Metode aktuasi:
1. 2. 3. 4. 1. Mekanik Elektrik Pneumatik Kombinasi Mekanik a. Operasi manual b. Tombol c. Operasi tuas d. Pedal kaki e. Pegas f. Operasi rol g. cam
2. a. b.
Katup 1 arah dan turunannya Katup 1 arah (check valve) Merupakan dasar untuk mengembangkan bbrp kombinasi komponen. Katup 1 arah dengan pegas atau tanpa pegas.
Katup 2 tekanan fungsi AND Katup pembuang cepat Katup kontrol aliran Mengatur besarnya aliran Dapat diatur besar alirannya, dengan penambahan katup 1 arah. Tanda panah menunjukkan komponen dapat mengatur besarnya aliran , bukan arahnya.
Katup pengatur tekanan Dapat digunakan untuk mengatur tekanan dengan cara pengaturan pegas. Symbol 2 yang ada berdasarkan: Penerimaan tekanan; dari hulu, hilir atu luar Dengan relief atau tanpa relief serta fluktuasi tekanan Dapat diatur atau tidak dapat diatur Adapun pernyataan simbol menunjukkan katup tekanan adalah katup posisi tunggal yang lintasan dapat terbuka atau tertutup sejak awalnya. Katup pengatur tekanan aliran selalu terbuka . Katup tekanan sekuens terbuka bila tekanan rendah mencapai harga yang diatur dengan kekakuan (stiffness coefficient) pegas
Karakteristik kinerja silinder 1. Gaya Piston 2. Panjang langkah 3. Kecepatan piston 4. Konsumsi udara 5. Perbandingan kompresi (compression ratio) Hubungan paralel pada sistem pneumatik Jika bbrp komponen dihubungkan secara paralel, maka flow coefficient adalah jumlah dari flow coefficient masing2 unit paralel tersebut (utk 3 komponen paralel)
Cv ! Cv1 Cv 2 Cv 3
Hubungan seri pada sistem pneumatik Jika bbrp komponen dihubungkan secara seri, maka flow coefficient (untuk 3 komponen seri) adalah:
1 1 1 1 ! (Cv ) 2 (Cv1 ) 2 (Cv 2 ) 2 (Cv 3 ) 2
silinder kerja ganda dengan bantalan udara tetap tak dapat diatur
Aktuator Rotasi
Simbol pelengkap
Penamaan komponen dalam sistem Semua elemen pada posisi awal diaktifkan Ditandai dengan panah dari sumber tekanan 1(P) ke 2(A) saat tidak aktif Cam tidak menekan sehingga pegas akan mengembalikan posisi 2(A) terhubung dengan saluran buang.
1.0 1.3
2(A)
1.01
1(P)
1.1
3(R)
14(Z)
4(A)
2(B)
12(Y)
1.6
x
A 5(R) y
3(S)
1(P)
1.2
2(A)
1.4
2(A)
1.3
2(A)
1(P)
3(R)
3(R) 1(P)
1(P)
3(R)
0.1
Sinyal mengalir dari bawah rangkaian ke atas Gambar silinder arah horisontal Arah gerak silinder ke luar dari kiri ke kanan Sinyal yang diaktifkan dalam satu arah digambarkan dengan sebuah panah sebagai tanda Cam digambar dengan garis diarsir atau panah Sambungan ditandai dengan tanda dot pada persilangan garis.
Aktuator
Actuator dengan final control element Dapat digolongkan dalam beberapa kelompok: o Actuator gerak lurus(linier) Silinder kerja tunggal Silinder kerja ganda o Actuator gerak putar (rotari) Jenis ayun Motor pneumatik Rangkaian pengaturan sistem silinder pneumatik: o Rangkaian pengaturan silinder kerja tunggal o Rangkaian pengaturan silinder kerja ganda
Menggerakkan silinder: Perlu energi pneumatik, ke silinder final control atau katup kontrol arah. Arah gerakan diatur dengan katup tombol tekan. Masalah silinder kerja tunggal: Menggerakkan batang piston silinder kerja tunggal bergerak ke luar saat menerima udara tekan. Jika udara tekan dihilangkan ottomatis piston kembali ke posisi awal Solusi: Katup mengeluarkan sinyal saat tombol tekan ditekan, dan sinyal tidak ke luar saat tombol dilepas. Katup kontrol arah jalan 3/2 digunakan sbg katup pembangkit sinyal.
Penjelasan Kecepatan gerakan piston silinder ke luar dan ke dalam dapat berbeda. Gerakan ke luar dengan udara tekan. Gerakan balik dengan pegas jadi lebih lambat.
Posisi awal Tombol ditekan Tombol dilepas Penjelasan Kecepatan gerakan piston silinder ke luar dan ke dalam dapat berbeda. Gerakan ke luar dengan udara tekan. Gerakan balik dengan pegas jadi lebih lambat.
Flow coefficient ( CV ) Pada peralatan pneumatik Flow coefficient ( CV ) merupakan ukuran dari kemampuan peralatan untuk mengalirkan udara banyaknya udara yang dapat mengalir melalui berbagai katup secara tidak langsung dari besarnya Flow coefficient ( CV )
Q ! 0.98 C (P ( P2 14.7)
Dengan: Q = aliran udara [cu ft per min] CV = koefisien aliran P1 = inlet pressure (psig)
(P
Dengan mengetahui flow coefficient CV dan tekanan inlet dan outlet, maka debit aliran yang melalui katup (valve) dapat dihitung Perhitungan nilai flow coefficient CV juga diperlukan untuk pengoperasian silinder oleh valve (katup) Beberapa kurva dapat digunakan untuk menghitung flow coefficient CV dari katup yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan silinder dari berbagai ukuran. Ataupun pergeseran volume dari silinder dengan berbagai strokes dan diameter. Mengetahui volume silinder dan banyaknya strokes per menit oleh silinder dapat digunakan untuk menghitung nilai minimum dari CV yang membuat katup dapat mengoperasikan silinder
Rangkaian listrik ekivalen relay amplifier: Berupa 2 resistor variable dan 1 kapasitor parale dengan 1 resistor variable.
ARD P ! k y ARD P k
y !
Hubungan antara rs, rv dan y tergantung dari bentuk double valve Hubungan tersebut pada umumnya tidak linier
Prinsip kerja:
Gaya input naik , momen CCW Separasi jarak x turun nozzle back pressure P naik Pout naik Kenaikkan Pout kenaikan tekanan pada saluran transmisi dan juga feedback bellows yang mengakibatkan naiknya gaya feedback AB Pout . Ini menyebabkan kenaikan momen dengan arah CW yang melawan adanya kenaikan momen arah CCW karena gaya F. Beam akan berotasi , tekanan output berubah sampai momen2 dengan arah CW dab CCW seimbang sama. Flapper Nozzle dan relay mendeteksi adanya rotasi kecil pada beam karena adanya ketidakseimbangan torsi.
Keseimbangan torsi: Dengan asumsi torsi balans sempurna: TACM = TCM Pout AB a = F b + F0 a
Tekanan output proporsional dengan input gaya F Sensitivitas transmiter b/ (a AB ) tergantung perbandingan lengan dan luas permukaan bellows AB. Sensitivitas independen thd flapper nozzle, karakteristik relay dan catu tekanan.
a b
KB
KR
AB
Pout !
b F F o a AB AB