Anda di halaman 1dari 74

Kerdja –

Upahan dan
Kapital
NOT FOR SALE
This PDF file was created for educational,
scholarly, and Internet archival use ONLY.
With utmost respect & courtesy to the
author, NO money or profit will ever be
made from this text or it’s distribution.

Re-Desain: ECONARCH Classic-Series


Marx, Karl.1849. Kerja Upahan dan Kapital.
Neue Rheinische Zeitung, 5-8, dan 11
April 1849.

Diterdjemahkan dari Bahasa Inggris,


Penerbitan Foreign Languages Publishing
House, Moskow 1954. Teks bahasa Inggris
diselenggarakan berdasarkan edisi bahasa
Djerman th. 1891, jang diberi kata pengantar
dan disusun oleh Friedrich Engels.

Tjeramah² jang oleh Marx pada 14-30 Desember


1847.

Aslinja diterbitkan dalam Neue Rheinische


Zeitung 5-8 dan 11 April 1849.

Diterbitkan sebagai brosur tersendiri, dengan


kata pengantar dan disusun oleh Engels di
Berlin pada tahun 1891.

Terdjemahan ke bahasa Indonesia oleh S. Maun.

Penerbit: Jajasan "Pembaruan" Djakarta


Kata Pengantar

Tulisan berikut ini terbit sebagai suatu seri


tadjukrentjana dalam Neue Rheinische Zeitung1) dari
tanggal 4 April 1849 seterusnja. Tulisan itu berdasarkan
tjeramah² jang diutjapkan oleh Marx pada tahun 1847 dimuka
Perkumpulan Buruh Djerman di Brussel. Tulisan sebagaimana
jang telah tertjetak ini tetap merupakan sebagian; perkataan
pada achir nomor 269: "Akan disambung," tetap tak terpenuhi
disebabkan oleh kedjadian² jang pada waktu itu datang
menjesak susul-menjusul: serbuan terhadap Hongaria oleh
Rusia, pemberontakan² di Dresden, Iserlohn, Elberfeld, Palatin
dan Baden, jang menjebabkan diberangusnja suratkabar ini
sendiri (19 Mei 1849). Naskah sambungannja tak diketemukan
diantara surat² peninggalan Marx setelah dia wafat.

Kerdja-upahan dan Kapital telah terbit dalam sedjumlah


edisi sebagai penerbitan jang tersendiri dalam bentuk brosur,
jang terachir diterbitkan dalam tahun 1884, oleh Koperasi
Pertjetakan Swiss, Hottingen-Zurich. Edisi² jang diterbitkan
hingga kini memegang teguh redaksi persis menurut aslinja.
Tetapi. Edisi baru jang sekarang ini harus diedarkan tidak
kurang dari 10.000 eksemplar sebagai suatu brosur
propaganda, dan dengan demikian maka tak dapat tidak timbul

i
ii

masalah pada saja apakah dalam keadaan² ini Marx sendiri


akan menjetudjui suatu reproduksi aslinja dengan tiada
perubahan.

Dalam tahun empatpuluhan, Marx masih belum


menjelesaikan kritiknja terhadap ekonomi politik. Kritik ini baru
selesai mendjelang achir tahun limapuluhan. Karena itu,
tulisan²nja jang terbit sebelum bab pertama dari Sumbangan
kepada Kritik tentang Ekonomi Politik (1859) dalam
beberapa hal berbeda dengan jang ditulis sesudah tahun 1859,
dan berisi pernjataan² dan kalimat² seluruhnja jang, dilihat dari
sudut tulisan² kemudian, tampaknja kurang kena dan bahkan
tidak tepat. Sudah barang tentu dalam edisi² biasa jang
diperuntukan bagi umum, pendirian jang terdahulu itu
mempunjai djuga tempatnja, sebagai bagian dari
perkembangan pikiran penulisnja, dan baik penulis maupun
umum mempunjai hak jang tak dapat dibantah atas reproduksi
tulisan² jang terdahulu ini dengan tak diubah. Dan saja tak
akan ada niat samasekali untuk mengubah sepatah katapun
daripadanja.

Lain soalnja bilamana edisi baru itu praktis


diperuntukkan se-mata² untuk propaganda dikalangan kaum
buruh. Dalam hal jang demikian itu sudah tentu Marx akan
menjelaraskan penguraian lama jang bertanggal tahun 1849
dengan pendiriannja jang baru. Dan saja merasa jakin
iii

bertindak sebagaimana jang akan diperbuatnja dalam


mengusahakan untuk edisi ini beberapa perubahan dan
tambahan jang diperlukan guna mentjapai tudjuan ini dalam
semua hal jang penting². Karena itu, sebelumnja saja katakan
kepada pembatja: ini bukanlah brosur seperti jang ditulis Marx
pada tahun 1849 tetapi kira² seperti jang akan ditulisnja pada
tahun 1891. Lagipula, naskah jang sebenarnja, telah diedarkan
dalam sedemikian banjak eksemplar sehingga akan mentjukupi
sampai saja dapat mentjetaknja lagi, dengan tak di-ubah²,
dalam edisi jang lengkap kelak.

Perubahan² saja semuanja berkisar pada satu hal.


Menurut aslinja, buruh mendjual kerdjanja kepada kapitalis
untuk mendapatkan upah; menurut naskah jang sekarang ini
dia mendjual tenagakerdjanja. Dan untuk perubahan ini saja
merasa wadjib memberikan pendjelasan itu kepada kaum
buruh agar supaja mereka dapat mengerti bahwa ini bukanlah
soal main sunglap dengan kata² belaka melainkan salahsatu
dari hal jang terpenting dalam seluruh ekonomi politik. Saja
merasa wadjib memberikan pendjelasan itu kepada kaum
burdjuis, supaja mereka dapat mejakinkan diri betapa sangat
lebih unggulnja kaum buruh jang tak terdidik itu, jang orang
dengan mudah dapat membuat mereka memahamkan analisa²
ekonomi jang paling sukar itu, daripada "orang² terpeladjar"
iv

kita djuga sombong jang baginja soal² jang berseluk-beluk itu


tetap tinggal tak terpetjahkan seumur-hidupnja.

Ekonomi politik klasik2) mengoper dari praktek industri,


konsepsi tuanpabrik jang berlaku sekarang, jaitu bahwa dia
membeli dan membajar kerdja kaum buruhnja. Konsepsi ini
tjukup sekali bagi keperluan² dagang, pembukuan dan
perhitungan² harga tuanpabrik. Tetapi, setjara naif dioperkan
keekonomi politik, disitu konsepsi ini menimbulkan kesalahan²
dan keruwetan² jang benar² adjaib.

Ilmu ekonomi melihat kenjataan bahwa harga semua


barangdagangan, diantaranja djuga harga barangdagangan
jang dinamakan "kerdja", senantiasa berubah; bahwa harga²
itu naik turun sebagai akibat dari keadaan jang sangat ber-
matjam², jang kerapkali tidak mempunjai hubungan apapun
dengan produksi barangdagangan itu sendiri, sehingga harga
tampaknja, biasanja, ditentukan oleh kebetulan belaka.
Kemudian, segera setelah ekonomi politik muntjul sebagai
suatu ilmu,3) salahsatu dari tugasnja jang pertama jalah
mentjari hukum jang tersembunji dibelakang kebetulan ini jang
kelihatannja mengatur harga barangdagangan dan jang,
sesungguhnja, mengatur djustru kebetulan ini. Didalam harga²
barangdagangan, jang senantiasa bergojang dan berajun,
sebentar naik sebentar turun, ekonomi politik mentjari titik
pusat jang tetap disekitar mana berkisar gojangan dan ajunan
v

itu. Pendeknja, ekonomi politik mulai dari harga


barangdagangan untuk mentjari nilai barangdagangan sebagai
hukum jang menguasai harga, nilai dengan mana semua
kegojangan dalam harga harus didjelaskan dan jang kepadanja
semuanja itu achirnja harus dikembalikan.

Ilmu ekonomi klasik kemudian berpendapat bahwa nilai


barangdagangan ditentukan oleh kerdja jang terkandung
didalamnja, jang diperlukan untuk pembuatannja. Dengan
pendjelasan ini ia merasa puas. Dan kita djuga dapat berhenti
disini untuk sementara waktu. Saja hanja hendak
mengingatkan pembatja, untuk menghindari kesalahpahaman,
bahwa pendjelasan ini pada masakini sudah mendjadi
samasekali tidak mentjukupi lagi. Marx adalah orang jang per-
tama² mengadakan penjelidikan setjara mendalam mengenai
sifat-pentjipta-nilai daripada kerdja dan dalam mengadakan
penjelidikan itu telah menemukan bahwa tidak semua kerdja
jang kelihatannja, atau bahkan jang sesungguhnja, diperlukan
bagi pembuatan suatu barangdagangan menambahkan
padanja dalam segala keadaan nilai sebesar jang sesuai
dengan banjaknja kerdja jang dipergunakan. Karena itu, djika
kita sekarang berkata begitu sadja dengan ahli² ekonomi
seperti Ricardo bahwa nilai sebuah barangdagangan ditentukan
oleh kerdja jang diperlukan untuk pembuatannja itu, kita dalam
mengatakan itu senantiasa memasukkan didalamnja sjarat²
vi

jang diadakan oleh Marx. Untuk disini tjukuplah sekian;


selandjutnja bisa didapat dalam buku Marx Sumbangan
kepada Kritik tentang Ekonomi Politik tahun 1859 dan
djilid pertama Kapital.

Tetapi segera setelah ahli² ekonomi mengenakan


ketentuan nilai oleh kerdja ini pada barangdagangan "kerdja",
mereka terdjerumus kedalam kontradiksi demi kontradiksi.
Bagaimanakah nilai "kerdja" itu ditentukan? Oleh kerdja jang
diperlukan jang terkandung didalam barangdagangan. Tetapi
berapa banjak kerdja jang terkandung didalam kerdja seorang
buruh selama sehari, seminggu, sebulan, setahun? Kerdja
sehari, seminggu, sebulan, setahun. Djika memang kerdja
mendjadi ukuran bagi semua nilai, maka tentulah kita dapat
menjatakan "nilai kerdja" hanja dengan kerdja sadja. Tetapi
kita samasekali tidak tahu apa² tentang nilai kerdja sedjam,
djika kita hanja tahu abhwa nilai itu sama dengan kerdja
sedjam. Ini tidak membawa kita seudjung rambutpun lebih
dekat pada tudjuan; kita tetap bergerak dalam satu lingkaran.

Oleh karena itu, ilmu ekonomi klasik mentjoba haluan


lain. Dikatakannja: Nilai sebuah barangdagangan adalah sama
dengan biaja produksinja. Tetapi apakah biaja produksi itu
kerdja itu? Untuk mendjawab pertanjaan ini para ahli ekonomi
harus sedikit mengarut logika. Bukannja menjelidiki biaja
produksi kerdja itu sendiri, jang sajangnja tak dapat
vii

ditentukan, mereka terus menjelidiki biaja produksi buruh. Dan


ini dapat ditentukan. Ia ber-ubah² menurut waktu dan
keadaan, tetapi bagi suatu keadaan masjarakat tertentu, ia
djuga tertentu, se-tidak²nja didalam batas² jang agak sempit.
Kita kini hidup dibawah kekuasaan produksi kapitalis, dimana
suatu klas penduduk jang besar, jang semakin bertambah
banjak, dapat hidup hanja djika ia bekerdja buat pemilik alat²
produksi-perkakas², mesin², bahan² mentah, dan bahan²
keperluan hidup-untuk upah. Atas dasar tjara produksi ini biaja
produksi buruh terdiri dari djumlah bahan² keperluan hidup-
atau harga bahan² keperluan hidup itu menurut uang-jang
rata² diperlukan untuk membuat dia sanggup bekerdja,
mendjaga dia tetap sanggup bekerdja, dan untuk
menggantinja dengan buruh baru, setelah dia pergi karena usia
tua, sakit, atau mati-artinja untuk mengembangbiakkan klas
buruh dalam djumlah² jang diperlukan. Marilah kita andaikan
bahwa harga menurut uang dari bahan² keperluan hidup itu
rata² tiga mark sehari.

Karena itu, buruh kita menerima upah tiga mark sehari


dari sikapitalis jang mempekerdjakan dia. Untuk ini, sikapitalis
menjuruh dia bekerdja, katakan sadja, duabelas djam sehari,
dengan perhitungan kira² sebagai berikut:

Marilah kita umpamakan bahwa buruh kita itu-seorang


tukangmesin-harus membuat sebagian dari suatu mesin jang
viii

dapat diselesaikannja dalam satu hari. Bahan² mentahnja-besi


dan tembaga dalam bentuk jang disiapkan lebih dahulu sebagai
jang diperlukan-berharga duapuluh mark. Pemakaian batubara
untuk mesin uap, keausan mesin itu djuga, keausan
mesinbubut dan perkakas² lainnja jang dipergunakan oleh
buruh kita, bila dihitung untuk satu hari dan untuk andil buruh
itu dalam penggunaan perkakas² itu, mempunjai nilai satu
mark. Upah untuk sehari, menurut perumpamaan kita itu, tiga
mark. Semuanja mendjadi duapuluhempat mark untuk bagian
mesin kita itu. Tapi sikapitalis memperhitungkan bahwa ia akan
memperoleh kembali, rata², duapuluhtudjuh mark dari para
langganannja, atau lebih banjak tiga mark dari pengeluarannja.

