Anda di halaman 1dari 14

Pe l a j a r a n

7
Pendidikan
Presiden Soekarno adalah salah satu orator terbaik di dunia. Kesuksesannya dalam menggalang pejuang patut kita hargai. Hal yang beliau tonjolkan dalam perjuangan adalah dengan berbahasa, karena dengan bahasa beliau mampu membakar semangat para pejuang. Ragam bahasa memegang peran penting dalam proses komunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, ragam sosial memegang peranannya. Adapun dalam ragam ilmiah hal tersebut sangat berguna untuk proses komunikasi yang komunikatif antara penyaji dan penelaah ataupun pembaca.

Sumber: www.anri.go.id

Peta Konsep

Membaca teks pidato metode impromtu


terdiri atas

metode menghafal

metode naskah metode ekspektoran Keterampilan berbahasa


terdiri atas

Pidato tanpa teks ekspresi


terdiri atas

intonasi

Menggunakan ragam bahasa


kelanjutan

persetujuan sesuai konteks dan situasi

Alokasi waktu untuk Pelajaran 7 ini adalah 11 jam pelajaran. 1 jam pelajaran = 45 menit

114

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Membaca Teks Pidato

Pada pelajaran ini, Anda akan belajar membacakan teks pidato. Di Kelas X dan XI, Anda telah mempelajari pidato. Dalam pidato, dikenal beberapa teknik berpidato, yaitu metode impromtu, metode menghafal, metode naskah, dan metode ekstemporan. Tujuannya, agar Anda terlatih berpidato dalam acara apapun sebelum berpidato tanpa teks.

Pidato adalah salah satu sarana mengekspresikan sekaligus menyampaikan informasi secara persuasif. Pidato dengan metode impromtu dilakukan secara spontan. Artinya, pidato yang disampaikan tanpa persiapan sama sekali. Orang yang mampu melakukan pidato dengan teknik ini adalah mereka yang sudah berpengalaman tampil berpidato. Pidato yang dilakukan dengan membaca naskah biasanya dipergunakan untuk pidato yang bersifat resmi. Ada pula metode pidato menghafal naskah. Pidato dengan cara ini kurang komunikatif karena si pembicara terpaku pada teks/ naskah yang dihafalkan. Jenis pidato lainnya yaitu dengan metode ekstemporan. Pada metode ini, si pembicara membuat persiapan berupa catatan atau kerangka yang dikembangkan pada saat pidato disampaikan. Di samping itu, cobalah Anda perhatikan orang yang mendengarkan pidato Anda. Acuhkan sejenak pandangan mata Anda kepada pendengar. Dengan demikian, pendengar akan merasa dihargai dan seakanakan diajak terlibat dalam pembicaraan yang Anda sampaikan. Jika pendengar setuju dengan hal yang disampaikan, biasanya merespons dengan mengangguk-anggukkan kepala. Bacalah teks pidato berikut.

Pidato Menteri Pendidikan Nasional


Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2003. Assalamu'alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua, Saduara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai! Sejak kelahiran tokoh perintis pendidikan nasional kita Ki Hadjar Dewantara, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional, maka setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia, khususnya kalangan masyarakat pendidikan, memperingati Hari Pendidikan Nasional itu. Dan tema yang kita angkat adalah Dengan Semangat Hardiknas Kita Mantapkan Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka Membangun Manusia Indonesia yang Berkualitas. Pembangunan pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan proses yang tidak berakhir serta bergerak secara dinamis sejalan dengan perkembangan zaman. Jauh sebelum Indonesia merdeka, para pejuang dan perintis kemerdekaan telah memulai meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional. Mengingat pendidikan nasional itu mempunyai peran strategis bagi terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang berjiwa nasional. Karena dasar pembangunan masyarakat yang nasional adalah pendidikan yang nasional. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai! Selama 57 tahun lebih bangsa Indonesia merdeka upaya untuk memperbarui sistem pendidikan nasional terus dilakukan agar mampu

Aktualisasi Diri

115

menjawab berbagai perubahan, terutama perubahan global internasional yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada era reformasi sekarang ini bangsa Indonesia dihadapkan kepada tiga tuntutan mendasar di bidang sistem pendidikan nasional. Pertama, memperkuat hasil-hasil yang telah dicapai selama 57 tahun lebih merdeka; kedua, mengantisipasi era global pendidikan; ketiga, mewujudkan otonomi dan demokratisasi serta partisipasi maupun tuntutan masyarakat dan peserta didik.

