Anda di halaman 1dari 8

Disusun Oleh :

ELIZA HARI AZTITI 1110010

AKADEMI FARMASI AL-ISHLAH CILEGON 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. PEMBATASAN
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang betalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih majhu dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainya, dan juga masyarakat pada umumnya.

B. TUJUAN Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : 1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Manjamin keselamatan serta orang lain berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

C. KESELAMATAN KERJA DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan,cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

D. LATAR BELAKANG SOSIAL EKONOMIS DAN KULTURAL Keselamatan kerja ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang diperaktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan satu bagian dari keselamtannya ke arah yang jauh lebih tinggi. Proses pembinaan ini tak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia.

BAB II KECELAKAAN AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHANNYA

A. PEMBATASAN
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena itu dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaan. Kecelakan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan pada waktu kerja. maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu : 1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan 2. Kecelakaan terjadi pada saat pekrjaan sedang dilakukan. Terdapat tiga kelompok kecelakaan : 1. Kecelakaan akibat kerja di perusahaan 2. Kecelakaan lalu lintas 3. Kecelakaan di rumah Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. B. KERUGIAN YANG DISEBABKAN KECELAKAAN KERJA Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian : Kerusakaan Kekacauan organisasi Keluhan dan kesedihan Kelainan dan cacat Kematian

1. 2. 3. 4. 5.

C. SEBAB-SEBAB KECELAKAAN DAN PENCEGAHAN Kecelakaan ada sebabnya. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai Negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan, yaitu : 1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan 2. Keadaan lingkungan yang tidak aman

Pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerja sama keahlian dan profesi.

BAB III STATISTIK KECELAKAAN AKIBAT KERJA

A. PENGERTIAN
Statistik kecelakaan akibat kerja meliputi kecelakaan yang dikarenakan oleh atau di derita pada waktu menjalankan pekerjaan, yang berakibat kematian atau kelainan-kelainan dan meliputi penyakit-penyakit akibat kerja. Satuan perhitungan kecelakaan untuk statistic adalah peristiwa keelakaan, sehingga untuk seorang tenaga kerja yang menderita dua atau lebih kecelakaan di hitung banyaknya peristiwa kecelakaan tersebut. B. PERHITUNGAN ANGKA-ANGKA KECELAKAAN Perlu diperhitungkan jumlah tenaga kerja yang bekerja dengan menghitung angka frekuensi kecelakaan (F) yaitu banyaknya kecelakaan untuk setiap juta jam-manusia. Rumus : F = banyaknya kecelakaan x 1.000.000 / Jam-manusia total C. TINGKAT KEPERCAYAN Tingkat kepercayaan suatu statistik kecelakaan juga sangat tergantung ke standar statistik kecelakaan yang seragam. Misalnya : 1. Kematian , yaitu kecelakaan yang menyebabkan kematian 2. Cacat menetap, yaitu kecelakaan yang berakibat pembatasan gangguan fisik dan mental yang menetap 3. Cacat sementara, yaitu kecelakaa yang menyebabkan tidak mampu bekerja kurang 1 hari terjadi kecelakaan 4. Lain-lain yaitu kecelakan yang tidak termasuk ketiga golongan tersebut di atas. Untuk tingkat kepercayaan yang tinggi, laporan kecelakaan menurut bentuk diwajibkan atau dianjurkan harus diisi dengan seteliti-telitinya. yang

BAB IV SEJARAH PENCEGAHAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA

A. SEJARAH PURBAKALA
Masalah keselamatan dan kecelakaan pada umumnya sama tua dengan kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai sejak manusia bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan dan berkembangnya pengetahuan tentang baimana agar kecelakaan tidak terulang. Kemudian masalah keselamatn ini meluas ke yunani, romawi, dll. Aspek keselamatan terpenting adalah keselamatan perorangan.

B. SEJARAH KESELAMATAN KERJA DI INDONESIA Sejalan dengan sejarah purbakala, maka keselamatan dan kecelakaan juga sama tuanya dengan bangsa Indonesia. Namun pada saat itu, keselamatan, baik umum maupun khusus dalam kaitan pekerjaan, lebih bersifat perorangan. Demikian pula pada tingkat sejarah selanjutnya, keselamatam tentara dalam peperangan di jaman kerajaan yang dicipta oleh nenek moyang kita dahulu merupakan segi penting kehidupan. Sejak Indonesia merdeka, keselamatan kerja berkembang sesuai dengan dinamika bangsa Indonesia. Beberapa tahun setelah proklamasi kemerdekaan, undang-undang kerja dan undangundang kecelakaan diundangkan. Pada tahun 1973 berdiri ikatan Higene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja yang menghimpun juga profesi dalam keselamatan kerja. laboraturium keselamata kerja telah dibangun sejak tahun 1969 sampai sekarang. Dalam usia 10 tahun akhir ini, berkembang pula organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan. Pada tahun 1975, seminar nasional Higene Perusahaan dan kesehatan kerja mengambil tema penerapan keselamatan kerja demi pembangunan.