Darimanakah asalnja tiga mark jang dikantongi


sikapitalis itu? Menurut pernjataan ilmu ekonomi klasik,
barangdagangan, rata², didjual menurut nilainja, jaitu,
menurut harga jang sesuai dengan djumlah kerdja-perlu jang
terkandung didalam barangdagangan² itu. Harga rata² dari
bagian mesin kita itu-duapuluhtudjuh mark-djadi akan sama
dengan nilainja, jaitu sama dengan kerdja jang terwudjud
didalamnja. Tetapi dari duapuluhtudjuh mark ini, duapuluhsatu
mark adalah nilai² jang sudah ada sebelum tukangmesin kita
itu mulai bekerdja. Duapuluh mark sudah terkandung dalam
bahan² mentah, satu mark dalam batubara jang dipakai selama
pekerdjaan, atau dalam mesin dan perkakas jang telah
ix

dipergunakan dalam proses dan jang efisiensinja dikurangi


dengan nilai sebesar itu. Tinggallah enam mark jang telah
ditambahkan pada nilai bahan² mentah. Tetapi menurut
persangkaan para ahli ekonomi kita sendiri, enam mark ini
dapat timbul hanja dari kerdja jang ditambahkan pada bahan²
mentah oleh buruh kita. Djadi kerdjanja selama duabelas djam
telah mentjiptakan nilai baru sebanjak enam mark. Karena itu,
nilai dari kerdjanja selama duabelas djam, sama dengan enam
mark. Dengan begitu pada achirnja kita telah menemukan
apakah "nilai kerdja" itu.

"Nanti dulu!" teriak tukangmesin kita. "Enam mark? Tapi


saja menerima hanja tiga mark! Kapitalis saja bersumpah demi
segala jang sutji bahwa nilai kerdja saja selama duabelas djam
hanja tiga mark, dan kalau saja menuntut enam, dia
mentertawakan saja. Bagaimana pendjelasannja?"

Kalau dulu kita terdjerumus dalam lingkaran jang tak


berudjung pangkal dengan nilai kerdja kita, kini kita sungguh²
tertjengkam dalam suatu kontradiksi jang tak-terpetjahkan.
Kita mentjari nilai kerdja dan kita mendapatkan lebih daripada
jang dapat kita gunakan. Bagi buruh, nilai kerdja selama
duabelas djam jalah tiga mark, bagi sikapitalis enam mark, dari
enam mark ini tiga mark dibajarkan oleh sikapitalis kepada
siburuh sebagai upah dan tiga mark dikantonginja sendiri.
x

Kalau begitu kerdja bukannja mempunjai satu tetapi dua nilai


dan lagi nilai² jang sangat berbeda!

Kontradiksi itu mendjadi lebih² lagi gilanja serenta nilai²


jang dinjatakan dengan uang itu kita kembalikan mendjadi
waktu-kerdja. Selama duabelas djam kerdja tertjipta nilai baru
sebanjak enam mark. Dari itu, dalam enam djam tertjipta tiga
mark-djumlah jang diterima oleh buruh untuk duabelas djam
kerdja. Untuk duabelas djam kerdja buruh menerima sebagai
nilai setaranja hasil kerdja enam djam. Karena itu, atau kerdja
mempunjai dua nilai, jang satu dua kali sebesar jang lain, atau
duabelas sama dengan enam! Ke-dua²nja omongkosong
belaka.

Bagaimanapun djuga berputarbelit semau kita, kita tidak


dapat keluar dari kontradiksi ini, selama kita berbitjara tentang
djual-beli kerdja dan nilai kerdja. Dan inipun terdjadi pada para
ahli ekonomi. Tjabang terachir dari ilmu ekonomi klasik,
mazhab Ricardo, telah kandas terutama karena tak-
terpetjahkannja kontradiksi ini. Ilmu ekonomi klasik telah
masuk kedjalan buntu. Orang jang menemukan djalan keluar
dari djalan buntu ini jalah Karl Marx.

Jang telah dianggap oleh ahli² ekonomi sebagai biaja


produksi "kerdja" bukanlah biaja produksi kerdja melainkan
biaja produksi buruh jang hidup itu sendiri. Dan jang didjual
xi

oleh buruh ini kepada sikapitalis bukanlah kerdjanja. "Serenta


kerdjanja itu betul² dimulai," kata Marx, "maka kerdja itu
sudah bukan mendjadi miliknja lagi; karena itu tidak dapat
didjual lagi olehnja." Paling banter, dia dapat mendjual bakal
kerdjanja, jaitu berdjandji melakukan sedjumlah kerdja
tertentu dalam suatu djangka waktu tertentu. Tetapi, dengan
demikian, dia tidak mendjual kerdja (ini harus lebih dulu
dilaksanakan) melainkan menjediakan tenagakerdjanja kepada
sikapitalis untuk suatu djangka waktu tertentu (dalam hal
kerdja djam²an) atau untuk tudjuan suatu hasil tertentu
(dalam hak kerdja potongan) dengan mendapatkan
pembajaran tertentu: ia menjewakan, atau mendjual,
tenagakerdjanja. Tetapi tenagakerdja ini berpaut dengan
dirinja dan tidak dapat dipisahkan daripadanja. Karena itu,
biaja produksi tenagakerdja itu sama dengan biaja produksi
dirinja; apa jang dinamakan oleh para ahli ekonomi biaja
produksi kerdja sesungguhnja biaja produksi siburuh dan
dengan itu djuga biaja produksi tenagakerdjanja. Dan dengan
demikian dapatlah kita kembali dari biaja produksi
tenagakerdja kenilai tenagakerdja dan menentukan djumlah
kerdja-perlu sosial jang dibutuhkan untuk memproduksi
tenagakerdja jang berkwalitet tertentu, sebagaimana dilakukan
oleh Marx dalam bab tentang pendjualbelian tenagakerdja.
(Kapital bab IV, 3)4)
xii

Sekarang apakah jang terdjadi setelah buruh mendjual


tenagakerdjanja kepada sikapitalis, jaitu menjediakan
tenagakerdjanja kepada sikapitalis dengan mendapatkan upah
dalam pertukaran--upah-harian atau upah-potongan-jang telah
disetudjui sebelumnja? Kapitalis membawa buruh kedalam
bengkel atau pabriknja, tempat semua barang jang diperlukan
untuk bekerdja-bahan² mentah, bahan² tambahan (batubara,
tjat, dsb.), perkakas², mesin²-telah tersedia. Disini buruh mulai
membanting tulang. Upahnja sehari mungkin, seperti diatas,
tiga mark-dan dalam hubungan ini tak ada perbedaan
sedikitpun apakah itu diterimanja sebagai upah-harian atau
upah-potongan. Disini djuga kita umpamakan lagi bahwa
dengan kerdjanja dalam duabelas djam buruh menambah nilai
baru enam mark pada bahan² mentah jang telah diperlukan,
nilai baru mana direalisasi oleh sikapitalis pada pendjualan
baranghasil kerdja jang sudah djadi. Dari sini tiga mark
dibajarkannja kepada siburuh, jang tiga mark lagi diambilnja
untuk dirinja sendiri. Djika sekarang, buruh mentjiptakan nilai
enam mark dalam duabelas djam, maka dalam enam djam dia
mentjiptakan tiga mark. Karenanja, setelah ia bekerdja enam
djam untuk sikapitalis, dia telah membajar kembali kepada
sikapitalis nilai-imbangan tiga mark jang terkandung dalam
upahnja. Setelah kerdja enam djam mereka keduanja balui, tak
ada jang berhutang satu pfennigpun kepada jang lainnja.
xiii

"Nanti dulu!" teriak sikapitalis sekarang. "Saja telah


menjewa buruh selama sehari suntuk, selama duabelas djam.
Tetapi enam djam hanjalah setengah hari. Maka itu teruslah
bekerdja sampai habis jang enam djam lagi-baru sesudah itu
kita akan balui!" Dan, dalam kenjataannja, buruh harus
memenuhi kontraknja jang dibuatnja "dengan sukarela," dan
menurut kontrak ini ia telah berdjandji sendiri akan bekerdja
selama duabelas djam penuh untuk memperoleh hasil kerdja
jang makan enam djam kerdja.

Sama halnja djuga dengan upah-potongan. Marilah kita


umpamakan bahwa buruh kita membuat duabelas potong dari
satu barangdagangan dalam duabelas djam. Masing² potong
itu makan biaja dua mark untuk bahan mentah dan keausan
dan didjual dengan dua setengah mark. Kemudian, sikapitalis,
menurut perumpamaan jang sama seperti diatas, akan
memberikan kepada buruh duapuluhlima pfennig untuk setiap
potong: sehingga mendjadi tiga mark untuk duabelas potong
(1 mark = 100 pfennig-Red,JP), untuk memperoleh djumlah ini
buruh memerlukan duabelas djam. Sikapitalis menerima
tigapuluh mark untuk duabelas potong; memotong
duapuluhempat mark untuk bahan² mentah dan keausan dan
tinggal enam mark, dan dari djumlah ini ia membajar tiga mark
kepada siburuh sebagai upah dan mengantongi tiga mark.
Djadi sama sadja seperti diatas. Dalam hal ini djuga buruh
xiv

bekerdja enam djam untuk dirinja sendiri, jaitu, guna


penggantian upahnja (setengah djam dalam tiap² djam selama
duabelas djam) dan enam djam untuk sikapitalis.

Kesukaran jang mengandaskan ahli² ekonomi jang


terbaik, selama mereka berpangkal pada nilai "kerdja," hilang-
lenjap serenta kita berpangkal pada nilai "tenagakerdja"
sebagai gantinja. Dalam masjarakat kapitalis zaman kita
sekarang ini tenagakerdja adalah suatu barangdagangan, suatu
barangdagangan seperti setiap barangdagangan lainnja,
namun suatu barangdagangan jang istimewa sekali. Jaitu, ia
mempunjai sifat istimewa sebagai suatu daja jang mentjiptakan
nilai, suatu sumber nilai, dan sesungguhnja, dengan perlakuan
jang sepantasnja ia merupakan suatu sumber akan nilai jang
lebih banjak daripada jang dimilikinja sendiri. Dengan keadaan
produksi seperti sekarang ini, tenagakerdja manusia tidak
hanja menghasilkan dalam sehari nilai jang lebih besar
daripada jang dimilikinja dan biajanja sendiri; dengan setiap
penemuan ilmiah baru, dengan setiap penemuan teknik baru,
kelebihan hasilnja setiap hari diatas biajanja setiap hari
bertambah besar, dan karenanja bagian dari hari-kerdja
dimana buruh bekerdja untuk menghasilkan penggantian upah-
hariannja berkurang; akibatnja, pada pihak lain, bagian dari
hari-kerdja dimana ia harus menghadiahkan kerdjanja kepada
sikapitalis tanpa dibajar itu bertambah besar.
xv

Dan inilah susunan ekonomi seluruh masjarakat kita


dewasa ini: hanja klas buruh7 sendirilah jang menghasilkan
semua nilai. Sebab nilai hanjalah suatu pernjataan jang lain
bagi kerdja, jaitu pernjataan dengan mana dalam masjarakat
kapitalis kita dewasa ini dimaksudkan djumlah kerdja-perlu
sosial jang terkandung dalam barangdagangan tertentu. Akan
tetapi, nilai² jang dihasilkan kaum buruh ini bukan kepunjaan
kaum buruh. Nilai² itu adalah kepunjaan para pemilik bahan²
mentah, mesin², perkakas², dan dana-tjadangan jang
memungkinkan pemilik² ini membeli tenagakerdja klas buruh.
Oleh karena itu, dari seluruh djumlah baranghasil jang
dihasilkan olehnja, klas buruh menerima kembali hanja
sebagian sadja bagi dirinja sendiri. Dan sebagaimana baru
sadja kita lihat, bagian lainnja, jang diambil oleh klas kapitalis
untuk dirinja sendiri dan paling² harus membaginja dengan
klas pemilik tanah, bertambah besar dengan setiap penemuan
dan pendapatan baru, sedang bagian jang terbagi kepada klas
buruh (dihitung per kepala) hanja bertambah sangat lambat
dan tak seberapa atau samasekali tidak, dan bahkan dalam
keadaan tertentu mungkin merosot.

Tetapi penemuan² dan pendapatan² jang silih-berganti


dengan semakin tjepat, produktivitet kerdja manusia jang naik
dari hari kehari sampai pada batas jang belum pernah terdengar
dulu, achirnja menimbulkan suatu konflik jang mengakibatkan
xvi

ekonomi kapitalis dewasa ini mesti binasa. Pada satu pihak


kekajaan jang tak-terhingga dan kelimpahan baranghasil² jang
tak terbelikan oleh para pembeli; pada pihak lain, massa banjak
dari masjarakat jang diproletarkan, jang mendjadi buruh-upahan,
dan djustru karena itulah dibikin tak mampu memiliki kelimpahan
baranghasil² ini bagi dirinja sendiri. Pembagian masjarakat
mendjadi klas ketjil jang luarbatas kajanja dan klas besar dari
kaum pekerdja-upahan jang tak bermilik menimbulkan suatu
masjarakat jang tertjekik karena kelimpahannja sendiri, sedang
majoritet jang besar dari anggota²nja hampir, atau bahkan
samasekali tidak terlindung dari kemiskinan jang luarbiasa.
Keadaan seperti ini dari hari kehari mendjadi lebih gila dan-
mendjadi lebih tidak perlu. Keadaan ini harus dilenjapkan, ia
dapat dilenjapkan. Susunan masjarakat baru adalah mungkin
dimana perbedaan² klas dewasa ini akan lenjap dan dimana-
barangkali setelah satu periode peralihan jang pendek jang
membawa beberapa penderitaan, tetapi bagaimanapun djuga
mempunjai nilai moral jang tinggi-melalui penggunaan dan
perluasan setjara berentjana atas tenaga² produktif raksasa jang
telah ada dari semua anggota masjarakat, dan dengan
kewadjiban bekerdja jang serbasama, maka alat² penghidupan,
untuk menikmati hidup, untuk pengembangan dan penggunaan
semua ketjakapan djasmani dan rochani, akan tersedia dalam
ukuran jang sama dan dengan semakin penuh. Dan bahwa kaum
buruh mendjadi semakin gigih untuk mentjapai susunan
xvii

masjarakat baru ini akan didemonstrasikan dikedua tepi lautan


pada Hari Satu Mei, esok hari, dan pada hari Minggu, 3 Mei.5)

Friedrich Engels
London, 30 April, 1891

KETERANGAN

1)
Neue Rheinische Zeitung (Suratkabar Rhein Baru): Terbit
dikota Koeln dari tgl. 1 Djuni 1848 sampai 19 Mei 1849, Karl Marx
adalah redaktur-kepalanja.