Sumber: www.tokohIndonesia.com

Menyadari hal itu,yang sekaligus sebagai wujud pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional

20002004, di bidang pendidikan, pemerintah telah menempuh berbagai langkah strategis terutama untuk mengembangkan suatu orientasi pendidikan yang berbasis masyarakat luas (Broad Base Education) dengan penekanan pada kecakapan/kesiapan untuk hidup (life skills). Orientasi ini sangat penting dan mendesak, mengingat 70% lebih peserta didik kita memerlukannya, terutama bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan yang putus sekolah. Khusus tentang sistem pendidikan nasional itu sendiri, juga diperlukan pembenahan lebih mendasar. Oleh karena itu, pembahasan Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang kini ditangani oleh Panitia Kerja DPR dan pemerintah merupakan bagian penting untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kokoh bagi kepentingan masa depan bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan semangat dan citacita reformasi sebagaimana yang diamanatkan dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai! Proses penyusunan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional memang bersifat terbuka. Artinya, dapat mewadai seluruh aspirasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang sangat majemuk ini. Mengingat pendidikan mempunyai peranan penting untuk membentuk akhlak serta budi pekerti mulia dan dalam mencerdaskan bangsa serta untuk menanamkan ideologi dalam proses integrasi nasional, maka seluruh isi, jiwa serta semangat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang akan datang harus mampu membingkai peranan tersebut. Dengan demikian perbedaanperbedaan yang ada dan muncul di tengah-tengah pembahasan Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional sekarang ini hendaknya tidak disertai sikap apriori serta berkepanjangan, tetapi justru dalam semangat . Sumber: www.cybereduindosat.com

Uji Materi
1. 2. Bacakanlah naskah pidato tersebut secara bergantian dengan intonasi yang tepat. Berikan penilaian dan tanggapan terhadap pembacaan yang dilakukan teman Anda dengan menggunakan format penilaian berikut. Perbaikilah kekurangan dalam isi laporan tersebut berdasarkan tanggapan yang Anda berikan.

3.

116

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Nama: ....

Tabel 7. 1 Format Penilaian Teks Pidato No. 1. 2. 3. 4. 5. Penguasaan materi Intonasi Ekspresi (gerak-gerik) Kejelasan lafal Sikap beridiri Jumlah total nilai
Keterangan: rentang skor antara 020 untuk setiap aspek.

Aspek yang Dinilai

Nilai/Skor

Kegiatan Lanjutan
Buatlah sebuah naskah pidato dengan tema lingkungan dengan memperhatikan kata-kata kunci. Kemudian, bacakan hasilnya dengan memperhatikan intonasi, lafal, dan ekspresi yang tepat.

Info Bahasa
Sejarah Retorika Sejarah perkembangan retorika sangatlah penjang, bahkan sepanjang kehidupan manusia dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Pada awalnya, yang berhak menyusun dan menyampaikan pidato adalah orang yang memiliki status tinggi. Pidato biasanya disampaikan pada acara-acara tertentu seperti upacara kematian, kelahiran, dan perkawinan. Dalam sejarah, tokoh pidato bernama Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Kemudian, ia membagi pidato menjadi lima bagian yaitu, pembukaan, uraian, argumen, penjelasan, dan kesimpulan. Dunia retorika terbagi dalam tiga peradaban utama, yaitu retrotika zaman Romawi, retorika abad pertengahan, dan retorika modern yang sekarang kita aplikasi dan implementasikan.

