Anda di halaman 1dari 17

BAB 14 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN

Pokok Pembahasan: 1. Kerangka Kerja Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 2. Analisis Break Even Kas 3. Analisis Keuangan dari Du Pont 4. Model Perencanaan Secara Umum 5. Siklus Aliran Kas dalam Perusahaan Secara Umum 6. Metode Lain Untuk Memperkirakan Kebutuhan Dana Perencanaan dan pengendalian keuangan memegang perann penting dalam keberhasilan perusahaan. Peranan perencanaan akan semakin terasa dalam kaitannya dengan proses budgeting atau penganggaran. Bagi perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan, memerlukan investasi baru untuk mengimbangi pertumbuhan pemasarannya. Untuk menghindari masalah aliran kas, manajer keuangan harus menggunakan teknik peramalan yang tepat untuk mengestimasikan kebtuhan dana selama periode tertentu.

KERANGKA KERJA PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN

Kerangka kerja perencanaan dan pengendalian manajemen keuangan. Perencanaan keuangan meliputi penggunaan proyeksi atas dasar standar prestasi yang ditentukan. Pengembangan mekanisme untuk memperoleh umpan balik merupakan dasar bagi pengendalian keuangan:

A. Sistem anggaran mencakup aspek perencanaan dan aspek pengendalian, karena anggaran itu sendiri pada
dasarnya merupakan rencana kegiatan yang dinyatakan dalam unit moneter. Karena merupakan rencana maka sekaligus dapat berfungsi sebagai alat pengendalian dengan cara membandingkan rencana dengan hasil. 1. Dengan anggaran dapat dilakukan analisa selisih biaya untuk setiap departemen dalam perusahaan atau kegiatan utama perusahaan. 2. Anggaran proforma untuk setiap departemen dapat membantu memproyeksikan laporan rugi laba, neraca dan laporan keuangan Iainnya.

B. Analisis Break even merupakan salah satu alat yang penting di dalam perencanaan laba. Analisis break
even ini mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan laba. 1. Di dalam praktik, analisis break even memberikan petunjuk bagi manajer. untuk membandingkan harga, volume penjualan yang diharapkan dan volume penjualan yang disyaratkan untuk menutup biaya total. 2. 3. Dalam Gambar 14.1 dan Tabel 14.1 tampak analisis break even secara sederhana. Formula untuk menentukan break even point dengan menggunakan volume penjualan:

BEP

Biaya Tetap Total 1 Biaya variabel/volume penjualan

TR* Di mana TR* Q* P F V v c C CR

F (C)(R)

= pendapatan break even (PQ) = break even dalam unit = harga jual per unit = biaya tetap total = biaya variabel total = biaya variabel per unit = contribution margin per unit (P-v) = contribution margin (Q)(P-v) = cQ = contribution ratio (1-V/PQ)

Penjualan Biaya (Rp)

240

TR

200 Pendapatan 160 Biaya Total 120 100 80 Break even

TC

40

0 20 40 60 80 100 120 Unit Penjualan & produksi

Gambar 14.1 Break even Point

Tabel 14.1 Hubungan antara volume dan laba

Penjualan (Unit)

Penjualan (Rp.)

Biaya Variabel Total

Biaya Tetap (Rp.) 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000 40.000

Biaya Total (Rp.) 40.000 64.000 84.000 100.000 112.000 136.000 160.000 184.000

Profit Netto (Rp.) (40.000) (24.000) (8.000) 0 8.000 24.000 40.000 56.000

0 20.000 40.000 50.000 60.000 80.000 100.000 120.000

0 40.000 80.000 100.000 120.000 160.000 200.000 240.000

0 24.000 48.000 60.000 72.000 96.000 120.000 144.000

4.

Dengan menggunakan unit output, break even point adalah sebesar volume penjualan yang menyamakan pendapatan dengan biaya total.

P.Q*

VQ* + F F F

PQ* - VQ* = Q*(P-V) =

atau Q* = F P-V

Q*

F/C

C. Keterbatasan analisis break even point adalah:


1. Harga jual diasumsikan konstan, padahal dalam kenyataannya tidak jarang perusahaan memberikan potongan tunai. 2. Biaya variabel per unit diasumsikan meningkat sampai mendekati kapasitas maksimum. Padahal di dalam kenyataannya tidak jarang kenaikan tingkat output memerlukan tambahan biaya tetap berupa investasi baru. 3. Apabila perusahaan menghasilkan beberapa produk maka diasumsikan bahwa kombinasi produk yang dihasilkan konstan, meskipun kenyataannya bahwa perubahan product mix akan mempengaruhi koefisien arah fungsi biaya.