2)
Dalam buku Kapital Marx berkata:

"……. Dengan ekonomi politik klasik, saja artikan ekonomi jang,


sedjak zaman W. Petty, menjelidiki hubungan-hubungan produksi
jang sesungguhnja didalam masjarakat burdjuis ….." (Djilid I,
penerbitan Moskow 1954 dalam bahasa Inggris, hlm. 81)
Wakil² terpenting dari ekonomi politik klasik di Inggris ialah
Adam Smith dan David Ricardo.

3)
"Walaupun ia per-tama² mengambil bentuk dalam pikiran²
beberapa orang zeni pada achir abad tudjuhbelas, namun ekonomi
politik dalam arti sempit, dalam perumusannja setjara positif oleh
kaum fisiokrat dan Adam Smith, pada hakekatnja adalah anak abad
delapanbelas….." (F. Engels, Anti-Duhring, penerbitan Moskow
1954 dlm bahasa Inggris, hlm. 209).

4)
Karl Marx, Kapital, Djilid I, penerbitan Moskow 1954 dlm bahasa
Inggris, Bab VI, hlm. 167-176.

5)
Serikatburuh² Inggris biasa merajakan Hariraja Satu Mei pada hari
Minggu pertama sesudah tgl. 1 Mei, jang pada th. 1891 djatuh pada
tgl. 3 Mei.
Karl Marx
KERJA-UPAHAN DAN KAPITAL
Diterdjemahkan dari Bahasa Inggris,
Penerbitan Foreign Languages Publishing
House, Moskow 1954. Teks bahasa Inggris
diselenggarakan berdasarkan edisi bahasa
Djerman th. 1891, jang diberi kata pengantar
dan disusun oleh Friedrich Engels. Tjeramah²
jang oleh Marx pada 14-30 Desember 1847.
Aslinja diterbitkan dalam Neue Rheinische
Zeitung 5-8 dan 11 April 1849. Diterbitkan
sebagai brosur tersendiri, dengan kata
pengantar dan disusun oleh Engels di Berlin
pada tahun 1891. Terdjemahan ke bahasa
Indonesia oleh S. Maun. Penerbit Jajasan
"Pembaruan" Djakarta.
2

Dari berbagai pihak kami telah ditegur bahwa kami tidak


mendjadikan hubungan² ekonomi jang merupakan dasar
materiil dari perdjuangan² klas dan perdjuangan nasional
dewasa ini. Kami sengadja menjinggung hubungan² ini hanja
dimana hubungan² itu langsung menondjolkan diri kedepan
dalam bentrokan politik.

Soalnja jalah, per-tama², mengusut perdjuangan klas


dalam sedjarah jang sedang berdjalan, dan membuktikan
berdasarkan pengalaman dengan bahan² sedjarah jang sudah
ada dan jang baru ditjiptakan setiap harinja, bahwa bersamaan
dengan penaklukan atas klas buruh jang telah ditempa oleh
Februari dan Maret,1) lawan²nja djuga dikalahkan-kaum
republiken burdjuis di Perantjis dan klas² burdjuis dan petani
jang sedang berdjuang melawan absolitisme feodal diseluruh
daratan Eropa; bahwa kemenangan "Republik djudjur" di
Perantjis bersamaan itu pula merupakan keruntuhan bangsa²
jang menjambut Revolusi Februari dengan peperangan
kemerdekaan jang heroik; achirnja, bahwa Eropa, dengan
kalahnja kaum buruh revolusioner, telah djatuh kembali
kedalam perbudakannja jang lama jang berlipat-dua,
perbudakan Inggris-Rusia. Perdjuangan Djuni di Paris,
djatuhnja Wina, tragi-komidi Berlin pada bulan November
3

1848, usaha² jang nekat di Polandia, Italia dan Hongaria,


pelaparan Irlandia supaja tunduk-inilah faktor² utama jang
mentjirikan perdjuangan klas di Eropa antara burdjuasi dan
klas buruh, dan dengan mana kami membuktikan bahwa setiap
pergolakan revolusioner, betapapun djuga djauh tudjuannja
nampaknja dari perdjuangan klas, mesti gagal sebelum klas
buruh revolusioner menang, bahwa setiap perubahan sosial
tetap merupakan utopi sebelum revolusi proletar dan kontra-
revolusi feodal mengadu anggar didalam suatu perang dunia.
Dalam uraian kita, sebagaimana dalam kenjataannja, Belgia
dan Swiss adalah lukisan gaja tragi-komis jang mirip karikatur
didalam tablo sedjarah jang besar, jang satu mendjadi model
negara monarki burdjuis, lainnja model negara republik
burdjuis, ke-dua²nja adalah negara² jang mengchajalkan diri
bebas dari perdjuangan klas djuga bebas dari revolusi Eropa.

Sekarang, sesudah para pembatja kami melihat


perdjuangan klas berkembang dalam bentuk² politik jang
besar²an dalam tahun 1848, tibalah saatnja untuk
mempersoalkan lebih dalam tentang hubungan² ekonomi itu
sendiri jang mendjadi dasar hidup burdjuasi dan kekuasaan
klasnja, serta djuga dasar perbudakan atas kaum buruh.

Kami akan menguraikan dalam tiga bagian besar: 1)


hubungan kerdja-upahan dan kapital, perbudakan atas buruh,
penguasaan oleh si kapitalis; 2) kehantjuran jang tak dapat
4

dielakkan daripada klas² burdjuis menengah dan apa jang


dinamakan pangkat tani dibawah sistim dewasa ini; 3)
penaklukan perdagangan dan penghisapan atas klas² burdjuis
dari berbagai bangsa Eropa oleh radjalela pasar dunia--Inggris.

Kami akan berusaha membuat uraian kami sesederhana


dan sepopuler mungkin dan tidak akan menganggap sudah
adanja pengertian jang elementerpun tentang ekonomi politik.
Kami harapkan agar dimengerti oleh kaum buruh. Lagipula, di
Djerman terdapat ketidaktahuan dan kekatjauan pengertian
jang paling mentjolokmata mengenai hubungan² ekonomi jang
paling sederhana, dari pembela² resmi atas keadaan jang ada
sampai kepada dukun² adjaib sosialis dan zeni² politik jang
tidak diakui jang di Djerman jang ter-petjah² itu lebih
melimpah daripada pangeran² berdaulat.

Sekarang, karenanja, soal jang pertama: Apakah upah


itu? Bagaimana upah itu ditentukan?

Bila buruh ditanja: "Berapakah upahmu?" seorang akan


mendjawab: "Saja mendapat satu mark sehari dari madjikan
saja," lainnja, "saja mendapat dua mark" dan demikian
seterusnja. Sesuai dengan lapangan² pekerdjaan jang ber-
beda² jang mereka djalankan, mereka akan menjebut ber-
bagai² djumlah uang jang mereka terima dari madjikannja
masing² untuk pelaksanaan suatu pekerdjaan tertentu,
5

umpamanja penenunan satu meter kain lenan atau pen-set-an


huruf suatu lembaran tjetak. Walaupun berbagai matjam
pernjataannja, mereka semua akan setudju pada satu soal:
bahwa upah adalah djumlah uang jang dibajar oleh kapitalis
untuk waktu kerdja jang tertentu atau untuk hasil kerdja
tertentu.

Karena itu, sikapitalis tampaknja membeli kerdja mereka


dengan uang. Mereka mendjual kerdjanja kepada kapitalis
untuk uang. Tapi ini hanja nampaknja sadja. Dalam
kenjataannja apa jang mereka djual kepada sikapitalis untuk
uang adalah tenagakerdja mereka. Kapitalis membeli
tenagakerdja ini untuk sehari, seminggu, sebulan dst. Dan
setelah ia membeli ini, ia menggunakannja dengan menjuruh
buruh bekerdja selama waktu jang sudah ditentukan. Untuk
djumlah jang itu djuga, dengan mana sikapitalis membeli
tenagakerdja mereka, umpamanja dua mark, ia akan dapat
membeli dua pon gula atau sedjumlah tertentu
barangdagangan lainnja. Dua mark, jang dipakainja untuk
membeli dua pon gula, adalah harga dua pon gula. Dua mark,
jang dipakai kapitalis untuk membeli penggunaan tenagakerdja
selama duabelas djam adalah harga dari duabelas djam kerdja.
Oleh karena itu, tenagakerdja adalah barangdagangan, tidak
lebih atau kurang, daripada gula. Jang pertama diukur dengan
djam, jang kedua dengan timbangan.
6

Buruh menukarkan barangdagangan mereka,


tenagakerdja, dengan barangdagangan kapitalis, dengan uang,
dan pertukaran ini dilakukan dalam perbandingan jang
tertentu. Sekian uang untuk penggunaan tenagakerdja sekian
lama. Untuk duabelas djam menenun, dua mark. Dan
bukankah dua mark itu mewakili semua barangdagangan
lainnja jang dapat saja beli untuk dua mark? Oleh karena itu,
buruh sesungguhnja telah menukar barangdagangannja,
tenagakerdja, dengan barangdagangan lain jang segala
matjam dan itupun dalam perbandingan tertentu. Dengan
memberikan kepada buruh dua mark, kapitalis telah
memberikannja daging sekian, pakaian sekian, bahan² bakar,
penerangan dll. sekian, sebagai penukar kerdjanja sendiri. Oleh
sebab itu, dua mark menjatakan perbandingan pertukaran
tenagakerdja dengan barangdagangan² lainnja, nilai-tukar
tenagakerdjanja. Nilai-tukar suatu barangdagangan, dihitung
dengan uang, adalah jang dinamakan harga barangdagangan
itu. Upah hanjalah suatu nama chsus untuk harga
tenagakerdja, umumnja dinamakan harga kerdja, untuk harga
barangdagangan istimewa ini jang tidak mempunjai tempat
penjimpanan lain daripada darahdaging manusia.

Marilah kita ambil seorang buruh, umpamanja, seorang


penenun. Sikapitalis memberikan dia perkakas tenun dan
benang. Penenun mulai bekerdja dan benangnja diubah
7

mendjadi kain lenan itu miliknja dan mendjualnja, katakan


sadja, untuk duapuluh mark. Sekarang apakah penenun itu
suatu bagian didalam kain lenan, didalam duapuluh mark,
didalam baranghasil kerdjanja? Samasekali tidak. Djauh
sebelum kain lenan itu terdjual, mungkin djauh sebelum
penenunannja selesai, penenun telah menerima upahnja.
Djadi, sikapitalis bukan membajar upah ini dengan uang jang
akan diterimanja dari kain lenan, tetapi dengan uang jang telah
ada dalam persediaan. Tepat sebagaimana perkakas tenun dan
bebang bukanlah baranghasil dari penenun, jang kepadanja
perkakas tenun dan benang itu diberikan oleh madjikannja,
demikian djuga halnja dengan barangdagangan² jang diterima
sipenenun sebagai penukar barangdagangannja, tenagakerdja.
Ada kemungkinan bahwa madjikan tidak mendapatkan pembeli
samasekali bagi kain lenanja. Ada kemungkinan bahwa dia
dengan pendjualannja bahkan tak mendapatkan djumlah upah
itu. Ada kemungkinan bahwa ia mendjual kain lenan dengan
sangat menguntungkan dalam perbandingan dengan upah
penenun. Semua itu tak ada sangkutpautnja dengan penenun.
Sikapitalis membeli tenagakerdja penenun dengan sebagian
dari kekajaannja jang sudah ada, dari kapitalnja, tepat
sebagaimana ia telah membeli bahan mentah--benang-dan
perkakas kerdja--perkakas tenun-dengan bagian lain dari
kekajaannja. Setelah ia mengadakan pembelian ini, dan
8

pembelian ini meliputi djuga tenagakerdja jang perlu untuk


memproduksi kain lenan, ia berproduksi hanja dengan bahan²
mentah dan perkakas² kerdja jang sudah miliknja. Sebab
bukankah dalam jang achir ini, sekarang termasuk djuga,
penenun kita jang baik, jang andilnja dalam baranghasil
ataupun harga baranghasil adalah sama sedikitnja dengan andil
perkakas tenun.

Oleh karena itu, upah bukanlah andil siburuh dalam


barangdagangan jang dihasilkannja. Upah adalah sebagian dari
barangdagangan² jang telah ada, dengan mana sikapitalis
membeli untuk dirinja sendiri sedjumlah tertentu tenagakerdja
jang produktif.

Djadi, tenagakerdja adalah barangdagangan jang oleh


pemiliknja, buruh-upahan, didjual kepada kapital. Mengapa ia
mendjualnja? Untuk dapat hidup.

Tetapi kegiatan tenagakerdja, kerdja, adalah kegiatan-


hidup buruh itu sendiri, manifestasi hidupnja sendiri. Dan
kegiatan-hidup ini didjualnja kepada orang lain untuk
mendjamin bahan² keperluan hidup jang perlu. Djadi baginja
kegiatan-hidupnja hanja suatu alat untuk memungkinkan ia
hidup. Ia bekerdja untuk hidup. Bahkan ia tidak menganggap
kerdja sebagai bagian daripada hidupnja, kerdja itu lebih
banjak suatu pengorbanan hidupnja. Itu suatu
9

barangdagangan jang telah dialihkannja kepada oranglain.


