Anda di halaman 1dari 39

VI-15

I. ISTILAH/DASAR REKAYASA TRAFIK




Pada umumnya suatu sentral telepon direncanakan sedmk rupa sehingga
pada waktu sibuk dimana trafik telepon sangat besar, keinginan pelanggan
untuk melakukan sambungan dpt dipenuhi dgn kemungkinan yg cukup besar.
Contoh :
Pada jam sibuk ternyata bhw dr 100 permintaan sambungan, hanya :
1. Lima permintaan yang tidak dilayani.
2. Duapuluh permintaan yang tidak dilayani
Situasi 1 lebih baik dari situasi 2.

Peralatan sambung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga pada jam
sibuk hanya sebagian kecil dr permintaan sambungan yg tidak dapat segera
dilayani sehubungan dimensi alat sambung yang tersedia.
Hal ini disebabkan semua permintaan tersebut dilewatkan / diolah pada alat
alat sambung, yang antara lain berupa :
- Saluran / berkas saluran
- Switch / selektor
- Marker
- Register
- Repeater
- Prosesor
- Common circuit lainnya.
Jadi ada hubungan antara jumlah peralatan dengan besarnya kemungkinan
dipenuhinya suatu permintaan pengadaan hubungan:
Makin besar jumlah peralatan yg disediakan akan makin besar kemungkinan
dipenuhinya permintaan pengadaan sambungan

Untuk perencanaan haruslah dipertimbangkan :
- Pelayanan yang baik bagi pelanggan
- Ekonomis biaya bagi penyelenggara
Kendala utama dalam perencanaan disini adalah disebabkan lalu lintas / trafik
telepon ini merupakan lalu lintas kebetulan , krn tidak diketahuinya :
- Jumlah permintaan sambungan.
- Kapan datangnya permintaan sambungan.
- Lamanya sambungan berlangsung.
- Kepadatan permintaan sambungan.
Perencanaan trafik menjadi kompleks.

Note : Mengingat lalu lintas informasi senantiasa mengalami peningkatan,
maka perencanaan kebutuhan memerlukan re-evaluasi secara periodik.


VI-15

I.1 ISTILAH TEKNIS


I.1.1 ELEMEN GANDENG







Gbr.I-1: Simbol elemen gandeng

Dalam instalasi switching, penyambungan dilakukan oleh elemen gandeng.
Untuk itu jalan masuk dan jalan keluar disambungkan lewat titik gandeng
yaitu kontak yg dikerjakan secara paralel guna meneruskan sambungan
pada titik gandeng.

Contoh :



















Gbr.I-2: Bagian utama elemen gandeng
a. Elemen gandeng analog
b. Elemen gandeng digital


g

Berkas masuk
Berkas keluar
V
1
V
2

1



2



3



4



5


Jalan masuk Elemen gandeng

Jalan keluar
Titik gandeng


1






2





3






4






5





6

k l m n
Crosspoint



Elemen gandeng



Jalan keluar
Jalan masuk


a









b

20
VI-15
I.1.2 BERKAS MASUK / KELUAR
Berkas masuk :
Sejumlah saluran yg secara bersama membentuk jalan masuk.
Berkas keluar :
Sejumlah saluran yang secara bersama mebentuk jalan keluar.






Gbr.II-3: Berkas masuk dgn berkas keluar

I.1.3 BERKAS SEMPURNA / FULL AVAILABILITY BUNDLE

Suatu berkas dikatakan berkas sempurna bila setiap saluran dari
berkas keluar V
2
dapat dicapai oleh setiap saluran dr berkas masuk V
1
.
Contoh :



















a b

Gbr.I-4: Konfigurasi berkas sempurna dgn V
1
= 20 , k = V
2
= 5
a. Konfigurasi switching analog
b. Konfigurasi switching digital


g

Berkas masuk
Berkas keluar
V
1
V
2

V
1
= 20
1
V
2
= 5
2
.
.
.
10
1

2

3

4

5

11
12
.
.
.

20

Crosspoint


















Jalan keluar

1





2




3






4









2
0






6

k l m n o
Jalan masuk


VI-15

I.1.4 BERKAS TIDAK SEMPURNA / LIMITED AVAILABILITY BUNDLE

Suatu berkas dikatakan tidak sempurna bila hanya sebagian saja dari
saluran keluar yg dapat dicapai oleh setiap saluran dari berkas masuk.
Contoh :






















Gbr.I-5: Konfigurasi berkas tdk sempurna dimana k< V
2

a. Konfigurasi switching analog dgn V
1
= 20, V
2
= 8 k = 5
b. Konfigurasi switching digital dgn V
1
= 7, V
2
= 5 k = 4


I.1.5 DAYA SAMBUNG
Daya sambung (k) adalah jumlah titik gandeng dengan mana saluran
masuk dapat mencapai saluran keluar.
Contoh : k = 5
- Berkas sempurna : K = V
2

- Berkas tidak sempurna : K < V
2






V
2
(1) = 4
V
2
(2) = 4
V
1
(2) = 10
1
2
.
.

10
1

2

3

4


11
12
.
.

20
V
1
(1) = 10

5

6

7

8


a b

1





2




3




4




5




6




7






k l m n o
Crosspoint















Jalan masuk


Jalan keluar
VI-15
V
1 V
2
V
3 V
4
I.1.6 ELEMEN GANDENG BERTANGGA BANYAK / MULTI STAGE
SWITCH ARRANGEMENT





Saluran masuk dan saluran keluar mempunyai beberapa titk gandeng.
Untuk setiap titik gandeng nilai k bisa berbeda.
Dalam kondisi seperti ini harus diketahui k
eff
.

