Anda di halaman 1dari 10

TIK Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar dan

Kendala Kendala yang Muncul Dalam Penerapannya

Di Sususn oleh

Siti Rodhia Harahap

Perdana Prastyawati

Ririn Nur Hidayat

Treni Sundari

Program Pascasarjana Universitas Negri Jakarta

Prodi Pendidikan Dasar

2017
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kini teknnologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menjadi


bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Walaupun pada umumnya
berada pada tataran konsumen atau pemakai, namun keadaannya masih
kalah jauh dari negara-negara tetangga, tetapi Indonesia tidak luput dari
pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa
jenjang sekolah, khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SLTA)
dan sekolah menengah pertama (SLTP) dan sederajat, termasuk juga
sebagian kecil sekolah dasar, kini para siswa telah diberi sebuah mata
pelajaran yang berhubugan dengan teknologi informasi dan komunikasi,
sehingga diharapkan para siswa setidaknya sudah tidak asing dalam
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan kalah pentingnya
adalah guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan
kegiatan lain.

Kini beberapa sekolah telah menerapkan pengajaran dan


pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, Internet dan
lainnya) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer,
internet, intranet, satelit, tape/video, TV interaktif dan CD ROM adalah
bagian media elektronik yang dimaksudkan dalam kategori ini.

Komponen yang tak kalah penting dalam pemanfaatan TIK dalam


proses pembelajaran adalah para guru yang mengajar pada sekolah
dalam berbagai jenjang.

Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses


pembelajaran di sekolah sebenarnya memerlukan berbagai piranti dalam
mengoptimalkan pemanfaatan TIK dan Komunikasi in untuk
mendukung kemampunnya yang diperlukan khususnya dalam
operasional perangkat TIK tersebut. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan kini masih banyak guru yang masih gagap dalam pemakian
komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses
pembelajaran.

Perkembangan TIK dewasa ini ibarat embun dipagi hari, sering


dalam tidur lelap kita tidak menyadari bahwa keesokan paginya telah
ditemukan penemuan baru yang sangat penting bagi sejarah manusia.
Lagi-lagi kita hanya mengiyakan penemuan itu tanpa harus berupaya
menguasainya, lebih parah jika hanya cukup dengan keadaan yang ada
tanpa adanya usaha apapun dalam merespon perkembangan ini.
Keharusan guru dalam mendorong dan mendukung siswa kearah kreatif
pemanfaatan TIK mutlak dilaksanakan.

Untuk itu peranan guru sangat dibutuhkan demi keseimbangan


penguasaan dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan dan
disajikan kepada siswanya. Karena ada kemungkinanan siswa telah
memahami lebih jauh satu persoalan dari pada gurunya. Berangkat dari
hal tersebut nampaknya kita harus ingat sebuah pesan Nabi Muhammad
SAW ajarilah anak-anakmu sesuai dengan jamanya dan bukan jaman
mu.
Kondisi guru yang sebagaian besar masih belum optimal, bahkan masih
banyak yang belum dapat memanfaatkan kemajuan TIK atau dengan
perkataan lain masih gagap, kondisi ini perlu dicari penyebabnya dan
solusi yang terbaik, khususnya bagi para penentu kebijakan pendidikan.
Tulisan ini akan menggali dari berbagai artikel, hasil penelitian,
pengakuan, berita, makalah, pandangan dan berbagai ide yang diambil
dan diolah atau dianalisa yang bersunber dari informasi yang diambil dari
internet. Data sekunder atau berbagai data dan informasi dari internet
tersebut hasil tulisan dari berbagai website dari berbagai kota diseluruh
Indonesia, dan jumlah sampel kurang lebih 40 (empat puluh) tulisan.

Hasil analisa dalam tulisan ini diharapkan dapat mendapat


gambaran yang jelas sehingga diperoleh pemahaman yang benar
mengenai kondisi guru kaitannya dalam pemamfaatan TIK dalam proses
pembelajaran dan juga dalam kegiatan lain yang meliputi: (1) sarana-
prasarana, fasilitas, dan perangkat; (2) kebijakan pimpinan sekolah dan
pimpinan lembaga terkait; (3) kemampuan dan kecakapan dalam
pemanfaatan TIK; (4) pendidikan dan pelatihan, kursus yang telah dimiliki
guru; dan (5) berbagai kendala yang dialami para guru dalam
pemanfaatan TIK.