Aktualisasi Diri

117

Pidato Tanpa Teks

Pada pelajaran yang lalu, Anda telah belajar membacakan teks pidato dengan memerhatikan lafal, intonasi, dan eksprsei yang tepat. Dalam pelajaran ini, Anda akan kembali belajar berpidato. Namun, pidato yang akan disampaikan adalah pidato tanpa teks. Anda harus memerhatikan intonasi suara saat menyampaikan pidato

Dalam pembelajaran 6A, Anda telah belajar membaca pidato. Sekarang, Anda akan belajar menyampaikannya tanpa teks. Dalam teknik berpidato, dikenal metode menghafal teks dan metode impromtu. Bagi pemula yang ingin belajar berpidato tanpa teks, sebaiknya metode yang digunakan adalah menghafal teks pidato terlebih dahulu. Akan tetapi, jika telah berpengalaman, Anda dapat berpidato dengan metode impromtu atau metode ekstemporan. Selain pelafalan, intonasi, dan ekspresi yang tepat, Anda juga harus memerhatikan sikap atau gaya Anda dalam berpidato. Usahakan sikap yang ditampilkan wajar dan sesuai dengan situasi pidato. Jika tampil dalam acara resmi, Anda harus menggunakan pakaian yang rapi dan sopan. Berusahalah untuk tidak terlalu menggurui pendengar. Lihatlah situasi pendengar pada saat menyampaikan pidato. Di samping itu, perhatikan pula penggunaan bahasanya. Sampaikanlah materi pidato dengan bahasa yang efektif dan komunikatif. Agar Anda tampil percaya diri, berlatihlah sebelumnya. Sebagai bahan berlatih, hafalkan teks pidato berikut. Setelah itu, berpidatolah di depan kelas.

Salam sejahtera, Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada pembawa acara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berpidato. Hadirin yang saya hormati. Seperti yang kita ketahui, bahwa kurikulum yang berlaku sekarang ini menuntut para siswa untuk dapat mengembangkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Hal ini bertujuan agar para siswa nantinya memiliki berbagai kecakapan hidup yang benar-benar bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya. Hadirin yang saya hormati, Di sekolah ini, kami selalu berusaha semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan amanat kurikulum tersebut. Salah satu cara yang kami laksanakan adalah menyelenggarakan program unggulan. Program ini terdiri atas program unggulan

akademik dan nonakademik. Program unggulan tersebut merupakan wadah bagi para siswa untuk melatih dan mengembangkan minat, bakat, potensi, serta kompetensi yang sesuai dengan keinginan para siswa. Setiap program unggulan dibina oleh seorang pembina dan pelatih. Para pelatihnya kami ambil dari para praktisi di bidangnya masing-masing. Hadirin yang saya hormati. Hasil binaan para pembina dan pelatih tersebut tentu saja harus dievaluasi. Apakah hasilnya sudah memenuhi tuntutan kurikulum atau belum. Salah satu cara untuk mengevaluasinya adalah dengan diselenggarakannya festival kreasi siswa ini. Dengan dilaksanakannya festival ini, evaluasi dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh pihak sekolah, orangtua maupun masyarakat secara umum. Kami melaksanakan festival ini terbuka untuk umum.

118

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Tujuannya agar masyarakat mengetahui potensi dan kompetensi yang dimiliki para siswa. Melalui festival ini, para siswa dapat berunjuk gigi dan bersaing secara sehat untuk memperlihatkan dan menampilkan kecakapan yang dimilikinya kepada masyarakat. Oleh karena itu saya menyambut dengan antusias acara festival ini. Saya berharap agar kegiatan ini dapat terus dilaksanakan dengan kualitas dan kuantitas yang semakin tinggi. Hadirin yang saya hormati. Terakhir saya mengajak kepada semua pihak agar dapat membantu, mendorong, dan memotivasi

kegiatan ini. Saya yakin, kegiatan ini akan menjadi ajang persaingan siswa yang sehat. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada para sponsor yang telah ikut serta mendanai kegiatan ini. Dengan dukungan seperti ini, insya Allah kualitas pendidikan di sekolah ini akan semakin meningkat. Kepada para siswa, saya ucapkan selamat berkarya dan semoga segalanya menjadi bekal hidup kalian. Demikianlah uraian yang dapat saya sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat. Terima kasih.

