Anda di halaman 1dari 20

Seminar Perubahan Sosial dan Budaya1 Implikasi Penggunaan Internet Berlangganan Terhadap Siklus Hidup Harian Mahasiswa Unpad

Jatinangor
Fuad Abdulgani 170510060001, M. Ekazaki Kurnia 170510060006, Hendra Saut R. 170510060015

Abstrak Sejak fasilitas internet berlangganan di kosan telah diperkenalkan kurang lebih satu setengah tahun tahun yang lalu, kini mahasiswa dapat menggunakan akses internet tak terbatas di kamar kosannya. Fasilitas ini merupakan satu fase peralihan dalam penggunaan internet yang menimbulkan berbagai implikasi. Dari berbagai informan kunci dapat dilihat bahwa adanya internet di kamar mempengaruhi siklus hidup harian mereka. Perubahan besar dalam siklus hidup harian mereka ini juga dipicu oleh faktor seperti hobi bermain game dan kaget teknologi. Terdapat kecenderungan maksismisasi internet yang berlebihan. Adapun pelanggan namun tak banyak menggunakan internet dipengaruhi oleh faktor kebutuhan, organisasi, dan faktor status pacaran. Hal ini karena mereka mempunyai aktivitas yang menyita waktu dan pacar yang selalu mengawasi ketika online. Kategori lainnya ialah non pelanggan dengan intensitas akses terhadap internet yang tinggi. Dalam penelitian ini, hal tersebut diakibatkan oleh adanya fasilitas hotspot di kampus. Terakhir ialah non pelanggan dengan akses internet rendah. Faktornya karena informan merasa belum butuh karena masih di semester awal kuliah dan juga ada teman jurusan di pondokannya yang telah berlangganan. Jadi ia tinggal nebeng saja. Kata Kunci: Internet berlangganan; Implikasi; Siklus hidup harian 1. Introduksi Penelitian ini pada dasarnya ingin melihat implikasi-implikasi yang diakibatkan pengunaan internet berlangganan di kalangan mahasiswa UNPAD. Satu deskripsi komparatif yang melihat bagaimana proses perubahan dalam konsumsi waktu, ruang, dan energi yang dipicu oleh kehadiran internet di kamar kosan. Menjelaskan bagaimana teknologi dapat merubah perilaku seseorang. Bagaimana bergesernya pandangan seseorang akan lingkungan sekitarnya yang selanjutnya mempengaruhi perlakuan seseorang pada lingkungannya tersebut. Kenyataan akan hadirnya suatu kata baru yang banyak terujar di kalangan mahasiswa atau di masyarakat pada umumnya, menyiratkan bahwa internet sudah lebih membumi. Bahwa ia kini telah banyak hadir di berbagai perbincangan ringan yang tak lama terurai angin hingga diskursus berat yang diletupkan oleh ahlinya. Satu kata kerja yang terbentuk dari setiap hubungan dialogis di dalam
1

Ditujukan sebagai tugas akhir dalam mata kuliah Seminar Perubahan Sosial, tahun 2009

masyarakat. Suatu permainan bahasa oleh homosymbolicum yang merupakan refleksi dari kondisi praksis yang berjuan pragmatis. Kata yang dapat dilihat sebagai metafor akan mudah dan cepatnya mendapatkan berbagai cuplikan kehidupan dari satu aplikasi internet. Googling. Maka internet bisa dilihat sebagai konvergensi yang mampu menciptakan efisiensi dan akselerasi bagi penggunanya. Dengan ini maka kendala batasan ruang dan waktu dapat direkonstruksi sedemikian rupa hingga menciptakan suatu konsepsi akan borderless world. Implikasinya, kini kita telah menjadi sosok komunikator yang intens dan menjadi makhluk yang haus akan informasi yang tersesat dalam dunia hyperlink yang tak berujung. Jaringan internet ketika telah terhubung dalam port computer juga akan menghidupkan suatu kemampuan multitasking. Dalam World Wide Web segala informasi yang menyangkut pekerjaan, kebutuhan perbankan, hiburan sampai hal remeh temeh lainnya dapat diakses dimana dan kapan saja. Segalanya dapat dikerjakan dalam satu jangka waktu yang relatif pendek dengan tidak banyak menghabiskan banyak energi. Keunggulan tersebutlah yang dibutuhkan dalam suatu global village. Kampung global yang dapat dikelilingi hanya dengan melakukan double click pada mouse anda. Suatu dunia yang dilipat. Satu miniatur dunia yang sengaja diciptakan untuk memudahkan orang didalamnya dalam beraktivitas dan juga sekaligus mempermudah kontrol kekuasaan dari satu golongan. Pelipatan waktu dan ruang yang dilakukan salah satunya oleh bantuan internet. Dengan internet maka waktu seolah dapat diterjang dan ruang dapat ditembus. Diri seseorang dapat ter-representasikan melalui media tersebut dan seolah-olah begitu real. Walau sebenarnya itu hanyalah realitas virtual yang nyata-nyata hanya dapat menampilkan citra belaka (Piliang, 2006:48-54) Perkembangan internet, khususnya di indonesia ini tak terlepas dari berbagai kemudahan lainnya yang mendukung hal tersebut. Selain dengan semakin murahnya harga-harga perangkat elektronik khususnya PC, notebook ataupun netbook yang juga disertai dengan berbagai piranti pendukungnya seperti modem, speaker, dan perangkat hardware lainnya. Para penyedia jasa layanan internet pun melakukan berbagai inovasi agar produknya dapat dijangkau oleh kalagan yang lebih luas. Maka pengguna internet pun semakin mengalami peningkatan (Kompas, hal B :03/10/2009) Salah satu pengguna internet ini ialah mahasiswa. Golongan yang amat membutuhkan banyak ide, pengetahuan, dan informasi untuk menunjang status mahasiswa-nya. Berbagai fenomena langsung di sekitar kita ataupun yang dapat ditemukan dalam berita di internet, televisi ataupun surat kabar menunjukkan hal yang relatif sama. Mahasiswa kini semakin lekat dengan internet. Mahasiswa dilihat sebagai golongan dari usia remaja, selalu membutuhkan wadah besar bagi penuangan segala ide-ide segar mereka mereka. Mahasiswa membutuhkan internet sebagai penunjang kebutuhan akademik, lahan kreativitas, bahkan juga ranah bagi eksistensi diri. Namun motif, aplikasi, dan implikasi penggunaan internet di kalangan remaja ditentukan juga bervariasi. 2. Pertanyaan Penelitian

