Anda di halaman 1dari 48

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang amat pesat dan secara fundamental telah membawa perubahan yang signifikan dalam percepatan dan inovasi penyelenggaraan pendidikan di berbagai negara. Bahkan terdapat tekanan TIK yang sangat besar terhadap sistem pendidikan secara global karena: (i) teknologi yang berkembang menyediakan kesempatan yang sangat besar untuk mengembangkan manajemen pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah, (ii) hasil belajar siswa yang spesifik dapat diidentifikasi dengan pemanfaatan teknologi baru tersebut, dan (iii) TIK memiliki potensi yang sangat besar untuk mentransformasikan seluruh aspek di dalam pendidikan di sekolah dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Sejumlah negara telah mengintegrasikan TIK dalam perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan nasionalnya. Singapura, misalnya, telah menerapkan teknologi informasi interaktif pada sistem persekolahan dengan rasio satu komputer dua siswa. Sistem jaringan dibangun untuk menghubungkan pendidikan, dunia internasional, dunia industry berteknologi tinggi, dan dunia kerja. Ringkasnya, beberapa negara telah mengubah kultur pembelajaran dengan mengintegrasikan teknologi digital ke dalam kegiatan belajar dan bekerja di sekolah. Peralihan kultur yang dimaksud di atas hanya bisa terjadi kalau komunitas pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk memanfaatkan TIK. Kelompok komunitas tersebut adalah para praktisi pendidikan baik yang berkaitan dengan manajemen maupun proses belajar mengajar pada semua tingkatan dan unit pendidikan, yang terdiri atas guru, dosen, instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf administrasi, dan pejabat dalam lingkungan departemen pendidikan. Yang tak kalah pentingnya adalah para subjek pendidikan dari semua jenjang yang terdiri atas siswa dan mahasiswa. Dalam konteks ini, pemanfaatan TIK harus direalisasikan untuk (a) pengelolaan pendidikan melalui otomasi system informasi manajemen dan akademik berbasis TIK, dan (b) sistem pengelolaan pembelajaran baik sebagai materi kurikulum, suplemen dan pengayaan maupun sebagai media dalam proses pembelajaran yang interaktif serta sumbersumber belajar mandiri yang inovatif dan menarik. Dengan kata lain, pendayagunaan TIK dalam manajemen pendidikan dan proses pembelajaran bertujuan untuk menfasilitasi penyelenggara dan peserta pendidikan guna mendorong peningkatan kualitas pendidikan. Komitmen tersebut perlu dipertahankan untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan. Rekdale (2001) mengemukakan bahwa pada program di masa lalu untuk menyediakan teknologi ke sekolah kebanyakan mencapai sedikit sukses dalam jangka waktu yang cukup lama dan jarang sekali menunjukkan perkembangan. Persyaratan mengenai laboratorium bahasa adalah contoh yang umum. Biasanya ada enam masalah utama, yaitu ; (i) Anggaran untuk perawatan fasilitas awal tidak tersedia; (ii) Pelatihan biasanya terlalu spesifik dan tidak berhubungan dengan kebutuhan di lapangan atau perubahan

sikap, (iii) Tidak tersedianya karyawan untuk perawatan rutin dan pengembangannya, (iv) Tidak tersedianya teknisi ahli atau terlalu mahal, (v) Materi yang sesuai untuk mengajar tidak tersedia, dan (vi) Lemahnya kondisi kerja guru di lapangan mendorong bahwa mereka tidak dapat membagi waktu untuk mengembangkan materi mengajar secara kreatif. Di sisi lain, sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran memiliki dampak positif terhadap performansi dan prestasi belajar siswa (Graus, 1999; Stepp-Greany, 2000; SteppGreany, 2002; and Choi and Nesi, 1999). Hal di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK di bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak terkait, termasuk mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi. Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, untuk dapat memberikan pelayanan prima, salah satu yang perlu dilakukan adalah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang dilakukan melalui pendayagunaan ICT di bidang pendidikan yang mencakup peran ICT sebagai substansi pendidikan, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi pendidikan, alat bantu manajemen satuan pendidikan, dan infrastruktur pendidikan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan diterapkan dalam berbagai bidang kegiatan. Robertson mengatakan TIK digunakan dalam hampir semua aspek kehidupan dan pengaruhnya diperkirakan akan membawa dampak yang lebih besar terhadap dunia akan datang (Isjoni et al., 2008 : 76). Penerapan TIK terutama adalah memberikan kecepatan memperoleh dan mengolah informasi sehingga mampu membantu menetapkan keputusan yang lebih cepat dan tepat (Mustafa, 2007 : 2). Perkembangan TIK juga menyebabkan membanjirnya beragam informasi dengan akses yang sangat mudah. Beragam informasi tersebut jika dikelola dengan benar maka akan sangat membantu mengambil keputusan dalam berbagai aspek kehidupan. Hasil pengolahan informasi tersebut dapat dibuat untuk menimbulkan hal yang bermanfaat, merugikan atau bahkan berbahaya untuk pemakainya maupun penciptanya (Mustafa, 2007 : 2). Penerapan TIK yang tepat akan mampu menimbulkan manfaat dalam kegiatan usaha dan industri menuntut kepada calon tenaga kerja harus memiliki kemampuan dibidang TIK. John Naisbitt mengatakan Negara yang unggul dalam teknologi informasi, maka Negara tersebut akan unggul pula dalam mendominasi dunia (Isjoni, et al., 2008 : 9). SMK telah menerapkan pembelajaran yang menerapkan TIK sejak tahun 1999 dengan diberlakukannya Kurikulum SMK edisi 1999. Didalam kurikulum SMK Edisi 1999 terdapat mata pelajaran Komputer yang masuk didalam Kelompok Mata Pelajaran Adaptif dan diberikan kepada semua Program Keahlian. Pada tahun 2004 dengan diberlakukannya kurikulum Edisi 2004, Mata Pelajaran Komputer diganti dengan Mata Pelajaran Ketrampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) dimana didalam Mata Pelajaran KKPI ini terjadi pengembangan materi kepada penguasaan Pengelolaan Informasi. Demikian juga dengan Standar Isi Mata Pelajaran KKPI Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengandung substansi materi yang sama dengan kurikulum KBK edisi 2004. Penerapan TIK di sekolah selain dalam mata pelajaran TIK, juga menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran (.., 2007). Penerapan didalam kegiatan pembelajaran ini

diantaranya adalah sebagai media pembelajaran, penayangan materi pemelajaran, sarana menyimpan materi pembelajaran, dan sarana mendapatkan sumber pemelajaran. Selain itu penerapan TIK dalam pembelajaran di sekolah juga memiliki tujuan sebagai sarana kolaborasi pembelajaran dengan sister school, maka penerapan dan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran menjadi program sekolah yang wajib. Penerapan dan pemanfaatan TIK dalam Proses pembelajaran memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah dapat dikembangkan strategi, metode pembelajaran yang lebih menarik, efektif dan efisien. Bertujuan melahirkan generasi muda yang menguasai TIK, kreatif dan inovatif serta berupaya membawa ekonomi kepada era informasi (Isjoni, et al., 2008 : 17); perluasan sumber-sumber belajar terutama dalam bentuk digital dari internet; perluasan jaringan kerjasama (networking) dan kemitraan dengan lembaga maupun sekolah lain dalam mendukung pengembangan sekolah. Dengan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi pembiasaan secara bertahap, dengan demikian akan terjadi efek bola salju terhadap kemampuan penguasaan TIK siswa; meningkatkan peran dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran; proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan tanpa dibatasi waktu dan tempat, Anywhere, Anytime, Anything (Isjoni et al., 2008 : 79); Siswa akan mudah memahami konsep-konsep yang abstrak (Made, 2009 : 209); through an e-learning intervention, did improve student performance in terms of test scores These are (1) ICT as an agent of learning, (b) site specificity, and (c) global improvement (Chandra dan Lloyd, 2008 : 1). e-learning system design patterns are a new means for effective, efficient and transferable instructional design in technology enhanced learning environments (Retalis et al., 2006 : 5). Overall, the students feedback was positive and they commented on gaining a number of skills including, using technology, group working and presentations (Leese, 2008 : 1) Sifat demografi Indonesia yang memiliki 240 juta penduduk yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau merupakan masalah dalam didalam perluasan akses pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Sebagai Negara berkembang, tidak semua tempat dilengkapi dengan prasarana teknologi tinggi, bahkan beberapa tempat belum pernah terjangkau listrik. Namun demikian pemerintah tetap berusaha untuk menciptakan standar nasional pendidikan dari berbagai aspek, termasuk pemanfaatan TIK didalam untuk memperluas dan mempercepat akses pendidikan dari berbagai tempat dan waktu yang tidak terbatas. Menteri Pendidikan Nasional mengatakan melalui jejaring TIK untuk bidang pendidikan diharapkan akan mempermudah pelayanan dan mempercepat penanganan masalah pendidikan antar daerah di seluruh Indonesia (Isjon et al., 2008 : 19). Pemerintah memahami bahwa teknologi baru dari TIK dapat digunakan dalam bidang pendidikan. The potential of e-learning to satisfy different learning styles and greater cognitive development may be significant if materials are well-designed (Jameson, 2006 : 6). Siswa, Guru, dan Peneliti dapat menggunakan TIK untuk menemukan berbagai informasi dan sumber-sumber ilmu dengan mudah. ICT (including audio, video, and media based on computer feature, internet) can really help many people including teacher and student around Indonesia(Lee, 2007 : 155).

Sampai sekarang masih belum ada standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi pembelajaran berbasis TIK, hal ini menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. suggests that technology will be in its rightful place when a stage of normalisation has been reached, where computers are as normal and integral a part of everyday teaching as pens and books are (Rogerson et al., 2007 : 2). Namun sebagai Negara berkembang, tidak semua tempat dilengkapi dengan prasarana teknologi tinggi termasuk TIK, bahkan beberapa tempat belum pernah terjangkau listrik, sehingga pengelolaan pembelajaran berbasis TIK memiliki pola yang berbeda. Pembelajaran memerlukan hubungan manusia dengan manusia dan sentuhan guru dengan murid. Guru perlu bersedia melaksanakan tugas baru bagi pengembangan TIK dalam pengajaran dan pembelajaran. Guru perlu meninggalkan pembelajaran konvensional dan memikirkan untuk pembelajaran yang lebih dinamis dan interaktif dengan menggunakan TIK. Namun kenyataannya tidak semua guru telah dibekali penguasaan teknologi komunikasi dan informasi, termasuk pemanfaatannya dalam pembelajaran. Keterampilan TIK banyak guru (terutama yang lebih tua) masih lemah, yang membuat mereka tidak mampu menggunakan TIK secara efektif (Muijs et al., 2008 : 357). Dari penelitian yang dilakukan Mustafa (2007) menunjukan kurang dari setengah guru SMK yang menguasai teknologi komunikasi dan informasi (Mustafa, 2007 : 80).

B.

Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perumusan masalah adalah Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah. Untuk pembahasan tidak terlalu luas maka kami akan membahas : 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran berbasis TIK 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK 3. Bagaimanakah penilaian pembelajaran berbasis TIK

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan, memahami, dan memaknai hal-hal yang paling mendasar dalam pengelolaan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah. Pengelolaan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah, digambarkan, dikaji secara induktif dan komparatif dalam rangka mengembangkan konsep dan makna. Secara khusus dan lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi, menggambarkan dan memaknai : 1. Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran berbasis TIK . 2. Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK . 3. Prinsip-prinsip penilaian pembelajaran berbasis TIK .

D. Manfaat Penulisan

Sebagai penulis, penulisan ini memberi sumbangan konseptual utamanya kepada pembelajaran berbasis TIK. Sebagai penulis pengelolaan pembelajaran berbasis TIK yang aplikatif, penelitian memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan formal dan guru berupa model pembelajaran berbasis TIK. 1. Manfaat Teoritis 1. Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada pembelajaran berbasis TIK, terutama proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajran berbasis TIK. Pada masa sekarang ini bahwa pembelajaran berbasis TIK diyakini mampu memberikan pembelajaran yang menarik, efektif dan efisien dengan interaktifitas yang tinggi. Bersama model yang lain, penelitian ini memperkaya model pengelolaan pembelajaran berbasis TIK. 2. Secara khusus, penelitian ini memberikan sumbangan pilihan strategi pengelolaan pembelajaran berbasis TIK pada masing-masing proses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran berbasis TIK 2. Manfaat Praktis 1. Bagi LPTK dan Sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis TIK. Kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran berbasis TIK merupakan kebutuhan yang mendesak karena pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menarik akan mampu memberikan pembelajaran yang bermutu.

2. Bagi Guru, model hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penyelenggaraan pembelajaran berberbasis TIK dengan memberhatikan model pembelajaran berbasis TIK lebih lanjut.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, penguasaan TIK berarti kemampuan memahami dan menggunakan alat TIK secara umum termasuk komputer (Computer literate) dan memahami informasi (Information literate). Tinio mendefenisikan TIK sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan, dan mengelola informasi. Teknologi yang dimaksud termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon. UNESCO (2004) mendefenisikan bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan informasi. Defenisi umum TIK adalah computer, internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan audiovisual. B. Model Pengembangan TIK dalam Pendidikan

Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan prangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) membagi perkembangan tersebut kedalam 5 fase sebagaimana dilustrasikan pada gambar berikut: Fase pertama (akhir 1970an awal 1980an) adalah fase programming, drill and practice. Fase ini ditandai dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang menyajikan latihan-latihan praktis dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan bahasa. Latihan-latihan ini hanya dapat menstimulasi memori jangka pendek. Fase kedua (akhir 1980an awal 1990an) adalah fase computer based training (CBT) with multimedia (latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini adalah era keemasan CDROM dan komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan komputer multimedia ini diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap proses pembelajaran, karena kemampuannya menyajikan kombinasi teks, gambar, animasi, dan video. Konsep pedagogis yang mendasari kombinasi kemampuan ini adalah bahwa manusia memiliki perbedaan. Sebagian

bias belajar dengan baik kalau mempergunakan indra penglihatan, seperti menonton filem/animasi, sebagian lainnya mungkin lebih baik kalau mendengarkan atau membaca. Fase ketiga (awal 1990an) adalah fase Internet-based training (IBT) (latihan berbasis internet. Pada fase ini, internet digunakan sebagai media pembelajaran. Hanya saja, pada saat itu, masih terbatas pada penyajian teks dan gambar. Penggunaan animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga dirasakan pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat menfasilitasi pembelajaran. Fase keempat (akhir 1990an awal 2000an) adalah fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran berbasis internet. Sejak itu situs web yang menawarkan e-learning semakin bertambah, baik berupa tawaran kursus dalam bentuk e-learning maupun paket LMS (learning management system). Bahkan saat ini sudah cukup banyak paket seperti itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep pedagogik yang mendasari adalah bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS, siswa dapat bertanya kepada temannya atau kepada guru apabila dia tidak memahami materi yang telah dibacanya. Fase kelima (akhir 2000) adalah fase social software + free and open content. Fase ini ditandai dengan banyaknya bermunculan perangkat lunak pembelajaran dan konten pembelajaran gratis yang mudah diakses baik oleh guru maupun siswa, yang selanjutnya dapat diedit dan dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini adalah teori kontstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui komputer terjadi tidak hanya menerima materi dari internet saja misalnya, tapi dimungkinkan dengan membagi gagasan dan pendapat. Peranan TIK dalam pendidikan yang diuaraikan di atas mengisyaratkan bahwa pengembangan TIK untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah sesuatu yang mutlak. Dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, program pengembangan TIK bidang pendidikan akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut. 1. Tahap pertama meliputi (a) merancang sistem jaringan yang mencakup jaringan internet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan aplikasi, serta jaringan internet sebagai sarana dan media komunikasi dan informasi di sekolah, (b) merancang dan membuat aplikasi database, (c) merancang dan membuat aplikasi manajemen untuk pengelolaan pendidikan di pusat, daerah, dan sekolah, dan (d) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis web, multimedia, dan interaktif. 2. Tahap kedua meliputi (a) melakukan implementasi sistem pada sekolah-sekolah di Indonesia yang meliputi pengadaan sarana/prasarana TIK dan pelatihan tenaga pelaksana dan guru dan (b) merancang dan membuat aplikasi pembelajaran.

3. Tahap ketiga dan keempat adalah tahap memperluas implementasi sistem di sekolahsekolah. Uraian di atas lebih berfokus pada tahapan-tahapan yang diharapkan dilakukan Depdiknas dalam kurung waktu tahun 2005-2009 dalam rangka pengembangan TIK dalam pendidikan. Dalam merealisasikan rencana ini, Depdiknas membangun ICT Center Kabupaten/Kota melalui Program Jardiknas yang terdiri atas jaringan komputer, internet, dan TV Edukasi. ICT Center ini akan terkoneksi dengan sekolah-sekolah dan kantor dinas pendidikan sebagaimana digambarkan pada gambar 2. Selain itu, guru perlu juga diperlengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menggunakan perangkat TIK. Untuk itu, manajemen sekolah perlu mengetahui kesiapan dan pelatihan TIK yang dibutuhkan guru. Instrumen pada lampiran dapat digunakan untuk tujuan ini. Penelitian tentang pengembangan TIK di negara-negara maju dan sedang berkembang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada empat pendekatan mengenai pemanfaatan TIK oleh sistem pendidikan dan sekolah. Keempat pendekatan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan dengan pendekatan emerging, applying, infusing, dan transforming.

Pendekatan Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap permulaan. Pada pendekatan ini, sekolah baru memulai membeli atau membiayai infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Kemampuan TIK guru-guru dan staf administrasi sekolah masih berada pada tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan sistem pembelajaran konvensional, akan tetapi sudah ada kepedulian tentang bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan. Pendekatan Applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran. Para tenaga pendidik dan kependidikan telah menggunakan TIK untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan manajemen sekolah dan tugas-tugas berdasarkan kurikulum. Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum agar dapat lebih banyak menggunakan TIK dalam berbagai mata pelajaran dengan piranti lunak yang tertentu. Pendekatan Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru di mana TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka.

Pendekatan Transforming dicirikan dengan adanya upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih kreatif. TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan profesional sehari-hari. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata. TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan level profesional dan disesuaikan dengan bidang-bidang pekerjaan. Sekolah sudah menjadi pusat pembelajaran untuk para komunitasnya. Dalam konteks belajar mengajar dan kaitannya dengan keempat pendekatan yang disebutkan sebelumnya, terdapat pula 4 tahap yang berkaitan dengan bagaimana guru dan peserta didik mempelajari dan menemukan percaya diri mereka dalam menggunakan TIK. Keempat tahap tersebut adalah menemukan/mengenali (discovering), belajar bagaimana (learning how), mengerti bagaimana dan kapan (understanding how andwhen), dan menjadi ahli (specializing) dalam penggunaan perangkat TIK. Pada tahap pertama, guru dan siswa baru mencoba menemu-kenali fungsi dan kegunaan perangkat TIK. Tahap ini berkaitan dengan tahap emerging, yang menekankan pada kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan dasar. Tahap kedua, belajar bagaimana menggunakan perangkat TIK, menekankan pada bagaimana memanfaatkan perangkat-perangkat TIK tersebut dalam berbagai disiplin. Tahap ini meliputi penggunaan aplikasi umum dan khusus TIK, dan berkaitan dengan tahap applying. Tahap ketiga mengacu pada pemahaman bagaimana dan kapan menggunakan perangkat TIK untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Ini menekankan pada kemampuan membaca situasi kapan TIK dapat membantu, memilih perangkat yang sesuai untuk tugas tertentu, dan menggunakan perangkat ini untuk memecahkan masalah yang sebenarnya. Tahap ini berkaitan dengan pendekatan infusing dan transforming dalam hal pengembangan TIK. Tahap keempat mengacu pada bagaimana menjadi ahli dalam penggunaan perangkat TIK. Pada tahap ini, siswa mempelajari TIK sebagai mata pelajaran yang membawa mereka untuk menjadi ahli. Hal ini lebih mengarah kepada pendidikan kejuruan atau profesional dan berbeda dengan tahap sebelumnya. Dalam konteks kemampuan menggunakan TIK di masyarakat, UNESCO (2004) mengemukakan beberapa alasan untuk mengembangkan penggunaan TIK dalam system pendidikan, yaitu (i) untuk mengembangkan atribut pengetahuan-masyarakat bagi siswa, termasuk pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi, kebiasaan belajar sepanjang hayat, dan kemampuan berfikir secara kritis, mengkomunikasikan dan mengkolaborasikan, mengakses, mengevaluasi dan mensintesis informasi, (ii) untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi TIK pada diri siswa, sebagai bekal yang dapat digunakan untuk memanfaatkan TIK dalam duania kerja dan masyarakat, (iii) untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan, antara lain termasuk penggunaan TIK untuk meningkatkan efesiensi kegiatan administrasi dan pengajaran, mengatasi keterbatasan sumber bahan dalam bidang tertentu (misalnya kekurangan buku teks atau sumber belajar), mengatasi isu pemerataan melalui perluasan akses terhadap pengetahuan, sumber dan

keahlian, atau bahkan membantu guru-guru yang mungkin kurang diperlengkapi dengan sumber belajar yang cukup.

C.

