2007
mengatakan fakta. Kelima, mendandani halaman cerita. Menarik Perhatian Menarik perhatian orang, itulah tahap awal dalam semua komunikasi. Kadang, orang menunda untuk mengatakan sesuatu sampai dia mendapatkan perhatian lawan bicara. Jika sikapnya saja tidak menarik perhatianmisalnya tidak acuh, tidak simpatik mungkin lawan bicara atau pemirsa tidak memperhatikan apa yang dikatakan. Demikian pula dengan tulisan. Bila judulnya tidak menarik perhatian, mungkin pembaca mengabaikan isi tulisan alias melewatinya begitu saja. Kriteria menarik perhatian memang relatif. Menarik perhatian kalangan tertentu belum tentu menarik perhatian kalangan lain. Namun paling tidak ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar judul tulisan mempunyai daya merebut perhatian. Unsur tersebut adalah, pertama, dampak bagi pembaca. Perhatikan judul berikut ini. Bank Indonesia Kembali Turunkan Suku Bunga Sejak pertengahan 2006 sampai awal 2007, beberapa kali Bank Indonesia menurunkan suku bunga. Setelah sembilan kali Bank Indonesia menurunkan suku bunga, berita dengan judul tersebut mungkin tidak lagi menarik perhatian. Bandingkan dengan contoh judul berikut. BI Kembali Turunkan Suku Bunga:
Garuda Terbakar
Judul tersebut terdapat pada halaman depan Koran TEMPO, edisi Kamis, 8 Maret 2007. Isi berita tentang terbakarnya pesawat Garuda GA 200 di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, pada Rabu, 7 Maret 2007. Sebelum dimuat di koran-koran pada esok
harinya, berita tragis itu disiarkan seluruh stasiun televisi, radio, dan media cyber (Internet). Masyarakat sudah lebih dulu mengetahui musibah itu. Media cetak, yang terbit sehari setelah kejadian, sebaiknya memberikan nilai lebih daripada stasiun televisi. Judulnya pun harus menarik perhatian orang. Jika Anda seorang editor, apa yang harus Anda lakukan terhadap naskah berita dengan judul seperti di atas? Tambahkan magnitude! Perhatikan contoh berikut. Garuda Terbakar:
22 Penumpang Hangus
22 Penumpang Tewas dalam Kecelakaan Garuda
Jumlah penumpang yang tewas dalam keadaan hangus mengandung unsur magnitude. Contoh lain:
200 Orang Tewas dalam Gempa di Yogya Perhiasan Senilai Rp 2,3 Miliar Disita
Unsur ketiga menyangkut tokoh atau sering disebut prominance. Bila pada judul Garuda Terbakar diikuti dengan nama tokoh yang turut tewas dalam kecelakaan itu, judul itu akan menarik.
