Anda di halaman 1dari 13

Materi Kuliah Penyuntingan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta

2007

KREATIF MENYUNTING JUDUL


Oleh Ngarto Februana * Apa pentingnya sebuah judul? Suatu ketika, pada 2005, pemimpin redaksi Penerbit Pustaka Zahra, Prayudi, meminta saya naskah novel. Kebetulan saat itu saya mempunyai naskah berjudul Rembulan Terluka. Sebuah novel yang bercerita tentang istri yang digadaikan oleh suaminya sendiri untuk menjadi pelacur. Oleh Pustaka Zahra, judul novel tersebut diganti dengan Harga Seorang Wanita. Saya berpikir, judul Rembulan Terluka terdengar puitis. Tapi, menurut Prayudi, judul tersebut usang. Kata dia mengutip pertimbangan staf bagian pemasaranRembulan Terluka tidak menjual. Karena itu, Pustaka Zahra menyepakati judul Harga Seorang Wanita. Akhirnya saya pun menyetujuinya. Beberapa bulan kemudian novel Harga Seorang Wanita terbit dan beredar di toko-toko buku, dengan kemasan sampul yang menarik. Dalam sebuah diskusi di komunitas mahasiswa Universitas Indonesia, beberapa orang berkomentar: Judulnya menantang dan bikin penasaran! Ada yang bilang: judulnya provokatif dan menjual. Ilustrasi di atas memberikan contoh kepada kita betapa pentingnya judul tulisan. Tidak jarang, buku yang bagus tapi tidak berhasil merebut perhatian calon pembaca sehingga kurang laku hanya karena judulnya tidak menjual. Maka, tidak berlebihan bila dikatakan judul bisa disejajarkan dengan rambu lalu lintas, slogan iklan, dan etalase toko1. Semuanya memiliki tugas merebut perhatian pembaca dan menyampaikan pesan yang bisa diterima dengan cepat. Itulah tujuan paling utama dan paling penting dari sebuah judul: mengatakan kepada pembaca intisari cerita dengan cepat. Sebelum mengikuti isi cerita, pembaca akan membaca judul terlebih dahulu. Jika tertarik, barulah ia membaca tubuh tulisan. Sebaliknya, bila melihat judulnya saja ia tidak tertarik, mungkin ia tidak membaca isinya. Dalam menyunting naskah, seorang editor harus mencermati judul. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki editor agar mampu mencermati judul adalah memahami fungsi dan kaidah judul. Dengan demikian, bila editor menemukan judul yang tidak menarik perhatian pembaca, apalagi melanggar kaidah, ia bisa memperbaikinya atau mengganti dengan judul baru. Apa sebenarnya fungsi judul? Dalam bukunya berjudul Creative News Editing, Alfred A. Crowwell menyebutkan lima fungsi judul. Pertama, menarik perhatian pembaca. Kedua, menderajatkan atau mengkelaskan (grade) berita. Ketiga, menjual cerita. Keempat,
* Kepala Bagian Riset Pusat Data & Analisa TEMPO, mantan redaktur bahasa majalah D&R, novelis, dosen Universitas Negeri Jakarta

mengatakan fakta. Kelima, mendandani halaman cerita. Menarik Perhatian Menarik perhatian orang, itulah tahap awal dalam semua komunikasi. Kadang, orang menunda untuk mengatakan sesuatu sampai dia mendapatkan perhatian lawan bicara. Jika sikapnya saja tidak menarik perhatianmisalnya tidak acuh, tidak simpatik mungkin lawan bicara atau pemirsa tidak memperhatikan apa yang dikatakan. Demikian pula dengan tulisan. Bila judulnya tidak menarik perhatian, mungkin pembaca mengabaikan isi tulisan alias melewatinya begitu saja. Kriteria menarik perhatian memang relatif. Menarik perhatian kalangan tertentu belum tentu menarik perhatian kalangan lain. Namun paling tidak ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan agar judul tulisan mempunyai daya merebut perhatian. Unsur tersebut adalah, pertama, dampak bagi pembaca. Perhatikan judul berikut ini. Bank Indonesia Kembali Turunkan Suku Bunga Sejak pertengahan 2006 sampai awal 2007, beberapa kali Bank Indonesia menurunkan suku bunga. Setelah sembilan kali Bank Indonesia menurunkan suku bunga, berita dengan judul tersebut mungkin tidak lagi menarik perhatian. Bandingkan dengan contoh judul berikut. BI Kembali Turunkan Suku Bunga:

Bunga Pinjaman Akan Turun


Judul tersebut mengandung pesan berdampak bagi pembaca, paling tidak bagi sebagian masyarakat yang berkepentingan dengan turunnya suku bunga pinjaman, seperti suku bunga kredit pemilikan rumah, pinjaman tanpa agunan, pinjaman konsumsi, kartu kredit, dan lain-lain. Bagi para pengusaha, turunnya suku bunga pinjaman tentu berita yang menggembirakan. Beban bunga cicilan berkurang. Mereka juga bisa mengajukan kredit lagi dengan bunga lebih rendah. Contoh lain: Rumah Susun Bebas PPN Unsur kedua adalah magnitude. Yang dimaksud dengan magnitude adalah angka atau jumlah yang besar. Perhatikan contoh judul berikut ini.

Garuda Terbakar
Judul tersebut terdapat pada halaman depan Koran TEMPO, edisi Kamis, 8 Maret 2007. Isi berita tentang terbakarnya pesawat Garuda GA 200 di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta, pada Rabu, 7 Maret 2007. Sebelum dimuat di koran-koran pada esok

harinya, berita tragis itu disiarkan seluruh stasiun televisi, radio, dan media cyber (Internet). Masyarakat sudah lebih dulu mengetahui musibah itu. Media cetak, yang terbit sehari setelah kejadian, sebaiknya memberikan nilai lebih daripada stasiun televisi. Judulnya pun harus menarik perhatian orang. Jika Anda seorang editor, apa yang harus Anda lakukan terhadap naskah berita dengan judul seperti di atas? Tambahkan magnitude! Perhatikan contoh berikut. Garuda Terbakar:

22 Penumpang Hangus
22 Penumpang Tewas dalam Kecelakaan Garuda
Jumlah penumpang yang tewas dalam keadaan hangus mengandung unsur magnitude. Contoh lain:

200 Orang Tewas dalam Gempa di Yogya Perhiasan Senilai Rp 2,3 Miliar Disita
Unsur ketiga menyangkut tokoh atau sering disebut prominance. Bila pada judul Garuda Terbakar diikuti dengan nama tokoh yang turut tewas dalam kecelakaan itu, judul itu akan menarik.

Pesawat Garuda Terbakar


Mantan Rektor UGM Tewas
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah seorang tokoh. Pada judul tidak disebutkan namanya, namun pada isi tulisan disebutkan nama secara lengkap: Profesor Dr. Koesnadi Hardjasoemantri, S.H. Tidak disebutkannya nama mantan rektor UGM juga menimbulkan tanda tanya: Siapa? Sebab, mantan rektor UGM banyak dan mereka merupakan tokoh penting. Unsur keempat: human interest. Coba simak contoh berikut.

Kapal Levina I Terbakar


Seorang Bayi Ditemukan Selamat Dalam suatu musibah atau bencana besar, ditemukannya bayi dalam keadaan selamat merupakan berita yang mengandung human interest atau unsur kemanusiaan. Selain itu, ini juga menimbulkan rasa ingin tahu pembaca: bagaimana bayi bisa selamat dalam kecelakaan tragis yang menimpa kapal laut. Untuk membuat judul menarik, selain berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, tampilan

