Anda di halaman 1dari 8

Beternak itik bagi sebagian orang terasa lebih menjanjikan daripada beternak unggas jenis lainnya.

Pertama, produk yang dihasilkan yaitu telur terasa lebih dihargai sebab penjualannya dihitung bijian bukan kiloan sebagaimana halnya telur ayam ras. Ke dua, cara pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah serta lebih tahan terhadap penyakit. Ke tiga jumlah permintaan telur yang terus naik dari tahun ke tahun. dan Ke empat yaitu permintaan akan daging konsumsi juga tinggi. Dari gambaran di atas sebenarnya masih ada ruang atau kesempatan yang sangat luas untuk memulai usaha ini. Akan tetapi timbul masalah bagi pemula yaitu dari mana memulai usaha ternak itik? Apa sebaiknya beternak itik untuk menghasilkan telur saja, apa beternak itik untuk menghasilkan DOD, atau usaha pembesaran DOD, atau penetasan? Nah berikut gambaran singkat tentang beberapa pilihan usaha dalam menjalankan bisnis ini. Ada beberapa pilihan dalam menentukan langkah memulai usaha : 1. Mengkususkan usaha untuk menghasilkan telur tetas. Untuk menghasilkan telur tetas yang baik ratio jantan dan betina adalah 3-5 pejantan untuk 50-100 ekor itik betina. Di sarankan terdapat kolam di dalam kandang untuk aktifitas berenang itik agar terjadi proses kawin secara alami. Telur itik yang sudah terkumpul di tetaskan dengan bantuan mesin penetas karena naluri mengeram itik sangat rendah atau bahkan tidak ada. Bisa juga dengan bantuan jasa menthok, akan tetapi hal ini akan menambah biaya lagi untuk pemeliharannya. Lama penetasan baik dengan mesin penetas atau menthok 28 hari. Lama penyimpanan telur tetas yang baik adalah kurang dari 7 hari. 2. Usaha penetasan, yaitu menetaskan telur itik menjadi DOD (Day Old Duck). Karena lama penetasan yang lebih panjang dari pada telur ayam maka perlu pertimbangan lagi untuk memulai usaha ini. Ada dua hal yang penting dalam memulai usaha ini yaitu bagaimana cara mendapatkan telur tetas yang baik dan memilih mesin penetas. Anda bisa membuka artikel kami lainnya untuk penjelasan ke dua hal tersebut. Keuntungan dalam usaha ini akan berlipat apabila begitu DOD menetas langsung dapat terjual, kalau tidak maka perlu biaya tambahan untuk memelihara DOD untuk beberapa jangka waktu beberapa hari. Kami menyarankan bagi peternak pemula untuk mencari relasi yang dapat dipercaya sebagai penyuplai telur tetas karena menyangkut nama baik usaha yang akan kita rintis. Sekali citra usaha kita buruk maka agak sulit untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Lebih aman kalau kita memiliki pembibitan (breeding) sendiri untuk menjaga kualitas dan kontuinitas usaha. 3. Pembesaran DOD untuk dijadikan pedaging. Beberapa tahun terakhir usaha ini sudah banyak mendapat perhatian dari para investor. Pada umumnya DOD yang dijadikan sebagai pedaging adalah DOD jantan. Kenapa? Di samping harga bibitnya lebih murah juga kelebihan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang lebih cepat jika dibandingkan dengan betina. Masa pemeliharaan yang relatif singkat yaitu sekitar 2 3 bulan juga menjadi daya tarik tersendiri. Untuk para pemula yang akan terjun dalam bisnis ini harus pandai-pandai berhitung soal pakan karena fluktuasi harganya yang gampang berubah. 4. Usaha pembesaran DOD sampai menjelang bertelur (bayah). Bayah adalah sebuatan itik betina siap bertelur yang berumur kira-kira 4-5 bulan. Biasanya system pemeliharaan bayah lebih banyak digembalakan karena di samping untuk lebih menekan biaya pakan juga untuk memberi kesempatan itik untuk berburu pakan alami kesenangannya seperti cacing, ikan-ikan kecil dan juga sebagai sarana exercise agar tubuh tidak kegemukan sehingga dapat menghambat produksi nantinya. Setelah itik sudah menandakan tanda-