Karena itu, baranghasil kegiatannja djuga, bukanlah tudjuan
dari kegiatannja. Jang dihasilkannja untuk dirinja sendiri
bukanlah sutera jang ditenunnja, bukanlah emas jang digalinja
dari tambang, bukanlah istana jang dibangunkannja. Jang
dihasilkannja untuk dirinja sendiri sendiri jalah upah, dan
sutera, emas, istana baginja mendjadikan dirinja sedjumlah
tertentu bahan² keperluan hidup, barangkali mendjadi djas
katun, beberapa mata-uang tembaga dan pondokan dalam
bilik-bawahtanah. Dan buruh, jang selama duabelas djam
menenun, memintal, membor, membubut, membangun,
menjekop, menghantjurkan batu, mengangkut muatan dsb.
-apakah ia menganggap duabelas djam menenun, memintal,
membor, membubut, membangun, menjekop, menghantjurkan
batu sebagai manifestasi hidupnja, sebagai kehidupan?
Sebaliknja, baginja kehidupan mulai dimana kegiatan ini berhenti,
dimedja, dirumah-minum umum, ditempat tidur. Duabelas djam
kerdja, pada pihak lain, baginja tak mempunjai arti menenun,
memintal, membor, dsb., tetapi arti mendapat nafkah, jang
membawa dia kemedja, kerumah-minum umum, ketempat tidur.
Bila ulat-sutera harus memintal agar dapat meneruskan hidupnja
sebagai ulat, maka ia akan mendjadi buruh-upahan jang
sempurna. Tenagakerdja tidak selalu barangdagangan. Kerdja
tidak selalu kerdja-upahan, jaitu kerdja bebas. Budak tidak
mendjual tenagakerdjanja kepada sipemilik-budak, seperti djuga
10

lembu tidak mendjual djasa²nja kepada petani. Budak, bersama


dengan tenagakerdjanja, betul² didjual untuk se-lama²nja kepada
pemiliknja. Ia barangdagangan jang dapat pindah dari tangan
pemilik jang satu ketangan pemilik jang lain. Ia sendiri
barangdagangan tetapi tenagakerdja bukanlah barangdagangan
dia. Hamba mendjual hanja sebagian dari tenagakerdjanja. Ia
tidak menerima upah dari pemilik tanah; malahan pemilik tanah
menerima upeti daripadanja.

Hamba termasuk tanah dan memberikan buah-hasil tanah


itu kepada pemilik tanah. Buruh bebas, pada pihak lain, mendjual
dirinja sendiri, memang, mendjual dirinja sendiri sepotong². Ia
melélangkan delapan, sepuluh, duabelas, limabelas djam dari
hidupnja hari demi hari, kepada penawar jang tertinggi, kepada
pemilik bahan² mentah, perkakas² kerdja dan bahan² keperluan
hidup, jaitu, kepada kapitalis. Buruh tidak dimiliki oleh satu
pemilik ataupun termasuk tanah, tetapi delapan, sepuluh,
duabelas, limabelas djam dari hidupnja se-hari² mendjadi milik
orang jang membelinja. Buruh meninggalkan kapitalis jang
kepadanja ia menjewakan dirinja itu kapankun ia mau, dan
kapitalis melepaskan dia kapanpun ia menganggap perlu, selekas
ia tidak mendapatkan laba apapun lagi daripada buruh, atau tidak
mendapat laba jang diharapkannja. Tetapi buruh, jang satu²nja
sumber penghidupannja adalah pendjualan tenagakerdjanja, tak
dapat meninggalkan seluruh klas kaum pembeli, jaitu klas
kapitalis, tanpa meninggalkan kehidupannja. Dia bukannja dimiliki
11

oleh kapitalis ini atau itu tetapi oleh klas kapitalis dan lagipula
mendjadi urusannja untuk membikin dirinja laku, jaitu untuk
mendapatkan pembeli didalam klas kapitalis itu.

Sekarang, sebelum menjelami lebih dalam hubungan


antara kapital dan kerdja-upahan, kita akan menguraikan setjara
singkat hubungan² jang paling umum jang mendjadi
pertimbangan dalam menentukan upah.

Upah, seperti telah kita lihat, adalah harga suatu


barangdagangan tertentu, tenagakerdja. Oleh sebab itu, upah
ditentukan oleh hukum² jang sama dengan jang menentukan
harga setiap barangdagangan lainnja. Maka masalahnja jalah,
bagaimana harga suatu barangdagangan ditentukan?

II

Oleh apakah harga suatu barangdagangan ditentukan?

Oleh persaingan antara pembeli dan pendjual, oleh


hubungan permintaan dengan persediaan, tuntutan dengan
penawaran. Persaingan, dengan mana harga suatu
barangdagangan ditentukan, jalah bersegi-tiga.

Barangdagangan jang sama ditawarkan oleh berbagai


pendjual. Dengan barang² jang mutunja sama, maka siapa
jang mendjual paling murah sudah tentu mendesak lainnja
12

keluar dari lapangan dan mendjamin pendjualan terbesar bagi


dirinja sendiri. Djadi, para pendjual saling memperebut
satusamalain, pendjualan, pasar. Mereka masing² ingin
mendjual, mendjual se-banjak²nja dan, kalau dapat, mendjual
sendirian, dengan mengutjilkan pendjual² lainnja. Karenanja,
jang satu mendjual lebih murah daripada jang lain. Akibatnja,
persaingan terdjadi diantara para pendjual, hal ini menekan
kebawah harga barangdagangan² jang mereka tawarkan.

Tetapi persaingan djuga terdjadi diantara para pembeli,


dan hal ini sebaliknja menjebabkan barangdagangan² jang
ditawarkan itu meningkat harganja.

Achirnja, persaingan terdjadi antara pembeli dengan


pendjual; jang pertama ingin membeli semurah mungkin, jang
kedua ingin mendjual semahal mungkin. Hasil dari persaingan
antara pendjual dengan pembeli ini akan tergantung pada
bagaimana perhubungan antara kedua pihak jang bersaing
jang tersebut diatas, jaitu apakah persaingan lebih berat
didalam tentara pembeli atau didalam tentara pendjual.
Industri membawa kemedan dua tentara jang berlawanan satu
sama lain, jang masing²nja melakukan pertempuran djuga
didalam barisannja sendiri, diantara pasukan²nja sendiri.
Tentara jang pasukan²nja paling sedikit pukul-memukul
satusamalain, memperoleh kemenangan atas tentara jang
berlawanan.
13

Marilah kita umpamakan ada 100 bal kapas dipasar dan


pada waktu itu djuga ada pembeli² untuk 1000 bal kapas.
Dalam hal ini, maka permintaan sepuluh kali lipat besarnja
daripada penawaran. Perdaingan akan sangat sengit diantara
para pembeli, masing² dari mereka mau mendapatkan satu,
dan kalau dapat semua, dari seratus bal itu bagi dirinja sendiri.
Tjontoh ini bukannja perumpamaan jang sembarangan. Dalam
sedjarah perdagangan, kita pernah mengalami periode²
kegagalan panen kapas, sewaktu beberapa orang kapitalis
sadja setjara persekutuan berusaha membeli, bukan seratus
bal, tetapi seluruh persediaan kapas dunia. Karena itu, dalam
tjontoh tersebut, seorang pembeli akan berusaha menghalau
lainnja dari lapangan dengan menawarkan harga jang relatif
lebih tinggi bagi tiap² bal kapas. Para pendjual kapas, jang
melihat bahwa pasukan² tentara musuh sedang mendjalankan
perdjuangan se-sengit²nja diantara mereka sendiri dan bahwa
pendjualan keseratus bal mereka semuanja sudah pasti
samasekali, akan sangat ber-hati² untuk tidak petjah diantara
mereka sendiri dan menekan kebawah harga kapas pada saat
lawan² mereka bersaing satusamalain untuk menaikkan harga
itu. Djadi, perdamaian dengan tiba² terwudjud didalam tentara
pendjual. Mereka menghadapi pembeli bagaikan satu orang,
berpeluk tangan setjara berfilsafat, dan permintaan² mereka
akan tak kenal batas, kalau penawaran² dari pembeli² jang
14

paling berkeras dan bernafsupun tidak mempunjai batas²nja


jang sangat tertentu.

Oleh sebab itu, djika persediaan suatu barangdagangan


lebih rendah daripada permintaan akan barangdagangan itu,
maka hanja terdjadi persaingan sedikit, atau samasekali tidak,
diantara para pendjual. Sebanding dengan berkurangnja
persaingan ini, maka persaingan bertambah diantara para
pembeli. Akibatnja jalah kenaikan jang sedikit atau banjak agak
besar dalam harga² barangdagangan.

Sudah diketahui umum bahwa lebih kerap terdjadi hal


jang sebaliknja dengan akibat jang sebaliknja. Kelebihan besar
persediaan atas permintaan; persaingan se-sengit²nja diantara
para pendjual; kekurangan pembeli; pendjualan barang²
dengan harga bantingan.

Tetapi apakah artinja naik atau turunnja harga; apakah


artinja harga jang tinggi dan jang rendah? Sebutir pasir adalah
tinggi bila diteropong melalui mikroskop, dan menara adalah
rendah bila dibanding dengan gunung. Dan djika harga
ditentukan oleh hubungan antara penawaran dan permintaan,
maka apakah jang menentukan hubungan antara penawaran
dan permintaan?

Marilah kita berpaling kepada burdjuasi pertama jang


kita djumpai. Ia tidak akan berpikir sekedjappun, tetapi
15

bagaikan Iskandar Zulkarnain jang kedua, akan memotong


simpul metafisis ini dengan daftar perkalian. Djika produksi
barang² jang saja djual itu telah makan biaja 100 mark,
demikian ia akan memberitahu kita, dan djika saja
mendapatkan 110 mark dari pendjualan barang² ini, dalam
waktu setahun tentu-maka itulah laba jang sehat, djudjur dan
sah. Tetapi djika saja mendapat dalam pertukaran 120 atau
130 mark, itulah laba jang tinggi; dan djika saja mendapat
sebanjak 200 mark, itu akan merupakan suatu laba jang
luarbiasa, jang sangat besar. Maka apakah jang bagi burdjuasi
mendjadi ukuran untuk laba? Biaja produksi
barangdagangannja. Djika ia dalam pertukaran
barangdagangan ini menerima sedjumlah barangdagangan lain
jang biaja produksinja lebih sedikit, dia rugi. Djika ia dalam
pertukaran barangdagangan menerima sedjumlah
barangdagangan lain jang produksinja telah makan biaja lebih
banjak, ia mendapat untung. Dan ia menghitung naik atau
turunnja laba menurut berapa deradjat nilai-tukar
barangdagangannja itu berada diatas atau dibawah nol--biaya
produksi.

Djadi kita telah melihat bagaimana hubungan jang ber-


ubah² dari penawaran dan permintaan mengakibatkan harga
kadang² naik, kadang² turun. Djika harga suatu
barangdagangan naik banjak karena penawaran tidak tjukup
16

atau karena permintaan bertambah dengan tidak sepadan,


maka harga salah suatu barangdagangan lain harus turun
setjara sebanding, sebab harga barangdagangan hanja
menjatakan dalam uang perbandingan pertukaran
barangdagangan lain dengan barangdagangan itu. Djika,
misalnja, harga daripada satu meter kain sutera telah
meningkat dari lima mark mendjadi enam mark, harga perak
dalam perbandingan dengan kain sutera telah turun, dan
demikian djuga harga semua barangdagangan lainnja jang
masih tetap pada harganja jang lama telah turun dalam
perbandingan dengan sutera. Orang harus memberikan
barangdagangan² itu dalam djumlah lebih besar untuk
ditukarkan dengan djumlah sutera jang sama. Akibat apakah
jang akan terdjadi dari kenaikan harga barangdagangan itu?
Sedjumlah besar kapital akan ditjeburkan kedalam tjabang
industri jang berkembang subur itu dan pengaliran kapital ini
kedalam lingkungan industri jang diuntungkan itu akan terus
berlangsung sampai ia menghasilkan laba jang biasa atau,
malahan sampai harga baranghasil²nja, karena produksi
berlebihan, merosot, merosot kebawah biaja produksi.

Sebaliknja, djika harga suatu barangdagangan turun


dibawah biaja produksinja, kapital akan ditarik keluar dari
produksi barangdagangan ini. Ketjuali dalam tjabang industri
jang sudah mendjadi usang dan, karena itu, harus lenjap,
17

produksi barangdagangan sematjam itu, artinja, persediaannja,


akan terus berkurang disebabkan pelarian kapital ini, sampai ia
sesuai dengan permintaan, dan karenanja harganja setaraf lagi
dengan biaja produksinja atau, malahan sampai penawaran
merosot kebawah permintaan, artinja, sampai harganja naik
lagi keatas biaja produksinja, sebab harga jang berlaku dari
suatu barangdagangan senantiasa berada diatas atau dibawah
biaja produksinja.

Kita melihat bagaimana kapital terus-menerus berpindah


masuk dan keluar, keluar dari lingkungan satu industri masuk
kedalam lingkungan industri lain. Harga tinggi mengakibatkan
perpindahan masuk jang terlalu besar dan harga rendah
mengakibatkan perpindahan keluar jang terlalu besar.

Kita dapat memperlihatkan dari pangkal pandangan


jang lain lagi, bagaimana tidak hanja penawaran tetapi djuga
permintaan ditentukan oleh biaja produksi. Tetapi ini akan
membawa kita terlalu djauh menjimpang dari pokok persoalan
kita.

Kita baru sadja melihat bagaimana naik-turun


penawaran dan permintaan terus-menerus membawa harga
suatu barangdagangan kembali kebiaja produksi. Harga
sesungguhnja dari suatu barangdagangan, memang benar
senantiasa diatas atau dibawah biaja produksinja; tetapi naik
18

dan turun itu saling mengimbangkan satusamalain, sehingga


didalam satu djangka-waktu tertentu, dengan dihitung bersama
pasang dan surutnja industri, maka barangdagangan² ditukar
satusamalain sesuai dengan biaja produksinja, oleh karena itu
harganja ditentukan oleh biaja produksinja.

