0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
419 tayangan25 halaman
Dokumen tersebut membahas peran dan penggunaan teknologi digital dalam proses desain arsitektur, khususnya penggunaan model 3D digital, simulasi, dan metode generative design untuk membantu arsitek mendapatkan solusi desain yang optimal.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Peranan Dan Penggunaan Teknologi Digital Dalam Proses Disain Arsitektur
Dokumen tersebut membahas peran dan penggunaan teknologi digital dalam proses desain arsitektur, khususnya penggunaan model 3D digital, simulasi, dan metode generative design untuk membantu arsitek mendapatkan solusi desain yang optimal.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas peran dan penggunaan teknologi digital dalam proses desain arsitektur, khususnya penggunaan model 3D digital, simulasi, dan metode generative design untuk membantu arsitek mendapatkan solusi desain yang optimal.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Pendahuluan Pada saat ini, perkembangan teknologi digital telah berkembang secara pesat di berbagai bidang. Tidak bisa dipungkiri lagi, proIesi arsitek telah terpengaruh dan mengalami perkembangan secara progresiI dalam mempergunakan teknologi digital untuk membantu proses desain arsitektur hingga ke tahap pembangunan. Lebih jauh lagi, penggunaan teknologi digital telah memungkinkan arsitek untuk melakukan innovasi desain arsitektur yang kompleks ditinjau dari segi bentuk, struktur, Iungsi, material dan lingkungan.
Peran teknologi digital dalam arsitektur - model 3d digital Arsitek sebagai desainer lingkungan binaan tentunya merupakan proIesi yang harus mempertimbangkan desain arsitektur dari aspek-aspek kompleks seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Penggunaan teknologi digital secara umum di Indonesia saat ini masi populer sebatas visualisasi model 3d virtual/digital. Dengan keterbatasan yang ada, potensi penggunaan teknologi digital dalam bidang arsitektur masih belum sepenuhnya teraplikasikan. Menurut Szalapaj (2005) beberapa peran dari penggunan teknologi digital dalam bidang arsitektur adalah sebagai berikut : O Sebagai alat bantu merepresentasikan desain arsitektur O Sebagai alat bantu simulasi O Sebagai alat bantu evaluasi O Sebagai jembatan antara proses perancangan ke tahap konstruksi O Sebagai penerjemah inIormasi digital ke dalam proses manuIacturing/pembangunan
Mengacu dari perannya di atas, maka analisa, eksplorasi, simulasi dan applikasi desain arsitektur dapat dilakukan oleh desainer pada tahapan proses desain arsitektur, dari mulai desain konseptual hingga proses konstruksi. Di mana gubahan desain arsitektur tersebut termaniIestasikan dalam gubahan geometri berupa 3 dimensi model digital pada ruang virtual.
Model 3d digital sebagai alat bantu merepresentasikan desain arsitektur Computer aided design (CAD)/Computer-aided architectural design (CAAD) adalah salah satu bentuk applikasi teknologi computer untuk merancang objek virtual. Brown dan Marteens (2005) menjelaskan bahwa CAD/CAAD dapat berupa gubahan geometry 2 dimensi (vector drawing) maupun 3 dimensi (solid dan surIace) dimana gubahan geometrik tersebut tidak hanya sebuah bentuk tetapi juga mengandung inIormasi lain seperti proses, dimensi dan material yang mengacu pada suatu konvensi tertentu.
Salah satu keuntungan dari penggunaan CAD dalam merepresentasikan desain arsitektur adalah terangkumnya inIormasi desain arsitektur dalam bentuk model 3 dimensi digital yang mencakup sketsa konvensional dan model Iisik (maket) dalam satu paket lingkungan virtual/digital. Di samping itu beberapa aspek desain seperti struktur, material, dimensi dan properti lainnya dapat diintegrasikan ke dalam pembuatan real time bentuk model 3d digital secara parametrik. Hal ini memberikan kemudahan bagi arsitek dalam membangun geometri dari desain arsitekturnya melalui parameter yang dijadikan input ke dalam applikasi CAD. Sehingga bentuk geometri dapat diubah tanpa harus mengulang proses pembuatannya, melainkan dengan hanya memberikan input yang berbeda kepada parameter dasar yang membangun geometri tersebut. Perancangan parametrik dikembangkan lebih lanjut untuk membantu para arsitek dalam mengembangkan/mencapai eksplorasi dan aplikasi dari bentuk-bentuk geometri yang kompleks. Salah satu proses desain yang muncul dari aplikasi CAD parametrik ini di antaranya, metoda generative design/generative algorithm yang akan dibahas lebih dalam pada bagian selanjutnya. anjutan Model 3d digital sebagai alat bantu simulasi, analisa dan evaluasi Sebagai lanjutan dari applikasi model 3d digital dalam memenuhi kebutuhan simulasi, analisa dan evaluasi, arsitek dapat mempergunakan applikasi Finite Element Methods (FEM) atau Finite Element Analysis (FEA). Applikasi FEM/FEA adalah suatu teknik numerik yang membantu mengevaluasi menganalisa persamaan matematik dari sebuah perilaku kompleks dari suatu geometri (seperti kelenturan, kekakuan, tekananan, Iluida) yang memberikan output berupa angka atau visualisasi perilaku tersebut dengan indikator tertentu (seperti warna, garis dst) 1 .
FEM/FEA memungkinkan para arsitek untuk melakukan simulasi pada desainnya dengan maksud mencapai desain yang eIektiI, eIisien dan optimal sebelum desain diimplementasikan dalam gubahan real atau proses manuIaktur dengan menghasilkan virtual prototype.
anjutan Model 3d digital sebagai jembatan proses perancangan ke tahap konstruksi dan penerjemah informasi digital untuk proses manufaktur/pembangunan Pada tahap lanjutan dari applikasi model 3d digital menuju tahap konstruksi dan manuIaktur, arsitek dapat mempergunakan aplikasi Computer-aided ManuIacture (CAM). Applikasi ini bertujuan untuk mencapai eIisiensi dan eIektiIitas dalam proses produksi dari komponen- komponen desain dengan tingkat kepresisian dari dimensi dan kosistensi material. Applikasi CAM ini dapat dirasakan manIaatnya secara signiIikan dalam penggunaan material-material Iabrikasi.