judul dibuat dengan ukuran huruf lebih besar, jenis huruf yang berbeda daripada huruf untuk tubuh tulisan, serta posisi pada tata letak yang menonjol. Mengkelaskan Berita Sekarang ini masyarakat sangat sibuk dengan berbagai aktivitas. Di antara kesibukan yang menumpuk, mereka tetap membutuhkan informasi untuk berbagai kepentingan. Sementara itu, sumber informasi banyak dan beragam: televisi, radio, surat kabar, majalah, dan Internet. Media tersebut menyajikan beragam informasi: ekonomi, politik, budaya, hukum, iptek, dan lain-lain. Hanya sedikit orang yang membaca semua berita yang dimuat oleh koran. Mereka memilih berita berdasarkan minat dan kepentingannya. Bahkan untuk satu masalah, mungkin mereka tidak membaca seluruh aspek. Dengan membaca sekilas judul-judul berita, mereka memilih beberapa judul, kemudian membaca isinya. Media menggolong-golongkan berita berdasarkan rubrik: nasional, ekonomi, hukum, budaya, olahraga, iptek, kolom opini, dan lain-lain. Pada satu rubrik, misalnya hukum, berita-berita dikelaskan berdasarkan pentingnya informasi atau berdasarkan besarkecilnya peristiwa. Kejadian yang luar biasa, misalnya yang berkaitan dengan masalah hukum, ditempatkan di bagian atas halaman rubrik hukum, dengan ruang yang besar. Sementara itu, peristiwa kecil atau remeh diletakkan di bagian bawah, dengan porsi sedikit. Begitu pula dengan penulisan judul. Untuk peristiwa besar, selain ditempatkan di bagian atas halaman, judulnya dibuat dengan huruf lebih besar ketimbang kejadian remeh. Dengan kata lain, peristiwa besar menjadi prioritas utama ketimbang kejadian sepele. Bahkan peristiwa yang sepele mungkin tidak perlu dimuat. Pengkelasan dan penggolongan berita tersebut memudahkan pembaca memilih informasi. Sadar atau tidak, ketika membuka halaman koran, ia digiring untuk membaca terlebih dahulu membaca berita utama, yang ditempatkan di halaman depan bagian atas, dengan judul berukuran besar, dan dilengkapi dengan foto. Demikian pula ketika pembaca membuka halaman berikutnya, ia digiring untuk membaca judul yang ditempatkan di bagian atas halaman. Alfred A. Crowwell mengatakan bahwa pengkelasan ini menjadi ciri khas layanan yang dilakukan oleh surat kabar modern, yang membedakan dengan media lain. Pengkelasan harus dilakukan berdasarkan pentingnya isi sebuah berita pada satu edisi; tidak pada hubungannya dengan peristiwa yang lalu atau apa yang terdapat pada media lain. Menjual Cerita Cerita atau tulisan menjadi barang dagangan dan Judul adalah salesman terbaikmu, kata John Colburn, Landmark Communication, kepada Texas Dailay Newspaper Association. Gene Gilmore2 menganalogikan fungsi judul dengan papan nama. Judul harus menjual, kata Gilmore. Artinya, dengan menampilkan judul tertentu, diharapkan
orang akan membeli koran. Memang di alam demokrasi fungsi pers yang pertama bukanlah mencari uang, tapi menyampaikan informasi. Bagaimanapun, penerbitan surat kabar membutuhkan modal dan surat kabar atau majalah harus tetap hidup. Lebih lanjut Gilmore menyarankan judul sebaiknya menjadi barang dagangan bagi ceritanya, menjualnya kepada pembaca, membuatnya ingin membaca lead dan kemudian menyimak tubuh tulisan. Judul, lead, dan tubuh tulisan dibuat dengan mengerahkan segala kejeniusan penulisan dan penyuntingan yang profesional untuk menarik perhatian pembaca, selanjutnya mendorongnya sejauh mungkin ke dalam dan ke seluruh tulisan. Mengatakan Fakta Kata-kata untuk judul harus cermat, tepat, dan memiliki manfaat. Nasihat Crowell dalam bukunya Creative News Writing ini memang sudah umum dipahami oleh editor. Tapi yang pasti tidak mudah menulis judul yang cermat, tepat dan memiliki manfaat baik manfaat bagi pembaca maupun manfaat untuk mendayagunakan cerita. Dibutuhkan kerja keras, semangat, dan kreativitas untuk meletupkan sebuah judul tulisan. Untuk membuat judul dengan kata-kata cermat, tepat, dan bermanfaat, menurut Crowell, judul mesti mengatakan sesuatu yang khusus. Perhatikan contoh berikut.