tanda akan bertelur maka itik bisa ditawarkan kepada calon pembeli. Ada satu trik saat menjual bayah yaitu usahakan menjual bayah ketika itik sudah mulai bertelur dan itu akan membawa ke harga jual yang lebih yang tinggi. Kita bisa menaikkan harga sampai Rp 500,- per ekor dan kita bisa bayangkan kalau bayah yang kita jual per minggu ada 100 ekor??? 5. Usaha beternak itik untuk di ambil telurnya. Usaha ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Peternak bisa memeliharanya dari semenjak DOD atau langsung membeli itik siap bertelur (bayah). Keuntungan kalau kita memelihara sejak DOD adalah kita tahu tingkah laku ternak yang kita perlihara sehingga kita lebih paham akan kondisi ternak. Akan tetapi ada juga sisi kelemahannya yaitu butuh kesabaran waktu dan modal karena kita terus mengeluarkan uang sejak DOD sampai itik-itik tersebut mulai bertelur. Adapaun sisi kelebihan kalau kita membeli langsung dari bayah adalah kita akan langsung dapat memetik hasilnya dalam waktu dekat. Sisi kelemahannya yaitu butuh modal yang besar, dan juga kesiapan mental untuk menghadapi stress yang tinggi karena perpindahan lokasi dan juga perbedaan penanganan ternak. Berternak Bebek Tiktok Selingkuh ternyata bukan cuma monopoli manusia. Bebek betina dan entok jantan biasa melakukannya. Malah, perselingkuhan bebek dan entok ini sudah menelurkan anak bernama tiktok. Bagi Santoso, peternak bebek asal Depok, Jawa Barat, tiktok adalah sumber rezeki. "Saya mengawinkan itik betina dengan entok jantan. Orang lain biasanya melakukan kebalikannya," ujarnya.Tubuh tiktok jauh lebih bongsor ketimbang bebek. Soal rasa, daging tiktok tak kalah dengan daging bebek. Kini Santoso benar-benar menikmati laba gurih dari berjualan daging tiktok.Pria yang berternak unggas sejak 1985 menjelaskan bahwa berternak tiktok lebih murah ketimbang berternak bebek. Maklum, tubuh tiktok lebih cepat besar ketimbang bebek. Dengan begitu, ongkos merawat tiktok juga lebih sedikit. Untuk membesarkan tiktok hingga mencapai berat 2 kg, Santosa mengaku hanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua bulan. "Kalau bebek biasa, setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima bulan," ujarnya. Soal makanan, tiktok juga terbilang tidak rewel. Hewan ternak ini doyan makan apa saja, mulai dari dedak hingga limbah dapur. Cuma, Santoso memiliki ramuan khusus untuk makanan tiktok. Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara itu, untuk limbah roti, harga per kilogram Rp 5.000.Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar 6 kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. "Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan," ujarnya.Santosa mengaku tidak sulit mendapatkan bahan makanan bebek. Bahan ini tersedia di banyak toko penjual makanan ternak. Santoso juga mengatakan bahwa modal berbisnis ini tidaklah terlalu banyak. "Waktu tahun 1985 modal saya hanya Rp 1 juta," ujarnya. Untuk mendapatkan tiktok tergolong mudah. Santoso mengungkapkan, hampir setiap hari ia mengawinkan beberapa pasang itik dan entok. Dari hasil persilangan itu Santoso bisa mendapatkan 30-50 butir telur.