Secara umum, piranti lunak CAD telah mengakomodir kebutuhan akan applikasi CAM melalui tersedianya output tipe Iile seperti stereolithogtaphy (STL) dan Initial Graphics Exchange SpeciIications (IGES). Kedua Iormat Iile tersebut menerjemahkan geometri dari desain ke dalam mesin cetak/prototype/CNC sehingga mesin tersebut dapat mencetak permukaan terluar geometri 2 .
ksplorasi, simulasi dan analisa geometri dalam proses desain arsitektur melalui metoda Generative Algorithm
Seperti kita ketahui, para arsitek selalu berusaha untuk melakukan inovasi dan mengeksplorasi bentuk geometri untuk dapat diaplikasikan dalam desain arsitektur yang dirancangnya. Gubahan- gubahan geometri yang kompleks, seperti yang terlihat pada alam, sulit dilakukan secara manual. Untuk mencapai gubahan geometri yang kompleks tentunya perlu mempergunakan alat bantu, dalam hal ini CAD, yang dapat membantu arsitek untuk 'melahirkan, mengeksplorasi, menyimulasikan, menganalisa dan mengontrol elemen-elemen/komponen-komponen gubahan geometrik yang kompleks tersebut secara proporsional untuk diterapkan pada disain arsitektur 3 . Metoda Generative Algorithm dalam piranti CAD dapat menjadi salah satu metoda yang mengakomodir kebutuhan tersebut.
Menurut Khabazi (2009), pada Generative algorithm, selain menggambar/membuat objek 3d digital, desainer dituntut untuk memahami aspek-aspek dasar geometri (umumnya matematika geometri) yang akan ditranslasikan ke dalam bentuk parameter angka atau persamaan matematik . Angka dan persamaan matematik tersebut menjadi langkah-langkah atau satu set aturan (algorithm) untuk membuat objek dalam ruang virtual. Satu objek yang terbentuk dari algorithm ini selanjutnya akan menjadi input dasar atau bahkan bentuk dasar yang dikenakan algorithm tersebut untuk menghasilkan bentuk selanjutnya. Proses ini dikenal sebagai proses 'algorithmic. Sehingga setiap komponen/bentuk yang ter-generate dari proses ini akan saling terhubung satu sama lain dan parameter yang menjadi generatornya.
Pada titik di mana proses algorithmic tersebut sukses membentuk gubahan geometri yang diharapkan, desainer dapat dengan mudah mengkontrol komponen-komponen yang ada untuk melakukan modiIikasi dengan merubah parameter-parameternya. Sehingga proses eksplorasi, analisa, simulasi dan evaluasi dapat berlanjut secara simultan. Maka dapat dilihat perbedaannya, apabila arsitek mempergunakan cara konvensional untuk mencapai gubahan geometri yang kompleks, tentunya akan mengkonsumsi waktu yang lebih lama dan sumber daya yang lebih banyak. Mengacu pada cara ini, adalah sangat mungkin untuk mendapat banyak alternatiI desain arsitektur yang akan mengarah pada satu solusi desain arsitektur . Dan sebagai tambahan, arsitek dapat melakukan eksplorasi desain sekaligus memahami proses Iabrikasi dan aplikasinya yang pada akhirnya disempurnakan dengan penggunaan aplikasi FEM dan CAM.
esimpulan Perkembangan alat bantu berupa aplikasi CAD, FEM, CAM dan penggunaan metoda Generative Design dalam proses desain arsitektur bertujuan untuk membantu arsitek dalam mendapatkan solusi desain yang terbaik. Aplikasi dan metoda tersebut membantu dapat berIungsi sebagai katalis dalam proses desain arsitektur. Daftar Pustaka O Architectural Design. (2008). 'Versatility and Vicissitude. John Willey and Sons Ltd. O Hermawan, Dani (2008). Dokumentasi Kompetisi Taman BMW Jakarta. O Hensel, Michael and Achim Menges (2008). 'Morpho-ecologies. Architectural Association. O Khabazi, Mohammad (2009). Algorithmic Modelling with Grasshopper. O Materns, Bob and Andre Brown (2005). Computer Aided Architectural Design Future2005. Springer O Szalapaj, Peter (2005). Contemporary Architecture and the Digital Design Process. Architectural Press. O Sang Min Park, Mahjoub Elnimeiri, David C. Sharpe, Robert J. Krawczyk (2004) Tall Building Form Generation by Parametric Design Process., Illinois Institute oI Technology O Team 23 (2008). Dokumentasi Tim 23 untuk Kompetisi Taman BMW Jakarta. O Terzidis, Kostas (2006). Algorithmic Architecture.Architectural Press O www.wikipedia.org O www.youtube.com eterangan utipan 1. Architectural Design. (2008). 'Versatility and Vicissitude p 20-23 2. Ibid 3. Khabazi, Mohammad (2009). 'Algorithmic Modelling with Grasshopper eterangan Gambar Keterangan ini dibuat berdasarkan urutan kemunculan gambar dari atas hingga ke bawah 1. BMW Welt, Mnchen, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au (http://rosemarycarres.wordpress.com/2009/08/30/touching-my-soIt-velvet-skin/) 2. BMW Welt, Mnchen, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au (http://www.core.Iorm-ula.com/2007/12/06/bmw-welt/) 3. Visualisasi 3d digital BMW Welt, Mnchen, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au (http://www.automotoportal.com/article/TheBMWWelt- AmasterpieceoIarchitecture) 4. 3d digital dari struktur BMW Welt yang menyimulasikan konstruksi ,double cone' dan ,Iolding Iacade' dengan bantuan aplikasi CAD ('Versatility and Vicissitude, Architectural Design, March 2008, hal. 22) 5. Perilaku konstruksi yang ditampilkan oleh aplikasi FEM/FEA atas simulasi konstruksi ,double cone' dan ,Iolding Iacade' pada bangunan BMW Welt ('Versatility and Vicissitude, Architectural Design, March 2008, hal. 22) 6. 