ANALISIS BREAK EVEN KAS

Analisis break even point dapat juga digunakan untuk menganalisa situasi perusahaan atas dasar kas yang sering disebut dengan analisis break even kas: A. Dalam cash break even analisis (CBE), maka formula analisis break even dalam bentuk quantitas dan penjualan harus disesuaikan dengan pengeluaran nonkas (noncash outlay). F Noncash outlay CR F Noncash outlay C

TR*

Q*

CBE analisis memberikan gambaran aliran dana dan operasi. Sebuah perusahaan mungkin memiliki degree of operating leverage yang tinggi (biaya tetap yang tinggi) untuk mencapai profit yang tinggi. Analisis cash break even secara grafis akan tampak seperti dalam Gambar 14.2 berikut ini
Penjualan Biaya (Rp) 240 Pendapatan Laba/Rugi Kas 200 Biaya total

160

Break even Point

120 100 80 Variabel cash outlay

40

Cash Break even Point

0 20 40 60 80 100 120 Unit penjualan & produksi

Gambar 14.2 Analisis Cash Break even

B. Budget kas mencerminkan pengaruh operasi perusahaan terhadap aliran kas. Budget kas memberikan gambaran kepada manajer keuangan kemungkinan pola penerimaan kas dan pengeluaran kas, dengan demikian ia dapat mencoba memaksimumkan aliran kas neto. 1. Anggaran kas juga memberikan gambaran lead time yang diperlukan menyiapkan pembelanjaan dari luar jika diperlukan atau merencanakan investasi jangka pendek atas kelebihan kas yang tersedia. 2. Penyiapan budget kas melalui beberapa tahap: a. Prakiraan penjualan, baik menurut product line maupun estimasi penjualan perusahaan secara keseluruhan, ini merupakan fase kritis dalam penyusunan budget kas. b. Pendekatan top down mendasarkan prakiraan atas dasar hubungan antara kondisi ekonomi dengan penjualan industri. c. Pendekatan bottom-up dengan cara mengkonsolidasikan estimasi penjualan individual para manajer wilayah untuk sampai pada satu estimasi perusahaan secara keseluruhan. d. Jika perusahaan menjual secara kredit, maka terdapat time lag (perbedaan waktu) antara penjualan dengan pengumpulan kas. Begitu juga apabila perusahaan membeli secara kredit akan memperoleh manfaat dari waktu tunggu sampai pengeluaran tersebut terjadi. e. Dalam penyusunan budget kas adalah penting untuk memperhitungkan bunga dan pembayaran angsuran utang sebagai cash outflow. Karena prakiraan dalam budget kas tidak lepas dari unsur ketidakpastian maka penggunaan komputer dapat membantu dalam analisis sensivitas.

ANALISIS KEUANGAN DARI DU PONT

Analisis keuangan dari Du Pont dapat memberikan gambaran bagaimana interaksi rasio aktivitas serta profit margin menentukan profitabilitas asset: A. Untuk menghitung Return on investment (ROI) sistem Du Pont memberikan gambaran pentingnya turnover dalam menentukan return on investment.

ROI

NOI Penjualan

Penjualan Investment

1.

Sistem Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam perusahaan yang besar. Oleh karena kebijakan leverage finansial dan pajak dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara divisional, maka NOI dalam rumus tersebut adalah net operating income sebelum bunga dan pajak.

2.

Perusahaan dengan asset turnover yang rendah cenderung akan memiliki profit margin yang tinggi misalnya perusahaan galangan kapal, sedangkan perusahaan dengan asset turnover yang tinggi cenderung memiliki profit margin yang rendah, misalnya agen.