I.1.7 PENDUDUKAN TERHALANG

Jika jumlah permintaan sambungan lbh besar dr kapasitas pelayanan
sistem, maka akan terjadi pendudukan terhalang. Alternatif yang dapat
dipilih untuk mengatasi pendudukan terhalang ini :
a. Loss System
Dalam kondisi ini elemen gandeng bekerja dgn sistem rugi/ditolak,
kepada pemanggil langsung dikirim nada sibuk sehingga hilang
dari sistem
b. Waiting System
Pemanggil diminta menunggu karena masih ada kemungkinan
untuk mendapatkan jalan bebas. Semua pendudkan terhalang
dimasukkan kedalam antrian dengan kriteria :
- Waktu tunggu terbatas.
Setelah menunggu dalam periode waktu tertentu belum juga
mendapatkan jalan bebas, kepada pemanggil baru dikirim
nada sibuk.
- Jumlah yang menunggu terbatas.
Misal dibatasi sampai 20 dalam suatu antrian. Bila yang antri
bertambah, maka kepada antrian no.1 dikirim nada sibuk,
berarti yang bersangkutan sudah keluar dari waiting system.

Note :
Dalam realisasinya, pada umumnya :
- Loss sytem : Jaringan
- Waiting system : Sentral
Bagaimana di Indonesia ?






g
1
g
3
g
2
VI-15


I.2 BESARAN LALU LINTAS


I.2.1 PENDUDUKAN
Pendudukan secara umum didefinisikan sbg segala hal yg mengakibatkan
penggunaan perlengkapan penyambungan.

I.2.2 WAKTU PENDUDUKAN / HOLDING TIME / WAKTU GENGGAM
Didefinisikan sebagai lamanya waktu penyambungan berlangsung dalam
pelaksanaan / penyelenggaraan sambungan.
Holding terjadi pada :
- Sirkit yang perlu berhubungan dengan coomon control
- Sirkit yang membentuk lintasan pembicaraan antar pelanggan.
Yang mana holding time dalam analisis trafik ?


I.2.3 AVERAGE HOLDING TIME / WAKTU PENDUDUKAN RATA RATA

Waktu pendudukan setiap pembicaraan tdk sama. Karena itu didefinisikan
waktu pendudukan rata-rata.
Contoh :




Gbr.I-6: Waktu pendudukan pada suatu sirkit selama 1 jam


Dari pengamatan 1 jam pd suatu sirkit, ternyata terdapat 3 kali pendudukan
masing-masing dengan holding time :
t
1
= 10 menit , t
2
= 15 menit dan t
3
= 5 menit
Waktu pendudukan rata-rata t
r
= 1/3 ( 10+15+5) = 10 menit

Waktu pendudukan rata-rata juga berlaku pd suatu berkas yang terdiri dari
sejumlah saluran, sebgm contoh pada Gbr. III-3
Contoh :
Berkas yang terdiri dari 3 saluran mengalami pendudukan sebagai berikut:
Saluran 1 mengalami 3 pendudukan yakni 4, 4 dan 7 menit
Saluran 2 mengalami 4 pendudukan yakni 2, 5, 3 dan 6 menit
Saluran 3 mengalami 3 pendudukan yakni 15,15 dan 15 menit
Hitung waktu pendudukan rata2 dari masing2 saluran dan berkas tsb.

t (menit)
10 15 5
VI-15
















Gbr.I-7: Waktu pendudukan suatu berkas dari 3 saluran selama 1 jam


Waktu pendudukan rata2 / average holding time :
1. Saluran 1 = ( ) menit 5 7 4 4
3
1
= + +
2. Saluran 2 = ( ) menit 4 6 3 5 2
4
1
= + + +
3. Saluran 3 = ( ) menit 15 15 15 15
3
1
= + +
4. Berkas = menit 6 , 7
10
15 15 15 6 3 5 2 7 4 4
=
+ + + + + + + + +




I.2.4 TRAFIK / LALU LINTAS TELEPON


Definisi : Trafik atau lalulintas telepon adalah lalu lintas informasi telepon
dalam suatu jaringan / sistem telepon.
Lalu lintas telepon dapat terjadi setiap saat dan dari pengamatan terlihat
bahwa :
a. Antar pelanggan tidak saling mempengaruhi
b. Lama masing pembicaraan tidak sama
c. Kepadatan trafik bervariasi berdasar :
- Waktu ( pagi / siang / malam )
- Lokasi ( pemukiman / business )

t Saluran 1
t Saluran 2
t Saluran 3
4 4 7
2 5 3 6
15 15 15
VI-15



Pengamatan harian memperlihatkan suatu kecenderungan yang sama
yang secara grafis diperlihatkan pada Gbr I-8











Gbr.I-8: Kecenderungan umum dari distribusi trafik harian


Jam sibuk / busy hour :
60 menit berurutan ( 4x15 menit berurutan ) dimana lalu lintas telepon
paling besar.


I.2.5 NILAI / INTENSITAS TRAFIK A ( ERLANG )

Bila : C = Jumlah pendudukan yang diolah oleh berkas dalam
interval waktu tertentu ( 1 jam )
t
r
= Waktu pendudukan rata rata.


Maka : A = C.t
r

= Total waktu pendudukan berkas saluran dalam
interval waktu tertentu ( umum : 1 jam ).

Secara matematis :
- Pengamatan jam N =
}

0
1
Cdt
- Pengamatan 1 jam N =
}
1
0
1
1
Cdt

Satuan trafik berasal dari nama : AGNER K. ERLANG ( 1878-1929 )
Seorang ilmuwan Denmark yg telah berjasa dalam mengembangkan
teori trafik.
Trafik
Jam
0 4 8 10 12 20 24 16
Jam sibuk
VI-15



Contoh 1 :
Dalam pengamatan 1 jam ternyata 3 kali pendudukan, masing masing
selama 8 menit, 5 menit, 7 menit, maka :
Intensitas Trafik A = ( ) ERL 33 . 0 7 5 8
60
1
= + +

Contoh 2 :
Intensitas trafik maksimum dari suatu saluran = 1 Erl
Artinya : Saluran tersebut diduduki terus menerus selama 1 jam


Contoh 3 :






Penyelesaian:
Total waktu pendudukan = 90 menit
Intensitas Trafik A = ERL 5 , 1
60
90
=


Contoh 4 :





Penyelesaian:
Total waktu pendudukan = 120 menit
Intensitas Trafik A = ERL 1
120
120
=

Contoh 5 :
Intensitas trafik dr berkas dg 10 saluran adalah 10 Erlang, apa artinya?
Jawab:
Artinya semua saluran terpakai terus menerus selama 1 jam.


