-1-
1.1. Judul : Garis Pengaruh KRB Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang dimaksud dengan garis pengaruh gaya batang pada KRB.
Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat memahami pengertian garis pengaruh, menggambar diagram garis pengaruh gaya-gaya batang pada KRB.
1.1.1. Pendahuluan Beban-beban yang bekerja pada KRB berupa beban mati, beban hidup, dan beban sementara (beban angin atau beban gempa). Beban hidup adalah satu beban yang bersifat bergerak. Beban-beban bergerak yang sering dijumpai bekerja pada KRB berbentuk struktur jembatan. Beban hidup yang bekerja pada struktur jembatan adalah kendaraan-kendaraan yang berjalan diatas lantai jembatan melalui roda-rodanya. Beban-beban kendaraan tersebut diatas disebut tekanan roda kendaraan (P).
a). P1 a1). P1 P2 P2
Mobil umum
Model pembebanan
MODUL 1
-2-
LOKOMOTIF
Kereta api P1 P2 P1 P2 P1 P2 P3 P4
c1) P1 P2 P1 P2 P1 P2 P3 P4
Model pembebanan
Gambar 1.1. Keterangan : Gambar 1.1. a), b), dan c) adalah macam-macam kendaraan yang dapat berjalan di atas lantai jembatan. Gambar1.1. a1), b1), dan c1) adalah susunan tekanan roda kendaraan dari masing-masing bentuk kendaraan a), b), dan c).
Susunan tekanan roda kendaraan bekerja pada lantai kendaraan selanjutnya melalui gelagar memanjang, melintang, sehingga menjadi beban hidup pada gelagar-gelagar KRB yang pada akhirnya didukung oleh perletakan-perletakan di pangkal jembatan.
MODUL 1
-3-
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Gambar 1.2. Apabila sebuah KRB berupa jembatan bekerja susunan beban hidup seperti pada Gambar 1.2, maka setiap batang pada KRB menerima beban. Gaya-gaya batang akibat beban hidup akan selalu berubah besarnya karena beban hidup tersebut posisinya berubah-ubah. Sehingga sangat sulit menentukan gaya batang yang paling maximum. Untuk mendapatkan gaya batang maximum perlu diketahui posisi dari beban hidup. Sementara beban hidup berupa susunan dari beban-beban terpusat yang berjarak tertentu satu dengan yang lainnya. Satu cara untuk menyelesaikan masalah tersebut diatas dengan menggunakan metode garis pengaruh. Metode garis pengaruh membantu menyelesaikan dengan
menggunakan beban berjalan P = 1t. Akibat beban P = 1 t yang posisinya berubah-ubah sepanjang bentang, dapat ditentukan besarnya gaya-gaya batang pada setiap posisi. Sehingga dapat digambarkan grafik besarnya gaya batang yang disebut grafik garis pengaruh gaya batang. Dengan memperhatikan bentuk garis pengaruh maka gaya batang maksimum dapat ditentukan dengan mudah.
1.1.2. Definisi Garis pengaruh gaya batang pada KRB tunggal adalah ordinat yang menunjukkan besarnya gaya batang dibawah pengaruh dari beban P sebesar 1 ton berjalan.
1.1.3. Contoh soal dan penyelesaian Contoh no. 1. Sebuah KRB dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar 1.3. dibawah ini.
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-4-
Ditanyakan : - Gambar grafik Garis pengaruh-garis pengaruh reaksi RA, RB. - Grafik garis pengaruh gaya-gaya batang A2, B3, D3 dan V3 I X xm I
P P
IX P=1t V2 II
A2 VII I D3 B3 I V3 III
P e P
VII
VI h
IV
P
V
P
(+)
3 P 4 h
(-)
3 P 2 h
e) f) g)
(-)
1/ 3 sin E
(+)
GP.D3 GP.V3
a).
P II B3 I
MODUL 1
-5-
b).
A2 D3 B3
X A II
P P
P B
RA Gambar 1.4. Penyelesaian : Garis pengaruh reaksi perletakan di A (R A) dan di B (RB). Garis pengaruh (G.p). RA. Untuk mencari besarnya RA akibat beban P = 1t berjalan diatas bentang AB, dimisalkan posisi P = 1t berjarak xm dari A dengan menggunakan 7MB = 0, maka RA dapat ditentukan yang besarnya
RA = P ( l - x ) (l - x) x ;RB = = l l l
Disini terlihat bahwa besarnya RA tergantung dari besarnya harga x dan berubah secara liniair. x semakin besar, RA bertambah kecil x semakin kecil, RA bertambah besar untuk x = 0 untuk x = l RA = 1t RA = 0t
Dari besaran-besaran RA pada posisi-posisi P = 1t tertentu, maka garis pengaruh RA dapat digambar. Dengan jalan yang sama untuk gambar garis pengaruh RB (Gambar 1.3.a dan 1.3.b). Garis Pengaruh Gaya-Gaya Batang pada KRB Untuk mencari besarnya gaya-gaya batang akibat beban P = 1t berjalan dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode antara lain : keseimbangan titik simpul, potongan (Ritter), atau yang lainnya, pilihlah yang termudah perhitungannya.
MODUL 1
-6-
Ditinjau potongan I-I centrum kekuatan batang Az berada di titik simpul II dengan menggunakan 7MII = 0 (ditinjau (Gambar 1.4.a) RA . 2 P - P (2P - x) + A2 . h = 0.
R .2P + P ( 2P - x ) A2 = A = h
= - (l - 2 P )x lh = - 4 x P lh
sebelah kiri
potongan I-I)
(l - x) 2P + ( 2P - x) - 2P l + 2P x - 2P l - lx l = h lh
x berlalu mulai titik A s/d titik simpul II Bila ditinjau sebelah kanan potongan I-I
7MII=0 .
tetapi cara yang terakhir perhitungannya lebih mudah dari pada cara yang pertama. Jadi dapat disimpulkan : menentukan gaya batang dengan metode potongan, perhitungannya lebih mudah :
Bila P = 1t berada sebelah kiri potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kanan.
Bila P = 1t berada sebelah kanan potongan, maka perhitungannya ditinjau sebelah kiri.
MODUL 1
-7-
Persamaan GP . A2
2
=-
4xP (0 lh
A2 = -
(l - x ) 2P ( 2P lh
Dari 2 persamaan GP. A2 diatas menunjukkan bahwa A2 maximum terjadi pada posisi P = 1t berjarak x = 2P dari A, yaitu pada titik simpul II (centrum kekuatan batang A2 ). Jadi grafik GP. A2 berbentuk segitiga dengan puncak di bawah centrumnya (Gambar 1.3.c). A2 max = 4P 4.zP.P ( tekan ) =3h 6P.h
Garis Pengaruh Gaya Batang B3 Batang B3 mempunyai kondisi yang sama dengan batang A2 pada KRB Gambar 1.3 sehingga bentuk grafik GP. B3 akan serupa dengan bentuk grafik GP. A2 yaitu berbentuk segitiga dengan puncak dibawah centrum kekuatan batang B3 (titik simpul III). Gaya batang B3 max terjadi pada posisi P = 1t berada dibawah titik simpul III. P = 1t di titik simpul III RA = t I A2 D3 A 3P RA Gambar 1.5. Lihat Gambar 1.5, P = 1t terletak di sebelah kanan potongan I-I, maka untuk mempermudah perhitungan gaya batang B3 ditinjau sebelah kiri potongan I-I :
7 MIII = 0. RA . 3P - B3 . h = 0 B3 = R A . 3P 3 P = h 2 h ( tarik )
; RB = t
P=1t B RB
B3 III
MODUL 1
-8-
Garis Pengaruh Gaya Batang D3 Batang D3 mempunyai kondisi yang tidak sama dengan batang-batang A2 dan B3 (batang horizontal). Batang D3 merupakan batang diagonal. Gaya batang D3 akan lebih mudah ditentukan dengan menggunakan metode potongan memakai
7V = 0.
Dari perhitungan gaya-gaya batang A2 dan B3 ternyata gaya batang maximum terdapat pada P = 1t terletak di titik-titik simpul terdekat dengan potongan I-I sehingga hasil tersebut diatas dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaya batang maximum D3. Ditinjau dari potongan I-I jelas bahwa gaya-gaya batang maximum akan terletak pada P = 1t di titik simpul II dan III. I
D3 Sin E
D3 P III B RB
P A RA P = 1t di titik simpul II RA =
E
II I
Gambar 1.6
1 2 t ; R = t 3 3
RA 1 +
D3 sin E = 0
RA = RA = t ; RB = t
Ditinjau sebelah kiri potongan I I (Gb : 1.6). RA + D3 sin E = 0 (P = 1t berada di kanan potongan I-I) D3 = RA 1/ 2 = Sin E Sin E
Ternyata gaya batang D3 mempunyai 2 harga yang berbeda tandanya artinya, akibat P =1t berjalan, gaya batang D3 dapat berupa batang tarik atau batang tekan tergantung posisi beban P, sehingga terdapat satu titik perubahan gaya batang D3, dari gaya batang tarik menjadi gaya batang tekan, titik perubahan
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
(tekan)
MODUL 1
-9-
tersebut terletak di daerah potongan I-I atau antara titik simpul II dan III. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang D3 merupakan 2 segitiga dengan puncak di bawah titik-titik simpul II dan III (Gb. 1.3.e).
