Anda di halaman 1dari 4

Tugas Teori Sosial

Astuti Sri Pawening (2106673535)


Ahada Fukaro (2106777662)

REVIEW KRITIS KARL MARX


(Commodities - The Fetishism Of Commodities and The Secret Thereof)

Kekuatan pendorong dari Kapitalisme terdapat didalam eksploitasi dan alienasi tenaga
kerja. Sumber dari keuntungan baru dan nilai tambahannya adalah adalah bahwa majikan
membayar buruh-buruhnya untuk kapasitas kerja mereka menurut nilai pasar. Namun hasil yang
didapatkan tidak sebanding dengan usaha buruh terkait pendapatan majikan. Para majikan berhak
memiliki nilai keluaran (output) yang baru karena mereka memiliki alat-alat produksi (kapital)
yang produktif. Dengan menghasilkan keluaran sebagai modal bagi majikan, para buruh
terus-menerus mereproduksikan kondisi kapitalisme melalui pekerjaan mereka.1
Karl Marx sebagai tokoh yang punya sejarah panjang dalam karyanya tentang
kapitalisme. Berangkat dari karyanya mengenai komoditas sebagai sudut pandang dalam
menempatkan segala hal sebagai yang matrealism. Pemikirannya ini ingin menempatkan bahwa
hubungan alam dengan kebutuhan yang memaksa individu memproduksi barang untuk
kebutuhan hidupnya. Terciptanya sebuah nilai guna dan nilai tukar sebagai sebuah konsep dari
adanya kegiatan ekonomi. Konsep komoditas yang melahirkan nilai guna suatu barang yang
dapat diinterpretasikan sebagai nilai dari sebuah barang baik secara fisik maupun non-fisik dan
juga konsep akan adanya nilai tukar sebagai yang dipertukarkan langsung untuk pemenuhan
kebutuhan hidup. Nilai tukar menjadi hal yang sering dijumpai disekitar kita apalagi pada jaman
nenek moyang sebelum mengenal mata uang mereka melakukan transaksi ekonomi
menggunakan tukar barang yang sekiranya berharga. Contohnya menukar 5 sepatu untuk
membeli roti, karena sepatu tidak memiliki nilai guna untuk mengatasi lapar. Pandangan Karl
Marx sebagai suatu hal yang misterius pada karyanya yakni:
“A commodity is therefore a mysterious thing, simply because in it the social character of
men’s labour appears to them as an objective character stamped upon the product of that
labour; because the relation of the producers to the sum total of their own labour is
presented to them as a social relation, existing not between themselves, but between the
products of their labour. This is the reason why the products of labour become commodities,
social things whose qualities are at the same time perceptible and imperceptible by the
senses2”
Lebih lanjut lagi menurut Karl Marx nilai tukar sebuah barang bergantung kepada jumlah
atau waktu yang ditentukan dalam pengerjaan barang. Dalam arti nilai tukar sebuah barang yang
diperjualbelikan di pasar ditentukan oleh besaran nilai mata uang3. Sementara itu, nilai guna
diukur dari gunanya suatu barang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Nilai guna
tergantung dari macam barang dan kebutuhan di dalam masyarakat. Nilai guna tidak ditentukan
oleh waktu yang diperlukan untuk membuatnya. Nilai tukar sebuah barang sangat ditentukan
oleh intensitas pekerjaan di dalam mengerjakan sebuah barang. Meski demikian, nilai sebuah
barang tidak ditentukan oleh kerja individu, melainkan oleh apa yang dinamakan oleh Karl Marx
dengan “waktu kerja sosial yang diperlukan“. Artinya, waktu yang rata-rata diperlukan dan
dengan kepandaian tertentu untuk membuat barang tersebut di dalam masyarakat. Namun apa
yang sudah dipaparkan Karl Marx tidak relevan dengan keadaan di masa pandemi yang