3d digital dari struktur BMW Welt yang menyimulasikan konstruksi ,double cone' dan ,Iolding Iacade' dengan bantuan aplikasi CAD ('Versatility and Vicissitude, Architectural Design, March 2008, hal. 22) 7. Proses konstruksi ,double cone' dan ,Iolding Iacade' pada bangunan BMW Welt, Mnchen, Jerman (2008) oleh Coop Himmelb(l)au ('Versatility and Vicissitude, Architectural Design, March 2008, hal. 20) 8. Contoh eksplorasi bentuk geometri yang diambil dari sosok 'pecahan balon air. Sosok yang terlihat dalam rekaman proses tersebut menjadi konsep bentuk Iasad bangunan stadion utama Kompetisi taman BMW, Jakarta. Sumber video: http://www.youtube.com/watch?vTdMIsCF7p0. (Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, ZulkiIli, Nicko. Agustus 2008) 9. Proses penerjemahan sosok 'pecahan balon air ke dalam algoritma/rangkaian langkah secara parametrik mempergunakan alat bantu perancangan generative pada piranti luank Rhino Ceros (Dokumentasi Team 23: Dani H, Anindhita S, Masrul, ZulkiIli, Nicko. Agustus 2008) 10.Tampilan parametrik Grasshopper (alat bantu perancangan generatiI) yang terintegrasi dengan piranti lunak Rhino Ceros 4.0. Melalui GUI (Graphic User InterIace) parametrik ini, pengguna dapat mengubah/memoIikasi gubahan geometri dengan merubah parameter yang ada. (Dokumentasi Dani H untuk 23 Kompetisi Taman BMW, 2008) 11.Rancangan algoritma pen-generate geometri Iasad stadion secara keseluruhan. (Dokumentasi Dani H team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008) 12.Visualisasi model 3d digital rancangan geometri Iasad stadion sepak bola taman BMW. Geometri bentuk Iasad merupakan hasil dari penggunaan metoda ,generative design'. (Dokumentasi team 23 Kompetisi Taman BMW, 2008) hLLp//wwwlal[abarorg/ruangpubllkasl/1237LeknologldlglLaldlsalnarslLekLurhLml
PERANAN IT DALAM URCANISASI PERUSAHAAN
Saat ini penerapan teknologi inIormasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan. Pembangunan Teknologi InIormasi Perusahaan dilakukan secara bertahap sebelum sebuah sistem holistik atau menyeluruh selesai dibangun, hal tersebut disesuaikan dengan kekuatan sumber dayayang dimiliki. Dalam penerapannya rencana strategis TeknologiInIormasi senantiasa diselaraskan dengan Rencana Perusahaan, agarsetiap penerapan Teknologi InIormasi dapat memberikan nilai bagi Perusahaan. Mengacu kepada Arsitektur Teknologi InIormasi Perusahaan pembangunan, penerapan Teknologi InIormasi yang dilakukan dikategorikan sebagai berikut : OAplikasi Teknologi InIormasi yang menjadi landasan dari berbagai aplikasi lain yang ada di dalam Perusahaan antara lain sistem operasi, basis data, network management dan lain-lain. OAplikasi yang siIatnya mendasar (utility) yaitu aplikasi Teknologi InIormasi yang dipergunakan untuk berbagai urusan utilisasi sumber daya Perusahaan anatara lain sistem penggajian, sistem akuntansi & keuangan dan lain-lain. OAplikasi Teknologi InIormasi yang sesuai dengan kebutuhan spesiIikPerusahaan terutama yang berkaitan dengan proses penciptaan produk/jasa yang ditawarkan Perusahaan antara lain Aplikasi Properti, Aplikasi Forwarding dan Aplikasi Pergudangan. Departemen IT sering kali dipandang sebelah mata karena merupakan departemen yang hanya bisa menghabiskan uang tanpa bisa menghasilkan uang, hal inilah yang kadang menjadi problematika tersendiri bagi departemen IT di perusahaan. Terkadang banyak perusahaan memandang sebelah mata akan peran IT dalam menunjang proses di Perusahaan tersebut, memang belum banyak alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar IT berperan atau ikut andil dalam memajukan perusahaan ? Beberapa penerapan dari Teknologi InIormasi dan Komunikasi antara lain dalam perusahaan, dunia bisnis, sektor perbankan, pendidikan, dan kesehatan. Dan yang akan dibahas disini adalah khusus penerapan Teknologi InIromasi dan Komunikasi dalam Perusahaan. Penerapan Teknologi InIormasi dan Komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan eIisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi inIormasi dalam lingkungan kerja. Penerapan Teknologi InIormasi dan Komunikasi menyebabkan perubahan bada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan Enterprice Resource Planning (ERP). ERP adalah salah satu aplikasi perangkat lunak yang mencakup sistem manajemen dalam perusahaan, cara lama kebanyakan Untuk dapat mengetahui andil departemen IT di perusahaan adalah dengan mengetahui keuntungan-keuntungan penerapan teknologi IT di perusahaan tersebut, misalnya : 1. Yang tadinya manual menjadi otomatis, dan hal ini mengurangi biaya untuk tenaga kerjanya, biaya untuk kertas, alat tulis, dll. 2. Waktu mengerjakan yang lebih cepat dengan adanya IT. Sebab dengan IT ini akan memperbendek rantai birokrasi, yang tadinya selesai dalam 1 minggu dengan IT hanya butuh waktu 1 hari. Apabila waktu tadi kita konversikan ke biaya maka akan mendapatkan penghematan sekian rupiah. 3. Pengambilan keputusan yang lebih cepat, karena dengan IT maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini tentu saja akan menjadikan perusahaan menjadi lebih kompetitiI. Sebab dampaknya akan sangat besar bisa jadi karena pengambilan keputusan yang lambat sebuah perusahaan akan kehilangan banyak order. 4. Dengan penerapan teknologi IT kita akan dapat menghemat baiaya promosi dan pemasaran, karena promosi lewat web site akan sangat murah dan konsumen dapat melihat proIil perusahaan dari mana saja diseluruh dunia. 5. Dengan IT maka sistem akan dapat terintegrasi disemua kantor atau perusahaan sehingga hal ini akan dapat meningkatkan kecepatan dalam merespon sesuatu dan pihak manajemen akan dengan cepat mengetahui kondisi perusahaannya tanpa harus berkunjung ke kantor cabang yang jauh dan memakan biaya transportasi. Jadi sebenarnya penerapan IT ini akan sangat menghemat biaya di semua aspek, baik tenaga kerja, proses, pemasaran, maupun manajemen. Dan penerapan IT ini juga akan dapat mempercepat kemajuan perusahaan, dengan semain meningkatnya margin perusahaan. Untuk mengetahui secara pasti berapa keuntungan yang dihasilkan oleh IT maka Anda dapat menghitungnya dari penghematan-penghematan yang dihasilkan perusahaan Anda sebagai imbas dari penerapan IT dikonversikan ke Rupiah, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai perusahaan anda dari penerapan IT ini, maka akan muncul angka yang cukup signiIikan. Sistem InIormasi secara umum mempunyai beebrapa peranan dalam perusahaan, diantaranya sebagai berikut: 1. Minimi:e risk Setiap bisnis memiliki risiko, terutama berkaitan dengan IactorIaktor keuangan. Pada umumnya risiko berasal dari ketidakpastian dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada diluar control perusahaan.. Saat ini berbagai jenis aplikasi telah tersedia untuk mengurangi risiko-risiko yang kerap dihadapi oleh bisnis seperti forecasting, financial advisory, planning expert dan lain-lain. Kehadiran teknologi inIormasi selain harus mampu membantu perusahaan mengurangi risiko bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu manajemen dalam mengelola risiko yang dihadapi. 