Garis Pengaruh Gaya Batang V3 Pada Gambar 1.3 batang V3 adalah batang vertical, dan bertemu tegak lurus dengan batang-batang bawah yang horizontal di titik simpul III. Melihat posisi batang V3 tersebut, metode yang paling mudah untuk menentukan gaya batang V3 adalah metode keseimbangan titik simpul. Dengan keseimbangan titik simpul III memakai 7 V = 0, maka gaya batang V3 dapat ditentukan. Gaya batang V3 mempunyai besaran bila di titik simpul III bekerja gaya vertical. Agar ada gaya dititik simpul III, maka gaya harus bekerja di daerah antara titik simpul II dan titik simpul IV. Apabila di daerah tersebut tidak ada gaya maka besarnya gaya batang V3 = 0. Ditinjau P = 1t berjalan dari titik simpul II ke titik simpul IV melalui titik simpul III (Gambar 1.7). V3 V3 B3 II
P
P = 1t B4 B3 IV PIII
P-x
B4 III (b)
x II
P=1t
III
MODUL 1
-10-
Ditinjau P =1t sejarak xm dari titik simpul II, maka pada titik simpul II bekerja gaya PII =
P-x dan pada titik simpul III bekerja gaya PIII bekerja gaya PIII = P
Untuk
x = 0 P = 1t di titik simpul II
gaya batang V3 = 0
gaya batang V3 = 1
Dengan cara yang sama, bila P = 1t berjalan diantara titik simpul III dan IV. Jadi grafik garis pengaruh gaya batang V3 merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul III dengan alas dibawah titik simpul II sampai dengan titik simpul IV (Gambar : 1.3.f).
Garis Pengaruh Gaya Batang V2 Pada Gambar 1.3 batang V2 adalah batang vertical dan bertemu tegak lurus dengan batang-batang atas yang horizontal di titik simpul IX. Batang V2 ini kondisinya serupa dengan batang V3. Ditinjau P =1t berjalan di bentang jembatan AB melalui titik-titik simpul I, II, III, IV dan V. Dan titik-titik simpul VI, VII, VIII, IX, dan X tidak pernah dilalui oleh P = 1t. Batang V2, ujung-ujungnya terletak pada titik-titik simpul II dan IX. Untuk menentukan gaya batang V2 akan lebih mudah ditinjau pada titik simpul IX dengan menggunakan 7 V = 0. Oleh karena titik simpul IX tidak pernah dilalui oleh beban P = 1t berjalan sepanjang gelagar AB, maka gaya batang V = 0 z pada setiap posisi beban P = 1t pada gelagar AB. Jadi gambar grafik garis pengaruh gaya batang V2 = 0 sepanjang gelagar AB (Gambar : 1.3.g).
Contoh no. 2 Sebuah KRB dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar 1.8 di bawah ini. Ditanyakan : Gambar grafik garis pengaruh gaya batang A2, B3, dan D5.
MODUL 1
-11-
6m B
A RA b).
II
I (-)
4 3 7 6 5 4 1 35 18
Gp.D5 Gp.A2
c). (+)
Gp.B3
(+) d).
1 35 12
(-)
Gambar 1.8 Penyelesaian : Garis Pengaruh Gaya Batang A2 Ditinjau dari bentuk KRB (Gambar 1.8), batang A2 mempunyai centrum kekuatan batang di titik simpul II dimana P = 1t berjalan melalui titik simpul tersebut. Jadi bentuk garis pengaruh gaya batang A2 merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik simpul II yang memberikan gaya batang A2 maximum. Menentukan gaya batang A2 maximum dengan menggunakan metode potongan memakai 7MII = 0. Ditinjau potongan I-I yang memotong batang A2 seperti pada Gambar 1.8.a. Ditinjau P = 1t di titik simpul II RA =
2 t ; 3 RB = 1 t 4
MODUL 1
-12-
RA . 12 + A2 . 6 + P . 0 = 0 A2 . = -2 RA = -2 .
4 2 = - t ( tekan ) 3 3
Gambar grafik garis pengaruh gaya batang A2 dapat dilihat pada Gambar 1.8.b. Garis Pengaruh Gaya Batang B3 Ditinjau dari bentuk KRB (Gambar 1.8) batang B3 mempunyai centrum kekuatan batang di titik simpul X. Pada waktu P = 1t berjalan berada tepat dibawah titik simpul X, (P=1t berada diantara titik simpul II dan III), maka untuk dapat menentukan gaya batang B3 dengan metode potongan, besaran P = 1t harus dibagi ke titik-titik simpul II dan III sebesar masing-masing t. Sehingga untuk menentukan gaya batang B3 maksimum, maka beban P =1t berjalan harus diletakkan pada titik-titik simpul II dan III. Ditinjau P = 1t simpul II RA =
1 2 t ; RB = t 3 3
RA . 15 - P.3 B3 . 6 = 0
2 R A .15 - P.3 3 .15 - 1.3 7 B3 . = = = t ( tarik ) 6 6 6
RA = t ; R B = t
RA . 15 - B3 . 6 = 0 1 R A .15 2 .15 5 = = t (tarik ) B3 . = 6 6 4 Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya batang B3 tidak lagi merupakan segitiga dengan puncak di centrum kekuatan batangnya (titik simpul X) melainkan sebuah grafik garis garis pengaruh yang berbentuk segitiga yang dipapar pada bagian puncaknya (antara titik-titik simpul II-III), dapat dilihat pada Gambar 1.8.c.
MODUL 1
-13-
Garis Pengaruh Gaya Batang D5 Batang D5 adalah batang diagonal. Gaya batang D5 ditentukan dengan menggunakan metode potong memakai 7 V = 0, P = 1t diletakkan pada titiktitik simpul didekat kiri, kanan potongan.
RA =
1 2 t ; R = t 3 3
=+
3.
RA = t ; RB = t
RA + D5 Sin E = 0 1 R 1 D5 = - A = - 2 = 6 12 Sin E 35
35 t (tekan )
Gambar grafik garis pengaruh gaya batang D5 dapat dilihat pada Gambar 1.8.d.
1.1.4. Soal-Soal Latihan : Garis Pengaruh KRB 1. Sebuah KRB tunggal dengan bentuk dan ukuran bentang serta tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Ditanyakan : gambarkan garis pengaruh gaya-gaya batang : A1, B1, B2, D1, D2, V1, V3 A1 D1 A B1 V1 D2 B2 6x6m V3 B 6m
MODUL 1
-14-
2). Sebuah KRB tunggal dengan bentuk dan ukuran bentang serta tinggi seperti yangditunjukkan pada gambar dibawah ini. Ditanyakan : gambarkan garis pengaruh gaya-gaya batang : A3, B2, B3, V1, A V3 V3 B2 6x6m Gambar : Gp gaya-gaya batang : A3, B2, D3, V1, V3 A3 D3 V1 B 6m
3). Sebuah KRB tunggal dengan bentuk dan ukuran bentang serta tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Ditanyakan : gambarkan garis pengaruh gaya-gaya batang : A1 B1 D1 D2, A1 D2 A 6x6m B1 D1 B 6m
1.1.5. Rangkuman Garis pengaruh gaya batang adalah besarnya ordinat yang menunjukkan besarnya gaya batang akibat beban berjalan sebesar 1 ton. Beban yang dipakai untuk menentukan gambar grafik garis pengaruh adalah satu satuan muatan. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang pada konstruksi rangka batang merupakan sebuah segitiga atau dua segitiga dengan alas sepanjang bentang atau sepanjang daerah pengaruhnya. Puncak segitiga terletak diantaranya : Dibawah titik centrum kekuatan batang. Titik centrum kekuatan batang terletak didepan batang dimana terbentuk segitiga dengan batang-batang lainnya.
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-15-
Dibawah titik simpul yang terletak di kiri dan atau di kanan dari potongan yang ditinjau.