Ia selanjutnya memasukkan telur dalam inkubasi sebagai media penetasan. Lama penetasan sebulan. Setelah menetas, bayi tiktok siap dibesarkan dan siap dipotong setelah berumur dua bulan.Telur agak sensitifCuma, Santoso mewanti-wanti. Proses penetasan merupakan bagian yang sangat menentukan. Proses melakukan inkubasi, misalnya, harus dilakukan secara hatihati. Sebab, telur-telur ini agak sensitif. "Bisa-bisa tidak jadi bebekatau pertumbuhannya lambat," ujar Santosa. Untuk pemilihan induk yang akan dikawinkan, Santoso mempunyai itik sebanyak 300 ekor dan entok sebanyak 20 ekor. "Saya harus menyiapkan induk sebanyak itu. Kalau kurang, saya akan membeli itik atau entok lagi," ujarnya.Saat ini Santoso bisa menghasilkan 100 ekor tiktok dewasa setiap hari. Cuma, ia belum bisa melayani pesanan tiktok dari restoran lain. Maklum, seluruh tiktok itu masih menjadi sumber pasokan bagi restoran miliknya. Di restoran ia menjual per ekor tiktok seharga Rp 60.000. "Saya mengambil untung Rp 10.000 per ekor," ujarnya. Santosa mengaku memprioritaskan hasil silangan tiktok untuk memasok kebutuhan restorannya. Padahal, menurutnya, permintaan dari luar hasil ternak silangannya ini lumayan besar. "Saya sering didatangi restoran yang meminta saya memasok bebek ke mereka," ujarnya. Kalau dijual di pasar, harga tiktok bisa seharga Rp 40.000-Rp 50.000 per ekor. Sayang, Santosa enggan blak-blakan soal berapa keuntungan bersih yang diraupnya dari bisnis anak persilangan itik dan entok itu.Santoso mengklaim, protein daging tiktok lebih tinggi ketimbang bebek, sedangkan kolesterol tiktok lebih rendah dibandingkan dengan bebekbiasa. "Saya sudah mengetes di laboratorium IPB dan ada sertifikatnya," ujarnya.Santoso mengatakan, bisnis ternak bebek silangan ini masih mempunyai prospek bagus. Selain bisa menghasilkan puluhan juta per bulan, memelihara tiktok juga semudah memeliharabebek. Tiktok termasuk unggas yang bandel dan tahan banting. Tiktok juga relatif tahan terhadap virus flu burung. "Tinggal sediakan lahan saja, bebek itu akan hidup sendiri," ujarnya. (Lamgiat Siringoringo) Sesuai namanya Tiktok jenis bebek hasil dari persilangan Itik dan entok. Bobot yang besar diatas rata-rata bebek lokal lainnya merupakan keunggulan tersendiri TikTok ini, selain itu tiktok juga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Kelebihan tiktok lainnya adalah memiliki daging yang tebal gurih dan bertekstur lembut, serta dagingnya rendah lemak (hanya 1% dibagian dada dan 1,5% dibagian paha). Perkawinan alami sering terjadi antara bebek jantan dan entok betina. Sedangkan perkawinan antara entok jantan dan bebek betina sulit terjadi secara alami, sehingga harus dilakukan kawin suntik. Perkawinan antara entok jantan dengan bebek betina akan menghasilkan tiktok seberat minimum 3kg. Sementara, perkawinan antara bebek jantan dengan entok betina hanya akan menghasilkan anakan dengan bobot 1 kg. Hasil perkawinan antara bebek jantan dengan entok betina dinamakan itik branti. Berdasarkan pengalaman para peternak perkawinan antara bebek alabio jantan dengan entok betina dapat menghasilakn anakan dengan bobot hingga 3 kg pada umur 12 minggu. sementara, perkawinan antara bebek tegal jantan dengan entok betina menghasilkan anakan tiktok dengan bobot 1,5 kg pada umur yang sama. Anak yang dihasilkan dari perkawinan antara entok jantan dan bebek betina akan infertil (tidak subur), sehingga dalam peternakan harus disediakan parent stock. Tiktok yang Montok, Gurih tapi Mentok BERBEDA dengan daging bebek yang aroma amisnya masih saja melekat walau sudah dinetralisasikan dengan bumbu, daging tiktok justru beraroma gurih dan wangi tanpa netralisasi bumbu apapun. Tidak amis baik sebelum maupun sesudah dimasak. Tiktok tak lain adalah unggas jenis baru hasil perkawinan silang antara entog (entok) jantan dengan bebek betina.