TIK dalam Sistem Manajemen Sekolah

Seiring dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah, pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah juga mengalami perubahan mendasar melalui gagasan penerapan pendekatan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang dianggap sebagai paradigma baru dalam pengoperasian sekolah. Pendekatan ini memberi peran yang lebih luas kepada sekolah. Dengan kata lain, pendekatan ini memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah sehingga manajemen sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Untuk itu, MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan dalam rangka peningkatan mutu. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, penerapan TIK perlu dipertimbangkan untuk membantu pelaksanaan manajemen sekolah yang lebih efektif dan efisien. Ruud (2005) menunjuk bahwa investasi TIK di sekolah-sekolah yang kemudian diikuti dengan pengembangan kompetensi guru dan siswa dalam bidang TIK dapat memperbaiki efektifitas pengelolaan sekolah serta meningkatkan kinerja (performance) akademik tenaga kependidikan dan peserta didik. Hal ini dapat dipahami karena penerapan TIK di sekolah akan memberikan kontribusi langsung kepada peningkatan proses manajemen dan administrasi, peluang untuk mengembangkan bahan ajar dan belajar mandiri, motivator bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya, dan sebagai alat untuk pengembangan profesi dan mekanisme inovasi dalam sistem monitoring dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran. Uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan TIK di sekolah merupakan solusi yang paling tepat untuk menunjang peningkatan mutu sekolah termasuk keberhasilan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pencapaian standar nasional pendidikan (SNP). Dengan pemanfaatan TIK, tenaga kependidikan dan stakeholders lainnya dapat meningkatkan manajemen sekolah dan aliran informasi yang efisien untuk mendukung pencapaian standar nasional pendidikan dan proses desentralisasi pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan pemanfaatan TIK untuk mendukung manajemen sekolah, kebijakan Depdiknas tentang TIK yang tersurat dalam renstra Depdiknas perlu ditindaklanjuti dalam bentuk langkahlangkah operasional oleh pemerintah daerah melalui Kantor Dinas Pendidikan pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, bahkan pada tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan pendidikan yang dihasilkan dengan dukungan TIK akan lebih baik dan tepat. Untuk menunjang hal tersebut, perlu dibangun sebuah sistem manajemen pendidikan berbasis TIK yang dapat dimanfaatkan oleh semua lembaga yang terkait dengan pendidikan. Pada tingkat satuan pendidikan, semua komponen yang terlibat dalam persekolahan perlu merespon positif dan merealisasikannya secara bertahap. Bagi kepala sekolah, usaha yang perlu

dilakukan adalah mengupayakan terciptanya manajemen sekolah berbasis TIK yang juga didukung oleh staf administrasi yang memiliki kemampuan TIK yang memadai. 1. Perangkat Lunak Dalam penerapan manajemen sekolah berbasis TIK, perangkat lunak tidak kalah pentingnya dengan perangkat keras TIK. Investasi perangkat keras tidak akan bermakna apabila tidak disertai dengan perangkat lunak. Oleh sebab itu, perangkat lunak dalam kaitannya dengan manajemen sekolah perlu dibahas pada bagian ini. Dalam Wikipedia (2007), Perangkat lunak atau piranti lunak adalah program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga dikatakan sebagai penterjemah perintah-perintah yang dijalankan pengguna computer untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras. Perangkat lunak ini dibagi menjadi 3 tingkatan: tingkatan program aplikasi (application program misalnya Microsoft Office), tingkatan sistem operasi (operating system misalnya Microsoft Windows dan Linux), dan tingkatan bahasa pemrograman. Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengembangkan sebuah perangkat lunak yang diberi nama Paket Aplikasi Sekolah (PAS) yang dilengkapi dengan Buku Petunjuk Operasiona Singkat, yang dimaksudkan untuk membantu administrasi sekolah. Perangkat lunak semacam ini biasanya terdiri atas beberapa modul aplikasi, yang bervariasi berdasarkan kebutuhan sekolah, seperti Modul Penerimaan Siswa Baru (PSB), Pasca PSB, Administrasi Kepegawaian, Kesiswaan, Akademik, Administrasi Akademik, dan Keuangan. Modul-modul ini biasanya ditampilkan pada Menu Utama program. Namun untuk membuka program ini, biasanya pengguna terlebih dahulu dibutuhkan untuk login dengan memasukkan user name dan pasword. Modul Penerimaan Siswa Baru: Modul ini dimaksudkan untuk meproses pendaftaran calon siswa baru suatu sekolah melalui program aplikasi komputer tertentu. Modul ini biasanya terdiri atas sub-sub menu/proses yang harus dilakukan (dipilih), misalnya Penentuan Kapasitas Penerimaan, Data Personal Calon Siswa, Alamat Rumah Calon Siswa, Sekolah Asal Calon Siswa, Surat Tanda Lulus dari Sekolah Asal, Daftar Nilai STL UAN Calon Siswa. Modul Pasca PSB: Modul ini digunakan untuk memproses administrasi siswa yang dinyatakan diterima/lolos seleksi dan diumumkan melalui sistem aplikasi yang digunakan. Proses ini meliputi pendaftaran ulang siswa baru, penentuan rombel siswa baru, penugasan wali kelas, penentuan kelas siswa baru, setup guru mata pelajaran, jadwal kegiatan pembelajaran, dsb. Berikut ini adalah contoh Form menu pasca PSB. Modul Administrasi Kepegawaian: Modul ini digunakan untuk melakukan administrasi kepegawaian baik untuk tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Modul Kesiswaan: Modul ini digunakan untuk melaksanakan administrasi siswa yang memuat menu-menu, seperti data siswa, buku induk siswa, statistik siswa, laporan absensi, dan data lain yang terkait dengan administrasi kesiswaan.

Modul Administrasi Akademik: Modul ini digunakan untuk mendministrasikan transaksi rutin kesiswaan (seperti penentuan jurusan, penentuan kelas siswa baru, penentuan NIS, rekap absensi siswa, dan kenaikan kelas), prilaku siswa (meliputi absensi dan pelanggaran siswa), menu cetak (seperti cetak daftar siswa per kelas, formulirabsensi, peserta UAN, dan cetak rapor). Modul Akademik: Modul ini dimaksudkan untuk mengadministrasi transaksi akademik seperti transaksi rutin kesiswaan (seperti penilaian unjuk kerja dan portofolio, lembar pengamatan, dan UAN) dan pencetakan penilaian (seperti daftar nilai siswa dan portofolio siswa. Modul Keuangan: Modul ini dimaksudkan untuk administrasi keuangan yang dapat mencakup transaksi rutin kesiswaan (pembayaran siswa), tutup anggaran, dan data keuangan (mencakup penerimaan dana, pengeluaran, subsidi, dan beasiswa). 2. Manfaat TIK dalam Manajemen Sekolah

Penerapan atau pengintegrasian TIK dalam sistem manajemen sekolah diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait di sekolah. Manfaat tersebut antara lain: 1. Manfaat bagi Pemerintah: (i) membantu tersedianya database yang akurat serta arus informasi yang efesien mengenai profil dan peta pendidikan di Indonesia, (ii) mempercepat pemerataan pencapaian standar nasional pendidikan, (iii) membantu pengendalian penyelenggaraan pendidikan 2. Manfaat bagi Sekolah: (i) membantu sekolah memperbaiki sistem manajemen dan operasionalnya, (ii) membantu sekolah dalam hal penyaluran informasi mengenai profil sekolah dan hasil belajar siswa kepada orang tua dan stakeholder lainnya, (iii) membantu sekolah untuk menyediakan sumber informasi yang mutakhir dan relevan bagi guru dan siswa 3. Manfaat bagi Guru: (i) membuka peluang bagi guru untuk mengembangkan bahan ajar yang berbasis TIK, menarik, inovatif dan merangsang rasa ingin tahu siswa, (ii) membantu guru untuk menyusun rencana pembelajaran termasuk penyediaan sumber belajar multimedia yang komprehensif dan mutakhir, (iii) memudahkan guru untuk memantau kemajuan belajar siswa, (iv) memfasilitasi guru untuk menyusun laporan dan mengkomunikasikannya dengan orang tua, (iv) membantu guru untuk melakukan penilaian hasil belajar berdasarkan authentic assessment. 4. Manfaat bagi orang tua: (i) memantau aktivitas dan hasil belajar anaknya di sekolah, (ii) melihat tugas-tugas dari sekolah yang diberikan kepada anak sehingga orang tua dapat berperan serta dalam kegiatan belajar anak, (iii) melihat berbagai program sekolah yang dapat diikuti oleh siswa, (iv) menjadi media interaktif antara sekolah, guru dan orang tua, dan (v) membantu pemantuaan proses pendidikan secara lansung. 5. Manfaat bagi siswa: (i) membantu siswa untuk terampil menggunakan TIK dalam kehidupannya, (ii) membantu siswa untuk melihat dan menelaah materi belajar per pertemuan, (iii) membantu siswa untuk mengerjakan tugas-tugas dan ujian yang diberikan oleh guru secara online, (iv) membantu siswa membangun kerja kolaboratif, (v) memotivasi siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan seiring dengan kemajuan di bidang sains dan teknologi.

6. Manfaat bagi komite sekolah: (i) memudahkan pengurus komite untuk memantau dan mengevaluasi program pendidikan di sekolah, (ii) memudahkan pengurus komite untuk berkomunikasi dengan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah, (iii) memudahkan pengurus komite untuk terlibat dalam menyusun dan merancang program pengembangan pengelolaan sekolah dan peningkatan mutu pembelajaran. BAB III PEMBASAHAN

1. A.

TIK dalam Proses Pembelajaran

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat membawa paradigma baru dalam pendidikan dari berbagai aspek, antara lain perubahan dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran baru, dari teacher centered ke learner centered, sampai pada perubahan information delivery ke information exchange. Perkembangan tersebut juga telah menghasilkan produk-produk TIK yang lebih canggih yang kalau dimanfaatkan seoptimal mungkin, ia dapat membawa nuansa dan perspektif baru dalam dunia pendidikan yang pada gilirannya akan dapat mengakselerasi peningkatan mutu pendidikan. Selain dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan administratif, produk TIK telah banyak digunakan untuk membantu proses pembelajaran, khususnya di negara-negara maju dan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Banyak yang telah mengklaim bahwa perangkat komputer multimedia berikut piranti lunaknya sebagai salah satu produk TIK menjanjikan kegiatan yang cukup interaktif dan menyenangkan bagi peserta didik karena alat tersebut tidak hanya mampu menampilkan teks, tapi juga gambar, suara, grafik, animasi, dan rekaman video. Bahkan dengan koneksi di internet, interaksi dapat menjadi nyata yang tentunya membawa pengalaman nyata pula bagi peserta didik. Interaksi lewat internet tersebut dapat bersifat sinkronos atau asinkronos. Pemanfaatan teknologi informasi ini dalam pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning, baik dalam bentuk dedicated program, maupun dalam bentuk LMS (Learning Management System) yang menawarkan interaksi yang dinamis antara guru dan siswa. Fasilitas pembelajaran elektronik lainnya yang dikembangkan di Indonesia adalah TV Edukasi, yang menampilkan berbagai topik pembelajaran dari berbagai mata pelajaran dengan modus penyampaian yang bervariasi. Banyaknya CD pembelajaran yang dapat ditemukan di pasaran atau didistribusikan ke sekolah-sekolah juga menjadi peluang tersendiri yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah dalam menunjang proses pembelajaran yang lebih baik. Sayangnya, meskipun disadari bahwa TIK dapat membantu mempercepat proses pendidikan dan berpotentsi meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya belum meluas dan merata di sekolah-sekolah. Penggunaan perangkat TIK dalam proses pembelajaran di atas adalah bentuk integrasi TIK dengan sistem pembelajaran. UNESCO (2004) mengklaim bahwa integrasi kurikulum adalah