Sal 1
Sal 2
Sal 3
Sal 4
Pengamatan selama 1 jam thd suatu
berkas dari 4 saluran ternyata:
Saluran 1 diduduki selama 20 menit
Saluran 2 diduduki selama 30 menit
Saluran 3 diduduki selama 25 menit
Saluran 4 diduduki selama 15 menit
Tentukan intensitas trafik A
Sal 1
Sal 2
Sal 3
Sal 4
Pengamatan selama 2 jam thd berkas yg
terdiri dari 4 saluran ternyata :
Saluran 1 diduduki 2 kali: 10,20 menit
Saluran 2 diduduki 3 kali: 5,10, 20 menit
Saluran 3 diduduki 1 kali: 40 menit
Saluran 4 diduduki 1 kali: 15 menit
Tentukan intensitas trafik A dr berkas
VI-15




Contoh 6 :
Pengamatan thd suatu junction yang menghubungkan antara 2 sentral
memberikan hasil sebagaimana yang terlihat pada Gbr. I-9.
Pertanyaan:
b. Hitung trafik rata2 dari junction bila periode sampling 2 jam
c. Tentukan jam sibuk junction
d. Hitung minimum saluran yg dibutuhkan junction
e. Hitung lama saluran diduduki pada jam 18.00















Gbr.I-9: Distribusi trafik dlm 24 jam antara 2 sentral

Penyelesaian:
a. Trafik rata2 dari junction: A
ave
=

ERL 5 , 82
12
20 40 80 40 90 160 180 200 160 85 70 25
=
+ + + + + + + + + + +


b. Jam sibuk : Jam 10
00
- 11
00

b. Rata trafik dalam jam sibuk : A
ave
= ERL 200
2
400
=
c. Rata trafik jam 10
00
- 14
00
:

A
ave
= ERL 160
5
160 160 180 200 200
=
+ + + +


d. Jumlah minimum sirkit yg hrs tersedia : 200 sirkit.


0 04.00 08.00 12.00 16.00 20.00 24.00 Jam
Erl

200

160

120

80

40

0

2
5


3
0







7
5

8
5

1
6
0

2
0
0

1
8
0

1
6
0



9
0





4
0







8
0

4
0

2
0


VI-15




Contoh 7 :
Pengamatan setiap 15 menit antara jam 08.00 s/d 14.00 thd keluaran
suatu PABX memberikan hasil sbgm terlihat pada Gbr. III-6.
Pertanyaan:
a. Hitung trafik rata2 dari junction tsb.
b. Tentukan jam sibuk junction
c. Hitung minimum saluran yg dibutuhkan junction
d. Hitung lama saluran diduduki pada jam 10.00
















Gbr.I-10: Distribusi trafik PABX jam 08.00 s/d 14.00
















08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 Jam
Erl

22

20

16

12

8

4

0

VI-15










VI-15


Dari pengamatan yang dilakukan selama 4 jam terlihat bahwa dalam
pengambilan data trafik untuk setiap 15 menit adalah sbb (Erlang):
( 10 ; 20 ; 40 ; 30 ; 15 ; 18 ; 7 ; 30 ; 30; 20 ; 100 ; 10 ; 80 ; 16 ; 30 ; 24 )
a. Tentukan jam sibuk !
b. Trafik rata-rata jam sibuk
c. Jumlah saluran minimal dari jam 9
00
- 13
00

d. Lama pendudukan dari jam 12
00
- 13
00
e. Lama pendudukan saluran antara jam 11
00
- 11
30

f. Hitung rata-rata trafik dari jam 9
00
- 13
00

















Gbr.I-11: Distribusi trafik PABX jam 09.00 s/d 13.00
JAWAB :

a. Jam sibuk adalah : 11
15
- 12
15

b. Trafik rata-rata jam sibuk adalah :
= (20 + 100 + 10 + 60) / 4 = 210 / 4 = 52,5 Erl
c. Jumlah saluran minimal dari lam 9
00
13
00
= 100 sirkit
d. Lamanya pendudukan dari jam 12
00
13
00
:
= (80 + 16 + 30 + 24) / 100 = [(150 / 4) / 100] x 60 menit
= 22,5 menit
e. Lamanya pendudukan saluran antara jam 11
00
11
30
:
= {(50 / 2) / 100} x 60 = 15 menit
f. Rata-rata trafik dari jam 9
00
13
00
:
= (10 + 20 + 40 + 30 + 15 + 18 + 7 + 30 + 30 + 20 + 100 +
10 + 80 + 16 + 30 + 24 ) / 16
= 480 / 16 = 30 Erl

0
9
.
0
0






1
0
.
0
0

1
1
.
0
0




1
2
.
0
0

1
3
.
0
0




Erl

100


80


60


40


20


0
VI-15




Dari pengamatan yang dilakukan selama 4 jam terlihat bahwa dalam
pengambilan data trafik untuk setiap 15 menit adalah sbb (Erlang):
( 20 ; 40 ; 65 ; 30 ; 20 ; 10 ; 25 ; 30 ; 30; 20 ; 100 ; 10 ; 10 ; 65 ; 25 ; 50 )
a. Tentukan jam sibuk !
b. Trafik rata-rata jam sibuk
c. Jumlah saluran minimal dari jam 9
00
- 13
00

d. Lama pendudukan dari jam 12
00
- 13
00
e. Lama pendudukan saluran antara jam 11
00
- 11
30

f. Hitung rata-rata trafik dari jam 9
00
- 13
00


















Gbr.I-12: Distribusi trafik PABX jam 09.00 s/d 13.00

Hitung trafik rata-rata:
1. Gbr 1.9 (sampling 15,30,60)menit
2. Gbr 1.10 (sampling 15,30,60)menit
3. Hal 12(sampling 15,30,60)menit
4. Hal 13 (sampling 15,30,60)menit