Uji Materi
1. Pada saat teman Anda berpidato, berilah penilaian dan catatlah kekurangannya yang perlu diperbaiki. Untuk memudahkan Anda, gunakanlah format penilaian berikut.
Tabel 7. 2 Format Penilaian Pidato Tanpa Teks No. Nama Aspek yang Dinilai volume lafal ekspresi suara Keterangan

intonasi

sikap

Keterangan skor: sangat baik baik kurang sangat kurang

: : : :

80100 7079 6069 5059

2.

Sampaikanlah hasil penilaian tersebut kepada teman Anda sebagai bahan evaluasi.

Kegiatan Lanjutan
1. 2. 3. Buatlah sebuah teks pidato dengan tema pendidikan. Kemudian, pahami dan hafalkan. Sampaikan pidato tersebut di depan teman-teman Anda dengan memperhatikan intonasi, lafal, ekspresi, dan sikap yang tepat. Berikan penilaian terhadap pidato teman Anda dengan format penilaian berikut.

Aktualisasi Diri

119

Tabel 7. 3 Format Penilaian Pidato No. Aspek yang disukai Bagus Kurang Saran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 4.

ketepatan tema kesesuaian tujuan keruntutan isi pidato lafal intonasi nada sikap berdiri pandangan mata

Perbaikilah kekurangan pidato Anda berdasarkan masukan dari teman Anda.

Kaidah Berbahasa
Pembentukan Kata
Pembentukan sebuah kata dapat diambil dari dua sumber yaitu sumber dari dalam bahasa Indonesia dan dari luar bahasa Indonesia. Kata baru yang bersumber dari bahasa Indonseia bersumber dari kata yang sudah ada, seperti gabungan kata berikut. daya daya tahan daya tarik daya serap serba serba guna serba tahu serba plastik lepas lepas tangan lepas pantai lepas landas

Pembentukan kata bahasa Idonesia yang berasal dari luar bahasa Indonesia adalah seperti kata-kata serapan berikut. valuta ekspor impor mesjid bank ahad

Pengambilan kata asing tersebut disebabkan karena belum ada penemuan penamaan secara resmi dari bahasa Indonesia.

120

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Mengenal Ragam Bahasa

Pada pembelajaran ini, Anda akan mempelajari berbagai ragam bahasa dengan cara membedakan dan menggunakan ragam bahasa. Tujuan pembelajaran ini agar, Anda mengenal berbagai ragam bahasa dan dapat menggunakan ragam bahasa tersebut sesuai dengan konteks dan situasi.

Setiap orang memiliki gaya berbahasa masing-masing. Gaya bahasa atau ragam bahasa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti usia, jenjang pendidikan, agama, dalam bidang wacananya. Ragam bahasa terbagi atas ragam ilmiah dan ragam populer.

1. Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah adalah ragam yang biasa digunakan dalam kegiatan. Kegiatan ilmiah, misalnya kegiatan belajar-mengajar di kelas, perkuliahan, diskusi, ceramah, seminar, dan tulisan-tulisan ilmiah. Ragam bahasa ini ditandai dengan penggunaan istilah-istilah ilmiah.

Sumber: www.perpus.yarsi.ac.id

2. Ragam Populer
Ragam ini biasa digunakan dalam kegiatan nonilmiah, seperti dalam pergaulan sehari-hari dan dalam tulisan-tulisan populer. Ragam ini dapat dipahami oleh semua penutur suatu bahasa. Berdasarkan media penyampaiannya, ragam bahasa dibedakan menjadi beberapa jenis.

Gambar 7.1
Perpustakaan adalah sarana yang memuat ilmu dan ragam bahasa.

1. Ragam Lisan dan Ragam Tulis


Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacammacam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan tulis. Kedua ragam ini berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut: a. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara. Adapun ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan pembicara. b. Di dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikalseperti subjek, predikat, dan objektidak selalu dinyatakan. Unsurunsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang "diajak berbicara" mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

Aktualisasi Diri

121

c.

d.

Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Adapun ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti hal yang diperbincangkannya itu. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi, tekanan, nada, irama, dan jeda, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

2. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku


Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

3. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan


Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh karena itu, muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Adapun ukuran dan nilai ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

4. Ragam Sosial
Ragam sosial merupakan ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. a. Idiolek, yaitu ragam bahasa yang dimiliki oleh seseorang. Ragam atau gaya bahasa ini biasanya melekat pada tindak bahasa seseorang yang tidak disadarinya. Misalnya, gaya bahasa Taufik Ismail akan berbeda dengan W.S. Rendra, baik dalam gaya penuturan maupun gaya penulisan. b. Dialek, yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh orang di daerah tertentu atau oleh sekelompok orang. Misalnya, dialek orang Jawa berbeda dengan dialek orang Madura. c. Sosiolek, ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu. Ragam ini ditandai dengan status sosial. Misalnya, ragam bahasa orang berpendidikan tinggi berbeda dengan ragam bahasa orang yang berpendidikan rendah. Perhatikan contoh berikut. Contoh 1 Bapak Kepala Sekolah dan Bapak-Ibu Guru yang saya hormati, serta teman-teman yang saya banggakan, selamat siang. Tadi pagi ketika panitia pemilihan pengurus OSIS melaksanakan penghitungan suara, saya sempat berdebar-debar. Mengapa? Perolehan suara masing-masing calon berimbang, kejar-

122

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

mengejar. Suatu saat saya tertinggal dan saat yang lain saya unggul. Demikian terus-menerus. Alhamdulillah, ketika penghitungan suara dinyatakan selesai, saya memperoleh suara paling banyak. Saya sangat bersyukur memperoleh kesempatan belajar menjadi pemimpin. Apalagi, menjadi ketua umum OSIS sekolah yang kita banggakan ini. Selanjutnya, saya sangat berterima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung saya dan secara nyata telah memilih saya. Dukungan itu tentu merupakan wujud nyata adanya rasa percaya. Tentu, saya tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Saya akan berusaha sebaik-baiknya menjalankan tugas sebagai ketua umum OSIS. Contoh 2 Perkembangan riset dan teknologi membuat robot semakin canggih saja. Dalam pertemuan American Association for the Advancement of Science, di Washington,Amerika Serikat, pekan lalu, diperkenalkan robot yang berjalan dua kaki dengan kemampuan menjaga keseimbangan. Robot yang tingginya kurang dari setengah meter dengan bobot 2,8 kilogram ini menggunakan sistem teknologi yang disebut passive-dynamic design, yang merupakan kombinasi gravitasi, langkah, dan motor penggerak. Sebuah mesin bertenaga rendah mengayunkan kaki dan tangan seperti mekanisme pendulum. Saat kaki berayun, mesin akan mengontrol langkah dan beradaptasi dengan lantai yang diinjak. Si pencipta, Andy Ruina dari Cornell University, New York, mengatakan robot ini bisa berjalan di atas permukaan yang tidak rata, naik, ataupun turun. Konsep ini sebenarnya sudah digunakan sejak 100 tahun yang lalu untuk mainan anak-anak. Ruina memperkirakan robot ciptaannya ini bahkan hanya menggunakan sepersepuluh tenaga dibandingkan dengan Asimo, robot produksi Honda Motor Co., atau QRIO produksi Sony, yang menempatkan motor penggerak di bagian kaki, lutut, dan engkel sehingga membutuhan tenaga yang besar. Contoh 3 "Ane ada?" tanya suara dari seberang. "O, ada. Sebentar saya panggilkan. Aneee!" pekik Yani, ''ada telepon lagi buat kamu." Ane yang kaget mendengar pekikan itu langsung menghambur ke luar kamar. "Dari cowok kamu?" goda Yani. Tanpa bicara, Ane merebut pesawat itu dari tangan kakaknya. "Ya, halo!" sahut Ane. "Saya ingin bicara dengan Ane."