Puncak segitiga merupakan besarnya gaya batang tarik atau tekan maximum. Batang tarik bertanda (+) Batang tekan bertanda (-)
Gaya batang maximum ditentukan dengan meletakan beban P = 1t di titik simpul dimana puncak segitiga berada dari bentuk garis pengaruh yang telah ditetapkan, dan dipakai metode penyelesaian yang termudah. Grafik garis pengaruh gaya batang pada konstruksi rangka batang dapat berupa : 1.1.6. Batang tarik saja sepanjang bentang. Batang tekan saja sepanjang bentang. Batang tarik sebagian bentang dan batang tekan dibagian sisa bentang.
soal-soal latihan yang ada sebagai berikut : Soal no. 1. Jawaban : Gaya Batang Ma imum A1 B1 B2 D1 D2 D2 V1 V3 Nilai 5 - t 6 5 + t 6 4 + t 3 5 2 t 6 1 + 2 t 6 2 2 t 3 5 + t 6 +1t Keterangan Tekan Tarik Tarik Tekan Tarik Tekan Tarik Tarik
MODUL 1
-16-
Soal no. 2. Jawaban : Gaya Batang Ma imum A3 B2 D3 D3 V1 V3 Soal no. 3 Gaya Batang Maximum A1 B1 D1 D2 Nilai 5 - ton 6 5 + ton 6 5 5 ton 12 5 + 5 ton 12 Keterangan Tekan Tarik Tekan Tarik Nilai 4 - t 3 + 1,5 t 1 + 2 t 3 1 2 t 2 -1t 0t Keterangan Tekan Tarik Tarik Tekan Tekan
1.1.7. Daftar Pustaka 1. S.P. Timoshenko & D.H. Young, Theory of Structures, Mc GrawHill, Book Company, INC.
1.1.8.
Senarai Konstruksi Rangka Batang Tunggal : suatu rangkaian batang-batang yang berbentuk segitiga. Titik simpul : dianggap sendi Garis pengaruh Beban berjalan.
MODUL 1
-17-
1.2. Garis Pengaruh KRB Bersusun 1.2.1. Pendahuluan Selain KRB tunggal dapat dijumpai pula apa yang disebut KRB bersusun. KRB bersusun dapat dibentuk dari dua atau lebih KRB tunggal sesuai kebutuhan untuk menjadikan konstruksi rangka batang yang lebih kaku. Terbentuknya KRB bersusun harus dapat dipisahkan secara jelas mana yang menjadi bentuk KRB tunggal (KRB utama) dan mana yang menjadi bentuk KRB sekundair. KRB utama maupun KRB sekundair mempunyai sistim struktur yang sama yaitu sistim struktur statis tertentu. Sehingga analisa struktur pada KRB bersusun merupakan gabungan antara analisa struktur KRB utama dengan analisa struktur KRB sekundair. Bentuk KRB bersusun dapat dilihat pada Gambar 1.9, terbentuk dari KRB utama plang ditunjukkan pada Gambar 1.9 a dan KRB sekundair yang ditunjukkan pada Gambar 1.9 b.
1.2.2. Pengertian Dasar Garis pengaruh pada KRB bersusun dilakukan dengan membagi KRB bersusun menjadi KRB tunggal dan KRB sekundair. Masing-masing KRB tersebut diatas dilakukan analisa gaya batang secara terpisah. Grafik garis pengaruh gaya-gaya batang pada KRB bersusun merupakan gabungan dari grafik garis pengaruh gayagaya batang KRB utama dan grafik garis pengaruh gaya-gaya batang KRB sekundair. Jadi garis pengaruh gaya batang pada KRB bersusun : KRB bersusun = KRB tunggal dan KRB sekundair
1.2.3. Contoh soal dan penyelesaian : Menggambar grafik garis pengaruh gaya-gaya batang KRB bersusun Contoh no. 1 sebuah KRB bersusun dengan bentuk dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar 1.9 dibawah ini. Ditanyakan : Gambar grafik garis pengaruh gaya-gaya batang : B3 , D3 , a, b, c, dan d.
MODUL 1
-18-
Penyelesaian :
I A2
D3 D3
h L=6P B
KRB bersususun
I B3 I A2
a). A I II
D3 E B3
KRB tunggal IV V B
III
KRB sekundair
1 2 sin E
1
1 2
ctg
GP.d Gp : B3
f). (+)
3 P 2 h
1 ctg E 2
1 2 Sin E 1 2 Sin E
(-) Gp : D3
g). (+)
1 3 Sin E
Gambar 1.9
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-19-
Bila diperhatikan KRB bersusun (Gambar 1.9), KRB tunggal (Gambar 1.9.a) dan KRB sekundair (Gambar 1.9.b), batang-batang A2 dam D3 kondisinya sama, baik pada KRB bersusun atau tunggal, sedangkan batang-batang D3 dan B3 merupakan batang-batang bersusun, artinya batang-batang tersebut berada pada KRB tunggal dan KRB sekundair. Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya-gaya batang (A2, D3 , D3 dan B3) pada KRB bersusun sebagai berikut : Gp.A2 = Gp A2 pada KRB tunggal Gp.D3 = Gp D3 pada KRB tunggal Gp.B3 = Gp B3 pada KRB tunggal + Gp.d pada KRB sekundair (Gb : 1.9.f) Gp.D3 = Gp D3 pada KRB tunggal + Gp.a pada KRB sekundair (Gb : 1.9.g) Garis Pengaruh Gaya-Gaya Batang Pada KRB Sekundair Ditinjau KRB sekundair yang terletak pada titik simpul II dan III (Gambar 1.9.b). KRB sekundair ini bentuknya sangat sederhana, dengan titik-titik simpul E dan F dan tersusun dari batang-batang a, b, c, dan d, bertumpu pada titik-titik simpul II dan III yang dapat dianggap sebagai perletakan. Untuk menggambarkan bentuk garis pengaruh gaya batangnya juga lebih mudah. Dengan bentuk yang demikian sederhana, maka untuk menentukan gaya batang maksimumnya ; beban P = 1t berjalan diletakkan pada titik simpul E. Satu-satunya titik simpul yang terletak diantara 2 perletakan. (perletakan II dan III).
Garis Pengaruh Gaya Batang a Ditinjau P = 1t di titik simpul E simpul, memakai 7 V = 0 a sin E a a sin E + R II = 0 a=II RII
E a cos E
R II - 1/2 = Sin E Sin E
t (tekan)
Gambar 1.10
MODUL 1
-20-
Untuk
P = 1t di titik-titik simpul II
RII = 1t
7V = 0 a sin E + R II 1 = 0
a sin E + 1 - 1 = 0 a = 0 Dengan jalan yang sama untuk P = 1t di titik simpul III, gaya batang a = 0. Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya batang a merupakan segitiga dengan puncak di bawah titik simpul E, dengan gaya batang maksimum sebesar
- y2 ( tekan ) (Gambar 1.9.c). sin E
Garis Pengaruh Gaya Batang b. Batang b letaknya simetris dengan batang a terhadap titik simpul E . P = 1t letaknya tetap di titik simpul E. Sehingga batang b kondisinya sama dengan batang a. Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya batang b sama dengan garis pengaruh gaya batang a. (Gambar 1.9.c).
Garis Pengaruh Gaya Batang c Pada Gambar 1.9.b batang c adalah batang vertical dan bertemu tegak lurus dengan batang-batang bawah yang horizontal di titik simpul E. Melihat posisi batang c, metode yang paling mudah untuk menentukan gaya batang c adalah metode keseimbangan titik simpul. Dengan keseimbangan titik simpul E, memakai 7 V = 0, maka gaya batang c dapat ditentukan. Dan gaya batang c maksimum terjadi bila P = 1t berada di titik simpul E. Ditinjau P = 1t di titik simpul E.
7 V = 0 (ditinjau di titik simpul E, Gambar 1.11)
CP=0 C = P = 1 t (tarik) d P = 1t
e Gambar 1.11
MODUL 1
-21-
Jadi bentuk garis pengaruh gaya batang c merupakan segitiga dengan puncak di bawah titik simpul E (Gambar 1.9.d)
Garis Pengaruh Gaya Batang d Ditinjau P =1 t di titik simpul E memakai 7 H = 0 a cos E + d = 0 d = - a cos E Dari hasil perhitungan bahwa besarnya gaya batang d tergantung dari besarnya gaya batang a. Untuk P =1 t di titik simpul E, gaya batang a = Cos E 1 = 2 ctg gaya batang d = 1 2 Sin E
E t ( tarik )
1/ 2 Sin E
sehingga
Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya batang d merupakan segitiga dengan puncak di bawah titik simpul E, dengan gaya batang maksimum sebesar ctg
E (Gambar 1.9.e).