Internet memang telah menjamur di Indonesia penggunaannya terutama ketika masa 8 tahun ke belakang. Hal ini diawali dengan berkembangnya warnet-warnet yang menawarkan jasa penggunaan warnet dengan tarif yang relatif terjangkau.2 Pada saat itu aktivitas surfing para pengguna internet masih banyak berpusat di warnet. Berlangganan internet di rumah masih terbilang jarang. Kalaupun ada tarif yang ditawarkan harganya cukup mahal.3 Namun seiring berkembangnya waktu para produsen/ provider telepon selular juga mulai terjun pada penyediaan jasa internet. Hal ini mau tak mau membuat para produsen harus bersaing untuk mendapatkan konsumen. Setiap provider melakukan berbagai inovasi agar semakin banyak penduduk yang menggunakan produk mereka. Dalam melihat kemungkinan ketika hendak menanamkan kapital tentunya para pemodal juga memiliki segmentasi pasar yang ditujunya. Hal ini diperlukan bagi efisiensi, maksimisasi sumber daya, dan ekspektasi mereka akan keuntungan yang ditargetkan. Maka tidak salah jika mahasiswa menjadi salah satu target pasar mereka. Mahasiswa dilihat sebagai segmen yang berpotensi karena mereka merupakan golongan dari usia remaja yang selalu membutuhkan wadah besar bagi penuangan segala ide-ide segar mereka mereka. Mahasiswa membutuhkan internet sebagai penunjang kebutuhan akademik, lahan kreativitas, bahkan juga ranah bagi eksistensi diri. Maka tidaklah aneh jika sekarang jasa layanan internet begitu menjamur bagai katak di musim hujan. Internet sekarang sudah dianggap sebagai kebutuhan primer bagi sebagaian besar kalangan mahasiswa. Dengan internet maka segala informasi yang menyangkut administrasi, kebutuhan akademis, hiburan sampai hal remeh temeh lainnya dapat diakses dimana dan kapan saja. Dengan demikian para penyedia jasa internet melakukan berbagai inovasi agar mahasiswa dapat menjangkau internet. Mereka menurunkan tarif, menyediakan paket-paket khusus, dan pembayaran yag dapat dilakukan secara kolektif. Dengan ini diharapkan para pengguna dan pelanggan internet dari kalangan mahasiswa dapat terus meningkat. Kini telah dapat kita temukan penyedia jasa layanan internet bagi para mahasiswa. Hal ini serupa dengan paket home atau office yang disediakan oleh salah satu provider di Indonesia. Intinya, berlangganan atas satu nama namun dapat digunakan oleh lebih dari satu komputer. Jadi pembayaran dilakukan secara kolektif dengan diatasnamakan oleh satu orang atau satu pihak. Tarif internet berlangganan bagi mahasiswa di kosan ini tergantung banyaknya kepala dalam satu kosan yang ikut berlangganan. Semakin banyak, maka tarif semakin murah. Maka ada kecenderungan jika terdapat mahasiswa yang ingin berlangganan, maka ia juga mengajak atau merayu teman kostannya untuk ikut berlangganan. Hal ini dilakukan dalam rangka menekan harga. Pembayaran juga dilakukan oleh tiap mahasiswa ke tempat penyedia jasa internet tersebut. Mereka membayar harga yang telah disepakati tiap bulan yang besarnya bergantung pada kesepakatan awal yang telah disesuaikan dengan jumlah yang ikut berlangganan. Tarifnya bervarisasi mulai dari 75.000 sebulan hingga 95.000.

Data statistik pada September 2005 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 15,3 juta (www.internetworldstats.com) 3 Tarif telkomnet instant kala itu jika dihitung perjam bisa mencapai Rp. 6000-Rp.7000/ jam. Hal itu juga dengan mengorbankan saluran telepon kita.

Maka, ketika mahasiswa telah berlangganan internet di kosannya maka akan terjadi perubahan dalam konsumsi waktu, ruang, dan energi. Kegiatan akan cenderung berpusat di kamar kosan dan di kampus. Hal ini bisa dilihat sebagai penyempitan ruang-ruang sosial yang diakibatkan oleh terbentuknya ruang-ruang elektronik yan lebih efisien. Implikasinya, mereka akan kehilangan itensitas sosial akibat perubahan pola alokasi waktu (Abdullah, 2009:168) Namun internet juga memberikan banyak pilihan bagi penggunannya, termasuk di dalamnya kesempatan untuk menghancurkan hidup. Satu efek negatif yang inheren yang merupakan salah satu warisan dari modernitas. Terutama perihal kelimpahruahan informasi. Hal ini yang pada akhirnya akan menimbulkan suatu kelangkaan informasi akibat begitu berdesakannya informasi yang masuk ke benak mereka. Selain itu, komputer dan internet dapat juga memberikan semacam kelumpuhan bagi penggunanya. Hal ini diakibatkan oleh depedensi yang berlebihan terhadap internet dan komputer. Senada yang diutarakan Hikmat Budiman (2002:96) bahwa ketergantungan tersebut dapat menyebabkan suatu amputasi sosial bagi aktornya. Jika tak ada benda tersebut kecenderungan akan lumpuhnya berbagai aktivitas mereka akan begitu besar. Berbagai implikasi yang disebabkan terpusatnya aktivitas mahasiswa di depan komputer dan jaringan internet tak terlepas dari kemampuan multitasking internet. Dapat dibilang kini aktivitas sehari-harinya berpusat di kamar kosan dan di kampus. Dari hal tersebut menarik tampaknya untuk melihat perubahan dalam konsumsi waktu, ruang dan energi tersebut yang akhirnya akan berpengaruh pada pola interaksi mereka baik dengan teman kosan ataupun teman kampus. dari hal-hal tersebutlah kami memformulasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut; Bagaimana siklus kehidupan anda sehari-hari anda sebelum ada internet? Bagaimana siklus kehidupan anda setelah berlangganan internet? Apa saja implikasi berlangganan internet? Bagaimana pola interaksi anda dengan teman kosan/ kampus setelah berlangganan internet?

3. Metodologi 3.1 Status Pengguna dan Non Pengguna Internet di Kosan Kartika Kosan Kartika dibangun dan rampung pada tahun 2002. Saat ini jumlah kamar di Kosan Kartika sebanyak 54 kamar. Dengan perbandingan kamar yang terisi sebanyak 48 kamar dan 6 kamar kosong. Kemudian untuk perbandingan pengguna dan non pengguna internet sebesar 21:25. Pengguna internet berlangganan pada Jidan dan Speedy. Tarifnya masing-masing Rp. 95.000 dan Rp.75.000.

Gambar 1. Denah penghuni kosan Kartika. Jumlah kamar, penghuni, pengguna dan non pengguna internet.

Setelah mengetahui jumlah total mahasiswa penghuni kosan dan perbandingan antara pengguna internet berlangganan dan tidak, kami melakukan sensus dengan mengajukan pertanyaan dasar untuk memperoleh profil dari tiap penghuni kamar yang juga berguna untuk melihat kemungkinan munculnya faktor yang akan mempengaruhi dalam perubahan penggunaan waktu dan ruang dari hal-hal yang ditanyakan dalam pertanyaan sensus yang diajukan. Pertanyaan sensus kami bagikan kepada seluruh penghuni kosan, baik pengguna internet berlangganan ataupun tidak. Kami mulai melakukan sensus secara bertahap sejak tanggal 6 November 2009 hingga 17 Desember 2009.4 Adapun pertanyaan yang kami ajukan dapat dilihat pada bagian lampiran di belakang.