Aktualisasi Diri

123

"Ya, saya Ane," ucap Ane mantap. "Lho, kok suaranya lain. Hai, jangan serobot nama orang dong. Tolong panggilkan Ane. Ya, Ane! Cepat, saya mau bicara sama dia. Penting sekali," Ane meringis mendengar ucapan lelaki itu. "Ini dari siapa?" tanya Ane. "Dari Rino." "Rino? Rino siapa? Rhinoceros ya?" "Ufs! Rino. Cuma Rino. Tidak pakai ceros." Ane cekikian. "Ada nggak itu si Ane?" tanya Rino lagi. "Ane yang mana yang kamu maksudkan?" "Lho, memang ada berapa Ane di rumah ini?" Rino terdengar semakin penasaran. "Cuma satu. Saya!" suara Ane semakin meninggi. "Lho, kok suaranya lain. Hai, kamu jangan pura-pura jadi Ane, ya. Kamu tidak bisa main tipu sama aku. Aku paham betul suara Ane yang sesungguhnya." Ane terdiam sesaat. Lalu, dibantingnya pesawat telepon itu.

Uji Materi
1. 2. 3. 4. Termasuk ragam bahasa apa ketiga contoh tersebut? Jelaskan ciri-ciri ragam bahasa dari ketiga contoh tersebut. Uraikan konteks dan situasi yang terdapat dalam ketiga contoh tersebut. Tukarkan hasil pekerjaan Anda dengan teman sebangku untuk dibahas bersama-sama.

Kegiatan Lanjutan

1. 2. 3.

Carilah teks bacaan berupa berita, artikel, atau laporan yang bertema pendidikan. Analisislah penggunaan ragam bahasanya. Buatlah laporan hasil analisis Anda.

124

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Mengenal Ahli Bahasa

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (alm.) dilahirkan pada tanggal 23 September 1933 di Linggajulu, Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatra Utara. Ayahnya bernama Rulo Tarigan dan ibunya bernama Kawali Beru Surbakti. Henry Guntur Tarigan menikah dengan M. Intan Sisdewatu Purba pada tanggal 14 Agustus 1957 di Berastagi, Sumatra Utara. Mereka dikarunia enam orang anak, yaitu Eva Maria Roseti Tarigan, Fries Kahlo Tarigan, John Gerhard Ganefo Tarigan, Elinor Marthliani Aksianita Tarigan, Leidenart Macriz Tarigan, Frederik Hayakawa Tarigan. Menyelesaikan pendidikan SD di Lingga pada 1948, SMP di Kabanjahe pada tahun 1951, SGA Negeri di Medan pada 1954; Sarjana Muda pada Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan di Bandung pada tahun 1960; Sarjana Pendidikan pada FKIP Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1962; mengikuti Studi Pasca Sarjana Linguistik di Universitas Leiden, Nederland pada tahun 1971-1973; meraih gelar doktor dalam bidang Linguistik pada Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jakarta pada tahun 1975 dengan disertasi yang berjudul Morfologi Bahasa Simalungun. Menjadi guru pada SGB Negeri Seribudolok, Simalungun, Sumatra Utara dari tahun 1954 sampai 1957. Pernah menjadi pengajar tetap pada FPBS-IKIP Bandung, pada Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung; pernah menjadi dosen luar biasa dalam mata kuliah "Kemahiran Berbahasa Indonesia" di Fakultas Sastra Universitas Leiden dan di Hendrik Kraemer Instituut Oegstgeest, Negeri Belanda (19721973); dosen terbang/luar biasa di Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah; dosen luar biasa pada Universitas Katolik Parahyangan. Berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia, Nomor 4/K Tahun 1985 tanggal 22 April 1985, dipercayakan memangku Jabatan Guru Besar pada FPBS-IKIP Bandung, berlaku mulai 1 Oktober 1984.

Rangkuman
1. 2. Teks pidato sangat berguna sebagai alat panduan/pembantu kita dalam berpidato. Dalam berpidato berdasarkan teks, topik akan jelas dan peruntunan masalah akan terperinci. Setelah terampil dan terbiasa berpidato mengunggunakan teks, Anda akan mahir dalam berpidato tanpa teks. Hal itu disebabkan pengetahuan Anda yang bertambah setelah berlatih berpidato dengan menggunakan teks. Belajar ragam bahasa, baik ilmiah maupun sosial, sangat membantu kita dalam berinteraksi dengan masyarakat sosial. Setelah memahami berbagai jenis ragam bahasa, Anda akan lebih teratur dan runtut dalam berbahasa.