Penentuan harga oleh biaja produksi ini djangan


dipahami menurut pengertian para ahli ekonomi. Para ahli
ekonomi mengatakan bahwa harga rata² barangdagangan²
sama dengan biaja produksi; bahwa ini adalah hukum. Gerakan
anarkis, jang didalamnja naik diimbangi oleh turun dan turun
oleh naik, dianggap oleh mereka sebagai kebetulan. Dengan
hak jang sama sepenuhnja orang dapat menganggap turun-
naik ini sebagai hukum dan penentuan oleh biaja produksi itu
sebagai kebetulan, sebagaimana memang dianggap oleh ahli²
ekonomi lain. Tetapi se-mata² turun-naik inilah, jang djika
dilihat dari lebih dekat, membawakan pembinasaan² jang
paling dahsjat dan, seperti gempa bumi, menjebabkan
masjarakat burdjuis gontjang hingga dasar²nja--se-mata²
dalam proses turun-naik inilah harga ditentukan oleh biaja
produksi. Gerakan ketaktertiban ini dalam keseluruhannja
adalah ketertibannja. Dalam proses anarki keindustrian ini,
didalam gerakan dalam lingkaran ini, maka persaingan, boleh
dikatakan mengimbangi satu ekses dengan djalan ekses lain.
19

Oleh karena itu kita lihat, bahwa harga suatu


barangdagangan ditentukan oleh biaja produksinja dengan
djalan demikian hingga periode² dimana harga
barangdagangan ini naik keatas biaja produksinja diimbangi
dengan periode² dimana harga itu merosot kebawah biaja
produksi, dan sebaliknja. Sudah tentu, ini tidak berlaku bagi
baranghasil² industri jang chusus, ter-sendiri², tetapi hanja
untuk seluruh tjabang industri. Karenanja ini djuga tidak
berlaku bagi pengusaha industri sendiri², tetapi hanja bagi
seluruh klas pengusaha industri.

Penentuan harga oleh biaja produksi adalah sama


dengan penentuan harga oleh waktu kerdja jang diperlukan
untuk pembuatan suatu barangdagangan, karena biaja
produksi terdiri dari 1) bahan² mentah dan penjusutan-harga
perkakas², jaitu, terdiri dari baranghasil² industri jang
pembuatannja telah makan sedjumlah harikerdja tertentu dan
jang karena itu, mewakili sedjumlah waktu kerdja tertentu, dan
2) dari kerdja langsung, jang ukurannja djustru waktu.

Hukum² umum jang sama jang mengatur harga


barangdagangan² pada umumnja, sudah tentu mengatur djuga
upah, harga kerdja.

Upah akan naik dan turun sesuai dengan hubungan


penawaran dan permintaan, sesuai dengan perubahan jang
20

terdjadi dalam persaingan antara pembeli tenagakerdja, jaitu


kaum kapitalis, dengan pendjual tenagakerdja, jaitu kaum
buruh. Turun-naiknja upah pada umumnja bersesuaian dengan
turun-naiknja harga² barangdagangan. Tetapi didalam turun-
naik ini harga kerdja akan ditentukan oleh biaja produksi, oleh
waktu kerdja jang diperlukan untuk menghasilkan
barangdagangan ini--tenagakerdja.

Maka apakah biaja produksi tenagakerdja itu?

Itu adalah biaja jang diperlukan untuk memelihara


buruh sebagai seorang buruh dan memadjukannja mendjadi
seorang buruh.

Maka makin pendek masa latihan jang diperlukan untuk


sesuatu pekerdjaan, makin sedikit biaja produksi daripada
buruh dan makin rendah harga kerdjanja, jaitu upahnja.
Didalam tjabang² industri tempat masa-magang hampir tidak
diperlukan samasekali dan dimana adanja djasmani buruh itu
sadja sudah mentjukupi, biaja jang diperlukan untuk produksi
buruh itu hampir se-mata² terbatas pada barangdagangan²
jang diperlukan untuk memungkinkan dia hidup dan dapat
bekerdja. Karenanja, harga kerdjanja, akan ditentukan oleh
harga bahan² keperluan hidup seperlunja.

Tetapi masih ada djuga pertimbangan lain. Tuan-pabrik


dalam menghitung biaja produksinja dan, sesuai dengan itu,
21

harga baranghasil² memperhitungkan pengausan perkakas²


kerdja. Djika, misalnja, suatu mesin baginja berharga 1000
mark dan akan aus dalam waktu sepuluh tahun, maka dia akan
menambahkan 100 mark tiap² tahunnja pada harga
barangdagangan², supaja dapat mengganti mesin² jang sudah
aus itu dengan mesin baru pada achir sepuluh tahun. Dengan
tjara jang sama, dalam menghitung biaja produksi
tenagakerdja jang sederhana, harus dimasukkan biaja
reproduksi jang memungkinkan ras buruh berbiak dan buruh
jang sudah aus diganti dengan jang baru. Djadi penjusutan-
harga buruh diperhitungkan dengan tjara jang sama seperti
penjusutan-harga mesin².

Oleh sebab itu, biaja produksi tenagakerdja jang


sederhana, adalah sebesar biaja hidup dan reproduksi daripada
buruh. Harga biaja hidup dan reproduksi ini membentuk upah.
Upah jang ditentukan demikian ini dinamakan upah minimum.
Upah minimum ini, seperti penentuan harga barangdagangan
oleh biaja produksi pada umumnja, tidak berlaku bagi orang
seorang sendiri², tetapi bagi seluruh djenisnja. Buruh
seorang², djutaan buruh, tidak mendapat tjukup untuk dapat
hidup dan membiakkan diri; tetapi upah segenap klas buruh,
didalam turun-naiknja, menjamaratakan diri ketaraf minimum
ini.
22

Sekarang setelah kita sampai pada suatu pengertian


tentang hukum² jang paling umum jang mengatur upah seperti
harga setiap barangdagangan lainnja, kita dapat lebih chusus
menjelam kedalam pokok persoalan kita.

III

Kapital terdiri dari segala matjam bahan² mentah,


perkakas² kerdja dan bahan² keperluan hidup jang digunakan
untuk menghasilkan bahan mentah jang baru, perkakas kerdja
baru dan bahan² keperluan hidup jang baru. Semua bagian-
susunan dari kapital ini adalah tjiptaan kerdja, baranghasil²
kerdja, kerdja jang telah diakumulasi. Kerdja jang telah
diakumulasi jang mendjadi alat untuk produksi baru adalah
kapital.

Demikianlah kata para ahli ekonomi.

Apakah seorang budak Negro itu? Seorang dari djenis


bangsa jang hitam. Pendjelasan jang satu sama dengan jang
lainnja.

Seorang Negro adalah seorang Negro. Hanja dalam


hubungan² tertentu ia mendjadi budak. Mesin-pemintal kapas
adalah mesin untuk memintal kapas. Hanja dalam hubungan²
tertentu ia mendjadi kapital. Lepas dari hubungan² ini ia bukan
23

kapital sebagaimana djuga emas itu sendiri bukanlah uang atau


gula bukanlah harga gula.

Dalam produksi, manusia bukan sadja mempengaruhi


alam tetapi djuga manusia sesamanja. Mereka berproduksi,
mereka memasuki perhubungan dan pertalian timbal-balik jang
tertentu, dan hanja didalam perhubungan dan pertalian
kemasjarakatan inilah dilakukan pengaruh mereka atas alam,
dilakukan produksi.

Hubungan² kemasjarakatan ini, jang dimasuki oleh


penghasil² satusamalain, didalam mereka menukarkan
kegiatan² mereka dan ikutserta dalam seluruh aktivitet
produksi, sudah tentu akan ber-ubah² menurut watak alat²
produksi. Dengan pendapatan suatu alat perang baru,
sendjata-api, maka seluruh organisasi ntern tentara terpaksa
harus diubah; perhubungan² jang didalamnja orang² dapat
mendjadi suatu tentara dan bertindak sebagai suatu tentara
diubah dan hubungan² berbagai tentara satusamalain sudah
berubah djuga.

Djadi hubungan² kemasjarakatan jang didalamnja orang


masing² berporoduksi, hubungan² produksi sosial, berubah,
diubah dengan perubahan dan perkembangan alat² produksi
materiil, tenaga² produktif. Hubungan² produksi dalam
keseluruhannja merupakan apa jang dinamakan hubungan²
24

sosial, masjarakat dan chususnja, suatu masjarakat pada


tingkat tertentu perkembangan sedjarah, suatu masjarakat
dengan watak chusus jang mentjirikan. Masjarakat kuno,
masjarakat feodal, masjarakat bordjuis, adalah keseluruhan²
hubungan produksi sematjam ini, jang masing²nja bersamaan
waktu itu djuga menandakan suatu tingkat chusus
perkembangan dalam sedjarah umatmanusia.

Kapital adalah djuga suatu hubungan produksi sosial. Ia


adalah suatu hubungan produksi burdjuis, suatu hubungan
produksi dari masjarakat burdjuis. Bukankah bahan² keperluan
hidup, perkakas² kerdja, bahan² mentah jang mendjadikan
kapital itu diproduksi dan diakumulasi dalam sjarat² sosial
tertentu, didalam hubungan² sosial tertentu? Bukankah mereka
digunakan untuk produksi baru didalam sjarat² sosial tertentu,
didalam hubungan² sosial tertentu? Dan bukankah djustru
watak sosial jang tertentu ini jang mengubah baranghasil² jang
digunakan untuk produksi baru itu mendjadi kapital?

Kapital terdiri, tidak hanja dari bahan² keperluan hidup,


perkakas² kerdja dan bahan² mentah, tidak hanja dari
baranghasil² meteriil; ia terdiri sebanjak itu djuga dari nilai²-
tukar. Semua baranghasil jang mendjadikannja itu adalah
barangdagangan. Oleh karena itu, kapital tidak hanja djumlah
dari baranghasil materiil; ia adalah djumlah dari
barangdagangan², dari nilai²-tukar, dari besaran² sosial.
25

Kapital tetap sama, biar kita ganti wol dengan kapas,


gandum dengan beras atau kereta-api dengan kapal-uap, asal
sadja kapas, beras, kapal-uap--tubuh kapital--mempunjai nilai-
tukar jang sama, harga jang sama dengan wol, gandum,
kereta-api, jang tadinja mendjelmakan kapital itu.

Tubuh kapital dapat berubah terus-menerus sedangkan


kapital itu tidak mengalami perubahan sedikitpun.

Tetapi, sedang semua kapital adalah djumlah dari


barangdagangan², jaitu, dari nilai²-tukar, namun tidak setiap
djumlah dari barangdagangan², dari nilai²-tukar, adalah
kapital.

Setiap djumlah nilai²-tukar adalah suatu nilai-tukar.


Setiap nilai-tukar sendiri² adalah djumlah dari nilai²-tukar.
Umpamanja rumah jang seharga 1000 mark adalah nilai-tukar
1000 mark. Sehelai kertas jang seharga satu pfennig adalah
djumlah dari nilai²-tukar 100 seperatus pfennig. Baranghasil²
jang dapat ditukar dengan baranghasil² lain jalah
barangdagangan. Perbandingan tertentu dalam mana mereka
dapat ditukar merupakan nilai-tukarnja atau, dinjatakan
dengan uang, harganja. Banjaknja baranghasil² ini tak dapat
mengubah apapun dalam sifat bahwa barang² itu mendjadi
barangdagangan atau merupakan suatu nilai-tukar atau
mempunjai harga tertentu. Biar sebatang pohon itu besar atau
26

ketjil ia adalah sebatang pohon. Biar kita menukar besi dengan


baranghasil lain per ons atau per sentenar, apakah ini
menimbulkan perbedaan wataknja sebagai barangdagangan,
sebagai nilai-tukar? Ia adalah barangdagangan jang nilainja
lebih besar atau lebih ketjil, jang harganja lebih tinggi atau
lebih rendah, tergantung pada kwantitetnja.

Maka, bagaimanakah, sedjumlah barangdagangan,


sedjumlah nilai-tukar, mendjadi kapital?

Dengan memelihara dan memperlipatgandakan diri


sebagai kekuatan kemasjarakatan jang berdiri sendiri, jaitu,
sebagai suatu kekuatan dari sebagian dari masjarakat, dengan
djalan penukarannja dengan tenagakerdja jang langsung, jang
hidup. Adanja suatu klas jang tidak memiliki apa² ketjuali
kesanggupannja untuk bekerdja adalah sjarat pendahuluan
jang diperlukan bagi kapital.

Hanjalah penguasaan atas kerdja jang langsung, jang


hidup, oleh kerdja jang telah diakumulasi, jang lampau, jang
telah diperbendakan itulah mengubah kerdja jang sudah
diakumulasi mendjadi kapital.

Kapital bukannja terdiri dari hal bahwa kerdja jang telah


diakumulasi itu mengabdi kepada kerdja hidup sebagai alat
untuk produksi baru. Ia terdiri dari hal bahwa kerdja hidup
mengabdi kepada kerdja jang sudah diakumulasi sebagai alat
27

untuk mempertahankan dan melipatgandakan nilai-tukar kerdja


jang diakumulasi.

Apakah jang terdjadi dalam pertukaran antara kapitalis


dan buruh-upahan?