0
9
.
0
0






1
0
.
0
0

1
1
.
0
0




1
2
.
0
0

1
3
.
0
0




Erl

100


80


60


40


20


0
VI-15












































1
1
.
0
0





1
1
.
3
0

1
2
.
0
0

1
2
.
3
0




1
3
.
0
0

1
3
.
3
0



1
4
.
0
0





1
4
.
3
0





1
1
.
0
0





1
1
.
3
0

1
2
.
0
0

1
2
.
3
0




1
3
.
0
0

1
3
.
3
0



1
4
.
0
0





1
4
.
3
0




Erl
100


80


60


40


20


0
VI-15



I.2.6 KONVERSI SATUAN TRAFIK



ERL
TU
VE
CCS
HCS
UC

ARHC
EBHC
1 ERL
1 TU
1 VE
1 36 30
1 CCS
1 HCS
1 UC
36
1
1
6
5

1 ARCH
1 EBHC
30
1

5
6

1


- Erl = Erlang
- TU = Traffic Unit
- VE = Verkehr Seinheit
- 1 Erl = 1 TU = 1 VE
Pendudukan selama 3600 detik

- CCS = Cent Call Second
- HCS = Hundred Call Second
- UC = Unit Call
- 1 CCS = 1 HCS = 1 UC
Pendudukan selama 100 detik

- EBHC = Equated Busy Hour Call
- ARHC = Apples Reduite A LHeure Charges
- 1 EBHC = 1 ARHC
Pendudukan selama 120 detik







VI-15

I.3 TRAFIK DALAM SISTEM

I.3.1 PENAWARAN, MUATAN / BEBAN, SISA











Gbr.I-13: Penawaran A, beban Y dan sisa trafik R

- Penawaran (A) :
Intensitas trafik yang ditawarkan kepada suatu sistem ( elemen
gandeng / alat sambung ).

- Muatan / Beban Y :
Intensitas trafik yang dapat ditampung / dilayani oleh suatu sistem
( elemen gandeng / alat sambung )
muatan / beban yang dapat dtampung.

- Sisa R :
Intensitas trafik sisa / yg tidak dapat dilayani oleh sistem tersebut.
Trafik sisa ini punya 2 kemungkinan :
- Dihilangkan / tidak dilayani:
Berarti berupa Loss Trafic
- Diluapkan:
Dalam kondisi ini sisa R ditawarkan lagi pd sistem/elemen gandeng
g
2
, yg merupakan Overflow Trafic . Trafik yang tidak tertampung
oleh g
2
menjadi sisa dari sistem keseluruhan.
Satuan A, Y, R [ Erlang ].








g2
R = 0,5 Erl
Y = 1,5 Erl
g1
A = 5 ERL
R1 = 2 ERL
Y = 3 ERL
VI-15


I.3.2 FAKTOR RUGI
















Gbr.I-14: Distribusi A,Y dan R pada 2 alat switching berbeda


Apa bila nilai R semakin besar, kualitas trafik semakin turun
Terdapat 2 ukuran dari rugi trafik :

- Rugi diukur terhadap A: % 70 7 , 0
20
6
1 1 1 = = = =

= =
A
Y
A
Y A
A
R
B

% 20 2 , 0
5
4
1 1 2 = = = =

= =
A
Y
A
Y A
A
R
B


- Rugi diukur terhadap Y : % 267 67 , 2 1
6
20
1 1 = = = =

= =
Y
A
Y
Y A
Y
R
V

% 25 25 , 0 1
4
5
1 2 = = = =

= =
Y
A
Y
Y A
Y
R
V








g
A = 5 Erl
g
A = 20 Erl
R = 14 Erl
Y =6Erl
Y=4 Erl
VI-15


I.3.3 SISTEM TUNGGU

Probabilitas P ( > 0 )
Probabilitas bahwa suatu pendudukan harus menunggu sebelum
melaksanakan sambungan:

( )
ditawarkan yang Pendudukan Jumlah
menunggu yang Pendudukan Jumlah
0 = > P

Probabilitas ( > t )
Probabilitas bahwa pendudukan hrs menunggu > t detik sebelum
dapat melaksanakan sambungan:

( )
ditawarkan yang Pendudukan Jumlah
t menunggu yang Pendudukan Jumlah >
= > t P

Waktu Tunggu Rata Rata ( t
av
)
Nilai rata rata waktu dari semua pendudukan yg harus menunggu.


Contoh 1 :
Bila dari 100 pendudukan yang ditawarkan pada suatu alat switching,
ternyata sebanyak 5 harus menunggu, dengan masing-masing waktu
tunggu 10, 12, 20, 5, 3 detik maka tentukanlah P
(0)
, P
(>5)
, P
(>12)
, P
(>3)
,
P
(5)
, P
(12)
, P
(3)
dan t
av
.