3.

Aktualisasi Diri

125

Refleksi Pembelajaran
Ragam bahasa memegang peranan penting dalam berbagai proses berbahasa. Di situlah manfaat dari pelajaran ini. Dengan menguasai berbagai ragam bahasa, Anda akan mampu mengaplikasikannya dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Anda pun bisa mengaplikasikannya dalam kegiatan berpidato. Dengan penguasaan ragam bahasa, kegiatan berpidato pun akan semakin sempurna.

Soal Pemahaman Pelajaran 7


Bacalah teks berikut.

Mandulnya Cita-Cita Pendidikan


Cita-cita pendidikan yang digagas para pelopor pendidikan negeri ini belum sepenuhnya tercapai. Pendidikan saat ini cenderung hanya memerhatikan intelektualitas belaka dan tidak memberikan kemerdekaan kepada anak didik. Pendidikan yang lebih menekankan aspek intelektual belaka memisahkan antara intelektual dan rakyatnya. Akibat yang lebih jauh, mereka tidak memiliki empati dengan rakyatnya. Intelektualisme dalam pendidikan juga menyebabkan pendewaan berlebih terhadap gelar. Dengan berbagai cara peserta didik mencari gelar karena di dalamnya melekat simbol status sosial, kedudukan, harkat, dan martabat. Tragisnya, fase itu menempatkan penghargaan atas diri seseorang lebih didasarkan pada gelar yang disandang, jabatan yang mampu diraih, dan bukan keunikan pribadi yang melekat pada diri seseorang. Pendidikan yang demikian menyebabkan peserta didik berorientasi bagaimana mendapatkan nilai mata pelajaran setinggi mungkin. Namun, serapan yang mengubah haluan hidup dan orientasi cenderung terabaikan. Cita-cita seseorang yang sebenarnya sangat unik dalam setiap pribadi manusia agaknya mampu diarahkan seperti sakelar dalam mesin yang sudah disetel. Dengan demikian, warna yang akan muncul juga sudah mampu diprediksi. Itu sebabnya dalam dunia kerja sudah lama mengeluhkan kuatnya penguasaan dalam bidang yang berhubungan dengan pengetahuan, tetapi kering dalam olah rasa dengan orang lain. Padahal, ukuran keberhasilan kerja dan juga hidup sangat ditentukan kemampuan hidup bersama dengan orang lain. Celakanya, sekolah beranggapan bahwa bidang itu adalah urusan keluarga, lembaga agama, dan masyarakat. Namun, jika dirunut ke belakang ketika orang tua 'memasrahkan' anaknya seharian penuh ke sekolah, itu merupakan bentuk kegagalan orang tua, lembaga agama, dan lingkungan masyarakat dalam mendidik. Mengapa orang tua sampai merasa perlu mengirimkan anaknya seharian di sekolah? Karena di masyarakat, di keluarga, dan lingkungan anak mudah 'diracuni' nilainilai yang tidak mendidik. Di sekolah, orang tua mengharapkan anak selain mendapat bekal pengetahuan yang menekankan aspek intelektual, juga pengolahan kepribadian, olah rasa, budi pekerti dan hal-hal yang menekankan aspek humaniora. Namun, tekanan bertubi-tubi terhadap sekolah yang menekankan aspek intelektual bahkan perlu standardisasi yang berskala nasional membuat sekolah melupakan tugasnya dalam mendidik. Sekolah bermetamorfosis sebagai pengajar yang mentransfer ilmu bukan sebagai pendidik yang mengubah hidup dan kepribadian seseorang.
Sumber: Media Indonesia, 25 Juli 2007

Kerjakanlah soal-soal berikut. 1. 2. 3. Apa ragam bahasa yang terdapat dalam teks tersebut? Uraikan konteks dan situasi yang terdapat dalam teks tersebut. Tuliskan kata baku dan tidak baku yang terdapat dalam teks tersebut.

126

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program Bahasa

Anda mungkin juga menyukai