B. Jika sistem Du Pont digunakan untuk pengendalian divisional maka disebut dengan pengendalian ROI. 1. Setiap divisi didefinisikan sebagai profit centre, dengan investasi sendiri dan diharapkan menghasilkan return yang cukup. 2. Jika ROI divisi yang bersangkutan turun di bawah target, maka staf perusahaan pusat akan meneliti kembali dengan sistem Du Pont untuk mencari penyebabnya. 3. Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya dan dimotivasi untuk berusaha mencapai tingkat ROI yang ditargetkan. 4. Return on investment juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan manajerial seperti: Kebijakan depresiasi, nilai buku dengan nilai saat ini. metode transfer pricing, persepsi jangka pendek dan jangka panjang dan kondisi industri.

MODEL PERENCANAAN SECARA UMUM

Model perencanaan secara umum lebih menitikberatkan pada prestasi perusahaan secara keseluruhan dan pada prestasi divisional: A. Simbol yang dipergunakan dalam model adalah: T m L b = = = = asset turn over profit margin financial leverage (total asset/equity) retention rate (1dividen payout rate) nilai buku per lembar saham earning per share dividen per share pertumbuhan yang kontinu

BVS = EPS = DPS = G =

1.

Return on equity merupakan fungsi dari asset turn over, profit margin dan leverage.

ROE

Penjualan Total asset

Net income Penjualan

Total asset Modal sendiri

ROE

Net Income Modal sendiri

ROE

(T)(m)(L)

2.

Earning per share merupakan fungsi dari return on equity dan nilai buku per lembar saham.

EPS

Net income Modal sendiri

Modal sendiri x Jumlah lembar saham

EPS

Net Income Jumlah lembar saham

EPS

ROE x BVS

3.

Dividen per lembar saham merupakan fungsi dari earning per share (laba per lembar saham) dan dividen payout ratio.

DPS

Net income Jumlah lembar saham

Dividen Net income

DPS

Dividen Jumlah lembar saham

DPS

EPS x (1b)

B. Secara simultan maka kita dapat menguraikan formula tersebut menjadi:

DPS = = =

EPS(1-b) [(ROE x BVS)(1b)] [(T)(m)(L) x BVS](1b)

Dengan demikian maka tingkat pertumbuhan (G) dapat dinyatakan sebagai: G = = ROE(b) (T)(m)(L)(b)

SIKLUS ALIRAN KAS DALAM PERUSAHAAN SECARA UMUM Siklus aliran kas dalam perusahaan secara umum dapat dijelaskan sebagai: pesanan diterima bahan baku dibeli secara kredit (tunai) muncul utang dagang (pengeluaran kas) tenaga kerja digunakan biaya tenaga kerja barang dalam proses barang jadi simpanan (persediaan) penjualan secara kredit piutang pengumpulan piutang penerimaan kas digunakan kembali untuk siklus berikutnya: A. Untuk perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan yang memerlukan banyak kas, maka tidak jarang kas yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi semua siklus tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan kas dari sumber eksternal sangat diperlukan. B. Pemenuhan kebutuhan kas untuk pembelian aktiva harus tepat sesuai dengan aktiva yang akan dibiayai. 1. Aktiva yang bersifat permanen terdiri atas bagian aktiva lancar dan tetap permanen. Fluktuasi penjualan jangka pendek akan mempengaruhi aktiva lancar. 2. Kecenderungan peningkatan penjualan dalam jangka panjang akan mempengaruhi baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Dengan demikian, tingkat aktiva lancar tertentu menjadi bersifat permanen. 3. Kebutuhan dana untuk aktiva permanen seharusnya dipenuhi dengan sumber dana permanen seperti utang jangka panjang maupun modal sendiri. C. Untuk memproyeksikan aliran kas dapat dilakukan atas dasar persentase penjualan atau metode regresi. 1. Metode persentase penjualan didasarkan atas item neraca, misalnya jika penjualan Rp.1.000.000,00 kemudian piutangnya Rp.200.000,00 maka piutang perusahaan sebesar 20%. 2. Dengan metode persentase penjualan maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah menghitung persentase item neraca terhadap pejualan, kemudian sajikan dalam bentuk neraca. 3. Kenaikan dalam asset menunjukkan adanya kebutuhan pemenuhan dana, beberapa utang akan meningkat secara spontan dengan penjualan dan itu menunjukkan sumber dana spontan. 4. Perbedaan Kebutuhan dana (pertumbuhan asset) dan sumber dana spontan menunjukkan total kebutuhan dana. Kebutuhan tersebut tentunya akan dipenuhi dari peningkatan laba ditahan, baru kekuranganya dari sumber dana eksternal seperti utang atau menjual saham baru. 5. Kebutuhan dana eksternal tersebut dapat diformulasikan menjadi: EF=(A/TR)(TR)(L/TR)(TR)(cb)(TR2) di mana: EF (A/TR) = = Eksternal Funds assets yang meningkat secara spontan dengan perubahan total pendapatan atau penjualan. (L/TR) TR c b = utang yang meningkat secara spontan dengan perubahan pendapatan total atau penjualan. = = = perubahan total pendapatan profit margin earning retention ratio