1
Zulkifli Razak, Perkembangan Teori Sosial (Menyongsong Era Post Modernism), CV Sah Media, Makassar, Februari 2017, hal. 39
2
Karl Marx, Capital Volume 1 - Section 4: The Fetishism Of Commodities and The Secret Thereof, (Progress Publisher, Russia: 1867),
hal. 47-48. Diakses dari https://www.marxists.org/archive/marx/works/download/pdf/Capital-Volume-I.pdf
3
Ibid, hal. 53
Tugas Teori Sosial
Astuti Sri Pawening (2106673535)
Ahada Fukaro (2106777662)
perekonomian masyarakat dalam keadaan lemah. Marx tidak memberikan solusi alternatif terkait
bagaimana cara melihat nilai suatu barang di dalam keadaan sulit.
Keterwakilan karakter sosial yang terwujud dalam produk yang dikerjakan menjadi suatu
hal yang dianggap misterius. Seolah-olah produk yang dihasilkan oleh seorang produsen menjadi
gambaran umum apa yang karakter yang dimiliki pemilik tersebut. Pembangunan relasi sosial
terjadi pada produk jika konsumen melihatnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan
diharapkan. Misalnya merk tas GUCCI sebagai brand mewah dengan harga tas ratusan juta
karena hampir semua produknya tidak punya seri yang sama dan dibuat dengan tangan. Hal ini
menjadi sebuah image yang dibangun produsen bahwa karakter sosial yang dimiliki produsen
sebagai hal-hal yang bersifat manual jauh dari modernisasi.
Membahas mengenai relasi sosial dalam kapitalisme Marx selalu memandang bahwa
relasi sosial yang terjadi di bidang ekonomi erat kaitannya dengan kegiatan yang melibatkan
barang. Seseorang konsumen dapat menjalin sebuah relasi sosial dengan hanya melakukan
aktivitas pembelian barang yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya
konsumen membeli skincare merk X lewat platform belanja online untuk kebutuhan dalam
perawatan tubuh secara tidak langsung telah melibatkan diri pada hubungan sosial dengan
banyak orang; dimulai dari para peneliti bahan - karyawan pengemasan - produsen - platform -
kurir pengantar serta antrian pengemasan dan pengiriman. Contoh kegiatan tersebut secara
tersirat bahwa terdapat jalinan relasi sosial kuat yang selalu kita lakukan setiap kali membeli
produk atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pemikirannya dalam komoditas menempatkan gagasan baru mengenai fetisisme
komoditas. George & Douglas berpendapat fetisisme komoditas memberi ekonomi suatu realitas
objektif independen yang berada di luar aktor dan paksaan terhadapnya4. Pemaparan singkatnya
Marx ingin membawa aktor ke struktur sosial yang lebih luas dengan menempatkan
perilaku-perilaku aktor teralienasi, karena produksi barang mereka pada akhirnya bukan untuk
kebutuhan mereka namun meluas menjadi sebuah tuntutan pasar.
Jika Marx menitik beratkan sebuah fetisisme komoditas menjadi adanya kapitalisme
dalam indvidu tentu ini hal yang tak terbantahkan. Contoh nyata sering sekali ditemui di
Indonesia saat ini apalagi mengenai kebijakan-kebijakan kerja yang dirasa sangat
menguntungkan pemilik modal. Penerapannya pada studi kasus Tokopedia yang memanfaatkan
brand ambassador BTS dan Blackpink untuk penaikan market dengan promo diskon pada
barang di hari-hari tertentu menjadi sebuah perilaku tentang tuntutan pasar global. Selain itu hal
ini juga menjadikan pertanyaan bahwa keuntungan yang diperoleh hanya akan berguna untuk
mengembangkan platform namun tidak berlaku dengan karyawan. Hilangnya relasi sosal karena
hanya menguntungkan satu pihak.
Menurut Marx dalam bukunya Das Kapitalis, fetisisme komoditas muncul sebagai akibat
dari produk kapitalis. Fetisisme terjadi apabila konsumsi individu terhadap suatu produk
(komoditas) tidak berada pada level yang dibutuhkan, tetapi pada level dimana individu tersebut
bahkan tidak mengetahui fungsi utama produk (komoditas) tersebut. Pada fetisisme komoditas,
kebutuhan seorang individu didominasi dan dikaburkan oleh suatu objek kenikmatan atau
kepuasan semu yang diperoleh dari komoditas tersebut. Namun pendapat Marx dibantah oleh

4
George Ritzer & Douglas J Goodman, Teori Sosiologi Klasik sampai Teori Sosial Modern, (Kreasi Wacana, Bantul : 2011).
Hal. 61
Tugas Teori Sosial
Astuti Sri Pawening (2106673535)
Ahada Fukaro (2106777662)
Baudrillard dengan teori Konsumsinya.5 Baudrillard memberikan sebuah analogi hotel-hotel
berbintang bersaing untuk memberikan kamar terbaik maupun atraksi hiburan. Persaingan serupa
terjadi di kapal pesiar dengan kapasitas kapal yang dapat mengangkut banyak orang serta
fasilitas hiburan yang disediakan. Mereka juga percaya pada diskon yang diberikan Mall, meski
diskon itu seringkali hanya tipuan. Harga tanda masuk harian atau mingguan ke taman hiburan
mengilustrasikan kalkulabilitas dalam alat-alat konsumsi. Pada intinya Baudrillard menjelaskan
bahwa fetisisme komoditas bukan adalah suatu hal buruk jika digunakan sebagai alat untuk
bersaing demi mendapatkan keuntungan lebih.

5
Muhammad Azwar, Teori Simulakrum Jean Baudrillard Dan Upaya Pustakawan Mengidentifikasi Informasi Realitas, Jurnal Ilmu Perpustakaan
& Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Vol. 2 No. 1, hlm. 38-48
Tugas Teori Sosial
Astuti Sri Pawening (2106673535)
Ahada Fukaro (2106777662)

REFERENSI

Azwar, Muhammad. (2014). Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan Mengidentifikasi
Informasi Realitas. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, Vol. 2 No. 1

Marx, Karl. (1867). Capital Volume 1 - Section 4: The Fetishism Of Commodities and The Secret
Thereof, (Progress Publisher, Russia: 1867), hal. 47-48. Diakses dari
https://www.marxists.org/archive/marx/works/download/pdf/Capital-Volume-I.pdf

Razak, Zulkifli. (2017) Perkembangan Teori Sosial (Menyongsong Era Postmodernism). CV


Sah Media: Makassar

Ritzer, George & Douglas J Goodman. 2011 Teori Sosiologi Klasik sampai Teori Sosial
Modern, (Kreasi Wacana, Bantul : 2011).

Anda mungkin juga menyukai