mengenai informasi khusus. Surat kabar lain membolehkan penulis atau editor membuat judul ringkasan. Mereka pun punya alasan sendiri bahwa judul didesain untuk menginformasikan sesuatu, bukan untuk menghibur, sehingga judul yang berupa ringkasan cerita akan tepat dan akurat. Judul berupa ringkasan seperti halnya breaking news pada siaran televisi. Pembaca segera mengetahui isi berita dan dapat memutuskan apakah akan membaca lebih lanjut isi cerita atau cukup hanya membaca judulnya. Jika judul pada sebuah halaman melakukan pekerjaan bagus meringkas cerita, ini berarti editor memberikan informasi secara cepat tentang isi cerita. Judul juga menyajikan suasana hati (mood) bagi cerita. Judul berita yang lurus-langsung mengindikasikan kepada pembaca bahwa cerita itu serius. Sesuatu yang serius dan sensasional dapat diset dengan judul. Menyetel mood bahkan lebih penting ketika kita membuat judul untuk cerita humor. Bagi pembaca, mood ini membantunya untuk menikmati cerita. Judul ada kalnya juga menyatakan nada atau karakter sebuah surat kabar. Surat kabar tertentu kerap menggunakan judul-judul yang bombastis, kasar, sensasional yang berlebihan. Ini mencerminkan karakter surat kabar bersangkutan. Perhatikan contoh ini: Usai Gasak Motor, Pelaku Gesek Wanita. Janda Kembang Digarap di Rumah Kosong. Kaidah Penulisan Judul Bekerja sebagai editor di media massa dikelilingi banyak aturan. Bagaimanapun itu menjadi sebuah konsekuensi walau terkadang aturan yang kaku membawa dukacita bagi editor (redaktur). Semua aturan yang diterapkan bertujuan demi kepentingan pembaca dan demi kredibilitas media bersangkutan. Di beberapa media, misalnya, ada kaidah: tidak diizinkan penulis judul menggantung kata hubung, kata depan, bagian dari kata kerja pada akhir baris sebuah judul. Aturan lain menyebutkan setiap judul harus berisi verba. Selain memahami fungsi judul, seorang editor harus memperhatikan kaidah judul. Dalam bukunya berjudul The Art of Editing3, Floyd K. Baskette dan kawan-kawan mengatakan frasa yang baik di dalam sebuah judul membantu pembaca memahaminya secara cepat. Setiap baris seharusnya satu unit. Jika satu baris bergantung pada yang lain untuk menyampaikan sebuah gagasan, judul kehilangan ritmenya. Itu merupakan suatu kaidah dalam penulisan judul. Lebih lanjut Floyd K. Baskette memerinci sejumlah kaidah umum yang biasa dipergunakan oleh surat kabar di seluruh dunia: 1. Buatlah judul dari informasi yang terdapat pada paragraf pertama cerita. Jika cerita memiliki sebuah ending yang menghentak, jangan ambil untuk judul. 2. Bangun judul dari sekitar kata kunci. 3. Buatlah judul dari kata-kata dalam tulisan (story), atau parafrase (uraian) jika
diperlukan, tapi yang terbaik hindari membebek lead. 4. Coba gunakan sebuah kata kerja pada baris paling atas 5. Jaga netralitas 6. Ingat kaidah tatabahasa dan observasi kaidah tersebut 7. Kurangi atau hilangkan kata sandang, kata sifat, dan kata keterangan, kecuali judul untuk features 8. Coba bangkitkan minat pembaca. Ingat bahwa salah satu fungsi judul adalah untuk menarik pembaca ke dalam cerita 9. Buat judul tertentu yang mudah dibaca 10. Berhematlah dengan singkatan 11. Ujilah akurasi judul dan yakinkan bahwa judul tersebut tidak memiliki arti ganda 12. Uji bahwa judul yang kamu tulis adalah dibutuhkan 13. Uji jumlah setiap baris 14. Gunakan kata yang pendek dan sederhana 15. Buat judul yang pasti (definite). Katakan apa yang terjadi secara khusus 16. Jangan pernah melebih-lebihkan. Bangun judul berdasarkan fakta dalam cerita. 17. Buat judul lengkap. Setiap judul harus memiliki subjek dan predikat. 18. Jangan pernah menulis sebuah judul yang dimulai dengan sebuah verba dan tidak memiliki subjek. 19. Jangan membuat judul setelah hanya sekali baca cerita. 20. Jangan sekadar mengisi baris. Katakan sesuatu. 21. Jangan melanggar kaidah penulisan judul hanya untuk membuat sebuah baris terisi 22. Jangan gunakan nama pembicara di baris paling atas. Apa yang dia katakan lebih penting 23. Jangan menyesatkan pembaca 24. Jangan gunakan merasa, memercayai atau menduga 25. Jangan gunakan tanda kutip ganda dalam judul atau pada sarana lain yang menggunakan tipe judul 26. Jangan gunakan bahasa prokem 27. Jangan tulis judul pertanyaan Judul Membebek Lead atau Taiching Perhatikan contoh berikut ini.