judul dibuat dengan ukuran huruf lebih besar, jenis huruf yang berbeda daripada huruf untuk tubuh tulisan, serta posisi pada tata letak yang menonjol. Mengkelaskan Berita Sekarang ini masyarakat sangat sibuk dengan berbagai aktivitas. Di antara kesibukan yang menumpuk, mereka tetap membutuhkan informasi untuk berbagai kepentingan. Sementara itu, sumber informasi banyak dan beragam: televisi, radio, surat kabar, majalah, dan Internet. Media tersebut menyajikan beragam informasi: ekonomi, politik, budaya, hukum, iptek, dan lain-lain. Hanya sedikit orang yang membaca semua berita yang dimuat oleh koran. Mereka memilih berita berdasarkan minat dan kepentingannya. Bahkan untuk satu masalah, mungkin mereka tidak membaca seluruh aspek. Dengan membaca sekilas judul-judul berita, mereka memilih beberapa judul, kemudian membaca isinya. Media menggolong-golongkan berita berdasarkan rubrik: nasional, ekonomi, hukum, budaya, olahraga, iptek, kolom opini, dan lain-lain. Pada satu rubrik, misalnya hukum, berita-berita dikelaskan berdasarkan pentingnya informasi atau berdasarkan besarkecilnya peristiwa. Kejadian yang luar biasa, misalnya yang berkaitan dengan masalah hukum, ditempatkan di bagian atas halaman rubrik hukum, dengan ruang yang besar. Sementara itu, peristiwa kecil atau remeh diletakkan di bagian bawah, dengan porsi sedikit. Begitu pula dengan penulisan judul. Untuk peristiwa besar, selain ditempatkan di bagian atas halaman, judulnya dibuat dengan huruf lebih besar ketimbang kejadian remeh. Dengan kata lain, peristiwa besar menjadi prioritas utama ketimbang kejadian sepele. Bahkan peristiwa yang sepele mungkin tidak perlu dimuat. Pengkelasan dan penggolongan berita tersebut memudahkan pembaca memilih informasi. Sadar atau tidak, ketika membuka halaman koran, ia digiring untuk membaca terlebih dahulu membaca berita utama, yang ditempatkan di halaman depan bagian atas, dengan judul berukuran besar, dan dilengkapi dengan foto. Demikian pula ketika pembaca membuka halaman berikutnya, ia digiring untuk membaca judul yang ditempatkan di bagian atas halaman. Alfred A. Crowwell mengatakan bahwa pengkelasan ini menjadi ciri khas layanan yang dilakukan oleh surat kabar modern, yang membedakan dengan media lain. Pengkelasan harus dilakukan berdasarkan pentingnya isi sebuah berita pada satu edisi; tidak pada hubungannya dengan peristiwa yang lalu atau apa yang terdapat pada media lain. Menjual Cerita Cerita atau tulisan menjadi barang dagangan dan Judul adalah salesman terbaikmu, kata John Colburn, Landmark Communication, kepada Texas Dailay Newspaper Association. Gene Gilmore2 menganalogikan fungsi judul dengan papan nama. Judul harus menjual, kata Gilmore. Artinya, dengan menampilkan judul tertentu, diharapkan

orang akan membeli koran. Memang di alam demokrasi fungsi pers yang pertama bukanlah mencari uang, tapi menyampaikan informasi. Bagaimanapun, penerbitan surat kabar membutuhkan modal dan surat kabar atau majalah harus tetap hidup. Lebih lanjut Gilmore menyarankan judul sebaiknya menjadi barang dagangan bagi ceritanya, menjualnya kepada pembaca, membuatnya ingin membaca lead dan kemudian menyimak tubuh tulisan. Judul, lead, dan tubuh tulisan dibuat dengan mengerahkan segala kejeniusan penulisan dan penyuntingan yang profesional untuk menarik perhatian pembaca, selanjutnya mendorongnya sejauh mungkin ke dalam dan ke seluruh tulisan. Mengatakan Fakta Kata-kata untuk judul harus cermat, tepat, dan memiliki manfaat. Nasihat Crowell dalam bukunya Creative News Writing ini memang sudah umum dipahami oleh editor. Tapi yang pasti tidak mudah menulis judul yang cermat, tepat dan memiliki manfaat baik manfaat bagi pembaca maupun manfaat untuk mendayagunakan cerita. Dibutuhkan kerja keras, semangat, dan kreativitas untuk meletupkan sebuah judul tulisan. Untuk membuat judul dengan kata-kata cermat, tepat, dan bermanfaat, menurut Crowell, judul mesti mengatakan sesuatu yang khusus. Perhatikan contoh berikut.