Contoh no. 2 : Sebuah KRB bersusun dan bentang serta tinggi seperti tercantum pada Gambar 1.12 dibawah ini. Ditanyakan : Gambar grafik garis pengaruh gaya-gaya batang ; D5, D5 , B3, b, c, d.
D5 D5 b c B3 36 m d
3m 3m
MODUL 1
-22-
b) .
F b G a cd p g e f III II E
3m 3m
3m
KRB sekundair
(-) (-)
(+) (-)
1 5 4 1 2 1 5 4 1 4
IV
B Gp B3
(+) h). 1 12
(+) i). 1 4 5
1 18
35
35
Gp D5 (-)
Gambar 1.12
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-23-
Penyelesaian : KRB bersusun pada Gambar 1.12 terbentuk dari KRB tunggal pada Gambar 1.12.a dan KRB sekundair pada Gambar 1.12.b, sehingga bentuk grafik garis pengaruh gaya-gaya batangnya dapat ditentukan sebagai berikut : Gp.D5 = Gp.D5 pada KRB tunggal Gp. D5 = Gp.D5 pada KRB tunggal + Gp. a pada KRB sekundair (Gb 1.12g) Gp.B3 = Gp.B3 pada KRB tunggal dan Gp.e pada KRB sekundair (Gb.1.12h). Bentuk grafik garis pengaruh gaya-gaya batang B3 dan D5 telah digambar pada Gambar 1.8.c dan 1.8.d, sehingga tidak perlu ditentukan lagi. Yang perlu ditentukan kemudian adalah bentuk grafik garis pengaruh gaya-gaya batang a, b, c, d, e dan f pada KRB sekundair. KRB sekundair ini bentuknya sangat sederhana (lihat Gambar 1.12.b), sehingga gaya-gaya batang maksimumnya dapat ditentukan dengan mudah, yaitu dengan meletakkan beban P =1t di titik simpul E. (Titik simpul E adalah satu-satunya titik simpul yang dilalui oleh P = 1t berjalan pada KRB sekundair). Jadi bentuk grafik garis pengaruh gayagaya batang a, b, c, d, e dan f merupakan segitiga dengan puncak di bawah titik simpul E dengan gaya-gaya batang maksimum yang berbeda-beda.
Garis Pengaruh Gaya Batang a Pada KRB sekundair (Gb. 1.12.b), P = 1t di titik simpul E =t a sin E a Ditinjau keseimbangan gaya-gaya di titik simpul II.
7V = 0
RII = t ; R III
II
e a cos E
RII Gambar 1.13 Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang a dapat dilihat pada Gambar 1.12.c.
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-24-
Garis Pengaruh Gaya Batang b Pada KRB sekundair (Gambar 1.12.b), P = 1t di titik simpul E RIII = t. F I b
7ME = 0 E
RII = t ;
3m
c sin E
Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang b dapat dilihat pada Gambar 1.12.d
RII
I 3m
Gambar 1.14 Garis Pengaruh Gaya Batang c Pada KRB sekundair (Gambar 1.12.b), P = 1t di titik simpul E RIII = t. Ditinjau potongan I-I (Gambar 1.14)
7V = 0
RII = t ;
RII c sin E = 0 c=
R II 1 = Sin E 4 5 t ( tarik )
Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang c dapat dilihat pada Gambar 1.12.e. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang d sama dengan bentuk grafik garis pengaruh gaya batang c, karena batang-batang c dan d letaknya simetri pada KRB sekundair.
Garis Pengaruh Gaya Batang e Pada KRB sekundair (Gambar 1.12.b), P = 1t di titik simpul E RIII = t. Ditinjau potongan I-I (Gambar 1.14).
7 MF = 0
RII = t ;
MODUL 1
-25-
Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang e dapat dilihat pada Gambar 1.12.f. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang f sama dengan bentuk grafik garis pengaruh gaya batang e, karena batang-batang e dan f letaknya simetri pada KRB sekundair. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang B3 (Gambar 1.12.g) merupakan gabungan antara grafik garis pengaruh gaya batang B3 (Gambar 1.8.c) dengan grafik garis pengaruh gaya batang e (Gambar 1.12.f) dengan memperhatikan tanda-tandanya (batang-batang tarik). Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang D5 (Gambar 1.12.h) sama dengan bentuk grafik garis pengaruh gaya batang D5 (Gambar 1.8.d). Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang D5 (Gambar 1.12.i) merupakan gabungan antara grafik garis pengaruh gaya batang D5 (Gambar 1.8.d) dengan grafik garis pengaruh gaya batang a (Gambar 1.12.c).
1.2.4. Soal-soal latihan : Garis Pengaruh KRB Bersusun 1). Soal no. 1 : Sebuah KRB bersusun dengan bentuk dan ukuran bentang serta tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. A3 A3 V3 d A 6x6m v D3 D3 B 3m 6m
2). Soal no. 2 : Sebuah KRB bersusun dengan bentuk dan ukuran bentang serta tinggi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
MODUL 1
-26-
A1 A D1 D1
p
A2
r
B D2 6m
D2
6 x 6 m = 12 x 3 m
1.2.5. Rangkuman KRB bersusun terdiri dari gabungan antara KRB tunggal (utama) dan KRB sekundair. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang pada KRB bersusun merupakan penjumlahan aljabar antara bentuk grafik garis pengaruh gaya batang KRB utama dan bentuk grafik garis pengaruh gaya batang KRB sekundair. Gp. gaya batang pada KRB bersusun = Gp. gaya batang pada KRB tunggal + Gp. gaya batang pada KRB sekundair.
1.2.6. Penutup Untuk mengukur prestasi mahasiswa dapat melihat jawaban-jawaban dari soal-soal latihan yang ada sebagai berikut : Jawaban soal no. 1. Gaya-gaya batang :
KRB Tunggal
A3 max = -
Keterangan
Tekan
KRB Sekundair
amax = -
Keterangan
Tekan
KRB Bersusun
A3 = A3 = A3 + a V3 = V3 KRB tunggal -
1 t 3 1 t 3
1 t 2
V3 max = V3 max = +
tekan Tarik
1 t 2
MODUL 1
-27-
KRB Tunggal
D3 max = + D3 max = vmax = dmax = -
Keterangan
Tarik Tekan
KRB Sekundair
dmax = +
Keterangan
Tarik
KRB Bersusun
D3 = D3 + d D3 = D3 KRB tunggal
1 3
2 t
1 2
2 t
1 2
2 t
vmax = - 1 t dmax = +
Tekan
1 2
2 t
Tarik
Keterangan
Tekan Tarik
KRB Sekundair
a= -
Keterangan
Tekan Tarik
KRB Bersusun
A1 = A1 = A + a D1 = D1 + d D1 = D1 KRB tunggal
1 t 12
5 5 t 12 5 8 2 t
1 t 4
1 5t 4 1 5t 4 1 5t 4
d=+
Tekan
d=+
Tarik
D2 = D2 + d D2 = D2 KRB tunggal
Tekan
q=r=-
1 t 2
1 5t 4
Tarik Tekan
1.2.7. Daftar Pustaka 1. S.P. Timoshensko & D.H. Young Theory of Structures, Mc GrawHill, Book Company, Inc
1.2.8. Senarai - Konstruksi rangka batang bersusun - Konstruksi rangka batang utama (tunggal) - Konstruksi rangka batang sekundair (tunggal)
MODUL 1
-28-
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang dimaksud dengan perpindahan tempat titik simpul pada KRB.
Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat memahami pengertian perpindahan titik simpul pada KRB selanjutnya dapat menghitung perpindahan tempat vertikal dan horizontal titik-titik simpul pada KRB.
1.3.1. Pendahuluan Beban-beban yang bekerja pada KRB berupa beban-beban mati, hidup dan sementara. Akibat dari beban-beban tersebut diatas, batang-batang yang tersusun pada KRB akan mendapat beban axial. Beban axial yang bekerja pada batang dapat berupa beban tekan dan atau beban tarik. Beban axial tarik atau beban axial tekan yang bekerja pada sebuah batang dapat menyebabkan perubahan panjang (memanjang atau memendek) dari batang tersebut. (Gambar 1.15). P (axial tarik) Bertambah panjang (L l
(L
l Gambar 1.15
MODUL 1
-29-
(HR : Hooke)
dimana : P = beban axial l = panjang batang E = modulus elastisitas A = luas penampang batang
Setiap batang pada KRB akan mengalami perubahan panjang, sehingga titik-titik simpul yang merupakan pertemuan dari beberapa batang akan mengalami perubahan tempat, baik perubahan tempat vertikal maupun perubahan tempat horizontal. Untuk mengetahui lebih jelas tentang posisi perubahan tempat titik-titik simpul pada KRB dapat dilihat pada Gambar 1.16. F F G G H
C C
D D Gambar 1.16
E E
B B
Titik titik simpul C, D, E, F, G, dan H akibat beban-beban luar yang bekerja pada KRB tersebut akan mengalami perubahan tempat vertikal maupun horizontal, sehingga posisinya berpindah di C , D , D , F , G , dan H . Titik simpul A merupakan sebuah perletakan sendi, sehingga posisinya tetap (tidak berubah tempat). Titik simpul B merupakan sebuah perletakan rol, sehingga posisinya berubah tempat pada arah horizontal ke B. Bila ditinjau titik D maka besarnya perubahan-perubahan tempat vertikal dan horizontal ditunjukkan pada Gambar 1.16a.
