Anda di halaman 1dari 15

PEMBINAAN TERITORIAL TNI AD : JUSTIFIKASI, IMPLEMENTASI DAN FISIBILITAS

Oleh : MAYJEN TNI (PURN) SUDRAJAT, MPA Ambassador-Indonesian Embassy In Beijing Pembinaan teritorial TNI AD yang difahami menurut TNI AD adalah suatu pembinaan terhadap wilayah RI dalam menyiapkan system pertahanan rakyat semesta secara dini. Dalam pembinaan territorial elemen yang dibina terdiri dari satu adalah elemen geografi (GEO), dua adalah elemen demografi (DEMO) dan ketiga adalah elemen kondisi sosial (KONSOS). Pembinaan teritorial ini diarahkan untuk memperoleh Ruang, Alat dan Kondisi Juang (RAK Juang) dalam system pertahanan rakyat semesta Republik Indonesia. Secara filosofi pembinaan teritorial ini dapat dimengerti tetapi bagaimana mewujudkannya sehingga RAK juang itu bisa dicapai masih menjadi pertanyaan kita semua. Hal ini terbukti dari kehendak membina teritorial di masa Orde Baru terutama pada kurun waktu 1965 s/d 1998. RAK juang yang didinginkan tidak tercapai.Malah terjadi sebaliknya yaitu menuai protes. Kenapa ini terjadi karena pembinaan teritorial telah menjadi bagian dari platform politik pemerintah pada waktu itu.

2 Angkatan Bersenjata (ABRI)/TNI AD menjadi tulang punggung pemerintahan Orde Baru dan fungsi pembinaan teritorial sangat berat pada pembinaan elemen kondisi sosial pada aspek politiknya.Karena aspek politiknya adalah

mempertahankan orde baru maka platform pembinaannya menjadi pembinaan politik yang mendukung ORBA. Sehingga setiap elemen masyarakat yang anti orde baru adalah anti pemerintah dan menjadi musuh pemerintah, musuh pemerintah adalah musuh ABRI. Akhirnya sebagian dari fungsi Binter TNI tersesat dalam

kegiatan mengeleminir bahkan menghilangkan elemen-elemen anti pemerintah dengan dalih menjaga stabilitas politik. Bahkan ABRI mengklaim dirinya sebagai stabilisator selanjutnya karena ikut juga dalam aspek pembinaan ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan militer maka juga mengklaim sebagai dinamisator. Hal ini sangat merugikan citra TNI AD dimata rakyat dan menghapuskan kesan baik yang telah terbina melalui program2 cinta rakyat seperti operasi bhakti, ABRI masuk desa dst. Dari sini lantas berkembang menjadi DWI FUNGSI ABRI yang akhirnya tidak mendapat dukungan rakyat. Dwifungsi ABRI (TNI AD) dan Pembinaan Teritorial merupakan fungsi TNI AD yang dikenal di masa lalu. Secara politis kedua fungsi ini tidak lagi dapat diterima oleh tatanan politik setelah reformasi. Ini sangat terlihat dalam naskah UU No 3 thn 2002 tentang Pertahanan dan UU 34 thn 2004 tentang TNI. Istilah pembinaan teritorial yang diselenggarakan untuk membangun RAK Juang melalui pembinaan GEO,DEMO dan KONSOS pun tidak pernah disebutkan. Bahkan kata kata PEMBINAAN pun tidak muncul. Sebagaimana yang kami alami sendiri, pada saat perdebatan RUU tentang Pertahanan dan RUU tentang TNI di DPR tahun 2002 dan 2004 suasana sidang dan rapat di DPR saat itu diliputi rasa trauma dengan istilah pembinaan dan kata kata teritorial. Sekarang timbul pertanyaan. Apa justifikasi (pembenaran) terhadap istilah pembinaan teritorial?. Apa dasar hukumnya untuk melaksanakan pembinaa teritorial?. Secara legalitas tidak ada yang dapat melandasi adanya fungsi teritorial. Tetapi kegiatan atau upaya untuk membangun RAK juang itu tertampung dalam