pemanfaatan kemampuan TIK untuk memberikan nilai tambah pada proses pembelajaran dengan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan berbasis TIK ke dalam kurikulum. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi antara lain: (i) menggunkan paket perangkat lunak generik (paket aplikasi office, grafik, dan presentasi), (ii) menggunakan perangkat lunak khusus untuk pembelajaran interaktif, simulasi, dan penguasaan konten; (iii) menggunakan alat komunikasi sinkronos dan asinkronos untuk kolaborasi online dan pertukaran informasi (email, web forum, instant messaging, audio- dan videoconferencing), dan (iv) menggunakan internet sebagai sumber informasi dan penelitian. Dalam model integrasi kurikulum, keterampilan TIK tidak diajarkan sebagai kegiatan terpisah, tapi didapatkan seiring dengan kegiatan pembelajaran berbasis TIK. Uraian di atas mengisyaratkan perlunya ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mendorong pemanfaatan TIK dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Suatu hal yang menggembirakan bahwa secara kebijakan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009 telah menyuratkan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan melalui pendayagunaan TIK di bidang pendidikan sebagaimana diuraikan pada bagian pendahuluan di atas. Bagi guru-guru, yang paling penting adalah sikap positif dan keinginan untuk memiliki kemampuan TIK yang dapat menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Tindak lanjut nyata yang dapat dilakukan guru-guru adalah menggunakan perangkat TIK sebagai media pembelajaran interaktif. Dengan demikian, peserta didik akan merasa terfasilitasi dan betah melaksanakan kegiatan belajar di sekolah. Dalam KTSP, TIK juga diperlakukan sebagai substansi pembelajaran dalam bentuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mata pelajaran TIK dapat membantu siswa untuk mengenal, menggunakan, merawat peralatan teknologi informasi dan teknologi komunikasi, serta menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri. Selain itu, penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada semua tingkatan atau jenjang, dengan menjangkau lintas ilmu mata pelajaran lain. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi akan memberikan motivasi dan kesenangan kepada siswa supaya siswa lebih mudah belajar dan bekerja secara mandiri. Dengan demikian, Teknologi Informasi dan Komunikasi secara umum bertujuan agar siswa memahami alat Teknologi Informasi dan Komunikasi termasuk komputer (computer literate) dan memahami informasi (information literate). Artinya siswa mengenal istilah-istilah yang digunakan pada Teknologi Informasi dan Komunikasi dan khususnya pada computer yang umum digunakan. Siswa juga menyadari keunggulan dan keterbatasan komputer, serta dapat menggunakan komputer secara optimal. Di samping itu siswa dapat memahami bagaimana dan dimana informasi dapat diperoleh, bagaimana cara mengemas/mengolah informasi dan bagaimana cara mengkomunikasikannya. 1. Pembelajaran Berbantuan Komputer

Perangkat komputer sudah dikenal luas oleh banyak kalangan masyarakat. Sejak munculnya pada tahun 1950-an, perangkat keras komputer mengalami perkembangan yang sangat pesat

sampai saat ini. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki komputer pada saat ini. Di samping lebih cepat, ia juga memiliki ukuran yang semakin ramping dan kemampuan dalam bentuk multimedia. Dengan kata lain, spesifikasi komputer saat ini lebih canggih sehingga memungkinkan komputer tersebut melakukan berbagai tugas multimedia, yang dapat dimuat dalam bentuk CD-ROM, authoring packages atau template pengembangan bahan ajar, atau Internet. Kemampuan multimedia yang dimilikinya memungkinkan komputer menyimpan dan menampilkan lebih dari sekedar teks, tapi juga suara, gambar, grafik, animasi, dan video. Hal ini dimungkinkan dengan perkembangan piranti lunak yang menyertainya, yang dengan mudah dapat diperoleh di tokotoko. Dengan demikian, penggunaan komputer tidak hanya terbatas pada olah kata dan data, tapi lebih dari itu ia telah digunakan dalam berbagai bidang. Berikut ini beberapa contoh program pembelajaran komputer dalam bentuk CD-Rom dan Authoring packages, yakni My First Incredible Amazing Dictionary, Multimedia Flashcard, Encyclopedia Britanica, Comptons Interactive Encyclopedia, Reading Made Easy, Play and Learn, WIDA Software, dan Storyboard. Dalam bidang pendidikan, komputer memiliki fungsi yang beragam. Salah satu diantaranya adalah fungsi media pembelajaran, yang dapat meliputi penyajian materi dan latihan. Model pembelajaran seperti ini biasa disebut dengan computer-assisted instruction (CAI) atau computer-assisted learning (CAL). Manfaat positif computer dalam bidang pendidikan dan pengajaran telah banyak dilaporkan hasilnya Stepp-Greany (2002) mengadakan penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis teknologi. Dia menemukan beberapa hal, antara lain berikut ini: (1) sebagian besar siswa setuju bawa laboratorium komputer membuat pelajaran lebih menarik; mereka juga merasakan bahwa penggunaan CD-ROM menyenangkan; dan (2) siswa merasa percaya diri mengerjakan kegiatan-kegiatan berbasis tugas (task-based activities). Selanjutnya Skinner dan Austin (1999) menyimpulkan bahwa model pembelajaran computer conferencing bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan meningkatkan tingkat kepercayaan diri mereka. Sejumlah penelitian lain yang berkaitan dengan manfaat komputer dalam pembelajaran juga telah dilaporkan hasilnya (Noni, 2002; Felix, 2001; Stepp-Greany, 2000; Shulman 2001; Graus, 1999; Choi dan Nesi; 1999; dan Rosetti 1998). Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran sangat bergantung pada perangkatkeras dan lunak yang dimiliki. Seiring dengan kemajuan teknologi, perangkat keras komputer saat sekarang ini tidak diragukan lagi kemampuannya untuk tujuan pembelajaran yang dimaksud di atas. Begitu pula halnya dengan perangkat lunak, sudah cukup banyak dijumpai, walaupun sebagian masih relatif mahal harganya. Guru juga dituntut untuk lebih bijak memilih perangkat lunak yang dapat menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. 2. Komputer dan Siswa

Pengalaman belajar siswa adalah salah satu faktor penentu yang sangat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menarik. Salah satu modus pembelajaran yang dianggap dapat memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran di kelas atau sebagai selfaccess learning resource. Sekaitan dengan bagaimana penggunaan komputer mempengaruhi siswa, Brown (1999) melaporkan bahwa (i) penggunaan komputer memberikan pengaruh positif terhadap penghargaa diri siswa; (ii) siswa dapat belajar secara mandiri tanpa merasa ada orang lain yang mengamati tingkat kesulitan tugas yang dikerjakannya atau kesalahan yang dibuatnya; (iii) sebagai alternatif, siswa juga dapat bekerja secara kelompok, yang bermanfaat bagi siswa dengan kemampuan lebih rendah untuk membangun kepercayaan dirinya yang diperoleh dari siswa lainnya; (iv) komputer menawarkan akses yang fleksibel di mana siswa dapat menggunakannya sesuai dengan waktu yang diinginkannya, baik selama kelas berlangsung atau sebagai tambahan waktu pelajaran; dan (v) pembelajaran berbantuan komputer adalah cara yang efektif secara finansil untuk pembelajaran mandiri, begitupula untuk mengkoordinasikan dan mengelola pembelajaran dan penilaian. Apabila seorang guru memutuskan untuk memanfaatkan komputer dalam pengajarannya, ia harus mempertimbangkan beberapa saran berikut ini: 1. Jika sebelumnya belum pernah menggunakan komputer dalam pengajaran, bicarakanlah dengan siswa tentang hal tersebut. Berusahalah mengetahui siapa di antara mereka yang pernah menggunakannya dan siapa yang belum, bagaimana perasaan dan sikap mereka. Anda juga sebaiknay berbagi pengalaman dengan mereka. 2. Untuk mengakrabkan dan memberi pengalaman siswa dengan komputer, minta siswa bekerja di komputer secara berpasangan. Melalui kerja berpasangan ini, usahakan bahwa siswa yang kurang berpengalaman bekerja dengan yang lebih berpasangan. 3. Untuk setiap kegiatan komputer yang baru, mintalah mereka untuk bekerja secara berpasangan sehingga mereka dapat saling membantu. 4. Pertimbangkan bagaimana cara memperoleh materi untuk siswa Anda. 5. Pertimbangkan bagaimana Anda menggunakan materi tersebut untuk kegiatan komputer. 6. Sesuai dengan tingkat keterampilan komputer siswa, Anda dapat memberikan perlakukan tertentu dengan level pelajaran berbeda pada kelompok siswa yang berbeda. 3. Komputer dan Guru