2. Reduce costs Peranan teknologi inIormasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha pengurangan biaya- biaya operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap proIitabilitas perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya ada empat cara yang ditawarkan teknologi inIormasi untuk mengurangi biaya-biaya kegiatan operasional yaitu: OEleminasi proses Implementasi berbagai komponen teknologi inIormasi akan mampu menghilangkan atau mengeliminasi proses-proses yang dirasa tidak perlu. Contoh call center untuk menggantikan Iungsi layanan pelanggan dalam menghadapi keluhan pelanggan. OSimplifikasi proses Berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit (birokratis) biasanya dapat disederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi inIormasi. Contoh order dapat dilakukan melalui situs perusahaan tanpa perlu datang ke bagian pelayanan order. OIntegrasi proses Teknologi inIormasi juga mampu melakukan pengintegrasian beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (secara langsung akan meningkatkan kepuasan pelanggan juga). OOtomatisasi proses Mengubah proses manual menjadi otomatis merupakan tawaran klasik dari teknologi inIormasi. 3. Add Jalue Peranan selanjutnya dari teknologi inIormasi adalah untuk menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tujuan akhir dari penciptaan value tidak sekedar untuk memuaskan pelanggan, tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan loyalitas sehingga pelanggan tersebut bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka panjang. 4. Create new realities Perkembangan teknologi inIormasi terakhir yang ditandai dengan pesatnya teknologi internet telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan, yaitu di dunia maya. Berbagai konsep e-business semacan e-commerce, e-procurement, e-customer, e-loyalty, dan lain-lainnya pada dasarnya merupakan cara pandang baru dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi inIormasi. Bagi beberapa perusahaan, sebuah strategi IT tidak selalu pada kasus yang Iormal. Walaupun dinamakan perencanaan Sistem InIormasi (IS) 'Strategic, arsitektur aplikasi, data, teknologi dan proses manajemen IS, yang terdiri dari standar pengembangan dan pelaporan, semuanya disajikan dengan rencana, proses dan kebutuhan dari bisnis yang ada saat ini. Tidak ada acuan atau philosoIi untuk kegunaan teknologi di perusahaan dan tidak terkesan adanya aturan yang signiIikan dalam menentukan strategi mana yang lebih eIektiI, menguntungkan dan dapat dikerjakan dengan mudah. Dalam lingkungan konvensional, hubungan antara strategi kompetitiI perusahaan dan manIaat penggunaan IT dikembangkan melalui beberapa lapisan; dari perencanaan, analisa dan perancangan. Dapat dipahami bila pada ligkungan sseperti ini IT memiliki pengaruh yang kecil terhadap strategi kompetitiI perusahaan. Sejalan dengan semakin luasnya pemanIaatan IT di lingkungan bisnis, semakin terlihat tidak ada lagi pemisahan antara IT dan Strategi kompetitiI perusahaan, karena semua strategi kompetitiI harus memiliki IT sama halnya dengan memiliki marketing, produsen dan keuangan. Strategi IT membantu manager untuk mendeIinisikan batasan pembuatan keputusan untuk tindakan berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat dalam menentukan tindakan untuk dirinya sendiri. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara Strategi IT dan perencanaan IT. Strategi IT merupakan kumpulan prioritas yang menguasai pembuatan keputusan bagi user dan proses data proIesional. Hal itu merupakan bentuk aturan Iramework untuk kegunaan IT dalam perusahaan, dan menjelaskan bagaimana seorang eksekutiI senior pada perusahaan akan berhubungan pada inIrastruktur IT. Perencanaan IT pada hal lain, memIokuskan pada pelaksanaan dari Strategi IT. Perencanaan Strategis Sistem InIormasi diperlukan agar sebuah organisasi dapat mengenali target terbaik untuk melakukan pembelian dan penerapan sistem inIormasi manajemen dan menolong untuk memaksimalkan hasil dari investasi pada bidang teknologi inIormasi. Sebuah sistem inIormasi yang dibuat berdasarkan Perancangan Startegis Sistem InIormasi yang baik, akan membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnisnya dan merealisasikan pencapian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi inIormasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang paling eIektiI untuk meningkatkan perIorma bisnis. Strategi TI diperlukan untuk WPengetahuan mengenai teknologi baru WDilibatkan dalam perencanaan taktis dan strategis WDibahas dalam diskusi perusahaan WMemahami kelebihan dan kekurangan teknologi Dengan semakin berkembangnya peranan teknologi inIormasi dalam dunia bisnis, maka menuntut manajemen SI/TI untuk menghasilkan Sistem InIormasi yang layak dan mendukung kegiatan bisnis. Untuk itu, dituntut sebuah perubahan dalam bidang manajemen SI/TI. Perubahan yang terjadi adalah dengan diterapkannya Perancangan Strategis Sistem InIormasi untuk memenuhi tuntutan menghasilkan SI yang mendukung kegiatan bisnis suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia bisnis, peningkatan Perencanaan Strategis Sistem InIormasi menjadi tantangan serius bagi pihak manajemen SI/TI. SI/TI sebagai Enabler, Organisasi/perusahaan dituntut untuk mengaplikasikan teknologi bukan hanya untuk menjaga eksistensi bisnisnya melainkan juga untuk menciptakan peluang dalam persaingan. Pemahaman mengenai peran pengembangan teknologi dan sistem inIormasi diperlukan untuk mengelola teknologi dan sistem inIormasi dalam organisasi itu sendiri. IT mendukung perusahaan/organisasi di level WStrategik Relevan dengan target pencapaian jangka panjang dan bisnis secara keseluruhan WTaktis Diperlukan untuk mencapai rencana dan tujuan strategis dalam rangka melakukan perubahan menuju sukses WOperasional Proses dan aksi yang harus dilakukan sehari-hari untuk menjaga kinerja eterkaitan Bisnis dengan SI/TI