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-30-
(VD (q)
Metode yang akan dipakai untuk menentukan perubahan tempat titik simpul pada KRB disini adalah metode unit load atau disebut juga metode E koeffisient atau metode Maxwell.
1.3.2. Pengertian Dasar Secara umum perpindahan tempat titik simpul pada KRB ditentukan dengan rumus :
(=
n
((li) . Li
i =1
dimana :
(li
Ei
gaya-gaya batang akibat beban sebesar 1 (unit load) yang diletakkan pada titik simpul yang akan ditentukan perpindahan tempatnya.
Apabila masing - masing batang pada KRB mengalami perubahan panjang sebesar :
(li = Si li E Ai
(
i =1
Si li ) Ei E.Ai
dimana :
Si = gaya-gaya batang akibat beban-beban luar li = panjang masing batang E = modulus elastis bahan Ai = luas penampang masing-masing batang
MODUL 1
-31-
Untuk perpindahan tempat vertikal unit load diarahkan vertikal sehingga didapat :
(V =
n
(
i =1
Si li )E E.Ai vi
Untuk perpindahan tempat horizontal unit load diarahkan horizontal sehingga didapat.
(H =
n
(
i =1
Si li )E E.Ai Hi
Perpindahan tempat vertikal mengarah keatas atau kebawah ditunjukkan dari permisalan arah unit load dan hasil perhitungan perpindahan tempat vertikal : (V Bila
(V = + searah dengan arah vertikal unit load. (V = - berlawanan arah dengan arah vertikal unit load.
1.3.3. Contoh soal dan penyelesaian menghitung besarnya perpindahan tempat titik simpul pada KRB Contoh no. 1. Pada KRB dengan dimensi dan beban-beban luar yang bekerja sebesar P = 2t seperti ditunjukkan pada Gambar 1.17. Ditanyakan : perpindahan tempat titik simpul D. 12 13
5 1
6 2 P = 2t
8 D 3
10 4 P = 2t
11 B
6m
MODUL 1
-32-
Langkah-langkah penyelesaian : Menentukan gaya-gaya batang nomor 1 s/d 13 (S1 s/d S13) akibat bebanbeban luar P = 2t pada KRB yang ditunjukkan pada gambar Besarnya gaya-gaya batang tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan metode Cremona, keseimbangan titik simpul, Ritter atau yang lainnya. Menentukan gaya-gaya batang E1 s/d E13 akibat unit load = 1 di titik D (perpindahan tempat yang akan ditentukan adalah di titik D) lihat Gambar 1.17a. dan 1.17b. 12 13
5 1
6 2
8 D 3
10 4
11 B
5 1
6 2
8 D 3
10 4
11 B
1 (unit load horizontal) Gambar 1.17b Dari Gambar 1.17a dapat ditentukan besarnya gaya-gaya batang : EV1 s/d
E V 13.
Dari Gambar 1.17b dapat ditentukan besarnya gaya-gaya batang : EH1 s/d
EH13.
Menghitung besarnya perpindahan tempat vertikal di titik simpul D : (VD dan perpindahan tempat horizontal di titik simpul D : (HD akan lebih mudah menggunakan tabel seperti yang ditunjukkan dibawah ini.
MODUL 1
-33-
Eai EA EA EA EA EA EA EA EA EA EA EA EA EA
Evi + 0.5 +1 +1 + 0.5 - 0.707 + 0.5 - 0.707 +1 - 0.707 + 0.5 - 0.707 - 0.5 - 0.5
E,i -1 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
perpindahan tempat vertikal searah dengan arah unit load yaitu kebawah. Perpindahan tempat horizontal titik simpul D.
(
D
=-
perpindahan tempat horizontal berlawanan arah dengan unit load yaitu kekanan. Contoh no. 2 Sebuah kanopi dengan ukuran bentang dan tinggi serta pembebanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.19. Ditanyakan : perpindahan tempat titik simpul C.
MODUL 1
-34-
A1 = A2 = 14 cm A4 = A5 = 12 cm A3 = A6 = A7 = 10 cm E = 2.106 kg/cm
Dari gambar 1.19a. dapat dihitung gaya-gaya batang S1 s/d S7 dengan satu arah atau lebih dari metode-metode keseimbangan titik simpul, Cremona atau potongan (Ritter) . A 6 D 7 5 4 B 1 E Gambar 1.19a. Dari gambar 1.19a dapat dihitung gaya-gaya batang EV1 EV7 A 6 D 7 5 4 B 1 E Gambar 1.19b. 2 C 1 unit load vertikal 3 2 C 3 1 unit load vertikal
MODUL 1
-35-
Dari Gambar 1.19b. dapat dihitung gaya-gaya batang EH1 EH7. Perhitungan selanjutnya dengan menggunakan tabel seperti yang ditunjukkan dibawah ini :
No. Batang 1 2 3 4 5 6 7 Panjang Batang Li (cm) 200 200 2.50 1.50 2.50 2.50 3.00 Eai 14 E 14 E 10 E 12 E 12 E 10 E 10 E Si (kg) - 400 - 400 + 500 0 - 500 + 1000 + 300
Evi E, i
+1 +1 0 0 0 0 0
- 11428,56 / E
-11428,56 2.10
6
= - 5,214.10 -3 cm (n)
Soal-soal latihan : Perpindahan tempat titik simpul pada KRB 1. Sebuah jembatan KRB dengan bentuk dan ukuran bentang, tinggi serta pembebanan, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Abatang atas = 240 cm, Abatang bawah = 200 cm, A diagonal = 220 cm (A luas penampang batang) E = 2.106 kg/cm. P q A C B D 4x6m E B 3m P = 10 t Q = 2 t/m
MODUL 1
-36-
2. Sebuah kuda-kuda KRB dengan bentuk dan ukuran bentang, tinggi serta pembebanan seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini. 1200 kg 600 kg 600 kg 4m 13 3 D 4x4m E 4 B 8
6 10 11
7 12
5 1 A 9 C 2
Rangkuman Gaya-gaya batang pada KRB akibat dari beban-beban luar yang bekerja dapat menyebabkan perubahan panjang dari setiap batang yang tersusun pada KRB. Unit load adalah satuan beban yang digunakan untuk menentukan tempat dan arah perpindahan tempat titik simpul pada KRB. Perpindahan tempat titik simpul pada KRB dapat ke arah vertikal (keatas atau kebawah) dan kearah horizontal (kekanan atau kekiri).
Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa dapat melihat jawaban-jawaban dari soal-soal latihan yang ada sebagai berikut :
MODUL 1
-37-
Soal no 1
Perubahan Tempat
(VC (HC (VD (HD
Daftar Pustaka 1. S.P. Timoshenko & D.H. Young Theory of Structures, Mc GrawHill, Book Company, INC.
MODUL 1
-38-
Konstruksi Jembatan Gantung Pendahuluan. Konstruksi Jembatan Gantung (KJG) yang akan dibicarakan disini adalah bentuk konstruksi jembatan gantung sederhana. Konstruksi jembatan ini terdiri dari pelengkung penggantung yang berbentuk lengkung parabola, tiang-tiang penyangga pelengkung (pylon), batang-batang penggantung, dan balok-balok pendukung lantai kendaraan. Pelengkung penggantung terbuat dari kabel yang menumpu di puncak kolom pylon dan dikaitkan pada angker blok. Balok utama pendukung lantai kendaraan dapat berupa balok-balok biasa (Gambar 1.20) atau dapat juga berupa konsturksi rangka batang (Gambar 1.21). A Pelengkung penggantung (kabel) Batang penggantung pylon B
A Lantai kendaraan
B Angker blok
A S
Angker blok Balok pendukung lantai dari konstruksi rangka batang Gambar 1.21 Sistim struktur jembatan gantung sederhana yang akan dipelajari adalah konstruksi statis tertentu, sehingga pada bagian balok utama pendukung beban diberi sebuah sendi S. Sendi ini biasanya diletakan di tengah-tengah bentang jembatan (dibawah puncak pelengkung parabola).