Peranan guru sangat penting dalam menyelenggarakan pengajaran berbantuan komputer. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa program pembelajaran melaui komputer dibagai ke dalam dua bentuk, yakni dedicated and authoring programs. Dedicated program adalah program pembelajaran yang dapat langsung digunakan tanpa harus memanipulasinya. Sementara, authoring program adalah program yang dapat digunakan untuk memasukkan materi pembelajaran sesuai dengan modus yang telah dirancang untuk itu, sehingga memungkinkan guru untuk membuat materinya sendiri berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam konteks pembelajaran berbantuan komputer, komputer sangat bermanfaat untuk mendukung peranan guru dalam proses belajar mengajar, namun tidak dapat menggantikan guru, yang kehadirannya penting dan senantiasa dibutuhkan sebagai pembimbing dan mediator. Davis dan Shade (1994) mengemukakan bahwa dalam kelas berbantuan komputer guru memiliki peran sebagai instruktur, pelatih atau fasilitator, dan kritikus/evaluator. Peran instruktur diperlukan dari seorang guru terutama untuk mengakrabkan fasilitas komputer berikut perangkat lunaknya kepada siswa, dan senantiasa mendorong siswa untuk mengeksplorasi materi yang ada dalam sistem. Dengan pengalaman menggunakan komputer yang telah dimiliki, secara bertahap siswa akan lebih mandiri dalam menyelesaikan tugas. Dalam kondisi seperti ini, peran guru sebagai fasilitator sangat dibutuhkan untuk membantu siswa kapan saja selama proses pembelajaran berlangsung. Peran guru sebagai kritikus dibutuhkan sebelum pembelajaran berbantuan komputer dilaksanakan. Dalam hal ini, guru dibutuhkan menyeleksi perangkat lunak yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan diyakini dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Sebagaimana dalam pengajaran tatap muka dalam kelas konvensional, penggunaan komputer juga memerlukan guru untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan ini, guru harus mengidentifikasi dan menyeleksi materi dalam bentuk piranti lunak. Selain itu, guru juga perlu menentukan kegiatan yang harus dikerjakan siswa, baik sebelum kegiatan komputer, selama kegiatan komputer, maupun setelah kegiatan komputer (kalau ada). Evaluasi dapat pula diberikan dalam bentuk konvensional. Namun, sebagian piranti lunak pembelajaran disertai dengan instant feedback sehingga siswa dapat memperoleh umpan balik dari tugas computer yang dikerjakannya. Ini juga berarti bahwa guru hanya diperlukan untuk memonitor kegiatan dan hasil yang diperoleh. Dalam kaitan dengan peranan guru di atas, UNESCO (2004) menggariskan bahwa TIK memungkinkan terjadinya model pembelajaran baru yang dapat mengubah peran tradisional guru secara signifikan. Dengan kelebihan TIK, diidentifikasi bahwa ada beberapa peran baru guru, yakni perancang instruksional, pelatih, kolaborator, koordinator tim, penasihat, dan ahli monitoring dan assesmen. Perubahan-perubahan ini terjadi karena kelebihan TIK dalam beberapa hal, antara lain: (i) sumber belajar yang dapat dibagi (penggunaan video dan materi berbasis internet), (ii) ruang belajar yang digunakan bersama, yang dimungkinkan dengan jaringan komputer di sekolah, (iii) terjadinya pembelajaran kolaboratif yang dimungkinkan dengan adanyako munikasi berbatuan komputer, (iv) perubahan pembelajaran ke arah yang lebih otonomi yang dimungkinkan dengan pembelajaran secara mandiri melalui perangkat TIK. 4. Beberapa Perangkat Lunak/Fasilitas TIK untuk Tujuan Media Pembelajaran a. CD-ROM CD ROM adalah disket optik berdiameter 4.75 inchi yang digunakan sebagai media untuk menyimpan informasi dalam jumlah yang cukup besar (+ 600 MB), yang dapat diakses dan dibaca di monitor, atau dicetak melalui printer. CD dapat menyimpan informasi dalam berbagai bentuk, seperti: teks, gambar, presentasi, slide, audio dan video. Dalam kaitannya

dengan pembelajaran, sudah cukup banyak materi pembelajaran yang disimpan dalam bentuk CD-Rom dan mudah didapatkan di pasaran. Kontennya juga cukup bervariasi dari berbagai bidang ilmu. Penyajian materi pada umumnya lebih interaktif. Pustekom Jakarta telah banyak memproduksi CD pembelajaran dan didistribusikan ke sekolah-sekolah. b. Internet

Internet adalah jaringan internasional yang mengkoneksikan ribuan bahkan jutaan komputer dengan muatan isi yang beragam, seperti pendidikan, pemerintahan, bisnis, budaya, dan teknologi. Jaringan internet ini memungkinkan individu berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya melalui komputer dari berbagai belahan dunia dengan biaya yang cukup terjangkau. Beberapa fasilitas dan aktivitas internet yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran adalah email, forum diskusi, web browsing, dan chatroom. Email adalah fasilitas internet yang digunakan untuk berkorespondensi, mengirim dan menerima surat, gambar, suara, dan video. Dengan fasilitas ini, guru dapat mengirim tugas kepada siswa, dan sebaliknya siswa dan menyetor tugasnya. Bahkan pada tingkat perguruan tinggi, mahasiswa memanfaatkan fasilitas ini untuk mengkonsultasikan tugas akhirnya dan koreksi dapat secara langsung dilakukan oleh dosen pada naskah tugas akhir yang dikirim oleh mahasiswanya. Guru atau siswa dapat pula menggunakan fasilitas ini untuk mengikuti milis (mailing list) sesuai bidang yang diminati, misalnya budaya, teknologi informasi, dan sains. Web browsing adalah kegiatan penelusuran sumber informasi yang dibutuhkan. Perlu diketahui bahwa saat ini sumber informasi yang terkaya dan terkini adalah internet. Beberapa bentuk sumber informasi yang dapat diperoleh antara lain adalah buku elektronik (e-book), jurnal, majalah, surat kabar, artikel, materi pembelajaran siap pakai, rencana pembelajaran, gambar, suara, video, dan laporan hasil penelitian. Dengan kata lain, internet dapat dianggap sebagai perpustakaan elektronik (e-library). Oleh sebab itu, kehadiran internet ini seyogyanya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh guru untuk memperkaya sumber bahan ajarnya. Ada dua cara yang umum orang lakukan dalam menelusur informasi di internet, yakni memasukkan alamat situs pada address bar atau memasukkan kata kunci pada bagian pencarian search engine. Berikut ini adalah beberapa alamat situs search engine dan situs web tertentu. www.yahoo.com; www.google.co.id; www.classroom.com; www.englishpractice.com 1. B. Sistem Manajemen Pembelajaran Berbasis TIK

Sistem manajemen pembelajaran yang dikenal dengan istilah learning management System (LMS) merupakan perangkat lunak dalam bentuk portal pembelajaran. Pada umumnya LMS

menyediakan ruang bagi guru untuk menyimpan materi (upload) berikut tugas yang diberikan kepada siswa. Pada umumnya, LMS membutuhkan pengguna untuk login sesuai dengan kapasitasnya, admin, guru, siswa, atau tamu. Beberapa LMS menyediakan fasilitas untuk aktivitas chat, forum diskusi, pemberian nilai, dan jurnal. LMS ditawarkan dalam bentuk open source (sumber bebas terbuka) yang biasanya diperoleh dengan gratis dan non-open source (sumber non bebas terbuka) yang biasanya harus dibeli. Moodle adalah salah satu contoh LMS open source dan Web-CT adalah salah satu contoh LMS non-open source. Authoring Program adalah template yang digunakan untuk mengembangkan bahan ajar. Program ini dapat dalam bentuk freeware (perangkat gratis) atau paket yang harus dibeli. Keuntungannya adalah guru dapat mengembangkan materinya sendiri sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada beberapa freeware yang dapat di-download dari internet, di antaranya Hot Potatoes. Program Hot Potatoes cocok digunakan untuk pelajaran bahasa. Program ini memiliki enam alat pengembang materi yang memungkinkan kita membuat latihan-latihan interaktif berbasis web. Keenam alat tersebut adalah JBC (alat membuat latihan pilihan ganda yangdapat disertai dengan teks bacaan), JQuiz (alat membuat latihan kuis yang membutuhkan siswa menuliskan jawaban), JMix (alat membuat latihan jumble sentence), Jcross (alat membuat latihan teka-teki silang), JMatch (alat membuat latihan mamadankan/menjodohkan), Jcloze (alat membuat latihan cloze di mana siswa mengisikan kata pada tempat yang disediakan). Latihan-latihan tersebut menggunakan JavaScript untuk membuatnya interaktif, dan dapat dijalankan pada Netscape Navigator dan Internet Explorer versi 4 ke atas baik melalui sistem operasi Windows maupun Macintosh. Meskipun menggunakan JavaScript, pengguna tidak perlu mengetahui JavaScript untuk menggunakan program tersebut. Yang dibutuhkan adalah pengguna memasukkan data dalam bentuk teks, pertanyaan, jawaban, dan sebagainya, selanjutnya program tersebut akan memprosesnya dalam bentuk laman web. Kalau pengguna memiliki situs web, maka latihan-latihan tadi dapat dimasukkan ke situs web tersebut. TV Edukasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi membawa pergeseran sistem pembelajaran menjadi berorientasi pada siswa. Dalam kondisi seperti ini, siswa harus lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber, sehingga pengetahuan siswa menjadi lebih luas dan beragam. Untuk itu, Departemen Pendidikan Nasional telah menyediakan salah satu sumber belajar dalam bentuk siaran televisi pendidikan, yang diberi nama Televisi Edukasi (TVE). Tujuannya adalah Memberikan layanan pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, Televisi Edukasi adalah medium yang sangat bagus untuk membagi informasi dan bahan pendidikan kepada masyarakat secara luas. Siaran TVE ini dikelola oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

(Pustekkom Depdiknas) Jakarta. TVE diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasional saat itu Prof. Dr. Malik Fajar dan mulai siaran pada tanggal 12 Oktober 2004. Program yang disiarkan oleh TVE adalah progran formal, program non formal, program informal serta informasi kebijakan-kebijakan pendidikan dan informasi lainnya. Sasaran penontonnya adalah Peserta didik dari semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, Praktisi pendidikan, dan Masyarakat. Untuk menyesuaikan jadwal tayangan acara yang dibutuhkan dengan jadwal pelajaran atau penugasan kepada siswa, ada baiknya kalau membuka jadwal siaran TVE pada situs web TVE dan mencetaknya untuk ditempel pada papan pengumuman sekolah. Alamat situsnya adalah www.tvedukasi.org/frame.php. TV Edukasi ini memiliki program unggulan yang perlu diketahui oleh pihak manajemen sekolah dan guru untuk dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin. Berikut ini disajikan programprogram ungulan yang di-download dari situs web resmi TV Edukasi berikut penjelasan singkat masing- masing. 1. C. Pengelolaan TIK

Keputusan untuk menggunakan TIK dalam menunjang aktivitas di sekolah harus didasarkan pada pertimbangan kemanfaatan dan bukan karena tidak mau dianggap ketinggalan. Berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang disarankan UNESCO (2004), yakni (i) penggunaan komputer untuk tujuan perluasan akses, (ii) penyediaan bantuan teknis, (iii) penetapan tujuan yang efektif dalam penggunaan TIK di sekolah, (iv) memahami peran baru guru di kelas, (v) menyediakan kesempatan pengembangan profesional secara kontinyu, (vi) melatih guru dengan tingkat keterampilan yang berbeda, (vii) memberikan insentif kepada guru yang menggunakan TIK, dan (viii) mengupayakan kesinambungan pembiayaan. Sejalan dengan uraian di atas, di bawah ini dijelaskan beberapa aspek yang juga perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan TIK di sekolah. 1. Keterampilan TIK

Untuk dapat memaksimalkan pemanfaatan TIK di sekolah, kepala sekolah harus menunjuk penanggung jawab/koordinator TIK yang memiliki keterampilan TIK yang memadai. Hal ini penting dipertimbangkan karena banyaknya tugas penanggung jawab tersebut yang harus dilaksanakan, antara lain: 1. Membuat dan/atau mengimplementasikan dan/atau mengkoordinasikan rencana penggunaan TIK; 2. Mengajarkan pelajaran TIK; 3. Membantu guru lain untuk memasukkan TIK dalam rencana tugas mereka; 4. Membantu guru lain untuk mengidentifikasi peluang untuk menggunaka TIK; Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan TIK staf;