Para penentu kebijakan pendidikan seharusnya sangat


berkepentingan atas berbagai informasi tentang kondisi guru dalam
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain,
mengingat otoritas yang dimiliknya dapat mengubah kondisi yang baik
menjadi kondisi yang lebih baik. Sementara guru dengan informasi
ini dapat menempatkan dan mengkondisikan dirinya sesegera mungkin
untuk beradaptasi, paling tidak mengubah sikap dan perilaku untuk
berkembang ke arah yang lebih baik.

B.RumusanMasalah

Berbagai masalah yang ada pada latar bekang di atas, penulis akan
merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tulisan adalah:

1. Sejauh mana ketersediaan sarana dan prarana, fasilitas, dan


perangkat dalam mendukung pemanfaatan TIK bagi guru?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasan dan kecakapan guru dalam
penggunaan atau pemanfaatan TIK bagi guru?
3. Kebijakan dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pimpinan
sekolah dan pimpinan instansi terkait dalam penentukan kebijakan
untuk mendukung pe-manfaatan TIK bagi guru?
4. Pendidikan dan pelatihan apa saja yang telah dilakukan guru dalam
meningkat-kan kemampuan pemanfaatan TIK dalam proses
pembelajaran?
5. Faktor-faktor apa yang menjadi kendala guru dalam pemanfaatan
TIK?
C .Pembahasan

Berbagai defenisi mengenai teknologi informasi dan komunikasi dapat kita


jumpai di berbagai media baik buku, jurnal ilmiah, maupun media on-line
yang secara tidak langsung merupakan pemanfaatan dari teknologi
informasi dan komunikasi tersebut. Membahas pengertian dari teknologi
informasi dan komunikasi tersebut, penulis mengambil beberapa defenisi
sebagai berikut :

1. Menurut PUSKUR

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu


Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.

2. Menurut Munir

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data,


sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer
yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan telekomunikasi digunakan
agar data dapat disebar dan diakses secara global.

Teknologi informasi telah menjadi industri yang utama dan mampu


memenuhi kebutuhan yang paling pokok dalam bidang ekonomi serta
sumber-sumber daya utama lainnya. Teknologi komputer telah melahirkan
satelit komunikasi yang dapat digunakan untuk kepentingan sarana
telekomunikasi dan berbagai keperluan lainnya, termasuk untuk
kepentingan siaran radio dan televisi. Disamping itu telah muncul berbagai
macam sistem penyaluran informasi dengan memanfaatkan saluran
pesawat telepon dan teknologi komputer yang menghasilkan video-text,
sehingga memungkinkan pemilik pesawat telepon dapat memperoleh
ribuan informasi langsung kapan dan dimanapun ia berada.
Pengembangan serat optik (fibre optic) telah menghasilkan sistem televisi
kabel dengan jangkauan hampir tidak terbatas.
Teknologi elektronika berkembang sangat pesat, menyebabkan dapat
diproduksinya bermacam-macam peralatan komunikasi yang relatif murah
dengan ukuran kecil, yang dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh
masyarakat umum, seperti komputer, radio, pemutar music, TV ukuran
saku, kamera video, video game dan berbagai peralatan lainnya yang
beberapa diantaranya menggabungkan berbagai fasilitas kedalam satu
peralatan multimedia berupa laptop dan handphone.

Membicarakan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


(TIK) oleh para guru dalam proses pembelajaran di sekolah tidak lepas
dari berbagai unsur yang saling terkait sata sama lain, yaitu; 1) sarana,
prasarana, dan perangkat yang tersedia; 2) tingkat penguasaan guru
dalam pemanfaatan TIK; 3) kebijakan pimpinan dalam mendukung
pemanfaatan TIK; 4) pendidikan dan pelatihan para guru; dan 5) kendala-
kendala guru dalam penggunaan TIK. Kelima unsur yang terkait ini
diuraikan per bagian dengan maksud nantinya diperoleh penjelasan, dan
pada akhirnya diharapkan diperoleh pemahaman yang benar.