Embusan Kencang Menghantam Pesawat Adam Air


Judul tersebut mengiktisarkan sebuah fakta dan membuat pembaca bertanya: mengapa dan bagaimana. Mendandani Halaman Pada umumnya editor kurang berkompeten dengan urusan tampilan tata letak (desain). Sehubungan dengan ruang untuk judul, editor hanya memikirkan panjang pendek judul agar pas dengan ruang yang disediakan. Jika judul terlalu panjang, ia akan memotong atau mengganti kata-kata yang panjang dengan sinonim kata-kata yang lebih pendek. Di tangan desainer grafis, judul tulisan bisa dipergunakan untuk membuat halaman surat kabar atau majalah lebih cantik. Untuk judul, mereka memilih jenis dan ukuran huruf yang berbeda dengan tubuh cerita. Dengan posisi dan tata letak tertentu, judul didesain secara seimbang dengan tubuh tulisan. Fungsi Lain Selain empat fungsi tersebut, judul juga berfungsi meringkaskan cerita, menggambarkan suasana hati (mood) cerita, dan membantu menyetel nada surat kabar. Ada kalanya seorang penulis membuat judul dengan cara meringkas isi cerita ke dalam beberapa kata. Namun, ada surat kabar yang memiliki kebijakan untuk tidak membuat judul berupa ringkasan cerita. Mereka beralasan bahwa judul berupa ringkasan cerita adalah sebuah komentar editorial (tajuk), bukan sebuah penceritaan yang cemerlang

mengenai informasi khusus. Surat kabar lain membolehkan penulis atau editor membuat judul ringkasan. Mereka pun punya alasan sendiri bahwa judul didesain untuk menginformasikan sesuatu, bukan untuk menghibur, sehingga judul yang berupa ringkasan cerita akan tepat dan akurat. Judul berupa ringkasan seperti halnya breaking news pada siaran televisi. Pembaca segera mengetahui isi berita dan dapat memutuskan apakah akan membaca lebih lanjut isi cerita atau cukup hanya membaca judulnya. Jika judul pada sebuah halaman melakukan pekerjaan bagus meringkas cerita, ini berarti editor memberikan informasi secara cepat tentang isi cerita. Judul juga menyajikan suasana hati (mood) bagi cerita. Judul berita yang lurus-langsung mengindikasikan kepada pembaca bahwa cerita itu serius. Sesuatu yang serius dan sensasional dapat diset dengan judul. Menyetel mood bahkan lebih penting ketika kita membuat judul untuk cerita humor. Bagi pembaca, mood ini membantunya untuk menikmati cerita. Judul ada kalnya juga menyatakan nada atau karakter sebuah surat kabar. Surat kabar tertentu kerap menggunakan judul-judul yang bombastis, kasar, sensasional yang berlebihan. Ini mencerminkan karakter surat kabar bersangkutan. Perhatikan contoh ini: Usai Gasak Motor, Pelaku Gesek Wanita. Janda Kembang Digarap di Rumah Kosong. Kaidah Penulisan Judul Bekerja sebagai editor di media massa dikelilingi banyak aturan. Bagaimanapun itu menjadi sebuah konsekuensi walau terkadang aturan yang kaku membawa dukacita bagi editor (redaktur). Semua aturan yang diterapkan bertujuan demi kepentingan pembaca dan demi kredibilitas media bersangkutan. Di beberapa media, misalnya, ada kaidah: tidak diizinkan penulis judul menggantung kata hubung, kata depan, bagian dari kata kerja pada akhir baris sebuah judul. Aturan lain menyebutkan setiap judul harus berisi verba. Selain memahami fungsi judul, seorang editor harus memperhatikan kaidah judul. Dalam bukunya berjudul The Art of Editing3, Floyd K. Baskette dan kawan-kawan mengatakan frasa yang baik di dalam sebuah judul membantu pembaca memahaminya secara cepat. Setiap baris seharusnya satu unit. Jika satu baris bergantung pada yang lain untuk menyampaikan sebuah gagasan, judul kehilangan ritmenya. Itu merupakan suatu kaidah dalam penulisan judul. Lebih lanjut Floyd K. Baskette memerinci sejumlah kaidah umum yang biasa dipergunakan oleh surat kabar di seluruh dunia: 1. Buatlah judul dari informasi yang terdapat pada paragraf pertama cerita. Jika cerita memiliki sebuah ending yang menghentak, jangan ambil untuk judul. 2. Bangun judul dari sekitar kata kunci. 3. Buatlah judul dari kata-kata dalam tulisan (story), atau parafrase (uraian) jika