5. Mengorganisasi dan/atau menjalankan dan/atau mengkoordinasikan penggunaan TIK; 6. Mendiseminasikan praktek yang baik dalam pengajaran TIK; 7. Memonitor penggunaan TIK; 8. Bertanggung jawab atas pelaporan kemajuan siswa dalam TIK; 9. Bertanggung jawab atas lisensi perangkat lunak; 10. Mengelola anggaran TIK (belanja barang) 11. Memberi saran kepada kepala sekolah tentang pembelian perangkat keras dan 12. lunak serta infrastruktur lainnya; 13. Memelihara perangkat keras dan fasilitas terkait lainnya; 14. Mengatur tehnisi; 15. Mengikuti perkembangan TIK, khususnya untuk manajemen sekolah dan 16. pembelajaran; 17. Mengatur penggunaan internet, jika ada, bagi staf dan siswa; 18. Membuat presentasi kepada manajemen sekolah, komite sekolah, orang tua, staf pengajar, dan pemerintah, 19. Merekomendasikan sistem komputer yang cocok digunakan; 2. Buku Panduan TIK

Tujuan dari buku panduan ini adalah untuk memberi informasi kepada staf tentang prosodur penggunaan TIK. Buku pandauan ini menjadi bukti bahwa penanggung jawab TIK telah mencoba mengembangkan kebijakan, prosedur dan sistem yang relevan. Idealnya, buku panduan tersebut tidak lebih dari 20 halaman, dengan spasi ganda dan dengan daftar isi. Buku panduan tersebut antara lain memuat hal-hal berikut: 1. 2. 3. 4. Pernyataan tentang peranan TIK di sekolah, termasuk visi misi; Kebijakan TIK; Staf yang mengajarkannya; Petunjuk terminologi yang digunakan sehingga semua guru TI menggunakan terminologi yang sama, dan agar yang lainnya mengetahui apa yang dibahas; 5. Pedoman umum tentang penggunaan TIK, baik dalam menunjang manajemen sekolah maupun pembelajaran; 6. Ringkasan kurikulum mengenai TIK; sehingga orang yang membutuhkan dokumen tersebut dengan mudah dapat memperolehnya; 7. Semua prosedur, misalnya bagaimana membukukan peralatan, dan bahkan bagaimana membuka komputer: 8. Petunjuk fasilitas, termasuk pernyataan seperti jika Anda mempunyai kelompok besar, misalnya lebih dari 20, gunakan ruang x, sebaliknya gunakan ruang y, jika kurang dari 20; 9. Kapan fasilitas komputer tersedia; 10. Bagaimana melaporkan gangguan perangkat keras dan perangkat lunak; 3. Sekuriti Perangkat Keras dan Lunak

Perangkat TIK membutuhkan investasi yang cukup mahal sehingga perlu dijamin keamanannya, baik dari segi kerusakan maupun pencurian. Untuk itu, perlu ada tindakan pengamanan yang dilakukan pihak manajemen sekolah, antara lain: 1. Yakinkan bahwa sekolah memiliki inventarisasi yang mutakhir; 2. Sekolah harus memiliki kebijakan pengamanan perangkat TIK, seperti apakah ada aturan bahwa setiap item peralatan harus diberi tanda security khusus; Mendiskusikan sekuriti dengan supervisor lapangan; Mengunci dengan baut semua computer dan printer; 3. Memasang alarm pada setiap peralatan atau di ruangan, bila dana memungkinkan; 4. Mengamankan semua mouse dan keyboard; 5. Membubuhkan penanda pada setiap item dengan penanda khusus yang hanya bisa dibaca melalui lampu ultra-violet disarankan menulis nama sekolah; 6. Yakinkan pintu dan jendela terkunci, khususnya pada jalan keluar-masuk kantor, dan khususnya pada tempat yang dekat akesesnya dengan jalanan atau tempat parkir; 7. Gunakan anti virus dan senantiasa update untuk menghindari serangan virus yang bisa merusak file, sistem, dan bahkan perngkat keras komputer. 8. Hindarkan terjadinya pencurian atau penyalahgunaan data yang ada pada sistem dengan menjaga kerahasiaan selalu memperbaharui user name dan password. 4. Pajangan Bermanfaat

Banyak ruangan komputer yang dihiasi dengan poster dengan pertimbangan supaya tampaknya menarik tanpa memperhitungkan kemanfaatannya. Pemasangan poster dimaksudkan untuk memberi manfaat dan lebih memudahkan peranan manajemen TIK. Contoh poster yang dimaksud adalah: a. b. c. Aturan prilaku Instruksi singkat, seperti simpan pekerjaan Anda setiap 10 menit; Petunjuk software;

Bila sekolah memutuskan membuat poster, usahakan huruf yang digunakan cukup besar untuk dapat terbaca dari semua sudut ruangan. Sebaiknya poster dibuat untuk setiap program utama yang digunakan, yang memuat informasi atau instruksi yang dibutuhkan. Instruksi sebaiknya dinyatakan dalam bentuk positif dan sedapat mungkin menghindari bentuk negatif. Misalnya, Masuklah dengan tenang biasanya lebih efektif daripada Jangan masuk dengan ribut. Ada juga baiknya memajangkan contoh pekerjaan siswa. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan penghargaan diri siswa sekaligus juga menunjukkan kepada yang lainnya tentang apa yang bisa dilakukan dengan menggunakan komputer. 5. Pemeliharaan dan rutinitas

Isu pemeliharaan dan rutinitas penting untuk menjaga perangkat tetap awet. Setiap individu yang sering berinteraksi dengan perangkat-perangkat TIK di sekolah perlu mengetahui dan

menerapkan mekanisme pemeliharaan dan rutinitas. Untuk itu, sekolah sebaiknya melakukan pelatihan atau sekurangkurangnyasosialisasi baik kepada guru maupun staf administrasi. Pelatihan atau sosialisasi tersebut antara lain mencakup: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6. membuka dan menutup program; tata cara pencetakan; dasar-dasar troubleshooting; aturan dalam ruangan; pemeliharaan peralatan; isu keamanan; aturan memasuki dan meninggalkan ruangan

Faktor manajemen yang mempengaruhi prestasi dalam TIK

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi yang tentunya membutuhkan pengelolaan yang baik. Faktor-faktor ini sangat ditentukan oleh penanggung jawab TIK yang ditugaskan oleh manajemen sekolah. Faktor-faktor yang dimaksud adalah bahwa penanggung jawab TIK harus: 1. mempunyai gagasan yang jelas tentang posisi TIK dalam kurikulum, dan mampu mengkomunikasikannya kepada yang lainnya; 2. Mempunyai pendekatan yang jelas dalam upaya meningkatkan prestasi; 3. cukup fleksibel untuk memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk menyumbangkan gagasannya; 4. memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa dan staf; 5. menjadi ahli dalam mata pelajaran tersebut, yang berarti bahwa mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang TIK. 7. Mengelola rekaman pekerjaan yang telah dilakukan siswa

TIK dapat membantu pengarsipan rekaman untuk tujuan penilaian. Rekaman siswa dapat disimpan dalam bentuk diari, di mana siswa merekam kegiatan TIK yang dia telah lakukan setiap harinya. Keuntungan pendekatan ini adalah bahwa: (i) siswa menyelesaikan sendiri diari tersebut, yang berarti pekerjaan untuk memeriksa tugas tertulis di kertas berkurang; (ii) dengan melihat diari tersebut, misalnya tiap dua minggu atau satu bulan, guru akan memperoleh gambaran tentang kuantitas dan kualitas kegiatan TIK yang siswa lakukan. Kekurangannya adalah bahwa: (i) sulit atau membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan data yang ada dalam diari tersaebut; (ii) siswa bisa saja kehilangan diari; dan (iii) jika Anda menyimpan diari siswa, yang menjadi masalah adalah tempat menyimpannya, dan mereka akan kehilangan kesempatan untuk menggunakannya lagi dengan segera; Pendekatan lainnya adalah dengan menyimpan lembar pencatatan untuk setiap siswa, di mana guru memberi tanda tik dan menandai kotak yang sesuai ketika siswa telah menyelesaikan pekerjaan tertentu. Keuntungan pendekatan ini adalah bahwa: (i) guru hanya memiliki satu lembar persiswa; (ii) guru dapat melihat secara sepintas berapa banyak pekerjaan yang telah dikerjakan. Kekurangannya adalah bahwa: (i) penggunaan lembaran seperti itu dapat membuat siswa hanya bertujuan untuk memperoleh tanda tik pada lembarannya, dan mengesampingkan pemahaman

konsep dan keterampilan yang diajarkan. (ii) penyimpanan dapat menjadi masalah; dan (iii) Masih sulit untuk mengumpulkan informasi. Satu cara untuk mengatasi kekurangan terakhir adalah membuat pangkalan data atau spreadsheet untuk merekam pekerjaan yang telah dibuat siswa. Dengan menggunakan spreadsheet, misalnya, memungkinkan Anda memasukkan rumus yang akan menghitung berapa banyak unit yang telah diselesaikan siswa. Penggunaan sistem ini akan menghemat waktu dan biaya karena Anda bias menggunakan spreadsheet yang sama dengan nama siswa yang berbeda, untuk jangka waktu yang lama ke depan. Jenis rekaman yang ketiga adalah front cover sheet untuk setiap unit yang telah diselesaikan siswa. Ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengomentari pekerjaan siswa. Keuntungan sistem ini adalah sebagai berikut: (i) mendorong staf untuk memberikan komentar dan tidak hanya memberi tanda tik atau memberi nilai; (ii) dapat memberikan umpan balik kepada siswa. 8. Manajemen Infrastruktur

Manajemen infrastruktur adalah hal penting untuk menjamin kesuksesan pengadaan, pemasangan, dan pemanfaatan infrastruktur. Aturan perlu dibuat untuk selanjutnya dijadikan sebagai panduan yang dapat menuntun untuk: 1. menyusun agenda yang memuat apa yang seharusnya terjadi, jadwal, dan siapa yang bertanggung jawab; 2. senantiasa menginformasikan kepada setiap individu yang terkait khususnya ketika terjadi kesalahan; 3. mengawasi pengeluaran tapi juga menemukan sefleksibel bagaimana kendala anggaran tersebut; 4. tidak lupa memasukkan anggaran-anggaran tersembunyi, seperti biaya angkutan. 5. Tetap menyediakan anggaran untuk tujuan biaya tak terduga; 6. Ketika membeli barang dan jasa, sempatkan untuk mengecek kiriman sebelum melakukan pembayaran; 7. Rekaman harus selalu dimutakhirkan, dan usahakan dapat diakses oleh yang lainnya sehingga kalau penanggung jawab TIK mengambil cuti atau sakit, pekerjaannya masih bisa dilimpahkan ke yang lainnya. 8. Menjamin sistem pengarsifan secara logis dan sistematis. 9. Manajemen Keuangan

Keuangan dalam bidang TIK juga penting dikelola dengan baik karena biaya pemeliharaan dan operasionalnya cukup mahal. Bagian ini memuat strategi penghematan biaya sehingga investasi yang ada membuahkan hasil yang maksimal. Menggunakan peralatan yang lebih tua:

Peralatan yang lebih tua tapi masih berfungsi sebaiknya masih tetap digunakan. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diketahui dalam hal pendistribusian sumberdaya yang ada dan apa yang harus dilakukan dengan peralatan tersebut. 1. Untuk tujuan pembelajaran TI, peralatan yang dipasang sebaiknya yang paling mutakhir, supaya dapat digunakan semaksimal mungkin, baik dari segi intensitas maupun tujuannya. 2. Penambahan jumlah unit komputer terpasang sebaiknya tidak membuat komputer lama yang sebelumnya sudah terpasang tidak digunakan lagi. 3. Perlu juga dipertimbangkan bahwa peralatan lama mungkin lebih cocok digunakan pada bagian tertentu atau tujuan tertentu. Misalnya, komputer tua tersebut digunakan sebagai print server pada jaringan computer yang sudah ada. 4. Komputer lama mungkin masih menarik bagi staf tertentu untuk dia gunakan di ruangannya sendiri untuk tujuan administrasi; Sebaliknya, ada juga beberapa kekurangan menggunakan komputer tua, yakni peralatan tersebut tampak usang, sehingga mungkin saja membuat siswa tidak tertarik untuk menggunakannya; dan fungsi dan fasilitas yang dimiliki perangkat tersebut mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran di sekolah;

10. Praktek yang baik dalam tugas administrasi Praktek yang baik dalam tugas administrasi haruslah menjadi salah satu indikator penting dalam mewujudkan manajemen sekolah yang efektif. Beberapa konsep yang perlu diketahui dalam kaitan ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetikan data harus dilakukan dengan cermat tapi tetap memperhitungkan kecepatan, dan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga tidak terjadi kesalahan yang berarti. 2. Dokumen diarsipkan dengan baik untuk menjaga jangan sampai hilang; 3. Transfer data efisien; 4. Template sebaiknya disiapkan; 5. Untuk tugas tertentu, proses otomasi perlu dijalankan; 6. Dokumen-dokumen yang berkaitan sebaiknya dikoneksikan satu sama lain dengan membuat link. 7. Fasilitas mail-merge sebaiknya difungsikan, khususnya untuk tugas-tugas administrasi. 11. Pengelolaan Pengunaan Internet Penggunaan internet dalam berbagai macam koneksi membutuhkan biaya yang cukup bervariasi berdasarkan provider yang dilanggan. Penggunaan internet pada lembaga tentu akan berpengaruh juga pada biaya manajemen. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:

1. Mengelola penggunaan komputer yang terkoneksi dengan internet. Koneksi internet hanya kepada satu unit komputer akan terasa sangat mahal dibandingkan dengan kalau dibagi kepada beberapa unit komputer. 2. Mempertimbangkan penggunaan teknologi yang sesuai untuk mengkoneksikan sekolah dengan internet. 3. Menjamin adanya nilai tambah yang diberikan yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan; 4. Mengontrol penggunaan fasilitas internet, seperti email dan website, supaya tidak menimbulkan biaya tambahan, baik oleh staf maupun siswa. Perlu diketahui bahwa sejumlah situs membebankan biaya untuk bisa diakses. Bila menggunakan sistem dial-up, lama koneksi dengan internet perlu dikontrol supaya tidak melewati batas kemampuan keuangan sekolah yang dialokasikan untuk koneksi internet ini. 5. Mencegah siswa dari penggunaan chat dan email yang tidak penting.

1. D.

Pengelolaan Pembelajaran Berbasis TIK

Pengelolaan kelas menitik tekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan, berbeda dengan pembelajaran (instruction) yang lebih menekankan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Menurut Raka Joni, pengelolaan kelas adalah mengkondisikan kelas yang optimal bagi terjadinya proses belajar, yang meliputi pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif. Pengaturan kelas mencakup pengaturan peserta didik dan fasilitas. ICT sendiri termasuk dalam pengaturan fasilitas untuk menunjang iklim konduksif bagi PBM di kelas. Baik iklim kognitif, afektif, dan skill. Iklim kognitif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah pemahaman terhadap materi karena siswa diberikan kesempatan bereksplorasi dengan ICT untuk memecahkan masalah baik secara sintesis maupun analisis. Iklim afektif yang dicapai dari kelas berbasis ICT adalah akomodasi siswa lambat dan cepat secara adil. Siswa yang lambat tidak akan menjadi bahan olok-olokan temannya, karena keterlambatannya, karena ICT memiliki kesabaran dalam menerima pengulangan-pengulangan sesuai kehendak pengguna (user). Begitu pun siswa cepat, tidak akan merasa kurang, karena ICT mampu melayani semua rasa ingin tahunya dengan kecepatan sesuai permintaan pengguna (user). Adapun iklim skill adalah yang paling dominan tercapai. Penggunaan ICT menciptakan skill menulis, berkomunikasi, dan mengakses pengetahuan dengan cepat, mudah, dan tepat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengelolaan kelas berbasis ICT, diantaranya adalah: 1. Penggunaan ICT sebaiknya dibagi dalam tiga katagori, yaitu one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students. 2. Pengunaan ICT bersifat one laptop for all student digunakan pada saat guru memberikan konsep dasar yang harus dikuasai siswa secara menyeluruh. Adapun one

student one laptop dan one laptop for four students digunakan untuk tahap pengembangan konsep, yang memerlukan aktifitas eksplorasi atau pemecahan masalah. 3. Penggunaan fasilitas hendaknya tidak terlalu sering bersifat individual, yaitu one student one laptop, tetapi sesekali harus diberikan fasilitas bersifat kerjasama, one laptop for four student. Ini semua sesuai dengan hakekat belajar aktif, menurut Vygotsky [18961934] (1962), salah satu pengagas konstruktivisme sosial, yang terkenal dengan teori Zone of Proximal Development (ZPD). Proximal dalam bahasa sederhana bermakna next. Vygotsky mengamati, ketika anak diberi tugas untuk dirinya sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika mereka bekerjasama. Selanjutnya Vygotsky menyatakan, setiap manusia mempunyai potensi, dan potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan ketuntasan belajar, tetapi di antara potensi dan aktualisasi terdapat wilayah abu-abu. Guru berkewajiban menjadikan wilayah abu-abu ini dapat teraktualisasi, caranya dengan belajar kelompok. Dalam bahasa yang lebih umum, terdapat tiga wilayah cannot yet do, can do with help, and can do alone. ZPD adalah wilayah can do with help, wilayah ini bukan wilayah yang permanen, kuncinya adalah menarik pembelajar menjadi dari zona tersebut, dengan cara bekerjasama. 4. Guru harus menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam penggunaan ICT dikelas. SOP ini mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab. 5. Guru merancang kelas yang berbasis ICT yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Harus dibedakan tempat duduk siswa ketika kebutuhannya one laptop for all students, one student one laptop, dan one laptop for four students.

Pengelolaan pembelajaran berbasis TIK terdiri dari : 1. Perencanan pembelajaran meliputi : 1. penyediaan fasilitas jaringan komunikasi data, 2. pangkalan data, 3. media pembelajaran dan akses publik oleh sekolah sedangkan guru perlu : 1. menentukan materi yang dapat disampaikan dengan media TIK; 2. menetapkan kegiatan tatap muka dan kegiatan online; 3. menetapkan alat pembelajaran TIK; sumber belajar meliputi buku-buku elektronik, alamat situs web, materi presentasi, materi multimedia; 4. menetapkan metode penilaian tes atau non tes. 5. Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan dalam kegiatan tatap muka melalui : 1. tahapan penjelasan proses belajar; 2. tahap eksplorasi sumber-sumber belajar;

3. tahap kolaborasi berbagai sumber belajar untuk memperoleh pemahaman yang utuh; 4. tahap refleksi mengambil kesimpulan dari topik yang sedang dipelajari, 5. dan kegiatan online melalui LMS di luar kelas melalui tahapan mempelajari petunjuk belajar; mempelajari materi tutorial pada halaman web; mengikuti diskusi dan konsultasi online; mengerjakan tugas-tugas . 3. Penilaian

Penilaian metode tes dan non tes yang dapat dilakukan dalam kegiatan tatap muka dan online dalam penilaian formatif dan sumatif. Metode tes dilakukan menggunakan tes interaktif yang dilengkapi dengan saran-saran dari hasil pekerjaan siswa. Metode non tes meliputi pemberian tugas mengembangkan topik-topik pembelajaran, menyusun materi diskusi, mengumpulkan materi pelajaran dari internet, forum online, membuat ringkasan dari materi secara online, atau membuat karya secara online.

BAB IV PENUTUP

Pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak yang terkait. Pada tingkat sekolah, pemanfaatan TIK sekurang-kurangnya diupayakan untuk mendukung terciptanya manajemen sekolah yang efektif dan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan dengan mutu yang lebih baik. Untuk itu, komitmen kepala sekolah, guru, dan staf administrasi sangat dibutuhkan untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menggunakan TIK, khususnya perangkat lunak yang digunakan di sekolah. Sekolah sebagai institusi pencetak generasi yang hidup dimasa mendatang harus mempunyai keperdulian terhadap perkembangan yang terjadi. Jika tidak, maka anak-anak yang kita didik akan tertinggal dengan perkembangan zaman. Karena perkembangan informasi dan komunikasi ini tidak mempunyai toleransi, pilihannya hanya dua, yaitu mampu beradaptasi dan mengadopsi atau tertinggal ke belakang. Guru pada abad ini dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, atau yang lebih dikenal dengan ICT (information comunication technology). Bagaimana mengelola kelas berbasis ICT yang akan menunjang daya adaptasi dan adopsi siswa terhadap kemajuan teknologi informasi dan komunikasi? Hal inilah yang akan dicoba diuraikan pada paparan di bawah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ericdigests.org/1995-2/isolate.htm

UNESCO. 2004. Schoolnettoolkit. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional

Bureau for Education.

Ruud, P., 2000, School improvement through ICT: Limitations and Possibilities,

Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. 2007. Perangkat lunak. Wikimedia Foundation, Inc.

Artikel Pembelajaran Berbasis ICT


Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Bambang Sukiono Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Abstrak

Sistem pendidikan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di masyarakat, sebaliknya pendidikan juga mempengaruhi dan bahkan diharapkan dapat mengarahkan perubahan yang terjadi ke arah yang positif. Salah satu perubahan besar yang terjadi dalam beberapa dasa warsa terakhir ini adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan kemajuan TIK, maka terjadilah era globalisasi yang merambah aspek sosial budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan. Masuknya TIK telah mengubah pola-pola komunikasi dan distribusi informasi tanpa batas wilayah, negara atau waktu. Penulisan paper ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Penulisan paper ini difokuskan pada: (a) komponen-komponen yang harus disiapkan untuk menerapkan pembelajaran berbasis TIK, (b) fungsi TIK dalam kegiatan pembelajaran,(c) manfaat TIK dalam proses pembelajaran. Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa metode yang relevan dengan tema kajian diatas, antara lain metode diskriptif. Dalam menggali sumber konsep dan bahan-bahan yang dibutuhkan, penulis menggunakan pendekatan study pustaka, yaitu dengan menghimpun informasi bacaan dari buku-buku dan internet. Data yang diperoleh berupa data kualitatif yang sifatnya tekstual dan konstektual. Kata kunci : Pembelajaran, Teknologi, Informasi, Komunikasi

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pendahuluan

Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui pendekatan teknologi pendidikan. Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model, 1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa. Teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk

mendistribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan komputer. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan internet untuk pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana siswa dapat belajar dengan cara mengidentifikasi,

mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam hal rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses untuk belajar (Barbara, 1994). Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas sehingga teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai media untuk mendistribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pembelajaran adalah disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Suherlan (2000: 48) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis teknologi pada hakikatnya merupakan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan belajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur komunikasi dan Informasi. Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi elearning ini, kesadaran masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar. Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar mulai menggunakan teknologi dalam upaya

pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa elearning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran

masyarakat untuk lebih memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.