3.2 Filterisasi Informan Kunci Setelah masing-masing profil dari seluruh penghuni kosan terhimpun kami mulai melakukan seleksi untuk menentukan informan kunci yang kemudian akan dilakukan wawancara mendalam pada mereka. Kami membagi dan mencari informan kunci dari pengguna internet berlangganan dan bukan
4

Lamanya waktu dalam pensensusan ini dikarenakan faktor sulitnya peneliti dalam menemui penghuni kosan yang tak tentu waktu mereka ketika tengah berada di kosannya. Juga keterbatasan waktu kami dalam menyebar lembaran sensus karena bentrok dengan jadwal kuliah.

pengguna internet berlangganan. Ada pun variabel yang kami anggap dapat berpengaruh dan selanjutnya dapat kami tetapkan untuk memilih informan kunci ialah sebagai berikut: Pengguna internet berlangganan: - Jurusan: untuk melihat kemungkinan adanya click dalam kosan yang mempengaruhi intensitas mereka dalam berkomunikasi langsung yang kemungkinan juga akan mempengaruhi lamanya waktu dalam menggunakan internet. tingkat/semester: Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas dalam penggunaan internet dan dapat juga dijadikan alasan untuk berlangganan internet Asal daerah: untuk melihat kemungkinan adanya click berdasarkan asal daerah dalam kosan yang mempengaruhi intensitas mereka dalam berkomunikasi langsung yang kemungkinan juga akan mempengaruhi lamanya waktu dalam menggunakan internet. Lama tinggal di kosan: untuk melihat apakah faktor ini dapat membuat seseorang yang telah lama dan kenal dengan penghuni kosan lainnya setelah berlangganan internet pola interaksinya akan berubah atau tidak terpengaruh. Status: melihat kemungkinan status pacaran atau tidak dari informan yang dapat mempengaruhi lamanya waktu dalam penggunaan internet. Aktivitas selain kuliah/ organisasi ekstra: digunakan untuk melihat pembagian waktu antara aktivitas diluar, interaksi tatap muka langsung dengan aktivitas surfing lautan maya. Melihat aktivitas ini ketika bertemu dengan aktivitas surfing, bagaimana dua hal ini saling mempengaruhi. Uang bulanan dan tarif internet berlangganan: melihat besarnya dana yang mereka korbankan untuk berlangganan internet dengan pertimbangan manfaat yang akan dihasilkan dari berlangganan internet. Motif berlangganan: Melihat motif awal berlangganan internet dengan membandingkan pada kenyataan sekarang dalam penggunaan internet dan pengaruhnya pada interaksi dan alokasi waktu. Intensitas waktu penggunaan internet: melihat lamanya penggunaan internet di kamar dan pengaruhnya terhadap lifecycle informan dalam seharinya, di waktu weekday ataupun weekend. Skala pilihan web/ aplikasi online: melihat web/aplikasi yang paling sering diakses yang dapat ditinjau sebagai hasil dari motif mereka berlanggan. Juga mengetahui lamanya waktu surfing yang dihabiskan yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi waktu dan kecenderungan pilihan untuk berinteraksi.

Non pengguna: Variabel yang sama digunakan untuk kriteria non-pengguna. Namun ditekankan pada hal:

alasan dia tidak ingin/ tidak mampu berlangganan: hitungan matematis, pilihan pribadi, atau mungkin juga prioritas untuk tidak berlangganan karena faktor tertentu. kegiatan ekstra: melihat preferensi informan dalam mengisi waktu adanya teman jurusan/ asal daerah di kosannya baik yang berlangganan atau tidak: melihat adanya peluang untuk tidak berlangganan karena teman jurusan/ asal daerah yang telah berlangganan internet dan dia bisa memanfaatkan untuk internetan nebeng atau juga dia memilih bergaul langsung/ nongkrong bareng temannya uang bulanan: melihat pandangan informan perihal besarnya anggaran bulanan dan alasannya tidak berlangganan uang bulanan untuk akses internet di warnet: besarnya anggaran bulanan yang dialokasikan untuk internetan di warnet. Juga melihat intensitas, kebutuhan atau pilihan pribadi kenapa lebih memilih ke warnet.

3.3 Kategorisasi dalam Pemilihan Infoman Kunci 3.3.1 Pengguna Internet Pelanggan dengan Intensitas penggunaan internet terbanyak Kategori ini kami tetapkan untuk melihat bagaimana perubahan yang besar dalam alokasi waktu dan ruang yang dilakukan informan setelah menggunakan internet berlangganan. Melihat perubahan dalam lifecycle sehari-hari baik pada saat weekday maupun weekend. Memperhatikan hal-hal apa saja yang dikorbankan, tergantikan, dan yang jarang lagi dilakukan setelah berlangganan internet. Pelanggan dengan intensitas penggunaan terminim Kategori ini kami tetapkan mengetahui alasan dan faktor yang menyebabkan informan yang berlangganan internet namun intensitas pengunannya minim. Hal apa saja yang dilakukan ketika online. Selain itu juga penting untuk melihat motif awal mereka yang mendorong untuk ikut berlangganan internet. Apakah mereka melakukan selancar di internet benarbenar sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan apa pula yang mereka bisa dapatkan dari internet. Kemudian juga melihat apakah ada aktivitas tertentu yang mereka lakukan sehingga mengakibatkan penggunaan internetnya tergolong minim. 3.3.2 Non Pengguna Non pengguna dengan intensitas penggunaan internet terbanyak

Kategori ini kami tetapkan untuk mengetahui lebih dalam ihwal penggunaan internet yang tergolong sering dari bukan pelanggan internet. Faktor apa yang menyebabkan mereka tidak berlangganan namun dapat menghabiskan banyak waktu untuk internetan. Berusaha untuk mendapatkan informasi tentang alasan mereka untuk tidak berlangganan internet. Faktor-faktor seperti fasilitas hotspot, nebeng ke temen atau hal lainnya yang membuat mereka memilih untuk tidak berlangganan. Non pengguna dengan Intensitas penggunaan internet terminim Kategori ini kami tetapkan untuk mencari tahu alasan informan yang memiih untuk tidak berlangganan juga dengan intensitas penggunaan internet yang minim. Faktor prioritas keuangan, kebutuhan materi perkuliahan, atau kebiasaan sebelumnya dalam beraktivitas internet yang jarang yang kemungkinan dapat berpengaruh pada hal ini. 3.4 Wawancara dengan informan terpilih Setelah memiih informan kunci kami mewawncarainya secara mendalam. Pertanyaan umumnya seputar daur hidup dalam sehari setelah dan sebelum belangganan internet, aktivitas penggunaan internet, an pengaruh internet terhadap hal akademis, waktu di kosan, dan waktu bergaul dengan teman. Lebih jelasnya, lihat pedoman wawancara di bagian lampiran 4. Hasil Temuan Berikut ini adalah hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti. Terdapat 4 informan kunci sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. a. Yudis (Pengguna Internet Berlangganan dengan intensitas waktu tertinggi-110 jam/minggu) Yudis adalah seorang mahasiswa semester 9 jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri pertanian Unpad Jatinangor. Ia berasal dari daerah Sumber, Cirebon dan sudah 3 tahun menghuni pondokan Kartika. Saat ini ia sedang mengerjakan skripsi. Sebelum menggunakan internet berlangganan, ia biasa mengakses internet di warnet. Dari penuturannya, ia beralasan bahwa kebutuhan untuk mencari bahan dan referensi skripsi menjadi alasan untuk menggunakan internet berlangganan. Padahal, awalnya Yudis menolak ketika diajak oleh teman satu pondokan untuk berlangganan internet. Kekhawatiran jika terlalu banyak main menjadi alasannya kala itu. Namun, setelah dipikir ulang ia memutuskan untuk ikut berlangganan juga. Katanya, ya kaya dipaksa sama keadaan juga sih. Saat ini telah 3 bulan ia berlangganan internet. Menurut Yudis, dibandingkan dengan pergi ke warnet, biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan internet berlangganan lebih murah. Tentu dengan pemakaian yang optimal pula. Seperti dirinya yang tiap malam dan akhir pekan dihabiskan waktunya untuk menjelajah dunia maya. Dengan intensitas yang tinggi seperti itu, biaya iuran 75.000 rupiah per bulannya terasa lebih hemat. Dana itu ia alokasikan dari jumlah 800.000 rupiah biaya hidupnya per bulan. Akses yang didapat pun lebih cepat dan efisien karena tidak perlu sering pergi keluar pondokan untuk sekedar ke warnet. Yudis sendiri menggunakan perangkat komputer untuk mengakses internet, bukan laptop yang bisa digunakan untuk akses hotspot di kampus atau tempat lain yang menyediakan akses tersebut.