Buruh menerima bahan² keperluan hidup sebagai


penukar tenagakerdjanja, tetapi sikapitalis menerima, sebagai
penukar bahan² keperluan hidupnja, kerdja, aktivitet produktif
buruh, daja-tjipta jang dengan itu buruh tidak hanja mengganti
apa jang dipakainja tetapi memberikan kepada kerdja jang
sudah diakumulasi suatu nilai jang lebih besar daripada jang
dimilikinja dulu. Buruh menerima dari sikapitalis sebagian dari
bahan² keperluan hidup jang sudah tersedia. Apa gunanja
bahan² keperluan hidup ini baginja? Untuk konsumsi segera.
Akan tetapi, selekas bahan keperluan hidup itu sudah saja
pakai, bahan² itu lenjap se-lama²nja dari saja, ketjuali djika
saja menggunakan waktu selama saja dapat hidup dengan
bahan itu untuk menghasilkan bahan² keperluan hidup jang
baru, agar selama konsumsi itu mentjiptakan nilai² baru
dengan kerdja saja sebagai ganti nilai² jang lenjap dalam
konsumsi. Tetapi djustru tenaga reproduksi jang mulia ini jang
diserahkan oleh buruh kepada kapitalis sebagai penukar
bahan² keperluan hidup jang diterimanja. Oleh karenanja, ia
telah kehilangan tenaga itu bagi dirinja.
28

Marilah kita ambil suatu tjontoh: seorang tani-penjewa


memberikan buruh-hariannja lima pitjis sehari. Untuk lima pitjis
ini buruh bekerdja sepandjang hari diladang petani dan dengan
begitu mendjamin sipetani mendapat penghasilan sebesar
sepuluh pitjis. Petani tidak hanja mendapat ganti nilai jang
harus diberikannja kepada buruh-harian; dia menggadaikan
nilai itu. Oleh karena itu, ia telah menggunakan, telah
memakai, lima pitjis jang telah diberikannja kepada buruh
setjara jang berubah, jang produktif. Ia telah membeli dengan
lima pitjis djustru kerdja dan tenaga buruh itu jang
menghasilkan hasil pertanian jang nilainja dualipat dan
membuat sepuluh pitjis dari lima. Buruh-harian, pada pihak
lain, menerima sebagai ganti tenaga-produktifnja, jang hasil-
kerdjanja telah diberikannja kepada petani, lima pitjis jang
ditukarkannja dengan bahan² keperluan hidup dan bahan² ini
dihabiskannja tjepat atau lambat. Oleh karena itu, lima pitjis
ini, telah dipakai setjara dua, reproduktif buat kapital, karena
mereka telah ditukar dengan tenagakerdja,2) jang
menghasilkan sepuluh pitjis, dan tidak produktif buat buruh,
karena lima pitjis itu telah ditukar dengan bahan² keperluan
hidup jang lenjap untuk se-lama²nja dan jang nilainja hanja
dapat didapatkannja kembali dengan mengulangi pertukaran
jang sama dengan petani. Djadi kapital bersjaratkan pada
kerdja-upahan; kerdja-upahan bersjaratkan pada kapital.
29

Mereka dengan timbal-balik mensjaratkan hidupnja satusamalain;


mereka dengan timbal-balik melahirkan satusamalain.

Apakah buruh dalam pabrik kapas hanja menghasilkan


tekstil katun? Tidak, dia menghasilkan kapital. Ia menghasilkan
nilai² jang digunakan lagi untuk memerintah kerdjanja dan
dengan djalan itu mentjiptakan nilai² baru.

Kapital hanja dapat bertambah dengan menukarkan dirinja


dengan tenagakerdja, dengan menghidupkan kerdja-upahan.
Tenagakerdja buruh-upahan hanja dapat ditukar dengan kapital
dengan djalan menambah kapital, dengan memperkokoh
kekuasaan jang memperbudak dia. Karenanja, bertambahnja
kapital adalah bertambahnja proletariat, jaitu bertambahnja klas
buruh.

Karena itu, kepentingan sikapitalis dan kepentingan buruh,


adalah satu dan sama, demikian dinjatakan oleh burdjuasi dan
ahli ekonomi mereka. Memang! Buruh binasa djika kapital tidak
mempekerdjakannja. Kapital binasa djika ia tidak menghisap
tenagakerdja, dan untuk menghisap itu, ia mesti membelinja.
Makin tjepat kapital jang ditudjukan untuk produksi, jaitu kapital
produktif, bertambah, makin makmur karenanja, industri, makin
banjak burdjuasi memperkaja dirinja dan makin baik djalan
perusahaannja, maka makin banjak kaum buruh jang diperlukan
kaum kapitalis, makin mahal kaum buruh mendjual dirinja sendiri.
30

Oleh karena itu, sjarat perlu untuk keadaan buruh jang


agak baik jalah pertumbuhan kapital produktif jang se-tjepat²nja.

Tetapi apa pertumbuhan kapital produktif itu?


Pertumbuhan kekuasaan kerdja jang telah diakumulasi atas kerdja
hidup. Pertumbuhan penguasaan burdjuasi atas klas buruh. Djika
kerdja-upahan menghasilkan kekajaan orang lain jang menguasai
dirinja, kekuasaan jang bermusuhan dengan dirinja, kapital, maka
alat² pekerdjaan, jaitu, bahan² keperluan hidup, mengalir kembali
kepadanja dari kekuasaan jang bermusuhan ini, dengan sjarat
bahwa ia membuat dirinja sekali lagi mendjadi sebagian dari
kapital, mendjadi tuas jang melempar kapital kembali kedalam
suatu gerakan pertumbuhan jang dipertjepat.

Mengatakan bahwa kepentingan kapital dan kepentingan


buruh adalah satu dan sama, hanja berarti mengatakan bahwa
kapital dan kerdja-upahan adalah dua segi dari hubungan jang
satu dan sama. Jang satu mensjaratkan jang lain tepat
sebagaimana lintah-darat dan pemboros saling mensjaratkan
satusamalain.

Selama buruh-upahan adalah buruh-upahan maka


nasibnja tergantung pada kapital. Itu adalah kesamaan
kepentingan jang banjak di-pudji² antara buruh dan kapital.
31

IV

Djika kapital tumbuh, massa kerdja-upahan tumbuh,


djumlah buruh-upahan tumbuh; pendeknja, penguasaan
kapital meluas atas djumlah orang jang lebih besar. Marilah
kita andaikan suatu keadaan jang paling baik: bila kapital
produktif tumbuh, permintaan akan kerdja bertambah;
akibatnja harga kerdja, upah, naik.

Sebuah rumah mungkin besar atau ketjil; selama


rumah² disekitarnja sama ketjilnja ia memuaskan semua
tuntutan sosial akan perumahan. Tetapi tjobalah muntjulkan
sebuah istana disamping rumah jang ketjil, maka rumah itu
akan mengerut dari rumah ketjil mendjadi gubug. Kini rumah
ketjil itu memperlihatkan bahwa pemiliknja hanja mempunjai
permintaan jang sedikit atau samasekali tidak ada; dan
bagaimanapun ia akan mendjulang tinggi dalam pertumbuhan
peradaban, djika istana disebelahnja mendjulang dalam ukuran
jang sama atau bahkan lebih besar, maka penghuni rumah
jang dalam perbandingan ketjil ini akan merasa makin tidak
enak, tak puas dan terdjepit diantara empat temboknja.

Kenaikan upah jang njata bersjarat pada pertumbuhan


tjepat kapital produktif. Pertumbuhan tjepat kapital produktif
mengakibatkan pertumbuhan jang sama tjepatnja dalam
kekajaan, kemewahan, kebutuhan² sosial, kenikmatan² sosial.
32

Djadi walaupun kenikmatan buruh telah meningkat, namun


kepuasan sosial jang dipenuhinja telah berkurang dalam
perbandingan dengan kenikmatan kaum kapitalis jang
meningkat, jang tak dapat ditjapai oleh buruh, dalam
perbandingan dengan keadaan perkembangan masjarakat
pada umumnja. Keinginan² dan kesukaan² kita lahir dari
masjarakat; oleh sebab itu kita mengukurnja menurut
masjarakat dan bukannja menurut benda² pemuaskannja.
Karena keinginan² dan kesukaan² itu bersifat sosial, maka
mereka bersifat relatif.

Pada umumnja, upah ditentukan bukan hanja oleh


djumlah barangdagangan jang dapat saja menukarkan upah
itu. Upah mengandung berbagai hubungan.

Jang diterima oleh kaum buruh untuk tenagakerdja


mereka jalah, per-tama², sedjumlah uang tertentu. Apakah
upah ditentukan hanja oleh harga dalam uang ini?

Dalam abad keenambelas, emas dan perak jang beredar


di Eropa bertambah sebagai akibat dari penemuan tambang² di
Amerika jang lebih kaja serta lebih mudah dikerdjakan. Karena
itu nilai emas dan perak merosot dalam hubungannja dengan
barangdagangan lainnja. Kaum buruh menerima djumlah mata-
uang perak jang sama bagi tenagakerdjanja sebagaimana
semula. Harga dalam uang dari kerdja mereka tetap sama,
33

namun upah mereka telah turun, karena dalam pertukaran


untuk djumlah perak jang sama mereka menerima djumlah
barangdagangan lain jang lebih sedikit. Ini adalah salahsatu
keadaan jang memadjukan pertumbuhan kapital dan
meningkatnja burdjuasi dalam abad keenambelas.

Marilah kita ambil suatu kedjadian jang lain. Pada


musimdingin tahun 1847 sebagai akibat panenan jang gagal,
harga bahan² keperluan hidup jang paling perlu, padi²an,
daging, mentega, kedju, dll., meningkat setjara besar²an.
Andaikan kaum buruh menerima djumlah uang jang sama bagi
tenagakerdja mereka sebagaimana semula. Bukankah upah
mereka telah turun? Sudah tentu. Karena untuk uang jang
sama mereka menerima dalam pertukaran roti, daging, dsb.
jang kurang. Upah mereka telah merosot bukannja karena nilai
perak telah berkurang, tetapi karena nilai bahan² keperluan
hidup telah bertambah besar.

Andaikan, achirnja, harga dalam uang dari kerdja itu


tetap sama sedangkan harga semua barang² pertanian dan
pabrik telah turun karena digunakannja mesin² baru, karena
musim jang sangat baik dan sebagainja. Dengan uang jang
sama buruh sekarang dapat membeli lebih banjak
barangdagangan² dari segala matjam. Upah mereka karena
itu, telah meningkat djustru karena nilai uang dari upah
mereka tidak berubah.
34

Djadi, harga uang dari kerdja, upah nominal, tidak sama


dengan upah riil, jaitu dengan djumlah barangdagangan jang
sebenarnja didapat dalam pertukaran dengan upah. Karena itu
bila kita berbitjara tentang naik atau turun upah kita harus
ingat tidak hanja akan harga kerdja dalam bentuk uang, upah
nominal.

Tetapi baik upah nominal, jaitu, sedjumlah uang jang


untuk itu buruh mendjual dirinja kepada kaum kapitalis,
maupun upah riil, jaitu djumlah barangdagangan jang dapat
dibelinja dengan uang itu, tidak menghabiskan hubungan² jang
terkandung didalam upah.

Upah, terutama ditentukan djuga oleh hubungannja


dengan keuntungan, dengan laba sikapitalis-upah dalam
perbandingan, upah relatif.

Upah riil menjatakan harga kerdja dalam hubungan


dengan harga barangdagangan lainnja; upah relatif, pada
pihak lain, menjatakan andil kerdja langsung dalam nilai baru
jang telah ditjiptakannja itu dalam hubungan dengan andil jang
djatuh pada kerdja jang telah diakumulasi, pada kapital.

Telah kita katakan diatas, halaman 14:3) "Upah bukanlah


andil siburuh dalam barangdagangan jang dihasilkannja. Upah
adalah sebagian dari barangdagangan² jang telah ada, dengan
mana sikapitalis membeli untuk dirinja sendiri sedjumlah
35

tertentu tenagakerdja jang produktif." Tetapi sikapitalis harus


mendapat kembali upah ini dari harga dengan mana ia
mendjual baranghasil jang diproduksi oleh buruh; ia harus
mendapatnja kembali dengan sedemikian rupa, sehingga
baginja bersisa, pada galibnja, suatu kelebihan diatas biaja
produksi jang dikeluarkannja, suatu laba. Bagi kapitalis, harga
pendjualan barangdagangan jang dihasilkan oleh buruh dibagi
mendjadi tiga bagian: pertama, penggantian harga bahan²
mentah jang dibajarnja lebih dahulu bersama dengan
penggantian penjusutan-harga perkakas, mesin² dan alat²
kerdja lainnja jang djuga sudah dibajarnja lebih dulu; kedua,
penggantian upah jang dibajar lebih dulu olehnja, dan ketiga,
kelebihan jang bersisa, laba sikapitalis. Sedangkan bagian
pertama hanja mengganti nilai² jang telah ada semulanja,
sudahlah djelas bahwa baik pengganti upah dan djuga laba-
kelebihan dari sikapitalis, pada umumnja, diambil dari nilai
baru jang ditjiptakan oleh kerdja buruh dan ditambahkan pada
bahan² mentah. Dan dalam arti ini, untuk membandingkannja
satusamalain, kita dapat menganggap baik upah maupun laba
sebagai bagian² didalam baranghasil buruh.

Upah riil bisa tetap sama, bahkan ia mungkin


meningkat, namun upah relatif mungkin menurun. Marilah kita
andaikan umpamanja, semua bahan² keperluan hidup telah
turun harganja dengan duapertiga, sedang upah harian, hanja
36

turun sepertiga, artinja, misalnja, dari tiga mark mendjadi dua


mark. Walaupun buruh dengan dua mark ini dapat menguasai
sedjumlah barangdagangan jang lebih besar daripada dulu
dengan tiga mark, tetapi upahnja telah turun dalam hubungan
dengan laba kapitalis. Laba kapitalis (umpamanja, tuanpabrik)
telah bertambah satu mark; jaitu, untuk djumlah lebih ketjil
nilai²-tukar jang dibajarnja kepada buruh, buruh harus
menghasilkan sedjumlah lebih besar nilai²-tukar daripada dulu.
Andil kapital telah naik dibanding dengan andil kerdja.
Pembagian kekajaan sosial antara kapital dan kerdja mendjadi
lebih² tak sama. Dengan kapital jang sama, kapitalis
menguasai djumlah kerdja jang lebih besar. Kekuasaan
kapitalis atas klas buruh telah bertambah besar, kedudukan
sosial buruh telah mendjadi lebih buruk, telah ditekan setapak
lebih rendah lagi dibawah kedudukan kapitalis.

Maka, apakah hukum umum jang menentukan naik-


turunnja upah dan laba dalam hubungan timbal-baliknja?

Upah dan laba berbanding balik satusamalain. Andil


kapital, laba, naik dalam perbandingan jang sama dengan
turunnja andil kerdja, upah, dan sebaliknja. Laba naik sebanjak
turunnja upah; laba turun sebanjak naiknja upah.

Keberatannja, mungkin akan diadjukan bahwa kaum


kapitalis bisa mendapatkan laba dari pertukaran baranghasil²
37

setjara menguntungkan dengan kapitalis lainnja, dengan


memperbanjak permintaan akan barangdagangannja, baik
sebagai hasil pembukaan pasar² baru, atau sebagai hasil
pertambahan sementara dalam permintaan di-pasar² lama,
dsb.; bahwa laba kapitalis dapat, karena itu, meningkat dengan
merugikan kaum kapitalis lainnja, dengan tak tergantung pada
naik-turunnja upah, pada nilai-tukar tenagakerdja; atau bahwa
laba sikapitalis mungkin djuga meningkat disebabkan perbaikan
perkakas kerdja, penggunaan baru kekuatan alam, dll.