TR2

proyeksi total pendapatan tahun yang akan datang

D. Untuk memberikan gambaran maka, perhatikan Tabel berikut ini: PT Jayakarta Neraca per 31 Desember 2006 (Atas dasar persentase penjualan) Kas Piutang Persediaan Aktiva tetap neto 3,0% 15,0% 18,0% 25,0% Utang dagang Utang gaji Obligasi Modal saham Laba ditahan Total 61,0% Total 9,0% 4,0% *,*% **,*% **,*% 13,0%

Persentase asset terhadap penjualan Dikurangi kenaikan utang dagang Persentase kenaikan setiap rupiah penjualan yang harus dibiayai 13,0%

61,0%

28,0%

Misalkan penjualan meningkat dari Rp.500.000,00 menjadi Rp.800.000,00 sedangkan profit margin pada tingkat penjualan Rp.800.000,00 adalah 4% dan dividen payout adalah 50%. Maka kebutuhan sumber dana eksternal adalah sebagai berikut:

EF

= = = =

(A/TR)(TR)(L/TP)(TR)-(cb)(TR2) 61%(300.000)13%(300.000)4%(50%)(800.000) 48%(300.000)2%(800.000) Rp.128.000,00

Namun demikian jika penjualan hanya meningkat sebesar Rp.200.000,00 maka kebutuhan dana eksternal: EF = 48%(200.000)2%(700.000) = Rp.82.000,00

METODE LAIN UNTUK MEMPERKIRAKAN KEBUTUHAN DANA

Metode yang lain untuk memperkirakan kebutuhan dana adalah dengan metode regresi linear sederhana maupun regresi berganda. Untuk memahami regresi ini sebaiknya dibuka kembali mata kuliah statistik ataupun business forecasting. Dalam bagian ini akan dijelaskan sedikit tentang regresi linear sederhana:

A. Mean dan varians dependent variable. Tahun Penjualan (jutaan Rp.) 1991 1992 1993 1994 1995 2006 550,30 587,60 524,00 478,30 475,10 500,80 GNP (Trilyun Rp.) 1.116,20 1.000,70 985,40 974,30 962,80 971,50 100,0 112.4 108,7 110.9 113.4 113,2 Indek Inflasi

1.

Mean atau rata-rata adalah nilai yang diharapkan yang dapat dinyatakan sebagai:

di mana Y N = Dependent variable = Banyaknya observasi (data)

Pi = probabilitas setiap observasi

Dengan data pada tabel di atas, maka mean atau rata-rata penjualan. (Y) adalah:

E(Y)

3.116,10 6

519,35

2.

Varians adalah nilai yang diharapkan atas deviasi dari mean square. Sedangkan standar deviasi yaitu akar dari varians. [Yi E(Y)]2 = Var(Y)

Var(Y) = 2y

10

dengan data di atas maka varians dapat dihitung: Y - (Y) 30,95 68,25 4,65 -41,05 -44,25 -18,55 [Y - (Y)]2 957,90 4.658,06 21,62 1.685,10 1.958,06 344,10 9.624,84

Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 2006

Penjualan (Y) 550,30 587,60 524,00 478,30 475,10 500,80

Var(Y) = = (Y) = =

9.624,84/5 1.924,97 (1.924,97)1/2 43,87

B. Regresi linear menggunakan data masa lalu dengan asumsi bahwa pola dan hubungan antarvariabel masa lalu akan berlangsung terus di masa yang akan datang. Secara grafik estimasi penjualan tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 14.3. sedangkan persamaan regresi linear sederhana dapat ditulis: Y = .0 + . 1X + e di mana Y = dependent variable intersep pada sumbu aksis (konstanta) koefisien arah (slope) garis regresi independent variable term error (faktor pengganggu) 0 = = X e = =

11

Penjualan (Y)

Y = 108,60 + 0,41X

Gambar 14.3 Garis Regresi Linear C. Tujuan regresi linear adalah memperoleh nilai intersep 0, koefisien arah 1 yang paling tepat atau paling baik yang meminimumkan sum square error term.