3 pasal 7 ayat 2b no 8.yaitu memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan rakyat semesta. Masalahnya sekarang adalah bagaimana memberdayakan wilayah pertahanan ini? Apakah dengan BINTER yang sekarang secara politis tidak favorable? Apakah tetap kita menggunakan elemen GEO , DEMO dan KONSOS sebagai objek maupun subjek pembinaan? Apakah kita tetap menggunakan istilah dan atau kata pembinaan masa lalu?. Dalam kehidupan bernegara platform politik sangat menentukan metoda dan arah perkembangan suatu negara. Pembinaan Teritorial adalah fungsi TNI AD pada platform politik Orde Baru. Tentu saja BINTER akan sulit untuk bisa diterima pada platform reformasi/demokratisasi. Esensi dari BINTER itu sendiri tetap diperlukan negara khususnya dalam sistem pertahanan rakyat semesta. Lantas bagaimana solusinya agar esensi BINTER ada tetapi bisa diterima masyarakat. Bisakah kita melaksanakan BINTER tanpa menyebut BINTER? Melihat pemahaman BINTER yang sekarang sedang digeluti TNI AD. Urutan berfikirnya berawal dari semangat perjuangan 1945 dimana rakyat sama2 berjuang melawan penjajah dan dari situlah kita beranggapan sebagai perlawanan rakyat secara semesta. Akhirnya kita meyakini bahwa sistim pertahanan kita harus sistim pertahanan keamanan rakyat semesta (SISHANKAMRATA) atau sistim pertahanan rakyat semesta (SISHANRATA). Bayangan kita dalam sistim ini seperti perang revolusi kemerdekaan tahun 1945 dimana semua rakyat ikut berperang. Bayangan kita rakyat akan bersama TNI melawan penyerang. Bayangan kita TNI dapat dukungan logistik dari rakyat sehingga muncul istilah logistik wilayah logistik yang disiapkan rakyat. Bayangan kita waktu itu Angkatan Perang Indonesia disusun dalam pasukan mobil dan pasukan teritorial. Pasukan mobil melaksanakan pertempuran dengan susunan tempur batalyon kompi dan peleton lantas pasukan teritorial mengadakan penjagaan di daerah dengan menyebar menjadi inti gerakan gerilya rakyat. Munculah organisasi kewilayahan yang disebut Komando Militer Daerah (KMD), Komando Distrik Militer (KDM), Komando Owder Distrik Militer (KODM). Gelar inilah yang selama ini sudah tidak disukai masyarakat karena traumatik

4 yang kita yakini sebagai cikal bakal Komando Teritorial yang saat ini disebut dengan Komando Kewilayahan. (baca buku petunjuk tentang Binter Skep KASAD No Skep/98/V/2007 tgl 16 Mei 2007) Sampai disini kita faham bahwa Komando Kewilayahan kita apresiasi sebagai organ yang menangani pemberdayaan kewilayahan. Mudah2an benar sehingga istilah Pembinaan Teritorial dapat diganti dengan Pemberdayaan Wilayah. Dari segi istilah secara politis cukup favorabel ketimbang BINTER. Secara umum Pembinaan Teritorial tidak berdiri sendiri. Binter dilaksanakan dalam rangka SISHANKAMRATA/SISHANRATA.Pertanyaannya sudah kah kita membayangkan SISHANKAMRATA yang akan datang itu seperti apa? Apakah seperti perang revolusi kemerdekaan 1945? Menurut saya jawabannya tidak sama dengan perang kemerdekaan 1945. Bahkan tidak sama dengan waktu menghadapi perang melawan pemberontakan PKI Madiun, PRRI Permesta, DI TII. Perang Rakyat semesta yang akan datang adalah Pertahanan Total yaitu totalitas dari kekuatan Politik, Ekonomi dan Militer sebagai totalitas kekuatan negara. Kekuatan Pertahanan kita tidak dihitung dengan banyaknya rakyat bertempur, tetapi kekuatan bertempur nasional. Seperti besaran GDP kita, besaran income negara/perkapita, besaran kekuatan industri kita baik industri pertahan maupun yang lainnya, besaran produk minyak dan energy kita, besaran kemampuan teknologi kita, besaran kamampuan keuangan negara, besaran kemampuan teknologi informasi, besaran kekuatan nyata angkatan perang kita dan masih banyak yang lainnya seperti besaran rasa kebangsaan, kultur dan peradaban. Inilah total asset yang akan diperhitungkan