Komponen yang Dibutuhkan

Komponen-komponen

yang

harus

disiapkan

untuk

menerapkan

pembelajaran berbasis TIK yaitu: 1) Infrastruktur, 2) SDM, dan 3) Konten dan aplikasi.

1. Infrastruktur Pengembangan infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak tahun 2000, namun terlihat semakin pesat sejak tahun 2006 dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Jejaring pendidikan nasional adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh

kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien. Secara umum, Jardiknas dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu: a) Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi, b) Zona Perguruan Tinggi, dan c) Zona Sekolah. a. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi,

kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan. b. Zona Perguruan Tinggi (Inherent) Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan ini

pengembangan perguruan tinggi,

sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar. c. Zona Sekolah

Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom

2. Sumber Daya Manusia Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang Internet antara pada tahun Internet, 1999. SMK Sejak TI, saat itu banyak pelatihan ICT, Multimedia,

lain: Pelatihan

Networking,

Pelatihan

Ketrampilan kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta pelatihan Jardiknas. Selain pelatihan, juga banyak disiapkan

pendidikan formal untuk peningkatan kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll. Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titiktitik sekolah (SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk mengenalkan Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha, dan

Pustakawan Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content eLearning dan e-Administration serta kesinambungan Jejaring Pendidikan

Nasional (Jardiknas).

3. Konten dan Aplikasi E-learning

a. Internet sebagai Media Pengajaran Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia

pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta

didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap kemungkinan tersebut. Titik sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta didik. Pada metode pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat, yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang butuh sentuhan perasaan (empati) dari pengajar dalam transfer pengetahuan.

Oleh karena itu kualitas pengajaran konvensional dikenal sangat baik dan mampu menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga terdidik. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat baik. Akan tetapi haruskah kita tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya? Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara massa, dikenal one to many communition (misalnya mailing list). Internet

juga mampu hadir secara real time audio visual seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference. Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik yang khas, yaitu (1) sebagai media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun ansinkron (tunda). Karakteristik ini memungkinkan peserta didik melakukan

komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional. TI menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap bisa menikmati pengajaran. Metode talk and chalk, nyantri, usrah dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode ini mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya. Suasana yang hangat dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti peda metode usrah. Berdasarkan uraian diatas, bisa dikatakan bahwa internet bukanlah

pengganti sistim pengajaran.

Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan

pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa dimodifikasi

kebentuk

lain. Metode talk

and

chalk mengalami

modifikasi

menjadi online

conference. Metode nyantri dan usrah mengalami modifikasi menjadi diskusi melalui mailling list. b. Web Portal Belajar dan Distance Learning Tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model Web Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok lain diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas pengajaran

yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet. Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model Web Portal Belajar maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam distance learning, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran. Bagaimana tidak ? Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.

c. Aplikasi Internet untuk eLearning Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Ketika memutuskan

utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama

kali

adalah

memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah : 1. Learning Management System (LMS) LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini. 2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT. 3. Virtual Laboratory ViLAB adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis secara maya/virtual . ViLAB umumnya dipasang secara offline pada

masing-masing komputer peserta didik, namun sat ini sudah banyak aplikasi online.

Fungsi TIK dalam Pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki dua fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tool), yaitu alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base, membuat program administratif untuk siswa, guru, dan staf, data kepegawaian, keuangan, dan sebagainya, 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang

harus dikuasai oleh siswa, misalnya dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua kompetensinya.

Manfaat TIK dalam Pembelajaran

Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat. 1. TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan Dalam kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi. 2. TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran Dalam dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa. 3. TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran Dalam dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan 4. TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran Dalam dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran baik dalam skala menengah maupun luas yang meliputi: Ragam

Teknologi

Kanal

Distribusi,

Ragam

Aplikasi

dan

Perangkat

Lunak,

Bahasa

Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problemsolving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

Kesimpulan

1. Infrastruktur serta penyiapan SDM dalam bidang TIK untuk dunia pendidikan Indonesia sudah cukup berkembang, maka selanjutnya upaya untuk memperkaya konten adalah sangat penting. 2. Beberapa model pembelajaran berbasis TIK adalah dengan Learning Management Siystem (LMS), Computer Base Training (CBT), Virtual Laboratory (Vilab). 3. Ada beberapa tools, serta aplikasi untuk penerapan pembelajaran berbasis ICT, antara lain : eMail, Mailing List/Forum, Web Portal Pembelajaran, Digital Library, Video on demand, Wikipedia, Blog, Mobile learning.

Daftar Pustaka

eLearning For Education, Multimedia University. Digital Library, http://digilib.itb.ac.id, 2007 Gatot HP dkk, Jejaring Pendidikan Nasional, Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri, Depdiknas, Jakarta, 2007.

Kukuh Setyo Prakorso, Membangun eLearning dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005 http://ryea.wordpress.com/2007/06/20/pembelajaran-media-e-learning-di-pendidikantinggi/ http://media.diknas.go.id/media/document/4794.pdf

KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Dunia pendidikan termasuk yang paling diuntungkan dari kemajuan TI karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem pendidikan dunia, yang dikenal dengan berbagai istilah e-learning, distance learning, online learning, web based learning, computer-based learning, dan virtual class room, di mana semua terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan berbasis teknologi informasi. Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis TI bukan hal yang baru lagi. Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik dan model pendidikan berbasis TI. Indonesia sebagai pemula dalam menerapkan sistem ini tentu punya kesempatan berharga untuk belajar banyak atas keberhasilan dan kegagalan mereka sehingga penerapan pendidikan berbasis TI di Indonesia menjadi lebih terarah. Pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia pendidikan terhadap TI. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi (kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, mulai tersedia teknologi video conference, yang semuanya itu memberikan penguatan pada proses belajar mengajar dikampus. 1. Pengertian Media Pembelajaran Berbasis ICT Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke21 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Sedangkan media Pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta (murid) ajar tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pendidikan konvensional, mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. Beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis ICT, adalah:

a. Internet Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TI tersedia akses internet. Saat ini wilayah Indonesia yang terjangkau jaringan internet semakin meluas hal ini sebagai dampak dari perkembangan yang pesat dari jaringan telekomunikasi. Mulai dari jaringan telpon rumah/kantor, jaringan Speedy telkom, leased line ISP, sampai dengan komunikasi melalui GPRS, 3G, HSDPA dengan memanfaatan modem GSM dan CDMA dari provider seluler adalah sederetan teknologi yang dapat digunakan untuk akses internet. Dengan kata lain, saat ini tersedia banyak pilihan teknologi untuk melakukan koneksi pada jaringan global.

Menurut Haughey, (1998) dalam Suhariyanto, mengungkapkan bahwa pemanfaatan internet dalam media pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu : 1) Web Course, yaitu: Penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Bentuk ini tidak memerlukan tatap muka baik untuk pembelajaran maupun evaluasi dan ujian. Proses pembelajaran sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan e-mail, chat rooms, bulletin boarddan online conference. Bentuk ini juga biasa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain Virtualcampus/university. 2) Web Centric Course, yaitu: Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Dalam bentuk ini presentasi tatap muka lebih sedikit dibandingkan penggunaan internet. Pusat kegiatan pembelajaran bergeser dari kegiatan kelas melalui kegiatan melalui internet. Sama dengan web coursesiswa dan guru terpisah, tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka. Bentuk ini banyak diterapkan diperguruantinggi-perguruan tinggi yang menerapkan sistem belajar off campus. 3) Web Enhanced Course, yaitu Pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan istilah web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Bentuk ini lebih dominan kegiatan tatap muka dibanding penggunaan internet sebagai media pembelajaran. Bentuk ini dirujuk sebagai langkah awal untuk menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks. b. Intranet Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI. Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan

lebih murah dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi tertentu intranet justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI. c. Mobile Phone Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telpon seluler yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti pembelajaran melalui telpon seluler. Begitu canggihnya perkembangan teknologi ini sampai memunculkan istilah baru dalam pembelajaran berbasis TI yang disebut M-learning (mobile learning).

d. CD-ROM/Flash Disk Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TI yang paling sederhana dan paling murah.

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Berbasis ICT Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantupembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan(science), (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran(literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidakubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator,transmitter, dan evaluator.Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagaisuplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008). Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci tentang fungsi media pembelajaran sebagai berikut: 1. 2. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir Memperbesar perhatian siswa.

3. 4.

Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

5. 6.

Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.

7.

Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1.

Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa hingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2.

Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3.

Metode mengajar akan lebih bervariasi , tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan mengajar pada setiap jam pelajaran.

4.

Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis ICT dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti : 1. Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang tradisional. 2. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi instruksional.

3. Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif. 4. Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional. Mewujudkan Pembelajaran Berbasis ICT

Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep


pembelajaran computer dan multimedia. Pendidikan bebasis ICT (Information Communication Technology) saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktf semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan teknologi informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa mulai pra-sekolah, SD, SMP, SMA dan SMK dituntut mengenal TI sejak dini.

Untuk mewujudkan sekolah dengan berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Lab bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI.

Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan. Selain sebagai sarana untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran

berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.

Apakah sekolah anda sudah menggunakan pembelajaran berbasis ICT? jika sudah, maka yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana
membiasakan guru berkreasi tidak hanya sebagai pemakai jasa Media berbasis ICT tetapi juga sebagai creator yang membuat dan mengembangkan media-media tersebut sesuai dengan keadaan sekolah masing-masing. Namun jika belum, maka ini menjadi tugas penting kita semua untuk memikirkan bagaimana caranya agar sekolah kita bisa merasakan nilai positif dari perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini. O...ya, Artikel diatas saya buat untuk mengikuti diselenggarakan oleh

kompetisi blog "Si Blog"

yang

ISTA Akprind. Saya meminta dukungan dari para sobat blogger, dengan

cara memberikan komentar di postingan ini. Tapi harus sesuai dengan tema postingan ya.... Terima kasih Komentarnya ^_^

Sumber: melawiraya.wordpress.com Oleh: Naufal Bin Abdullah

Anda mungkin juga menyukai