Lebih dari tiga tahun terakhir ini puluhan ruas kakilima di kota-kota besar ditumbuhi tenda makan maupun resto yang menyajikan masakan bebek. Digoreng atau pun disemur dan ditongseng. Akan halnya tiktok baru sekitar dua tahun terakhir ini dikenal oleh kuping sebagian kecil restomania. Sungguhpun begitu, kekondangan tiktok akhir-akhir ini justru merambah ke beberapa resto bergengsi. Kecuali tidak amis, dagingnya yang selembut daging ayam ras, broiler, dan rasa gurihnya yang segurih ayamkampung membuat restomania penasaran. Sayangnya, pasar yang mulai lapar dan selera yang kuat terangsang akan gurihnya titok ternyata tak terpenuhi. Suplai unggas buah perkawinan itik-entok ini sangat terbatas. Sejak persilangan yang menghasilkan tiktok dikenal oleh kalangan balitnak IPB maupun Ditjennak Deptan berikut beberapa instansi andahan-nya, tak ada upaya serius mengembangkannya sebagai ternak pedaging kecuali si penyilang awal, Santoso. Yang Montok, Tipis Lemak Menjawab TROBOS pekan yang lalu di rumahnya Santoso menuturkan, tiktok itu lahir dari obsesinya untuk mendiversivikasikan ternak unggas dengan yang tahan penyakit, memiliki tekstur daging ayam, siklus pertumbuhannya cepat. Untuk ini sejak awal ia sudah mengincar entok dan bebek. Berbulan-bulan dan berbagai wilayah sentra peternakan bebek Santoso datangi. Akhirnya ia menemukan bibit dari Inggris yang biangnya berasal dari Perancis. Jenis bebek inilah yang memenuhi tuntutan biologis untuk bisa disilangkan dengan entok lalu melahirkan bebek yang kemudian Santoso namakan tiktok. Bukan sarati, bukan beranti, togri, ritog, tongki, atau bukan juga mandalung sebagaimana beberpa orang ajukan. Nama tiktok itu pula yang Santoso patenkan pada tahun 2000 di lembaga Paten, Dep.Kehakiman. Ciri biologis utama tiktok adalah pada posturnya yang montok mirip entok. Warna bulunya umumnya putih mirip bebek Peking. Kalau tiktok kenyang dengan hanya pakan komposit mandiri (dedak, katul, jagung, dan remah ikan) seberat 1,8 ons, maka bebek Peking menghabiskan 2,5 ons sampai 3 ons dan inipun pakan konsentrat fabrikan. Walaupun porsi pakannya jauh lebih sedikit ketimbang bebek manapun, badan titok tetap montok. Dan kemontokannya bukan karena lemak. Kalau broiler 1,3 % di dada dan 6,8 % di pahanya, maka lemak di dada titok cuma 1 % dan 1,3 % di pahanya. Persilangan entok dengan bebek-biang lebih efektif dengan inseminasi buatan. Dan telur yang dihasilkan, ditetaskan dengan mesin penetas. Daya tetas telur induk tiktok itu hanya sekitar 33 %. Tiap 3 telur tetas hanya menghasilkan seekor DOT (day old tiktok). Bila tiap pekan dibutuhkan 100 dot, maka telur yang mesti ditetaskan tak kurang dari 300 butir. Karena produktivitas induk biasanya tak lebih dari 60%, maka untuk mencapai jumlah telur tetas dibutuhkan tak kurang dari 70 sampai 75 ekor induk per hari (300 x 10/6 : 7). Biasanya seekor entok pejantan mampu mengawini 4 ekor bebek induk. Sedangkan lama penetasan telur tiktok umumnya 32 hari. Ini lebih cepat dari telur entok yang biasanya 35 hari, atau lebih lambat ketimbang telur bebek yang 28 hari. Dalam waktu sekitar dua sampai dua-setengah bulan bayah (anak itik) sudah menjadi tiktok pedaging dengan berat sekitar 1,8 kg sampai 2 kg.