A. Sarana dan prasarana, falitas, dan perangkat pendukung


pemanfaatan TIk

Beberapa sekolah kini telah telah memiliki laboratiorium komputer


dan internet, khusus sekolah-sekolah yang berlokasi di kota atau tidak
jauh dari perkotaan lebih lengkap fasilitas ini dibandingkan dengan
sekolah yang berlokasi di pedesaan. Hampir seluruh kota dijumpai
sekolah-sekolah yang telah menyediakan fasilitas laboratorium komputer
dan internet. Namun dalam pemanfaatan TIK oleh para guru antara
sekolah yang satu dengan yang lain tingkatannya sangat beragam, mulai
dari yang sederhana sampai ada yang sudah optimal. Kondisi ini dapat
dimengerti mengingat tingkat kemajuan sekolah masing-masing berbeda.
Contoh konkrit seperti pada SMP PGRI KOPO Serang, dimana fasilitas
komputer dan internet telah ada sejak tahun 2006 dan sudah
melaksanakan praktek TIK bagi guru dan siswanya sebanyak 360 orang,
namun pemanfaatan TIK bagi siswa masih sebatas pada mata pelajaran
TIK, dan guru belum memanfaatan TIK dalam proses pengajaran mata
pelajaran yang lain. Berbeda dengan sekolah yang ada di Jakarta, SD
Negeri 01 Tugu Semper telah menggunakan TIK dalam pembelajaran
Bahasa Inggris, Sains dan Matematika. Banyak kasus lain tentang
keberagaman tingkat pemakaian dan pemanfaatan TIK ini

. Dari data yang ditemukan diperoleh suatu kondisi dimana ada hal
ironis dibeberapa daerah tentang fasilitas TIK ini, seperti kondisi yang ada
pada Kecamatan Percut Sei Tuan, Medan. Di kecamatan ini ada sekolah
dengan lokasi dimana di sana ada BTS (Base Transceiver Station)
operator telekomunikasi berdiri megah di areal sekolahan, sementara guru
dan siswa yang beraktivitas di sana sekali belum menggunakan atau
memanfaatkan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran maupun
aktivitas lain oleh guru, dan dapat dikatakan para guru masih gagap
teknologi (gaptek).

C. Kebijakan dan Upaya Pimpinan dalam Mendukung Pemanfaatan


TIK

Kadang sebuah penghargaan maupun sertifikai bukan merupakan


tujuan yang akan dicapai oleh sebuah lembaga sekolahan, tetapi
penghargaan maupun sertifikai yang diterima dapat menjadi pendorong
atau motivasi dalam pemanfaatan TIK oleh para guru, disamping sebagai
kebanggaan akan identitas sebuah sekolah yang mempunyai keunggulan
dalam berkompetitif dalam dunia pendidikan. Beberapa institusi atau
lembaga baik provit maupun nonprovit dirasa perlu memberikan berbagai
penghargaan stratafikasi untuk mendorong dan memacu sekolah untuk
terusmengembangkan potensinya, khususnya dalam hal pemanfaatan TIK
dalam proses pembelajaran yang melibatkan para guru yang terlibat
langsung. Dilapangan ditemukan perusaan bisnis BUMN telah
memberikan berbagai sertifikai yaitu PT Telkom, seperti yang terjadi pada
sekolah yang telah berhasil dalam prestasi khusus, sekolah tersebut telah
mendapatkan sertifikai, seperti SMP Negeri 8 Palembang sebagai sekolah
bebas buta internet.

Peran pimpinan atau kepala sekolah sangat penting dalam


memajukan sekolah, khususnya penguasaan para guru dalam
pemanfaatan TIK. Pimpinan yang tidak sigap dalam adaptasi dengan
perkembangan teknologi dapat mengakibatkan kebijakan yang
menjadikan guru gagap teknologi, padahal ini bisa jadi mengakibatkan
hilangnya daya tarik dalam proses belajar. Terlebih dalam era informasi
ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti, menggunakan, dan
mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru
sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama
bisa jadi hilang, sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi.

