Anda di halaman 1dari 5

WUJUD/ MAUJUD DAN MAUJUDAT TUHAN Wujud/maujud adalah wujud yg berdiri sendiri.

Secra esensial tidak bertentangan sedikit pun. Secara mutlak tidak bergantung pada wujud lain, istilah seperti ini disebut sebagai wajib al-wujud. Wajib al-wujud adalah wujud yg menurut akal harus ada dan mustahil tidak ada. Adapun mumkin al-wujud adalah wujud yg menurut akal tidak harus ada, tidak harus tidak ada (tidak mustahil ada), tetapi boleh ada dan boleh pula tidak ada. Wajib al-wujud dibagi menjadi 2 kategori : 1. Wajib al- wujud bi zatih ( yang harus ada dan yang harus selamanya ada karena dirinya sendiri). 2. Wajib al- wujud bi gairih (yang harus ada karena yang lain). Yg terakhir ini harus ada apabila yg lain ada, akan tetapi apabila yg lain tidak ada, ia tidak harus ada karena ia sebenarnya mumkin al-wujud bi zatih( Wujud yg dilihat dari sudut dirinya boleh ada, boleh tidak ada, tidak harus ada, tidak harus tidak ada, atau tidak mustahil ada ) Contoh : apabila ada dua dan tiga, harus ada lima karena adanya dua dan tiga itu. Apabila dua dan tiga tidak ada, lima tidak harus ada. Wujud pada system pemikiran ibnu Arabi adalah realitas utama tunggal. Ia adalah realitas bi la kayfa. Di luar dirinya, tiada yg real. Sudah tentu, tidak akan ada wujud yg wajib diluar keberadaannya sebagai satu eksistensi. Semua masuk dalam kategori imkan, mumkin al- wujud. Memahami teorema ini sama dengan memahami matahari dengan cahayanya, atau memahami cahaya dengan warna. Wujud yg satu itu menjadi sumber utama lahirnya wujud wujud mumkin. Kedua wujud ini berada didalam satu modalitas. Akan tetapi berbeda derajat eksistensinya. Secara filosofis, argument imkan dan wujud bersandar pada 4 mukadimah : 1) Tak satupun mumkin al-wujud secara esensial adalah niscaya (dharuri). Artinya, ketika akal mengonsepsi kuiditasnya, hubungannya ada dan tidak ada, adalah sama. Karena itu, tanpa keberadaan sebab, emiliki sieksistensinya tidak akan meniscaya. 2) Tak satupun maujud dapat mengada tanpa sampai pada titik keniscaya, artinya, sesuatu yg wujudnya belum niscaya, tidak akan mengada. Wujud yg secara esensial niscaya dengan dirinya sendirinya, adalah wajib al- wujud. Adapun mumkin al- wujud adalah maujud yg hanya mengada jika suatu sebab eksistensinya. 3) Maujud yg secara esensial tidak memiliki keniscayaan. Maka untuk mengada, ia harus diberikan sifat keniscayaan dari wujud lain. Wujud lain itu adalah sebab sempurna. Dialah yg menjadikan akibat, yakni bahwa keniscayaan wujud akibat itu berasal darinya. Keniscayaan wujud akibat ini, dalam istilah filsafat disebut dharuri bi ghair (keniscayaan lantaran wujud lain) 4) Daur (siklus) dan tasalsul (mata rantai yg tidak terbatas) dalam prinsip kausalitas adalah mustahil.

Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa argument tentang keniscayaan eksistensi wajib al- wujud sbb : maujud- maujud alam semesta semuanya mengada karena sifat dharuri bil- ghair. Sebab semuanya adalah mumkin al- wujud, yg secara esensial tidak memiliki sifat niscaya. Cakupan wujud tuhan sbb : 1. Pengertian wajib al- wujud adalah yg mesti ada, sedangkan mumkin alwujud yg boleh ada. 2. Wajib al- wujud adalah yg menurut akal mesti ada dan mustahil tidak ada. 3. Mumkin al- wujud adalah wujud yg menurut akal tidak mesti ada. ( tidak mustahil ada), tetapi boleh ada dan pula tidak ada. 4. Wajib al- wujud merupakan kebaikan yg sempurna bukan himpunan, bukan materi potensi, ia sepenuhnya akal dan maqul , bersifat absolut dan esa hakiki. 5. Mumkin al- wujud merupakan wajib al- wujud karena yg lain adalah segenap alam yg di ciptakannya. Sifat wajib bagi alloh yg 20 dapat dibagi menjadi empat : 1) Sifat nafsyah, yaitu sifat yg berhubungan dengan sifat diri dzat alloh SWT. Adapun yg termasuk kelompok sifat nafsiyah adalah wujudu. 2) Sifat salbiyah, yaitu sifat alloh yg menolak atau menafikkan sifat sifat yg tidak sesuai atau tidak layak bagi alloh SWT. Sifat sifat tersebut adalah, al-qidamu, menafikkan al- hudutsu, al- bagau menafikkan al- fanau, almukhaalafatu lit hawaditsi menafikkan al- mumatsalathu lilhawaditsi, alqiyamu binafsihi menafikkan al- ihtiyaju ila ghairihi, dan al- wahdaniyatu menafikkan at- taaddudu. 3) Sifat maani, yaitu sifat yg memastikan bahwa yg di sifati itu memiliki sifat tersebut. Maksudnya, sifat- sifat wajib bagi alloh dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia serta dapat meyakinkan kepercayaan seseorang sebab dapat dibuktikan kebenarannya oleh panca indera manusia. 4) Sifat manawiyyah, yaitu sifat yg berhubungan dengan sifat maani atau kelanjutan dari ketujuh sifat maani, yaitu kaunuhu qadiran, kaunuhu nuridan, kaunuhu aliman, kaunuhu hayyan, kaunuhu samian, kaunuhu bashiran, kaunuhu mutakkaliman.

Anda mungkin juga menyukai