diperlukan, tapi yang terbaik hindari membebek lead. 4. Coba gunakan sebuah kata kerja pada baris paling atas 5. Jaga netralitas 6. Ingat kaidah tatabahasa dan observasi kaidah tersebut 7. Kurangi atau hilangkan kata sandang, kata sifat, dan kata keterangan, kecuali judul untuk features 8. Coba bangkitkan minat pembaca. Ingat bahwa salah satu fungsi judul adalah untuk menarik pembaca ke dalam cerita 9. Buat judul tertentu yang mudah dibaca 10. Berhematlah dengan singkatan 11. Ujilah akurasi judul dan yakinkan bahwa judul tersebut tidak memiliki arti ganda 12. Uji bahwa judul yang kamu tulis adalah dibutuhkan 13. Uji jumlah setiap baris 14. Gunakan kata yang pendek dan sederhana 15. Buat judul yang pasti (definite). Katakan apa yang terjadi secara khusus 16. Jangan pernah melebih-lebihkan. Bangun judul berdasarkan fakta dalam cerita. 17. Buat judul lengkap. Setiap judul harus memiliki subjek dan predikat. 18. Jangan pernah menulis sebuah judul yang dimulai dengan sebuah verba dan tidak memiliki subjek. 19. Jangan membuat judul setelah hanya sekali baca cerita. 20. Jangan sekadar mengisi baris. Katakan sesuatu. 21. Jangan melanggar kaidah penulisan judul hanya untuk membuat sebuah baris terisi 22. Jangan gunakan nama pembicara di baris paling atas. Apa yang dia katakan lebih penting 23. Jangan menyesatkan pembaca 24. Jangan gunakan merasa, memercayai atau menduga 25. Jangan gunakan tanda kutip ganda dalam judul atau pada sarana lain yang menggunakan tipe judul 26. Jangan gunakan bahasa prokem 27. Jangan tulis judul pertanyaan Judul Membebek Lead atau Taiching Perhatikan contoh berikut ini.

Angin Segar di Jalur Syariah


Penurunan suku bunga Bank Indonesia yang berlanjut hingga awal Maret lalu membuat investasi di reksa dana syariah bergairah. Hadirnya sukuk akan menambah angin segar. Contoh tersebut dikutip dari majalah Tempo, edisi 25 Maret 2007, rubrik Ekonomi dan Bisnis, halaman 101. Pada judul terdapat frasa angin segar yang juga terdapat pada lead atau taiching. Ini contoh judul yang membebek lead.

Judul yang Menyesatkan Contoh:

Membatasi Iklan Rokok


HASILNYA, JUMLAH PEROKOK PEMULA, UMUR 5-9 TAHUN, NAIK SIGNIFIKAN. Judul tersebut terdapat pada Koran TEMPO, edisi Selasa, 13 Maret 2007, halaman B7. Sebelum membaca isi tulisan, hanya dengan membaca judul ini, pembaca bisa salah tafsir. Makna yang terkandung pada judul tersebut: Upaya membatasi iklan rokok menghasilkan jumlah perokok pemula naik signifikan. Setelah membaca isi tulisan, ternyata naiknya jumlah perokok pemula akibat produsen rokok beriklan di wilayah yang menjadi perhatian anak muda; bukan karena upaya membatasi iklan rokok. Judul seperti itu menyesatkan pembaca dan harus dihindari. Jangan Mengulang Kata Pembatasan lain mengenai penulisan judul adalah tidak mengulang kata-kata utama kecuali untuk membuat efek pada judul features. Contoh: Kampus Meluncurkan Pertandingan Catur Antar-Kampus Jangan Mengundang Fitnah atau Penghinaan Judul bisa memberikan kesan kuat pada pembaca. Sebuah koran memberitakan seseorang mencuri, sebut saja Dandy, misalnya, dengan judul yang bernada menuduh, pembaca mungkin akan menyimpulkan bahwa Dandy memang mencuri. Padahal, kasus tersebut belum diproses pengadilan. Bila di kemudian hari, pengadilan menvonis Dandy tidak bersalah, bagaimana Dandy harus membersihkan nama baiknya. Editor harus berhati-hati menghadapi judul yang bisa mengundang fitnah atau penghinaan. Berikut beberapa contoh:

Seorang Dokter Membunuh Anak-anak Ahmad Mencuri Rp 100 Juta


Petugas Tramtib Menganiaya Joki Three in One sampai Tewas
Jika belum terbukti secara hukum bahwa seorang dokter membunuh seorang anak, kita tidak boleh membuat judul yang mengandung vonis dia telah membunuh. Contoh lain, dalam sebuah kejadian pencurian sepeda motor, dua orang ditangkap oleh polisi. Mereka baru dikenakan tuduhan dan belum terbukti bersalah melakukan pencurian.

Dua Orang Ditangkap dalam Kasus Pencurian


Jangan katakan:

Dua Orang Ditangkap karena Kasus Pencurian


Yang pertama menandakan dalam kaitannya dengan sedangkan yang kedua membuat mereka bersalah. Nada Positif Penekanan pada judul seharusnya positif daripada negatif jika mungkin. Jika sebuah karnaval gagal dilaksanakan karena hujan, judul membuat pernyataan positif: Hujan Membatalkan Karnaval. Bukan dengan judul: Tidak Ada Karnaval karena Hujan. Nilai berita mengandung kelemahan pada judulnya jika dikatakan: Tidak Ada yang Terluka dalam Kecelakaan Pesawat. Pernyataan yang positif: 90 Penumpang Selamat dalam Kecelakaan Pesawat. Contoh lain:

Hanya Gempa Kecil, tapi Tidak Ada yang Tewas


Judul Pertanyaan Bagaimana dengan judul berbentuk pertanyaan? Judul pertanyaan, kecuali pada features, diduga berdasarkan dua alasan: kecenderungan editorialize (mentajuk) dan judul surat kabar disangka memasok jawaban, bukan meminta pertanyaan. Jika judul mengajukan kepada pembaca sebuah pertanyaan, jawabannya, seyogyanya ada di dalam cerita. Jika jawaban tenggelam di dalam cerita, judul pertanyaan harus dihindari. Judul Harus Akurat Masalah lain berkaitan dengan judul adalah akurasi. Bagaimanapun judul haruslah seakurat cerita itu sendiri. Seperti halnya ketidakakuratan cerita, ketidakakuratan judul mengundang fitnah dan merusak salah satu nilai komoditas sebuah surat kabar, yaitu kredibilitas. Ketidakakuratan merupakan salah satu dari sekian perangkap penulisan judul. Kunci untuk memastikan judul akurat adalah dengan membaca cerita secara saksama dan hati-hati. Kesalahan judul bisa diakibatkan: keteledoran editor naskah dalam memahami cerita, menyimpulkan sesuatu yang tidak ada dalam cerita, gagal menggambarkan dimensi secara penuh dari sebuah cerita. Judul Perintah Judul yang dimulai dengan kata kerja dapat dibaca sebagai komando atau perintah kepada pembaca dan itu harus dihindari. Perhatikan contoh berikut:

Amankan Anak-Anak dari Api Tangkap Koruptor di BUMN


Judul Umum dan Judul Khusus Penulis yang menggunakan kata-kata umum daripada kata-kata khusus untuk judul

seperti membuat judul yang tidak mengatakan apa-apa. Misalnya, penulis menggunakan judul Sejumlah Orang Tewas, lebih baik digunakan kata khusus: 34 Orang Tewas.

Judul Personifikasi dan Metaforis Contoh:

Sapi Impor Menanduk Widjanarko


Contoh judul tersebut terdapat pada majalah Tempo, edisi 25 Maret 2007, halaman 108. Berita pada rubrik hukum dengan judul tersebut memceritakan Direktur Utama Badan Usaha Logistik (Bulog), Widjanarko Puspoyo, tersangkut kasus impor sapi dari Australia, yang terindikasi korupsi. Kasus ini diperbandingankan dengan hewan ternak berupa sapi yang menanduk Widjanarko. Ini merupakan contoh jenis judul metaforis, yang biasa digunakan di majalah berita mingguan. Contoh lain: Waspadai Si Pencuri Penglihatan Itu judul yang digunakan untuk berita rubrik kesehatan di majalah Tempo, edisi 25 Maret 2007, halaman 52. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan pencuri penglihatan adalah glaukoma yang menjadi penyebab kebutaan. Orang yang mengidap glaukoma bisanya tidak menyadarinya karena si pasien tidak mengalami gejala umum. Karena itulah, glaukoma sering disebut si pencuri penglihatan. Judul Tidak Langsung Selain judul personifikasi dan metaforis, majalah berita mingguan juga bisa menggunakan judul tidak langsung. Contoh: Cacat di Gerbang Udara Setelah Sang Ibu Meninggalkan Pesan Mencari Suara Sang Garuda Di Laut Levina Dimakan Api Judul tidak langsung memang tidak secara langsung mengatakan fakta atau menyampaikan informasi. Judul jenis ini juga tidak langsung dimengerti oleh pembaca tanpa membaca isi berita. Bahkan judul tak langsung terkadang tidak mengatakan apaapa. Contohnya, Cacat di Gerbang Udara. Tak ada informasi apa-apa pada judul yang terdapat pada rubrik Ilmu dan Teknologi majalah Tempo edisi 25 Maret 2007 itu. Berbeda jika kita katakan: Cacat di Sejumlah Bandara Udara. Pembaca akan

memperoleh informasi awal bahwa sejumlah bandara udara cacat. Jenis cacat macam apa? Pertanyaan itulah yang dibangkitkan oleh judul itu. Berbeda dengan judul-judul di surat kabar yang secara langsung mengatakan fakta atau informasi. Coba bandingkan dengan contoh judul berikut ini. Minuman Soda Picu Diabetes Bahaya Duduk Terlalu Lama Penemuan Gen Penyebab Autisme Cokelat Menyehatkan Otak Tujuh Pemuda Tewas karena Overdosis Mahkamah Agung Menangkan Koran Tempo Direksi TVRI Dinonaktifkan

Judul Kesimpulan Contoh: Lumpur Lapindo Bencana Nasional Judul untuk tulisan berupa hasil survei itu Tempo Interaktif yang dimuat di majalah Tempo edisi 25 Maret 2007. Hasil survei menyebutkan bahwa 82,2% responden setuju lumpur Lapindo merupakan bencana nasional. Judul Aliterasi Yusril Tak Hilang, Hamid Terbilang Proyek Sokol di Titik Nol Penulis kadang membuat judul yang mengandung aliterasi bunyi vokal atau konsonan tertentu dengan tujuan nadanya enak didengar. Yang harus diperhatikan dalam membuat judul beraliterasi atau berasonansi adalah judul tetap harus mengatakan sesuatu. Jangan sekadar berbunyi. Judul Yusril Tak Hilang, Hamid Terbilang (majalah Tempo edisi 25 Maret 2007, halaman 26, itu memang terdengar puitis, tapi mungkin sulit dipahami pembaca. Kosa Kata Judul

Untuk memudahkan kerja editor dalam menyunting judul, ada baiknya editor memperkaya kosa kata untuk judul. Untuk peristiwa tertentu, kuasai kosa kata yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Misalnya untuk peristiwa bencana alam, kosa kata yang mungkin bisa dipergunakan ialah longsor, tragis, korban, evakuasi, dan lain-lain. Sumber: 1. Baskette, Floyd K. (et al). The Art of Editing. New York: Macmillan Publishing Company, 1986. 2. Gilmore, Gene. Modern Newspaper Editing. San Francisco: Boyd & Fraser, 1983. 3. Crowell, Alfred A. Creative News Editing. Iowa: WM. C. Brown Company Publishers, 1979. 4. Koran TEMPO, edisi Kamis, 8 Maret 2007. 5. Koran TEMPO, edisi Selasa, 13 Maret 2007. 6. Majalah Tempo, edisi 25 Maret 2007.

1. Gilmore, Gene. Modern Newspaper Editing. San Francisco: Boyd & Fraser, 1983. Hal 65 2 Ibid 3 Floyd K. Baskette (et. al), The Art of Editing, Macmillan Publishing Company, 1986

Anda mungkin juga menyukai