Selain kebutuhan tugas kuliah dan referensi skripsi ia juga menggunakan fasilitas tersebut untuk mengakses berita terutama berita olahraga, khususnya sepak bola. Kebutuhan hiburan juga didapat antara lain melalui situs jejaring social Facebook, yang ia akui sebagai situs pertama yang ia buka kala online, dan beragam online game seperti Poker Play yang sering ia mainkan di situs Facebook. Pemakaian rutin fasilitas internet ia gunakan seringkali setelah kuliah atau kegiatan di kampusnya usai. Hingga sekitar tengah malam ia online. Tak jarang, teman-temannya pun ikut nimbrung. Memang, dari setiap pengamatan yang dilakukan peneliti, kamar Yudis hampir selalu dipenuhi oleh teman-temannya. Dari obrolan yang sering terdengar pun, banyak diantara mereka membincangkan seluk beluk game online. Ia akui pada bulan awal pemakaian internet berlangganan sebagai fase yang mana ia sempat menjadi freak internet. Sehari-hari ia bisa bermain di dunia maya hingga larut subuh. Beberapa kali pula ia telat masuk kuliah karena telat bangun tidur setelah bermain internet. Namun kini, ia sudah merasa malas dan memperhitungkan waktu dalam mengakses internet. Meskipun kalo ditinggal sehari aja terasa ada yang hilang, ujar Yudis jika satu hari saja ia tidak mengakses internet. Perubahan karena adanya internet berlangganan yang paling terasa dan diakui oleh Yudis adalah alokasi waktunya yang menjadi lebih lama berada di kamar kosnya. Setelah ada fasilitas tersebut, ia menjadi lebih malas untuk keluar kamar apalagi keluar kosan. Katanya, jadi agak malesan. Begitupun dengan urusan makan. Ia lebih sering memesan makanan yang diantar langsung ke kamar. Sebelum berlangganan internet, akhir pekan biasanya digunakan Yudis untuk bermain sepak bola atau nongkrong bersama teman-temannya. Begitu pula jika sehabis pulang kuliah. Setelah ada internet berlangganan, ia jarang melakukan aktivitas tersebut. Akhir pekan ia isi dengan bermain game hingga pagi hari. Saat pulang kuliah pun, ia sering pulang langsung dan jarang nongkrong lagi di kampus. Jika akses internet sedang ada gangguan, biasanya ia beralih menonton TV atau pergi keluar pondokan, misalnya ke Jatinangor Town Square (Jatos). b. Nova (pengguna internet berlangganan dengan intensitas waktu tinggi70 jam/minggu) Nova merupakan pengguna internet berlangganan yang aktif. Dari celotehan Daud, penghuni pondokan yang menjadi penagih iuran internet, Nova bisa disebut orang yang gila nge-net. Sedikit informasi tersebut membuat kami perlu untuk menggali informasi dari Nova. Ia salah satu penghuni lama di pondokan ini. Sudah 3 tahun lebih ia tinggal. Nova adalah perantau. Tahun 2006 ia datang dari Sumatera Utara untuk menempuh pendidikan di jurusan Administrasi Niaga FISIP Unpad, kini telah 7 semester ia jalani. Aktivitas selain kuliahnya adalah mengikuti kegiatan Perhimpunan Mahasiswa Kristen FISIP Unpad satu kali dalam seminggu. Ketika ditanya bagaimana keaktifannya mengikuti PMK ia berujar, yah kagak sering-sering amat juga sih. Selain pertemuan satu kali seminggu itu, ia mengikuti juga persekutuan di gereja. Pemakaian sekitar 10 jam sehari cukup menjadi indikator tingginya intensitas Nova dalam menggunakan fasilitas internet. Awalnya ia ditawari teman satu pondokan untuk ikut langganan Speedy (server internet berlangganan). Karena tertarik dan merasa butuh untuk keleluasaan informasi serta keperluan bahan tugas kuliah akhirnya ia menjadi pengguna. Memang, saat ini ia masih aktif kuliah dan sedang banyak-banyaknya tugas. Ia sendiri bilang, kalo ga ada tugas mah ga pegang internet, tergantung ada tugas ato ngga. Kebiasaan membaca buku pun berubah, dengan tersedianya akses e-book dan artikel-artikel bebas akses, ia lebih sering membaca di depan layar komputer.