Garis Pengaruh Konstruksi Rangka Batang (KRB)
MODUL 1
-39-
1.4.2. KJG dengan lantai kendaraan didukung oleh balok. Balok-balok pendukung utama biasa : lantai kendaraan terbentuk dari balok-balok memanjang dan melintang yang menumpu pada balok utama, sehingga pembebanannya menjadi sistim pembebanan tidak langsung. Jadi pembebanannya berupa beban terpusat yang bekerja pada ujung-ujung gelagar melintang.
Menentukan gaya-gaya pada kabel dan batang penggantung. Ditinjau Konstruksi Jembatan Gantung dengan bentang 8P (lapangan genap) tinggi pylon h, puncak pelengkung f dibebani beban terpusat P dan terbagi rata q seperti pada gambar 1.22 A 1 2 A
P
B f 3 3 S S 4 4 6 5 q 1
P
h B h1 6 RB
RA
L = 8P Gambar 1.22 H I I f H A RA 1 2 3 S
a).
HA = 0
MODUL 1
-40-
RA =
7V = 0
( L - a ) + 18.q.P L
RA + RB - P - q . 6P = 0 RB = P + 6.q. P - RA
H= RA . H=
L L - P( - a) - 2q . P 2 2 f
H f qt T
P
T
P
L 2
T qt
T n genap
L=nP c) L
q tL 2
qt
qtL 2
d)
qtL 2
MODUL 1
-41-
Dengan sangat mudah dimengerti bahwa batang penggantung merupakan batang tarik, sehingga arah gaya tariknya (T) meninggalkan titik simpul seperti tercantum pada Gambar 1.22.b. Gaya tarik T tersebut terletak pada lengkung parabola. Dan keistimewaan dari bentuk persamaan parabola akan memberikan besaran T yang sama. Hal ini akan lebih jelas bila diperhatikan gambar Cremona dari keseimbangan gaya-gaya pada kabel B dan T, dimana komponen horizontalnya merupakan gaya H yang telah dihitung didepan. Perhatikan Gambar 1.22.e. e).
D6 -B D5 -6 D4 -5 D5 -4 D3 -5 D2 -3 D1 -2 DA -1
T6 T5 T4 TS T3 T2 T1
Untuk menyederhanakan perhitungan gaya-gaya, T dianggap sebagai beban T (Gambar 1.22.c) terbagi rata qt dimana qt = P Perhatikan gambar 1.22.b. ; Momen akibat H = H.f 1 Perhatikan gambar 1.22.c. ; Momen akibat T = q t 8 Momen akibat H = momen akibat T. 1 1 T H.f = q t . = . . (n P ) . 8 8 P dimana : n jumlah lapangan genap
T= 8 .H nL
Untuk jumlah lapangan n ganjil (Gambar 1.22.d) Momen akibat H = momen akibat T
MODUL 1
-42-
H.f
q n -1 q t L n -1 ) . P )P- t ( .( 2 2 2 2 n - 1 n - 2n + 1 )-( )] 4 8n
= q t L P [( = =
qt LP ( 2 n - 2 - n + 2 - 1) 8n qt LP T.LP ( n - 1) ( n - 1) = P 8n 8n
n 8f ' )H n - 1 L
T=(
1.4.2.2.
Contoh soal dan penyelesaian : Bidang-bidang gaya lintang (D) dan Momen (M).
Contoh :
Sebuah konstruksi jembatan gantung dengan bentuk dan dimensi serta beban yang bekerja seperti tercantum pada Gambar 1.23 di bawah ini.
MODUL 1
-43-
A f1 6m P=8t A
P=4m
B f2 I f = 6m
B I S L = 24 m
a).
n - 1 RA )T ( 2
T P = 8t T
RB n -1 )T ( 2 B
A RA b). 2,667 (+) (+) 2,667 c). 10,67 10,67 (+) Gambar 1.23 (-) 1,334 5,33 (-) 5,33
RB
Bid. : D
1,333
Bid. : M
Penyelesaian :
y Menentukan ordinat yi pada pelengkung parabola :
Persamaan parabola :
4 x (L - x ) 4 . 6 x ( 24 - x) = L 24 x (24 - x ) fi = 24 fi =
MODUL 1
-44-
Sumbu x = 0 terletak di titik A 4 (24 - 4) Untuk x = 4 m f1 = = 3,333 m 24 8 (24 - 8) Untuk x = 8 m f 2 = = 5,333 m 24 y Menentukan reaksi perletakan di A dan B. Perhatikan Gambar 1.23.a. Reaksi perletakan di A (RA) dan di B (RB) dihitung akibat beban P = 8t
7 MB = 0 . RA.L P . 18 = 0
RA =
7V=0.
RA + RB - P = 0 RB = P RA = 8 6 = 2 t . (o)
L -P.6H.f=0 2
RA . L - 6 P 6 . 24 / 2 - 6 . 8 2 = = 4t f 6
H=
D12 = DAH + T 4 = 2,667 + 1.333 4 D2S = D12 4 + T = 0 4 + 1,333 DS3 = D2s + T = -2,667 + 1,333 D34 = DS 3 + T = -1,334 + 1,333 } 0 t D4B = D3 4 + T = 0 + 1,333
= 1,333 t
MODUL 1
-45-
Bidang M : perhatikan Gambar 1.23. a dan c Besarnya momen dihitung dari kiri (bagian A-S) MA = 0 tm (n 1) 5 T . 4 ! 6 . 1,333 . 4 M1 = R A 2 2
( n 1) . T M2 = R A . 8 T 4
. 4 2
= + 10,67 tm = + 10,67 tm
( n 1) . T MS = R A .12 T 4 . 8 (T 4) . 4 = 0 tm 2
(n 1) . T .12 T . 8 T . A 2
5 .1,333 . 4 2
= 0 tm = - 5,33 tm
Besarnya momen dapat juga dihitung dengan menggunakan potongan pada tempat yang ditinjau. M1 menggunakan potongan yang melalui titik simpul 1. M2 menggunakan potongan yang melalui titik simpul 2. H I f1 h h1 H Ditinjau potongan I-I M1 = RA . 4 H . h + H h1 RA . 4 H (h h1) RA . 4 H . f1 = 6.4 4 . 3,333 = + 10,67 tm (cocok) 1 RA 4m I
M3 = R B
( n 1) . T .4 ! 2 2
MODUL 1
-46-
H II f2 h titik 8t H titik
2m 8m II
Kalau diperhatikan analisa perhitungan momen M1 dan M2 diatas, dapat diuraikan sebagai berikut : M1 = RA . 4 H . f1 Dimana : RA . 4 adalah momen di titik simpul 1 akibat beban di atas 2 perletakan statis tertentu. H . f1 adalah momen di titik simpul 1 akibat gaya H dari konstruksi Jembatan Gantung. M2 = RA . 8 P . 2 H . f2 Dimana : RA . 8 P . 2 adalah momen di titik simpul 2 akibat beban di atas 2 perletakan statis tertentu. H . f2 adalah momen di titik simpul 2 akibat gaya H dari konstruksi Jembatan Gantung
1.4.2.3 Garis Pengaruh Konstruksi Jembatan Gantung Kita telah mempelajari bidang gaya lintang (D) dan bidang momen (M) pada konstruksi Jembatan Gantung. Dimana besarnya gaya lintang dan momen tergantung pada besarnya gaya T atau H. Demikian pula untuk garis pengaruh gaya lintang dan momen tergantung pada konstruksi jembatan gantung. Besarnya gaya lintang dan momen pada garis pengaruh akan dipengaruhi oleh besarnya gaya H. Sehingga untuk menggambarkan grafik G.P. gaya lintang dan momen, harus menentukan terlebih dahulu gambar grafik G.P. gaya H.
MODUL 1
-47-
1.4.2.4. Contoh soal dan penyelesaian : Garis pengaruh KJG. Contoh : Sebuah KJG dengan balok sebagai pendukung utama lantai kendaraan, bentuk dan bentangnya seperti tercantum pada gambar : 1.24. Ditanyakan : Gambar garis-garis pengaruh : H, DD, MD. Penyelesaian : . xP A RA
P
f1 fD f2
f B RB
1 xD
D 2
S L = 6P
a). (+)
x 2f 3P 2f
1 6 b). (-) 2 3
(+)
(-)
2P tg E 2f
c).
