Anda di halaman 1dari 5

(Materi kuliah Penulisan Kreatif, Senin 3 Oktober 2020, untuk kalangan sendiri)

Ragam Tulisan Jurnalistik

"Peristiwa boleh sama,


tapi tangan di balik pena membuat sajian kami jadi beda."

Itu bunyi slogan sebuah majalah yang sempat saya baca di sebuah toko buku di
Surabaya. Ada unsur kecongkakan memang. Tetapi bagaimanapun ungkapan itu
mengandung kebenaran: Betapa pentingnya peran tangan penulis atau wartawan
dalam lahirnya tulisan yang bagus, renyah, dan menyentuh.

Bertumpuk kejadian susul-menyusul setiap hari. Berbagai peristiwa mulai dari


kriminalitas, banjir, peresmian gedung, hingga peluncuran produk barang perlu
penanganan dan format sendiri-sendiri agar menjadi sajian atau laporan yang pas.
Dan dunia jurnalistik telah menyediakan sarana untuk itu. Dalam jurnalistik dikenal
berbagai macam bentuk tulisan yang memiliki format dan karakter yang berbeda-
beda. Berikut ini di antaranya:

1. BERITA LANGSUNG (STRAIGHT NEWS, SPOT NEWS, HARD NEWS)


Mirip pukulan straight dalam dunia tinju, berita langsung cocok untuk melaporkan
peristiwa penting untuk lekas diketahui pembaca dengan gaya yang sederhana, lugas,
langsung, dan tidak bertele-tele.

Struktur penulisan berita langsung lazimnya menggunakan azas piramida terbalik.


Artinya teras berita ada di bagian atas, memuat bagian-bagian paling penting.
Sedangkan bagian bawahnya merupakan informasi yang kepentingannya semakin
berkurang. Seluruh berita disampaikan paragraf demi paragraf dari keseluruhan fakta.
Fakta ini merupakan jawaban atas enam pertanyaan pokok jurnalistik: 5W + 1H
(what, who, when, why, where, dan how).

2. BERITA RINGAN (SOFT NEWS)


Pada berita ringan, cara penyampaiannya tidak selugas berita langsung. Yang perlu
ditonjolkan adalah unsur menariknya (human interest), bukan pentingnya. Meski
tujuannya "cuma" menghibur, unsur aktualitas tetap tak boleh diabaikan.
3. FEATURE
Feature bisa diartikan sebagai berita kisah. Jenis format ini potensial untuk menarik
perhatian pembaca. Berbeda dengan straight news, format feature lebih bebas.
Bahasanya bisa lebih diperkaya. Diperlukan penguasaan masalah yang baik pada
penulisnya agar tulisan tajam dan mendalam. Perlu data dan referensi guna
memperkaya tulisan.

Feature ditulis dengan struktur bebas. Mengutamakan penguluran ketegangan,


dengan menempatkan klimaks atau fakta paling dramatis di bagian akhir. Awal berita
kisah biasanya hanya merupakan usaha untuk menggelitik perhatian, bukan memberi
informasi. Tidak terlalu salah jika ada yang menyebut feature sebagai cerpen berita,
atau cerpen non-fiksi.

4. REPORTASE
Format reportase mirip dengan feature. Cuma yang khas, biasanya berkisah tentang
perjalanan.

5. BERITA INVESTIGASI
Investigative reporting adalah pemberitaan yang berupaya mengungkap keburukan
yang fakta-faktanya ditutup-tutupi oleh sesuatu pihak yang punya kekuasaan.
Laporan "mendalam" ini dibuat bukan sekadar untuk memberitakan fakta-fakta
kejadian, melainkan agar ada perubahan keadaan. Oleh karenanya berita penggalian
ini memerlukan waktu yang banyak, ketekunan, dan keberanian.

*** FORMAT TULISAN


Apapun format yang digunakan, harus diingat, berita tetap tidak boleh dicampuri
opini/pendapat penulisnya. Semua harus berdasar fakta, bukan isu atau prasangka.
Berita butuh data kuat, otentik. Upayakan diperkuat dengan authority (orang yang
layak/berwenang memberi kewenangan).

Pertanyaannya kemudian, bagaimana bila penulis/wartawan ingin menampilkan


opininya? Ada beberapa tempat untuk menyalurkan hasrat itu. Di antaranya:

1. ARTIKEL
Artikel adalah sebentuk karya tulis yang memuat gagasan dan pendapat penulis.
Gagasan tak harus murni, bisa juga diambil dari literatur (asal jujur disebutkan
sumbernya). Bentuk lebih spesifik dari artikel ini antara lain analisis, refleksi,
catatan, sudut pandang dan banyak lagi.
2. KOLOM
Kolom mirip dengan artikel. Tetapi lazimnya gaya tulisannya lebih longgar, sering
model bahasa tutur. Meski longgar tetapi tetap berbobot, kadang guyon tetapi cerdas.
Uneg-uneg dalam kolom cenderung berisi kritik maupun pasemon terhadap
ketimpangan sosial. Tetapi kadang menggoda pemikiran atau mengajak
berkontemplasi.