Vare

= =
2 y

+ 2 1 Cov(Y,X) + 12

2 x

Selesaikan turunan pertama sama dengan nol persamaan tersebut terhadap 1 akan memperoleh nilai, 1 yang meminimumkan varians term error.

Cov(Y,X) 2X

Substitusikan nilai 1 ke dalam persamaan regresi linear maka akan diperoleh: 1 = Y 1X D. Koefisien determinasi, r2 mengukur kuat lemahnya independent variable dalam menerangkan independent variable.

r2

(Y Y)2 - (e e)2 (Y Y)2

12

0<r2<1 r2 = 0,9856 berarti bahwa 98,56% perubahan atau variasi dependent variabel yang dapat diterangkan oleh model tersebut sedang sisanya 1,44% tidak dapat dijelaskan. Apabila ternyata r2 = 0 itu berarti bahwa model tersebut tidak dapat menjelaskan perubahan variabel dependent.

RINGKASAN

Sistem anggaran mencakup aspek perencanaan dan aspek pengendalian, karena anggaran itu sendiri pada dasarnya merupakan rencana kegiatan yang dinyatakan dalam unit moneter. Karena merupakan rencana maka sekaligus dapat berfungsi sebagai alat pengendalian dengan cara membandingkan rencana dengan hasil. 1) Dengan anggaran dapat dilakukan analisa selisih biaya untuk setiap departemen dalam perusahaan atau kegiatan utama perusahaan. 2) Anggaran proforma untuk setiap departemen dapat membantu memproyeksikan laporan rugi laba, neraca dan laporan keuangan Iainnya. Analisis Break even merupakan salah satu alat yang penting di dalam perencanaan laba. Analisis break even ini mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan laba. Budget kas mencerminkan pengaruh operasi perusahaan terhadap aliran kas. Budget kas memberikan gambaran kepada manajer keuangan kemungkinan pola penerimaan kas dan pengeluaran kas, dengan demikian ia dapat mencoba memaksimumkan aliran kas neto. Analisis keuangan dari Du Pont dapat memberikan gambaran bagaimana interaksi rasio aktivitas serta profit margin menentukan profitabilitas asset. Untuk menghitung Return on investment (ROI) sistem Du Pont memberikan gambaran pentingnya turnover dalam menentukan return on investment.

ROI

NOI Penjualan

Penjualan Investment

Model perencanaan secara umum lebih menitikberatkan pada prestasi perusahaan secara keseluruhan dan pada prestasi divisional. ROE = (T)(m)(L)

Earning per share merupakan fungsi dari return on equity dan nilai buku per lembar saham. EPS = ROE x BVS

13

Dividen per lembar saham merupakan fungsi dari earning per share (laba per lembar saham) dan dividen payout ratio.

DPS

EPS x (1b)

Siklus aliran kas dalam perusahaan secara umum dapat dijelaskan sebagai: pesanan diterima bahan baku dibeli secara kredit (tunai) muncul utang dagang (pengeluaran kas) tenaga kerja digunakan biaya tenaga kerja barang dalam proses barang jadi simpanan (persediaan) penjualan secara kredit piutang pengumpulan piutang penerimaan kas digunakan kembali untuk siklus berikutnya. Kebutuhan dana eksternal tersebut dapat diformulasikan menjadi: EF=(A/TR)(TR)(L/TR)(TR)(cb)(TR2) Varians adalah nilai yang diharapkan atas deviasi dari mean square. Sedangkan standar deviasi yaitu akar dari varians. Var(Y) = 2y [Yi E(Y)]2 = Var(Y)

Regresi linear menggunakan data masa lalu dengan asumsi bahwa pola dan hubungan antarvariabel masa lalu akan berlangsung terus di masa yang akan datang. Persamaan regresi linear sederhana dapat ditulis: Y = .0 + . 1X + e Tujuan regresi linear adalah memperoleh nilai intersep 0, koefisien arah 1 yang paling tepat atau paling baik yang meminimumkan sum square error term. Vare = = 1
2 y

+ 2 1 Cov(Y,X) + 12

2 x

= Y 1X

Koefisien determinasi, r2 mengukur kuat lemahnya independent variable dalam menerangkan independent variable.