3 P 4 P
(+)
3P .fD 2f
(-)
G.P.MD
Gambar 1.24
MODUL 1
-48-
Garis Pengaruh Gaya H pada Konstruksi Jembatan Gantung Perhatikan konstruksi Jembatan Gantung pada Gambar 1.24. Beban P = 1t berjalan dari A ke B melalui sendi S. Ditinjau P = 1t berada x m dari A RA =
X L-X ;R B = L L
Dengan cara yang sama, untuk menentukan gaya H pada perhitungan didepan menggunakan potongan I-I (serupa pada Gambar 1.22.a)
7 MS = 0 (ditinjau sebelah kanan)
RB . L H.f = 0 H= R B .1 / 2 L X / L . 1 / 2 L X = = f f 2f
Besarnya gaya H tergantung dari besarnya x (x berlaku dari A s/d S atau 0 < X < L) sehingga gaya Hmax terjadi pada X = L = > Hmax = 1 / 2L L = 2f 4f
Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya H merupakan segitiga dengan puncak dibawah titik S. (Gambar 1.24.a)
y
Ditinjau P =1t berada x m dari A Perhatikan sebelah kanan potongan D-D (lihat Gambar 1.24.a)
MODUL 1
-49-
Gaya lintang pada potongan D-D : DD = RA P H tg E = DD1 + DD2 gaya lintang DD pada balok di atas dua perletakan statis tertentu
Dimana : DD1 = R A P =
L-X -P L
DD2 = - Htg E =x tg E 2f
Jadi bentuk grafik garis pengaruh gaya lintang pada konstruksi Jembatan Gantung merupakan penjumlahan aljabar antara bentuk grafik garis pengaruh gaya lintang pada balok diatas dua perletakan statis tertentu dan bentuk grafik garis pengaruh gaya H.tg E Menentukan besarnya gaya lintang DD tertentu Gaya lintang DD2 akibat gaya H. DD2 = Harga gaya H maximum terjadi pada x = l = 3 P DD2 = x . tg E 2f
Gambar grafik garis pengaruh gaya lintang pada potongan D-D secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.24.b.
y
Ditinjau P = 1t berada xm dari A. perhatikan sebelah kanan potongan D-D (lihat Gambar 1.24 d). Momen pada potongan D-D : MD = RA. 1,5 P - P (1,5 P - X) H.fD = MD1 + MD2
MODUL 1
-50-
pada balok diatas dua perletakan statis tertentu (0 < x < P) MD1 =
L-x . 1,5 P (2 P < x < 6P) L
Untuk x = P
MD1 =
6P - P 3 .1,5 P - (1,5 P - P ) = P 4 6P
6P - 2P . 1,5 P 6P
=P
Gambar grafik garis pengaruh momen pada potongan D-D secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.24.c.
1.4.2.5. Soal-soal latihan :Bidang-bidang M,D dan garis pengaruh 1. Sebuah konstruksi jembatan gantung dengan balok sebagai pendukung utama lantai kendaraan, beban q = 2 t/m , bentuk dan dimensi seperti tercantum pada gambar di bawah ini. f q=2 t/m A 1 15 m 2 C 3 S 7x6m 4 5 6 B f = 15 m
MODUL 1
-51-
Ditanyakan : a). Besarnya gaya-gaya H dan T b). Gambar bidang-bidang : D dan M c). Gambar G.p.H ; G.p.Dc ; Gp.Mc
1.4.2.6. Rangkuman : Gaya H dan T (batang penggantung) merupakan komponen-komponen dan gaya kabel. Besarnya gaya T sama disetiap batang penggantung. Bentuk grafik bidang-bidang gaya lintang (D) dan momen (M) pada konstruksi jembatan gantung tergantung pada 2 kelompok susunan gaya yaitu : 1 kelompok gaya-gaya dari konstruksi balok diatas 2 perletakan yang berupa reaksi-reaksi dan beban-beban yang bekerja. 1 kelompok gaya-gaya yang lain berupa komponen-komponen dari gaya kabel yaitu gaya-gaya T dan H. Gaya H ditentukan dulu, kemudian gaya T yang besarnya merupakan fungsi dari gaya H, n, L dan f atau f dapat ditentukan. Besarnya gaya H dihitung dengan menggunakan 7 Ms = 0 (ditinjau sebelah kiri atau kanan saja) dengan metode potongan melalui sendi S. Bentuk grafik garis pengaruh gaya H pada konstruksi jembatan gantung merupakan sebuah segitiga dengan alas sepanjang bentang dengan puncak di bawah sendi S. Bentuk grafik garis pengaruh gaya lintang (D) dan momen (M) pada suatu potongan merupakan penjumlah aljabar antara : bentuk-bentuk G.p. sebagai berikut : G.p.Dx = Gp.Dx pada balok diatas 2 perletakan (Gp.H) . G.p.Mx = Gp.Mx pada balok diatas 2 perletakan (Gp.H) .
MODUL 1
-52-
1.4.2.7. Penutup Jawaban : a). H = 24,5 t ; T = 10 t b). Bidang Gaya Lintang (D) D Nilai DA + 2,57 t D1 + 0,57 t D2 - 1,43 t D3 - 3,43 t D4 - 5,43 t D5 - 1,43 t D6 + 8,57 t DB + 8,57 t Bidang Momen (M) M Nilai MA 0 tm M1 + 15,42 tm M2 + 18,84 tm M3 + 10,16 tm MS 0 tm M4 -10,26 tm M5 - 42,84 tm M6 -51,42 tm MB 0 tm
- Gaya Hmax = 6,12 t (2) Pengaruh gaya H 0,41 H (-) 0,41 H (-) 13,78 H (-) 13,78 H (-) (1) + (2) Dc + 0,41 H (-) Dc + 0,41 H (-) Mc + 13,78 H (-) Mc + 13,78 H (-)
(1) Balok diatas 2 perletakan 2 Dcmax = - t (di kiri c) 7 4 Dcmax = + t (d kanan c) 7 Mc = + 7,71 tm (dibawah titik 2) Mc = + 8,57 tm (dibawah titik 3) 1.4.2.8. Daftar Pustaka
1.4.2.9. Senarai Sendi S Pelengkung penggantung (kabel penggantung) Batang penggantung Balok pendukung lantai kendaraan.
MODUL 1
-53-
1.4.3. KJG dengan lantai kendaraan didukung oleh KRB. 1.4.3.1. Prinsip-prinsip dasar.
Seperti halnya Konstruksi Jembatan Gantung dengan pendukung lantai kendaraan balok biasa, gaya-gaya batang pada KRB sebagai pendukung utama lantai kendaraan, akan dipengaruhi oleh komponen horizontal dari gaya kabel yaitu gaya H. Pada prinsipnya pengaruh gaya H pada balok pendukung biasa atau pada KRB sebagai pemikul utama lantai kendaraan terhadap gaya -gaya dalamnya (Bidang-bidang gaya lintang (D), momen (M), dan gaya-gaya batang pada KRB) adalah sama. Jadi untuk menentukan besarnya gaya-gaya batang akibat beban-beban tetap merupakan gaya-gaya batang pada KRBdiatas dua perletakan ditambah dengan akibat pengaruh dari gaya H. Demikian juga untuk garis pengaruh gaya batang pada KRB pada Jembatan Gantung merupakan garis pengaruh gaya batang pada KRB diatas dua perletakan ditambah dengan akibat pengaruh dari gaya H. Untuk lebih jelasnya diberikan sebuah contoh cara menghitung gaya-gaya batang dan menggambar garis pengaruh gaya batang pada KRB sebagai pendukung utama lantai kendaraan seperti dibawah ini.
1.4.3.2. Contoh soal dan penyelesaian menghitung gaya-gaya batang Contoh no. 1 : Sebuah Konstruksi Jembatan Gantung dengan KRB sebagai pendukung utama lantai kendaraan bekerja beban - beban tetap P = 12 t dan q = 2 t/m,
bentuk dan demensi KRB seperti tercantum pada Gambar 1.25. Ditanyakan : Besarnya gaya-gaya batang A4, B3 dan D4.