3. TAJUK RENCANA /EDITORIAL


Tulisan tajuk dibuat untuk mengekspresikan sikap dan suara redaksi surat
kabar/majalah yang bersangkutan terhadap masalah yang sedang hangat. Tajuk
biasnya dibuat oleh redaktur senior. Gaya penulisan tajuk adalah cerminan gaya
mendia yang bersangkutan.

4. POJOK
Pojok berisi ceplas-ceplos pendek, lucu, satire, dan menyentil tentang suatu berita
yang sedang hangat.

5. RESENSI
Resensi bisa berarti menimbang, tulisan yang mencoba menimbang dan memberi
komentar atas hadirnya sebuah buku baru, film baru, lagu, lukisan baru, atau karya
budaya lainya.

6. CERPEN, PUISI, HUMOR


Tulisan jenis ini lebih condong ke wilayah sastra ketimbang jurnalistik. Tetapi kini
juga diakomodasi oleh media koran/majalah. Teknik penulisannya sangat spesifik,
mempribadi. Butuh waktu tersendiri untuk membahasnya.

*** TIPS MENULIS JURNALISTIK


Tak ada rumus baku menulis bagus cuma ada beberapa ancar-ancar, misalnya :

● Tuliskan hal yang penting-penting saja. Pikirkan apa yang menarik untuk pembaca.
Jangan menuliskan hal yang remeh-temeh, seperti:
Setelah MC membuka acara, Kakanwil Depdikbud Jatim memberikan sambutan.
Menurut beliau, siswa yang baik adalah yang rajin belajar....
Setelah itu Gubenur Imam Utomo yang memberikan sambutan. Menurut Pak Imam...
Selanjutnya MC mempersilakan penyanyi koor maju ke pentas. Sebanyak 30 pelajar
SMA-SMP kemudian maju ke panggung. Mereka lantas berbaris rapi. Konduktor
kemudian memberikan aba-aba.
(Meski bahasanya baku, redaktur akan segera melupakan naskah semacam ini.)

● Jangan menuliskan hal yang diperkirakan sudah banyak pembaca tahu, atau jangan
suka menasihati alias berkhotbah, misalnya:
Setiap orang tentu sedih kalau sohibnya meninggal dunia...
Tidak baik berani sama guru.

Atau:
Buat kalian, kanca muda yang merasa setiap harinya kesulitan bangun pagi apalagi
bagi mereka yang tiap harinya selalu dibangunin ibunya, kayaknya kebiasaan itu
harus diubah mulai sekarang. Soalnya, kita lambat laun mulai merasa semakin lama
semakin besar dan mulai dianggap dewasa.
Nah, kalau kebiasaan yang kayak tadi itu terus-terusan berlanjut, kata orangtua
kalau kita nanti sudah jadi orang, kita nggak bakalan jadi orang yang sukses
(katanya, sih). Apalagi menurut ilmu kedokteran, orang yang kebiasaanya bangun
pagi itu menyehatkan jasmaninya.

● Pilihlah topik unik, menarik, punya nilai kemanusiaan. Menulis profil juara
matematika, jangan cuma kepintarannya menaklukkan angka-angka, tetapi cari sisi
yang unik. Misalnya, sang juara ternyata nyambi jadi penjaga toko setiap akhir
pekan.

● Perhatikan detil fakta/warna. Di lapangan kita musti mengebor data (5W+1H)


sedalam dan selebar mungkin. Dapatkan nuansa dari sana, entah nuansa
kemanusiaan, keunikan, kemarahan, dan lainnya. Gali pula data sekunder dari buku,
penuturan lisan, kliping, atau yang lain.

● Perkaya kata pengganti.


Misalnya, Kepala Sekolah, kata penggantinya bisa: guru matematika atau
penggemar musik dangdut atau pedagang bakso...

● Jangan terjebak bahasa slogan.


Dalam rangka menyongsong globalisasi abad XXI...

● Pilihlah kata dengan bernas, cerdas dan cermat, jangan terlalu "patuh" pada
"bahasa yang lurus dan benar".

● Perkaya dengan metafora dan (atau) analogi.


● Bacalah novel sastra, sejarah, atau paling tidak novel sastra-pop. Kalau suka jenis
seni lain, musik misalnya, mulai cermati liriknya (yang bagus, puitis, bernas, cerdas
tentunya). Jadikan seni sebagai konsumsi rasa, bukan raga. Begitu pula kalau kalian
doyan nonton film, teater, tari, dan kawan-kawannya.

● So, ketika berburu data/fakta kita adalah wartawan, tapi saat menuliskannya kita
ibarat sastrawan.

● Baca feature atau tulisan lain yang bagus di media massa.

● Berlatihlah "naik sepeda".

● TUGAS
BUATLAH TULISAN BERUPA ‘FEATURES’
PERTUNJUKAN TEATER YANG PERNAH
ANDA LAKUKAN: JANGAN LUPA SERTAKAN
RINGKASAN CERITANYA!!!

Anda mungkin juga menyukai