Anda di halaman 1dari 18

KARL MARX DAN DAS KAPITAL

Ditulis Oleh: Ismantoro Dwi Yuwono


Anggota Landless (Labour and Class Struggle Studies)

Tulisan ini adalah laporan penulis teradap hasil membaca tulisan Rob
Sewell yang terdapat dalam sebuah buku yang berjudul
Understanding Marx‟s Capital: A Reader‟s Guide, ditulis oleh Adam
Booth dan Rob Sewell, serta diterbitkan oleh Wellred Books, pada
tahun 2017.

Pandahuluan
Karl Marx benar, ketika mengatakan, bahwa pada titik tertentu,
kapitalisme akan menghancurkan dirinya sendiri (Nouril Roubini,
Wall Street Journal, 13 Agustus 2011)

Marx pernah melontarkan canda seperti ini, “Akan sangat


„tidak praktis‟ apabila aku meninggal dunia, sebelum aku
menyelesaikan karyaku, Das Kapital”.

Kalau pun, pada akhirnya, Marx tidak dapat menyelesaikan karyanya


tersebut, paling tidak dia telah menyelesaikan manuskripnya, yaitu
jilid pertama tentang kapital, walaupun dia selesaikan melalui banyak
penundaan. Karya itu, dia selesaikan pada musim gugur tahun 1867,
dan karya itu sempat juga dia terbitkan sendiri. Namun begitu,
sampai ajal menjemputnya (death), jilid-jilid berikutnya tidak dia
selesaikan, dan catatan-catatan yang tercecer juga tidak dia satukan.
Friedrich Engels lah yang berjasa menyatukan karya-karya yang
tercecer itu, dan kemudian menerbitkannya.

Ketika Karl Marx tiba di pengasingannya, London, pada tahun 1847,


pengasingan yang ternyata harus dia jalani hingga akhir hidupnya,
dia merasa memiliki tanggung jawab untuk membongkar misteri dari
bekerjanya sistem kapitalisme.
Di kota metropolitan, London, Karl Marx segera melakukan
studi untuk memproduksi karya tulisnya. Untuk kepentingan itu, dia
mengumpulkan dan menyeleksi berbagai bahan bacaan ekonomi
klasik yang dia temukan di kota metropolitan itu. Catatan-catatan
Marx, selama periode pengumpulan dan penyeleksian itu,
menunjukkan kuatnya pengaruh penulis-penulis seperti Adam Smith,
J.B. Says, David Ricardo, McCulloch, James Mill, Sismondi, Jeremy
Bentham, dan masih banyak lagi lainnya. Karl Marx membutuhkan
waktu selama sepuluh tahun, sepuluh tahun kerja keras, untuk
memproduksi karya yang terbit sebelum dia menulis “Das Kapital”.
Karya itu, adalah “Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi-Politik”. Karya
yang terbit pada tahun 1859.
Karl Marx adalah seorang penulis yang sangat teliti dalam
menuliskan hasil studinya. Tidak hanya teliti, dia juga sangat rinci
dalam memberikan penjelasan yang terkait dengan hasil studi yang
dilakukannya selama bertahun-tahun. Ketelitian dan kerincian itu,
dapat dilihat dalam tulisan-tulisan persiapannya (outline) yang dia
tulis sepanjang tahun 1857—1858, sebuah karya raksasa yang
ketebalannya nyaris mencapai 1000 halaman jika dicetak dalam
bentuk buku bacaan.
Marx mempelajari ekonomi klasik Inggris, karena di negeri
itulah, ekonomi kapitalisme memperlihatkan kemajuannya, paling
maju di antara negara-negara di dunia. Kemajuan ekonomi Inggris
tidak dapat dilepaskan dari dorongan semakin majunya
perkembangan alat-alat produksi di sana.
Pada saat mempelajari perekonomian di negeri Inggris, Marx
tidak hanya mempelajari trend terbaru perekonomian yang sedang
berkembang, tetapi dia juga berupaya untuk menelisik kekurangan-
kekurangan dan kontradiksi yang terkandung di dalamnya. Karl
Marx, melalui penelitiannya itu, berhasil menumbangkan mitos kalau
sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi tertinggi dan
sempurna. Namun begitu, Marx juga mengakui bahwa para ekonom-
ekonom pendahulunya tersebut memiliki kontribusi besar terhadap
dinamika pembangunan manusia.
Marx melakukan penyelidikan terhadap sistem perekonomian
semenjak perjuangan kelas belum berkembang. Hal itu,
memungkinkan dia untuk memberikan kajian secara lebih luas
terhadap subjek penelitiannya.
Melalui penelitiannya tersebut, Marx menemukan, bahwa teori
ekonomi yang dihasilkan oleh David Ricardo—sebagai wakil dari
intelektual ekonomi borjuis yang agung—menyingkapkan terjadinya
kontradiksi antarkelas, kontradiksi antara upah dan keuntungan,
dan kontradiksi antara sewa dan keuntungan. Penemua-penemua itu,
dijadikan sebagai titik awal penelitiannya.
Teori ekonomi-politik David Ricardo pada hakikatnya
mendasarkan diri pada teori nilai kerja, teori yang kemudian
diperkuat dan dikembangkan oleh Karl Marx. Namun begitu, teori
Ricardo itu, bias prasangka kelas. Kondisi itulah, yang kemudian
mendorong Marx untuk menyimpulkan bahwa teori ekonomi klasik
borjuis “telah mencapai batas yang tidak dapat dilewatinya1”. Teori
yang dirumuskan oleh Ricardo itu, tidak mampu menemukan
kontradiksi nyata yang terjadi di dalam sistem perekonomian
kapitalisme, dan oleh karena itulah teori itu bermasalah. Karl Marx
hadir untuk memecahkan masalah yang cukup mendasar itu.
Para ekonom borjuis yang paling berpandangan maju, pembela
yang menganggap diri mereka berpandangan netral terhadap tatanan
sistem ekonomi-politik kapitalisme, tidak memiliki kemampuan untuk