(Y Y)2 - (e e)2 (Y Y)2

0<r2<1

14

TUGAS BAB 14

1.

Sebuah perusahaan pembuat sepatu menjual sepatunya dengan harga Rp.120.000.00 setiap unit. Biaya variabel per unit Rp.80.000,00 Biaya tetap sampai pada tingkat produksi 15.000 unit adalah Rp.200.000.000,00. a. b. c. Berapakah break even point baik dalam rupiah maupun dalam kuantitas? Berapa harga jual agar pada tingkat penjualan 4.000 unit perusahaan dalam keadaan break even? Buatlah gambaran kontribusi margin pada tingkat penjualan 4.000 dan 8.000.

2.

Roger Vill seorang analis keuangan pada Austin Co di Jakarta, sedang memperkirakan kebutuhan dana eksternal untuk tahun yang akan datang. Berikut adalah informasi yang berhasil dikumpulkan: 1) penjualan saat ini Rp.10.000.000,00 dan diperkirakan akan meningkat 20% tahun depan. 2) net profit margin adalah 9% 3) dividen yang akan dibagikan adalah Rp.500.000,00 4) neraca akhir tahun adaiah:

Neraca 31 Desember 2000 Kas Piutang Persediaan Aktiva Tetap Total Aktiva Rp. 400.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 3.600.000,00 Rp.9.000.000.00 Utang Dagang Utang jk.pendek Utang jk. Panjang Modal sendiri Total Pasiva Rp.1.500.000.00 1.000.000.00 2.500.000.00 4.000.000,00 Rp.9.000 000.00

5) rasio kas terhadap penjualan, rasio piutang terhadap penjualan, persediaan terhadap penjualan dan utang dagang terhadap penjualan dianggap konstan. 6) pembayaran kembali utang jangka pendek dan utang jangka panjang tidak mengalami perubahan.

3.

Dengan data berikut ini saudara diminta untuk menyiapkan budget kas untuk kuartal kedua tahun 200X. Estimasi penjualan: (dalam Rp.000,00

Penjualan total Maret April Juni Mei Juli Rp.400.000,00 500.000,00 700.000,00 600.000,00 500.000,00

Penjualan kredit Rp.300.000,00 375.000,00 525.000,00 450.000,00 375.000,00

15

dari penjualan kredit tersebut 20% dikumpulkan dalam bulan di mana penjualan itu terjadi dan 80% dikumpulkan pada bulan berikutnya. Harga beli barang dagangan 70% dari harga jualnya dan pembayaran dilakukan satu bulan sebelum penjualan dilakukan. Gaji diperkirakan 9% dari penjualan dan dibayar setiap bulan. Sewa setiap bulan Rp.20.000,00. Perusahaan memperkirakan tambahan biaya operasi Rp.50.000,00 pada bulan April, Rp.60.000,00 pada bulan Mei dan Rp.20.000,00 pada bulan Juni. Pembayaran pajak pada bulan Mei Rp.40.000,00 dan dividen Rp.40.000,00 dibayar pada bulan Mei. Pada 1 April kas diharapkan Rp.125.000,00 dan kas minimal Rp.100.000,00. Perusahaan dapat meminjam ke bank dengan kelipatan Rp.5.000,00

16

DAFTAR PUSTAKA

Eugene F, Brigham and Louis C. Gapenski., Intermediate Financial Management, 4th Edition, The Dryden Press, New York, 1993. Fred Weston and Eugene Brigham., Essentials of Managerial Finance, 6th Edition, The Dryden Press, New York, 1982. Fred Weston and Thomas E. Copeland, Managerial Finance, 8th Edition, The Dryden Press, New York, 1986 James C. Van Horne., Financial Management and Policy, 8th Edition, Prentice Hall, Englewood Clift, New Jersey, 1989 Lawrence J. Gitman., Principles of Managerial Finance, 5th Edition, Haper and Row Publisher, New York, 1988. Michael C. Jensen and William H. Meckling., Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, October 1970 Richard Brealey and stewart Myers., Principles of Coporate Finance, 4th Edition, McGraw Hill International Book Co., 1992

17

Anda mungkin juga menyukai