MODUL 1
-54-
f5 f = 14m P=12t A VA
4m 2m
f6
q = 2 t/m A4 B S 5 5 10 x 6 m D4 6 B3 6 VB 6m
VA =
12 . 50 + 2.42 . 21 = 39,4 t 60
VB . 30 q . 30 . 15 H . f = 0 H=
VB . 30 - q . 30 . 15 f = 56,6 . 30 - 2.450 = 57 t 14
Menghitung : f5 dan f6 fx = f5 = f6 =
4 f x (l - x) (x m dihitung dari perletakan B). L 4 .14 . 24 (60 - 24) = 13, 44 m (60)
MODUL 1
-55-
Untuk menghitung besarnya gaya-gaya batang A4 , B3 dan D4 digunakan metode potongan. Untuk gaya-gaya batang A4, B3 dan D4 digunakan potongan I-I seperti tercantum pada gambar 1.26, ditinjau sebelah kanan. Beban terbagi rata q dijadikan beban terpusat yang bekerja pada titik-titik simpul 6, 7, 8 dan B.
f5 I H H
f6
A4 5 D4
12 t
12 t
12 t
6t
B VB 6m
5 B3
I 6m
6 6m Gambar 1.26 6m 6m
Menghitung gaya batang A4. Ditinjau sebelah kanan potongan I-I (Gambar 1.26)
7M6 = 0 A4.6 12.6 12.12 (VB 6) 18 H . f6 = 0
A4 =
(tekan)
MODUL 1
-56-
Menghitung gaya batang B3 Ditinjau sebelah kanan potongan I-I (Gambar 1.26)
7M5 = 0 B3.6 + 12.6 + 12.12 + 12.18-(VB 6) 24 + H . f5 = 0
B3 =
(tarik)
Menghitung gaya batang D4 Ditinjau sebelah kanan potongan I-I (Gambar 1.26)
7V = 0 D4 sin E -12 12 12 6 + VB ( ( f5 - f6 ) 6 =0
D4 =
= - 1,923 t
(tekan)
Contoh no.2 : Sebuah konstruksi Jembatan Gantung dengan KRB sebagai pendukung utama lantai kendaraan, bentuk dan dimensi seperti tercantum pada Gambar 1.27. Ditanyakan : Gambar grafik garis pengaruh gaya-gaya batang A3, B2, D3 dan V2.
f1
f2
f3
A3 A 1 2 V2 7 8 3 D3 9 10 11 8P 12 13 14 S 4 5 6
B
P
B2
MODUL 1
-57-
Penyelesaian :
II I H H
a1). A R2
Htg F
F
A3 E D3 B2
a2).
Htg K A2
V2
V2 B2 II
8 I
b).
1,875 (-) 1,875 (+)
G.P. A3
c).
1,5 (+) 1,5 (-)
G.P. B2
(+)
Gambar 1.27
MODUL 1
-58-
Perhatikan Gambar 1.27 a1, ditinjau sebelah kiri potongan I-I. P = 1 t terletak di titik simpul 3 (centrum kekuatan batang A3)
5 t; R 8 = 3 t 8
RA =
7 M9 = 0
RA . 3P + A3 P - H . f3 = 0 A3 = R A .3 P P + H .f 3 P
dimana :
- R A . 3P adalah besarnya gaya batang A3 pada KRB diatas 2 perletakan. P - R A . 3P -5 = . 3 = - 1,875 t (digambar dibawah titik simpul 3 sebagai puncak P 3
+ f3 =
Garis pengaruh gaya H telah dihitung didepan dimana posisi P = 1t diletakkan di titik s yang merupakan puncak segitiga dari bentuk grafik garis pengaruh gaya H dan besarnya H = +
l 4f
Gambar lengkap grafik garis pengaruh gaya batang A3 dapat dilihat pada Gambar 1.27 b.
y Garis Pengaruh Gaya Batang : B2
Perhatikan Gambar 1.27.a, ditinjau sebelah kiri potongan I-I. P = 1t terletak di titik simpul 2 (centrum kekuatan batang B2) RA
MODUL 1
-59-
7 M2 = 0RA . 2P - B2 P - H . f2 = 0
puncak segitiga dari bentuk garis pengaruh gaya batang B2). Hf 2 adalah besarnya gaya batang B2 akibat pengaruh gaya H. P f2 =
4 . f . x (l - x) 4 .12 .12 ( 48 -12) = =9 m l ( 48)
P =1t di titik S
f2 48 9 l f2 . = - 1,5 t = . =P 4f P 4 .12 6
Gambar lengkap grafik garis pengaruh gaya batang B2 dapat dilihat pada Gambar 1.27.c.
y Garis Pengaruh Gaya Batang : D3
7 V = 0 RA . D3 Sin E - H tg F - P = 0
dimana :
R A -1 adalah besarnya gaya batang D3 pada KRB diatas 2 perletakan. Sin E
6 t; R 8
2 t 8
B2 = +
R A .2 P P
H .f 2 P
H=
l 4f
RA =
6 t; R 8
2 t 8
D3 = -
R A - 1 H tg F Sin E Sin E
MODUL 1
-60-
RA =
3 5 t, R B = t 8 8
7 V = 0 RA . D3 Sin E - H tg F = 0
D3 = dimana : + +
H tg F Sin E Sin E -
RA
P = 1t di titik S tgF = +
H=
l 4f
H tg F 48 0,375 l tgF =- . == - 0,53 (digambar dibawah titik simpul S) 4 . 12 0,707 Sin E 4f Sin E
Gambar lengkap grafik garis pengaruh gaya batang D3 dapat dilihat pada Gambar 1.27.d.
y Garis Pengaruh Gaya Batang : V2
MODUL 1
-61-
7V = 0 RA 1 + V2 Htg K = 0
V2 = 1 RA + H tg K dimana : 1 RA adalah besarnya gaya batang V2 pada KRB diatas 2 perletakan. 1 RA = 1 7 = 0,125 t (digambar dibawah titik simpul 1) 8
7V = 0 RA + V2 Htg K = 0
V2 = RA + H tg K dimana : RA adalah besarnya gaya batang V2 pada KRB diatas 2 perletakan. RA = 0,75 t (digambar dibawah titik simpul 2) + Htg K adalah besarnya gaya batang V2 akibat pengaruh gaya H
P = 1t di titik S tg K = H tg K =
H=
f 2 - f1 9 - 5,25 = = 0,625 m P 6
1.4.3.3. Soal-soal Latihan Gaya-gaya batang dan garis pengaruh gaya-gaya batang pada KRB, jembatan gantung.
Soal no. 1 : Sebuah Konstruksi Jembatan Gantung dengan KRB sebagai pendukung utama lantai kendaraan bekerja beban-beban : P1 = 8t, P2 = 6t dan q = 1,2 t/m , bentuk dan dimensi KRB seperti tercantum pada gambar dibawah ini :
RA =
6 t ; R 8
RA =
7 t ; R 8
1 t 8
2 t 8
MODUL 1
-62-
A3 S D3
B1
B2 6x6m
3m 3m 4m 2m
Soal no.2 Sebuah jembatan gantung dengan KRB sebagai pendukung lantai
f = 12m
A1 A D1
A2 V1 S D2 10 x 6 m
B 6m
B1
Ditanyakan : Gambar : a). G.p.H b). G.p. gaya-gaya batang : A1, A2, B1, D1, D2, V1
MODUL 1
-63-
1.4.3.4. Rangkuman. Besarnya gaya-gaya batang pada KRB dalam konstruksi jembatan gantung merupakan penjumlahan aljabar antara besarnya gaya-gaya batang pada KRB diatas dua perletakan dan besarnya gaya-gaya batang pengaruh akibat gaya H. Gaya-gaya batang pada KRB, jembatan gantung = Gaya-gaya batang pada KRB pada 2 perletakan + Gaya-gaya akibat gaya H. Bentuk grafik garis pengaruh gaya batang pada KRB dalam konstruksi jembatan gantung merupakan penjumlahan aljabar antara bentuk grafik garis pengaruh gaya batang pada KRB diatas dua perletakan dan bentuk grafik garis pengaruh akibat gaya H. G.P. gaya batang pada KRB, jembatan gantung = G.P. gaya batang pada KRB pada 2 perletakan + GP. akibat gaya H.
1.4.3.5. Penutup Untuk mengukur prestasi,mahasiswa dapat melihat jawaban-jawaban dari soal-soal latihan yang ada sebagai berikut: Soal no. 1 Gaya Batang H A2 A3 B1 B2 D2 D3 Nilai 21,285 + 0,30 t 0t - 1,49 t - 0,30 t + 1,68 t + 0,42 t Tekan Tekan Tarik Tarik Tarik Keterangan
MODUL 1
-64-
Pengaruh gaya H
1 H (+) 6 1 H (+) 6
H(-) Sin E1
= 1,71 H (-)
1 D2max = + 2 t 10
D2(+) + 2,05 H(-) D2(-) + 2,05 H(-) V1(-) + 0,16 H(+) B1(+) +
1 (-) H 6
A1(-) = gaya batang A1 tekan. D2(+) = gaya batang D2 tarik D2(-) = gaya batang D2 tekan H(-) =
(+)
pengaruh gaya H, gaya batang yang ditinjau mendapat tambahan gaya tekan.
= pengaruh gaya H, gaya batang yang ditinjau mendapat tambahan gaya tarik.
1.4.3.6. Daftar Pustaka 1. Soemono, Statistika, ITB 2. Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu, UGM. 1.4.3.7. Senarai - Sendi S. - Pelengkung penggantung (kabel penggantung) - Batang penggantung - Konstruksi Rangka Batang pendukung lantai kendaraan.