Per-tama², haruslah diakui bahwa akibatnja tetap sama


walaupun ia ditimbulkan dari djalan jang berlawanan. Memang,
laba tidak naik karena upah telah turun, tetapi upah turun
karena laba telah naik. Dengan djumlah kerdja orang lain jang
sama, kapitalis telah memperoleh djumlah lebih besar nilai²-
tukar, tanpa membajar lebih banjak bagi kerdja untuk itu; djadi
artinja, kerdja dibajar lebih sedikit djika dibanding dengan laba
bersih jang dihasilkan kerdja itu bagi kapitalis.

Lagipula, kita peringatkan, bahwa walaupun terdjadi


kegojangan² harga barangdagangan², harga rata² setiap
barangdagangan, perbandingan pertukarannja dengan
barangdagangan lain, ditentukan oleh biaja produksinja.
Karena itu rugi-merugikan didalam klas kapitalis mesti
mempertimbangkan satusamalainnja. Perbaikan mesin²,
penggunaan baru kekuatan alam untuk mengabdi produksi,
38

memberi kemungkinan mentjiptakan djumlah baranghasil jang


lebih besar dalam suatu djangkawaktu tertentu dengan
djumlah kerdja dan kapital jang sama, tetapi se-kali² bukanlah
djumlah nilai²-tukar jang lebih besar. Djika dengan
penggunaan mesin-pemintal, saja dapat dalam satu djam
menghasilkan benang duakali lebih banjak daripada sebelum
penemuan mesin itu, andaikan, seratus pon dan bukan lagi
limapuluh, maka lama-kelamaan untuk seratus pon ini dalam
pertukaran saja tidak akan menerima barangdagangan lebih
daripada dahulu untuk limapuluh pon, sebab biaja produksi
telah turun separuh, atau sebab saja dapat menghasilkan
baranghasil duakali lipat dengan biaja jang sama.

Achirnja, biar dalam perbandingan jang bagaimanapun


djuga klas kapitalis, burdjuasi, baik dari satu negeri ataupun
dari pasar seluruh dunia, membagi laba bersih daripada
produksi diantara mereka sendiri, djumlah total laba bersih ini
senantiasa terdiri hanja dari djumlah, jang, pada umumnja,
sudah ditambahkan oleh kerdja langsung pada kerdja jang
diakumulasi. Karena itu, djumlah keseluruhan ini bertambah
dalam perbandingan sebagaimana kerdja memperbesar kapital,
jaitu dalam perbandingan sebagaimana laba naik djika
dibanding dengan upah.

Karena itu, tampaklah bahwa sekalipun kita tetap


didalam hubungan kapital dengan kerdja-upahan, kepentingan
39

kapital dan kepentingan kerdja-upahan setjara langsung


bertentangan.

Pertambahan tjepat kapital berarti pertambahan tjepat


laba. Laba dapat bertambah dengan tjepat hanja djika harga
kerdja, djika upah relatif, turun dengan sama tjepatnja. Upah
relatif dapat turun walaupun upah riil naik bersamaan dengan
upah nominal, dengan nilai uang daripada kerdja, tetapi bila tidak
naik dalam perbandingan jang sama dengan laba. Djika
umpamanja, pada saat perusahaan berdjalan baik, upah naik
dengan lima persen, dan pada pihak lain laba naik dengan
tigapuluh persen, maka upah dalam perbandingan, upah relatif,
tidak bertambah melainkan berkurang.

Djadi djika pendapatan buruh bertambah bersama dengan


pertumbuhan tjepat kapital, maka djurang sosial jang
memisahkan buruh dari kapitalis bertambah besar pada waktu itu
djuga, dan begitu pula kekuasaan kapital atas kerdja,
tergantungnja kerdja pada kapital bertambah pada waktu itu
djuga.

Mengatakan bahwa buruh mempunjai kepentingan akan


pertumbuhan tjepat kapital hanja berarti bahwa makin tjepat
kaum buruh memperbanjak kekajaan oranglain, makin banjak
remah² jang akan djatuh padanja, makin besar djumlah buruh
jang dapat dipekerdjakan dan dihidupkan, dan makin banjak
dapat diperbanjak massa budak jang bergantung pada kapital.
40

Djadi kita telah melihat bahwa:

Bahkan keadaan jang paling menguntungkanpun bagi klas


buruh, pertumbuhan se-tjepat²nja daripada kapital, biar
bagaimanapun djuga keadaan itu dapat memperbaiki kehidupan
materiil buruh, ia tidak menghilangkan antagonisme antara
kepentingan buruh dengan kepentingan burdjuasi, kepentingan
kaum kapitalis. Laba dan upah tetap berbanding balik sebagai
sediakala.

Djika kapital tumbuh dengan tjepat, upah dapat naik; laba


kapitalis lebih tjepat dengan tak terbandingkan. Kedudukan
materiil buruh telah diperbaiki, tetapi atas ongkos kedudukan
sosialnja. Djurang sosial jang memisahkan dia dari kapitalis telah
diperluas.

Achirnja:

Mengatakan bahwa sjarat jang paling menguntungkan


bagi kerdja-upahan adalah pertumbuhan se-tjepat²nja daripada
kapital produktif, hanja berarti bahwa semakin tjepat klas buruh
memperbanjak dan memperbesar kekuasaan jang bermusuhan
dengan dia, kekajaan jang tidak mendjadi miliknja dan menguasai
dia, maka semakin menguntungkanlah sjarat² dimana ia
diperkenankan bekerdja lagi untuk memperbanjak kekajaan
burdjuasi, untuk memperbesar kekuasaan kapital, puas dengan
menempa bagi dirinja rantai emas dengan mana burdjuasi
menjeret dia dibelakang dirinja.
41

Apakah pertumbuhan kapital produktif dan kenaikan


upah benar² tak dapat dipisahkan sebagaimana jang
dinjatakan oleh para ahli ekonomi bordjuis? Kita tidak boleh
pertjaja begitu sadja akan kata² mereka. Bahkan kita tidak
boleh mempertjajai mereka bila mereka mengatakan bahwa
semakin gemuk kapital, maka akan semakin baik budaknja
dipupuk. Kaum bordjuis terlampau pandai; ia berhitung terlalu
baik untuk dapat memiliki prasangka² tuan-feodal jang
memperagakan kilau-kemilau pengiring²nja. Sjaraf² hidup
burdjuasi memaksanja untuk berhitung.

Karena itu, kita harus meneliti lebih dalam:

Bagaimanakah bertumbuhan kapital produktif mempengaruhi


upah?

Djika, pada umumnja, kapital produktif masjarakat


burdjuis bertambah, maka terdjadilah akumulasi kerdja jang
lebih berlipatganda. Kapital² bertambah djumlahnja dan
luasnja. Pertambahan djumlah kapital² memperbesar
persaingan diantara kaum kapitalis. Keluasan jang makin
bertambah daripada kapital² itu menjediakan alat² untuk
membawa tentara [armada-EC] kerdja jang lebih kuat dengan
perkakas² perang jang lebih raksasa kedalam medan
pertempuran industri.
42

Satu kapitalis dapat menghalau kapitalis lain dari


lapangan dan merebut kapitalnja hanja dengan mendjual lebih
murah. Agar dapat mendjual lebih murah tanpa
membangkrutkan dirinja, dia mesti berproduksi lebih murah,
jaitu, meningkatkan daja-produksi kerdja sebanjak mungkin.
Tetapi daja-produksi kerdja ditingkatkan, per-tama², oleh
suatu pembagian kerdja jang lebih besar, dengan penggunaan
setjara lebih umum dan perbaikan terus-menerus atas mesin².
Makin besar tentara [armada-EC] kerdja jang diantara mereka
itu kerdja dibagi, makin raksasa keluasan penggunaan mesin,
maka makin berkuranglah biaja produksi setjara sebanding,
makin bermanfaat kerdja itu. Karena itu, perlombaan umum
timbul diantara kaum kapitalis untuk memperbanjak pembagian
kerdja dan mesin², dan mempergunakannja dalam ukuran jang
sebesar mungkin.

Djika, sekarang, dengan pembagian kerdja jang lebih


besar, dengan penggunaan mesin² baru dan perbaikan mesin²
itu, dengan penggunaan kekuatan² alam setjara lebih
menguntungkan dan lebih luas, seorang kapitalis menemukan
alat² untuk memproduksi dengan djumlah kerdja jang sama
atau dengan kerdja jang diakumulasi jang sama, suatu djumlah
baranghasil, barangdagangan, jang lebih besar daripada
saingan²nja, djika ia dapat, umpamanja, menghasilkan genap
satu meter lenan dalam waktu kerdja jang sama dimana
43

saingan²nja menenun setengah meter, bagaimanakah kapitalis


ini lalu akan bekerdja?

Ia dapat terus mendjual setengah meter lenan dengan


harga pasar jang lama; namun ini bukan djalan untuk
menghalau lawannja dari lapangan dan memperbesar
pendjualannja sendiri. Tetapi dalam ukuran jang sama dengan
bertambah luasnja produksinja, kebutuhannja untuk mendjual
bertambah djuga. Alat² produksi jang lebih kuat dan lebih
mahal jang telah dihidupkannja itu memungkinkan dia,
memang, mendjual barangdagangannja lebih murah, akan
tetapi pada waktu itu djuga mereka memaksa dia mendjual
lebih banjak barangdagangan, merebut pasar jang djauh lebih
besar untuk barangdagangannja; karena itu, kapitalis kita ini
akan mendjual setengah meter lenannja lebih murah daripada
saingannja.

Akan tetapi, sikapitalis tak akan mendjual seluruh satu


meter semurah saingannja mendjual setengah meter,
walaupun produksi seluruh satu meter ini bagi dia tidak makan
biaja lebih banjak daripada setengah meter bagi jang lain.
Kalau tidak demikian, ia tidak akan mendapatkan untung
tambahan apapun melainkan hanja mendapatkan kembali biaja
produksi dalam pertukaran. Pendapatannja jang mungkin lebih
besar akan diperoleh dari kenjataan bahwa ia telah
menggerakkan kapital jang lebih besar, tetapi bukan karena ia
44

telah membikin lebih banjak untung dari kapitalnja daripada


orang² lain. Lagipula, ia mentjapai maksud jang hendak
ditjapainja itu, djika ia menetapkan harga barang²nja hanja
sedikit persen lebih rendah daripada harga barang²
saingan²nja. Ia menghalau mereka dari lapangan, merenggut
dari mereka sedikit²nja sebagian dari pendjualan mereka,
dengan mendjual dibawah harga mereka. Dan, achirnja,
perlulah diingat bahwa harga jang berlaku senantiasa berada
diatas atau dibawah biaja produksi, sesuai dengan apakah
pendjualan barangdagangan itu terdjadi dalam suatu musim
industri jang baik atau tidak baik. Persentase jang sikapitalis,
jang telah menggunakan alat² produksi baru dan lebih
bermanfaat, mendjual diatas biaja produksinja jang
sesungguhnja akan ber-ubah² tergantung pada apakah harga
pasar dari satu meter lenan berada dibawah atau diatas biaja
produksi jang biasa berlaku sampai saat itu.

Tetapi, posisi istimewa kapitalis kita ini tidak langgeng;


kapitalis² lain jang bersaing menggunakan mesin² jang sama,
pembagian kerdja jang sama, menggunakan mesin² itu dalam
ukuran jang sama atau lebih besar, dan penggunaan ini akan
mendjadi demikian umum sehingga harga lenan diturunkan
bukan hanja dibawah biaja produksinja jang lama, tetapi
dibawah biaja produksinja jang baru.
45

Djadi, kaum kapitalis ternjata berada dalam posisi jang


sama dalam hubungan satu terhadap jang lain seperti sebelum
digunakannja alat² produksi jang baru, dan djika mereka
dengan alat² ini dapat menjediakan produksi sebanjak duakali
lipat dengan harga jang sama, mereka kini dipaksa
menjediakan hasil jang dualipat itu dibawah harga jang lama.
Diatas dasar biaja produksi jang baru ini, permainan jang sama
mulai lagi. Pembagian kerdja jang lebih banjak, mesin² lebih
banjak, perluasan ukuran eksploitasi mesin² dan pembagian
kerdja. Dan persaingan lagi menimbulkan kontra-aksi jang
sama terhadap hasil ini.

Kita lihat bagaimana dengan djalan ini tjara produksi


dan alat² produksi terus-menerus diubah, direvolusionerkan,
bagaimana pembagian kerdja mesti diikuti oleh pembagian
kerdja jang lebih besar, penggunaan mesin² oleh penggunaan
mesin² setjara lebih besar lagi, kerdja pada ukuran jang luas
oleh kerdja pada ukuran jang lebih luas lagi.