Fasilitas internet menyebabkan saat ini ia lebih sering berada di kamar. Hal yang paling malas adalah keluar kamar untuk makan. Jadi, hampir selalu setiap makan ia selalu memesan antar makanan ke kamarnya. Namun untuk pergi ke luar Jatinangor seperti ke Bandung, ia mengaku tak terlalu berpengaruh. Ia masih sering pergi ke Bandung namun hanya untuk kepentingan kuliah saja, misalnya bertemu dosen atau mengerjakan tugas. Ia memulai aktivitas internetnya malam hari setelah aktivitas di luar pondokan seperti kuliah selesai. Berkumpul atau main bersama teman pun masih ia jalani seperti biasanya. Menurut ia, adanya internet di kamar tidak mengganggu kegiatan tersebut. Namun, konsekuensinya, ia menggeser waktu dan mengurangi waktu tidurnya. Malam hari ia biasanya internetan hingga jam 3 dini hari. Sebelumnya berlangganan internet ia biasanya tidur antara jam 11 dan 12 malam. Karena itu, ketika esok paginya kuliah ia merasa sering ngantuk saat di kelas, tapi tidak sampai ketiduran. Tapi lain dengan akhir pekan, ia bisa puas internetan hingga pagi hari tanpa takut kesiangan bangun. Situs apa yang Nova akses hingga intensitasnya begitu tinggi? Di urutan pertama yang ia tuliskan adalah situs pencari Google. Situs ini menjadi gerbang untuk membawanya mencari bahanbahan tugas yang diperlukan. Lalu urutan selanjutnya adalah situs jejaring social Facebook. Tidak seperti yang ia tuliskan, kala wawancara langsung, kata Facebook adalah yang pertama ia ucapkan dengan mantap ketika ditanya tentang preferensi situs yang dikunjungi. Setelahnya adalah Youtube, situs yang menyediakan beragam macam video. Lalu Kompas.com, Binus access, dan cumicumi.com (situs berita hiburan, infotainment). Implikasi dari akses internet terhadap perkembangan studinya tidak begitu jelas. Nova sendiri tidak merasa ada perubahan dalam Indeks Prestasinya selama satu semester terakhir. Tidak turun juga tidak naik. Ujarnya, kalo pake internet juga, IP ya gitu-gitu aja sih. Kebiasaan ngenet dalam waktu lama kadang ia ekspresikan sebagai perilaku yang kelewatan juga. Malah jika internet sedang mati justru ia bersyukur, seneng malah kalo internet mati, biar ga usah megang, katanya. Jika begitu ia mengalihkan aktivitasnya untuk sekedar nonton TV atau mengerjakan tugas kuliah lainnya. c. Rika (bukan pengguna internet berlangganan dengan intensitas pemakaian 5 jam/minggu) Rika adalah mahasiswi jurusan Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad angkatan 2007. Ia sudah tinggal satu tahun di pondokan Kartika. Aslinya ia berasal dari Bogor. Saat ini ia sedang berkegiatan mengurusi ospek jurusan di kampusnya. Selain itu, ia juga memiliki seorang kekasih yang cukup sering mengunjunginya ke pondokan. Informasi itu kami dapati dari informan kunci pertama kami. Dalam pengamatan, kami pun memang melihat sendiri kebenaran dari informasi itu. Wawancara pertama kami pun dimulai ketika sang kekasih sudah pulang dari kunjungannya. Rika mengaku bukan seorang yang maniak computer. Begitupun terhadap internet. Saat ini, ia masih menganggap menggunakan internet berlangganan belum perlu karena kalau sekedar mencari bahan tugas kuliah, belum menjadi sesuatu yang intensitasnya tinggi. Ujarnya, cari tugas masih bisa ke warnet ato nebeng aja. Dan lagi, kekhawatiran kalau akhirnya malah lebih sering Facebook-an menjadi pertimbangan Rika. Namun, ia juga tak menampik bahwa suatu saat akan ikut berlangganan, mungkin ketika mengerjakan skripsi nanti. Rika memiliki sebuah laptop, namun ia tidak menggunakannya untuk akses hotspot di kampus. Laptopnya sudah terbilang jadul menurut dia. Dan memang tak bisa digunakan untuk hotspot. Tapi, ia masih bisa hotspot-an dengan meminjam laptop teman kampusnya. Istilahnya nebeng. Prinsipnya adalah memberdayakan teman. Jika sedang memerlukan akses internet untuk tugas, ia akan melihat terlebih dulu apakah ada temannya yang bisa ditebengi atau tidak. Kalau tidak ada yang bisa, ia melihat kemungkinan di pondokannya untuk nebeng juga. Jika teman-temannya

sedang sama-sama sibuk mengerjakan tugas juga, barulah ia pergi ke warnet untuk browsing. Tak perlu lama-lama, katanya. Biasanya lama ia mengakses sekitar 2 jam, baik untuk kebutuhan tugas atau sekedar ingin internetan. Namun untuk pilihan yang kedua, ia akui jarang dilakukan. Prioritas pertamanya internetan adalah untuk bermain di dunia Facebook. Namun hal itu pun sudah bisa dilakukan melalui handphone-nya, apalagi untuk update status. Selain itu ia juga sering mengunjungi situs Yahoo, Google, 4shared (web hosting file, situs untuk mengunduh data) dan chatting lewat Yahoo Messenger. Tapi, situasi jadi berbeda kala ia berada di rumah. Kalau sedang di rumah ia malah bisa anteng (keasyikan) dalam waktu lama untuk ber Facebook ria. Teman-teman dekat Rika adalah mahasiswa satu jurusan dan satu angkatan dengannya yang juga menghuni pondokan Kartika. Kamarnya pun saling bertetangga. Dan, Rika mengalami perubahan-perubahan tertentu dalam interaksi dengan teman-temannya selama ini. Saat ada internet berlangganan, memang tak ada yang berubah dari tempat ngumpul, biasanya di kamar salah satu temannya yang menggunakan internet berlangganan. Cerita-cerita atau ngegosip dan ngerumpi pun masih dilakukan, namun seringkali temannya ada saja yang sembari bermain internet dengan perhatian yang juga tersita pada layar laptop. Memang cerita-cerita terus mengalir, tetapi teman yang sedang online menjadi lebih sering tidak enti dan terlihat blahbloh (maksudnya, ekspresi linglung, tidak jelas enti ke mana). Jika temannya sudah puyeng online (istilahnya Rika) biasanya ia menawari entian kepada teman yang lain untuk menggunakan internet. Dari pengalaman tersebut Rika berkesimpulan terhadap teman-temannya bahwa penggunaan internet berlangganan tidak melulu untuk kepentingan tugas, malah setelah fungsi pencarian bahan tugas usai, kebanyakan hanya berujung di situs Facebook. Satu hal yang menarik dari informasi Rika adalah hubungan dengan kekasihnya. Dari awal pacaran hingga satu bulan ke belakang sang kekasih rajin mengunjungi kamar Rika. Sering juga Rika mengajak kekasih untuk pergi jalan-jalan. Namun, semenjak satu bulan lalu, intensitas kunjungan kekasihnya menurun. Apa sebab? Rika menduga internet menjadi penyebabnya. Jika ia telusuri, kekasihnya lebih sering berada di kosannya. Lebih anteng di kamarnya. Internet berlangganan telah menyediakan akses yang sangat leluasa bagi sang kekasih untuk bermain game, mengunduh film-film favoritnya, seperti Kamen Raider, dan juga mengunduh berbagai judul komik. Setiap ada film baru sang kekasih selalu memberitahu Rika. Ia hanya bisa senang juga. Tapi, dari semua itu, satu hal yang Rika tidak suka. Sampai-sampai ia mengomeli kekasihnya, udah deh jangan OL mulu. Ternyata Facebook menjadi biangnya. Rika suka memarahi sang kekasih hanya jika sedang Facebook-an. Ia mewaspadai kekasihnya kalau-kalau sampai berhubungan dengan gadis lain. Antara mereka berdua pun ada kesepakatan untuk saling menyimpang password Facebook masing-masing. Kadang Rika suka cemburu jika mengetahui sang kekasih sedang ngaidis (istilah yang digunakan untuk orang yang mengaplikasikan fitur iDescribe fitur yang menawarkan penjelasan karakteristik seorang teman yang dianggap dekat) gadis lain. Status sang kekasih juga merupaka area yang sering ia tinjau, kan bisa ketauan tuh kalo dia lagi kenapa-kenapa lewat statusmeskipun emang agak sulit kalo ngecek isi chatting, kita kan gatau, ujar Rika. Untungnya, selama ini belum pernah terjadi konflik sampai marah besar dikarenakan Facebook dan internet. Hanya sekedar kecurigaan-kecurigaan dan cemburu sesaat yang timbul. Seperti diungkapkan Rika, yaaah, biasa lah cewe. d. Fandi (bukan pengguna internet berlangganan dengan intensitas pemakaian 40 jam/minggu)