MAAAH P#AN TNOOGI INFO#MASI DI BIDANG PM#INTAHAN Posted on January 17, 2010 by rudy yanto helmi ATA PNGANTA#
Bismillahhirrohmanirrohim. Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat serta salam tercurahkan ke junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Pengantar Teknologi InIormasi dengan judul PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DI BIDANG PEMERINTAHAN. Adapun penulisan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari segala pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Direktur Utama Politeknik Negeri Padang 2. Ketua Jurusan Teknologi InIormasi yang telah memberikan tugas untuk pembuatam makalah ini 3. Rekan-rekan se-angkatan yang membantu,mendorong serta memberikan inIormasi yang sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikan 4. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi serta telah memberikan semangat dalam membantu menyelesaikan makalah ini Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran, pendapat serta saran saran yang berguna demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanIaat bagi pembaca. Terima Kasih PADANG, 17 Januari 2010 Penulis DAFTA# ISI KATA PENGANTAR............................ i DAFTAR ISI................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................1 1.1 Latar Belakang ............................. 1 1.2 Tujuan Penulisan ............................. 3 1.3 Sistematika Penulisan .......................... 3 BAB II PEMBAHASAN ............................ 4 2.1 E-Government Dan Kesiapan Indonesia ................. 4 2.2 E-Participation Terhadap E-Government ................ 5 2.3 Dampak E-Government ......................... 6 2.4 Dukungan Teknologi InIormasi Untuk Pelayanan Publik .............................. 7 2.5 Insprastruktur Ti ............................ 9 2.6 Peran Ti Dalam Good Government ................... 12 BAB III PENUTUP.................................. 16 Analisa Dan Kesimpulan.......................... 16 BAB I PNDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Ditemukannya sejuhlam identitas ganda yang dimiliki sejumlah teroris dan anggota masyarakat yang sempat diperiksa kepolisian, pemalsuan paspor oleh para penjahat kerah putih, serta kasus surat 'peringatan dari Direktorat Pajak belum lama ini yang ternyata banyak salah sasaran memiliki benang merah yang sama. Hal-hal tersebut menghangatkan kembali diskursus tentang buruknya tata kependudukan di Indonesia. Berbagai anomali administrasi itu mengindikasikan tidak adanya kesungguhan dalam merapikan data kependudukan yang sesungguhnya sangat penting. Data yang ada ternyata tidak akurat, tidak relevan, dan tidak diintegrasikan oleh instansi-instansi terkait. Akibatnya, pada level pemerintahan, nyaris tidak ada manIaatsama sekali yang bisa diperoleh dari data kependudukan tersebut. Pada saat yang sama masyarakat sudah kadung memandang sinis bahwa surat-surat kependudukan bahkan yang paling mendasar sekalipun (Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dan Surat Izin Mengemudi) dianggap sebagai sesuatu yang kegunanaannya tidak lebih dari 'sekedar jaga-jaga saat ada insIeksi. Problem-problem diatas, dapat teratasi lewat pembangunan tata pemerintahan, termasuk kependudukan, berbasis elektronik (electronic based government, e-government). Secara pragmatis, e-government dapat meningkatkan eIisiensi sekaligus menekan praktek penyimpangan administrasi negara. Lebih mendasar lagi,dari kaca mata politik demokrasi, melalui tiga kerangka kerjanya, yang terdiri atas e-government consultation, dan e-decision- making, komitmen dan keberhasilan pemerintah suatu negara, dalam menyelenggarakan e- government dapat dijadikan indikator kesediaan pemerintah tersebut dalam berbagi inIormas dan pengetahuan dengan warganya. Secara lebih mendalam departemen instansi pemerintah dalam mempersiapkan visi dan misi kebijaka teknologi inIormasi, lebih melihat pada Iaktor equity (menjadikan teknologi inIormasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi penggunaan umum). Dibandingkan dengan keempat Iaktoryang lainnya yaitu demokratisasi, transparansi, akuntabilitas dan globalisasi. Untuk mencapai target penerapan teknologi inIormasi yang eIektiI perlu diadakan komputerisasi pemerintahan atau e-government dan sumber daya manusia dan pendidikan. Alasannya karena penerapan teknologi inIormasi akan menjadi optimal apabila Am/pengetahuan para pemakai atau pengguna jasa teknologi benar-benar memahami teknologi sehingga sasaran penerapan teknologi inIormasi tercapai. Untuk mencapai pada tingkat e-government maka langkah pertama yang menjadi sasaran jangka pendek adalah : 1. Perlu adanya persiapan sumber daya manusia dan teknologi inIormasi. 2. Pelayanan inIormasi publik. 3. Pengadaan teknologi inIormasi 1.2 Tujuan Penulisan Tulisan ini bertujuan untuk : 1. Para pembaca lebih memahami tentang teknologi inIormasi. 