BUDIDAYA BEBEK TIKTOK Itik jantan kawin dengan entok betina sudah lumrah. Tetapi perlu teknik tersendiri untuk mengawinkan itik betina dengan entok jantan yang melahirkan tiktok ini. Tktok adalah anak hasil kawin suntik antara itik betina dengan entok jantan. Mungkin bagi sebagian masyarakat kita, nama ini terdengar asing. Tetapi, akan terdengar akrab di telinga, jika kita menyebut nama lainnya yaitu serati, beranti, togri, ritog, tongki, atau mandalung. Di samping itu, perkawinan antara itik dengan entok juga bukan sesuatu yang aneh, sebab di alam perkawinan antara itik jantan dengan entok betina sering terjadi.Kebetulan kromosom (sel pembawa sifat, red.) mereka sama jumlahnya, sehingga dalam perkawinan tersebut sangat mungkin terjadi pembuahan. Tetapi, anak yang dilahirkan akan steril atau mandul. Di sisi lain, bobot tubuh entok betina lebih ringan daripada entok jantan, seukuran itiklah, jelas Falinus Simanjuntak, pencetus istilah Tiktok.Namun, pria yang akrab disapa Linus ini melanjutkan, berbeda dengan tiktok yang merupakan hasil perkawinan antara entok jantan dengan itik betina. Perkawinan ini sebenarnya tidak mungkin terjadi, mengingat ukuran dan bobot entok jantan yang jauh lebih besar dan berat daripada itik betina. Karena itu, dilakukan dengan kawin suntik (artificial insemination). Di samping itu, perkawinan antara entok jantan (rata-rata berbobot 5 kg) dengan itik betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) akan menghasilkan tiktok seberat minimal 3 kg. Sedangkan perkawinan entok betina (rata-rata berbobot 1,5 kg) dengan itik jantan (rata-rata berbobot 1 kg) hanya akan menghasilkan bebek salah-salah, begitu istilah yang digunakan masyarakat Tanjung Balai, seberat 1 kg.Bebek betina akan bertelur selama tiga hingga empat bulan. Telur-telur yang dihasilkan bebek betina yang telah disuntik sperma entok, tetap dianggap sebagai telur bebek. Karena selama ini bebek selalu diternakkan, maka mereka sudah lupa caranya mengerami sehingga harus dibantu dengan mesin tetas. Uniknya, bila telur bebek menetas setelah 28 hari dierami dan telur entok menetas pada hari ke-35, maka tiktok akan menetas pada hari ke-32 (28 hari + 35 hari = 63 hari : 2). Jika diberi makan makanan yang berkualitas, induk tiktok ini mampu berproduksi hingga 70% (120 hari x 70% = 84 butir), kata mantan Direktur Kebun Binatang Ragunan ini.Perlu diketahui, itik betina mampu bertelur sejak berumur enam bulan sampai berumur 2,5 tahun. Pada tahun pertama, mereka mampu menghasilkan 90% (100 butir). Tetapi, setelah berumur lebih dari 2,5 tahun, produksi telurnya akan menurun hingga 20% (24 butir). Biasanya, saat produksi telurnya menurun 40% hingga 20%, di kalangan peternak berarti tanda bahwa masa hidupnya harus diakhiri. The time is up, imbuhnya.Dalam budidaya tiktok, ia menambahkan, tidak harus menggunakan bebek dan entok jenis tertentu, tetapi yang berasal dari bibit unggul, sehingga dagingnya mulus dan tampak bagus. Saya sarankan kalau bisa tiktoknya berbulu putih mulus. Sebab, dagingnya yang juga putih mulus akan tampak lebih menarik bagi konsumen. Hal ini hanya akan terjadi bila yang dikawinkan adalah entok jantan dan bebek betina yang keduanya berbulu putih. Saat ini, saya sedang mengawinkan bebek Peking (yang pada dasarnya memang berbulu putih dan berukuran besar) dengan bebek biasa (kalau bisa bebek Alabio), sehingga nantinya akan dihasilkan Peking Alabio atau Peking lokal dengan aneka macam warna. Setidaknya, Peking lokal ini memiliki 50% gen bulu putih. Selanjutnya, Peking lokal betina dikawinkan dengan entok jantan berbulu putih, sehingga lahirlah tiktok yang cenderung berbulu putih mengingat mereka memiliki 75% gen bulu putih. Selain itu, daging mereka pun cenderung lebih besar, ucap pemilik 400 bebek dan 40 entok ini.Selain mempunyai daging yang besar, tiktok juga rendah lemak (hanya 1% di bagian dada dan 1,5 %

di bagian paha sedangkan ayam broiler 1,3% di bagian dada dan 6,8% di bagian paha, red.) dan pemakan segalanya sehingga cost production-nya pun rendah. Dagingnya lebih enak dan empuk daripada daging ayam atau bebek, ujar Linus yang secara rutin memasok tiktoknya ke rumah makan di kawasan Kemang dan Pancoran, serta menjual 100 ekor/minggu ke para petani di sekitar tempat tinggalnya yaitu Desa Bedahan, Sawangan, Depok. Tiktok juga mewarisi daya tahan induknya terhadap berbagai virus yang menyerang unggas, virus flu burung misalnya. Virus flu burung lebih banyak menyerang ayam dan burung puyuh, sedangkan pada itik tidak berpengaruh banyak. Dalam hal ini, bebek hanya sebagai reservoir, mediator, atau perantara ke pihak lain. Kondisi ini memudahkan para petani atau peternak untuk memeliharanya dan dalam skala kecil tidak akan berdampak kerugian apa pun, imbuh Linus yang telah mengembangkan tiktok sejak tahun 2001. Nah, tunggu apa lagi.Analisa bisnis budidaya tiktok periode dua bulanBagi Anda yang berminat membudidayakan tiktok, tapi tidak mau repot harus memulainya dari awal mengingat proses budidaya ini menelan biaya yang tidak sedikit dan memerlukan tenaga ahli dalam proses perkawinannya, dapat langsung dengan membeli anakan tiktok ke peternakannya, membesarkan hingga berumur dua bulan, dan lalu menjualnya. Untuk budidaya tiktok skala rumah tangga, berikut perhitungan bisnisnya:

Biaya sarana produksi Pembelian DOT (Day Old Tiktok) 100 ekor tiktok umur sehari @Rp5.500,Pembelian pakan starter (500 gr/ekor)Rp1.500,-(1 kg pakan = Rp3.000,-) x 100 ekor tiktok

Rp Rp Rp

550.000, 150.000,700.000,-

Harga jual tiktok umur dua bulan per ekorRp25.000,- x 90 ekor (dengan asumsi kematian 5% atau 5 ekor) Rp 2.250.000, - Laba ( B-A) Rp 1.550.000,NB. Dalam budidaya tiktok skala rumah tangga, tanpa kandang tidak masalah tetapi tiktok yang berumur sehari membutuhkan lampu berkekuatan 40 watt atau lampu minyak tanah hingga mereka berumur dua minggu, agar tubuh mereka selalu hangat. Selain itu, dalam perawatannya tidak memerlukan tenaga kerja atau dapat dikerjakan sendiri. PATI: Leyeh-leyeh yang Menguntungkan Ibarat sambil menyelam minum air, mandi, keramas, mencuci baju, dan sebagainya, begitulah tehnik membudidayakan padi, azolla (sumber nitrogren alternatif, red.), tiktok (anak hasil kawin suntik antara itik dengan entok, red.), dan ikan yang disingkat PATI ini. Dikatakan demikian, sebab dengan sistem PATI, seorang petani yang memiliki tanah (baca: sawah, red.), misalnya, seluas 1 ha, cukup mengeluarkan modal Rp15 juta untuk membeli padi dan membiayai pengolahannya. Tapi, ia tidak perlu membeli pupuk dan obat pemberantas hama, kata Falinus Simanjuntak. Selanjutnya, petani tersebut mengeluarkan biaya lagi sebesar Rp7 juta (normalnya Rp10 juta, red.) untuk membeli tiktok dan ikan. Hasilnya? Berlipat ganda

sekaligus membuat kita kembali ke alam dan bebas dari insektisida. Padahal, teknologinya sederhana dan modalnya relatif kecil, jelas pria yang menemukan teknologi PATI ini pada tahun 2006. Caranya, ia melanjutkan, masukkan tiktok yang telah berumur dua minggu ke sawah yang sudah ditanami padi. Tiktok seumur itu sudah mampu mencari makan sendiri dan mereka akan memakan serangga apa pun yang terdapat di sini. Mereka juga akan matun (Jawa: membersihkan segala tanaman liar yang tumbuh di sawah, red.). Di sisi lain, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk oleh sang padi, ujarnya. Setelah itu masukkan azolla yang berfungsi menyuburkan tanah, sehingga begitu padi selesai dipanen, sawah dapat segera ditanami kembali. Imbasnya, kita memiliki tiga kali musim tanam dan panen dalam setahun (normalnya dua kali musim tanam dan panen dalam setahun, red.). Di sisi lain, azolla yang merupakan tumbuhan paku air mini ini juga dapat dijadikan makanan tiktok, tambahnya. Terakhir, masukkan ikan yang akan memakan jentik-jentik di sawah. Sedangkan kotorannya dapat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara dalam tanah. Hasil yang didapat petani meski tidak secara bersamaan karena masing-masing memiliki masa panen yang berbeda yaitu padi organik dengan hasil melimpah dan bagus, ikan-ikan yang tumbuh besar tanpa perlu diberi makan, dan tiktok yang telah siap dipotong. Sedangkan petaninya leyeh-leyeh (Jawa: santai, red.) saja, tegasnya. Tidakkah Anda tergiur? BERITA - peluang-bisnis.infogue.com - Selingkuh ternyata bukan cuma monopoli manusia. Bebek betina dah entok jantan biasa melakukannya. Malah, perselingkuhan bebek dan entok ini sudah menelurkan anak bernama tiktok. Bagi Santoso, peternak bebek asal Depok, Jawa Barat, tiktok adalah sumber rezeki. "Saya mengawinkan itik betina dengan entok jantan. Orang lain biasanya melakukan kebalikannya," ujarnya. Tubuh tiktok jauh lebih bongsor ketimbang bebek. Soal rasa, daging tiktok tak kalah dengan daging bebek. Kini, Santoso benar-benar menikmati laba gurih dari berjualan daging tiktok.Pria yang beternak unggas sejak 1985 menjelaskan bahwa beternak tiktok lebih murah ketimbang beternak bebek. Maklum, Tubuh tiktok lebih cepat gede ketimbang bebek. Dengan begitu, ongkos merawat tiktok juga lebih sedikit. Untuk membesarkan tiktok hingga mencapai berat dua kilogram (kg), Santosa mengaku hanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua bulan. "Kalau bebek biasa, setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima bulan," ujarnya. Soal makanan, tiktok juga terbilang tidak rewel. Hewan ternak ini doyan makan apa saja, mulai dari dedak, hingga limbah dapur. Cuma, Santoso memiliki ramuan khusus untuk makanan tiktok. Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara, untuk limbah roti, harga per kg Rp 5.000. Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar enam kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini, Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. "Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan," Warnya.