( ) 05 , 0
100
5
0 = = > P = 5 %

( )
ditawarkan yang Pendudukan Jumlah
t menunggu yang Pendudukan Jumlah >
= > t P

P (>5) = 0,03
P (>12) = 0,01
P (>3) = 0,04
P (5) = 0,04
P (12) = 0,02
P (3) = 0,05




VI-15

Contoh 2:
Dari 200 pendudukan yang ditawarkan, ternyata ada 10 yang harus
menunggu dengan waktu tunggu:
18 ; 10 ; 15 ; 12 ; 8 ; 5 ; 3 ; 16 ; 9 ; 4 mdet
Hitunglah : a. P(>0)
b. P (>5)
c. Waktu tunggu rata-rata t
r

Jawab :
a. P (>0) = 10 / 200 = 0,05 = 5%

b. P (>5) = 7 / 200 = 0,035 = 3,5%

c. Waktu tunggu rata-rata = t
av

(18 10 + 15 + 12 + 8+ 5 + 3 + 16 + 9 + 4) / 10 = 10 mdet


I.3.4 JENIS LALU LINTAS / TRAFIK


Dalam analisis trafik, jenis trafik / lalu lintas dapat dibagi :
a. Lalu lintas kebetulan jenis 1 / lalu lintas kebetulan murni / Pure
Chance Traffic.
Sifat khusus :
- Prob. datangnya suatu pendudukan tidak tergantung pada
jumlah pendudukan yang tengah terjadi.
- Prob. bubarnya suatu pendudukan tidak tergantung pada
lamanya ia berlangsung.
Kondisi ini hanya terjadi bila berkas masuk tak terhingga sangat /
besar jumlahnya.
b. Lalu lintas kebetulan jenis 2.
Sifat Khusus :
- Prob. datangnya suatu pendudukan adalah sebanding /
tergantung pada jumlah saluran masuk yang bebas.
- Prob. Bubarnya suatu pendudukan tidak tergantung pada
lamanya ia berlangsung.
Kondisi ini hanya mungkin terjadi bila jumlah berkas masuk terbatas
c. Lalu lintas luap / Overflow Traffic.
Lalu lintas yang tidak dapat dilayani oleh berkas sempurna
perlu diluapkan.




VI-15


















LALU LINTAS JENIS 1 LALU LINTAS JENIS 2


Gbr.I-13: Trafik / lalu lintas lintas kebetulan
a. Sentral analog
b. Sentral digital


a





b







Gbr.I-15: Trafik / lalu lintas lintas luap dimana:
a. swiching analog
b. Switching digital/digital


LF
2

g
1

g
1

A
L

LF
1

GS
1

GS
1

A
L

A
A
PS GS I GS II
LALU LINTAS JENIS 1 LALU LINTAS JENIS 2
1
2
3
4

60


5
INTERKONEKSI
K
O
N
S
E
N
T
R
A
T
O
R

VI-15

I.3.5 GRADING/INTERKONEKSI/PEMBERKASAN/PENGGANDAAN

Grading/interkoneksi/penggandaan terbentuk bila beberapa kelompok
pelanggan dlm jumlah tertentu bergabung membentuk suatu kelompok
yang lebih besar.
Tujuan dari grading adalah :
1. Memungkinkan hubungan antar kelompok
2. Penggunaan secara bersama saluran keluar yang tersedia
3. Pemerataan beban karena ada kemungkinan penawaran trafik tidak
sama untuk setiap sub kelompok, yakni : A
1
= A
2
= = A
m

Akibat Grading:
1. Berkas tidak sempurna
2. Penurunan efisiensi, dpt diusahakan sekecil mungkin (dibandingkan
bila seluruh sistem merupakan berkas sempurna).
Dalam prakteknya grading ini tidak mudah dilaksanakan, antara lain
standarisasi, optimalisasi, kualitas trafik maupun pemeliharaan

Contoh 1:
Suatu kota dg 5 sentral masing-masing punya 20.000, 30.000, 15.000,
10.000, 25.000 pelanggan serta penawaran trafik A
1
,A
2
,A
3
,A
4,
A
5
Erlang
Gambar konfigurasi grading agar user antar sentral bisa berhubungan.




















Gbr.I-16: Grading / interkoneksi antar 5 sentral/
kelompok pelanggan

g
4

g
5

A
1
A
2
A
3
20.000
30.000
15.000
g
n
g
2
g
1
A
4
A
5
10.000
25.000
g
1

g
2

g
3

Y
1




Y
2





Y
3




Y
4




Y
5




Grading
VI-15



Contoh 2:
Bila 4 kelompok masing-masing terdiri dari 100 pelanggan dgn 6 jalan
keluar bergabung membentuk kelompok lebih besar, maka gambarlah
alternatf konfigurasi yang mungkin dihasilkan untuk berkas sempurna
maupun berkas tidak sempurna



























Gbr.I-17: Konfigurasi grading lengkap / sederhana dgn v
1
=400 k=6
a. Berkas sempurna k=v
2
=6
b. Berkas tak sempurna k=6 v
2
=9







g

g

g

g
100
100
100
100
6
6

g

g

g

g
100
100
100
100
3
3
3
1
2
3
4
5
6

7

8

9



























1

2

3
















4

5

6

1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6






7 8 9
a b














VI-15



Contoh 3 :
Bila berkas masuk yg terdiri dari 100 saluran dan daya sambung K = 5,
dibagi atas 2 kelompok masingmasing punya 50 saluran sedangkan
jalan keluar adalah 8 saluran, maka gambarlah konfigurasi gradingnya!
























Gbr.I-18: Konfigurasi grading / interkoneksi utk 100 jalan masuk
yg terdiri dari 2 kelompok dan 8 jalan keluar, dimana:
a. Konfigurasi grading lengkap
b/c. Konfigurasi grading sederhana

Buat sebnyak mungkin (5 s/d 6) konfigurasi grading utk:
Klp 6 , k10), v2(15, 20, 25. 30, 32)
Klp 8 , k(08), v2(20, 25, 30, 35, 36)





01


02





50




51


52




100





















a
1 2 3 4
5 6 7 8

b
1 2 3 4
5 6 7 8

c
VI-15
I.3.6 MACAM GRADING / INTERKONEKSI / PENGGANDAAN


1. GRADING SEDERHANA / STRAIGHT GRADING









2. GRADING BERSUSUN









3. GRADING BERTUMPUK









4. REVERSE GRADING









Gbr.I-19: Macam grading dgn spesifikasi sama dan v
2
= 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10




11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 20
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11 12

13 14 15 16 17 18

19 20

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 20
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11 12

13 14 15 16 17 18

19 20

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 20
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11 12

13 14 15 16 17 18

19 20

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 20
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
VI-15