2. Pembaca mengetyahui manIaat teknologi inIormasi 3. Pembaca mengetahui sejauh mana tingkat kemajuan pemerintah Indonesia dalam bidang teknologi inIormasi. 1.3 Sistematika Penulisan Dalam membuat tulisan ini kelompok kami memakai metode studi kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan topik pembahasan serta mencoba mengakses dari berbagai situs internet. Adapun kerangka penulisan ini terdiri dari : 1. Bab I Pendahuluan 2. Bab II Isi 3. Bab III Analisa dan Kesimpulan BAB II ISI 2.1 E-Government dan Kesiapan Indonesia Kendati e-Government diyakini andal, penelitian yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap 21 instansi pelayanan publik nasional di 919 negara (pada 2003) menemukan bahwa pembangunan e-government bukanlah perkara penyediaan perangkat teknologi semata. Masalahyang lebih kompleks justru berkutata pada penyiapan sumber daya manusia, yakni para pengguna (anggota masyarakat) dan penyedia sekaligus pengolah inIormasi (instansi pelayanan publik). Dari sisi pengguna syarat paling mendasar bagi keberhasilan teknologi inIormasi, komunikasi yang signiIikan dikalangan masyarakat. Lebih luas lagi inIormation Cociety Comission (2003) menyebutkan bahwa kesiapan e-government dapat diantimasi berdasarkan posisi atau suatu negara pada Human Development Index (HDU). Menjadikan HDI sebagai dasar untuk mengukur kesiapan Indonesia dalam ber e-government tampaknya menghasilkan gambaran yang tidak begitu menggembirakan. Meskipun menunjukkan peningkatan pada sejumlah indikator kesejahteraan manusia, posisi Indonesia pada 2004, dibandingkan dengan 2003 hanya naik satu anak tangga ke peringkat 111 dari sekitar 170 yang diteliti. Ini berarti masih dibutuhkan upaya keras jangka panjang guna memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebagai persyaratan langsung bagi e-participation. 2.2 E-Participation Terhadap E-Government e-participation bermakna sebagai derajat keikutsertaan masyarakat dalam kedudukannya selaku subyek sekaligus objek e-government. Subyek dalam pengertian bahwa masyarakat merupakan pihakyang memiliki kesempatan dan inisiatiI untuk mempengaruhi pemerintah dalam perumusan berbagai kebijakan publik. Dan obyek dengan makna bahwa kebijakan-kebijakan itu pada gilirannya akan dikenakan pada seluruh masyarakat juga. Secara simultan e-government juga mengaharuskan adanya kesediaan dan kepastian generik aparat pelayanan publik dalam mengelola inIormasi demi kepentingan para stakeholder. Dimilikinya situs resmi oleh hampir semua instansi pemerintah pada kenyataannya tidak disertai oleh pengelolaanyang konsisten terhadap situs-situs tersebut. E-inIormation berkualitas rendah akibat situs yang hanya berisikan inIormasi usang. Beragam masukan juga tidak ditanggapi dengan baik, dan segera yang menyebabkan e-consultation tidak berjalan dengan semestinya. Saat e-inIormation dan e-consultation tidak terealisasi, e-decision making lebih parah lagi. Situs tidak berIungsi optimal sebagai media interaktiI antara masyarakat dan para pelayannya. Akibatnya manIaat situs-situs pelayanan publik itu terhadap proses demokratisasi pun sangat rendah karena tidak mendorong masyarakat untuk aktiI urun rembuk dalam peningkatan kualitas pelayananserta penyusunan dan perubahan kebijakan publik. 2.3 Dampak E-Government Keberadaan e-government akan berimbas pada dimensi sumber daya manusia disetiap pelayanan publik. Tidak tertutup kemungkinan akan meruyaknya kekhawatiranyang disebabkan oleh rasionalisasi jumlah karyawan. Karyawan yang dinilai tidak memiliki kesediaan dan kemampuan generik untuk menjalankan e-government akan berhadapan dengan dua resiko; diberhentikan (retrenchment) atau menjadi pelatihan dalam rangka membentuk kompetensi lunak (soIt compentencies) dan keterampilan kerjaserta mengintegrasikan diri kedalam struktur inIormasi yang baru. Sementara kompetensi lunak berIokus pada mentalitas kerja, pelatihan keterampilan kerja dipusatkan pada bidang berteknologi inIormasi dan komunikasi, manajemen proyek, manajemen perubahan,serta kemampuan membangun kemitraan. Terkait dengan begitu pentingnya penyiapan para aparat pelayanan publik, InIormation Society Commision (2003) menegaskan, kepemimpinan memainkan peran sangat penting dalam menciptakan atmosIer positiI bagi perubahan birokrasi kantor-kantor pemerintah. Dengan lompatan kuantum kearah implementasi e-government kita bisa berharap,tata pemerintahan dan kependudukan di Indonesia akan berlangsung lebih demokratis, eIisien, dan bersih. 2.4 Dukungan Teknologi InIormasi Untuk Pelayanan Publik. Saat ini inIormasi yang dapat diakses oleh publik masih amat terbatas siIatnya, berupa inIormasi umum mengenai departemen/institusi dan belum berupa inIormasi yang berkaitan dengan sistem prosedur atau tata cara yang berhubungan dengan pelayanan publik. Salah satu yang menyebabkan keterbatasan ini adalah tidak adanya acuan atau panduan di tingkat nasional, seperti yang diharapkan oleh sebagian besar departemen/institusi tersebut dalam bentuk suatu kebijakan yang jelas untuk menyebarkan inIormasi atau data secara umum kepada publik. Di sisi lain sebagian besar departemen/institusi melihat belum mapannya dukungan inIrastruktur dan kurangtnya ketersediaan sumber dana dan sumber daya manusiayang memadai sebagai beberapa kendala yang harus diatasi sebelum pelayanan publik dengan dukungan teknologi inIormasi dapat ditingkatkan. Dari sisi dampak positiI akan penerapan teknologi inIormasi dalam pelayanan publik, sebagian besar departemen/institusi lebih mengharapkan adanya peningkatan kerja organisasinya sendiri dalam bentuk meningkatnya pelayanan dan eIisiensi dari birokrasi, walaupun sebagian sudah melihat adanya peningkatan dalam aspek transparansi birokrasi. a. Pengembangan dan riset teknologi inIormasi Kegiatan pengembangan