Fandi, seorang mahasiswa asal Padang, saat ini sedang mengerjakan skripsi. Ia mahasiswa fakultas Peternakan semester 9. Baru satu bulan ia menghuni pondokan Kartika. Sebelumnya ia tinggal di pondokan daerah Cibeusi. Ia pindah ke pondokan ini karena ajakan temannya yang merupakan penghuni lama. Jadi tak asing lagi pondokan ini buat Fandi karena sebelum tinggal di sini pun ia sudah sering main. Fandi merupakan pengguna internet dengan intensitas sekitar 40 jam per minggunya. Tapi ia tidak berlangganan di pondokan ini. Ia mengaksesnya lewat fasilitas hotspot yang tersedia di kampusnya. Tapi, tidak ada fasilitas penunjang seperti area meja dan kursi plus terminak listrik yang disediakan kampusnya. Satu-satunya fasilitas itu hanya terdapat di kafe, yaitu kantin bu Lilis di fakultas Peternakan. Itu pun jarang sekali yang online di sana karena sinyalnya sangat lemah. Bahkan meja khusus untuk laptop pun kini sudah dipakai untuk makan. Maka, biasanya ia bersama teman-teman berinternet ria di lorong gedung kampus atau ruangan kelas yang sedang atau tidak lagi dipakai. Karena itu pula online di kampus Peternakan tidak bisa hingga malam apalagi larut malam, tidak seperti di kampus FISIP. Tidak tersedianya terminal listrik menjadi penyebabnya. Repot untuk bayar iuran per bulan menjadi alasan Fandi untuk tidak berlangganan di pondokan. Padahal, dengan uang saku sebesar satu juta rupiah per bulan ia bisa saja menjadi pengguna. Selain itu, laptop miliknya pun bisa digunakan untuk akses hotspot. Ia beralasan, pengguna internet berlangganan di kosan ini orang yang pada pake komputer semuakalo punya laptop dan bisa hotspot, ngapain langganan. Hari-hari kuliah menjadi waktu yang aktif baginya untuk hotspot di kampus. Jika kuliah sedang libur saja, baru ia pergi ke warnet. Terkadang juga ia nebeng ke kamar sebelah. Itu pun jarang, hanya jika temannya sedang pergi beberapa hari dan kuncinya dititipkan kepada Fandi saja. Sehari-hari aktifitasnya dimulai bangun pagi hari lalu dilanjutkan dengan mengutak-atik computer untuk kepentingan skripsinya. Menjelas siang ia baru pergi ke kampus untuk kuliah atau mengurusi persoalan lain. Sore hari adalah waktunya di dunia maya. Hingga jam 5 sore ia menghentikan aktivitasnya itu lalu pulang ke pondokan. Malam harinya biasa ia habiskan dengan nonton film atau main game, tapi bukan game online. Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang maniak game. Sering juga malam hari itu digunakannya untuk berkumpul dan ngobrol-ngobrol dengan teman satu pondokan. Seperti yang ditemui oleh peneliti sebelum mewawancara Fandi. Memang biasanya malam hari anak-anak suka ngumpul gitu, ngobrol-ngobrol kaya tadi lah, ujar Fandi. Setelah itu, jam 12 malam biasanya ia sudah tidur. Sedangkan di akhir pekan, biasanya ia habiskan hari dengan membereskan kamar dan mencuci baju. Kalau sedang suntuk, baru ia pergi jalan-jalan ke Bandung dan pulang malam harinya. Kegunaan internet bagi Fandi saat ini adalah untuk pencarian refernsi skripsi dan hiburan seperti Facebook, mengunduh lagu-lagu dan video. Akun Facebook-nya sering ia aktifkan, katanya untuk kelancaran komunikasi dengan teman-teman sepeti teman kampus atau SMA. Namun hampir seluruhnya komunikasi hanya dengan teman yang sudah kenal saja. Jika dengan teman yang dalam kehidupan nyata belum kenal (hanya tahu dari Facebook) biasanya hanya say hi (menyapa) saja, mengobrol juga jarang. Kopi darat dengan teman yang belum kenal di dunia nyata belum pernah ia lakukan. Selain itu, ia juga suka bermain Poker Play di Facebook, tapi tak semaniak temantemannya, sekedar refreshing saja. Sebagai pengguna aktif internet, Fandi juga mengalami perubahan-perubahan tertentu dalam hubungan pertemanan, terutama dengan teman-teman dekat di kampusnya. Dulu, mereka sering bermain dan berkumpul bersama. Situasinya ramai. Sekarang juga berkumpul bersama masih dilakukan hanya saja orientasinya berbeda. Saat ini mereka cenderung kumpul untuk mencari area internetan yang nyaman, seperti di lorong kampus. Nongkrong-nya pun berubah jadi online bersama karena itu situasi jadi sepi. Beberapa dari temannya pun kini sudah mulai jarang bersama. Namun ia

akui hal itu bukan karena factor adanya internet gratis semata, namun lebih kepada kesibukan di penghujung masa kuliah. Situsi berbeda pun dirasakannya di pondokan tempat ia tinggal. Dulu, sewaktu di Cibeusi, pondokannya tidak ada yang berlangganan internet tapi situasinya ramai, banyak anak-anak yang berkumpul bersama di luar kamar. Tapi di pondokannya sekarang, situasi ramai terpusat di kamarkamar. Seringkali antar kamar saling berteriak dan bersahutan. Itu terjadi karena disatukan oleh aktivitas game online yang dilaksanakan berbarengan. Tetangga disini pada freak game, kata Fandi. Tertanyata, situasi itu tidak terjadi hanya setelah ada internet berlangganan saja, sebelumnya memang keramaian di pondokan ini seperti itu, karena antar kamar (yang menggunakan) terhubungan oleh jaringan LAN, sehingga main game bisa dilakukan bersama-sama. 5. Analisis Hal yang menarik dari kosan kartika adalah terdapat sekelompok penghuninya yang menggandrungi game computer. Lokasi kelompok ini ada di deretan kamar no 15, 16, 17, 18, 20, deretan kamar 21, 22, dan 24, dan kamar no 7. Sebelum dipasang internet berlangganan, sudah dipasang jaringan LAN (local access network) yang memungkinkan pemain game bisa berinteraksi lewat computer. Setelah dipasang internet, kegiatan game bertambah ramai karena akses kepada variasi game yang lebih banyak memungkinkan. Di antara penghuni kamar tersebut juga obrolan yang sering mencuat adalah seputar game dan internet. Hal ini teramati pada setiap kunjungan peneliti ke pondokan ini. Selain itu, reaksi tiap penghuni ketika akses internet sedang ada gangguan bisa menjadi indicator yang menguatkan pendapat kami. Ketika mati lampu atau akses macet, para gamers di area kamar tersebut berkumpul di kamar tertentu untuk ngobrol dan mengeluh karena akses yang macet. Tak jarang terdengar celetukan, wah mati gaya nih gue internet ga jalan-jalan dari kemaren. Hal ini menandakan, bagi kelompok tersebut, peran internet ternyata sangat tersirat dalam aktivitas kesehariannya. Ikatan kegemaran yang sama menjadi benang merahnya: game. Fenomena ini sekaligus tampak seperti analogi dari tipe masyarakat perkotaan yang hubungannya cenderung instrumental. Kesamaan kepentingan menjadi pengikat hubungan satu orang dengan yang lain. Dalam kelompok gamers di pondokan ini pun terdapat latar belakang etnis dan daerah berbeda, ada yang berasal dari daerah Rancaekek, sampai ke daerah yang jauh seperti Palembang. Pondokan diibaratkan sebuah kota yang menampung orang-orang dari berbagai macam daerah dan etnis. Beragam kepentingan juga hadir meskipun ada satu kepentingan yang sama diantara mereka: urusan akademis. Ibaratnya, urusan akademik ini adalah urusan mencari pekerjaan bagi orang-orang yang berada di dalam sebuah kota. Baru kemudian aneka preferensi yang sama saling bertemu di dalam aneka ruang, aktivitas, dan organisasi atau kelompok. Modal personal pun bisa menjadi factor yang menentukan terjalinnya hubungan-hubungan instrumental tersebut. Seperti game ini. Dari kasus di pondokan Kartika, para gamers adalah orang dengan kepemilikan computer atau laptop bahkan ada yang memiliki keduanya (dan ia mengkhususkan computer untuk bermain game saja). Ditambah dengan kemampuan membayar iuran per bulan (Rp 75.000 dan Rp 95.000 per bulan) dan pondokan (3 juta per tahun). Perhatian atas modal (mungkin baru sebatas material) sebagai hal yang banyak bermain dalam hubungan social tipe perkotaan kami pikir terlihat juga dalam penelitian ini. Hal lainnya adalah, terdapat fenomena kaget teknologi yang ditandai dengan lamanya waktu yang dihabiskan dalam satu hari ketika menggunakan internet. Contoh hal ini dengan jelas