BAB V ORGANISASI KESELAMATAN KERJA

A. UMUM
Organisasi keselamatan kerja terdapat pada unsur pemerintah, dalam ikatan profesi, badan konsultasi dimasyarakat, di perusahaan dan lain-lain. Program pemerintah khususnya pembinaan dan pengawasan bersama dengan praktek keselamatan kerja di perusahaan isi mengisi, sehingga dicapai tingkat keselamatan di perusahaan yang setinggi-tinggi. Secara keilmuan, keselamatan kerja memerlukan keahlian lain, maka dari itu selain ahli atau teknisi keselamatan kerja masih diperlukan insinyur, dokter, ahli jiwa, ahli stastistik dan lain-lain.

B. ORGANISASI PEMERINTAH Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat terdapat dalam bentuk direktorat pembinaan norma keselamatan dan kesehatan kerja. direktorat jendral perlindungan dan perawatan tenaga kerja. fungsi direktorat antara lain : 1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan keja dibidang mekanik. 2. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam norma keselamatan dibidang listrik . 3. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja di bidang uap 4. Melakuakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja dibidang pencegahan kebakaran.

C. ORGANISASI DITINGAKT PERUSAHAAN Tujuan keselamatan pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut : Pencegahan terjadinya kecelakaan Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja Pencegahan menjadi sekecil-kecilnya terjadi kematian akibat kecelakaan karena pekerjaan Pencegahan sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan Pengamanan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja. instalasi,dll Peningkatan produktivitas keja Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber produksi Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman, dan aman Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrilisasi dan pembangunan.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

BAB VI PERUNDANG-UNDANGAN DALAM KESELAMATAN KERJA

A. UMUM
Undang undang dasar 1945 mengisyaratkan hak setiap warga Negara atas pekerjaan dan penghasilan yang kayak bagi kemanusiaan. Pekerjaan baru memenuhi klayakan bagi kemanusiaan, apabila keselamatan tenaga kerja sebagai pelaksananya adalah terjamin. Kematian, cacat, cedera, penyakit dan lain-lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekrejaan bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD 1945 lahir undang-undang dan ketentuan pelaksananya dalam keselamatan kerja.

B. UNDANG-UNDANG KECELAKAAN (1947-1951) Undang-undang ini diundangkan pda tahun 1947 dan dinyatakan berlaku pada tahun 1951. Undang-undang kecelakaan menentukan panggantian kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka dari tiu nama undang-undang kecelakaan adalah kurang tepat. Dibeberapa Negara digunakan penamaan undang-undang kompenasi pekerja.undang-undang kecelakaan perlu ditinjau kembali. Apabila dilihat dari sudut besarnya kompensasi yang tidak mencukupi dan sebagai penilai hebat-tidaknya suatu cacat tidaklah cukup factor anatomis dan faal saja, maliankan harus diperhatikan pula factor psikologis , sosial, dan ekonomis.

BAB VII FAKTOR MANUSIAWI

A. PENDAHULUAN
Faktor manusia dalam kecelakaan ,arypakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. pada pelaksaannya terdapat beberapa pendekatan. Keperluan untuk merumuskan tindakan keselamatan dan kesehatan dalam hubungan factor manusia adalah akibat dari kecenderungan yang membedakan factor manusiawi terhadap factor teknis dan besarnya penekanan tentang pentingnya factor manusiawi.

B. FAKTOR MANUSIAWI DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN Analisa kecelakaan yang ditujukan kepada factor manusia memiliki kerugian, tetapi mungkin memberikan bahan berguna untuk pencegahan kecelakaan. Kerugian terpenting adalah kenyataan bahwa tenaga kerja atau kelompok tenaga kerjalah yang dipersalahkan, sehingga dianggap bahwa investasi dalam keselamatan, kurang penting. Sebaliknya penelitian factor manusiawi akan memberikan kejelasan tentang kesalahan dalam system manusia-mesin, pengaruh yang tak menguntungkan dai factor lingkungan. Kesemuanya ini dapat di perbaiki dengan penggunaan alat keselamatan, peniadaan sikap negative melalui keserasian yang lebih baik dalam hubungan pengusaha dan buruh, dan pengaturan sistem produksi secara nasional. Dalam hubungan kecenderungan untuk tertimpa atas dasar kelainan pengendalian per syarafan dan otot, sangat baik apabila kelainan tersebut ditemukanpada pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan sebelum tenaga kerja dihadapkan dengan bahaya kecelakaan. Selain pemeriksaan medis, ada manfaatnya dipakai pengujian psikologis.

Anda mungkin juga menyukai