Para kepala sekolah yang mempunyai komitmen terhadap


kemajuan sekolahnya pasti melakukan langkah-langkah konkrit dalam
memajukan guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Di
sekolah-sekolah yang berada di wilayah perkotaan lebih mudah
dikembangkan daripada di pedesaan yang saran dan prasaranya kadang
belum lengkap atau tersedia. Di SMAN 11 Kota Jambi misalnya, kepala
sekolah dalam menerapkan dan menyambut serbuan beragam teknologi
informasi, adalah dengan membekali para guru dengan kursus komputer
dan internet, tidak hanya guru yang mengajar di labaratorium komputer
saja yang harus mengerti perangakat tersebut, tetapi guru-guru bidang
lain harus mengikuti.

Kondisi ini diyakini berlaku pada sekolah-sekolah lain di tanah air


ini.
Kebijakan yang kita acungi jempol adalah kepada Depdiknas, dimana
departemen ini akan mempercepat pengadaan sarana TIK pada berbagai
jenjang sekolah dengan akan meluncurkan anggaran 1 triliun pada tahun
2008 ini, gebrakan ini dilakukan dengan membangun berbagai pusat
sumber atau resource center di sekolah-sekolah. Kebijakan Depdiknas ini
seperti yang diungkap oleh Lilik Gani dari staff Depdiknas. Kita akan
menunggu realisasi dari kebijakan ini, jika benar adanya harapan akan
tanda-tanda keseriusan pemerintah memajukan dunia pendidikan akan
terwujud,

khususnya bidang TIK di dalam dunia pendidikan.


Beberapa sekolah sebenarnya telah proaktif dalam menyiapkan sarana,
dengan kebijakan tertentu, sekolah dapat meluncurkan program maupun
memulai aksi nyata. Seperti kini beberapa sekolah di kota Solo, mulai dan
telah melaunching sarana laboratorium komputer multimedia untuk
menyongsong era TIK dalam pendidikan dan telah menyiapan guru-
gurunya dalam penggunaan atau pemanfaatannya pada pembelajaran,
dan pada akhirnya akan menentukan program ini akan berjalan baik atau
tidak.
Gebrakan kebijakan tidak cukup hanya pada tingkat dinas pendidikan,
tetapi para kepala daerah baik itu gubernur ataupun bupati atau walikota
harus mau dan sanggup mengeluarkan kebijakan yang signifikan dalam
mamajukan dunia pendidikan khususnya dalam pemanfaatan TIK ini.

Seperti pada pemda Tanah Datar, Sumbar, telah meluncurukan


programnya yaitu untuk melengkapi fasilitas komputer di sekolah-sekolah,
maka dilaksanakan program One School One Computer Laboratorium
(OSOL) satu sekolah satu laboratorium komputer. Melalui progam ini
diharapkan guru maupun siswa tidak gagap teknologi, khususnya dalam
penguasaan ketrampilan komputer sebagai ciri kemajuan suatu
masyarakat.
Kebijakan pemerintah juga dipertegas oleh Menko kesra, beliau
mengatakan bahwa pemerintah pada tahuan ini akan mengalokasikan
dana dari APBN sebesar 2 triliun untuk program satu komputer bagi 20
siswa di tingkat SMP dan SMA di seluruh Indonesia. Menurutnya sampai
saat ini untuk murid SMA baru 1 banding 1000, ini belum komputer yang
dapat dimanfaatkan oleh para guru.

Menurut Ari Kristianawati (Sinarharapan, 29 April 2008), para guru


tidak hanya gagap dalam beradaptasi denagan kemajuan ilmu
pengetahuan, mereka juga terjebak dalam kebiasaan menjadi robot
kurikulum pendidikan, sehingga prakarsa dan inisiatif para guru untuk
belajar menggali metode, bahanajar dan pola relasi belajar mengajar yang
baru sangat minimalis. Rendahnya mutu atau kapabilitas guru di
Indonesia, disebabkan pertama, faktor strutural, selama orba guru
dijadikan bemper politik Golkar, agen pemenangan melalui Korpri dan
PGRI. Kedua, kuatnya politik pendidikan, mengontrol arah dan sistem
pendidikan membaut apara guru seperti root yang dipenjara melalui tugas-
tugas kedinasan yang stagnan. Ketiga, rendahnya tingkat kesejahteraan
guru, ini membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya, dan selalu mengurusi keluarga.

Anda mungkin juga menyukai