dalam sistim pertahanan rakyat semesta yang akan datang. Bukan rakyat masing2 ikut memikul senjata lantas bertempur untuk bertahan. Bukan dukungan rakyat dengan memberikan logistik wilayah, ikut patroli dan bukan perang gerilya seperti tahun 1945. Perang Rakyat Semesta atau Pertahanan Rakyat Semesta adalah Peperangan yang dilaksanakan oleh TNI/militer dengan kemampuan dukungan negara yang kuat dengan kemampuan politiknya, kemampuaan ekonominya, industrinya dan kemampuan mobilisasi kekuatan nasionalnya sehingga mampu berperang efektif maupun berlarut. Begitupun dengan strategy pembangunan

5 kekuatan pertahanan harus diarahkan kepada kekuatan militer efektif untuk bertempur secara modern, dengan peralatan modern dan strategy dan taktik yang modern juga. Pertahanan Gerilya adalah strategy terakhir dan akan dengan sendirinya terbentuk akibat kekalahan perang konvensional. Untuk itu pengandaian kita dalam menyusun sitem pertahanan semesta harus dapat bertahan dan memenangkan perang konvensional. Perang gerilya akan tumbuh apabila rasa kebangsaan tinggi dan jiwa patriotisme rakyatnya tergugah. TNI akan tetap menjadi penggerak pokok dalam perang gerilya. Dalam konteks kekinian kita tidak perlu menyiapkan perang gerilya secara dini. Binter dilaksanakan untuk menyiapkan pertahanan semesta secara dini. Didalam tatanan dunia yang lebih modern dan demokrasi ukuran peperangan sangat berbeda dengan era perang dunia kedua , perang kemerdekaan dan perang dingin. Forum politik dan diplomasi lebih luas dan praktikal. Lembaga, badan dan grup international lebih berfungsi sebagai solusi perdamaian sehingga ruang dan pola serang menyerang antar negara akan menjadi semakin sempit. Kehawatiran peperangan seperti di Iraq dan Afghanistan bahkan di Palestina terjadi di Indonesia yang demokrasi sangat kecil. Iraq saat itu dipimpin oleh regim yang tidak demokratis sehingga pasukan yang menyerang Iraq di justifikasi sebagai tekanan kepada rezim otoriter yang membahayakan

dunia.Begitupun Afghanistan dan Palestina, kondisi lingkungan dan politiknya sangat berbeda dengan Indonesia. Melihat Indonesia saat ini dan bahkan duapuluh tahun kedepan sangat kecil kemungkinan adanya agresor militer yang akan menyerang Indonesia. Dalam kurun waktu yang berjalan dengan pembangunan dan pembinaan teritorial atau pemberdayaan wilayah pertahanan maka kekuatan penangkal Indonesia akan semakin baik dan ini akan mengecilkan peluang pihak agressor menyerang Indonesia. Kembali kepada konsep BINTER . Sebaiknya kita fokuskan kepada landasan Undang-Undang yang bisa mendasarinya yaitu pasal 7 ayat 2b no 8. yang berbunyi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistim pertahanan semesta

6 Dalam penjelasan UU no 34 thn 2004 ttg TNI pada pasal 7 huruf b angka 8 disebutkan. Yang dimaksud dengan memberdayakan wilayah pertahanan adalah: a. Membantu peemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi

kekuatan pertahanan yang disiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya untuk melaksanakan operasi militer untuk perang, yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta. b. Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran

secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundangundangan. c. Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan

pendukung. Disini tercermin bahwa fungsi atau tugas TNI dalam memberdayakan wilayah adalah dalam rangka membantu pemerintah. Siapa pemerintah disini?Pemerintah adalah Presiden/Eksekutif yang dalam hal Pertahanan/Departemen Pertahanan. Menurut Undang-Undang TNI, TNI AD bertugas melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Tentu saja dalam konteks membantu pemerintah (menurut penjelasan UU TNI). Artinya TNI AD tidak bisa berinisiatif sendiri dan tidak bisa berdiri sendiri di dalam melaksanakan tugasnya. Implementasi tugas keempat TNI AD ini harus ada inisiatif dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pertahanan (Dephan). Inisiatif ini harus di picu oleh TNI AD karena dalam kenyataannya Dephan akan belum siap pada tahun2 mendatang. Yang penting Dephan dapat memberikan koridor yang jelas kepada TNI AD. Misal saja yang paling praktikal adalah terbangunnya kekuatan cadangan dan pendukung. Kekuatan cadangan bisa berupa kekuatan cadangan TNI AD. Kekuatan pendukung kalau sumber daya manusia bisa berupa MILITANSI. Untuk rumusan membangun kekuatan cadangan banyak contoh negara lain begitupun kekuatan militansi. Disini TNI AD dapat melatih Rakyat utk menjadi kekuatan cadangan dan kekuatan bidang pertahanan adalah Menteri

7 pendukung. Kalau kekuatan ini disiapkan secara kewilayahan otomatis ini merupakan Alat Juang yang kita harapkan dalam Binter kita. Pada era sekarang tidak bisa kita menyiapkan kondisi juang dengan memberdayakan rakyat langsung tanpa format yang legal. Seperti membangun rakyat bela tanah air dengan mendidik rakyat tentang bela negara secara paksa karena amanat undang-undang. Mungkin dengan menggugah kecintaan rakyat kepada TNI berikutnya akan cinta bela negara. Sekarang yang menjadi tantangan kita dalam tahun2 mendatang adalah bagaimana rakyat bisa suka dan senang bahkan cinta TNI. Buat program yang praktikal. Pertama TNI dilarang meminta kepada rakyat. Minta apa saja dari rakyat harus dilarang. Karena prajurit TNI harus dijamin kesejahteraannya dan keperluan tugasnya. Sesuai UU TNI ini tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan TNI. Bahkan TNI harus memberi rakyat.Siapkan budget yang cukup, ini harus bisa (amanat undang-undang TNI pasal 2 tentang jati diri TNI). Misal kalau TNI latihan di daerah kalau bisa memberi rakyat dengan pelayanan kesehatan, beras dan rangsum TNI. Beri rakyat alat olah raga, buku dan beri pengajaran. Kalau perlu program patroli bagi satuan di daerah sebagai penguasaan dan pengenalan geografi sekaligus mengenali demografi di wilayah pertahanan darat. Patroli wilyah secara rutin dengan bekal sarana komunikasi (alat kontak) dengan rakyat akan mendekatkan TNI kepada rakyat dan sebaliknya. Sangat yakin dengan pola seperti ini maka Ruang Juang akan terbentuk dan terkuasai. TNI sudah tidak boleh berpolitik praktis berarti politik TNI politik Negara. Semua rakyat dari berbagai golongan baik politik dan bukan politik harus dianggap sama, harus dilindungi. Dalam era Indonesia yang lebih demokrasi ini ditambah dengan perkembangan global maka isu ideology bukan merupakan masalah yang dipertentangkan kecuali yang melawan PANCASILA.Yang memutuskan bahwa seseorang atau sekelompok orang itu musuh negara adalah politisi atau pemimpin yang diplih oleh rakyat. TNI tidak bisa lagi menjustifikasi ini atau itu adalah musuh negara. TNI sekarang tidak memiliki kebijakan politik sekalipun politik pertahanan. Tetapi ada kewajiban TNI untuk memberi masukan masalah pertahanan yang

