Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DEDI MIZWAR

KELAS : C2
TUGAS : REVIEW BACAAN “STRUKTUR MASYARAKAT KAPITALIS”
MATA KULIAH : TEORI-TEORI SOSIAL KLASIK

Dalam tulisan kali ini akan dibahas review bacaan yang berkaitan dengan struktur
masyarakat kapitalis dalam buku Franz Magniz-Suseno dan George Ritzer.

Dalam ulasan George Ritzer, kapitalis merupakan sistem ekonomi di mana sejumlah
besar pekerja yang memiliki sedikit produksi komoditas untuk keuntungan sejumlah kecil
kapitalis yang memiliki semua hal berikut: komoditas, alat produksi komoditas, dan waktu
kerja pekerja, yang mereka membeli melalui upah. Franz Magniz-Suseno juga membahas
kapitalisme dalam dalam konsep nilai lebihnya Marx.

1. Komoditas dan Ajaran tentang Nilai Lebih Karl Marx


Pandangan Marx tentang komoditas berakar pada orientasi materialisnya,
dengan fokusnya pada aktivitas produktif para aktor (pemilik modal). Pandangan
Marx bahwa dalam interaksi mereka dengan alam dan dengan aktor lain, orang
menghasilkan objek yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Benda-benda ini
diproduksi untuk penggunaan pribadi atau untuk digunakan oleh orang lain di
lingkungan terdekat. Kegunaan seperti itulah yang disebut Marx sebagai nilai guna
komoditi. Marx menemukan inti masyarakat kapitalis di dalam komoditas.
Masyarakat yang didominasi oleh objek yang nilai utamanya adalah pertukaran
menghasilkan kategori orang tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx
adalah proletariat dan kapitalis. Buruh yang menjual tenaganya dan tidak memiliki
alat produksi sendiri adalah proletariat. Mereka tidak memiliki alat atau pabrik
sendiri. Marx percaya bahwa kaum proletar pada akhirnya akan kehilangan
keterampilan mereka sendiri karena mereka semakin sering melayani mesin yang
telah dibangun keterampilan mereka di dalamnya. Karena para buruh (proletariat)
memproduksi hanya untuk pertukaran, mereka juga konsumen. Karena mereka tidak
memiliki sarana untuk memproduksi kebutuhan mereka sendiri, mereka harus
menggunakan upah mereka untuk membeli apa yang mereka butuhkan.
Konsekuensinya, kaum proletar sepenuhnya bergantung pada upah mereka untuk
hidup. Ini membuat proletariat bergantung pada mereka yang membayar upah.
Ajaran tentang nilai lebih terdiri atas empat subteori: teori tentang nilai
pekerjaan, teori tentang nilai tenaga kerja, teori tentang nilai-lebih, dan teori tentang
laba (provit). Nilai pakai adalah nilai barang yang diukur dari kegunaanya untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan nilai tukar adalah nilai barang kalau dijual
belikan dipasar (nilainya dalam bentuk uang). Marx berpendapat bahwa “waktu kerja
social yang perlu”. Maksudnya waktu rata-rata yang diperlukan dalam sebuah
masyarakat dengan kepandaian kerja tertentu untuk membuat barang itu. Sedangkan
yang dimaksudkan dengan teori nilai pekerjaan adalah nilai tukar segenap barang
ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang masuk kedalam produksinya. Menurut Marx
dalam sistem ekonomi kapitalis tinggi upah buruh yang tepat ditentukan oleh cara
yang sama. Nilai tenaga kerja sama seperti nilai setiap komoditi ditentukan oleh
jumlah pekerjaan yang perlu untuk menciptakanya. Maka nilai tenaga kerja adalah
jumlah nilai semua komoditi yang perlu dibeli oleh buruh agar ia dapat hidup. Marx
mengandaikan bahwa dalam keadaan ekonomi normal majikan yang membeli tenaga
kerja buruh itu akan membayar upah yang sesuai. Jadi nilai lebih adalah diferensi
antara nilai yang diproduksikan selama satu hari oleh seorang pekerja dan biaya
pemulihan tenaga kerjanya. Menurut Marx nilai lebih itulah satu-satunya sumber laba
sang kapitalis.
Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi
ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. Nilai merupakan
faktor utama menetukan harga komoditi. Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya
dikenal dengan istilah “Surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang
tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng
lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yang
telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
2. Fetisisme Komoditas
Komoditas adalah hasil kerja manusia, tetapi dapat dipisahkan dari kebutuhan
dan tujuan penciptanya. Karena nilai tukar bebas dari komoditas yang sebenarnya dan
tampaknya ada di dunia yang terpisah dari penggunaan manusia, kita dituntun untuk
percaya bahwa benda-benda ini dan pasarnya memiliki eksistensi mandiri. Dalam
kapitalisme yang berkembang penuh, kepercayaan ini menjadi kenyataan karena
objek dan pasar mereka benar-benar menjadi fenomena yang nyata dan independen.
Komoditas mengambil realitas eksternal yang independen dan hampir mistis. Marx
menyebut proses ini fetisisme komoditas. Di dalam konteks ini fetis yang dijelaskan
oleh Karl Marx merupakan dalam konteks hasil yang kita buat sendiri kemudian kita
mendewakan dan mengagungkan hasil ciptaan kita sendiri, inilah yang di kritik oleh
Karl Marx.
Dalam sistem kapitalisme, produk yang kita buat, nilainya, dan ekonomi yang
terdiri dari pertukaran kita, semuanya tampak memiliki kehidupannya sendiri, terpisah
dari kebutuhan atau keputusan manusia. Bahkan kerja kita sendiri yang menurut Marx
menjadikan kita benar-benar manusia menjadi komoditas yang dijual dengan tangan,
kerja memperoleh nilai tukar yang terpisah dari kita. Maka dalam konteks ini buruh
teralienasi (keterasingan) dari dirinya sendiri.
3. Ekploitasi dan Konflik Kelas
Eksploitasi dalam pandangan Marx merupakan inti kritik didalam cara kerja
kapitalisme. Ekploitasi inilah yang merupakan cara pemilik modal untuk mendapat
keuntungan lebih tanpa harus memperhatikan nasib dan kesejahteraan kaum pekerja.
Kaum kapitalis membayar pekerja kurang dari nilai yang dihasilkan pekerja dan
menyimpan sisanya untuk diri mereka sendiri. Praktik ini membawa kita ke konsep
sentral Marx tentang nilai lebih, yang didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai
produk ketika dijual dan nilai unsur-unsur yang dikonsumsi dalam pembentukan
produk itu (termasuk kerja pekerja). Kaum kapitalis dapat menggunakan laba ini
untuk konsumsi pribadi, tetapi hal itu tidak akan mengarah pada perluasan
kapitalisme. Sebaliknya, kaum kapitalis memperluas perusahaan mereka dengan
mengubah laba menjadi basis untuk penciptaan lebih banyak lagi nilai lebih.
Menurut Marx kelas itu akan ada sejauh mana individu menempatkan diri
dalam konflik. Dalam kapitalisme, analisis Marx menemukan dua kelas utama:
borjuasi dan proletariat. Borjuasi adalah sebutan Marx untuk kapitalis dalam ekonomi
modern. Borjuasi memiliki alat-alat produksi dan mempekerjakan buruh upahan.
Konflik antara borjuasi dan proletariat adalah contoh lain dari kontradiksi material
yang nyata. Kontradiksi ini tumbuh dari kontradiksi yang disebutkan sebelumnya
antara buruh dan kapitalisme. Tak satu pun dari kontradiksi ini dapat diselesaikan
kecuali dengan mengubah struktur kapitalis atau dengan jalan revolusi.

Beberapa Catatan:

Dalam Franz Magniz-Suseno dan George Ritzer ada beberapa kritikan yang menjadi
antitesa apa yang di teorikan oleh Marx. Bahwa yang tidak bisa dibantah di dalam sistem
kapitalis ialah mereka terus berkembang dan terus berinovasi mengembangkan sehingga
antara pemilik modal dan buruh yang di teorikan oleh Marx selalu bertentangan menjadi
terbantahkan dalam realitas hari ini. Pada dasarnya Marx menteorikan bahwa antara kelas
buruh dan pemilik modal selalu bertentangan sehingga menuju kearah adanya konflik. Tetapi
Marx juga lupa bahwa semua itu dapat diatasi dengan hubungan diplomasi, perundingan yang
menyebabkan antara kepentingan buruh dan pemilik modal menjadi sejalan. Dengan
beberapa inovasi yang di lakukan dalam sistem kapitalisme, ini akan menghambat dan
bahkan mencegah terjadinya revolusi yang di teorikan Marx sebagai bagian dari keharusan
sejarah yang berujung pada kehancuran kapitalisme itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai