampai sekarang?. 18. Jelaskan mengapa Ketua MPR mereview kembali tentang konsensus nasioanal 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, yakni: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika?. 19. Ada diskursus untuk menerapkan kembali P 4. Bagaiman statement anda, disertai alasan-alasannya?. ------------------------------- Good Luck, God Bless You ---------------------------------2

TUGAS PEMBUATAN PAPER PENDIDIKAN PANCASILA


1. Tema: Pemberantasan Korupsi, Terorisme, Etika/Moralitas dan Kearifan Budaya Lokal. 2. Tugas Kelompok : 4-5 mahasiswa 3. Dikumpulkan bersamaan dengan UAS (Bahan UAS) 4. Format: a. Halaman Judul: Judul, Penyusunan Paper sebagai Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Lambang Universitas Narotama, Nama mahasiswa, Prodi, Nim, Kelas Pagi/Sore, Universitas Narotama, Fakultas, Surabaya, 2011. b. Halaman Kata Pengantar c. Halaman Daftar Isi d. Bab. I. Pendahuluan: Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan Penulisan , Sistematika Penulisan Bab. II. Landasan Teori/Kajian Teori Bab. III . Analisa
3

Bab. IV . Penutup berisi Simpulan dan Saran

Daftar Pustaka.

BERITA-BERITA PENTING
A. Pancasila 1. Usulan Ketua MPR tanggal I Juni sebagai hari lahirnya Pancasila dan diperingati secara nasional (Nasionalis) 2. Ditentang oleh AM Fatwa (Gol. Islam), karena pada tanggal 1 juni hanya merupakan lahirnya nama/istilah Pancasila, belum ada rumusannya yang 22juni 1945 (Jakarta Charter) oleh Panitia 9 rumusan Pancasila sudah ada. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sidang I PPKI mengesahkan UUD 45 , dengan perubahan pada: 1. Aline ke 3 Pembukaan UUD 45 yang semula: Atas berkat Allah Yang Maka Kuasa., diganti dengan : Atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa .. 2. Sila I yang semula: Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya menjadi: Ketuhanan Yang Maha ESa 3. TV RI tanggal 30 Mei 2010, Minggu malam membahas tentang Pancasila dengan nara sumber al: Prof. Dr. Dimyati (Hukum Tata Negara UI), Dr. J. Kristiadi (LIPI), Arswendo (Seniman). Hasilnya ada kerinduan Bangsa Indonesia tentang dihayatinya nilai-nilai Pancasila secara intens, penghayatan Pancasila harus secara utuh dan menyeluruh(komprehensif integralis4

tik), ciri khas Pancasila adalah Sila III, penghayatan Pancasila dimulai dari bawah dengan berdasar yang ada di atasnya, tidak perlu diperdebatkan kapan lahirnya Pancasila, yang terpenting adalah penghayatan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, ideologi dan pandangan hidup bangsa. Home Nationalisme Indonesia (Prof. Dr Aminuddin Kasdi/UNESA) adalah: Proklamasi 17 Agustus 45, Pancasila, UUD 45, NKRI, BTI, Reschtaad Sistem Ekonomi Pancasila/ Kerakyatan/Koperasi dan Gotong Royong. 4. Tanggal 1 Juni 2010 diperingati pidato Presiden Soekarno tentang Pancasila yang dihadiri antara lain: oleh Presiden, Ketua MPR, Megawati. 5. Rubrik Opini Publik JP: Penemuan kembali Pancasila (Asvi Amar Adam), Melahirkan Pancasila (Listyono Santoso) yang intinya tidak memperdebatkan lahirnya Pancasila, yang terpenting bagaimana Pancasila itu dihayati sebagai dasar negara/filsafat negara, ideologi dan way of life bangsa. 6. Prof . Dr. Ali Mascan Moesa (Fraksi PKB) mendesak kepada pemerintah untuk mengeluarkan Kepres bahwa lahirnya Pancasila adalah tanggal 18 Agustus 1945 untuk mengakhiri konflik tentang lahirnya Pancasila selama 65 tahun dan sebagai solusi konflik antara golongan nasionalis dengan golongan Islam.

Lain-Lain
1. Rencana Pemerintah penghentian subsidi BBM untuk pengendara sepeda motor dan diharuskan menggunakan petramax bukan premium. 2. Jati Diri (JP/2/6/2010): Paket Rp 15 M Potensi Ladang Korupsi 3. Calo TKI dilegalkan 4. Rubrik Gagasan(JP, Kamis 3 Juni 10: PMP/ Pendidikan Moral Pancasila masuk kurikulum lagi) 5. Parfi mau membuat film tentang Pacasila adalah jiwaku dan penataran P.4 khusus untuk artis film.

OPINI (JP: Kamis 10 Juni 2010) Berhala Hedonisme: Bashori Muchsin (Gr Bsr dan PR I)

Contoh: Ketahanan Budaya Sebagai Penangkal Dekadensi Moral Bangsa Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Lambang Unirow

Oleh: 1. Ana NIM/NRP

Soal Dasar-Dasar Logika Petunjuk: kerjakan di rumah (diketik), dikumpulkan waktu kuliah!.
1.

Sebutkan beberapa alasan mengapa program studi anda mendapat mata kuliah Dasar-Dasar Logika !.

2. Jelaskan perbedaan dan persamaan antara berpikir (thinking) dan bernalar (reasoning), serta coba terapkan dalam kehidupan konkrit yang berhubungan dengan prodi anda!. 3. Antara logika dan bahasa mempunyai hubungan yang erat. Jelaskan serta buktikan dalam proses kegiatan ilmiah dan kegiatan pada prodi anda!. 4. Mengapa axioma (axioms) sangat diperlukan dalam proses analisis ilmiah (prodi anda) dan analisis logika?. Jelaskan , serta masing-masing berilah
6

contohnya!.
5.

Salah satu kegunaan logika dalam ranah ilmiah adalah: berpikir kritis dan komprehensif. Coba terapkan dalam salah satu studi kasus prodi anda!. Pembagian dan penggolongan adalah salah satu perangkat/instrumen dalam analisis ilmiah. Mengapa demikian?. Jelaskan serta terapkan dalam prodi anda!

6.

-------------------------------------------- Good luck ------------------------------------

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN UJIAN TENGAH SMT GENAP TH. AKADEMIK 2010/2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Waktu : 80 Menit Sifat Ujian : Buka Buku ------------------------------------------------------------------------------------------------Petunjuk: - Kerjakan 6 soal saja, kecuali no 8 (wajib) - Boleh tidak urut, sesuai no soal SOAL: 1). Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan antara lain: untuk menumbuhkan rasa kesadaran berbangsa dan bernegara serta untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Sebutkan runutan hukumnya, serta bagaimana aplikasi dari keduanya dalam kehidupan riil!. 2). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan awal dari PBN, yang seharusnya ada pendidikan yang berkelanjutan, yakni Wamil. Jelaskan mengapa demikian, serta beri contohnya!. 3). Landasan Yurisdi Pendidikan Kewarganegaraan mengacu pada: a. Pembukaan UUD 45 Aline2 ke 2 dan ke 4. Bagaimana bunyinya dan apa maknanya?. Jlaskan!. b. UUD 45 Ps 27 ayat (3) dan Ps 30 ayat (1). Jelaskan makna dari keduanya! dan apa perbedaan dari keduanya!. 4). Antara negara dan warganegara mempunyai hubungan timbal balik. - Jelaskan pernyataan di atas, serta berikan contohnya!. - sebutkan runutan hukumnya!. 5.) Jelaskan apa yang dimaksud dengan: a. - Deportasi - Persona non grata - Emigran Gelap - Naturalisasi - Suaka Politik b. Bagaimana adagium John F. Kenedy untuk menumbuhkan rasa kebangsaan/nasio7

nalisme, heroisme dan patriotisme kepada rakyatnya?. Sebutkan dan bagaimana maknanya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara!. 6). a. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban warga negara?. Jelaskan!. b. Sebutkan bunyi dan runutan hukumnya!. 7). Perwujudan bela negara warga negara bisa berupa perwakilan (tidak langsung) dan juga langsung. Jelasklan pernyataan di atas, serta masing-masing berilah contohnya!. 8). Coba analisis secara komprehensif kasus nyontek bersama di SDN Gadel Tandes Surabaya dari perspektif hak asasi manusia dan demokrasi!. 9). Buktikan bahwa Indonesia adalah negara yang komitmen dan apresiatif terhadap HAM dan Demokrasi!. 10). Jelaskan serta berilah contohnya keterhubungan antara HAM, demokrasi dan kebebebasan!. ------------------------------------- Wikan dyaning pakerti -----------------------------------------

PENGANTAR ILMU
BAB I. PENDAHULUAN

HUKUM

1. PIH adalah mata kuliah dasar, yang mengantarkan peminat, pemerhati dan mahasiswa yang ingin mendalami tentang hukum. 2. Keharusan mempelajari PIH dikarenakan : a. Merupakan pengantar bagi setiap orang yang ingin belajar dan mendalami ilmu hukum. b. Memberikan dan menanamkan kepada setiap orang yang ingin mempelajari dan mendalalami ilmu hukum, yang isinya mempelajari: Pengertian-pengertian dasar dari berbagai istilah(terminologi). - Pengertian-pengertian dasar yang bersifat umum, misalnya : pengertian KUHP, KUHAP, KUHPer, KUHAPer, KUHD, Hukum Publik, Hukum Sipil dst, menuju pada pengertian-pengertian yang bersifat khusus(spesialis/ahli) dan mendalam sebagai sarana/instrument untuk menganalisa dan memecahkan masalah-masalah hukum.

BAB II PENGERTIAN PENGANTAR ILMU HUKUM 1. Pengertian Pengantar: membawa ketempat tujuan, memberikan gambaran secara global/garis besar tentang sesuatu hal(tempat, ilmu hukum), sehingga tidak mengalami kebingungan, ambiquity, dalam bahasa Belanda disebut Inleiding, Introduction(Inggris). 2. Pengertian Ilmu Hukum - Pengertian Ilmu : Kumpulan pengetahuan yang sejenis yang sudah memenuhi syarat-syarat : mempunyai objek, metode, sistematis dan bersifat umum/universal, teruji kebenarannya serta bertujuan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia/masyarakat. - Pengertian Ilmu Hukum menurut para pakar, antara lain : a. Cross: Ilmu Hukum adalah segala pengetahuan hukum yang mempelajari hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya (Satjipto Rahardjo, 1982:12). b. Dalam Perpustakaan Hukum dikenal dengan nama Jurisprudensi, berasal dari kata Jus, Juris yang berarti: hukum atau hak dan dari kata Prudence yang berarti: melihat ke depan/mempunyai keahlian. Sedangkan arti secara umum, adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum. c. Curzon: Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. d. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalan bukunya Perihal Kaidah Hukum menyebutkan Ilmu Hukum mencakup: - Ilmu tentang Kaidah (Normwissenschaft/Solenwissenschaft), yakni Ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. - Ilmu Pengertian, yakni ilmu tentang pengertian-pengertian pokok dalam hukum, subjek hukum, objek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum. - Ilmu Kenyataan (Tatsachenwissenshaft /Seinwissenshaft) yang menyoroti hukum sebagai prilaku/sikap, yang antara lain mencakup: sosiologi

hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum. 3. Cabang-cabang Ilmu Hukum Beberapa diantaranya : 1. J. Van Apeldoorn, bagian ilmu hukum terdiri dari: Sosiologi Hukum, Sejarah Hukum, Perbandingan Hukum. 2. W.L.G Lemaire , pembagian hukum terdiri dari: Ilmu Hukum Positif, Sosiologi Hukum, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum. 3. Dr. Soedjono Dirdjosisworo, SH , menyatakan bahwa PIH dalam dunia studi hukum yang dinamakan Encyclopedie Hukum merupakan pengantar (Introduction/Inleiding ) untuk ilmu pengetahuan hukum. 4. Prof. Dr. Achmad Sanusi, SH mengatakan bahwa, PIH termasuk mata kuliah dasar (Basic Leervak) dalam bidang studi hukum. BAB III RUANG LINGKUP BAHASAN ILMU HUKUM 1.Hukum Sebagai Objek Ilmu Hukum: a. Apakah hukum itu?. b.Apakah tujuan hukum?. c. Bagaimanakah terbentuknya hukum ?. d. Apakah yang disebut dengan sumber hukum itu?. e. Bagaimanakah sistem dan klasifikasinya?, dst. 2. Ilmu Hukum Sebagai Norma Hukum : a. Hukum sebagai kaidah hukum b. Macam dan pengertian Kaidah 3. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Pemgetahuan: a. Subjek Hukum b. Objek Hukum c. Peristiwa Hukum d. Pebuatan Hukum e. Hubungan Hukum f. Akibat Hukum g. Masyarakat Hukum 4. Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan : a. Antropologi Hukum b. Sosiologi Hukum c. Sejarah Hukum d. Psikologi Hukum
10

pakar/ahli

hukum

memberikan

pandangan

yang

berbeda-beda

e. Perbandingan Hukum

DAFTAR BACAAN
WAJIB: 1. Pengantar ilmu Hukum : R. Soeroso, S.H 2. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum : H. Riduan Syahrani, 1. Pengantar Hukum Indonesia : R. Abdoel Djamali, S.H 2. Pengantar Ilmu Hukum : J. Van Apeldoorn 3. KUHP, KUHAP, KUHPer (Hukum BW), KUHAPer, KUHD

JARGON PENGINGKARAN
Sebuah kesaksian nurani Dengan nurani, naluri dan intuisi kumenangkap, Titik-titik kefaktaan dan lingkar-lingkar keniskalaan Membias kelabu dosa, menggores luka menganga Dalam wajah kebimbangan dan ketidakpastian Menggumpal bersenyawa dengan nadi, mani dan mahdi. Aroma dan aurora pengingkaran Menebar pedih metuna netrakan nala, mata dan rahsa Menggurita tipu daya pendusta dan pendosa Mengejek pendoa, membangun dinasti sesat alirannya Asana krida nara tuna, sudra kasta, sudra widya dan sudra sujana
11

Kata-kata tak lagi punya makna, pabila tak mampu jawab tentang tanya Itu sama dengan bunyi kentut kuda. Dari kata-kata memancar jiwa dan fatwa Makna ular adalah berbisa dan berbahaya Pamor magadha, hulu keris Mpu Gandring menjelma. Makna fatwa adalah mutiara kalbu, penyejuk jiwa dahaga Bak tegukan air zam-zam Arabia, ambrosia minuman surga, tirta amerta sungai gangga. Kata-kata adalah pedang tanpa rupa Menusuk pedih ulu hati, tak berdaya. Jika bahasa pejabat tak lagi dimengerti Tengara ada sesuatu yang tersembunyi Dengan slogan, kamuflase dan strategi Ntuk melindungi dari ketakutan dan kebohongan diri Membuat parasamya curiga dan bertanya-tanya, ada apa dengan mereka? Sebab dalam kamus, teori dan paugeran memang tidak ada. Jika pedang keadilan tlah lama karatan Tak lagi tajam, ntuk menikam nadi kedurhakaan Kilat tirani kian terasa panas merah membara, Slogan hak asasi hanya hiasan bibir semata Bak senandung bunga mimpi tiada bertepi, laksana pungguk rindukan bulan.

Jika neraca keadilan, tak lagi mampu menimbang Dewi Justicia terisak sedu, dibalik cadar hitam, meradang Belaian untaian kasih tak lagi membayang. Tak menyentuh nyali pencari keadilan, sayang. Dalil, axioma dan norma tak lagi dipandang Ayat-ayat KUHP sekedar hiasan kaligrafi doang Tindak arogansi, anarki yang berpeluang Intimidasi, teror dan moncong bedil siap dikokang Ancaman sikat dan pecat bagi yang membangkang. Jika mata hakim tak lagi berlensa nurani Tertimbun sedimen tendensi dan rayuan materi Menjanjikan hidup dalam buaian mimpi bak surgawi Tak kuasa berucap benar nan bestari, Sumpah dan janji hanyalah seremonial yang mentradisi Tak lagi menyatu dan terpateri dalam profesi Apalagi melekat dalam hati dan ridho Ilahi.
12

Yang lurus jadi tumbal, yang bengkok tertawa terpingkal-pingkal Akhirnya jatuh terjungkal di kali dangkal Penuh tahi dan batu kerakal Karma pakerti, tak akan dapat disangkal. Jika jaksa tak lagi mampu ntuk menuntut Karena takut dengan gajah kentut Dengan sais kancil yang berjiwa plintat-plintut Menjadi linglung, tak mampu bedakan mana daratan mana laut Karna terlalu banyak nyantap sup buntut Bak burung beo paruhnya terbalut Membebek dan mengekor gayanya, swarga nunut neraka katut Yang penting tercukupi urusan pribadi dan perut Kayak abdi dalem kraton, enggah-inggih sendiko manut Inilah yang disebut nyali ciut, jiwa pengecut. Jika hukum tak lagi sebagai panglima Tanpa tongkat komando ditangannya, Bak Satpol PP pelaksana perda Hanya mampu mengusir pedagang kaki lima Atau menangkap psk dan kaum banci di pagi buta.

Kadang berprilaku konyol bak bandar buntut Menuai kritik pedas bikin kepala senut-senut Tak sengaja uring-uringan, lucu seperti badut Anggap saja suara semut, yang hanya punya entub dan sungut Tak bikin celaka, apalagi pengantar sakaratul maut, Katanya sudah terlanjur dan kebacut Mumpung punya kuasa dan senjata pecut Siapa melawan pasti kukut dan bangkrut Gaya eipimisme dan jargon siap berucap di mulut Hari gini tak ikut ngedan nora nutut Dengan teropong moral, masuk akal namun tidak terpuji bin tak patut. Jika kidung Sang pujangga, tak lagi punya cita rasa Suara adzan yang merdu, tak lagi mampu merayu Gema mazmur suci dan madah bhakti gereja tak lagi sebagai lentera Parwa Bhagadvagita dan sloka epos Ramayana, tak lagi kakawin tauladan manusia Ajaran nirvana dan reinkarnasi, tak lagi diminati dan dihayati
13

Tak ada lagi sapaan halus, rahayu wilujeng yang menyejukkan hati, Tat Twam Asi, Ahimsa . Jika perkawinan tlah kehilangan mahligai sakralnya Jaka Umbaran tlah kehilangan perjakanya Prawan sunthi tlah kehilangan kegadisannya Perempuan kehilangan rasa malunya Buah dadapun tlah kering air susunya Jati diri makhota insan mulia, terkoyak tanpa terasa. Jika laut tlah kehilangan warna birunya Budaya tlah kehilangan adatnya Simbol kehilangan maknanya Hutan rimba tlah kehilangan singanya Keris pusaka tlah kehilangan magisnya Credo, pemeo dan sesantipun tinggal ucapannya. Sinar mata tak lagi mampu menatap teduh penuh iba Telingapun kedap, ntuk menangkap senandung nestapa Tanganpun lunglai ntuk menggapai lambaian derita sesama Diterpa beban hidup, yang kian berat dirasa Jika kasih puan pergi jauh menyepi Keadilan dan kebenaran bak transaksi jual-beli Kata nurani hanyalah rajutan mimpi-mimpi, yang tlah lama tersembunyi Derita anak negeri bak sumur tanpa dasar, samodra tak bertepi Kosumsi aktual media tv setara berita sensasi, artis seksi majalah play boy Derita nusantara diekspolitasi sebagai sumber berita Laris manis di tajuk seminar ilmiah dan program para menteri Tebar pesona penuh janji Namun hingga kini tak kunjung selesai dan terealisasi. Pijar fajar budhipun tlah dipenjarakan Harkat dan martabat tlah dilupakan Libido korupsi dipelihara dan dibudidayakan, Prilaku menyimpang bukan hal yang perlu dirisaukan. Kini yang tinggal hanyalah Jazad tanpa zat Tubuh tanpa ruh Soma tanpa sukma Negara tanpa cita.
14

Surabaya, medio Okt 98.

Balada Kursi dan Tongkat


Karya : Indri.D Kursi dan tongkat Dua benda gaib, ajaib dan keramat Selalu dicari daan diburu umat Dari kisah bahari hingga kini, dari awal jaman hingga kiamat. Ada yang bertapa di gunung semeru Memohon dahnyang penunggu, menanti turunnya wahyu dewondaru Dengan rapal sakral, mantra dan matram sakti kunjali ayu. Ada yang pergi ke dukun dan ahli nujum Dengan uang pinjaman lintah darat bunga beruntun Ntuk merayu dan belokan jalannya kodrat hukum.
15

Ada yang gunakan politik barter dagang sapi Kasih uang, raih target pribadi plus organisasi Koalisi tersembunyi, ntuk bagi jatah kursi. Ada yang dengan cara wajar dan alami Bermodal loyalitas, dedikasi dan prestasi Berlandaskan moral, percaya diri dan hindari kolusi Berbekal takwa, nurani dan ridho Illahi Terapkan manajemen kalbu, terikat sumpah dan janji Terpateri dalam sanubari dan profesi. Ada yang gunakan politik adu domba, devide et empera Dengan manajemen konflik, lempar batu sembunyi asta Terapkan taktik hilangkan jejak, kambing hitam sasarannya Bermain catur, dengan langkah kuda troya Membidik sudut benteng, menyerang raja Ntuk meraih sumber kuasa. Bermain petak umpet, umpet-umpetan dari kejaran wartawan Ngumpetin uang, membagi tanah kaplingan Wajibkan upeti, jaminan langgengkan jabatan Dengan jurus tak-tik, tik-tak dan kemplangan Sarat dengan klik-klikan dan ku-klukan. Lupakan jasa teman dan kawan Singkirkan sobat, sahabat dan handai taulan Langgar kode etik dan aturan permainan Guna percepat laju tujuan Dengan propaganda kosong , terbarkan kebencian Jargon dan pemeo : demi dan atas nama selalu terucapkan Dukung dirinya, bak manusia setengah dewa. Kursi adalah tempat duduk, rasanya enak dan dingin-dingin empuk Beruang ac, nyaman dan sejuk Membuat mata terpejam, mengantuk Tugas menunggu bertumpuk-tumpuk Tak banyak yang selesai, reputasi terpuruk Namun masih bangga dan umuk. Kursi adalah tempat duduk Kalau sudah duduk lupa berdiri Dikira milik pribadi dan warisan eyang putri Itu sih !, milik rakyat dan kuasa negari
16

Yang harus gumilir dan gumanti. Kursi adalah singgasan raja Beraroma konflik dan dilema Bila bijak bestari kan berwibawa dan dipuja Jika ingkar janji dan keliru kan dicerca Didera bak musuh dan satru Tetangkap, dibui ke pulau Buru. Tongkat adalah petunjuk arah prilaku Laksana tongkat sakti Si Buta dari Goa Hantu Jika salah guna bak alat pemukul serba guna Bikin nyali ciut tak berdaya. Surabaya, awal Tahun 2003.

17

18

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA UJIAN TENGAH SEMESTER II TH. AKADEMIK 2008/2009 Mata Ujian : Pendidikan Pancasila Hari/Tgl : Selasa, 21April/2009 Fakultas : FE - FH FT - FASIKOM Klas/Wkt : Sore/90 Menit Pengampu : Drs. Indri Djanarko Sifat Ujian : Tutup Buku
SOAL:
1). Jelaskan makna isi yang termaktub dalam Aturan Peralihan UUD 45 Pasal II (sebelum amandemen) jo Aturan Peralihan Pasal I UUD 45 (sesudah amandemen), serta beri contoh secukupnya!. 2). Sistem pemerintahan dan politik negara Indonesia adalah: demokrasi, desentralisasi dan Trias Politika. Jelaskan pernyataan di atas, serta masing-masing berilah contohnya!. 3). a. Jelaskan mengapa pada sidang I BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945) hanya mengagendakan (agenda tunggal) Pembahasan Calon Rumusan Dasar Negara Indonesia Merdeka!. b. Dalam sidang itu Mr. Sepomo mengemukakan tentang Teori/Bentuk Negara, bukan Rumusan Calon Dasar Negara. Mengapa demikian?, sebutkan alasan-alasannya!. 4). Teladan dan sikap toleransi telah ditunjukkan oleh para raja dan para pendiri republik ini, sebagai warisan sejarah nusa yang tak ternilai harganya. Teladan dan sikap toleransi yang manakah itu?. Sebut dan jelaskan serta beri contoh secukupnya. 5). Politik luar negeri Indonesia adalah: bebas-aktif a. Jelaskan pengertian di atas, serta beri contoh secukupnya! b. Bagaimana arah kebijakan politik luar negeri Indonesia setelah Rusia jatuh?. Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 6). UUD 1945 telah mengalami amandemen 4 kali. a. Dasar hukum dan sistem hukum manakah yang dipakai sebagai acuan?. Mengapa demikian?. Jelaskan serta beri contohnya!. b. Mengapa Pembukaan UUD 45 tidak diamandemen?. Sebutkan alasan-alasannya!. 7). Pancasila telah memenuhi syarat sebagai: sistem, sistem filsafat dan filsatat. Mengapa demikian?, Jelaskan, serta beri contoh secukupnya!. 8). Jelaskan apa yang dimaksud dengan: - Salus populi supreme lex - Tyrani Minoritas - Non Kooperatif - Komprehensif Integralistik -------------------------------------------------------- Semoga Sukses ---------------------------------------------Ilmu tanpa moral adalah hampa, moral tanpa ilmu adalah buta, tanpa keduanya tiada berguna

19

Nilai toleransi sebagai pengejawantahan dari asas musyawarah untuk mufakat telah diteladani oleh para founding fathers waktu pendirian negara RI. Nilai toleransi yang manakah itu?. Sebut dan jelaskan!. 2). Pada tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah sah menjadi sebuah negara. a. Mengapa demikian?. Jelaskan serta beri contoh secukupnya!. b. Kemerdekaan sebuah negara perlu adanya pengakuan dari negara lain. Mengapa demikian?. Jelaskan serta beri contoh secukupnya!. 3). a. Sidang BPUPKI yang ke 2 (29 Mei-1 Juni 1945) hanya mengagendakan pembahasan Rumusan Calon Dasar Negara. Jelaskan !, disertai argumentasi logisnya. b. Mr. Soepomo dalam sidang tersebut tidak mengemukakan Rumusan Calon Dasar Negara, tetapi mengemukakan tentang Teori-Teori Negara. Mengapa demikian?. Jelaskan !, disertai argumentasi logisnya. 4). Undang-Undang Dasar 1945 sudah mengalami amandemen sebanyak empat kali. a. Mengapa UUD 45 perlu diamandemen?. Jelaskan, serta beri contoh secukupnya. b. Amandemen hanya diberlakukan untuk pasal dan ayatnya saja , tidak untuk Pembukaan UUD 45. Mengapa demikian?. Jelaskan!. 5). Setiap negara selalu dan harus mempunyai ideologi, termasuk Indonesia. Mengapa demikian?. Jelaskan !. 6). a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan: - Budhi(mind) - Benteng Stelsel - Zoon Policon - Wise/Wisdom b. Jelaskan perbedaan antara konsepsi manusia Indonesia dengan konsepsi manusia negara lain!. 7). Sebutkan dua macam pandangan hidup daerah/suku anda ! (dengan bahasa daerah, pengertian dan relevansinya dalam kehidupan sekarang). 8). Jelaskan kronologis hierarkis sila-sila dari Pancasila!. --------------------------------------------------------------------------------------------------*Dunia bukan jelmaan sorgaloka yang serba indah dan mempesona Melainkan asana peraduian dan perpaduan dua tiga warna yang berbeda Disanalah hidup dan kehidupan menampakkan jati dirinya*.

Antara norma (etika) dengan masyarakat (komunitas sosial) mempunyai hubungan yang erat, baik ditinjau dari asal mula (timbulnya) norma maupun penegakan norma. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 1. Etika berbicara (berpendapat) akan tepat penerapannya apabila disesuaikan dengan ruang, tempat dan waktu. Mengapa demikian? Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 20

2. Norma moral akan selalu terjaga dan eksis dalam perilaku kehidupan apabila manusia menyadari dan melaksanakan kodratnya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 3. Dalam hidup dan kehidupan, manusia selalu berhubungan dan bersentuhan dengan tatanan nilai (sistem nilai). Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 4. Modernisasi dan globalisasi mampu memengaruhi tatanan nilai (sistem nilai) kehidupan, khususnya di Indonesia baik yang bersifat positif maupun yang negatif (dekadensi nilai). Mengapa demikian?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! 5. Generasi muda (remaja) adalah elemen social yang paling rentan terhadap pengaruh modernisasi dan globalisasi.

a. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! b. Kiat dan antisipasi apa yang harus diterapkan agar remaja terhindar dari pengaruh negatif
modernisasi dan globalisasi. Jelaskan serta beri contoh secukupnya! Dalam perjalanan kian banyak persimpangan Prakara dan prahara siap menghadang di jalanan Namun dengan kata, mata dan keteguhan nala Kian jelas arah dan tujuannya

Pengirim : Drs. Indri Djanarko Jl. Pandugu Baru IV E - 12 Surabaya Pengirim : Drs. Indri Djanarko Jl. Pandugo Baru IV E-12 Yth. Ketua Redaksi Kompas Jl. Palmerah Selatan 26-28
21

Surabaya Pengirim: Drs. Indri Djanarko Jl. Pandugo Baru IV E -12 Surabaya P.O BOX 4612 JAKARTA 12046

Jakarta 10270 Yth. Keua Redaksi Panjebar Semangat Jl. GNI No. 2 (Jl. Bubutan 87) Surabaya 60174 Kepada : Yth. Ketua Redaksi Jawa Pos Gedung graha Pena Jl. Akhmad Yani 88 Surabaya 60234

Makna dari sebuah kisah


Indri Djanarko
22

jika dinda bertanya tentang makna dari sebuah stanza terdengar tangis duka bocah kecil pengiring kepergian kunang-kunang penghias candikala menembus cakrawala nuansa biru mencari sisa kenangan masa lalu kenapa mesthi kidung duka yang menggema? mengapa tembang tlutur, megatruh dan durma yang harus mengalun ? kenapa bukan gending kebogiro kodok ngorek dan pangkur jenggleng? sebagai pembuka pasamuwan agung. jika sobat bertanya tentang makna dari sebuah kisah terdengar kepak sayap elang putih, melintas awan jingga berarak saksi pagelaran melatsih di padang kurusetra genderang maut bertalu tawa bathara kala menyatu kenapa mesthi isak tangis anak ibu? mengapa harus sokrates, yesus, mahatma gandhi, martin luther king dan abimanyu yang harus mati ? kenapa bukan tikus-tikus berdasi penggrogot uang negari yang harus dieksekusi?. jika anak cucuku bertanya tentang aku perjalananku masih jauh masih belum sampai ntuk mengejar seribu bayang dan sejuta angan yang kadangkala mengajakku bercanda di balik kenyataan. senyuman insan terkasih tersungging manis di bibir menyatu dengan simponi malam sebagai pembakar semangatku yang hampir padam ntuk berlari mendaki gunung, menerjang ombak, menghitung bintang dan memeluk bulan. marilah kita renda bersama benang sutra merah warisan nusa penggalan sejarah yang tersisa saksi peristiwa dan perjalanan waktu.

Surabaya, 93.

Berita Pagi
23

Indri Djanarko masih terlihat genangan air sisa hujan deras tadi malam dingin tak beranjak menyelimuti pagi sang pengantinpun enggan turun dari pelaminan. burung kecil mencicit kedinginan berlindung pada sebuah dahan tanpa daun mencari induknya yang semalam tak ada disampingnya kemarin ! tlah mati ditembak si anak jalang. Akhir Mei 2008.

24

DASAR DASAR LOGIKA


I. Pengertian Logika 1. Etimologi Logika berasal dari kata : Logike,Logikos Logos >< mithos (Bhs Yunani) yang artinya : kata, pikiran yang benar. Jadi arti logika (etimologi) adalah ilmu berkata/bertutur benar, bepikir benar. Disini jelas ada hubungannya antara berkata (bahasa: speaking) dengan berpikir (thinking). Logika dalam bahasa Inggris disebut Logic, dalam Bahasa Arab disebut Ilmu Manthiq yang dikembangkan oleh Al-Farabi. 2. Denotatif/Definitif - Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan berpikir (philoshopy of thinking) . - Logika adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir secara benar. - Logika adalah ilmu yang menilai aktivitas akal ditinjau dari segi benar (true)dan salah (fallacy), sah dan tidak sah (ditinjau dari segi formal./bentuk). Simpulan : logika adalah cabang filsafat/ilmu yang mempelajari aturan/kaidah/dogma berpikir, agar manusia terhindar dari kesalahan/kesesatan berpikir (fallacy), sehingga dapat berpikir secara benar dan dapat mengambil simpulan secara, sah dan valid. Perbedaan antara Berpikir dan Bernalar Yang dimaksud dengan Berpikir (thinking) adalah : a. Mengaktivitaskan akal/menggunakan akal untuk mencapai kebenaran. Jika tanpa aturan rentan terhadap kesesatan/salah/fallacy, dalam kehidupan sehari-hari karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya relativitet indra, pseido knowledge /logic, Sokrates: doxa, Francis Bacon: Idola. Misal: gunung meletus karena kurang/tidak diberi sesaji, diberi sesaji namun gunung tetap meletus (mithos), sehingga harus dicari sebab-sebab lain yang mengapa gunung itu meletus (cara ilmiah), cakrawala, fatamorgana dan pelangi. b. Suatu kegiatan jiwa untuk mencapai/mendapatkan pengetahuan. c. Berbicara dalam hati untuk mendapatkan jawaban, yang berupa pertimbangan, perenungan (k0ntemplasi), analisa, pembuktian, alasan-alasan serta penyimpulan sebagai hasil dari olah pikir (berpikir). Yang dimaksud Bernalar (Reasoning): - berpikir yang sudah menggunakan logika (aturan-aturan berpikir) - Menghubungkan, membandingkan dan mempertentangkan dua pendapat atau lebih yang disertai dengan argumentasi dan menghasilkan simpulan (generalisasi). 3. Konotasi (arti perkembangan) - Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai penggunaan kata Logis, misal: pendapatmu tidaklogis, artinya tidak masuk akal (an logical, irational: coba bedakan diantara keduanya).
25

Sering digunakan dalam ilmu pengetahuan, yakni dengan kata: logi, logy, logie, misal: geologi, dari kata geos/geo (bumi) dan logos/logi ( ilmu), yang artinya adalah Ilmu Bumi. Ideologi dari kata ide, idea, ideos (cita-cita) dan logi/logos (ajaran/teori) atau ajaran/teori tentang cita-cita. II. Perbedaan Logika dengan Psikologi Psikologi: kerja akal benar atau salah dipengaruhi kondisi kejiwaan (sentimen, emosi Dan kemauan). Misal: Seorang murid tidak bisa mengerjakan soal, karena sakit, sedih karena orang tuanya diopname di rumah sakit. Sedangkan Logika hanya melihat kerja /hasil akal (hasil mengerjakan soal), dilihat bisa (benar) atau tidak bisa (salah), tanpa memperhatikan kondisi kejiwaan siswa. III. Perkembangan Logika Logika pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles dengan bukunya Organonyang berarti alat/instrument, kemudian dikalangan filsuf dikembangkan oleh Al-Farabi. Dalam perkembangannya logika dibedakan menjadi : 1. Logika alami (Natural Logic) dan Logika Buatan(Artificial Logic) - Naturalis/Alami : logika yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misal: petani tahu kalau musim kemarau akan menanam palawija: jagung, kacang, sedang musim penghujan akan menanam padi. - Logika Buatan, yakni logika yang sengaja diciptakan untuk mengatasi dan memecahkan masalah (problem solving) dengan menggunakan aturan berpikir yang berupa rumus- rumus, dalil, axioma maupun metode berpikir/ilmiah. Alasan lahirnya logika Buatan , karena : a. Kemapuan logika naturalis sangat terbatas. b. Permasalahan kehidupan semakin beragam dan kompleks. 2. Logika Formal(Logika Minor) dan Logika Material (logika Mayor). - Logika Formal, yakni logika yang mempelajari asas-asas berpikir, supaya dapat berpikir secara benar dan terhindar dari kesesatan berpikir. - Logika Material, yakni menilai hasil logika formal dan mengujinya dengan merealisasikan/menghubungkan dengan kehidupan/kenyataan praktis. Logika ini juga disebut juga Logika Mayor atau Epistemologi, yakni mempelajari tentang pengetahuan, terutama tentang Teori Kebenaran. Dengan adanya Logika Formal dan Logika Material, maka akan menghasikhan : a.Kebenaran Formal, yakni suatu kebenaran diperoleh karena mematuhi aturanaturan berpikir. b.Kesalahan Formal, yakni kesalahan yang disebabkan tidak tunduk terhadap aturan-aturan berpikir, sehingga terjadi kesalahan/kesesatan berpikir yang berakibat pada hasilnya yang juga salah. b. Kebenaran Material, yakni hasil kebenaran formal, yakni kebenaran yang sesuai dan dapat diterapkan dalam kehidupan yang nyata(riil). Kesalahan Material , yakni hasil kebenaran formal yang tidak bisa diterapkan/tidak sesuai dengan realita.

26

c. Kesalahan material adalah kesalahan yang diakibatkan karena kesalahan formal sehingga menghasilnya kesalahan formal yang berakibat puila pada kesalahan material. 4. Logika Tradisional (The Ancient Logic) dan Logika Modern (Logika Simbolik) - Logika tradisional, yakni logika yang dikemukakan oleh Aristoteles yang pernyataan-pernyataannya (proposisi) menggunakan bahasa, coba lihat Bentuk Proposisi dan Sylogisme. - Logika Modern, logika yang pernyataanya sudah menggunakan simbol-simbol maupun diagram yang digunakan dalam matematika maupun statistik. III. Kegunaan Mempelajari Logika : 1. Mampu untuk memecahkan masalah yang sederhana maupun yang bersifat kompleks (rumit). 2. Tidak mudah ditipu, karena selalu menggunakan akal/rational 3. Terhindar dari kesalahan/kesesatan berpikir(fallacy). 4. Berpikir cermat dan teliti.

Daftar Bacaan
1. Sistimatika Filsafat : Drs. Hasbullah Bakry, SH 2. Ilmu Logika : Drs. Oesman Arief 3. Logika, Filsafat dan Humaniora : Drs. A.H Dardiri 4. Logika : Sing Partap Menghra 5. Sistematika Filsafat : Drs. Zidi Gazalba 6. Pengantar Filsafat : Louis O. Kattsof

27

SISTEM HUKUM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Hukum Indonesia adalah Suatu Sistem 1. Teori/Definisi Sistem Menurut Prof. Dr. Winardi, SE ada tiga(3) definisi sistem Yakni : a. Sistem adalah keseluruhan bagian yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya menurut satu rencana yang ditentukan, untuk mencapai tujuan tertentu. ( H. Thierry) b. Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan , bekerja sedikit bebas dalam mengejar keseseluruhan tujuan dengan kesatuan lingkungan. (William A. Shorde/ Dan Voich Jr.) c. Sistem adalah himpunan unsur(elemen) yang saling mempengaruhi, untuk mana hukum teretentu menjadi berlaku. (Ludwig Von Bertalanffy). Definisi ini menekankan pada : -Kelakuan berdasarkan tujuan tertentu(terorientasi pada tujuan tertentu). -Keseluruhan( keseluruhaan melebihi semua bagian) -Keterbukaan(sistem tsb slng berhbngan dgn sbh sistem lebih bsr, yakni lingkungannya) -Transformasi(bagian-bagian yang bekerja menciptakan sesuatu yang mempunyai nilai) -Antarhubungan( berbagai bagian hrs cocok dengan yang lainnya). -Mekanisme Kontrol(adanya kekuatan yang mempersatukan , yang mempertahankan sistem ybs). Pendapat Yang Lain : Sesuatu disebut sebuah sistem atau bersifat sistematis/sistematik , apabila : 1. Terdiri dari beberapa bagian, elemen, komponen 2. Diantara bagian mempunyai hubungan, 3. Diantara bagian tidak bertentangan(kontradiksi), 4. Diantara bagian saling melengkapi , 5. Diantara bagian saling mempengaruhi, 6. Diantara bagian merupakam satu kesatuan(unity, union)

dan bersifat keseluruhan(komprehensif), 7. Diantara bagian mempunyai tujuan (goal/teleologis) yang sama. 28

2. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka - Yang dimaksud Sistem Tertutup, yakni tertutup bagi pertukaran informasi, misal : Sistem Hukum Komunisme . - Yang dimaksud Sistem Tebuka, yakni terbuka untuk menerima informasi, ide, baik sebagian maupun keseluruhan, misal : Indonesia yang menerima konsep Trias Politika dan Kosep Hak Asasi Manusia dari PBB. 3. Sistem Hukum Indonesia (Empat Komponen Sistem) : a. Komponen Jiwa Bangsa (Volgeist) Von Savigny b. Komponen Struktural(lihat Bab III hal 119 SHI Terpadu). c. Komponen Substansi(kotens/isi Hukum Indonesia) d. Komponen Budaya Hukum. 4. Sistem Hukum Indonesia Bersifat Tebuka Selain diantara keempat komponen sistem saling mempengaruhi, selain itu juga menerima pemgaruh dari lingkungannya(sistemnya), baik berupa informasi maupun tekanan-tekanan dari The Pressure Group (Elit Politik), yakni golongan yang menekan dan memaksakan kehendaknya kepada badan-badan yang diserahi tugas legislatif dalam pembuatan undang-undang/peraturan-peraturan . Demikianlah kerja sistem hukum Indonesia, bermula dari pembentukan hukum (Pemerintah dan DPR) dan berakhir dengan pelaksanaan hukum kedalam peristiwa hukum konkret tertentu. 5. Sumber Hukum Indonesia Yang dimaksud dengan Sumber Hukum adalah tempat asalnya hukum . Utrecht dalam bukunyaPengantar Hukum Indonesia menyatakan, bahwa sumber asal sebagai Welbron (sumber asal, tempat dari mana asalnya hukum, tempatnya di dalam pikiran dan kesadaran manusia, mengenai apa yang dilarang dan apa yang sehaharusnya dilakukan, ini merupakan hakekat hukum dan isi hukum yang menentukan berlakunya hukum.

Sumber Hukum dalam arti sebagai Asalnya hukum ialah berupakeputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan keputusan tersebut (Pemerintah/pemerintah dan DPR). Pengertian ini membawa pada suatu penyelidikan tentang wewenang(outhority/otoritas)), apakah keputusan berasal dari yang berwenang atau tidak. Keputusan penguasa berupa peraturan atau Ketetapan. Sumber hukum adalah segala sesuatu yang memiliki sifat normatif yang dapat dijadikan tempat berpijak dan atau untuk memperoleh informasi tentang sistem hukum yang berlaku di Indonesia, baik materiil (isi/welbron) maupun formilnya (bentuk/kenbron, yakni dibuat oleh badan yang 29

berwenang untuk membentuknya,maka hukum itu berlaku). Sedangkan sumber hokum formal di Indonesia adalah : a. Pembukaan UUD 1945 sebagai rohnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta Pancasila yang ada di dalamnya, sebagai sumber dari segala sum,ber hukum (Tap MPRS /XX/1966), sumber tertib hukum serta sebagai hukum dasar (ground Norm) menurut sistem perundang-udangan Indonesia dan Teori Tangga dari Hans Kelsen (Stuffen Theory) yang menganut asas Lex superior derogat lege inferiori. b. UUD 1945 c. Tap MPRS/MPR d. Undang-Undang/Per. Pem Pengganti UU/Kep Pres /Kep. Pres/Kep. Men/Perda. e. Hukum adat/Kebiasaan (Living Law) f. Yurisprudensi (Keputusan Hakim) g. Traktat/Treaty(Perjanjian Internasional ) h. Doktrin Hukum(ajaran hukum/pendapat ahli hukum). (lihat penjelasan hal 76-96 SHITer ). B. Sistem Hukum Sebagai Bagian Dari Sistem Norma Setiap manusia dalam menjalani hidupnya berdasarkan aturan kehidupan , yang lazim disebut Norma, adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut segala sesuatu yang bersifat mengatur kehidupan manusia. Bekerjanya sistem norma bagi manusia, membuat manusia merasa aman dan nyaman dalam menjalani hidupnya. Sistem norma yang berlaku bagi manusia sekurang-kurangnya ada empat unsur norma, yakni :

1. Norma Moral, yakni norma yang bersumber dari setiap hati manusia (hati nurani/gowetten/coscience), yang mempunyai fungsi sebagai index(petunjuk), Judex(hakim) dan vindex(hukuman). Hati nurani adalah potensi diri manusia yang ada sejak lahir yang mampu memberikan petunjuk, penilaian terhadap perilaku manusia. 2. Norma Agama , yakni norma yang berdasarkan ajaran agama. ajaran agama bersumber dari Firman/Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Sucinya masing-masing. 3. Norma Etika/Norma Sopan Santun, yakni siatem norma yang bersumber dari kesepakatan-kesepakatan(konsensus) yang diciptakan oleh dan dalam komunitas masyarakat pada suatu wilayah tertentu. Norma etika pada dasarnya berupa : kepatutan, kelayakan dan kepantasan/kelaikan yang berlaku pada komunitas dan daerah tertentu. Berlaku di dalamnya adalah norma adat dan kebiasaan-kebiasaan. 4. Norma Hukum(Hukum Positif), yakni sitem norma yang diciptakan oleh lembaga kenegaraan (Pemerintah dan atau pemerintah bersama DPR. Bentuk sanksi/ ancaman hukuman tegas,pidana berupa penjara, kurungan sampai hukuman 30

mati, perdata berupa sitaan, denda maupun ganti rugi. Norma Hukum ini juga sering disebut Ius Constitutm, yakni hukum yang sedang berlaku sekarang, kebalikannya Ius Constituendum ,yakni hukum yang akan berlaku dimasa yang akan datang. . C. Sistem Norma HukumYang Berlaku Di Indonesia Sistem Norma Hukum yang berlaku di Indonesia, yakni : Hukum Pidana(Hukum Pidana Umum, HP Khusus, Hukum PiDana Militer , Hukum Pidana Ekonomi dan Hukum Acara Pidana), Hukum Perdata( Hukum Acara Perdata, Hukum Dagang/ hukum Bisnis), Hukum Tata Negara/Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum International(Hukum International Publik dan Hukum International Perdata). SIMPULAN :

Sistem Hukum Indonesia sebagian besar masih mengunakan warisan Pemerintahan Belanda/Kolonial, terutama Hukum Pidana (KUHP dan KUHAP), Hukum Perdata (KUHPer dan KHUAPer) dan Hukum Dagang/Hukum Bisnis yang merupakan Sistem Hukum Civil(Civil Law System) yang banyak digunakan di Negara-negara Eropa. Sistem Hukum ini merupakan warisan dari Romawi dari Kaisar Justianus yang dikodifikasikan dalam Corpus Juris Civilis Justinian.Namun seiring dengan perjalanan waktu pemerintahan Indonesia sedikit demi sedikit sudah mampu menghasilkan produk hukum,walaupun masih jauh dari harapan. REFERENSI SISTEM HUKUM INDONESIA WAJIB : 1. Sistem Hukum Indonesia Terpadu 2. Sistem Hukum Indonesia ANJURAN : 1. Sistem Hukum di Indonesia(Sebelum Perang Dunia II) Oleh : Prof. Dr. R. Soepomo, S.H. 2. Hukum Sebagai Sebuah Sistem Oleh: Prof. Dr. H. Lili Rasidi, S.H., S.Sos., LL.M. dan I.B. Wiyasa Putra, S.H. 3. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum Oleh: Ade Maman Suherman, S.H., M. Sc. Oleh :Bachsan Mustafa, S.H. Oleh: Ilham Bisri, S.H.,

31

Manuisia adalah makhluk yang berbudaya ( menghasilkan kebudayaan, dibandingkan dengan makhluk lain , misal : binatang/hewan (species yang paling dekat dengan manusia)., karena mempunyai kelebihankelebihan yang merupakan ciri pembeda (differentia) dari makhluk lain (hewan/binatang). Kelebihan/Ciri Pemeda yang dimiliki manusia : 1. Manusia adalah makhluk yang berjiwa (Soul, spirit) yang di dalamnya terdapat mind (budhi) yang terdiri dari: akal (ratio/reason/cipta). Dengan akal/nalar/cipta manausia dapat menghasilkan pengetahuan bias(common sense knowledge /ordonary knowledge /

32

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UJIAN AKHIR SMT GASAL TH. AK 2008/2009 Mata Ujian : Pengantar Ilmu Hukum Waktu : 80 Menit Sifat Ujian : Buka Buku Pengampu : Indri Djanarko ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------SOAL : 1). Tujuan hukum menurut Prof Mr.J Van adalah kepastian hukum dan eigenrchting is verboden. a. Jelaskan pengertian kata-kata yang dicetak miring. b. Sebutkan alasan-alasannya mengapa kedua asas itu multak dilakukan sebagai sarana untuk mencapai keadilan. 2). Kasus Adeline dengan dakwaan ilegal logging yang kemudian divonis bebas oleh hakim, sehingga menimbulkan kontroversi. Dari peristiwa itu, hakim dan jaksa mendapat sanksi dari atasannya. Coba analisis dari perspektif penegakan hukum (law reinforcement). 3). Algemeene Regels (AR) acapkali menimbulkan multi tafsir/intepretasi yang berlainan, sehingga berpotensi untuk menimbulkan rasa ketidakadilan. . a. Coba hubungkan dan bandingkan Ps 330 jo Ps 1330 KUHPer dengan UU Perkawinan No.1 Th1974. b. Asas hukum manakah yang sesuai untuk diterapkan, jelaskan! 4). Coba sebutkan alasan-alasannya mengapa Anda mentaati hukum? 5). Dari beberapa teori/ aliran tentang hukum dan negara, manakah yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia? Sebutkan alasan-alasannya! 6). a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kodifikasi dan unifikasi hukum? b.Mengapa hal itu perlu dilakukan? Sebutkan alasannya, serta beri contoh secukupnya! 7). Dari Aliran (praktek) hukum yang ada, manakah yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia? Mengapa demikian? Jelaskan! 8).Penafsiran hukum perlu dilakukan aparat penegak hukum, terutama hakim. Mengapa demikian? Jelaskan!

UNIVERSITAS RONGGOLAWE FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


33

UJIAN AKHIR SMT GAZAL TH AK. 2007/2008 Mata Ujian : Sistem Hukum Indonesia Pengampu : Indri Djanarko Petunjuk : SOAL :
1). Sumber hukum terdiri dari sumber hukum material dan formal. Sumber hukum material selain diambil dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat, juga mengacu pada Aturan Peralihan Pasal 1 UUD 45 Amandemen ke-4. a. Jelaskan Aturan Peralihan pasal 1 tersebut, disertai contoh secukupnya. b. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia mengacu pada dua teori. Teori yang manakah itu? Sebut dan jelaskan!. 2). Pelaksanaan UUD 45 mengalami perubahan dan perkembangan (dinamika), terakhir terjadinya amandemen yang ke-4 a. Mengapa UUD 45 perlu diamademen? jelasklan! b. Mengapa Pembukaan UUD 45 tidak ikut diamandemen? jelaskan ! c. Mungkinkah ada amandemen berikutnya? Jelaskan! 3).a. Mengapa Traktat (Treaty) masuk dalam kajian Sistem Hukum Indonesia? Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! b. Suatu bangsa disebut Negara (State), apabila memenuhi tiga syarat utama dan syarat tambahan yang erat hubungannya dengan Traktat. Sebutkan syarat-syarat itu, jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 4). Coba berikan contohnya penerapan asas Retroaktif dan asas Ne Bis Is Idem dalam sebuah kasus! 5). Dalam dunia hukum sering dijumpai istilah: KUH. (P, Per, D) dan KUHA (P, Per, D). Jelaskan fungsinya masing-masing dari keduanya. 6). Doktrin dipersidangan banyak digunakan oleh para saksi ahli, baik De Charge maupun saksi ahli A Charge. a. Apa fungsi saksi ahli didatangkan di persidangan? Jelaskan! b.Apa yang dimaksud dengan Saksi ahli De Charge dan A Charge?Jelaskan, serta beri contoh secukupnya! 7). Penerapan Geen Straaf Zonder Schuld dan Delictum Nulla Noela Poena Praevia Lege Poenali menunjukkan adanya kepastian hukum. Coba beri komentar anda tentang statemen di atas! 8). Coba terapkan prinsip Acto Paulina dalam sebuah kasus!

- Dikerjakan di kertas folio bergaris/ ditulis tangan - Dikumpulkan sesuai dengan jadual ujian - Tulis nama dan NIM

b. Syarat suatu bangsa disebut Negara(State) apabila mempunyai tiga syarat 1). Walaupun Negara Indonesia telah merdeka lebih dari setengah abad, namun hingga kini masih menggunakan sistem hukum warisan kolonial 34

Belanda, yakni Sistem Hukum Sipil(Civil Law System). Mengapa demikian?. Coba jelaskan dan sedikit ilustrasinya. 2). Sebut dan jelaskan secara singkat Sistem Hukum Belanda yang hingga kini masih diberlakukan di Indonesia!. 3). Jelaskan secara singkat dan disertai sedikit ilustrasi apa yang dimaksud dengan Sistem Huhum Indonesia itu!. 4). Sistem hukum bisa bersifat terbuka dan tertutup Menurut Anda Sistem Hukum Indonesia menganut yang mana?.Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya!. 5). Sistem Hukum merupakan bagian dari norma - Apa yang dimaksud dengan Norma itu?. Jelaskan - Diantara norma yang berlaku di Indonesia mempunyai persamaan dan sekaligus perbedaan. Jelaskan perbedaan dan persamaanya!. - Mengapa Norma Hukum Positif juga disebut : Hukum Normatif dan Ius Constitutum?. Jelaskan secara singkat!. 6).a. Sumber hukum terdiri dari Sumber hukum material dan formal - Apa yang dimaksud dengan sumber hukum formal?. Jelaskan!. - Sumber hukum formal di Indonesia menganut Teori Tangga (Stuffen Theory) dari Hans Kelsen. Jelaskan statemen di atas serta beri contoh secukupnya!. b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan : - Zoon Politicon - Volkgeist - Living Law - Corpus Juris Civilis Justianus

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA UJIAN SMT II TH. AKADEMIK 2006/2007 MATA UJIAN : PENDIDIKAN PANCASILA HARI/TGL : SELASA/3 JULI 2007 KLS/WAKTU : SORE/60 MENIT PENGAMPU : Drs. Indri Djanarko SIFAT : OPEN BOOK
Soal :
1. Antara norma (etika) dengan masyarakat (komunitas sosial) mempunyai hubungan yang erat, baik ditinjau dari asal mula (timbulnya) norma maupun penegakan norma. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 2. Etika berbicara (berpendapat) akan tepat penerapannya apabila disesuaikan dengan ruang, tempat dan waktu. Mengapa demikian? Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 3. Norma moral akan selalu terjaga dan eksis dalam perilaku kehidupan apabila manusia menyadari dan melaksanakan kodratnya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya!

35

4. Dalam hidup dan kehidupan, manusia selalu berhubungan dan bersentuhan dengan tatanan nilai (sistem nilai). Mengapa demikian?Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya! 5. Nation and character building dapat tercapai apabila dalam tatanan (sistem) prilaku Kehidupan Berbangsa dan bernegara menerapkan paradigma reformasi. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan nation and character building itu?. b. Mengapa paradima reformasi diyakini mampu mengantarkan tercapainya nation and character building?Jelaskan serta beri contoh secukupnya. 6. Media elektronika, khususnya TV, mampu memengaruhi dan merubah prilaku terutama remaja dan anak-anak. a. Mengapa hal ini bisa terjadi?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! b. Strategi dan antisipasi apa yang perlu diterapkan, agar anak-anak tidak mudah terpengaruh siaran TV, terutama yang bersifat negatif?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! Dalam perjalanan kian banyak persimpangan Prakara dan prahara siap menghadang di jalanan Namun dengan kata, mata dan keteguhan nala Kian jelas arah dan tujuannya

YESUS MEMBANGKITKAN ORANG MATI


Yesus senantiasa ingin menyelamatkan manusia, juga dari kematian. Untuk menunjukan hal itu, Yesus membangkitkan sahabatNya, Lazarus dari kuburnya. Dengan peristiwa itu,Yesus menjamin kebangkitan dan kehidupan kekal bagi kita, manusia. Kita sering mendengar dan melihat orang meninggal dunia. Pada saat itu keluarganya merasakan kesedihan, karena ditinggalkan dan berpisah dengan orang yang dicintai dan disayangi. Namun kita tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa membelanya bahkan untuk menggantikannya (maka bersiap-siaplah karena kerajaan surga telah dekat). Kita semua pasti akan mati, tidak ada yang bisa menolak maupun menundanya, yang belum pasti hanyalah waktu dan tempatnya. Kematian sudah merupakan takdir bagi manusia, kematian seolah-olah akhir dari riwayat hidup seseorang. Apakah itu benar? Sebagai orang Kristen kita percaya, bahwa kematian bukan akhir kehidupan manusia, tatapi merupakan awal dari suatu kehidupan yang baru dan kekal. Kristus telah mewartakan dan menunjukkan kebenaran kepada kita, seperti yang dapat lihat dalam Lazarus dibangkitkan (Yoh 11:1-44). Dengan membangkitkan Lazarus, Yesus sebenarnya ingin menghibur manusia yang selalu sedih dan takut menghadapi kematian. Yesus menyebut diriNya kengkitan dan hidup. Yesus adalah kebngkitan, karena ia memberikan hidup baru dan kekal kepada orang yang mati secara jasmani. Yesus adalah hidup, karena ia tidak membiarkan kematian rohani menyentuh mereka yang percaya kepadaNya. 36

Untuk menujukan bahwa Yesus dapat menjamin hidup abadi dan kekal, maka Ia membangkitkan Lazarus. Kemudian Dia sendiri bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan Yesus menjamin kebangkitan kita dari kematian. Yesus sungguh merupakan kebangkitan dan hidup bagi kita, manusia. Bagi setiap anak Allah, kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kehidupan tidak lenyap, hanya diubah, bahkan diubah ke dalam keadaan yang lebih mulia. Dia hanya tidur, beristirahat dalam rumah Bapa. Yesus akan memberikan kepadanya kehidupan yang baru dan dan abadi, yakni ke rumah Bapa, kerajaan surga. Singkatnya, seperti membangkitkan Lazarus, Yesus akan membangkitkan kita pula. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita hidup dengan gembira dan penuh harapan di bumi.

MATERI AJAR PENDIDIKAN PANCASILA


37

PENDIDIKAN PANCASILA
A. KRONOLOGI BERLAKUNYA UUD 1945 UUD 1945 sejak dirumuskan oleh BPUPKI dan disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 dalam perjalanannya mengalami perubahan. Kronologis berlakunya UUD 1945 : I. Periode 29 April - 16 Agustus 1945 1. Rumusan Calon Dasar Negara/Dasar Filsafat Negara a. Ir. Soekarno : 1 Juni lahirnya nama Pancasila sebagai Calon Dasar Negara b. Mr. Muh. Yamin dengan rumusan Dasar Negara 2. Rumusan Pembukaan UUD tanggal 14 Juli oleh PPKI 3. Hasil rumusan Jakarta Charter (Piagam Jakarta) 22 Juni 1945 4. Rumusan Rancangan UUD Sesuai dengan UUD yang disahkan oleh PPKI 18 Agustus 1945, hanya Sila ke-1 dihilangkan tujuh kata, yakni dengan men- jalankankan syariat Islam bagi para pemeluknya, karena akan menimbulkan perpecahan bangsa. II. Periode 17 Agustus 27 Desember 1945 1. 17 Agustus 1945, yaitu Proklamasi Kemerdekaan RI 2. 18 Agustus 1945, a. Pengesahan UUD 45 oleh PPKI sebagai Dasar Negara RI b. Pelantikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. c .Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) setingkat MPR Maka sejak itu Indonesia sah menjadi sebuah Negara, baik secara de facto maupun de jure. Namun masih ada persyaratan khusus/tambahan yakni adanya pengakuan dari negara lain. Pengakuan ini penting, karena sebagai sarana hubungan diplomatik, membuat perjanian Perjanian dengan Negara lain , baik yang bersifat bilateral maupun multilateral(Traktat /Treaty).

38

III. Periode 27 Desember 1945 17 Agustus 1945 Dengan adanya Perjanjian Linggarjati, Perundingan Roem-Royen dan KMB, maka bentuk Pemerintahan Indonesia menjadi SERIKAT, yakni RIS(Republik Indonesia Serikat). . IV. Periode 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 Bentuk pemerintahan dan UU yang bersifat Serikat dirasa tidak sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, maka bentuk undang-undang yang dipakai adalah UUDS; dengan Badan Konstituante sebagai badan yang bertugas menyusun Undang-Undang Baru. V. Periode 5 Juli 1959 - Sekarang 1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali ke UUD 1945 serta membubarkan Badan Konstituante, karena tidak mampu menyusun UU Baru. Pengertian Dekrit : Suatu putusan dari organ tertinggi (kepala negara/organ lain) yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bilamana negara dalam keadaan darurat/bahaya. Landasan hukum Dekrit adalah Hukum Darurat, yang dibedakan menjadi : a. Hukum Darurat Subjektif : suatu keadaan hukum yang memberi wewenang kepada Organ Tertinggi bila perlu untuk mengambil tindakan-tindakan hukum, dengan melanggar UU bahkan UUD sekalipun, misalnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. b. Hukum Darurat Objektif: idem, namun tetap berlandaskan pada konstitusi yang berlaku. Contoh: SP 11 Maret 1966. 2. Amandemen UUD 1945 yang ke IV (Batang Tubuh) tidak Fundamental). B. KEDUDUKAN/FUNGSI PANCASILA 1. Sebagai Dasar Negara/Tertib Hukum Tertinggi (Grund Norm /Hukum Dasar), karena : a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum. b. Memasukkan diri ke dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum Di dalam Pembukaan UUD 45 terkandung polok-pokok pikiran yang terjelma dalam pasal-pasal yang merupakan perwujudan cita-cita hukum, maka dapat disimpulkan bahwa Pembukaan UUD 45 adalah sebagai Sumber Hukum Positif. Sumber Hukum terdiri dari Sumber Hukum Formal, yakni sumber hukum yang ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misal UU, PP, Perda. Sedangkan yang dimaksud Sumber Hukum Material, yakni sumber hukum yang menentukan isi/materi suatu norma hukum. Pembukaan UUD 45 memenuhi syarat sebagai tertib hukum, karena adanya suatu tertib hukum di Indonesia, yaitu suatu kebulatan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum. 39 meliputi Pembukaan, sebab merubah Pembukaan sama dengan membubarkan negara (karena sebagai Pokok Kaidah yang

Syarat-syarat tertib hukum meliputi : 1. Adanya kesatuan subjek : penguasa mengadakan peraturan hukum (Pemerintahan Negara RI, Al IV) 2. Adanya kesatuan asas kerohanian (Pemb. Al. IV) 3. Adanya kesatuan daerah ( melidungi seluruh tumpah) 4. Adanya kesatuan waktu ( maka disusunlah kemerdekaan...) 2. Sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental Unsur-unsur mutlak yang harus ada di dalamnya: a. Dari segi terjadinya: dikehendaki oleh para pendiri Negara (founding father) b. Dari segi isinya : Pembukaan UUD 45 memuat dasar-dasar pokok negara, yakni : 1.Dasar tujuan negara (umum: ikut melaksanakan perdamaian abadi.. , khusus: melidungi segenap bangsa .). 2. Diadakannya UUD Negara Pernyataan ini terdapat dalam kalimat ..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia . 3. Bentuk Negara Pernyataan ini terdapak dalam kalimat . yang terbentuk dalam suatu susunan negara RI 4. Dasar filsafat negara(asas kerokhanian negara) Pernyataan ini terdapat dalam kalimat dengan berdasar pada Ketuhanan YME.. Selain itu juga dipekuat oleh ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 diperkuat Tap MPR No. V /MPR/1973 , Jo Tap . No. IX/MPR/1978 yang intinya bahwa Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber hukum di dalam Negara Indonesia. Sebagai sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum , serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan sera watak bangsa Indonesia.. 3. Sebagai Isi Jiwa Bangsa Indonesia Artinya bahwa nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai- nilai bangsa Indonesia, yang ada sejak nenek moyang dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menyatu dengan adat- istiadat serta kebudayaan dan bukan merupakan adopsi dari nilai budaya lain. Dari nilai-nilai tersebut oleh para pendiri negara dikonsepkan dan dikristalisasikan dalam bentuk Pancasila yang terdiri dari lima sila. 4. Sebagai Kepribadian Bangsa

40

Artinya bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia, yang membedakan dengan khas budaya bangsa lain. 5. Sebagai Asas Persatuan Artinya bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa mampu mempersatukan kehidupan untuk berbangsa dan bernegara, di bawah wadah NKRI. 6. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Artinya bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan para pendiri bangsa dan tokoh-tokoh nasional pada waktu itu, yang notabene mewakili daerah-daerah. 7. Sebagai Filter Budaya Bangsa Artinya bahwa dengan penghayatan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik individual, bermasyarakat, berbangsa maupun 8. Sebagai Pandangan Hidup (Way of life) Bangsa Artinya nilai-nilai dalam Pancasila diyakini kebenarannya dan dihayati dalam kehidupan seharihari, yang berupa adat kebiasaan dan budaya. 9. Sebagai Ideologi Bangsa Pengertian Ideologi Ideologi berasal dari kata: ide, idea ideos yang artinya gagasan, konsep, cita-cita dan kata logi, logie, logy,dan logos yang artinya: ilmu, teori, ajaran. Secara sederhana ideologi dapat diartikan: ilmu, teori atau ajaran tentang cita-cita. Tracy menyebut dengan istilah Science of ideas. Karena istilah ideologi banyak digunakan dalam ranah politik, maka ideologi dapat diartikan lebih tepat adalah : Suatu ajaran tentang cita-cita/tujuan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Soejono Soemargono (Dosen Filsafat UGM), tematis . Pancasila bersifat Terbuka artinya bahwa bangsa Indonesia mau dan dapat menerima nilai, paham budaya lain, selama hal itu tidak bertentangan bahkan menghilangkan budaya negeri. Nilai-nilai yang positif diharapkan akan memperkaya khasanah dan variasi budaya nasional. Ideologi Pancasila Bersifat Tertutup: Artinya Pancasila sebagai Dasar Negara(Sumber Hukum), maka bersifat imperatif (memaksa) bagi semua orang yang yang berada di wilayah Negara RI. ideologi diartikan sebagai kumpulan gagasan, konsep, keyakinan, serta kepercayaan yang bersifat menyeluruh dan sismemilih budaya mana yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan budaya kita. secara bernegara, kita akan mampu memilah dan

41

BAB VI PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI A. Pengertian Paradigma


Pengertian Paradigma pada mulanya dikemukakan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya The Structure Of Scientific Revolution, yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam penerapan ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan sifatnya dinamis, karena banyaknya hasil-hasil penelitian manusia , sehingga kemungkinan dapat ditemukan kelemahan dan kesalahan pada teori yang telah ada. Jika demikian ilmuwan/peneliti akan kembali pada asumsi-asumsi dasar dan teoritis, shingga ilmu pengetahaun harus mengkaji kembali pada dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misal penelitian ilmu-ilmu sosial yang menggunakan metode kuantitatif , karena tidak sesuai dengan objek penenelitian, sehingga ditemukan banyak kelemahan, maka perlu menggunakan metode baru/lain yang kualiatif. Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia ,diantaranya : politik, hukum, ekonomi, budaya.. Istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengadung konotasi pengertian: sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas , serta arah dan tujuan. sesuai dengan objek penelitian, yaitu beralih dengan menggunakan metode

B. Pengertian Reformasi
Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata reform, sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan pemabaharuan dari paradigma, pola lama ke paradigma, pola baru untuk memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan. Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat: 1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpanganpenyimpangan. Masa pemerintahan Orba banyak terjadi suatu penyimpangan misalnya asas kekeluargaan menjadi nepotisme, kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD 1945. 42

2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilainilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. 3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2). Reformasi harus melakukan perubahan kea rah sistem Negara hukum dalam penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu reformasi sendiri harus berdasarkan pada kerangka dan kepastian hukum yang jelas. 4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik., perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek, antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan. 5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terutama praktek-praktek pemerintahan di bawah orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk sistem ekonomi manjadi kapitalistik di mana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil penguasa dan kongklomerat. Terlebih lagi merajalelanya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pada hampir seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat dan pelaksana pemerintahan Negara membawa rakyat semakin menderita. Para wakil-wakil rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam kenyataannya tidak dapat berfungsi secara demokratis , DPR serta MPR menjadi mandul karena sendi-sendi demokrasi telah dijangkiti penyakit nepotisme. Sistem politik dikembangkan kearah sistem Birokratik Otoritarian dan suatu sistem Korporatik (Nasikun, 1998: 5). Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi di dalam pembuatan keputusan-keputusan nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan penguasa Negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendekiawan dan kelompok wiraswastaan bekerjasama dengan masyarakat bisnis internasional. Pancasila yang seharusnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi Negara dan aparat pelaksana Negara dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik , semua kebijaksanaan 43

dan tindakan pengusaha mengatasnamakan Pancasila, bahkan kebijaksanaan dan tindakan yang bertentangan sekalipun diistilahkan sebagai pelaksanaan Pancasila yang murni dan konsekuen. Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya Reformasi disegala bidang terutama bidang politik, ekonomi, dan hukum. Awal keberhasilan gerakan Reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden BJ. Habibie mengganti kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu diwujudkan UU Anti Monopoli, UU Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU Perlindungan Konsumen, UU Perlindungan Buruh. Dengan demikian reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan..

Seda ngkan pengertian Refomasi adalah perubahan/pembaharuan, bisa total atau parsial tentang sebuah sistem, baik secara konseptual (regulasi) maupun aplikasinya, sistem hukum, sistem politik. . Isu Reformasi mencuat dan bergulir pada era rezim Orde Baru sampai tumbangnya Soeharto. Agenda reformasi yang digulirkan, anatara lain : a. Berantas KKN ( Sistem birokratik, outorian dan korporatik) 44

b. Transaparansi dalam segala bidang(Clean adnd good gouvernence) b. Penegakkan hukum (Law Inforcement). 1. Pelaksanakan Demokrasi(demokrasi modern: anti diskriminasi, persamaan hak/equality before the law, , memperhatikan yang minoritas, mengakui adanya perbedaaan). 2. Peradilan yang independen dll. Sudahkah reformasi berjalan seperti yang diharapkan ? C. Sifat Pancasila 1. Hierarkis Piramidal (Hans Kelsen : Stufen Theory : Lex superior Derogat lege inferiori), misal : Pasal 7 UU No. 10 tahun 2004 tentang Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan (Pembukaan UUD 45 s/d PerDa). Secara panjang lebar sudah dijelaskan terdahulu. 2. Monopluralistik Sifat monopliralistik terdapat dalam Pancasila yang terjelma dalam manusia Indonesia , yakni hakekat manusia yang monopluralistik, yang berarti manusia yang utuh (komprehesif integralistik), manusia selaras, seimbang dan serasi antara susunan kodrat , sifat kodrat dan kedudukan kodrat manusia. Manusia monoplurlistik merupakan ciri khas manusia Indonesia dari bab yang

yang membedakan dengan manusia yang berideologi Komunis, Liberalis maupum Theokrasi. 3. Abstrak, Umum dan Universal a. Abstrak, artinya hanya ada dalam ide (konsep/pikiran). b. Umum artinya menyentuh semua kehidupam manusia yang esensial, yakni nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan (Demokrasi) dan Keadilan . c. Universal, artinya bahwa persoalan-persoalan tentang Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat (demokrasi) dan Adil keberadaanya tidak tergantung ruang, tempat dan waktu (kapan saja, oleh siapa saja dan di mana saja), karena nilai dalam Sila-Sila Pancasila merupakan nilai yang fundamental dalam kehidupan manusia. Artinya nilai-nilai Pancasila selalu ada dalam denyut kehidupan manusia pada umumnya dan khususnya bangsa Indonesia. 45

D. Indikasi Menurunnya Kadar Kebangsaan, antara lain disebabkan : a. Adanya Perbedaan generasi, sehingga terjadi perbedaan persepsi dalam : mengkritrisi,

menyikapi dan menyiasati problema kehidupan yang ada. b. Akibat Samping dari adanya: Modernisasi, industrialisasi dan Globalisasi. c. Tidak adanya kepastian (hukum, masa depan) d. Adanya krisis kepercayaan terhadap para pemimpin e. Kemiskinan dan pengangguran yang semakin bertambah, kesejahteraan hanyalah mimpi. , d.,Banyaknya persoalan-persoalan yang tidak pernah terselesaikan.

E. Nilai, Norma dan Moral a. NILAI ~ Nilai adalah sesuatu yang melekat pada halnya itu sendiri, nilai akan selalu hidup dan langgeng apabila ada pendukungnya, yaitu individu-individu, masyarakat, bangsa maupun negara. ~Nilai adalah sesuatu yang berharga (worth), bermakna, berguna (bermanfaat) dan berarti. ~ Menilai adalah menimbang (judgement), memberikan harga

. 2. Nilai dipelajari dalam filsafat, yakni Theory Of Value atau Phylosophical Of Value ( Axiologi) . 3. Jenis Nilai (lihat Pendidikan Pancasila : Drs. H. Kaelan, M.S) 4. Hierarki Nilai (Nilai Dasar, Nilai Instrumen dan Nilai Praktis Lihat idem). b. NORMA Norma (Norm) adalah kaidah atau aturan yang sifatnya mengikat, memaksa dan mengatur dalam suatu wilayah atau komunitas tertentu. Bagi yang melanggarnya akan diberi sanksi(hukuman). 46

Norma meliputi : Norma Moral, yakni yang berkaitan dengan prilaku manusia (behaviour) dan Norma Hukum, yakni suatu sistem perundang-undangan yang berlaku (Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis: Konvention, adat istiadat/adat kebiasaan).

Pengertian Etika: Etika yang berasal dari kata: etos, etikos (Yunani) yang artinya adat kebiasaan, yakni perilaku yang dilakukan terus menerus, yang kemudian diberi nilai: baik- buruk, boleh dan tidak, pantas

mauupun tidak pantas. Dari perspektif filsafat, etika adalah cabang fiksafat yang mempelajari tingkah laku manusia dinilai. Dari segi baik dan buruk (right and wrong) atau baik dan jahat (good and bad) yang dilakukan secara sadar, bebas dan disengaja. Sebab prilaku yang dilakukan secara tidak sadar, tidak bebas dan tidak disengaja, tidak boleh diberi sanksi, kalau toh diberi sanksi, maka sanksi yang diberikan akan lebih ringan. atau yang paling ringan .Istilah etika dalam hehidupan praktis menjadi kata: etiket (sopan santun), kode etik (Kode etik jurnalistik, kode etik profesi, kode etik kedokteran), sedangkan yang dimaksud kode etik adalah aturan-aturan yang berlaku dan mengikat bagi semua anggota dalam suatu komunitas tertentu, misal : komunitas jurnalis, dokter . Etika terdiri dari Etika Umum, yakni aturan/prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, dan Etika Khusus, yakni membahas prisip-prinsip yang ada hubungannya dengan pelbagai hidup manusia. . Etika khusua terbagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sindiri dan etika sosial yang membahas kewajiban manusia terhadap manusia yang lain dalam hidup bermasyarakat. Beberapa motivasi manusia berprilaku baik dan berprilaku buruk /jahat. * Motivasi manusia berprilaku baik, antara lain: a. Karena adanya kesadaran moral (hati nurani). Manusia berbuat baik, untuk kebaikan itu sendiri (Immanuel .Kant: Imperatif Kategoris). b. Karena takut akan sanksi yang diterimanya, karena sanksi /hukuman pada hakekatnya adalah c. Karena merasa bahagia (senang) memberikan rasa yang tidak enak, tidak nyaman. d. Karena merasa berguna berguna (bermanfaat), menurut faham Utilitarisme. e. Supaya dapat pujian, simpatis 47

f. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu. g. Merasakan kedamaian dan ketentraman hidup. * Motivasi manusia berprilaku buruk/ jahat, antara lain: a. Karena keterpaksaan , merasa tidak ada jalan lain, walaupun sejatinya hidup adalah pilihan. b. Karena mudah dan cepat untuk mencapai tujuan (menghalalkan segala cara). c. Tidak takut akan sanksi yang diterimanya d. Karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan e. Karena tidak tegak dan tegasnya aturan dan sanksi. f. Meredup dan hilangnya hati nurani, sehingga kedap terhadap penderitaan orang lain. Maka untuk menjaga : 1Tumbuhnya hati nurani di dalam hati , kita harus berani intropeksi (memeriksa perbuatan dan hati kita), sehigga kalau melakukan kesalahan, cepat diketahui dan cepat minta maaf dan bertobat serta berjanji tidak akan mengulangi lagi. 2. Terhindar dari prilaku dosa dan buruk/jahat, kita harus selalu sadar bahhwa kita sebagai makhluk Tuhan dan malhluk beragama ,maka sebagai konsekuensinya harus taat pada hukum Tuhan (hubungan secara vertikal antara Tuhan dan manusia). Selain itu kita juga harus sadar secara kodrati manusia adalah makhluk social (Zoon Politicon ,Homo Socius), maka kita harus hidup bersama orang lain, bahkan berbuat sesuatu untuk kebaikan /kesejahteraan lain orang lain. Konsep mencintai sesama itu bisa kita temukan dalam filosofis jawa, yakni asih mring sesamaning dumadi, dalam agama Kristiani (konsep cinta kasih ):kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, dalam agama Hindu :Tat Twam Asi, Ahimsa, Sosro Kartono: adanya aku karena engkau, dalam agama Islam : rahmatan lil alamin, Homo homini Salus: aku ada, kalau berguna bagi orang lain.. Dari konsep ini semua akan menumbuhkan rasa simpati dan empati pada orang lain, sehingga jika berbuat jahat pada orang lain, kita akan merasakan sebaliknya, bagaimana kalau kita yang mengalami .

48

Orang Kaya Sukar Masuk Ke Dalam Kerajaan Allah (Sorga) ( Markus 10 : 17 27) Bapak Ibu Yang terkasih di dalam Tuhan. Bacaan ini mengingatkan kepada kita semua, bahwa sungguh sulit bagi orang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah, bahkan lebih mudah seekor unta masuk ke lubang jarum jika Allah menghendaki. Bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin jika Ia menghendaki. Terutama bagi mereka yang tidak mau mengikuti perintah Tuhan, tidak mau menjual hartanya dan membagikan pada orang miskin dan mengikuti Yesus. Walaupun sejak muda orang itu telah mentatati 10 perintah Tuhan: Jangan membunuh, jangan berzinah, hormatilah kedua orang tuamu, jangan mencuri, jangan berdusta, jangan mengurangi hak orang lain, namun masih belum cukup untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Bagi setiap orang sungguh sulit dan berat permintaan Tuhan Yesus, yaitu menjual semua hartanya dan membagikannya pada orang miskin., Pada hal hartanya itu diperoleh dengan kerja keras, cucuran keringat dan dengan jalan yang halal, ini tidak bisa diterima, lebih baik tidak mendapatkan kerajaan Allah, hidup kekal di sorga, ketimbang menjual hartanya, toh mungkin bagi dia harta kekayaan dapat menghantarkan ke dala m kerajaan sorga dunia, dengan uang yang melimpah apa yang diinginkan akan terpenuhi. Di sini Iman seseorang di uji , mentaati Perintah Tuhan atau tidak?.Kata Yesus Barang siapa mengikuti Aku, akan memperoleh hidup yang kekal.. Orang beriman dan hamba Tuhan adalah orang yang iklas dan rela berkorban, seperti kata Maria waktu menerima kabar dari Malaekat Terjadilah padaku menurut perkataanMU. Amin. Demi Nama Bapa

49

UNIVERSITAS R0NGGOLAWE TUBAN UJIAN TENGAH SEMESTER GAZAL TH. AK 2008/2009 Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Waktu : 90 Menit Fak/Kelas : TEKNIK-TPL/AFG Pengampu : Indri Djanarko Sifat ujian : Tutup Buku --------------------------------------------------------------------------------------------------------------SOAL: 1). a. Dalam Sidang BPUPKI yang ke dua ( 29 Mei - 1Juni 1945) hanya mengagendakan pembahasan Rumusan Calon Dasar Negara . Sebut dan jelaskan alasan-alasannya pernyataan di atas, serta beri ilustrasi secukupnya!. b. Di dalam Sidang BPUPKI yang ke dua Mr. Soepomo tidak mengemukakan Rumusan Calon Dasar Negara, tetapi mengemukana tiga teori/bentuk negara. Sebut dan jelaskan alasan-alasannya pernyataan di atas , serta beri contoh secukupnya. 2). Nilai toleransi sebagai manifestasi dari demokrasi (musyawarah untuk mufakat) telah diteladani oleh founding fathers dalam waktu pendirian Negara RI. Nilai toleransi yang manakah itu?. Sebut, jelaskan serta berikan ilustrasinya. 3). Jelaskan, serta beri contoh secukupnya perbedaan antara konsepsi manusia Indonesia dengan konsepsi manusia negara/ideologi lain. 4). Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami 4 kali amandemen. a. Jelaskan mengapa UUD 45 perlu diamademen?. b. Mengapa hanya Batang Tubuh UUD 45 beserta pasal dan ayat-ayatnya saja yang diamandemen, sedangkan Pembukaan UUD 45 tidak ikut diamandemen ?. Jelaskan ,serta berikan ilusrasi secukupnya !. 5). Pada tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah sah menjadi sebuah Negara. a. Mengapa demikian?, jelaskan serta berikan ilustrasi secukupnya!. b. Mengapa pengakuan negara lain diperlukan untuk sahnya pendirian Negara RI?. Jelaskan !, serata berikan ilustrasi secukupnya!. 6). a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan : - Benteng stelsel - Dominasi Mayoritas - Politik bebas aktif - Sintesa Paradoksal b. Dekrit Presiden pernah 3 kali terjadi di dalam sistem pemerintahan Negara RI. Kapan dan bagaiamana hasilnya?. Tolong masing-masing diberi penjelasan!. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Dalam perjalanan kian banyak persimpangan, hanya dengan kata dan mata hati, kian jelas arah dan tujuannya

50

Contoh Kisi-Kisi Soal Pendidikan Pancasila.

1). Sidang BPUPKI yang kedua hanya mengagendakan tentang pembahasan Rumusan Calon Dasar Negara. Sebut dan jelaskan alasan-alasannya! 2). a. Tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia secara de jure maupun de facto telah sah menjadi sebuah negara. Mengapa demikian?Jelaskan! b. Selain tiga syarat umum/mutlak, ada lagi satu syarat sahnya sebuah negara, yakni adanya pengakuan dari negara lain. Mengapa demikian? Jelaskan, serta berilah contoh secukupnya. 3). Jelaskan, disertai argumentasi yang mendukungnya : kronologis dinamika berlakunya UUD 1945. 4). UUD 1945 kini sudah mengalami amandemen sebanyak empat kali. a.Jelaskan mengapa UUD 1945 perlu untuk diamandemen? pasal-pasal dan ayat-ayatnya saja yang di b.Mengapa hanya

amandemen? Jelaskan secara singkat!

5). Pengingkaran terhadap nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sebagai penanda telah memudarnya nilai kejiwaan, kepribadian dan pandangan hidup bangsa. Mengapa demikian? Jelaskan secara singkat! 6).Pasca era Orde Baru (Soeharto) Pemerintah menerapkan paradigma reformasi, namun dalam perjalanannya hingga sekarang masih jauh dari harapan. Mengapa demikian?Jelaskan dari salah satu bentuk reformasi dalam 51

bidang : politik, hukum, ekonomi atau yang lainnya.

7).Hakekat manusia monopluralistik adalah pengejawantahan manusia Indonesia yang Pancasilais, yang membedakan dengan konsep manusia liberalistik, komunistik, sosialistik maupun theokratik. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! 8).Sebut dan jelaskan serta beri contoh secukupnya salah satu indikator menurunnya kadar kesadaran dan rasa kebangsaan! 9).Perilaku jahat/buruk dapat diminimalisasi, apabila manusia menyadari dan menghayati sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Mengapa demikian?Jelaskan serta beri contoh secukupnya! 10).Mengapa dalam hidup dan kehidupan manusia membutuhkan adanya nilai?Jelaskan serta beri contoh secukupnya!

52

UNIVERSITAS RONNGOLAWE FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK ============================================================= UJIAN AKHIR SMT GASAL TH. AK 2007/2008 Mata Kuliah : Dasar-Dasar Logika Dosen : Indri Djanarko ============================================================= SO A L :
1). Principium Identitas dan Definisi mempunyai peran yang sangat penting dalam analisis. Mengapa demikian? Jelaskan serta beri contohnya! 2). Principium rationis sufficientis sering diterapkan dalam ranah politik, baik sebagai strategi maupun policy. Coba beri contohnya, disertai argumentasinya! 3). Coba terapkan Distribusi Term dalam kehidupan sehari-hari, disertai argumentasi logisnya! 53

4). Coba terapkan bujur sangkar pertentangan kasus PakHarto, disertai argumentasi pendukungnya! 5). Syllogisme erat sekali dengan proses penalaran (reasoning) dan penyimpulan (conclutioninference). Mengapa demikian? Jelaskan serta beri contohnya! 6). a . Buatlah contoh pola syllogisme di bawah ini : - Bocardo - Sub-Pre - Ferio - Bis-Pre - Festino - Bis-Sub - Dimaris - Pre-Sub b. Jelaskan maksud pernyataan di bawah ini:

2). Dari tinjauan pengertian logika secara etimologis, tersirat bahwa antara berpikir /thinking(Logika) dengan berkata/speeking (bahasa) ada keterhubungan(relasi dan relevansi) yang erat. Mengapa demikian?. Jelaskan serta beri ilustrasinya!. 3). Antara berpikir (tinking) dan bernalar (reasoning) terdapat persamaan dan perbedaan (terutama dalam proses dan hasilnya). Mengapa demikian?. Jelaskan serta sedikit ilustrasinya. 4). a. Coba terapkan pengertian kebenaran formal dan kebenaran material dalam kehidupan nyata, baik ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari!. b. Dari kedua kebenaran itu manakah yang harus diutamakan/didahulukan ?. Mengapa demikian?., Jelaskan serta beri ilustrasi secukupnya!. 5). Dengan berpikir logis(logic of tkinking) akan meningkatkan daya kritis sehingga mampu menyikapi dan menyiasati segala persoalan yang ada dan sekaligus mampu mencari solusinya. Buktikan pernyataan di atas!. 6). a. Kapankah kata logi mempunyai pengertian : teori, ajaran, dan ilmu?. Jelaskan secara singkat, serta masing-masing beri contohnyaJelaskan serta beri ilustrasi secukupnya!.

54

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan organisasi pekerja di Indonesia diawali sejak lahirnya Serikat Pekerja Guru Belanda (Nederland Indische Onderwijs Genootschap) pada tahun 1876. Mulai pada saat itulah para peker pekerja pribumi bertekad untuk mendirikan sebuah serikat pekerja sendiri, tanpa adanya campur tangan dari warga negara asing. Mereka sudah menyadari pentingnya sebuah perjuangan untuk memperbaiki nasib, seperti syarat dan kondisi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, serta upah dan jaminan sosial. Kesadaran ini tumbuh karena didorong pula dengan semakin berkembangnya industri barang dan jasa pada masa itu. Dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908, organisasi pekerja juga ikut berkembang, yakni dengan berdirinya Serikat Pekerja Kereta Api dan Trem pada tahun yang sama. Kemudian disusul berdirinya Perkumpulan Bumi Putera Pabean pada tahun 1911, Persatuan Guru Bantu pada tahun 1912, Persatuan Pegawai Pegadaian Bumi Putera tahun 1914, Serikat Pekerja Perusahaan Swasta tahun 1915, Serikat Pekerja Opium Regie Bond tahun 1916, dan Serikat Pekerja Pabrik Gula tahun 1917. Sejalan dengan dinamika perjuangan bangsa Indonesia, organisasi pekerja juga tidak dapat terlepas dari pengaruh pergulatan politik di tanah air. Berbagai serikat pekerja dengan nama dan segala bentuknya ikut bermunculan sebagai bagian dari partai politik. Dalam kenyataan sejarah, kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan, sehingga pada tanggal 1 Nopember 1969 dibentuklah Majelis Penyederhanaan Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI), sebagai upaya penyatuan organisasi Serikat Pekerja. Berawal dari MPBI itulah maka dicetuskanlah Deklarasi Persatuan Buruh Indonesia pada tanggal 20 Februari 1973, yang melahirkan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI), yang berasas selalu

55

menjunjung tinggi demokrasi, bebas dan bertanggung jawab. Anggota FBSI pada saat itu berjumlah sekitar dua puluh satu Serikat Buruh Lapangan Pekerja (SBLP), yang masing-masing mempunyai kepengurusan dan anggaran dasarnya sendiri-sendiri. Dalam pelaksanaannya, organisasi pekerja yang bersifat federasi tidak berjalan efektif, karena masing-masing Serikat Buruh Lapangan Pekerja tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Melalui Konggres Federasi Buruh Seluruh Indonesia pada tahun 1985, sifat organisasi federasi diubah menjadi UNITARIS, yang sekaligus mengganti nama dari Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan mengubah Serikat Buruh Lapangan Pekerja (SBLP) menjadi Departemen. Kenyataannya perubahan sifat dan nama organisasi tersebut belum mampu menjawab dan

memecahkan persoalan yang dihadapi, bahkan cenderung menimbulkan masalah dan konflikkonflik yang baru. Akhirnya melalui Munas Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) pada tahun 1990 diambil kebijakan untuk mengubah bentuk Departemen menjadi Sektor sebagai unsur pimpin an dan menjadi Anggota Pleno DPP Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. Dengan perubahan ini sifat organisasi lebih mendekati federasi dan selanjutnya berganti nama menjadi Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (F-SPSI). Kendatipun demikian, organisasi serikat pekerja tersebut ternyata masih belum mampu menyuarakan Kepentingan pekerja dan tidak dapat berfungsi sebagai wahana perjuangan mereka, bahkan ada yang berpendapat bahwa serikat pekerja cenderung menjadi alat kepentingan politik dan kelompok tertentu. Sejalan dengan kondisi tersebut, maka berdirilah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang diketuai oleh Muchtar Pahpahan. Setelah timbulnya reformasi yang ditandai dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru,

pemerintahan transisi Presiden Habibie menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1988 tentang Pengesahan Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebas-

56

an Berserikat dan Perlidungan Hak Untuk Berorganisasi. Keberadaan Keputusan Presiden ini ternyata mendorong tumbuhnya organisasi pekerja yakni disamping Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (F-SPSI) dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang sudah ada pekerja yang baru, antara lain: PPMI, GASPARINDO, KPNI,

sebelumnya, berdiri pula serikat

SARBUMUSI, PPBI, KBM, SPNI, dan GASPINDO. Dengan makin banyak tumbuhnya serikat pekerja ternyata berdampak positif terhadap pola dan sistem ketenagakerjaan di tanah air, di samping juga berdampak positif yang tak dapat dihindarkan. pula dampak negatif itu, antara lain semakin tingginya tingkat kesadaran pekerja terhadap pentingnya berorganisasi, tumbuhnya persaingan antar serikat pekerja dan adanya solidaritas pekerja dalam setiap perjuangannya untuk perbaikan nasib. Sesuai dengan tuntutan reformasi, maka pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, yang memberikan keleluasaan bagi pekerja dalam memperjuangkan kepentingan dan haknya., Keberadaan serikat pekerja ternyata menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat industri, apalagi bagi para pengusaha yang belum siap menerima kehadiran dan keberadaan serikat pekerja. Untuk itu para pengusaha dalam menyikapi kehadiran dan keberadaan serikat pekerja hendaknya selalu berkoordinasi dan akomodatif, sebab dengan sikap skeptis dan kofrontatif terhadap serikat pekerja ,justru akan memicu dan memacu munculnya persoalan-persoalan baru yang lebih rumit dikemudian hari, yang akhirnya akan merugikan pekerja, pengusaha maupun pemerintah. Memang kehadiran serikat pekerja dapat memunculkan dualisme kepemimpinan dalam suatu perusahaan, namun dualisme kepemimpinan hendaknya tetap dalam koridor koordinatif dan terpadu dalam memimpin dan membina buruh. Yang perlu disadari bersama bahwa keberadaan pekerja dalam suatu perusahaan, di samping sebagai bawahan majikan (pengusaha), juga sebagai anggota serikat pekerja . Oleh sebab itu para pengurus serikat pekerja harus dapat memahami betul posisi tesebut

57

sehingga jangan sampai pengurus serikat pekerja tidak dapat menjaga keseimbangan dalam menciptakan ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha (perusahaan). Implementasi hak asasi manusia bagi pekerja, adalah hak atas kebebasan berserikat yang merupakan Hak dasar (hak asasi manusia) bagi setiap manusia yang secara alami telah melekat dalam dirinya, yang secara konstitusional dijamin oleh undang-undang, baik secara nasional (Indonesia) maupun internasional (ILO). Pengaturan tentang hak atas kebebasan berserikat di negara Indonesia tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat (3) amandemen kedua, yang menyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan ditetapkan dengan undang-undang. Pengaturan hak atas kebebasan berserikat juga tercantum dalam ketentuan pasal 20 Universal Declaration Of Human Rights tahun 1948, yang menyataakan : Everyone has the rights to freedom of peaceful assembly and association and no one may be compelled to belong and association. Hal ini berarti bahwa hak atas kebebasan berserikat bukan saja merupakan substansi hak asasi manusia semata, tetapi juga menjadi hukum positif, karena mendapat pengakuan dalam konstitusi negara. Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia secara internasional juga diperkuat dengan Dua Dokumen lainnya, yaitu : Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan budaya (International Covenant on Economic, Social and Culture Rights 1966) serta Konvensi International tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik (International Convenant on Civil Political Rights 1966), yang menunjukan bahwa kedudukan individu dalam masyarakat dengan segala hak-haknya telah memperoleh pengakuan secara internasional. Kedua dokumen ini berisi tentang ketentuanketentuan yang mengikat secara yuridis bagi negara-negara yakni hak (rights) dan kebebasan (freedom). Hak merupakan manifestasi dari harkat dan martabat manusia, dengan maksud untuk perlindungan pribadi manusia tentang manusia (dignity of the human person) dan kebebasan merupakan pengakuan eksistensi manusia yang tercermin dalam kebebasan berpikir, kebebasan beragama, kebebasan berbicara, kebebasan berserikat dan berkumpul.

Indonesia sebagai salahsatu anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai 58

kewajiban yuridis untuk melaksanakan hak asasi manusia, hal ini dibuktikan dengan disahkannya berbagai Undang-Undang , Keputusan-Keputusan dan Ketetapan-Ketetapan Pemerintah tentang hak asasi manusia. Adapun hak atas kebebasan bagi pekerja, adalah kebebasan berserikat yang implementasinya dengan membentuk serikat pekerja sebagai konsekuensi yuridis dengan diratifikasinya Konvensi Organisasi Buruh International (ILO) Nomor 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi, serta Konvensi Nomor 1998 tentang Berlakunya DasarDasar Dari Hak Untuk Berorganisasai dan Untuk Berunding Bersama. Dengan diratifikasinya Kedua Konvensi itu oleh Pemerintah Indonesia,maka secara yuridis menjadi bagian dari Peraturan Perundang-undangan Nasional di Indonesia, sekaligus merupakan salah satu upaya Pembaharuan hukum, khususnya Hukum Ketenagakerjaan, terutama dalam hal Organisasi Pekerja (Serikat Pekerja)... . Kita mengetahui, bahwa pekerja dalam posisi yang lemah, baik dari segi ekonomi, maupun dari segi kedudukan dan pengaruhnya terhadap majikan. Oleh karena itu, maka akibatnya para pekerja tidak mungkin dapat memperjuangkan hak-haknya ataupun mencapai tujuannya, apabila hanya bersifat perorangan (individu) tanpa mengoragnisir dirinya dalam suatu wadah yang dapat membantu para pekerja untuk memperoleh hak-haknya. Wadah yang dimaksud adalah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI),baik dalam tingkat perusahaan , federasi maupun konfederasi. 1. 1 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana ketentuan yuridis mengenai hak kebebasan berserikat bagi pekerja ?. 2. Bagaimana implementasi hak kebebasan berserikat bagi pekerja? Pekerja

59

1, 3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1. Mengembangkan di bidang hukum ketenagakerjaan, khususnya hak atas kebebasan berserikat bagi pekerja 2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum di Universitas Narotama, Surabaya. Sedangkan tujuan secara khusus dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah, adalah :: 1. 2. Ingin menjelaskan ketentuan yuridis tentang hak kebebasan berserikat bagi pekerja. Ingin menjelaskan implementasi hak kebebasan beserikat bagi pekerja. .

1.4. MANFAAT PENELITIAN a. Sebagai ajang pendalaman materi hukum ketenagakerjaan, khususnya tentang

organisasi pekerja (serikat kerja). b. Menambah wawasan tentang organisasi pekerja(serikat pekerja), beserta persoalan-

persoalan yang ada di dalamnya. 1.5. TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka ini akan dikemukakan landasan-landasan teori yang relevan dengan judul penelitian, khususnya yang sesuai dengan rumusan masalah. . adalah

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta pengertian bebas : lepas sama sekali (tidak terhalang, tidak terganggu dan sebagainya sehingga boleh bergerak, bercakap, berbuat dan sebagainya dengan leluasa).

1. Lepas dari (kewajiban, tuntutan, ketakutan dan sebagainya, tidak dikenakan pajak, hukuman dan sebagainya, tidak terikat dan terbatas) 2. Merdeka (tidak diperintah atau dipengaruhi oleh negara lain)1. ------------------------------------------------1 W.J.S . Poerwadarminta;

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Poestaka, Jakarta, 1984, hal. 45 60

Arti pertama dan kedua yang dikemukakan oleh Poerwadarminta itu mengandung makna yang umum dan mendasar, sedangkan arti merdeka sudah merupakan arti khusus, karena diterapkan pada hubungan antar negara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebebasan merupakan factor yang penting bagi hukum pada umumnya dan hak-hak asasi manusia pada khususnya. Hak asasi manusia dan kebebasan sebagai hak dasar manusia tidak dapat dilepaskan dari manusia pribadi, karena tanpa hak asasi dan kebebasan, manusia akan kehilangan harkat dan nilai kemanusiaannya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat : Soetandyo Wignjosoebroto yaitu bahwa : Hak-hak asasi manusia (HAM) atau sebenarnya tepatnya harus disebut dengan istilah hak-hak asasi manusia (Human Rights) begitu saja, adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal, sebagai hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat kelahiran manusia itu sebagai manusia. Dikatakan universal karena hak-hak itu dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli warna kulitnya, jenis kelaminnya, kohort usianya, latar belakang, agama ataupun kepercayaan spiritualitasnya. Sementara dikatakan melekat atau inheren karena hak-hak itu dimiliki siapapun yang karena berkat kodrat kelahirannya sebagai manusia dan bukan karena pemberian oleh suatu organisasi kekuasaan manapun. Karena dikatakan melekat itu pulalah maka pada dasarnya hak-hak ini tidak sesaatpun boleh dirampas atau dicabut oleh siapapun. Pengakuan atas adanya hak-hak asasi manusia memberikan jaminan secara moral maupun demi hukum, kepada setiap manusia untuk menikmati kebebasan dari segala perhambaan, penindasan, perampasan, penganiayaan atau perlakuan apapun yang manusia itu tak dapat hidup secara layak sebagai manusia yang dimuliakan Allah. 2) Oleh karena itu negara Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila yang menjujung tinggi Dan menghormati hak asasi manusia, baik secara hukum, politik, ekonomi, sosial dan moral untuk melindungi dan memajukan serta mengambil langkah-langkah yang konkrit demi tegaknya hak asasi manusia dan kebebasan manusia.

61

Dalam Universal Declaration Of Human Rights 1948, diproklamirkan beberapa kebebasan yang dikategorikan sebagai hak asasi manusia, diantaranya: kebebasan dari perbudakan (art 4), kebebasan dari penyiksaan (art 5), kebebasan berserikat (art 20). Di dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia secara rinci diatur mengenai hak asasi yang meliputi : hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, hak anak dan hak atas kebebasan beragama. Selain mengatur hak asasi diatur pula mengenai kewajiban dasar serta tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam penegakan hak asasi manusia.

----------------------------------------------------------

2). Soetandyo Wignjosoebroto, Paham Universalisme Versus Paham Partikalisme Dalam Doktrin Hak-Hak Asasi Manusia , Seminar Nasional Penegakan Hukum Dan Demokrasi Pada Masyarakat Multibudaya, 8 Agusstus 2006 oleh Jurusan Mata Kuliah Umum(MKU), Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS, Surabaya.

Bukti pemerintah Indonesia respek terhadap hak asasi manusia, diantaranya adalah dengan disahkannya: UU RI No . 4 Tahun 1978 tentang Kesejahteraan Anak, UU RI No. 3 Tahun 1977 tentang Peradilan Anak, UU RI No. 23 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU RI No. 40 Tahun 1999 tentang Kebebasan Pers, UU RI No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, UU RI No. 5 Tahun 1988 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Penghukuman Yang Kejam, UURINo. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Perpu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM. Di samping kebebasan yang yang bersifat asasi terdapat pula paham kebebasan yang bersifat Hukum Positif, atau hak-hak kewarganegaraan atau yang lebih dikenal dengan kebebasan politik. Dalam hubungannya dengan hak-hak ini warga negara turut serta dan secara aktif dalam pelaksanaan dalam bidang politik, misalnya : di dalam pemilu, pilkada baik untuk tingkat I (Provinsi), maupun tingkat II (Kabupaten/Kota Madya). Ardorno mengatakan, bahwa tanpa suatu pemikiran tentang kebebasan, secara teoritis sulit memperoleh alasan untuk mengorganisasikan kehidupan masyarakat. Namun pengorganisasian masyarakat 62

pada gilirannya akan mengurangi kebebasan itu sendiri. Kebebasan dan ketidakbebasan merupakan realitas kehidupan yang saling berkaitan , masalahnya ialah bila kebebasan itu disadari dan dihayati sebagai kodrat dan sekaligus sebagai kenyataan objektif, kebutuhan, keinginan dan harapan, bahkan sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan, maka yang diperlukan di sini adalah meminimalkan pengekangan terhadap kebebasan dan memaksimalkan suasana kehidupan yang ideal sebagai ruang untuk hidup lebih baik, yakni kebebasan.3) Russel dalam bukunya Roads to Freedom yang melihat dan merasakan adanya belenggu yang mengikat manusia, sehingga sebagian besar kehidupan diwarnai oleh kekawatiran , ketakutan dan ketidakpastian akan hari depan. Adanya perbudakan secara fisik, politik maupun ekonomi, penindasan, perang, dibarengi adanya kelaparan, pengangguran, ketidakadilan dan tindakan-tindakan yang bersifat menekan. Semua ini membuat manusia dikerdilkan dari sekian banyak kemungkinan yang sesungguhnya dapat dicapai. Manusia tak bisa lagi mngungkapkan gejolak jiwanya, kemampuan pikirnya dan kesanggupan-kesanggupan tentang apa yang seharusnya bisa dilakukan, sehingga manusia kehilangan jati dirinya. Manusia banyak kehilangan hak-hak kodratnya akibat dari buruknya sistem pengorganisasian masyarakat.4) Arti yang paling mendasar dari kebebasan yang dirasakan oleh manusia, bahwa manusia adalah makhluk yang bebas menentukan dirinya sendiri (Homo Freedom of Choice). Namun kiranya penting untuk disadari, bahwa kebebasan setiap manusia bukanlah tujuan pada diri sendiri, melainkan hanya sebagai suatu sarana. Sebagai suatu sarana tidak lain adalah untuk melepaskan manusia dari segala sesuatu yang menghalangi individu mewujudkan diri sepenuhnya, baik ketergantungan terhadap alam maupun penindasan yang terjadi karena struktur dan sistem sosial ekonomi, adat istiadat serta dari lembaga lain yang dirasa menindas, sehingga dapat mencapai cita-cita untuk menuju pada tataran kesempurnaan eksistensi manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa kebebasan adalah tanda dan ungkapan martabat, karena dengan kebebasan itulah manusia menjadi makhluk yang otonomi (manusia mandiri), yang berkuasa untuk dirinya sendiri. Setiap bentuk pemaksaan kehendak yang akan mengurangi maupun meniadakan kebebasan manusia, dirasakan sebagai suatu yang tidak hanya mengganggu eksistensinya, tetapi lebih dari itu merupakan penghinaan dan penodaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Keinginan manusia untuk hidup bebas merupakan keinginan insani yang sangat mendasar (asasi). Kebebasan itu sendiri harus dapat memberi ruang gerak yang leluasa yang memungkinkan setiap orang untuk berkembang sesuai dengan pilihan dan potensi yang dimilikinya. 63

Makna pengembangan potensi diri yang dimaksudkan adalah menunjuk pada proses riil, di mana seseorang menjadi seperti yang dia pilih, melalui pelaksanaan tindakan-tindakannya yang mencerminkan harapan dan kebutuhannya. Orang tidak hanya sekedar ingin mewujudkan sifat-sifat alamiahnya saja, melainkan juga secara aktif dan kreatif mengembangkan potensi dan sifat-sifat alamiahnya melalui tindakan-tindakannya. Dengan demikian akan membentuk kemampuan-kemampuan baru serta akan memperkaya kemampuan yang sebelumnya sudah dimilikinya. Dalam proses ini orang akan dapat memperluas ruang lingkup tindakan dan interaksi sosialnya, serta mengintesifkannya sembari menyempunakan cara bertindaknya. Gould mengkritik pandangan tradisional tentang kebebasan yang hanya menekankan soal tiadanya suatu hambatan dan halangan dalam mewujudkan kehendak sebagai hal yang mendasar dalam kebebasan politik. Menurutnya pandangan tradisional hanya mengemukakan salah satu aspek dari kebebasan yang

dinggapnya penting, yakni tiadanya hambatan dan halangan dari luar , pada hal masih ada dua hal yang mendasar dari konsep kebebasan. Pertama, pandangan ini tidak menyinggung tentang pentingnya kondisi yang memungkinkan manusia bertindak bebas. Kedua, dalam masalah pilihan bebas, pandangan ini hanya memusatkan perhatiannya pada tingkat individual dan mengabaikan perkembangan seseorang dari waktu ke waktu serta melupakan pula perlunya mewujudkan tujuan-tujuan dan rencana jangka panjang sebagai proses pengembangan diri. 5) Menurut Gould, kebebasan yang riil tidak saja mensyaratkan tiadanya hambatan dari luar, tetapi juga menuntut tersedianya kondisi objektif yang diperlukan seorang untuk mencapai harapan dan tujuannya berdasarkan pilihannya. Dia juga menegaskan dapat membuat bahwa kebebasan dalam prakteknya tidak

efektif, jika tidak disertai dengan kondisi-kondisi yang memungkinkan perwujudan kebebasan itu, misalnya tentang: kemiskinan dan kebodohan dapat membuat kebebasan tidak berguna. Jadi konsep kebebasan dari Gould ini berusaha menjelaskan, bahwa dalam masalah kebebasan adanya dua dimensi yang saling terkait satu sama lain, yaitu: dimensi biografis dan historis yang mencakup pengembangan diri individu untuk mewujudkan diri melalui gerak hidupnya, serta dimensi sosialnya yang berarti bahwa hubungan sosial dan kehendak bersama merupakan konteks yang fundamental bagi pengembangan diri tersebut. Konsep Gould mengandaikan, bahwa orang mampu memilih secara bebas dan berbuat menurut keinginannya, selain itu untuk efektifnya pilihan 64

bebas, harus tersedia pilihan-pilihan aktual yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan diri. Jadi, perlu tersedianya kondisi-kondisi objektif baik material maupun sosial agar harapan dan tujuannya dapat tercapai sesuai dengan pilihannya. Setiap orang bebas untuk memperjuangkan dan mengusahakan haknya serta menentukan sendiri tindakannya. Ia bebas bergerak menggunakan kebebasannya tanpa seorangpun menghalanginya, menghalangi kebebasan seseorang berarti menentang hukum kodrat (law of nature) kehendak Tuhan, karena kebebasan merupakan hak setiap individu yang berasal dari Tuhan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataannya dalam hidup bersama sering terjadi benturan antara kebebasan seseorang dengan kebebasan orang lain. 6) Keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu akan dilarang, dicegah dan dihalangi, manakala pebuatan itu melanggar kebebasan orang lain, melanggar aturan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang memiliki hak atas kebebasan, maka orang lain mempunyai kewajiban agar tidak mencoba untuk mengulangi perbuatan orang itu. John Locke membedakan kebebasan menjadi: kebebasan alamiah (natural liberty) dan kebebasan masyarakat (civil liberty), kebebasan alamiah diartikan sebagai kebebasan dari kekuasaan tertinggi manapun di dunia, tidak tunduk terhadap aturan manapun dan hanya tunduk pada aturan hukum kodrat sebagai aturan hidupnya. Sedangkan kebebasan masyarakat adalah kebebasan yang tidak berada di bawah kekuasaan orang lain, kecuali kekuasaan yang didasari pada persetujuan itu sendiri. Bila pengertian ini diterapkan dalam kehidupan masyarakat, kebebasan tersebut tidak dibatasi dengan hukum kodrat melainkan hukum positif. Berlakunya hukum positif bukannya tanpa batas, karena hanya sejauh ada persetujuan dari orang yang bersangkutan hukum positif ini bisa diberlakukan. Pengertian yang demikian ini mengandung makna secara timbal balik, yaitu setiap orang mempunyai hak atas kebebasannya sendiri dan negara memiliki legitimasi untuk membatasi hak tersebut apabila pembatasan itu dibuat atas dasar persetujuan individu.7) Hal tersebut di atas, sesuai dengan teori John Locke tentang negara. Menurutnya negara dibentuk atas persetujuan individu-individu dan setiap orang akan mentaati kekuasaan negara hanya sejauh individu tersebut menyetujuinya. Dalam hal ini harus terlihat bahwa tujuan manusia memberi persetujuan pada negara adalah 65

untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya. Maksudnya persetujuan itu diberikan pada negara, agar negara berwenang bertindak melindungi kebebasan tersebut. Akan tetapi pada sisi lain dengan adanya persetujuan yang diberikan ini, dengan sendirinya akan mempunyai konsekuensi hukum, yaitu dengan penyerahan kebebasan tersebut, maka akan menempatkan yang bersangkutan berada di bawah kendali hukum positif . 8) . Kebebasan manusia tidak mungkin dapat dijamin sepenuhnya bila tidak ada sesuatu yang dapat digunakan mengatur kebebasan itu. Menurut Russell, perangkat dan sistem yang paling tepat untuk mengatur kebebasan itu adalah hukum dan pemerintah. Atas dasar hal tersebut, kebebasan manusia dapat dibatasi dengan undang-undang. Cara pembatasan ini dapat dibenarkan demi untuk mencapai suatu sistem sosial yang lebih baik. Dasar argumentasinya ialah karena ada kecenderungan pada manusia untuk tidak menghormati kebebasan orang lain, seperti sifat iri hati, nafsu untuk berkuasa, dan sifat-sifat buruk manusia yang lainnya. 9) Bertolak dari pemikiran di atas, jika tindakan manusia tidak dikendalikan oleh suatu otoritas dari luar diri manusia, maka manusia tidak mungkin hidup bebas, karena di dalam kehidupan manusia akan terjadi suatu ketidakteraturan dan ketidaktertiban, di mana pihak yang kuat akan menindas yang lemah, mayoritas akan menindas minoritas. Oleh karena itu, pembatasan terhadap kebebasan mutlak diperlukan, agar kebebasan itu dapat dipergunakan dengan memperhatikan kebebasan orang lain. Secara teoritis pengakuan masyarakat terhadap pembatasan pada kebebasannya melalui undang-undang didasarkan pada kesadaran bahwa hukum mempunyai fungsi mengatur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih baik. Menurut Frans Magnis Suseno, pentingnya ada undang-undang untuk mengatur kebebasan tersebut didasarkan pada tiga ciri pokok manusia: Pertama, manusia adalah makhluk yang berakal budi; kedua, manusia memiliki jasmani; ketiga, manusia merupakan makhluk sosial. 10) Sebagai makhluk yang berakal budi, kelakuan manusia harus diatur secara normatif, bukan secara instingtif. Jadi, manusia dalam berprilaku menggunakan kebebasannya harus menurut dan tunduk pada normanorma yang telah ditetapkan bukan menurut kemaunnya sendiri (bebas yang tak terbatas). Dari ciri ciri kejasmaniannya manusia membawa akibat dua sisi, yakni pada satu sisi manusia membutuhkan benda-benda material agar ia dapat hidup, sedangkan pada sisi yang lain manusia dapat ditindas atau ditaklukan karena kejasmaniannya, selanjutnya dengan ciri manusia sebagai makhluk sosial (bermasyarakat) ia hanya dapat hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Integrasi antara sifat jasmani dan sosial ini akan membuka peluang dan 66

rentan akan terjadinya konflik dalam kehidupan antar manusia, apakah itu konflik kepentingan atau keadilan. Untuk itu fungsi hukum yang fundemental adalah mencegah agar konflik kepentingan tidak dipecahkan dalam konflik terbuka, yang semata-mata hanya mendasarkan atas kekuatan dan kelemahan dari pihak-pihak yang berkonflik, akan tetapi harus diselesaikan menurut koridor hukum dengan mempertimbangkan kepentingan dan nilai objektifnya.

Menurut Poewadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia , pengertian Serikat adalah: kawan (dalam perang), perkumpulan (gabungan atau perkumpulan), persekutuan dalam dagang, sekutu.11) Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud Serikat dalam penelitian ini adalah perkumpulan (gabungan atau perhimpunan). Sedangkan untuk pengertian kebebasan berserikat (dalam arti bebas), adalah hak yang berupa untuk membentuk suatu pekumpulan (organisasi) pekerja Sesuai dengan judul penelitian, maka yang dimaksud kebebasan berserikat di sini adalah kebebasan berserikat bagi pekerja, yaitu untuk membentuk Organisasi Pekerja yang berupa Serikat Pekerja. Pengertian Serikat Pekerja/ Buruh berdasarkan UU RI No. 21 Tahun 2000 Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1), yang dimaksud Serikat Pekerja/Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dari untuk pekerja/buruh baik di perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Yang dimaksud Serikat Pekerja/Buruh di Perusahaan berdasarkan UU RI No. 21 Tahun 2000 pasal 1 ayat (2) adalah serikat pekerja/buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan, misalnya : Serikat pekerja di perusahaan Maspion Group, sedangkan pengertian Serikat Pekerja/Buruh Di Luar Perusahaan berdasarkan pasal 1 ayat (3) UU RI NO. 21 Tahun 2000 adalah Serikat pekerja/buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang bekerja di luar perusahaan, selain itu bentuk serikat pekerja bisa merupakan gabungan dari serikat pekerja dengan yang lain, yang disebut federasi pekerja/buruh (berdasarkan pasal 1 ayat (4) UU RI No. 21 Tahun 2000), federasi pekerja bisa menggabungkan diri dengan federasi pekerja yang yang lain, yaitu Konfederasi Serikat Pekerja (berdasarkan pasal 1 ayat 5 UU RI No. 21 Tahun 2000). Sedangkan yang dimaksud dengan pekerja /buruh menurut ketentuan: 67

a. Pasal 1 UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, menyatakan bahwa Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ciri khas dari hubungan kerja upah. b. Pasal 1 ayat (6) UU RI N0. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh, yang menyatakan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari dua pengertian tentang tenaga kerja dan pekerja menganut asas, jika tidak kerja maka tidak menerima upah (no work, no pay), tetapi ada kententuan lain yang menyatakan bahwa pekerja tidak bekerja tetap menerima upah, dikarenakan antara lain: sakit, cuti, mogok kerja. Menurut Ensiklopedi Umum yang dimaksud dengan Serikat Pekerja (Labour Union) adalah suatu persekutuan kekal yang dibentuk secara sukarela oleh pekerja upah, gaji atau honorarium dengan tujuan: a. Memelihara dan memperbaiki syarat-syarat perburuhan dengan jalan mengatur hubungan kerja dengan pihak-pihak pengusaha {majikan). b. Mengatur hubungan kerja antara pemerintah dan pekerja tentang hak-hak yang meliputi kedua belah pihak. c. Mengusahakan agar pekerja sebagai suatu golongan turut serta dalam penghidupan bangsa. tersebut adalah di bawah orang lain dengan menerima

Secara garis besar dibedakan tiga macam serikat pekerja, yakni: 1. Craft Union: anggotanya dalam ikatan pekerja, anggotanya terdiri dari orang-orang yang menjalankan pekerjaan yang sama. Misal: sopir, tukang becak, tukang batu, juru tulis. Bentuk organisasinya mendatar (horizontal) dan menerobos ke berbagai perusahaan, anggota-anggotanya biasanya terdiri dari buruh/pekerja terlatih dan yang berpendidikan kejuruan (vak). 2. General Labour Union (Serikat Buruh Umum): cirinya anggota-anggotanya terdiri dari segala macam kaum buruh tanpa memperhatikan jenis pekerjaan masing-masing. Misal: Barisan Buruh Indonesia yang 68

didirikan di Jakarta 15 September 1945. Lazimnya buruh-buruh tersebut tidak terlatih, tidak berpendidikan kejuruan atau buruh setengah terlatih. 3. Industrial Union: organisasi dalam ikatan industri perusahaan/kantor. Ciri-ciri para anggotanya terdiri dari suatu perusahaan/kantor, baik yang terlatih maupun yang tidak terlatih. Misal Perusahaan 12) Serikat Buruh

1.6 METODE PENELITIAN Di dalam penulisan tesis ini menggunakan metode yuridis normatif, artinya suatu penelitian yang mengacu pada peraturan-peraturan yang ditunjang studi kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji, yang kemudian dianalisa, disimpulkan dan disusun dalam suatu penulisan (tesis) . Adapun tahap-tahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1. Pendekatan Masalah Penelitian hukum yang dipergunakan sebagai dasar dalam penulisaan ini, adalah penelitian normatif, artinya penelitian menggunakan acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya UndangUndang tentang Ketenagakerjaan.. 1.6.2. Sumber Bahan Hukum Sumber hukum yang terkait dengan tesis ini, terdiri dari: a. Sumber Bahan Hukum Primer, yakni Peraturan

perundang-undangan yang mengatur ketenagakerjaan. b. Sumber Hukum Sekunder, yakni bahan yang diperoleh dari berbagai bahan hukum serta informasi

yang berasal dari: literatur-literatur, hasil penelitian, opini dalam media yang secara lansung maupun tidak langsung sebagai bahan kajian pustaka dalam penulisan tesis ini.

1.6.3Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Sumber Bahan Hukum Untuk memperoleh bahan hukum penelitian yang valid, prosedur pengumpulan dan pengolahan bahan hukum yang benar , dengan melakukan tahapan-tahapan yaitu: membaca, mempelajari, dan memahami beberapa literatur dari perundang-undangan yang terkait dengan pokok permasalahan. 1.6.4 Analisis Bahan Hukum 69

Bahan hukun yang telah dikelompokan dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Dengan analisis tersebut, kemudian langkah-langkah yang ditempuh didasarkan pada

logika yuridis, sehingga permasalahannya dapat dijelaskan dalan penulisan tesis ini.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam tesis ini disusun dengan sistematika penulisan yang terbagi dalam empat bab, yang terdiri dari bab satu (pendahuluan), sedangkan isi pembahasan terdapat dalam bab dua dan tiga, sedangkan penutup terdapat dalam bab ke empat. Secara garis besar ke empat bab ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Dalam bab pertama pendahuluan yang terdiri dari tujuh sub-bab yang memambahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan masalalah, bahan hukum, prosedur pengumpulan bahan hukum, pengolahan dan analisa bahan hukum . Dalam bab dua Ketentuan Yuridis Tentang Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja yang terdiri dari 3 subbab , pertama menguraikan tentang : Peraturan Perundang-Undangan Tentang Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja, ke dua menjelaskan tentang Tingkatan Serikat Pekerja yang terdiri dari Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan, Serikat Pekerja Tingkat Federasi dan Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi, yang ke tiga

menjabarkan tentang Pembentukan Serikat Pekerja, ke empat menjelaskan tentang Syarat-syarat Pembentukan Serikat Pekerja, yang ke lima menjelaskan tentang Tata Cara Pembentukan Serikat Pekerja, serta yang ke enam menjelaskan tentang Penetapan /Pengesahan Serikat Pekerja dan yang ke tujuh menjelaskan tentang Kendala-Kendala Dalam Pembentukan Serikat Pekerja. Dalam bab tiga Implementasi Hak Kebebasan Berserikat Dari Pekerja yang terdiri dari tiga sub-

bab, yang pertama menjabarkan tentang Perlindungan Bagi Pekerja yang terdiri dari Perlindungan Organisasi Serikat Pekerja, Perlindungan Terhadap Pekerja Perempuan, Perlindungan Terhadap Pekerja Anak-Anak serta Perlindungan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sub-bab yang kedua Pembelaan Hak Dan

Kepentingan Pekerja yang menjelaskan tentang Hak Mogok Kerja, 70

Hak Untuk Membuat Perjanajian Kerja Bersama (PKB), Hak Untuk Memperoloeh Pembelaan/Bantuah Hukum Bagi Pekerja, serta yang ketiga Peningkatan Kesejahteraan Yang Layak Bagi Pekerja yang menjabarkan tentang : Hak Untuk Memperoleh Upah Sesuai Dengan UMK, Hak Untuk Memperoleh Uang Lembur(apabila kerja lembur), dan Hak Untuk Memperoleh Tunjangan-Tunjangan Sesuai Dengan Undang-Undang Yang Berlaku. Dalam bab keempat adalah Penutup, yang terdiri dari Simpulan analisa dari bab dua dan tiga yang merupakan jawaban dari rumusan masalah serta Saran-Saran yang berkaitan dengan permasalahan dari bab-bab tersebut di atas.

DAFTAR BACAAN

Ardonorno, T.W , Negative Dialetics , Seabury Press, New York, 1992 71

Anonim , Constitution International Labour Organization , Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta, 1993 Asikin, H. Zaenal (Ed); Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 1993 Budiardjo, Miriam; Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1977 Brownlie; Dokumen-Dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia, Universitas Indonesia, Jakarta, 1997 Dister, Nico Syukur; Filsafat Kebebasan, Nurcahaya, Jogjakarta, 1996 Djunaidi; Sejarah Organisasi Buruh Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005 Effendi, Masyur; Hak asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Dan International, Graha Indonesia, Jakarta, 1994 Gould, Carol C; Demokrasi Ditinjau Kembali , Tiara Wacana, , Jogyakarta, 1993 Hadjon, Philipus M; Negara Hukum Dan Hak-Hak Dasar (Tak diterbitkan), FH Unair, Surabaya, 1995 Husni Lalu ; Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan Dan Penyelesaian Di Luar Pengadilan,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Ismail, Basuki; Negara Hukum, Demokrasi Toleransi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 Khakum, Abdul; Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan UU RI No. 13 Tahun 20903 , PT Citra Aditya Bakti, Bandung , 2000 Nasution, Johan Balder; Hukum Ketenagakerjaan (Kebebasan Berserikat BagiPekerja), CV Mandar Maju, Cet. Ke 1, Bandung, 2004 Poerwadarminta, WJS; Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Poestaka, Jakarta, 1984 Ravitch, Diane & Abigail Terastoomi; Demokrasi Klasik Dan Modern, (Penyunting) : Mochtar Lubis, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1994 Russel, Betrand; Roods To Freedom, Unasu Papersback, GeorgeAleen & Publisher) Ltd, London, 1977

Soepoma, Imam; Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 199 Suseno, Frans Magnis; Etika Politik, Gramedia, Jakarta, 1997 72

BAB II PEMBETUKAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH 2. 1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG SERIKAT PEKERJA 73

Perundang- Undangan mengenai Serikat Pekerja / Serikatt Buruh mengacu pada : - UUD S Tahun 1950 - UUD Tahun 1945 Amandemen ke dua

- UU RI No. 18 Tahun 1956 tentang Pengesahan Konvensi ILO No.98 mengenai : Berlakunya Dasar-Dasar Dari Pada Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama (Lembaran Negara No. 42 1956) - Memori Penjelasan UU No.18 Tahun 1956 (Tambahan Lembaran Negara No.1050, 1956) - UU N0. 14 Tahun 1969 tentang : Pokok-Pokok Ketenagakerjaan - UU No.1 Tahun 1970 tentang : Keselamatan Kerja - Penjelasan tentang UU No. 1 Tahun 1970 - UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja - Penjelasan tentang UU No.3 Tahun 1992. - UU RI No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh - Penjelasan tentang UU RI No. 21 Tahun 2000 - UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan - Penjelasan tentang UU RI No.13 Tahun 2003 - UU RI NO. 40 Tahun 2004 tentang : Sistem Jaminan Soasial Nasional - Penjelasan tentang : UU RI NO. 40 Tahun 2004 - Keputusan Presiden RI No. 83 Tahun 1998 Pengesahan Konvensi ILO No. 871948 tentang: Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Untuk Berorgani-

nisasi - Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER. 05/MEN/1998: tentang Pendaftaran Organisasai Pekerja - Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP .1109/MEN/1986 tentang: Pedoman 74

Pembentukan Pembinaan dan Pengembangan Serikat Pekerja di Perusahaan, sesuai dengan bunyi KEP/438/MEN/1992 tentang: Pedoman Pembentukan dan Pembinaan Serikat Pekerja di Perusahaan - Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP. 201/MEN/1994 tentang: Serikat Pekerja - Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.KEP.16/MEN/2001 : tentang Tata Cara Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh 1. 2. TINGKATAN SERIKAT PEKERJA Di dalam pasal 11 ayat (1) UU N0. 14 Tahun 1969 tentang: Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja dinyatakan bahwa : Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan tenaga kerja. Walaupum dalam pasal ini tidak dinyatakan perserikatan tenaga kerja tingkat apa, namun di dalam Pasal 1 huruf d Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER. 01/MEN/ 1994 tentang Serikat Pekerja Di Perusahaan dinyatakan secara jelas, bahwa Serikat Pekerja di Tingkat Perusahaan adalah tenaga kerja sebagaimana yang dimaksud dalam UU N0. 14 Tahun 1969 yang ruang lingkup kegiatannya hanya di perusahaan yang bersangkutan. Kemudian di dalam Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: KEP-438/MEN/1992 tentang Pedoman Pembentukan Dan Pembinaan Serikat Pekerja di Perusahaan terdapat pengertian Serikat Pekerja di Perusahaan , sesuai dengan bunyi BAB II 1.c, yang dimaksud Serikat Pekerja di Perusahaan adalah Organisasi Pekerja di tingkat Perusahaan berdasarkan pada jenis usahanya berpedoman pada semangat persatuan dan kesatuan. Di dalam UU RI No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh dinyatakan juga

secara jelas, bahwa Serikat Pekerja bukan hanya di tingkat perusahaan , tetapi juga Serikat Pekerja di Luar Perusahaan, Serikat Pekerja di tingkat Federasi dan tingkat Konfederasi. Jadi yang dimaksud Serikat Pekerja/Serikat Buruh di dalam UU RI Nomor. 13 Tahun 2003 adalah Serikat Pekerja seperti yang dimaksud di dalam UU RI Nomor 21 Tahun 2000. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa Serikat Pekerja terdiri dari beberapa tingkatan 75

, yakni : Serikat Pekerja di Perusahaan, yang hanya disebut dengan Serikat Pekerja saja, Serikat Pekerja di luar Perusahaan, Serikat Pekerja Federasi (Federasi Serikat Pekerja) dan Serikat Pekerja Konfederasi (konfederasi Serikat Pekerja). 2.2.1. Tingkat Serikat Pekerja di Perusahaan (Serikat Pekerja Perusahaan) Yang dimaksud Serikat Pekerja di tingkat Perusahaan (Serikat Pekerja Perusahaan) menurut : a. Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: KEP-438//MEN/1992 BAB II 1.c : Serikat Pekerja di Perusahaan adalah organisasi kerja di perusahaan berdasarkan pada jenis usahanya yang berpedoman pada semangat persatuan dan kesatuan . b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER.01/MEN/1994 , BAB I Pasal 1. d: Serikat tingkat Perusahaan adalah perserikatan tenga kerja sebagai yang dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1969 yang ruang lingkup kegiatannya hanya di perusahaan yang bersangkutan. c. UU RI No. 21 Tahun 2000 BAB I pasal 1 ayat (2) Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Perusahaan adalah Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud .

dengan Serikat Pekerja di Perusahaan harus memenuhi syarat-syarat yang harus dipenuhi. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut : a. Sebagai Suatu Organisasi Yang Berbadan Hukum. Menurut Ali Rido, organisasi buruh dapat diklasifikasikan sebagai badan hukum sesuai dengan teori propiete collective, yakni suatu badan hukum berlaku untuk korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota .13) Organisasi Pekerja disebut sebagai organisasi yang berbadan hukun , dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1. Mempunyai Kekayaan Yang Terpisah Serikat pekerja mempunyai kekayaan yang terpisah , terutama yang berasal dari iuran dari para anggota serta pihak ketiga yang tidak mengikat, sesuai dengan Pasal 33 UU RI No. 21Tahun 2000 yang berbunyi: Keuangan dan harta kekayaan serikat pekerja /serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja /serikat buruh harus terpisah dari keuangan dan harta kekayaan pribadi pengurus dan anggotanya. 76

2. Organisasi Yang Mempunyai Tujuan Tertentu . Organisasi pekerja sebagai wakil pekerja dalam membuat perjanjian dan tindakan lainnya , sesuai dengan bunyi pasal 4 ayat (2) UU RI Nomor: 21 Tahun 2000 , yang berbunyi : Untuk mencapai tujuan sebagaimana dalam ayat (1) serikat pekerja//serikat buruh, feserasi dan konfederasi serika pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi : a. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial; b. sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerjasama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkataanya; c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis , dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepenhak dan kepentingan anggotanya; e. sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja /buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 13. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf (Bandung : Alumni, 2001), hal 45. f. sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan Jo pasal 25 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2000 yang bunyinya : Serikat pekerja/buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang mempunyai nomor bukti pencatatan berhak : a. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha; b. mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial ; c. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan ; d. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh; e. melekukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 13.Ali Rido

3. Mempunyai Kepentingan Sendiri (Pribadi) Organisasi pekerja memberikan perlindungan , pembelaan hak dan kepentingan , serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, sesuai dengan pasal 1 ayat (1) UU RI No.21 Tahun 2000 yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh yang dibentuk dari, oleh , dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, demokrasi dan bertanggung jawab guna memperjuangkan , 77

membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh dan keluarganya. Jo pasal 4 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2000 : Serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi Serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan , pembelaan hak dan kepentingan , serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/ buruh dan keluarganya. 4. Adanya Organisasi Yang Teratur Persyaratan ini secara jelas dan tegas terdapat dalam UU RI No.Tahun 2000, pasal 11 : Ayat (1) : Setiap serikat pekerja/buruh, federasi, konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Ayat (2) : Anggaran dasar sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat : a. nama dan lambang ; b. dasar negara, asas dan tujuan ; c. tanggal pendirian ; d. tempat kedudukan ; e. keanggotaan dan kepengurusan ; f. sumber dan pertanggunganjawaban keuangan; g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga.

b Didirikan oleh para pekerja Kebebasan untuk membentuk dan mendirikan, masuk dan tidaknya pekerja menjadi anggota serikat pekerja merupakan salah satu hak dasar pekerja sesuai dengan bunyi : - Memori Penjelasan UU No. 18 Tahun 1956 (Tambahan Lembaran Negara No. 1050)., poin a : Menjamin kebebasan untuk masuk dan tidak masuk serikat buruh. Jo pasal 1 UU No. 14 Tahun 1969: Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja . Jo pasal 5 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2000 : Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja serikat buruh. Jika para pekerja ingin atau tidak ingin membentuk, mendirikan serikat pekerja, semata-mata 78

karena kehendak mereka sendiri tanpa tekanan oleh pihak manapun, sesuai dengan Memori Penjelasan UU No. 18 Tahun 1956 (Tambahan Lembaran Negara No. 1050) poin c yang berbunyi : Melindungi serikat buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan , cara kerja serta mengurus organisasinya, khususnya mendirikan organisasi di bawah pengaruh majikan atau yang disokong dengan atau cara lain dari majikan . Jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER.01/MEN /1994 pasal 6 : Pengusaha tidak boleh mengalang-halangi keinginan pekerja untuk mendirikan serikat pekerja tingkat perusahaan di perusahaan. Jo UU RI No. 21 Tahun 2000 pasal 9 : Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan pihak manapun. c. Didirikan Di Lingkungan Perusahaan Pendirian serikat pekerja di tingkat perusahaan, hanya boleh di dirikan oleh para pekerja yang bekerja pada satu perusahaan , atau beberapa perusahaan sesuai dengan : Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No: KEP-438 /1992, BAB II 1.b : Serikat Pekerja ialah organisasi pekerja yang menghimpun para pekerja perusahaan yang berdasarkan jenis usaha dan mempunyai susunan pengurus di tingkat perusahaan, cabang , daerah dan pusat . 3.a : Keanggotaan Serikat Pekerja adalah sukarela dan terbuka bagi setiap pekerja di lingkungan Perusahaan. Jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: PER.01/MEN/1994 : pasal 79

1. d. : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan adalah perserikatan tenaga kerja sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1969 yang ruang lingkup kegiatannya hanya di perusahaan yang bersangkutan. Jo pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER. 01MEN/1994 yang berbunyi : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan yang mempunyai pekerja 25 orang atau lebih dan atau belum mempunyai serikat pekerja. Jo pasal 1 ayat (2) UU RI No. 13 Tahun 2003 : Serikat Pekerja/Serikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para peker ja/buruh di satu perusahaan atau beberapa perusahaan. 2.2.1.1 . Syarat Kenggotaan Serikat Pekerja Perusahaan Syarat keanggotaan serikat pekerja di perusahaan mengacu pada Bab II 3 a, b dan c Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No : Kep - 438/MEN/1992 yang berbunyi : Keanggotaan serikat pekerja di perusahaan : a. Keanggotaan serikat pekerja adalah sukarela dan terbuka bagi setiap pekerja di lingkungan perusahaan. b. Para pekerja magang, kontrak dapat menjadi anggota serikat pekerja c. Bagi para pekerja yang statusnya masih dalam masa percobaan dapat menjadi anggota serikat pekerja tanpa mengurangi wewenang pengusaha dalam melakukan penilaian terhadap status masa percobaan resebut. Jo Pasal 10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: PER. 01/MEN/1994 yang berbunyi : Yang dapat menjadi anggota serikat pekerja Tingkat Perusahaan adalah : a. Warga Negara Indonesia b. Pekerja di perusahaan yang bersangkutan, sepanjang tidak melaksanakan fungsi manajemen. 2.2.1.2 . Persyaratan Formal Pembentukan Serikat Pekerja Di Perusahaan Pembentukan Serikat Pekerja di Perusahaan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER. 01/MEN/1994 Pasal 9 : - ayat (1) yang berbunyi: Nama Serikat Pekerja di Perusahaan harus secara Tegas mencantumkan nama perusahaan yang bersangkutan. - ayat (2) yang berbunyi : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syaratsyarat : a. mempunyai susunan kepengurusan; b. mempunyai Peraturan Dasar /Peraturan Rumah Tangga. 2.2.1.3. Tata Cara Pembentukan Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan Sebelum mendirikan serikat pekerja tingkat Perusahaan , para pekerja perusahaan t Terlebih dahulu menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada perusahaan , dimana para pekerja bekerja, yang isinya bahwa para pekerja akan mendirikan serikat pekerja sesuai 80

dengan bunyi Pasal Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No : PER. 01/MEN/1994 tentang : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan. Sedangkan proses pembentukan Serikat Pekerja di Perusahaan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Keja RI NO: KEP-438/ 438/MEN/1992, yakni tentang Pembentukan Serikat Pekerja di Perusahaan , adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan a. Para pekerja mendaftar menjadi anggota pada perangkat serikat pakerja setingkat cabang, jika tidak mempunyai cabang , maka para pekerja dapat langsung mendaftar ke perusahaan. b. Apabila jumlah yang mendaftar dari setiap perusahaan telah mencapai jumlah yang cukup (minimal 25 orang) maka perangkat serikat pekerja setingkat cabang dapat memproses pembentukan serikat pekerja di tingkat perusahaan. Jo pasal 13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: PER. 01/MEN/1994 yang berbunyi : Untuk dapat membentuk Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan harus disetujui lebih dari 50% dari jumlah pekerja yang ada. Jo Pasal 5 , ayat (2) UU No. 21 RI Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh dibentuk sekurang-kurangnya10 (sepuluh) orang pekerja/buruh. 2. Tahap Pembentukan a. Pemberitahuan Pembentukan 1). Pemberitahuan pembentukan disampaikan secara tertulis olerh para pekerja sendiri dan atau oleh para perangkat Sekretariat Pekerja setingkat Cabang, kepada Pengusaha dengan tembusan kepada kantor Depatertemen Tenaga Kerja atau Kandepnaker setempat. 2). Dengan adanya pemberitahuan tersebut, pengusaha akan memenuhi keinginan pembentukan Serikat Pekerja di Perusahaan dan membantu dalam melancarkan pelaksanaannya. 3). Apabila dalam tempo 14 hari setelah pengajuan keinginan untuk pembentukan Serikat Pekerja di Perusahaan belum mendapat jawaban dari pengusaha , maka perangkat Serikat Pekerja setingkat Cabang berhak untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembentukan. b. Pembentukan Panitia Pelaksana 1). Panitia Pelaksana terdiri dari para pekerja di Perusahaan, dibentuk oleh para pekerja dan atau perangkat atas organisasai setingkat Cabang. 2). Panitia Pelaksana Pembentukan Serikat Pekerja di tingkat Perusahaan setidaktidaknya terdiri dari : - Seorang Ketua; - Seorang Sekretaris; - Seorang Anggota 3). Tugas Panitia Pelaksana : 81

a. Mempersiapkan pelaksanaan pembentukan Serikat Pekerja sesuai dengan AD/ART serta ketentuan organisasi yang bersangkutan; b. Memperlancar penyelenggaraan pemilihan pengurus; c. Membuat Berita Acara Hasil pemilihan pengurus. c. Syarat-Syarat Calon Pengurus Calon Perngurus harus : 1). Dari kalangan pekerja di perusahaan; 2). Mempunyai masa kerja minimal 1 tahun, kecuali bagi perusahaan yang masa operasinya belum mencapai 1 (satu) tahun; 3). Mempunyai kondite kerja yang baik sesuai dengan ketentuan organisasi Serikat Pekerja. Jo Pasal 11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : PER. 01/MEN/1994, yang berbunyi : Syarat untuk menjadi pengurus Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan : a. Memenuhi persyaratan kenggotaan sebagaimana yang dimaksud pasal 10 b. Memenuhi persyaratan lainnya yang ditentukan oleh pekerja sendiri dari lingkungan perusahaan yang bersangkutan. d. Tata Cara Pemilihan 1). Pemilihan dilaksanakan secara bebas, langsung, demokratis, dari oleh dan untuk pekerja dengan pengawasan perangkat organisasi Serikat Pekerja setingkat Cabang. 2). Pelaksana teknis pemilihan didasarkan pada ketentuan organisasi Serikat Pekerja yang bersangkutan. 3. Sahnya Pengurus Pengurus telah dianggap sah dan dapat menjalankan tugas bilamana :. a. Melaksanakan pemilihan telah berjalan sesuai dengan ketentuan butir 2 b di atas; b. Berita Acara telah ditanda tangani oleh Panitia dengan disaksikan pengurus Serikat Pekerja setingkat Cabang. 4. Pengukuhan Pengurus a. Untuk memenuhi persyaratan administrasi organisasi, Pengurus terpilih segera mengajukan permohonan kepada Perangkat organisasi setingkat Cabang. b. Surat permohonan pengukuhan dilengkapi dengan Berita Acara dan tembusan disampaikan kepada Pengusaha dan Kandepnaker untuk diketahui. 2.2.1.4. Pemberitahuan dan Perncatatan Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan Pembentukan/Pendirian Serikat Pekerja di Perusahaan dianggap sah apabila sudah didaftarkan ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dengan dilampiri susunan pengurus , untuk dicatat agar mempunyai nomor bukti pencatatan, sesuai dengan pasal 15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No: PER. 01/MEN/1994 yang berbunyi : Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan yang telah dibentuk harus mendaftarkan Kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat tentang pendirian Serikat Pekerja Tingkat Perusahaan dengan dilampiri susunan kepengurusannya Jo Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2000 tentang : Serikat Perkerja/Serikat Buruh, pasal 18, ayat (1 ) yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instsansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. Jo ayat (2 ) yang berbunyi : Pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dengan dilampiri : a. daftar nama anggota pembentuk; 82

b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; c. susunan dan nama pengurus. Nama dan lambang serikat pekerja yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah dicatat lebih dahulu, sesuai dengan UU RI No. 21 Tahun 2000 pasal 19 yang berbunyi : Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/ serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja /serikat buruh yang telah tercatat lebih dahulu. Instansi pemerintah wajib mencatat dan memberikan nomor bukti pencatatan kepada serikat pekerja, yang sudah memenuhi syarat-syarat yang berlaku selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuannya, sesuai dengan pasal 20, ayat (1) yang berbunyi : Instansi pemerintah , sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), wajib mencatat dan memberikan nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11,Pasal 18 ayat (2), Pasal 19, selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan. Instansi pemerintah bisa menangguhkan pencatatan dan nomor bukti pencatatan kepada serikat pekerja, apabila belum memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang berlakukan, sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dapat menangguhkan pencatatan dan nomor bukti pencatatan dalam haserikatpekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh belum memenuhi ketentuan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2,Pasal 5 ayat(2), Pasal 6 ayat (2) Pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 19. Penagguhan pencatatan dan nomor bukti pencatatan harus diberitahukan secara tertulis dengan disertai alasan-alasan penangguhannya kepada serikat pekerja yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuannya, sesuai dengan Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi : Penangguhan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), dengan alasan-alasan diberitahukan secara tertulis kepada serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan. Jika terjadi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pengurus serikat pekerja harus memberitahukan kepada instansi pemerintah paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal terjadinya perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sesuai dengan pasal 21, yang berbunyi : Dalam hal perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga , pengurus serikat pekerja/serikat buruh 83

federsai /serikat pemerintah

dan konfederasi serikat pekerja

buruh memberitahukan kepada instansi sebagaimana (1) paling lama 30 (tiga puluh ) hari terhitung sejak tanggal perubahan anggaran dasar dan aggaran rumah tangga tersebut. Instansi pemerintah harus mencatat serikat pekerja yang sudah memenuhi ketentuan dalam buku pencatatan dan memeliharanya dengan baik, sesuai dengan Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat(1), harus mencatat serikat pekerja/serikat buruh, federsai dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7ayat(2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 19 dalam buku pencatatan dan memeliharanya dengan baik. Buku pencatatan sebagai nomor bukti pencatatan serikat pekerja harus dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum, sesuai dengan Pasal 22 ayat (2), yang berbunyi: Buku pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum. Pengurus serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya, sesuai dengan Pasal 23 yang berbunyi : Pengurus serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaanya kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya. 2.2.2. Serikat Pekerja Tingkat Federasi (Federasi Serikat Pekerja) 2.2.2.1. Pengertian Serikat Pekerja Tinggkat Federasi Yang dimaksud dengan Serikat Pekerja Tingkat Federasi( Federasi Serikat Pekerja) s sesuai dengan pasal 1 ayat (4) UU RI No. 21 Tahun 2000 yang berbunyi : Federasi serikat pekerja/serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja /serikat buruh 2.2.2.2. Pembentukan Serikat Pekerja Tingkat Federasi(Federasi Serikat Pekerja) 84 dimaksud dalam Pasal 18 ayat

Pembentukan Serikat Pekerja Tingkat Frderasi sesuai dengan pasal 6 UU RI N0. 21 Tahun 2000 ayat (1) berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh. Jo ayat (2) berbunyi : Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurangkurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh. Jo pasal 7, ayat (1) yang berbunyi: Federasi serikat pekerja/buruh berhak membentuk dan mejadi anggota konfederasi serikat pekerja/ serikat buruh. Jo pasal 10 berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh, federas dan /konfederasi pekerja/serikat buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh. Jo pasal 11 Ayat (1) berbunyi : Setiap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ayat ( 2) berbunyi : Anggaran dasar sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat: a. Nama dan lambang; b. dasar Negara , asas dan tujuan; c. tanggal pendirian; d. tempat kedudukan; e. keanggotaan dan kepengurusan; f. sumber dan tanggung jawab keuangan; g. ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau anggaan rumah tangga. 2.2.2.3. Keanggotaan Serikat Pekerja Tingkat Federasi ( Federasi Serikat pekerja/Serikat Buruh) Keanggotaan serikat pekerja tingkat federasi (federasi serikat pekerja/serikat buruh) terbuka untuk umum dan tanpa membedakan latar belakang pekerja , yang diatur dalam : Pasal 12 yang berbunyi: Serikat pekerja/serikat buruh, federasi, konfederasi serikat pekerja/serikat buruh terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin Keanggotaan serikat pekerja diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, Sesuai dengan Pasal 13 yang berbunyi : Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federsai dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Jo Pasal 16 ayat (1) yang berbunyi : Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu federasi serikat pekerja /serikat buruh. Pekerja dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja dengan pernyataan tertulis, sesuai dengan Pasal 17 ayat (1), yang berbunyi : Pekerja dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pernyataan tertulis. Pekerja dapat diperhentikan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serikat pekerja yang bersangkutan, sesuai dengan Pasal 17 ayat (2), yang berbunyi : Pekerja/buruh dapat diberhentikan dari serikat pekerja/serikat buruh sesuai dengan ketentuan 85

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan Pekerja, baik sebagai pengurus atau sebagai anggota federasi serikat pekerja yang berhenti atau diperhentikan tetap bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhi terhadap serikat pekerja sesuai dengan Pasal 17, ayat (3) yang berbunyi : Pekerja/buruh, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat pekerja/serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan sebagaiamana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tetap bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhi terhadap serikat pekerja/serikat buruh. 2.2.2.4. Pemberitahuan dan Pencatatan Serikat Pekerja Tingkat Federasi (Federasai Serikat Pekerja) Serikat pekerja federasi (federsi serikat pekerja) yang telah terbentuk harus mememberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah (dinas ketenagakerjaan) setempat untuk dicatat, sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2000, yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh , federasi, konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat . Jo ayat (2), yang berbunyi : Pemberitahuan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri : a. daftar nama anggota pembentuk ; b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ; c. susunan dan dan nama pengurus . Nama dan lambang serikat pekerja yang ingin diberitahukan tidak boleh sama dengan

nama dan lambang serikat pekerja yang telah dicatat terlebih dahulu, sesuai dengan Pasal 19, yang berbunyi Nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama lambang serikat pekerja/serikat buruh , federasi konfederasi serikat terlebih dahulu. Instansi pemerintah wajib mencatat nomor bukti pencatatanan federasai serikat pekerja yang telah memenuhi ketentuan, sesuai dengan Pasal 20, ayat (1) yang berbunyi : Instansi pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) , wajib mencatat nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh, federasai dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksukan dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2) , Pasal 6 ayat(2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2), Pasal 19 selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan. 86 pekerja/serikat buruh yang telah tercatat

Instansi pemerintah dapat menangguhkan pencatatan dan nomor bukti pencatatan federasai serikat pekerja yang belum memenuhi ketentuan, sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dapat menangguhkan pencatatan dan pemeberian nomor bukti pencatatan dalam hal serikat pekerja/serikat buruh, federasai dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh belum memenuhi ketentuan sebagaiamana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2) Pasal 11, Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19. Penangguhan pecatatan dan nomor bukti pencatatan federsai serikat pekerja, diberitahukan secara tertulis disertai alasan-alasannya , selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan, sesuai dengan Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi : Penangguhan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2), dan alasanalasannya diberitahukan secara tertulis kepada serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat lambatnya diterima pemberitahuan. Jika terjadi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, susunan pengurus federasi serikat pekerja harus memberitahukan kepada instansi pemerintah paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal perubahannya, sesuai dengan Pasal 21 , yang berbunyi : Dalam hal perubahan anggaran dasar dan/anggaran rumah tangga, pengurus serikat pekerja/serikat buruh memberitahukan kepada intsansi pemerintah sebagaiamana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) paling lama 30 (tiga puluh ) hari sejak tanggal perubahan anggaran dasar dan/anggaran rumah tangga tersebut. Instansi pemerintah harus mencatat federsai serikat pekerja yang telah memenuhi ketentuan dalam buku pencatatan dan memeliharanya dengan baik, sesuai dengan Pasal 22 , ayat (1) , yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), harus mencatat serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang 87 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal

telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2),Pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19 dalam buku pencatatan dan memelihara dengan baik. Buku pencatatan federasi serikat pekerja harus dapat dilihat setiap saat dan terbuka untuk umum, sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) yang berbunyi : buku pencatatan sebagaiamana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat dilihat setiap saat dan berlaku untuk umum. Pengurus federasi serikat pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan Pasal 23, yang berbunyi : Pengurus serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya. 2.2.3 . Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi (Konfederasi Serikat Pekerja) 2.2.3.1 .Pengertian Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi (Konfederasi Serikat Pekerja) Yang dimaksud serikat pekerja tingkat konfederasi (Konfederasi serikat pekerja), adalah sesuai dengan bunyi pasal 1 ayat (6) yang berbunyi : Konfederasi serikat pekerja/buruh adalah gabungan federasi serikat pekerja/serikat buruh. 2.2.3.2. Pemembentukan Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi (Konfederasi Serikat Pekerja) Pembentukan Konfederasi Serikat Pekerja sesuai dengan UU N0.21 Tahun 2000, Pasal 7, ayat (1) yang berbunyi : Federasi serikat pekerja/ serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi serikat pekerja /serikat buruh. Ayat (2) yang berbunyi : Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk Oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja/ serikat buruh. Jo Pasal 8, yang berbunyi : Penjenjangan serikat pekerja/serikat buruh Federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh diatur dalam anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga. Pembentukan konfederasi serikat pekerja harus bebas dari tekanan pihak manapun juga, sesuai dengan pasal 9, yang berbunyi : Serikat pekeraja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerja/buruh tanpa ada tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik dan pihak manapun. 88

Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja dapat dibentuk berdasarkan kehendak para para pekerja berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau dengan bentuk lain sesuai dengan pasal 10 yang berbunyi : Serikat pekerja /serikat buruh federasi, konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh. Setiap organisasi pekerja/buruh , yaitu serikat pekerja/serikat buruh , baik tingkat perusahaan, federasi maupun konfederasi diwajibkan memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sesuai dengan pasal 11, ayat (1) yang berbunyi : Setiap serikat serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasiserikat pekerja/serikat buruh harus memililiki anggaran dasar dan anggaran tumah tangga. dan ayat (2) yang berbunyi : Anggaran dasar sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) a. b. c. d. e. f. g. anggaran rumah tangga . 2.2.3.2. Keanggotaan Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi (konfedrasi Serikat Pekerja) Keanggotaan konfederasi serikat pekerja harus bersifat terbuka untuk menerima anggota dan tidak bersifat diskriminatif, pernyataan ini sesuai dengan UU RI No.21 Tahun 2000, pasal 12 yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus bersifat teruka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin. Keanggotaan federasi serikat pekerja diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya masing-masing sesuai dengan UU RI No. 21 Tahun 2000, pasal 13 yang berbunyi : Keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh federasi dan konfederasi serikat pekerja/buruh diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Setiap federasi pekerja hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi serikat pekerja . Pernyataan ini sesuai UU RI NO. 21 Tahun 2000 pasal 16 , ayat (2) yang bunyinya : Setiap federasi serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari konfederasi serikat pekerja/serikat buruh. : Setiap pekerja dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja(Konfederasi) 89 sekurang-kurangnya harus memuat : nama dan lambang ; dasar negara, asas dan tujuan ; tanggal pendirian ; tempat kedudukan ; keanggotaan dan kepengurusan ; sumber dan tanggung jawab keuangan ; ketentuan perubahan anggaran dasar dan/atau

dengan melalui pernyataan terulis sesuai dengan UU RI NO. 21 Tahun, 200 pasal 17 , ayat (1) yang berbunyi : Pekerja/buruh dapat berhenti menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh dengan pernyataan terulis. Setiap pekerja dapat diberhentikan dari kenggotaan serikat pekeja sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serikat pekerja yang bersangkutan sesuai dengan pasal 17, ayat (2) yang bunyinya : Pekerja/buruh diberhentikan dari serikat pekerja/buruh sesuai dengan ketentuan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. Pekerja, baik sebagai anggota maupun sebagai pengurus konfederasi serikat pekerja yang berhenti atau diberhentikan tetap harus bertanggung jawab atas kewajiban yang belum terpenuhi, sesuai dengan Pasal 17 ayat (3) yang berbunyi : Pekerja/buruh baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota serikat pekerja/ serikat buruh yang berhenti atau diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat ( 2) tetap bertanggung jawab atas kewajiban yang belum dipenuhi terhadap serikat pekerja/serikat buruh.

2.2.3.3. Pemberitahuan dan Pencatatan Serikat Pekerja Tingkat Konfederasi (Konfederasi Serikat Pekerja) . Serikat pekerja tingkat konfederasi (konfederasi serikat pekerja) yang telah terbentuk harus memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah (dinas ketenagakerjaan) setempat untuk dicatat, sesuai dengan Pasal 18 ayat (1) UU RI No. 21 Tahu 2000, yang berbunyi : Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan setempat untuk dicatat. Jo ayat (2) yang berbunyi : Pemberitahuan seperti yang dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri : a. daftar nama anggota; b. anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; 90

c. susunan dan nama pengurus. Nama dan lambang konfederasi serikat pekerja yang ingin diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja yang telah dicatat terlebih dahulu sesuai dengan Pasal 19 yang berbunyi : Nama dan lambang serikat pekerja /serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja /serikat buruh yang akan diberitahukan tidak boleh sama dengan nama dan lambang serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat terlebih dahulu. Instansi pemerintah wajib mencatat nomor bukti pencatatan konfederasi serikat pekerja yang telah memenuhi ketentuan , sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), wajib mencatat nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja /serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2), dan Pasal 19 selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan. Instansi pemerintah dapat menangguhkan pencatatan dan nomor bukti pencatatan konfederasi serikat pekerja yang belum memenuhi ketentuan, sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) yang berbunyi: Instansi pemerintah sebagaiman yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), wajib mencatat nomor bukti pencatatan terhadap serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh belum memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19. Penangguhan pencatatan dan nomor bukti pencatatan konfederasi serikat pekerja yang belum memenuhi ketentuan , diberitahukan secara tertulis disertai alasan91

alsannya , selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak tanggal diterima pemberitahuan , sesuai dengan Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi : Penangguhan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) , dan alasan-alasannya diberitahukan secara tertulis kepada serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterima pemberitahuan. pekerja/serikat

Jika terjadi perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan perubahan susunan pengurus konfederasi serikat pekerja harus memberitahukan kepada instansi pemerintah paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal perubahannya sesuai dengan Pasal 21, yang berbunyi : Dalam hal perubahan anggaran dasar dan/anggaran rumah tangga , pengurus serikat pekerja/serikat buruh memberitahukan kepada instansi pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal dan/anggaran rumah tangga tersebut. Instansi pemerintah harus mencatat konfederasi serikat pekerja yang telah memenuhi ketentuan dalam buku pencatatan dan memeliharanya dengan baik, sesuai dengan Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi : Instansi pemerintah sebagaimana yang harus mencatat serikat pekerja/serikat buruh , federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal, 92 dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) , perubahan anggaran dasar

7 ayat (2), Pasal 11, Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19 dalam buku pencatatan dan memelihra dengan baik. Buku pencatatan konfederasi serikat pekerja harus dapat dilihat setiap saat berbunyi : dapat dilihat bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai dengan Pasal 23, yang berbunyi: Pengurus serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan harus memberitahukan secara tertulis keberadaannya kepada mitra kerjanya sesuai dengan tingkatannya. dan terbuka untuk umum sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) , yang : Buku pencatatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus setiap saat dan berlaku umum. Pengurus konfederasi serikat pekerja yang telah mempunyai nomor

2. 3. KENDALA-KENDALA DALAM PEMBENTUKAN SERIKAT PEKERJA 2. 3. 1. Kendala dari Dalam (Intern) Terbentuknya serikat pekerja, baik di tingkat perusahaan, federasi maupun tingkat konfedearsi karena adanya motivasi, kemauan, kehendak dan inisiatif dari para pekerja itu sendiri, bukan karena adanya tekanan atau kemauan dari pihak lain. Para pekerja mempunyai hak untuk mendirikan atau tidak mendirikan serikat pekerja , jika di sebuah Perusahaan belum terbentuk serikat pekerja (tidak adanya serikat pekerja di Perusahaan) , pasti ada faktor-faktor yang melatarbelakangi, sehingga serikat pekerja di perusahaan tidak terbentuk .Faktor-faktor yang melatarbelakangi tidak terbentuknya serikat pekerja itulah, yang merupakan kendala dari dalam (intern). Adapun kendala-kendala dari dalam (intern) antara lain : a). Tingkat Kesadaran Yang Rendah Tidak semua pekerja memahami fungsi dan tujuan pendirian/pembentukan serikat pekerja, yaitu untuk memperjuangkan kepentingan anggota serikar pekerja , antara lain: untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dan anggota keluarganya, untuk membuat dan menyepakati Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan perusahaan/pengusaha, menyepakati UMK/UMR dengan pemerintah, melakukan mogok kerja, melakukan unjuk rasa . b). Ketidakpercayaan Para Pekerja 93

Ada rasa ketidakpercayaan dikalangan para pekerja terhadap keberadaan serikat pekerja, apakah serikat pekerja benar-benar sesuai dengan fungsi dan tujuannya , karena fakta di lapangan berkata lain. Contoh seharusnya para pengurus serikat pekerja berada di pihak pekerja (membela pekerja), namun acapkali justru berseberangan dengan para pekerja, membela dan berada dipihak pengusaha maupun pemerintah. c). Sifat Percaya Diri Masih ada anggapan di kalangan para pekerja , bahwa semua bisa diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain , termasuk bantuan serikat pekerja. Pada hal jika ada masalah yang berhubungan atau menimpa pekerja, maka serikat pekerja akan ikut terlibat dan berperan di dalamnya, misal pada waktu membuat PKB antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha/perusahaan. d). Peningkatan Kader Organisasi Masih perlunya peningkatan kemampuan dari para kader organisasi dalam mengelola serikat pekerja. e). Masih rendahnya pemahaman para pekerja tentang peran dan fungsi serikat pekerja di perusahaan . 2.3.2. Kendala Dari Luar (Ekstern) Dari program kerja SPSI tahun 1990-1995 disebutkan bahwa perlu ada serikat pekerja disetiap perusahaan yang mempunyai 25 pekerja atau lebih. Namun dalam kenyataannya baru 25% perusahaan yang memperkerjakan 25 pekerja atau lebih yang mempunyai serikat pekerja. Kondisi ini dikarenakan antara lain : 1. Adanya sikap mental dari pengusaha yang beranggapan bahwa keberadaan pekerja akan memelopori mogok kerja, berontak dan unjuk rasa. 2. Pengusaha beranggapan bahwa keberadaan serikat pekerja akan ikut campur tangan dalam intern perusahaan. 3. Masih banyak pengusaha yang enggan menerima kehadiran serikat pekerja di perusahaannya. 4. Masih banyak pengusaha yang belum sepenuhnya memahami dan menghayati fungsi dan peranan serikat pekerja dalam perusahaan. 5. Lemahnya pelaksanaan pengawasan dari aparat yang terkait dengan organisasi . pekerja/buruh. 6.. Tidak tegasnya sanksi yang diberikan kepada pengusaha yang melanggar undang-undang , yakni menghalangi pembentukan serikat pekerja ataupun tidak adanya serikat pekerja di perusahannya.

94

BAB III TUJUAN PEMBENTUKAN SERIKAT PEKERJA 3.1. PERLINDUNGAN BAGI SERIKAT PEKERJA DAN TENAGA KERJA (PEKERJA) 3.1.1. Perlindungan Bagi Serikat Pekerja Pembentukan serikat pekerja/serikat buruh merupakan perwujudan dari hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28 E Undang-Undang Dasar 1945 Jo Memori Penjelasan Undang- Undang 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan International Nomor. 98 mengenai Berlakunya Dasar-DasarDari Pada HakUntuk Berorganisasi Dan Untuk Berunding Bersama (Tambahan Lembaran Negara No.1050), yang isinya : a). menjamin kebebasan untuk masuk atau tidak masuk serikat buruh; b). melindungi buruh dari campur tangan majikan dalam soal ini ; c). melindungi serikat buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan , cara kerja serta mengurus organisasai khususnya tindakan organisasi dibawah pengaruh majikan atau yang dilakukan dengan cara lain oleh majikan ; d). menjamin penghargaan hak berorganisasi; e). menjamin penghargaan serta penggunaan badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat-syarat dan keadaan kerja dengan pengajuan perubahan. Jo Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor KEP- 438/MEN/1992 tentang Pedoman Pembentukan Pedoman dan Pembinaan Serikat Pekerja di Perusahaan, Bab IV tentang Mekanisme Pelaksanaan Hubungan Industrial, poin 3 a dan b yakni: Perlindungan Terhadap Pengurus dan Anggota Yang Melaksanakan Tugas Organisasi Serikat Pekerja , yang isinya : 1). Pengusaha tidak dibenarkan melakukan tindakan yang merugikan pekerja disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas organisasi Serikat Pekerja baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota Serikat Pekerja di Perusahaan. 2). Pengusaha membantu dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pengurus Serikat Pekerja untuk menjalankan tugas organisasi sehari-hari sepanjang tidak mengganggu tanggung jawab atas pekerjaan di perusahaan. Jo Keputusan Presiden RI Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahkan Konvesi Nomor 87 : Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi (Convention Number (87) concerning Freedom of Association and Protection of the right to Organise) Pasal yang 95

bunyinya : Mengesahkan Convention (Number 87) concerning Freedom of Associstion and Protection of the right to Organise (Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi), yang telah diterima di San Frasisco, Amerika Serikat, Pada tanggal 17 Juni 1948 sebagai hasil Sidang Goberning Body International Labor Organization, yang naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan diterjemahkannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir pada keputusan Presiden ini. Jo UU RI No.21 Tahun 2000, Pasal 29 : - ayat (1) yang berbunyi: Pengusaha harus memberikan Kesempatan kepada pengurus dan/ anggota serikat pekerja/serikat buruh untuk menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dalam jam kerja yang disepakati oleh kedua belah pihak dan/atau diatur dalam perjanjian kerja bersama. - ayat (2) yang berbunyi : Dalam kesempatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama dalam ayat (1) harus diatur mengenai : a. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan; b. tata cara pemberian kesempatan; c. pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak mendapat upah.

3. 1. 2. Perlindungan Kerja Bagi Tenaga Kerja (Pekerja) Perlindungan kerja bagi tenaga kerja (pekerja) mengacu pada UU No14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara No. 55 Tahun 1969) Pasal 9, yang berbunyi : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindunga atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jo UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat (1) yang berbunyi : Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. 3. 1. 2. 1. Perlindungan Kerja Bagi Pekerja Perempuan Perlindungan kerja bagi pekerja perempuan mengacu pada UU RI No. 7 Tahun 1984 beserta penjelasaanya tentang : Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan , sebagai tindak lanjut Pemerintah RI dari Penandatanganan tersebut pada tanggal 29 Juli 1980 di Kopenhagen dalam rangka konprensi sedunia Dasawarsa PBB, yang isinya : Penghapusan Diskriminasi terhadap Wanita . Deklarasi tersebut memuat hak dan kewajiban wanita berdasarkan persamaan hak dengan pria dan menyatakan agar diambil langkah-langkah sepenuhnya untuk menjamin pelaksanaan deklarasi tersebut. Jo UU RI No. 13 Tahun 2003 Pasal 76 : - ayat (1) yang berbunyi: Pekerja perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan Pukul 23.00 s.d pukul 07.00. - ayat (2) yang berbunyi: Pengusaha dilarang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungan maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00. - ayat (3) yang berbunyi: Pengusah yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib : 96

a. memberi makanan dan minuman bergizi; dan b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja. - ayat (4) yang berbunyi: Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan yang pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 05.00. - ayat (5) yang berbunyi : Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri. 3. 1. 2. 2. Perlindungan Kerja Bagi Pekerja Penyandang Cacat Perlindungan kerja bagi pekerja penyandang cacat mengacu pada ketentuan UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 67 : - ayat (1) yang berbunyi : Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan dan derajat kecacatannya. - ayat (2) yang berbunyi : Pemberian perlidungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 3. 1. 2. 3. Perlindungan Kerja Bagi Pekerja Anak-Anak Menurut ketentuan Pejelasan Atas Undang-Undang RI No: 20 Tahun 1999 tentang

tentang Konvesi ILO Mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehksn Bekerja, menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang diberlakukan di wilayah Indonesia RI adalah 15 (lima belas) tahun dan berdasarkan UU RI No. 13 Tahun 2003 Pasal 68 yang berbunnyi : Pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Selain itu siapapun dilarang untuk mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaanpekerjaan yang terburuk sesuai dengan UU RI No. 13 Tahun 2003 , Pasal 74: - ayat (1) yang berbunyi : Siapapun dilarang memekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang buruk. - ayat (2) yang berbunyi : Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi : a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya; b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk pelacuran , produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memanfaatkan , menyediakan atau d. melibatkan anak untuk produksai minuman kerasa, narkotika, psikotropika, dan zat adadiktif lainnya, dan atau e. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan , keselamatan, atau moral anak. Namun pelarangan mempekerjakan anak dapat dikecualikan , apabila : a). Pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan sosial, sesuai dengan ketentuan UU RI N0.13 Tahun 2003 Pasal 69: - ayat (1) yang berbunyi: Ketentuan sebagaiamana dimaksud dalamPasal dikecualikan bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas ) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan social. - ayat (2) yang berbunyi: Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persya97

aratan : a. izin terulis dari orang tua atau wali; b. perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; c. waktu kerja maksimum 3 Tiga) jam; d. dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolahlah ; e. keselamatan dan kesehatan kerja; f. adanya hubungan kerja yang jelas; g. menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jo ayat (3) ketentuan huruf a sampai g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya, yang berbunyi: Ketentuan sebagaiamana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi anak yang bekerja pada usaha keluarganya. b). Adanya keterpaksaan dengan alasan sosial ekonomi untuk menambah penghasilan, baik untuk keluarga maupun untuk dirinya sendiri , ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-01/MEN/1987 tentang Perlindungan AnakYang Terpaksa Bekerja, Pasal 1:

- ayat (1) yang berbunyi : Anak yang terpaksa bekerja adalah anak yang berumur dibawah 13 (tiga belas) tahun karena alasan sosial ekonomi terpaksa bekerja untuk menambah penghasilan baik untuk keluga maupun memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Jo Pasal 2: - ayat (1) yang berbunyi : Anak yang terpaksa bekerja boleh dipekerjakan kecuali sebagai berikut : a. didalam tambang , lobang didalam tambang, lobang didalam tanahtempat mengambil logam dan bahanbahan lain dari dalam taanah. b. pekerjaan di kapal sebagai tukang api atau tukang batu bara; c. pekerjaan di atas kapal, kecuali bila ia bekerja dibawah pengawasan ayahnya atau seorang keluarga sampai derajad ke tiga ; d. pekerjaan mengangkat barang-barang berat ; e. pekerjaan yang berhubungan dengan alat produksi dan bahan-bahan yang berbahaya. - ayat (2) yang berbunyi: Pengusaha wajib bertanggung jawab terhadap anak yang terpakasa bekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Jo Pasal 3: - ayat (1) yang berbunyi : Pengusaha yang mempekerjakan anak yang terpakpaksa bekerja wajib melaporkan kepad Departemen Tenaga Kerja. - ayat (2) yang berbunyi: Tatacara dan pembuatan laporan ditetapkan oleh Jo Pasal 4 yang berbunyi : Pengusaha yang mempkerjakan anak yang terpaksa bekerja wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. tidak memperkerjakan tidak lebih dari 4 jam sehari; b. tidak memerkerjakan pada malam hari; 98

c. memberi upah sesuai dengan peraturan penguapahan yang berlaku; d. memelihara daftar nama, umur dan tanggal lahir, tanggal mulai bekerja dan jenis pekerjaan yang dilakukan . Jo Pasal 5 yang berbunyi : Pengusaha yang melanggar ketentuan pasal 2 ayat (2), Pasal 3 dan 4 Peraturan Meneteri ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 100.000,- ( Seratus ribu rupioah) sesuai dengan ketentuan pasal 17 UU NO. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tengag Kerja. Jo Pasal 6 yang berbunyi: Bagi pengusaha, dimana terdapat anak yang terpaksa bekerja perlu bekerjasama dengan belbagai pihak untuk mengusahakan agar anak tersebut diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar dalam rangka pelaksanaan program wajib wajib belajar. Jo UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 70: - ayat (1) yang berbunyi : Anak dapat melakukan pekerjaan ditempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. - ayat (2) yang berbunyi : Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berumur 14 (empat belas ) tahun. - ayat (3) yang berbunyi : Pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan syarat :

a. diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan peb. kerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melakksanakan pekerjaan, dan ; diberi perlindungan dan keselamatan kerja. Selain anak bekerja diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 6, juga sekaligus untuk mengembangkan bakat dan minatnya, sesuai dengan Pasal 71 : - ayat (1) yang berbunyi : Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. - ayat (2) yang berbunyi : Pengusaha yang mempekerjakan anak sebaagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi syarat : a. di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; b. waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari; c. kondisi kerja dan lingkungan tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu sekolah. Selain larangan anak untuk bekerja karena faktor usia seperti dimaksud Pasal 68 , juga ada larangan bagi siapa saja yang mempekerjakan anak karena faktor jenis pekerjaannya seperti dimaksud Pasal 74: - ayat (1) yang berbunyi: Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjan-pekerjan yang terburuk. - ayat (2) yang berbunyi : Pekerjaan yang terburuk dimaksud pada ayat (1) meliputi : 99

a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudalan dan sejenisnya; b. segala pekerjaan yang memanfaatkan , menyediaakan , atau menawarkan anak untuk pelacuran , produksi pornografi , pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memanfaatkan , menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adaktif lainnya: dan/atau d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral. 3. 1. 2. 4. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Setiap pekerja berhak mendapat perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap melakukan pekerjaannya guna untuk memperoleh kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional , sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yakni Pasal 2 ayat (10) yang berbunyi: Yang didiatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam Kerja segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jo UU RI No. 13 Tahun 2003 Pasal 86 : - ayat (1) yang berbunyi: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlidungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama - ayat (2) yang berbunyi: Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan dalam upaya keselamatan dan kesehatan kerja. - ayat (3) yang berbunyi: Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksaanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam pelaksanaan keselamatan dan dan kesehatan kerja bagi pekerja, maka Menteri Tenaga Kerja membentuk Panitia Keselamaatan Kerja, sesuai ketentuan UU No1 Tahun 1970 Pasal 10: - ayat (1) yang berbunyi: Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. - ayat (2) yang berbunyi: Susunan Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetepkan oleh Menteri Tenaga Kerja. 100

3. 2. Pembelaan Hak Yang Diperoleh Pekerja 3. 2. 1. Hak Membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Pembuatan Perjanjian Perburuhan antara pengusaha dan pekerja/serikat pada intinya untuk mencapai ketenangan dan ketentraman kerja serta terpeliharanya keserasian antara peningkatan produksi, produktivitas dan peningkatan kesejahteraan pekerja. Pembuatan Perjanjian Perburuhan (PPB) mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Koperasi Nomor: 02/MEN/1978 tentang Peraturan Perusahaan Dan Perundingan Pembuatan Perjanjian Perburuhan : a). Pasal 1 no. 4 yang berbunyi: Pejanjian perburuhan, ialah suatu perjanjian antara serikat buruh dengan pengusaha sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1954 tentan Perjanjian Perbuburuhan. b). Pasal 2 : - ayat (1) yang berbunyi: Setiap perusahaan yang mempekerjakan sejumlah 25 (dua puluh lima) orang atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan. - ayat (4) yang berbunyi: Pada perusahaan dimana telah terbentuk serikat buruh, pengusaha wajib melayani kehendak serikat buruh untuk mengadakan perundingan perjanjian perburuhan atas permintaan secara tertulis dari serikat buruh yang bersangkutan. JoPeraturan Menteri Tenaga kerja Nomor: PER-01/MEN/1985 tentang Pelaksanaan Tata Cara Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Pasal 1 huruf a, yang berbunyi: Kesepakatan Kerja Bersama ( KKB) adalah Perjanjian Perburuhan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1954.

Jo Pasal 2: - ayat (1) yang berbunyi : Apabila salah satu pihak mengajukan permintaan untuk membuat Kesepakatan Kerja Bersama kepada pihak lain, maka permintaan tersebut harus diajukan secara tertulis disertai konsep Kesepakatan Kerja Bersama dengan berpedoman kepada Pola Umum Kesepakatan Kerja Bersama sebagaimana tersebut pada lampiran 1. - ayat (2) yang berbunyi: Pembuatan Kesepakatan Bersama sebagaimana untuk yang pertama kali Basis Serikat Pekerja harus mempunyai anggota sekurang-kurangnya 50% dari jumlah karyawan di perusahaan yang bersangkutan. - ayat (3) yang berbunyi: Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) sejak jak permintaan Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterima pemusyawaratan harus sudah dimulai. - ayat (4) yang berbunyi: Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama dan tata tertib Permusyawaratan harus berpedoman kepada Pola Umum Kesepakatan Kerj Bersama dan Pedoman Tata Tertib sebagaimana tersebut pada lampiran I dan II. Pembuatan Kesepakatan Kerjasaama harus dilakuikan dengan etikad baik, jujur dan tulus serta tidak merugikan pihak lain, seuai dengan Pasal 3 yang berbunyi: Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama harus dilaksaanakan dengan itikad baik, jujur, tulus, terbuka dan dilarang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat menekan atau merugikan pihak lainnya. Dalam perundingan pembuatan Ksespakatan Kerja Bersama harus ada perwakilan 101

dari berbagai pihak sesuai dengan Pasal 4 : - ayat (1) yang berbunyi: Yang mewakili pihak-pihak dalam perundingan pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama : a. Apabila Kesepakatan Kerja Bersama dibuat untuk tingkat perusahaan (pant level) maka dari pihak karyawan adalah pe- ngurus Basis Serikat Pekerja perusahaan yang bersangkutan dan dari pihak pengusaha adalah , Pimpinan Perusahaan yang bersangkutan. b. Apabila Kesepakatan Kerja Bersama dibuat untuk tingkat selain dari tingkat perusahaan pihak-pihaknya adalah sesuai dengan tingkatnya. - ayat (2) yang berbunyi: Apabila dalam permusyawaratan satu atau atau kedua belah pihak perlu didampingi pihak lain, maka dapat menunjuk wakil dari perangkat Serikat Pekerja atau Organisasi Pengusaha satu tingkat lebih tinggi dan tidak dapat menunjuk wakil dari luar organisasi Serikat Pekerja atau organisasi Pengusaha. - ayat (3) yang berbunyi: Dalam hal organisasi Serika Pekerja atau organisasi Pengusaha satu tingkat lebih tinggi sebagaima dimaksud ayat (2) tidak ada, maka dapat menunjuk wkil di atasnya lagi. Permusyawatan pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama antara Serikar Pekerja dengan Pengusaha (Bipartit) harus dapat diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal permusyawaratan dimulai , sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi: Permusyawaratan pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama secara Bipartit sudah dapat diselesaikan dalam waktu paling lama (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permusyawaratan dimulai. Apabila dalam waktu 30 hari kedua belah pihak belum dapat menyelesaikan pembuatan KKB, maka salah satu atau kedua belah pihak harus melaporkan secara tertulis kepada Departemen Tenga Kerja setempat untuk diperantarai atau atas kehendak dari kedua belah pihak dapat meminta penyelesaian melalui arbitrase, sesuai dengan sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi: Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh )hari kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan pembuatan KesepakatanKerjaBersama maka salah satu atau kedua belah pihak wajib melaporkan secara tertulis kepada Departemen Tenaga Kerja setempat untuk diperantarai atau atas kemauan kedua belah pihak dapat meminta penyelesaian melalui arbitrase. Penyelesaian melalui arbitrase harus dapat diselesaikan paling lama 30 hari sejak tanggal permintaan, namun dalam waktu yang telah ditentukan belum selesai, maka Pegawai perantara harus membuat laporan tertulis kepada Menteri Tenaga Kerja, yang kemudian Menteri Tenaga Kerja akan mengambil langkahlangkah penyelesaian paling lama 30 hari sejak tanggal laporan itu diterima, ini sesuai dengan ketentuan: - Pasal 5 : - ayat (3) yang berbunyi: Perantaraan oleh Pegawai Perantara atau penyelesaian melalui arbitrase harus dapat diselesaikan dalam waktu paling 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal permintaan itu diterima. - ayat (4) yang berbunyi : Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari Pegawai Perantara tidak dapat menyelesaikan pembuatatan Kesepakatan Kerja Bersama maka Pegawai Perantar melaporkan secara terutlis kepada Menteri Tenga Kerja . 102

- ayat (5) yang berbunyi: Menteri Tenaga Kerja menentukan langkah - langkah penyelesaian pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama dengan memperhatikan hasil musyawarah di tingkat Bipartit dan tingkat perantara serta peraturan perundang-undangan yang berlaku paling lama dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan tersebut. Tempat pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama dapat diadakan di kantor Perusahaan atau Kantor Basis Serikat Pekerjayang bersangkutan kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak didakan di tempat lain, sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (1) yang berbunyi: Tempat pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama Kerja Bersama pada prisipnya di adakan di Kantor Perusahaan yang bersangkutan atau di Kantor Basis Serikat Pekerja yang bersangkutan , kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak ditentukan lain. Biaya permusyawaratan menjadi beban pengusaha , kecuali Serikat Pekerja yang bersangkutan telah mampu membiayai, sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) yang berbunyi: Biaya permusyawaratan menjadi beban pengusaha, kecuali apabila Serika Pekerja yang bersangkutan telah mampu ikut membiayai dengan ketentuan Serikat Pekerja dan Pengusaha berusaha menekan biaya permusyawaratan dalam batas-batas yang wajar.

Selambat-lambatnya 90 (sembilam puluh) hari sebelum KKB tersebut berakhir , maka kedua belak pihak harus mulai memusyawarahkan kembali KKB untuk periode berikutnya, sesuai ketentuan Pasal 7 yang berbunyi: Selamba-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum Kesepakatan Kerja Bersama tersebut berakhir kedua belah pihak sudah mulai memusyawarahkan kembali Kesepakatan Kerja Bersama untuk periode berikutnya. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) selain diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/- 01/MEN/1985 tentang PelaksanaanTata Cara Pembuatan Pembuatan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) juga diatur di dalam UU RI Nomor: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dengan nama : Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Adapun Perjanjian Kerja Bersama (PKB) itu sendiri, diatur secara rinci dalam UU RI No. 13 Tahun 2003 pada : a). Pasal 116 : - ayat (1) yang berbunyi : Perjanjian kerja bersama dibuat oleh oleh serikat pekerjaburuh atau beberapa serikatpekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi si yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha. - ayat (2) yang berbunyi: Penyusunan perjanjian kerja bersama sebagaimana pada ayat (1) dilaksanakan secara mumusyawarah. - ayat (3) yang berbunyi: Perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia. 103

b). Pasal 117 yang berbunyi: Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (2) tidak mencapai kesepakatan , maka Penyelesaiannya melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial c). Pasal 118 yang berbunyi : Dalam satu (1) perusahaan hanya dapat dibuat satu (1) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan. d). Pasal 119 : - ayat (1) yang berbunyi: Dalam hal di satu perusahaan hanya dapat satu serikat pekerja/serikat buruh, maka serikat pekerja/serikat buruh tersebut berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha apabila memiliki jumlah anggota lebih dari 50 (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. - ayat (2) yang berbunyi: Dalam hal di satu perusahaan hanya dapat satu serikat pekerja/ serikat buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (10 ) tetapi tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan maka serikat pekerja /serikat buruh dalam perundingan dengan pengusaha apabila serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan mendapat dukungan lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan melalui pemungutan suara. - ayat (3) yang berbunyi: Dalam hal dukungan sebagaimana dimasud pada ayat (2) tidak tercapai maka serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan dapat memengajukan kembali permintaan untuk merundingkan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha setelah melampui jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara dengan mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Jo Pasal 20 Dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja/serikat buruh maka yang berhak mewakili pekerja/buruh melakukan perundingan dengan pengusaha yang jumlah keanggotaannya lebid dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut

104

NILAI, NORMA DAN MORAL A. N I L A I


Nilai adalah kajian dari filsafat,yakni Filsafat Nilai (axiology, Philosophy of Value). Istilah nilai pertama kali dikenalkan oleh Baumgarten dalam kajian bidang ekonomi. 1. Pengertian Nilai : - Sesuatu hal/benda yang mempunyai keberhargaan (Wroth), kemanfaatan (daya guna, pragmatis, utility), bermakna (berarti), baik dalam tata kehidupan individu, sosial maupun berbangsa dan bernegara. - Nilai adalah sesuatu hal yang abstrak, merupakan kajian dari ontologi , artinya nilai bersifat abstrak, akan nampak kalau ada media nilai, yakni suatu media yang bisa dilekati nilai , misal : bahasa, prilaku, kanvas, batu atau tergantung jenis nilainya). - Nilai adalah sesuatu hal yang melekat pada halnya itu sendiri artinya antara nilai dan media nilai menyatu tak terpisahkan.Misal: Patung singa terbuat dari emas 5 kg. Berapa harga patung itu?. Di sini ada dua nilai, yakni nilai bentuk patung singa (nilai seni) dan nilai emasnya. , bgmana dengan harga sebuah lukisan?. 2. Keberadaan nilai ditentukan adanya : a. Benda/sesuatu hal yang bisa dilekati nilai (media nilai). b. Pendukung nilai (wartrager). Misal: - Nilai 45 , yakni makna perjuangan 45 akan tetap lestari jika , ada yang mau menghayati dalam kehidupan. Penghayat dari nilai 45, baik individu/masyarakat itulah yang disebut pendukung nilai. - Karya sebuah novel akan ada jika ada pendukungnya, yakni : pengarang, penikmat (pembaca ) dan percetakan. 3. Pengertian Menilai dan Penilaian - Menilai adalah menimbang (judgmen), mengukur, memberi: derajad (hierarki), skor, menghitung, menggunakan ukuran, patokan/kriteria yang sudah disepakati (axioma), baik bersifat universal (misal: 2 + 2=
105

4), ataupun yang bersifat khusus, misal penjurian dalam lomba-lomba. - Penilaian identik dengan menilai tetapi lebih banyak bersifat subjektif, walaupaun pendapatnya juga menggunakan argumentasi logis. 4. Macam-Macam Penilaian - Penilaian objektif: menilai dengan menggunakan ukuran yang telah disepakati, atau hasil pengamatan berdasarkan objeknya. - Penilaian subjektif: berdasarkan inteptretasi dari si pengamat. Dalam penilaian subyektif sangat dipengaruhi oleh penilai (subjek nilai), yang di dalamnya terdapat faktor-faktor antara lain : jasmani, rohani (cipta, rasa dan karsa), kepentingan, senang dan tidak senang. Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang : harapan (hope), yang ideal (das sollen),dengan mempunyai nilai manusia akan punya : derajad (level), harkat dan martabat, baik diantara sesama umat maupun makhluk lain (harkat: derajad, mutu/kualitas/kemampuan dan martabat: harga diri). - Penilaian intersubjektif:penggabungan penilaian objektif dan objektif. 5. Macam-Macam Nilai (lihat modul). 6. Kierarkis Nilai a). Nilai Dasar Nilai bersifat abstrak (tak dpt diamati scr indrawi), namun dalam realisasinya dapat diamati/dilihat dalam sikap, prilaku da karya cipta manusia. Misal: Pak Amin menolong seorang anak korban tabrak lari, dengan membawanya ke RS. Nilai apa yang terdapat/ada dalam peristiwa ini?. Coba kita mengingat kembali butir-butir dalam P-4!. b). Nilai Instrumental Bentuk realisasi/manifestasi kehidupan praksis (praktek/nyata). Nilai instrument merupakan pedoman yang dapat diukur dan diarahkan. Bila instrumen tadi berkaitan dengan prilaku, maka berkaitan dengan nilai moral,jika dengan penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan, maka yang terkandung didalamnya adalah nilai politik. c). Nilai Praksis Nilai Praksis merupakan penjabaran dari nilai instrumen. Contoh hierarkis nilai: - BunyiUUD 45 Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan pendapat melalui pikiran atau tulisan(Nilai dasar). - UU Penyiaran, UU Pers, UU Serikat Pekerja, UU Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Di Muka Umum ..........(nilai Instrumen). Keputusan Menteri, yang merupakan juknis/juklak dari nilai instrument
106

...............(Nilai Praksis). Realisasi lain dari nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis dapat kita temui dalam: Teori Tangga (Stuffen Theory) Hans Kelsen (asas hukum Lex superior derogat legi Inferiori) dan Catur Wacana (konsistensi dalam pikiran , ucapan, sikap/prilaku dan dalam hati.

PAHAM-PAHAM NEGARA A. Pengantar


Setiap negara selalu mempunyai karakter dan sistem yang khas dalam menata kehidup annya, baik untuk tata kehidupan bermasyaratat, berbangsa maupun bernegara. Bentuk/teori negara yang dianut/dipilih akan disesuaikan dengan bentuk pemerintahan, ideologi yang dianut. Ada bentuk negara dan ideologi yang dianut oleh suatu negara, karena merasa cocok dengan paham ini, sesuai dengan pandangan hidup masyarakat), namun ada yang dipaksakan oleh penguasa (doktrin) yang sebenarnya tidak sesuai dengan pandangan hidupnya sehari-hari, misal negara china yang berideologi komunis.

B. Pengertian Negara: adalah organisasi masyarakat/pemerintahan yang mengatur tata


kehidupan hubungan antar individu, tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk mencapai tujuan bersama, yakni kesejahteraan bersama.

C. Macam-Macam Paham Negara


1. Paham Negara Kesatuan (Integralistik) Paham Negara ini (Indonesia) berdasarkan konsep kesatuan dan persatuan (integral istik), karena menyadari bahwa secara georafis terdiri dari pulau-pulau (kepulauan), multi etnis, multi budaya dan multi agama, dengan kata lain bangsa Indonesia dibangun berdasarkan pondasi pluralistik. Manifestasia dari asas persatuan ini bisa kita temui di berbagai pernyataan, antara lain: dlm Berita Negara RI
107

Negara Kesatuan RI, Negara Persatuan Indonesia (dimuat

Th II No. 7). Negara Persatuan, yakni Negara yang mengatasi segala paham dan golongan (semua untuk semua), bukan yang bersifat individualistis maupun klas. - Pokok Pikiran Pertama (Pembukaan UUD 45) bahwa Negara

Indonesia adalah Negara perasatuan yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. - Sila ke 3 Pacasila: Persatuan Indonesia - Semboyan Bhinneka Tunggal Ika (PP No. 66 Th 1951, 17 Oktober diundangkan pada tgl 18 Nopember 1951, dimuat dalam Lembaran Negara No. II/1951). Pengertian Paham Integralistik dapat kita rinci : 1). Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang bersifat Integralistik. 2). Semua golongan dan anggotanya mempunyai hubungan yang erat. 3). Semua golongan dan anggotanya merupakan kesatuan yang organis. 4). Mementingkan kehidupan bersama dalam perhimpunan bangsa seluruhnya. 5). Negara tidak menganggap kepentingan individu harus lebih diutamakan. 6). Negara tidak hanya menjamin kepentingan dan perlidungan seseorang atau golongan, tetapi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia. 7). Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai kesatuan yang integral. 2. Paham Negara Kebangsaan a. Proses terbentuknya Negara kebangsaan, bermula dari kehendak untuk hidup berkeluarga, meningkat untuk hidup berkelompok (bermasyarakat : homo socius, zoon politicon), kemudian berbangsa dan bernegara(dengan syaratsyarat yang harus ada di dalamnya). b. Terbentuknya melalui proses sejarah yang panjang dan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia, serta mempunyai corak/khas bangsa yang digali dari bumi Indonesia, yang berasaskan kekeluargaan , Ke Tuhanan dan persatuan (Pancasila), dari jaman sriwijaya bentuk kedatuan, Majapahit bentuk keprabuan dan Negara kebangsaan modern berbentuk prepublik.
108

Terbentuknya sebuah Negara melalui fase dan proses, yakni dari: - Individual/person/perseorangan, berasal dari kata: individium/individere yang artinya: kelompok yang terkecil dan tidak terbagi, yang aplikasinya dalam

kehidupan menjelma menjadi: rakyat, penduduk dan warga negara. - Keluarga: hubungan antara laki - laki dan perempuan yang diikat dengan perkawinan/pernikahan, mempunyai anak dan hidup di suatu tempat (rumah/ wilayah). - Masyarakat (sosiologis) adalah kumpulan dari individu-individu (keluagra) yang hidup pada suatu tempat (komunitas) dalam waktu yang lama serta mempunyai ide dan tujuan yang sama dan kemudian menghasilkan aturan yang sama (hasil kesepakatan bersama). - Hakekat bangsa adalah perhimpunan dari masyarakat dari berbagai wilayah yang membentuk wadah dengan karakter yang khas yang membedakan dengan bangsa lain. Bangsa adalah embriyo berdirinya sebuah negara. - Teori Kebangsaan : 1. Teori Hans Kohn (Antropologi Etnis) mengatakan bahwa terbentuknya suatu bangsa karena adanya persamaan ras, suku, bahasa dan agama yang sama.Teori ini jika berlebihan akan mengasilkan paham Chauvinis, Zenopobhiais, Naziis, Genosidais dan apartheid (diskriminasi). 2. Teori Kebangsaan Ernest Renan: terbentuknya sebuah bangsa adanya asas kerokhanian/kejiwaan/perasaan (Volkgeist: jiwa bangsa dari Von Savigny) yang sama,dengan kata lain karena adanya tekad dan kehendak dan tujuan yang sama (Le desir d I freensemble : kehendak untuk bersatu). 3. Teori Otto Bawer, bahwa terbentuknya sebuah bangsa karena adanya rasa senasib dan sepenanggungan (eine aus sehiksals gemeinschaaft).

109

DISKUSI KELOMPOK : THEMA NASIONALISME Pokok Bahasan (bisa sebagai judul) 1). Pengertian Nasionalisme, patriotisme dan heroisme 2). Faham-faham Nasionalisme, antara lain : Chauvinisme, Fazisme, Zenobhia dll. 3). Aplikasi nilai-nilai nsionalisme dalam tata kehidupan individu, sosial, berbangsa dan bernegara. 4). Indikasi merosotnya nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan heroisme 5). Faktor-faktor yang mempengaruhi merosotnya nilai nasionalisme, patriotisme dan heroisme. 6). Kiat-kiat untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan heroisme. Pelaksanaan diskusi : 1). Diskusi dibagi dua kelompok/perfakultas 2). Setiap kelompok maksimal 5 mahasiswa (nama, nomor dan fakultasnya). 3). Setiap kelompok menyerahkan satu makalah untuk dosen. 4). Makalah diperbanyak oleh pemakalah/fakultas sejumlah mahasiswa (2 Kelompok), harap koordinasi dengan ketua klas. 5). Setiap mahasiswa yang berperan aktif akan dinilai. Sumber Pustaka:

110

Dari berbagai sumber, sebutkan nama penulis, asal dan tahun sumber bacaan

111

Anda mungkin juga menyukai