komprehensive kepada pemerintah. Dalam hal mendifinisikan musuh ada kriteria

8 umum yang bisa ditindak langsung oleh TNI seperti agressor, kriminal, siapapun yang mengganggu kedaulatan dan keselamatan rakyat. Masih banyak potensi nasional lainnya yang bisa diberdayakan untuk kekuatan pertahanan. Membangun jalan, jembatan dan infra struktur lainnya khususnya didaerah yang sulit merupakan wujud dari pemberdayaan wilayah pertahanan. Program semacam ini bisa di koordinasikan dengan Dephan dan Dep PU misalnya. Penanggulangan bencana adalah salah satu aspek dari tugas selain perang yang juga memiliki kekuatan untuk membangun RAK juang. Rasa simpaty rakyat kepada TNI yang ikut menanggulangi bencana akan sangat positif. Lebih baik lagi kalau TNI dalam menaggulangi bencana tersebut datang dengan kekuatan sendiri bahkan bisa memberi kepada rakyat yang dibantu. Bayangan perang kemerdekaan dimana TNI wktu itu diberi rangsum oleh rakyat, didukung operasi militernya melalui militansi spontan rakyat adalah skenario keterpaksaan dimana negara dalam keadaan yang tidak mampu lagi mendukung perang. Ini adalah skenario terburuk dan jangan dijadikan bayangan dan tujuan konsep strategy pembangunan sistim pertahanan semesta. Konsep pembangunan perang/pertahanan semesta adalah totalitas

kemampuan bangsa dalam mempertahankan negarannya. Untuk membangun kekuatan totalitas harus dibangun secara menyeluruh dari mulai aspek kultur dan peradaban bangsa sampai dengan pembangunan kemampuan ekonomi dan infra struktur. Wilayah atau sektornya dilaksanakan melalui dan oleh pemerintah dengan sistim kepeminpinan nasional. Untuk TNI mendapat tugas pada memberdayakan wilayah pertahanan dari aspek kemiliteran. Yang paling mungkin dilaksanakan adalah segeranya dibangun komponen cadangan dan pendukung kekuatan militer yaitu dibangunnya satuan cadangan TNI AD dan satuan miltansi TN AD di setiap Komando kewilayahan. Melalui pelatihan dan program-program akan otomatis terbangun Alat Juang yang terukur. Kita semua faham kalau sudah berbicara komponen cadangan dan pendukung selalu tertumpu pada masalah anggaran yang akhirnya kita menyerah pada ketidak mampuan. Hal inilah yang selalu menjadikan TNI terus mencari

9 alternatif yang murah atau mencari dukungan lokal. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan undang undang karena biaya TNI dibiayai secara top down. Jadi TNI harus terus memberi masukan kepada Dephan untuk segera mebuat program bela negara yang kongkrit melalui pembangunan komponen cadangan dan pendukung. Kalau kita ingin membangun ruang juang yang kondusif untuk pertahanan bisa dimulai dengan mempelajari kondisi geografi beserta dislokasi

kependudukannya. Infra strukturnya pertama akan harus dibangun dengan tujuan kemakmuran yaitu tumbuhnya perekonomian dan bukan untuk ruang pertahanan. Maka upaya TNI memberdayakan wilayah pertahanan harus berorientasi kepada suksesnya pembangunan ekonomi.Ikut membangun sarana prasaran melalui program bhakti TNI sangat mungkin. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah pertahanan maka TNI harus muncul dengan skenario sistim pertahanan di daerah tersebut. Misal kalau ada dam besar yang harus di jaga, instalasi listrik yang strategis dan konsentrasi kependudukan yang harus dilindungi dll. Dengan demikian akan tersusun ruang juang yang terukur dan terencana secara dini. Bagaimana dengan kondisi juang ? Apa yang kita inginkan dengan kondisi juang harus ada penjabaran kongkrit. Apa itu kondisi juang? Kondisi juang adalah suatu keadaan sosial politik yang mendukung perjuangan pertahanan semesta. Apa yang menjadi ranah TNI disini harus dapat dijabarkan secara detail karena kondisi juang itu dibangun bukan oleh TNI saja tetapi oleh komponen bangsa lainnya juga. Untuk TNI adalah membantu mendidik rakyat akan kesadaran bela negara. Trigernya adalah mulai dari dimasukannya kurikulum bela negara di pendidikan formal mulai dari SD sampai SMA bahkan bila perlu sampai dengan perguruan tinggi dengan metoda yang berbeda dan menarik. Pendekatan TNI melalui Dephan untuk memasukan kurikulum pendidikan kepada Departemen Pendidikan sangat penting dan menjadi kebutuhan segera. TNI harus siap memberikan tenaga pengajar dan pelatihan. TNI mengajar di sekolah sekolah tentang pembelaan negara dengan metoda yang praktis dan menarik. Bukan saja dengan metoda kuliah tetapi juga dengan praktek-praktek kemiliteran secara dasar seperti bari berbaris, keterampilan militer dasar disamping ilmu-ilmu tentang pertahanan lainnya.