yang banyak dilakukan oleh departemen/institusi pemerintah adalah pengembangan perangkat lunak. Sedangkan produk 'lokal yang sering mereka gunakan adalah masih sebatas jasa pelatihan. Sebagian besar menganggap Iaktor dana sebagai penghambat utama dalam pengembangan ini. Ke depan, mereka mengharapkan dukungan strategi, prioritas dan arah kebijakan riset dan strategi pengembangan tenaga ahli di bidang teknologi inIormasi sebagai bagian dari kebijakan nasional di bidang teknologi inIormasi untuk dapat meningkatkan jumlah dan mutu hasil riset di bidang teknologi inIormasi. b. Manajemen dan evaluasi teknologi inIormasi Sudah cukup banyak departemen/institusi pemerintah yang sadar akan perlunya suatu evaluasi investasi teknologi inIormasi sebagai bahan untuki membuat rencana ke depan. Namun, belum semuanya melihat dari kebutuhan evaluasi internal. Kendala utama yang dirasakan menghambat evaluasi pemanIaatan teknologi adalah karena hal ini belum menjadi bagian atau keharusan dari investasi teknologi inIormasi. Dalam melakukan evaluasi keberhasilan investasi teknologi inIormasi, maka departemen/institusi pemerintah menganggap kriteris yang paling adalah eIeksiIitas dan kualitas dalam pelayanan kemudian diikuti oleh produktivitas dan pelayanan organisasi serta pemanIaatan dan utilisasi teknologi inIormasi. Sementara Iaktor eIisiensi dalam mengurangi biaya operasi dan penyelenggaraan dan pengelola korporat (organisasi perusahaan) yang eIektiI dan baik masih belum dilihat sebagai kritel yang penting untuk dievaluasi. Sementara itu, hampir semua departemen/institusi pemerintah menganggap peran dan dukungan pimpinan (manajemen puncak) dalam pengembangan dan pemanIaatan teknologi inIormasi sebagai Iaktor utama yang mempengaruhi keberhasilan investasi di bidang teknologi inIormasi. 2.5 InIrastruktur Teknologi InIormasi Kondisi perangkat keras, sebagian besar departemen/institusi pemerintah umumnya terdiri dari PC yang tampaknya telah terhubung dalam suatu jaringan lokal. Sebagian besar dari instansi ini telah memiliki hubungan ke internet melalui ISP namun demikian, interkoneksi ke internet ini masih sederhana, konIigurasinya hal ini terlihat dari kecilnya jumlah institusi yang menggunakan perangkat Network Security atau Network Management. Dari sisi perangkat lunak, sebagian besar departemen/institusi pemerintah menggunakan aplikasi oIIice automation seperti word processing, dll. Database management system dan aplikasi- aplikasi internet, seperti Web Publishing. Walaupun sebagian besar institusi telah menggunakan komputer untuk Iungsi-Iungsi yang umum ini, namun demikian masih ada institusi yang sama sekali belum memanIaatkannya. Dari sisi pengembangan inIrastruktur teknologi inIormasi departemen/institusi pemerintah masih banyak yang mendapatkan bantuan pihak luar dalam bentuk konsultasi pengembangan hal ini mungkin mengindikasikan masih belum memadainya kemampuan internal dalam merencanakan pengembangan inIrastruktur teknologi inIormasi. Lebih lanjut, sebagian besar institusi menyatakan pola pengembangan inIrastrukturnya dilakukan secara terencana. Walaupun demikian, cukup banyak pula yang menyatakan pola pengembangannya disesuaikan dengan kondisi keuangan departemen. Dalam hal pengelolaan inIrastruktur tersebut, mereka cukup banyak yang bekerja sama dengan organisasi pusatnya tampaknya pola 'sentralisasi masih cukup kuat disini. Suatu bentuk penggunaan inIormasi secara bersama-sama telah mulai dilakukan, hal ini tampak dari jawaban cukup banyak departemen/institusi. Namun demikian, kerja sama ini sebagian besar menghadapi kendalam dalam bentuk integrasi data dan integrasi aplikasi. Salah satu penyebabnya kemungkinan adalah belum diterapkannya standarisasi. Dari sisi kebutuhan inIrastruktur teknologi inIormasi untuk jangka pendek, sebagian besar departemen/institusi merasakan kebutuhan akan aplikasi dan basis data sebagai kebutuhan utama diikuti oleh perangkat telekomunikasi dan akses jaringan komputer global/nasional serta integrasi dengan organisasi lain yang terkait. Sedangkan dari sisi proses/prosedurnya, yang perlu mendapatkan perhatian adalah panduan manajemen dan operasi. a. Hukum dan isu nasional Sebagian besar departemen/institusi pemerintah menyadari perlunya suatu kebijakan kerangka hukum secara nasional dan menyeluruh dengan pengaturan HAKI dan akses publik sebagai isu- isu menonjol yang dianggap masih kurang penanganannya. Dari sisi cakupannya, kerangka hukum nasional dalam bidang teknologi inIormasi diharapkan mencakup keseluruhan aspek secara mendasar dan bukan secara persial seperti penyesuaian atau penambahan dari hukum yang telah ada. Dari sisi regulasi, sebagian besar menganggap regulasi untuk melindungi hak cipta mengatasi sengketa dalam transaksi elektronis mendukung transaksi elektronis dan memberikan hak yang sama terhadap inIormasi sebagai bidang-bidang yang mendesak dan belum mendapat perhatian. Dari sisi penerapan hukum dalam bidang teknologi inIormasi, pemerintah diharapkan untuk secepatnya melengkapi produk perangkat hukum baru yang mengatur teknologi inIormasi selain itu pemerintah juga diharapkan meningkatkan kualitas aparat hukum dan memiliki acuan kerangka hukum teknologi inIormasi nasional. Dalam konteks daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat membuat kebijakan sendiri secara penuh tetapi tetap mengacu ke pusat walaupun ada yang mengharapkan pembagian kebijakan yang jelas antara pusat dan daerah. Untuk menyelaraskan kebijakan teknologi inIormasi di pusat dan daerah ini maka kebijakan nasional harus: Mencakup pemberdayaan masyarakat di daerah dalam bisang teknologi inIormasi. Mencakup pelatihan SDM bidang TI di daerah Mendorong tanggung jawab dan kerja sama departemen/institusi di pusat dan daerah dalam pengembangan SDM. Kebijakan untuk meningkatkan pendidikan teknologi inIormasi di daerah. 