seperti membuat judul yang tidak mengatakan apa-apa. Misalnya, penulis menggunakan judul Sejumlah Orang Tewas, lebih baik digunakan kata khusus: 34 Orang Tewas.
memperoleh informasi awal bahwa sejumlah bandara udara cacat. Jenis cacat macam apa? Pertanyaan itulah yang dibangkitkan oleh judul itu. Berbeda dengan judul-judul di surat kabar yang secara langsung mengatakan fakta atau informasi. Coba bandingkan dengan contoh judul berikut ini. Minuman Soda Picu Diabetes Bahaya Duduk Terlalu Lama Penemuan Gen Penyebab Autisme Cokelat Menyehatkan Otak Tujuh Pemuda Tewas karena Overdosis Mahkamah Agung Menangkan Koran Tempo Direksi TVRI Dinonaktifkan
Judul Kesimpulan Contoh: Lumpur Lapindo Bencana Nasional Judul untuk tulisan berupa hasil survei itu Tempo Interaktif yang dimuat di majalah Tempo edisi 25 Maret 2007. Hasil survei menyebutkan bahwa 82,2% responden setuju lumpur Lapindo merupakan bencana nasional. Judul Aliterasi Yusril Tak Hilang, Hamid Terbilang Proyek Sokol di Titik Nol Penulis kadang membuat judul yang mengandung aliterasi bunyi vokal atau konsonan tertentu dengan tujuan nadanya enak didengar. Yang harus diperhatikan dalam membuat judul beraliterasi atau berasonansi adalah judul tetap harus mengatakan sesuatu. Jangan sekadar berbunyi. Judul Yusril Tak Hilang, Hamid Terbilang (majalah Tempo edisi 25 Maret 2007, halaman 26, itu memang terdengar puitis, tapi mungkin sulit dipahami pembaca. Kosa Kata Judul
Untuk memudahkan kerja editor dalam menyunting judul, ada baiknya editor memperkaya kosa kata untuk judul. Untuk peristiwa tertentu, kuasai kosa kata yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Misalnya untuk peristiwa bencana alam, kosa kata yang mungkin bisa dipergunakan ialah longsor, tragis, korban, evakuasi, dan lain-lain. Sumber: 1. Baskette, Floyd K. (et al). The Art of Editing. New York: Macmillan Publishing Company, 1986. 2. Gilmore, Gene. Modern Newspaper Editing. San Francisco: Boyd & Fraser, 1983. 3. Crowell, Alfred A. Creative News Editing. Iowa: WM. C. Brown Company Publishers, 1979. 4. Koran TEMPO, edisi Kamis, 8 Maret 2007. 5. Koran TEMPO, edisi Selasa, 13 Maret 2007. 6. Majalah Tempo, edisi 25 Maret 2007.
1. Gilmore, Gene. Modern Newspaper Editing. San Francisco: Boyd & Fraser, 1983. Hal 65 2 Ibid 3 Floyd K. Baskette (et. al), The Art of Editing, Macmillan Publishing Company, 1986