5. GRADING BERSELIP

a. GRADING BERSELIP 1 LANGKAH









Pada berselip 1 langkah terlihat bahwa kontak switching yg terhubung :
1
1
, 2
2
,3
3
dan 4
4

1
2
,2
3
,3
4,
dan 4
1

1
3
,2
4
,3
5,
dan 4
6
dst


b. GRADING BERSELIP 2 LANGKAH









Pada berselip 1 langkah terlihat bahwa kontak switching yg terhubung :
1
1
, 2
3
,3
5
dan 4
7

1
2
,2
4
,3
6,
dan 4
8

1
3
,2
5
,3
7,
dan 4
9
dst

Gbr.I-20: Macam grading dgn spesifikasi sama dan v
2
= 10

Grading dapat dibedakan atas :
- Individual : 1 kontak switching langsung membentuk 1 jalan keluar
- Pairs : 2 kontak switching bergabubg membentuk 1 jalan keluar
- Threes : 3 kontak switching bergabubg membentuk 1 jalan keluar
- Fourth : 4 kontak switching bergabubg membentuk 1 jalan keluar



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10





Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 10
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10





Jumlah Kelompok = 4
Daya sambung k = 10
Jumlah jalan keluar v
2
= 10
(dengan grading)
Jumlah jalan keluar v
2
= 40
(tanpa grading)
VI-15

CONTOH PEMERATAAN BEBAN DENGAN GRADING

Sejumlah 4 kelompok masing-masing dgn k=8 dan beban 3,5 Erlang
sebagaimana pada Gbr. I-20a setelah mengalami grading spt
pada Gbr. I-20b distribusi beban menjadi relatif lebih merata.


























Gbr.I-21: Distribusi beban trafik pada kontak switching dengan:
a. Konfigurasi non grading bervariasi (0,15 0,8) Erl
pada total 32 kontak switching
b. Konfigurasi grading bervariasi (0,60 0,8) Erl
pada total 20 kontak switching







Kelompok 1 : 3,5 Erl

Kelompok 2 : 3,5 Erl

Kelompok 3 : 3,5 Erl

Kelompok 4 : 3,5 Erl
1 2 3 4 5 6 7 8


9 10 11 12 13 14 15 16


17 18 19 20 21 22 23 24


25 26 27 28 29 30 31 32
0
,
8
0


E
r
l

0
,
7
0


E
r
l

0
,
6
0


E
r
l

0
,
4
0


E
r
l

0
,
3
5


E
r
l

0
,
3
0


E
r
l

0
,
2
0


E
r
l

0
,
1
5


E
r
l


1 2 3 4 5 6 7 8


9 10 11


12 13 14 15 16 17


18 19 20
Kelompok 1 : 3,5 Erl

Kelompok 2 : 3,5 Erl

Kelompok 3 : 3,5 Erl

Kelompok 4 : 3,5 Erl
0
,
8
0


E
r
l

0
,
7
0


E
r
l

0
,
6
0


E
r
l

0
,
8
0


E
r
l

0
,
7
0


E
r
l

0
,
6
0


E
r
l

0
,
8
0


E
r
l

0
,
6
0


E
r
l




a.











b.


VI-15

II. DASAR PERHITUNGAN PROBABILITAS


II.1 PENDAHULUAN

1. Trafik telepon merupakan trafik kebetulan.
Karena itu pemecahan trafik secara kuantitatif hanya dapat dilakukan
dengan pengetahuan statistik dan teori probabilitas.

2. Teori Probabilitas :
Model matematis yg cocok utk menerangkan / menginterpretasikan /
menafsirkan suatu gejala yang dialami.

3. Model :
Idealisasi dari keadaan yang sebenarnya.
Seberapa jauh model itu memenuhi / mendekati keadaan yang
sebenarnya, tergantung pada model yang dipilih.
Pada umumnya model dapat ditentukan berdasar pengalaman.

Penjelasan :
Dlm analisis trafik terdpt 2 kemungkinan kondisi saluran/alat sambung :
Sibuk / diduduki / digenggam
Istirahat / bebas

Untuk situasi di atas sebagai model matematis dapat dipilih experimen
melempar mata uang yang punya 2 kemungkinan :
Tulisan / angka
Gambar

Contoh 1 :
Dalam experimen melempar mata uang dilakukan percobaan masing
masing 100 kali, maka :
Eksperimen 1 : 100 kali 60 gambar, 40 tulisan
Eksperimen 2 : 100 kali 55 gambar, 45 tulisan
Eksperimen 3 : 100 kali 40 gambar, 60 tulisan
Apakah tidak akan mungkin terjadi :
100 kali 10 gambar, 90 tulisan
100 kali 1 gambar, 99 tulisan





VI-15

Contoh 2 :
Dalam random eksperimen E dilakukan n ulangan untuk mengetahui
kemungkinan muculnya tanda A, maka :













n = 2 1 ,
2
1
, 0 :
x
x
n
fA

n = 100
100
60
:
100
55
:
100
50
:
100
40
:
x
x
n
fA


Kesimpulan :
* Untuk nilai n besar, perbedaan nilai dari :
kecil semakin akan ......
n
fA
,
n
fA
,
3
3
2
2
1
1
x
x
n
fA
n
fA

Berarti : Untuk n , maka :
- Terdapat kestabilan frekuensi relatif
- Tendensi frekuensi relatif utk berkumpul pd suatu nilai tertentu


Pada contoh :
n = 2 1 0 s s
x
x
n
fA

n = 100 6 , 0 4 , 0 s s
x
x
n
fA

n = 1000 55 , 0 45 , 0 s s
x
x
n
fA

n = 1000 tertentu. nilai pada terkumpul
x
x
n
fA




Random
Eksperimen
E
1
E
2
E
3
. . . E
x

Jumlah
Ulangan
N
1
n
2
n
3
. . .

n
x

Frekuensi
munculnya A
fA
1
n
1
FA
3
. . .

fA
x

Frekuensi tidak
munculnya A
n
1 -
fA
1
n
2 -
fA
2

n
3
- fA
3
...
n
x
fA
x

Frekuensi
relatif
munculnya A
fA
1
/ n
1

fA2 /
n
1

FA
3
/ n
3
...
fA
n
/ n
x



0 1
0,4 0,6
0,45 0,55
0,5
VI-15
AB A B
II.2 PROBABILITAS MATEMATIS

Untuk nilai n besar sekali, ( n ) maka akan ada suatu harga P yang
merupakan idealisasi dari
n
f
, yakni :

n
fA
n
A P

=
lim
) (
Didefinisikan :
P (A) = Probabilitas matematis bagi timbulnya tanda A dalam suatu
random eksperimen E.