Santosa mengaku tidak sulit mendapatkan bahan makanan bebek. Bahan ini tetsedia di banyak toko penjual makanan ternak. Santoso juga mengatakan bahwa modal berbisnis ini tidaklah terlalu banyak. "Waktu tahun 1985, modal saya hanya Rp 1 juta," ujarnya. Untuk mendapatkan tiktok, tergolong mudah. Santoso mengungkapkan, hampir setiap hari, ia mengawinkan beberapa pasang itik dan entok. Dari hasil persilangan itu, Santoso bisa mendapatkan 30-50 butir telur. Ia selanjutnya memasukkan telur dalam inkubasi sebagai media penetasan. Lama penetasan sebulan. Setelah menetas, bayi tiktok siap dibesarkan, dan siap dipotong setelah berumur dua bulan. Telur agak sensitif Cuma, Santoso mewanti-wanti. Proses penetasan merupakan bagian yang sangat menentukan. Proses melakukan inkubasi, misalnya, harus dilakukan secara hati-hati. Soalnya, telur-telur ini agak sensitif. "Bisa-bisa tidak jadi bebek atau pertumbuhannya lambat," ujar Santosa. Untuk pemilihan induk yang akan dikawinkan, Santoso mempunyai itik sebanyak 300 ekor dan entok sebanyak 20 ekor. "Saya harus menyiapkan induk sebanyak itu. Kalau kurang, saya akan membeli itik atau entok lagi," ujarnya. Saat ini, Santoso bisa menghasilkan 100 ekor tiktok dewasa setiap hari. Cuma, ia belum bisa melayani pesanan tiktok dari restoran lain. Maklum, seluruh tiktok itu masih menjadi sumber pasokan bagi restoran miliknya. Di restoran, ia menjual per ekor tiktok seharga Rp 60.000. "Saya mengambil untung Rp 10.000 per ekor," ujarnya. Santosa mengaku memprioritaskan hasil silangan tiktok untuk memasok kebutuhan restorannya. Padahal, menurutnya, permintaan dari luar hasil ternak silangannya ini lumayan besar. "Saya sering didatangi restoran yang meminta saya memasok bebek ke mereka," ujarnya. Kalau dijual di pasar, harga tiktok bisa seharga Rp 40.000 - 50.000 per ekor. Sayang, Santosa enggan blak-blakan soal berapa keuntungan bersih yang diraupnya dari bisnis anak persilangan itik dan entok itu.Santoso mengklaim, protein daging tiktok lebih tinggi ketimbang bebek, sedangkan kolesterol tiktok lebih rendah dibanding bebek biasa. "Saya sudah mengetes di laboratorium IPB dan ada sertifikatnya," ujarnya. Santoso mengatakan, bisnis ternak bebek silangan ini masih mempunyai prospek bagus. Selain bisa menghasilkan puluhan juta per bulan, memelihara tiktok juga semudah memelihara bebek. Tiktok termasuk unggas yang bandel dan tahan banting. Tiktok juga relatif tahan terhadap virus flu burung. "Tinggal sediakan lahan saja, bebek itu akan hidup sendiri," ujarnya. (Lamgiat Siringoringo)

Anda mungkin juga menyukai