Itulah hukum jang ber-kali² melempar produksi burdjuis


keluar dari djalannja jang lama dan memaksa kapital
memperhebat tenaga² produktif kerdja, sebab ia telah
memperhebat tenaga² itu, ia-lah hukum jang tidak
memperkenankan kapital berhenti dan terus-menerus berbisik
pada telinganja: "Teruslah! Teruslah!"
46

Hukum ini tak lain daripada hukum jang, didalam


kegojangan² periode² perdagangan, mesti menjamaratakan
harga suatu barangdagangan dengan biaja produksinja. Betapa
kuatpun alat² produksi jang dibawa seorang kapitalis kedalam
lapangan, persaingan akan membuat alat² produksi ini
mendjadi umum dan sedjak saat ia telah mendjadikan alat²
produksi itu umum, maka satu²nja hasil dari bertambah
manfaat kapitalnja itu jalah bahwa ia sekarang harus
menjediakan dengan harga jang sama sepuluh, duapuluh,
seratus kali sebanjak dahulu. Tetapi karena ia harus mendjual
mungkin seribu kali sebanjak dulu agar dapat mengimbangi
harga pendjualan jang lebih rendah dengan djumlah
pendjualan baranghasil jang lebih besar, sebab sekarang
diperlukan pendjualan jang lebih luas, bukan hanja untuk
mendapat laba lebih banjak tetapi untuk mengganti biaja
produksi-perkakas produksi itu sendiri, seperti jang kita
ketahui, mendjadi makin mahal-dan sebab pendjualan massal
ini mendjadi masalah hidup dan mati tidak sadja bagi dia tetapi
djuga bagi lawannja, maka perdjuangan jang lama mulai lagi
dengan semakin kerasnja, semakin bermanfaat alat² produksi
jang sudah ditemukan itu. Oleh karena itu pembagian kerdja
dan penggunaan mesin² akan berdjalan lagi dalam ukuran
lebih besar jang tak ada bandingnja.
47

Bagaimanapun djuga kekuatan alat² produksi jang


digunakan, persaingan berusaha merampas dari kapital buah²
emas kekuatan ini dengan membawa kembali harga
barangdagangan kebiaja produksi, dengan begitu membuat
produksi jang lebih murah-penjediaan djumlah baranghasil jang
semakin banjak dengan harga total jang sama-suatu hukum
perintah dalam ukuran jang sama sebagaimana produksi dapat
dimurahkan, jaitu, semakin banjak jang dapat dihasilkan dengan
djumlah kerdja jang sama. Djadi sikapitalis dengan usahanja
sendiri tak akan memenangkan apapun ketjuali kewadjiban untuk
menjediakan lebih banjak dalam waktu kerdja jang sama,
pendeknja, sjarat² jang lebih sulit untuk membesarkan nilai
kapitalnja. Karena itu, seraja persaingan terus-menerus
mengedjar dia dengan hukumnja tentang biaja produksi dan
setiap sendjata jang ditempa kapitalis menentang lawannja
kembali menentang dia sendiri, sikapitalis terus-menerus
berusaha memperdaja persaingan dengan menggunakan setjara
tak henti²nja mesin² baru, jang memang lebih mahal tetapi
menghasilkan lebih murah, dan menggantikan pembagian kerdja
jang lama dengan pembagian kerdja baru, dan dengan tak
menunggu sampai persaingan membuat jang baru itu mendjadi
usang.

Djika sekarang kita bajangkan pada diri kita keributan jang


seperti demam ini terdjadi pada waktu jang sama diseluruh pasar
dunia, maka akan dapat dimengerti bagaimana pertumbuhan,
48

akumulasi dan konsentrasi kapital mengakibatkan suatu


pembagian kerdja jang tidak putus², dan penggunaan mesin²
baru serta penjempurnaan mesin jang lama dengan ter-gopoh²
serta pada ukuran jang lebih raksasa lagi.

Tetapi bagaimanakah keadaan² ini, jang tidak dapat


dipisahkan dari pertumbuhan kapital produktif, mempengaruhi
penentuan upah?

Pembagian kerdja jang makin besar memungkinkan


seorang buruh mengerdjakan pekerdjaan dari lima, sepuluh,
duapuluh orang; karena itu memperlipatgandakan persaingan
diantara kaum buruh dengan lima kali, sepuluh kali dan duapuluh
kali lipat. Kaum buruh tidak hanja bersaing karena seorang
mendjual dirinja lebih murah daripada lainnja; mbersaing karena
satu orang mengerdjakan pekerdjaan lima, sepuluh, duapuluh
buruh; dan pembagian kerdja jang mulai digunakan oleh kapital
dan terus-menerus ditingkatkannja memaksa kaum buruh
bersaing dengan sesamanja menurut tjara itu.

Selandjutnja, seraja pembagian kerdja meningkat, kerdja


disederhanakan. Ketjakapan chusus daripada buruh mendjadi
tidak berharga. Ia diubah mendjadi tenaga produktif sederhana
jang sama-nada jang tak perlu menggunakan ketekunan djasmani
atau rochani jang hebat. Kerdjanja mendjadi kerdja jang tiap
orang dapat mengerdjakan. Karena itu, saingan² mengerumuninja
dari segala sudut, dan disamping itu kita mengingatkan pembatja
49

bahwa makin sederhana dan mudah dipeladjarinja kerdja, makin


rendah biaja produksi jang diperlukan untuk menguasai kerdja itu,
makin merosotnja upah, sebab, seperti harga setiap
barangdagangan lain, ia ditentukan oleh biaja produksi.

Karena itu, seraja kerdja mendjadi makin tak memuaskan,


makin mendjidjikkan, persaingan bertambah dan upah berkurang.
Buruh berusaha mempertahankan djumlah upahnja dengan
bekerdja lebih banjak, baik dengan menambah djam kerdjanja,
ataupun dengan memproduksi lebih banjak dalam satu djamnja.
Didorong oleh kekurangan, maka ia memperbesar lagi pengaruh
djelek daripada pembagian kerdja. Akibatnja jalah semakin banjak
ia bekerdja, semakin sedikit upah jang diterimanja, dan alasannja
sederhana sadja jalah bahwa ia bersaing sedemikian luas dengan
teman²nja buruh, dan karenanja, membuat mereka mendjadi
sedemikian banjak pesaing jang menawarkan dirinja djustru
dengan sjarat² sedjelek jang ditawarkannja sendiri, dan karena
itu, dalam tingkat terachir ia bersaing dengan dirinja sendiri,
dengan dirinja sendiri sebagai anggota dari klas buruh.

Mesin² membawa akibat jang sama dalam ukuran jang


djauh lebih besar, dengan menggantikan buruh ahli dengan tidak
ahli, laki² dengan wanita, orang dewasa dengan anak². Mesin
membnawa akibat jang sama, ditempat ia mulai digunakan setjara
baru, dengan melemparkan buruh kerdjatangan ke-djalan² setjara
besar²an, dan ditempat ia dikembangkan, diperbaiki dan diganti
dengan mesin² jang lebih produktif, dengan melepas buruh
50

setjara sekelompok² ketjil. Kita telah melukiskan diatas, dalam


garis² besar, tentang perang keindustrian dari kaum kapitalis
diantara mereka sendiri; perang ini mempunjai keistimewaannja
bahwa pertempuran²nja dimenangkan bukan dengan penarikan
melainkan lebih dengan pelepasan tentara [armada-EC] kerdja.
Djendral²nja, kaum kapitalis, bersaing satusamalain siapakah jang
dapat melepas serdadu industri jang terbanjak.

Para ahli ekonomi memang memberitahukan kita, bahwa


buruh jang mendjadi berlebihan karena mesin, mendapatkan
tjabang² pekerdjaan jang baru.

Mereka tak berani menjatakan setjara langsung bahwa


buruh itu djuga jang sudah dipetjat mendapatkan tempat didalam
tjabang² kerdja jang baru. Kenjataan² sesungguhnja hanja
menjatakan bahwa alat² pekerdjaan jang baru akan terbuka bagi
bagian² lain dari klas buruh, umpamanja, bagi bagian dari
generasi muda kaum buruh jang telah siap memasuki tjabang
industri jang telah binasa itu. Ini, sudah tentu, hiburan jang besar
bagi buruh jang ditjabut warisannja. Kaum kapitalis jang sangat
terhormat tidak pernah kekurangan akan darah dan daging baru
jang akan dihisap, dan akan membiarkan jang mati mengubur
orang² mati mereka. Inilah suatu hiburan jang diberikan burdjuasi
lebih banjak kepada dirinja sendiri daripada jang mereka berikan
kepada kaum buruh. Andaikan seluruh klas buruh-upahan
dilenjapkan oleh mesin², betapa mengerikan hal ini bagi kapital
jang, tanpa kerdja-upahan, tak lagi mendjadi kapital!
51

Tetapi, marilah kita umpamakan, bahwa buruh jang


langsung dilempar dari pekerdjaan mereka oleh mesin², pada
menunggu pekerdjaan ini, mendapatkan djabatan baru. Apakah
orang mengira bahwa ini akan dibajar setinggi pekerdjaan jang
telah hilang? Itu akan bertentangan dengan semua hukum
ekonomi. Kita telah melihat bagaimana industri modern
senantiasa mengakibatkan suatu keperdjaan jang lebih pelik dan
tinggi dengan pekerdjaan jang lebih sederhana dan rendah.

Maka bagaimanakah suatu massa buruh jang telah


dilemparkan dari suatu tjabang industri oleh mesin bisa
mendapatkan tempat ditjabang lain djika tidak dibajar lebih
rendah dan lebih djelek?

Buruh jang bekerdja dalam pembuatan mesin² itu sendiri


dinjatakan sebagai suatu keketjualian. Segera setelah lebih banjak
mesin² diperlukan dan dipergunakan dalam industri, katanja,
mesti ada penambahan mesin², karenanja djuga pembuatan
mesin² dan djuga pekerdjaan buruh didalam pabrik² pembuatan
mesin; dan kaum buruh jang bekerdja dalam tjabang ini dikatakan
kaum ahli, bahkan terdidik.

Sedjak tahun 1849, pernjataan ini jang bahkan sebelumnja


hanja setengah benar, kehilangan segala kemiripan akan
kebenaran, karena mesin² jang semakin ber-matjam² telah
digunakan dalam pabrik pembuatan mesin, tidak lebih dan tidak
kurang daripada dalam pembuatan benang kapas, dan kaum
52

buruh jang dipekerdjakan dalam pabrik² mesin jang dihadapkan


dengan mesin² jang tinggi penjempurnaannja, hanja dapat
mendjalankan peranan mesin² jang tinggi ketidaksempurnaannja.

Tetapi sebagai ganti orang telah dipetjat oleh karena


mesin, pabrik mempekerdjakan mungkin tiga anak dan satu
wanita! Dan bukanlah upah satu orang laki² harus mentjukupi
untuk tiga anak dan seorang wanita? Bukankah upah minimum
harus mentjukupi untuk memelihara dan membiakkan rasnja?
Maka, apakah jang dibuktikan oleh kata² jang disukai burdjuasi
ini? Tidak lain daripada bahwa sekarang dihabiskan hidup buruh
empat kali lebih banjak daripada dulu untuk memperoleh nafkah
bagi satu keluarga buruh.

Marilah kita simpulkan: Makin banjak kapital produktif


tumbuh, makin banjak pembagian kerdja dan penggunaan mesin²
diperluas. Makin banjak pembagian kerdja dan penggunaan
mesin² diperluas, makin diperluaslah persaingan diantara buruh
dan makin susutlah upah mereka.

Lagipula, klas buruh mendapatkan tjalon-tjalon dari


lapisan² atasan masjarakat djuga; suatu massa pengusaha
industri ketjil dan rentenir ketjil dilemparkan kebawah kedalam
barisan² buruh, dan tidak mempunjai pekerdjaan baik apapun
ketjuali dengan mendesak mengulurkan tangannja disamping
kaum buruh. Djadi hutan tangan jang diangkat tinggi menuntut
pekerdjaan itu makin lebat seraja tangan² itu sendiri makin kurus.
53

Djelaslah bahwa sipengusaha industri ketjil tidak dapat


hidup terus dalam perlombaan, jang salahsatu sjaratnja jang
pertama jalah menghasilkan dengan ukuran jang semakin besar,
artinja, djustru mendjadi seorang pengusaha jang besar dan
bukan jang ketjil.

Bahwa bunga atas kapital berkurang dalam ukuran jang


sama sebagaimana massa dari djumlah kapital bertambah,
sebagaimana kapital tumbuh; bahwa, karena itu, rentenir ketjil
tak dapat lagi hidup dari bunganja tetapi harus menerdjunkan
dirinja kedalam industri dan akibatnja, membantu memperbesar
barisan² pengusaha industri ketjil dan dengan demikian tjalon²
untuk proletariat-semua ini sudah tentu tidak perlu pendjelasan
lebih landjut.

Achrnja, karena kaum kapitalis dipaksa oleh gerakan jang


tergambar diatas, untuk mengeksploitasi alat² produksi raksasa
jang sudah ada dalam ukuran jang lebih besar dan untuk
menggerakkan semua tuas kredit guna tudjuan ini, terdjadilah
pertambahan jang bersesuaian dalam gempa² industri, dan dalam
gempa² itu dunia perdagangan hanja dapat mempertahankan
dirinja dengan mengorbankan sebagian dari kekajaan, dari
baranghasil dan bahkan dari tenaga² produktif kepada dewa² dari
duniabawah-pendek kata, krisis² bertambah. Krisis mendjadi
makin kerap dan makin hebat sudah dari sebab ini sadja bahwa
seraja djumlah produksi, dan karenanja kebutuhan akan pasar²
jang diperluas, bertambah, pasar dunia mendjadi makin susut,
54

makin sedikit pasar² baru jang tinggal tersedia bagi penghisapan,


karena setiap krisis jang terdahulu telah menundukkan kepada
perdagangan dunia, suatu pasar jang hingga saat itu belum
direbut atau hanja dihisap sepintaslalu. Tetapi kapital tidak hidup
hanja dari kerdja. Bagaikan seorang tuanbesar jang ningrat dan
djuga biadab, ia menjeret bersama dirinja kedalam kuburan
majat² budaknja, korban ratusan buruh jang binasa dalam krisis².
Djadi kita lihat: djika kapital tumbuh dengan tjelat, persaingan
diantara kaum buruh tumbuh dengan djauh lebih tjepat, artinja
alat² pekerdjaan, bahan² keperluan hidup klas buruh berkurang
makin banjak dalam perbandingannja, dan meskipun demikian,
pertumbuhan tjepat kapital adalah sjarat jang paling
menguntungkan bagi kerdja-upahan.

KETERANGAN
1)
Jang dimaksud jalah Revolusi 23-24 Februari 1848 di Paris, 13
Maret di Wina, dan 18 Maret di Berlin.

2)
Istilah "tenagakerdja" tidak ditambahkan disini oleh Engels, tetapi
sudah ada didalam teks jang diterbitkan oleh Marx dalam Neue
Rheinische Zeitung.

3)
Lihat hlm. 21-22 dari brosur ini.

ooo0ooo

Anda mungkin juga menyukai