mengemuka pada kasus Yudis, Bejo, dan Nova. Yudis dan Bejo adalah gamers yang sudah sejak lama aktif sebelum adanya internet berlangganan. Bejo memiliki reputasi pemain lama di warnet khusus game online dan saat ini sudah lebih dari 1 tahun ia berlangganan internet. Ketika internet hadir di kamar mereka, indikasi panjangnya waktu pemakaian bisa dilihat dari bagaimana pemakaian di bulan awal hingga saat ini. Bagi Bejo, ketika ada waktu luang, cenderung ia habiskan untuk main game, seperti di waktu weekend. Ia bisa menghabiskan satu hari penuh hanya berada di kamar untuk main game. Seringkali di hari kuliah pun, jika ada satu hari selang libur, ia manfaatkan untuk main game. Penuturannya, kalo besok ga kuliah, gw maen sampe pagi, baru tidur pagi dan bangun sore harimalamnya kalo ada kuliah ya ngerjain tugas ato apa lah, tapi kalo besoknya libur lagi ya semaleman maen game lagi. Lain halnya dengan Yudiz, ia baru 3 bulan menjadi pengguna internet berlangganan. Dalam penuturannya ia mengakui bahwa di bulan awal menjadi pengguna ia biasa bermain internet hingga jam 3 pagi. Dan karena itu beberapa kali ia telat masuk kuliah. Ia sendiri mengakui bahwa masa itu ialah dimana ia over dalam menggunakan internet. Dan kini, ia sudah bisa meredam waktu pemakaiannya karena lama kelamaan mulai terasa bosan. Meskipun di sisi lain, ia mengungkapkan, kalo ditinggal sehari aja terasa ada yang hilang. Seperti halnya Yudiz, Nova pun mengalami kasus serupa, namun masih berlangsung hingga saat ini. Awalnya jadwal tidur Nova adalah jam 11-12 malam. Tapi sejak hadir internet waktu tidurnya bergeser hingga jam 3 dini hari. Sementara itu jadwal kuliah tetap berlangsung seperti biasa di pagi harinya. Karena itu ia seringkali mengantuk jika masuk kelas, namun tak sampai ketiduran. Aktivitasnya di luar pondokan seperti kuliah dan kegiatan PKM atau nongkrong bareng temannya tak teranggu karena adanya internet di kamar. Ia beraktivitas seperti biasa. Tapi setelah pulang ke kamar, sore hari hingga dini hari adalah waktu berinternet ria. Bahkan, sepertinya ia menyadari panjang waktunya berinternet. Ia sendiri mengungkapkan, kala sedang mati lampu atau internet sedang macet, seneng malah kalo internet mati, biar ga usah megang. Hal ini mengindikasikan bahwa ia sendiri sadar kalau pemakaian internetnya sudah terlampau lama, tapi tersirat juga bahwa, jika tidak ada control yang bersifat memaksa (seperti matinya akses internet) kemungkinan ia berhenti pada waktu yang lebih pendek dari kebiasaannya sekarang adalah sulit. Fenomena ini menunjukkan, sepertinya teknologi baru membawa implikasi yang sulit diterka bagaimana ia bekerja; bagaimana teknologi baru itu berpengaruh terhadap manusia untuk senantiasa digunakan tanpa harus ada kesadaran atau pemahaman serta control terlebih dahulu dari manusia yang menggunakannya. Dalam bentuk lain, peneliti pernah menemukan beberapa pengguna Facebook yang gemar melihat-lihat dan merapikan akun Facebooknya sendiri. Meskipun dari aktivitas itu tidak didapat keuntungan atau menjadi hal yang produktif. Contoh lainnya, ditemui juga beberapa pengguna handphone kekinian yag gemat melihat-lihat isi handphone tanpa ada kepentingan untuk menjalin komunikasi denagn siapa pun. Sekedar melihat-lihat saja. Jika kita coba menerka dengan pertimbangan rasional bahwa setiap kegiatan akan membawa atau menghasilkan sesuatu, maka apa yang dihasilkan dari kegiatan seperti contoh tadi. Apakah mungkin ada sesuatu yang belum kita ketahui kegunaan atau pengaruhnya bagi sang pengguna teknologi, meski sering kita anggap aktivitas itu tidak berguna? Siapa tahu? Tetapi yang menarik adalah, hal ini bisa ditelusuri lagi apa maksud dan tujuan dari aktivitas (atau perilaku) itu. Status pacaran juga berpengaruh terhadap penggunaan internet. Seperti yang ditunjukkan dalam cerita seorang informan ini:

Satu hal yang menarik dari informasi Rika adalah hubungan dengan kekasihnya. Dari awal pacaran hingga satu bulan ke belakang sang kekasih rajin mengunjungi kamar Rika. Sering juga Rika mengajak kekasih untuk pergi jalanjalan. Namun, semenjak satu bulan lalu, intensitas kunjungan kekasihnya menurun. Apa sebab? Rika menduga internet menjadi penyebabnya. Jika ia telusuri, kekasihnya lebih sering berada di kosannya. Lebih anteng di kamarnya. Internet berlangganan telah menyediakan akses yang sangat leluasa bagi sang kekasih untuk bermain game, mengunduh film-film favoritnya, seperti Kamen Raider, dan juga mengunduh berbagai judul komik. Setiap ada film baru sang kekasih selalu memberitahu Rika. Ia hanya bisa senang juga. Tapi, dari semua itu, satu hal yang Rika tidak suka. Sampai-sampai ia mengomeli kekasihnya, udah deh jangan OL mulu. Ternyata Facebook menjadi biangnya. Rika suka memarahi sang kekasih hanya jika sedang Facebook-an. Ia mewaspadai kekasihnya kalau-kalau sampai berhubungan dengan gadis lain. Antara mereka berdua pun ada kesepakatan untuk saling menyimpang password Facebook masing-masing. Kadang Rika suka cemburu jika mengetahui sang kekasih sedang ngaidis (istilah yang digunakan untuk orang yang mengaplikasikan fitur iDescribefitur yang menawarkan penjelasan karakteristik seorang teman yang dianggap dekat) gadis lain. Status sang kekasih juga merupaka area yang sering ia tinjau, kan bisa ketauan tuh kalo dia lagi kenapa-kenapa lewat statusmeskipun emang agak sulit kalo ngecek isi chatting, kita kan gatau, ujar Rika. Untungnya, selama ini belum pernah terjadi konflik sampai marah besar dikarenakan Facebook dan internet. Hanya sekedar kecurigaan-kecurigaan dan cemburu sesaat yang timbul. Seperti diungkapkan Rika, yaaah, biasa lah cewe. Dari kasus tersebut, bisa dilihat bahwa keberadaan pacar bisa menjadi control bagi seseorang dalam menggunakan internet. Khususnya dalam situs jejaring social. Mengapa? Karena dari situs tersebut tiap orang bisa terhubung satu sama lain dan dapat berkomunikasi secara lebih privat tanpa diketahui orang lain. Hal ini tentu dalam batas terntentu bersinggungan dengan kepentingan pacaran yang selalu ingin pasangannya dalam keadaan aman bebas dari gangguan dan kekhawatiran memiliki hubungan dengan orang lain. Namun, fenomena ini juga perlu dilihat dalam konteks konsensus antara seseorang yang berhubungan. Setiap orang tidak memilki aturan yang sama dalam berpacaran. Rentangnya pun bisa sangat bebas atau malah sangat protektif. Namun dalam kasus ini, ternyta hal tersebut bisa dilihat sebagai control dalam penggunaan internet. Organisasi juga berpangaruh terhadap control pengguna internet. Kegiatannya yang cenderung bertempat di luar pondokan menyita waktu seseorang untuk berlama-lama di kamarnya. Selain itu juga, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas organisasi bisa mengalihkan perhatian seseorang terhadap aktivitas lainnya. Perlu dilihat juga konteks seseorang mengikuti organisasi. Apakah karena sebuah keterpaksaan, sekedar iseng, atau memang serius. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap sejauh mana control organisasi terhadap penggunaan internet yang bebas akses di ruang privatnya.