10 Mulai dari pendidikan inilah efek runtutnya akan menyebar dan membentuk kondisi juang yang kita harapkan. Masih banyak lagi upaya yang bisa dikerjakan untuk memberdayakan wilayah pertahanan di darat dalam menyiapkan sistim pertahanan semesta secara dini. Koridornya sangat luas tetapi inti yang harus dan bisa kita laksanakan itulah yang harus dijabarkan. Kita mencoba mencari program inti yang dapat diwujudkan secara kongkrit dalam rangka BINTER TNI AD dalam tahun-tahun mendatang. a. Secara initiatif sendiri. Segera bentuk komponen cadangan dan

pendukung secara embrionik dimana TNI AD akan langsung mendidik dan melatih bela negara. Segera usulkan pendidikan bela negara dan siapkan modul metoda pendidikan di setiap pendidikan formal .Mulailah dengan tingkat SD, SMP dan SMA yang disesuaikan dengan kondisi Komando Kewilayahan masing-masing. Secara inisiatif sendiri mengajak pemerintah daerah dan atau pusat melalui departemen PU ikut membangun sarana prasarana infra struktur.Ikut membangun pertanian seperti yang selama ini TNI telah melaksanakannya. Sebaiknya dimasa datang harus lebih terprogram dengan sekala yang cukup besar. b. Secara initiatif sendiri adakan patroli wilayah dengan mendeploy TNI

ke desa-desa dan kampung-kampung dengan program yang terukur. Sambil patroli wilayah untuk mengenal geografi sekaligus bertemu rakyat dengan mengadakan program olah raga, anjang sana dll. Dengan syarat jangan minta kepada rakyat.Jangan tidur dirumah rakyat. Buat tenda kalau perlu ponco perorangan. Kenalkan TNI kepada rakyat dengan bajunya, perlengkapanya, senjatanya, rangsumnya. Disini kita akan memperoleh keuntungan, disamping dikenal rakyat kita juga akan tahu potensi dan kerawanan wilayah. Misal tanah longsor, kemiskinan, penyakit, perambahan hutan. Kita mengenal detail geografinya , gunung, sungai, lembah dan hutan. Begitupun kita akan kenali potensi yang dimiliki wilayah seperti

pertambangan dllnya. Dari kegiatan patroli ini juga akan memberikan efek penangkal kepada elemen-elemen kriminal (bad guys).

11 c. Secara responsif. Kesegeraan TNI ikut menanggulangi bencana dan menangani masalah yang timbul akan membangun

kemampuannya

kecintaan rakyat kepada TNI. Siapkan TNI untuk tugas-tugas seperti ini baik kemampuan fisik maupun perlengakapannya tanpa harus mengadakan perlengakapan khusus. Seperti tenda yang dimiliki TNI, helikopter, buldozer dllnya. d. Dalam hal pelaksanaan tugas operasi militer selain perang lainnya

secara otomatis TNI telah melaksanakan pembinaan teritorial yang kita fahami tanpa harus menyatakan bahwa itu adalah pembinaan teritorial. e. Siapkan /ajukan program dan anggaran TNI AD untuk tugas

pemberdayaan wilayah pertahanan ini dengan mendorong Dephan sebagai initiator dari pihak pemerintah karena tugas pemberdayaan ini adalah tugas pemerintah. Dan menurut undang undang tugas pemberdayaan wilayah pertahanan ini dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.( pasal 7 ayat 3 UU no 34 tentang TNI). dalam Artinya Binter ini harus

bagian program pemerintah.Sehingga TNI tidak bisa mengambil

kebijakan sendiri dan harus merupakan turunan kebijakan pemerintah. Justru dengan begini BINTER akan lebih justified lagi. Kuncinya adalah kehendak TNI AD untuk mempromosikan Binter (sekarang DAWILHAN) harus lebih bergairah sehingga Pemerintah akan lebih memperhatikan prioritas

pemberdayaan ini.