II.3 SIFAT PROBABILITAS MATEMATIS

Suatu eksperimen random dengan n
x
ulangan dengan kondisi :
- A salah satu tanda yg mungkin muncul dengan frekuensi fA, maka :

( ) s s
s s
s s
n bila 1 0
1 0
0
A P
n
fA
n fA


- A tanda yang sudah pasti muncul :

( ) 1 =
=
A P
n fA

- A tanda yang tidak mungkin muncul :

( ) 0
0
=
=
A P
fA


II.4 TEOREMA PENJUMLAHAN

Dalam suatu random eksperimen E ditinjau probabilitas munculnya
tanda berbeda A & B. Berapa pobabilitas bahwa paling sedikit salah
satu tanda ( A atau B ) muncul ?

fA = Frek. munculnya tanda A
fB = Frek. munculnya tanda B
f (AUB) = Frek. munculnya tanda A atau B
f (AB) = Frek. munculnya tanda A dan B






VI-15
Maka :

( )
( )
( ) ( ) ( ) ( ) B A P B P A P B A P
n
B A f
n
f B
n
f A
n
B A f
B A f f B f A B A f



+ =
+ =
+ =
) (
) (


Ada kemungkinan A dan B merupakan tanda yang tidak dapat muncul
bersamaan. (kedua tanda saling ekslusif)
Dalam situasi ini :

( )
( ) ( ) ( ) B P A P B A P
B A P
+ =
=

0
Ekslusif

Jika random eksperimen untuk mengetahui kemungkinan munculnya
sejumlah tanda tertentu, misal : A, B, C, D, E

Maka :




Contoh 1 :
Random eksperimen melempar 1 dadu untuk mengetahui probabilitas
munculnya :
A = Tanda 1, atau
B = Tanda 3

Karena dadu simetri, tiap angka mempunyai probabilitas muncul yang
sama :
P(1) = P(2) = P(3) = P(4) = P(5) = P(6) =
6
1

P (1 dan 3) = 0
P (1+3) = P(1) + P(3) =
3
1
6
1
6
1
= +

Contoh 2 :
Random eksperimen melempar 2 dadu untuk mengetahui probabilitas
munculnya :
A = Tanda 1, atau
B = Tanda 3
Maka :




ekslusif. saling bila , P(E) P(D) P(C) P(B) P(A)
E) D C B P(A - P(E) P(D) P(C) P(B) P(A) E) D C B P(A
+ + + + =
+ + + + =
VI-15
P(1U3) = P(1) + P(3) P(13)
= P(1) + P(3) P(1).P(3)
=
36
11
36
1
6
1
6
1
= +
Note :
- Tanda komplementer :
Tanda yang berlawanan satu sama lain
Dalam keadaan ini : P(A) + P(B) = 1
Contoh : A = Saluran sibuk
B = Saluran bebas
Maka : P(A) + P(B) = 1
- Tanda yang bersifat komplemen sekaligus akan ekslusif.



II.5 THEOREMA MULTIPLIER BERSYARAT / TEOREMA PERKALIAN

Suatu random eksperimen E dengan n
x
ulangan ditinjau kemungkinan
munculnya tanda A.
Misal : f
A
= Frekuensi munculnya A
= merupakan sub deretan

Pada sub deret tersebut ditinjau timbulnya tanda B, sehingga :
f
AB
= mencari tanda B dalam deret A.

Arti sebenarnya :
=
fA
fAB
Frekuensi relatif timbulnya B dalam sub deret yang terdiri
dari A
= Frekuensi relatif bersyarat atas timbulnya B, terhadap
persyaratan / hypotesa bahwa A sudah muncul lebih dulu.


( )
( ) A P
AB P
n
f A
n
fAB
f A
fAB
= =
) (
) (
.. (II-1)

P(BA) = Probabilitas timbulnya B dengan syarat A sudah
muncul (II-2)





(II-1) = (II-2) :
VI-15
Analogi


( )
( )
( ) BIA P
A P
B A P
=

.... (II-3)

( )
( )
( ) AIB P
B P
B A P
=

... (II-4)

(II-3) = (II-4) :

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) B P AIB P A P BIA P B A P . . = =

Note :
Dalam kondisi khusus, timbilnya suatu tanda tidak tergantung apakah
tanda yang lain sudah muncul / belum.

Pada suatu berkas yang terdiri dari n saluran, pembubaran/pendudukan
saluran tertentu tidak tergantung apakah saluran lainnya dalam kondisi
bubar / diduduki.
Maka dikatakan tanda tanda tersebut tidak saling bergantungan:

( ) ( ) A P AIB P =
( ) ( ) B P BIA P =
( ) ( ) ( ) B P A P B A P . =
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) D P C P B P A P D C B A P . . . =


II.6 THEOREMA BAYES

A = A
1
, A
2
, A
3
,.., A
k
tanda saling ekslusif,salah satu A
k
selalu muncul
B = Suatu tanda yg hanya dapat muncul bersama dgn salah satu A
k
.

Maka :

( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) 1 ......... .......... .......... .......... ..........
..... .....
1
2 1

=
=
+ + + + =
n
k
k
k
B A P
B A P B A P B A P B P

( ) ( ) ( ) ( ) 2 . .......... .......... .......... .......... .
k k k
A P BIA P B A P =








.............. (II-5)

. (II-6)
VI-15

(II-5) dan (II-6) :

( ) ( ) ( ) ( )

=
=
n
k
k k
A P BIA P B P
1
3 . .......... .......... .......... .......... .