Referensi Abdullah, Irwan. 2009. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ibrahim, Idi Subandy. 2004. Lifestyle Ecstasy. Yogyakarta: Jalasutra Piliang, Yasraf Amir. 2006. Dunia Yang Dilipat. Yogyakarta: Jalasutra Kompas. Hal Jabar. 03/10/2009.

LAMPIRAN
SENSUS PENGHUNI PONDOKAN Mohon seluruh pertanyaan diisi dengan jawaban yang jujur dan jelas sesuai dengan petunjuk yang tertera pada setiap pertanyaan. Terima Kasih. Nama Pondokan : Nomor Kamar : Nama
(Tidak wajib diisi)

: : : : : : pacaran / tidak pacaran / menikah

Fakultas/Jurusan Tingkat/Semester Asal daerah


(Sebelum menetap di Jatinangor)

Lama tingggal di kosan ini


(bulan/tahun)

Status

Aktivitas selain kuliah


(Kegiatan pengisi waktu luang. Jawaban boleh lebih dari 1, spesifik,dengan menyertakan waktu dan tempat)

Organisasi ekstra

: - Unit Kegiatan Mahasiswa ______________ - Organisasi Politik ______________ - LSM/Ornop ______________

- Organisasi Keagamaan ______________ - Kelompok Studi - Organisasi Sosial - Klub Olahraga - Kelompok Seni - Lainnya ______________ ______________ ______________ ______________ ______________

______________
(Jawaban bisa lebih dari 1. Berikan kepanjangan dari akronim organisasi atau kelompok yang Anda ikuti. Jika tidak mengikuti, pertanyaan dilewat saja)

Tempat kumpul organisasi ekstra

: : : ya / tidak

Uang bulanan

Menggunakan internet berlangganan Jika Ya, Lama berlangganan


(bulan)

: :

Alasan berlangganan Jika Tidak,

Alasan tidak berlangganan: Intensitas rata-rata mengakses internet :


(Berapa jam/minggu? Untuk pengguna maupun bukan pengguna internet berlangganan)

Dana untuk mengakses internet Pengguna internet berlangganan

/ bulan / minggu

Bukan pengguna internet berlangganan :

Pilihan web/aplikasi online (chatting, browsing, game, dsb.)


(Jawaban spesifik dan berurutandari yang paling sering dibuka)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Terima Kasih atas bantuannya.

Jatinangor,

November 2009

Pedoman Wawancara 1. Latar Lifecycle sebelum berlangganan internet Hal apa saja yang anda lakukan dalam sehari penuh? Lifecycle setelah berlangganan internet Hal apa saja yang anda lakukan dalam sehari penuh setelah berlangganan internet? Kegiatan utama dibagi atas kuliah, istirahat di kosan/ aktivitas di kosan, nongkrong. Pertanyaannya seputar intensitas waktu dan kapan ia melakukan jenis-jenis kegiatan di atas 2.Penggunaan Internet Apa motif anda berlangganan internet? Manfat apa saja yang anda dapatkan dari berlangganan internet? Untuk keperluan apa anda menggunakan internet? Apa saja yang anda cari ketika berselancar di internet? Web/ aplikasi apa saja yang paling anda sering kunjungi di internet? Jam berapa biasanya anda internetan di kosan? Berapa lama anda biasanya online di kosan? 3. Implikasi penggunaan internet Pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari berlangganan internet di kosan? Implikasinya terbagi atas implikasi terhadap hal-hal akademis, waktu di kosan, dan waktu nongkrong bersama teman 3.1 Pengaruh Akademis Apakah berlangganan internet berpengaruh terhadap waktu belajar anda? Apakah absesnsi anda juga terganggu? Apakah IP/IPK anda terganggu akibat berlangganan internet di kosan? Bagaimana cara anda mengerjakan tugas setelah berlangganan internet? Seberapa besar internet dapat menunjang kebutuhan akademis anda? Apakah untuk mencari tugas atau bahan kuliah, anda mencarinya dari internet saja? Apakah waktu anda membaca buku tergantikan setelah ada internet?cmisal jadi lebih sering membaca e book, jurnal ilmiah, artikel dan sejenisnya 3.2Waktu istirahat di kosan Apakah waktu tidur anda bergeser setelah berlangganan internet? Jam berapa anda tidur malam setelah berlangganan internet? Berapa jam waktu tidur anda setelah berlangganan internet? Apakah tidur anda menjadi lebih lama atau lebih sebentar setelah berlangganan internet? Jam berapa biasanya anda bangun pagi?

Apakah setelah belangganan internet bangun pagi anda lebih cepat atau terlambat? mengapa? Apakah pola makan anda dalam sehari berubah setelah berlangganan internet? Dengan cara apa anda memesan makanan anda? langsung keluar mencari makan atau hanya pesan lewat sms? Apakah waktu makan anda bergeser setelah berlangganan internet? Apakah anda juga menjadi lebih sering di kosan sejak belangganan internet? Jika iya, mengapa anda bisa lebih sering di kosan daripada beraktivitas di luar? Banyak habis untuk apa ketika anda lebih sering di kamar kosan anda? 3.3 Waktu Bergaul Apakah waktu anda untuk berinteraksi tatap muka, bergaul, dan bermain dengan teman anda berubah setelah berlangganan internet? Kapan biasanya nada bergaul dengan teman anda? Seberapa sering anda bergaul dengan teman anda? Berapa lama juga waktu yang anda habiskan saat bergaul dengan teman anda? Apakah setelah berlangganan internet durasi dan intensitas interaksi langsung dengan teman anda menjadi bekurang? Jika ya, mengapa demikian?

Anda mungkin juga menyukai