Kesimpulan. Pembinaan Teritorial adalah fungsi yang harus terus dilaksanakan dan sudah dilandasi legalitas hukum melalui Undang Undang Pertahanan 2002 dan Undang Undang TNI tahun 2004. Berbeda dengan Pembinaan Teritorial masa orde baru Pembinaan Teritorial Orde Reformasi adalah Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Darat ( DAWILHAN) yaitu BINTER MINUS POLITIK dengan TNI yang netral dan tidak ikut politik praktis. Karena istilah Binter telah menjadi trauma politik masa lalu maka istilah yang dipakai sekarang seyogiyanya adalah DAWILHAN.

12 Jadi DAWILHAN adalah fungsi atau tugas keempat TNI dalam menyiapakan sitim pertahanan semesta secara dini. Terimakasih.

13

Sudrajat, MPA
Ambassador - Indonesian Embassy in Beijing
I.
Name Rank Place/Date of Birth Religion Nationality/Subnation Marital Status:

Personal Data
: : : : : : Sudrajat, MPA Major General (Retired) Balikpapan, February 4, 1949 Islam Indonesian / Sunda Married (2 children) Wife : Children : drg. Sally Salziah, Sp. OM 1. Angki Arrihan 2. Pasha Prakasa

II.

General Education
1961 1964 1967 1993 Bandung Bandung Bandung Harvard University, USA

1. Elementary School 2. Junior Highschool 3. Engineering Highschool 4. Master in Public Administration

III.

Military Education
1971 1973 1976 1977 1979 1989 2001 USA Australia

1. Indonesian Military Academy 2. Officer Basic Course 3. Communication Officer Promotion Course 4. Company Commander Course 5. Officer Advance Course 6. SESKOAD (Army General Staff College) 7. National Resilience Institute

14

IV.

Ranks Record
Second Leutenant First Leutenant Captain Major Leutenant Colonel Colonel Brigade General Major General Retired December 1, 1971 April 1, 1974 April 1, 1977 April 1, 1982 October 1, 1986 April 1, 1995 April 1, 1997 September 1, 1999 March 1, 2004

V.

Official Record
December 1, 1971 January 1, 1973 1974 1975 April 1, 1976 August 1, 1980 August 1, 1983 September 1, 1983 January 1, 1988 September 1, 1988 June 1, 1994 March 1, 1997 January 1, 1999 January 1, 2000 February 1, 2001 November 11, 2005

1. Platoon Leader 2. Company Commander 3. Technical Officer, Indonesian Battalion, UNEF, Egypt 4. Company Commander Airborne Brigade 5. Assistant of Defence Attache, Washington , USA 6. Head of American Bureau, GI, Dept. of Defence 7. Secretary to Military Supreme Commander 8. Middle Officer 9. Senior Staff for Strategic Planning 10. Defence Attache of Indonesian Embassy, London 11. Defence Attache of Indonesian Embassy, Washington, USA 12. Chief of Military Information Center, Spokesman of DoD 13. Expert Staff to Military Supreme Commander 14. Director General for Defence Strategy, Dept. of Defence 15. Ambassador to PRC (credential presented: March 15, 2006)

15

VI.

International Conference
2001 2004 2002 - 2004 2004 2004

1. Cochairman Indonesia Australia Strategic Forum, Jakarta - Canberra 2. Cochairman Indonesia USA Security Dialogue, Jakarta and Washington DC 3. Chairman Asean Regional Forum for Defence Strategy, Jakarta 4. Chairman Asean Regional Forum Strategic Policy Conference, Beijing, China

VII.

Awards

1. Loyalty Award 8 years (Satya Lencana Kesetiaan VIII years) 2. Loyalty Award 16 years (Satya Lencana Kesetiaan XVI tahun) 3. Loyalty Award 24 years (Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun) 4. Santi Dharma Garuda VIII 5. Satya Lencana Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Award) 6. Satya Lencana Yudha Dharma Naraya 7. Satya Lencana Legion Merit, USA 8. Bintang Yudha Dharma Pratama 9. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama

Anda mungkin juga menyukai