2.6 Peran TI Dalam Good Government Berkaitan dengan peran teknologi inIormasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government) sebagian besar departemen/ institusi tampaknya akan memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemanIaatan teknologi inIormasi di sebagian besar departemen/institusi seperti pada kasus-kasus berikut : Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, teknologi inIormasi masih dianggap sebagai alat 'pengotomasi proses yang diharapkan dapat mengurangi proses yang dilakukan secara manual dibanding sebagai alat yang dapat mengurangi birokrasi. Dalam konteks partisipasi semua pihak untuk penyusunan kebijakan, teknologi inIormasi masih dianggap sebagai alat yang mempermudah pengumpulan inIormasi dibanding sebagai alat yang dapat membuka komunikasi dengan pihak luar seperti publik atau instansi lain. Dalam konteks keterbukaan (transparansi) internal, teknologi inIormasi masih dianggap sebagai sarana penyedia akses dibanding sebagai sareana penyediaan inIormasi yang lebih spesiIik seperti latar belakang suatu kebijakan misalnya. Dalam konteks pelaksanaan suatu kebijakan, teknologi inIormasi masih dilihat sebagai sarana untuk mempercepat pelaporan dibanding sebagai sarana untuk membantu proses monitoring. Dalam konteks peningkatan kualitas suatu kebi akan teknologi inIormasi masih dilihat sebagai sarana untuk memperluas sumber inIormasi dan data dibanding sarana yang dapat menciptakan keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Dari sisi evaluasi pemanIaatan teknologi inIormasi kondisinya dapat dikatakan memprihatinkan dengan masih adanya beberapa departemen/institusi yang tidak pernah melakukan audit penerapan teknologi inIormasi kalau pun ada sebagian besar pelaksanaannya masih bersiIat ad- hoc. Jika ditelaah lebih lanjut, jenis audit penerapan teknologi inIormasi yang sering dilakukan lebih merupakan audit non-Iinansial dibanding audit Iinansial. Hal ini menunjukkan aspek eIektiIitas penerapan teknologi inIormasi lebih mendapatkan perhatian dibandingkan aspek eIisiensinya. Selain itu, tanggapan departemen/institusi atas keterkaitan audit manajemen dengan audit teknologi inIormasi amat rendah, baik yang menyatakan terkait maupun yang menyatakan tidak terkait. Hal ini perlu diakui lebih lanjut karena tanggapan ini tidak mendukung kesimpulan sebelumnya, yaitu sebagian besar departemen/institusi menyatakan adanya keselarasan visi dan misi institusi dengan penerapan teknologi inIormasinya. Seperti halnya pada pemahaman akan tingkat pemanIaatan teknologi inIormasi, 'concern sebagian besar departemen/institusi pemerintah dengan adanya kebijakan nasional lebih tertumpu pada adanya aturan tata cara akses inIormasi oleh pihak luar/publik dibanding pada adanya panduan bagaimana departemen/institusi harus menempatkan teknologi inIormasi untuk review, monitor dan evaluasi. a. Sumber daya manusia dalam bidang teknologi inIormasi Ketersediaan SDM dalam bidang teknologi inIormasi tampaknya menjadi kendala utama yang dihadapi oleh sebagian besar departemen/institusi pemerintah. Hal ini besar kemungkinannya berkaitan dengan pola pengembangan SDM di bidang teknologi inIormasi yang kurang menarik minat orang-orang yang berkualitas seperti: a) masalah dengan gaji dan Iasilitas yang kurang memadai, b) program pengembangan SDM lebih berupa pelatihan internal atau seminat/workshop dibanding memberikan bea siswa misalnya, c) cakupan pekerjaan yang sebagian besar berada pada level 'operator dalam bentuk pemeliharaan data dan aplikasi atau pelatihan pada pemakai walaupun ada juga yang sampai pada level 'analis seperti perancangan aplikasi, d) tidak adanya perlakuan khusus baik dalam bentuk insentiI maupun jenjang karier. Sebagian besar departemen/institusi mengharapkan adanya kebijakan yang mengatur struktur dan jenjang karir SDM di bidang teknologi inIormasi dan juga kebijakan untuk pendidikan teknologi inIormasi berupa sertiIikasi dan areditasi dalam kebijakan nasional dalam teknologi inIormasi. BAB III PNUTUP Analisis dan esimpulan Kegiatan pengembangan yang banyak dilakukan oleh departemen/institusi pemerintah adalah pengembangan perangkat lunak. Sedangkan produk lokal yang sering mereka gunakan adalah masih sebatas jasa pelatihan. Sebagian besar Iaktor dana sebagai penghambat utama dalam pengembangan teknologi inIormasi. Mereka mengharapkan dukungan strategi, prioritas dan arah kebijakan riset dan strategi pengembangan tenaga ahli dididang teknologi inIormasi sebagai bagian dari kebijakan nasional dibidang teknologi inIormasi untuk dapat meningkatkan jumlah dan mutu hasil riset di bidang mutu teknologi inIormasi. Dalam melakukan evaluasi keberhasilan investasi teknologi inIormasi, maka departemen/institusi pemerintah menganggap kriteria yang paling penting adalah eIektiIitas dan kualitas dalam pelayanan, kemudian diikuti oleh produktiIitas dan pelayanan organisasi serta pemanIaatan dan utilisasi teknologi inIormasi. Sementara Iaktor eIisiensi dalam mengurangi biaya operasi dan penyelenggaraan korporat (organisasi perusahaan yang eIektiI dan baik masih belum dilihat sebagai kriteria yang paling penting untuk dievaluasi. Departemen/institusi pemerintah perlu mendirikan suatu lembaga di tingkat nasional yang menangani teknologi inIormasi secara khusus. Yang berbentuk komisi independen sebatas koordinasi antar departemen dalam bentuk konsorsium. DAFTA# PUSTAA http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/peran-teknologi-inIormasi-di-bidang- pemerintahan kamang, 2009. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DI BIDANG PEMERINTAHAN. Jatinagor hLLp//rudykunwordpresscom/2010/01/17/makalahperanLeknologllnformasldlbldang pemerlnLahan/