( ) ( ) ( ) B P IB A P B A P
k k
. =

( )
( )
( )
( )
( ) 3
2
= =
B P
B A P
IB A P
k
k


( )
( )
( ) ( )

=
=
n
k
k k
k
k
A P BIA P
B A P
IB A P
1
.



II.7 DISTRIBUSI POISSON







Suatu berkas dgn n saluran. Kondisi setiap saluran punya kemungkinan
bebas / diduduki ( kedua tanda komplementer ).
Maka :
( ) ( )
k k
A P IB A P = dan ( ) ( ) B P BIA P
k
=

Tiap saluran punya kondisi yang sama.
Saluran tidak saling berhubungan.
Probabilitas untuk setiap salran sama.

Bila P = Probabilitas 1 saluran diduduki.
q = Probabilitas saluran bebas.
N = Jumlah saluran dalam berkas.

Berdasar Theorema Bayes dan Binomial Bernaulli
Maka : Probabilitas x saluran diduduki = p
x

Probabilitas (n x) saluran bebas =
1 n
q





1
2
3
n

(IV-7)
VI-15


( ) n x P , = Probabilitas bahwa x saluran dlm keadaan sibuk dan (n-x)
Saluran dlm keadaan bebas dari total n saluran

( ) n x P , = ( ) x P =
x n x
n
x
q P

|
.
|

\
|

=
( )
x n x
q p
! x ! x - n
n

!

=
( )
( )
( )
x
n x
p
P P
! x ! x - n
! n

1
1


=
( )( ) ( )( ) ( )
( ) ( )
x
n x
P - 1 ! x n
P P x n x n n n n

+ 1 . 1 .... 2 1

=
( )
( ) P - 1 ! x
n
x
n n n
nP
nP
x
n
x
|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

|
.
|

\
|

1
1 ....
2
1
1
1 1


~
( )
n
x
n
nP
! x
nP
|
.
|

\
|
1 .. (II-8)

Apabila : n maka P 0 sehingga nP (terbatas) . (II-9)

Dari pers.(IV-8) dan pers.(IV-9) : ( ) ( )
n
x
n ! x
x P n x P
|
.
|

\
|
= =

1 , ...... (II-10)

Karena :


=
|
.
|

\
|

n
n
1 dan pers(II-10) diperoleh Distribusi Poisson
yang selanjutnya digunakan utk menurunkan rumus B-Erlang, yakni :

( )

c


=
! x
x P
x











VI-15


II.8 RUMUS B-ERLANG











E : Pengamatan terhadap berkas dengan n saluran.
S : Sample Space, berupa :
0 Pendudukan
1 Pendudukan
. A
.
V Pendudukan

Ditinjau V saluran dari total n saluran, probabilitas bahwa x saluran
diduduki dari V saluran yang diamati :

( )
( )
( )
( )
( ) A P
x P
v P
xv P
v P = =

Karena :
( ) ( )
( ) ( ) A P v P
x P xv P
=
=


Atau :

( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( ) ( ) ( ) v P P P P
x P
x P
x P
v
x
P x S
v
x
+ + + +
= = =

=
.... 2 1 0
0


( )
( )
( ) ( ) ( ) ( ) v P P P
x P
x S
+ + + +
=
.... 2 1 0
.. (II-11)





1
2
3
v - 1
v
n
n
v
VI-15


Berdasar Poisson :

( )

c


=
! x
x P
x

( )

c c


= =
!
P
0
0
0

( )

c c


= = .
1
1
1
!
P
( )

c


= = .
2 2
2
2 2
!
P . (II-12)


.
.


Dari pers.(II-11) dan pers.(II-12) :

( ) x S = np ..... .......... ..........
! v ! !
1
! x
v 2
=
+ + + + +

....
3 2
3
2


= Probabilitas bhw x saluran diduduki dari sejumlah v
2

saluran yang ditinjau.









V
1
= berkas masuk
V
2
= berkas keluar






Berkas masuk V
1


Berkas keluar V
2


X
g
( )

c


=
! v
v P
v

VI-15




Berapa probabilitas didudukinya seluruh saluran keluar V
2
?

) (
2
V S = ( ) -
+ + + + +
.......... .......... ..........
....
! 3 ! 2
1
!
! 2
3 2
2
2
2
V
V
V
V

(II-13)

= Probabilitas didudukinya V
2
semua saluran keluar.
= Probabilitas hilangnya sambungan krn berkas keluar
tidak ada lagi yang bebas.

Bila ditinjau dari analisis penawaran, beban dan sisa trafik, maka


A Y


R

A = Penawaran Trafik [Erl]
Y = Beban Trafik [Erl]
R = Sisa trafik = ( ) ERL Y A
B = Faktor rugi =
( )
( ) - - |
.
|

\
|
=

.......... .......... ..........


A
Y
A
Y A
1 (II-14)

Dari pers.II-13 dan pers.II-14 diperoleh rumus B-Erlang:


B =
! V
A
!
A
!
A
A 1
! V
A
V 2
V
+ + + + + ....
3 2
3

B = Probabilitas hilangnya sambungan karena
berkas keluar sudah tidak ada.
= Faktor Rugi.

Catatan : Rumus B ERLANG hanya berlaku untuk kondisi dimana :
Persyaratan Poisson terpenuhi.
Berkas saluran adalah berkas sempurna

g
VI-15




Contoh :

1. Bila A = 3 Erlang dan n = 3, maka hitunglah B.
Jawab :
346 , 0
) 6 / 27 ( ) 2 / 9 ( 3 1
6 / 27
! 3
3
! 2
3
3 1
! 3
3
3 2
3
=
+ + +
=
+ + +
= B
Apa artinya?

Anda mungkin juga menyukai