1
Karl Marx, Das Kapital, Jilid Pertama. Halaman: 24.

2
mengritik basis perekonomian masyarakat borjuis—teori nilai kerja
dan nilai lebih. Bahkan, dalam perkembangannya, mereka
meninggalkan begitu saja teori nilai kerja demi mengembangkan teori
utilitas, teori yang pada hakikatnya tidak berguna. Walaupun tidak
berguna, teori itu memiliki manfaat untuk mengamankan sistem
perekonomian kapitalisme. “David Ricardo sendiri tidak pernah
memedulikan teori nilai lebih yang dirumuskannya”, begitu kata Karl
Marx. Lebih jauh, Marx berkata, “Penerus-penerus ajaran Ricardo pun
hanya menghindari masalah yang muncul dari teori yang dirumuskan
oleh Ricardo sendiri ketimbang berupaya untuk mencari penyelesaian
masalahnya. Hal itu, mereka lakukan bukan tanpa sebab. Mereka
berupaya untuk menghindari masalah itu, karena ketika mereka lebih
jauh membongkar permasalahan itu, mereka akan membahayakan
sistem perekonomian kapitalisme, mereka akan menembus terlalu
dalam permasalahan-permasalahan yang mendasar yang datang dari
penyelidikan asal-usul munculnya teori nilai lebih (surplus value)”.2

Teori dan Praktik


Karl Marx adalah seorang revolusioner dan komunis pertama dan
terutama yang “membaptis” dirinya sendiri sebagai orang yang
berkomitmen untuk mengakhiri tatanan sosial masyarakat lama
berdasarkan kepemilikan pribadi. Baginya, teori dan praktik adalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan antarsatu sama lain.
Keterkaitan antara teori dan praktik revolusioner adalah hal
yang mendasar dalam ajaran Marx. Namun begitu, hari ini, banyak
akademisi, para Marxis analitik, yang lebih cenderung menyibukkan
diri untuk merumuskan teori di pucuk “menara gading”. Mereka tidak
secara tegas dan lugas menghubungkan antara teori dan praktik
revolusioner, pendekatan yang mereka lakukan terhadap ekonomi-
politik kapitalisme sepenuhnya abstrak, mekanis, dan tanpa harapan.
Mereka tidak memiliki kemampuan dialektis untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang paling rumit terkait dengan eksistensi
sistem perekonomian kapitalisme, di antara mereka adalah G.A.
Cohen, John Roemer, dan Robert Brenner. Ketiga revisionis Marxisme
itu menolak dialektika Marxis. Selain mereka, ada David Harvey.
Walau pun, David Harvey menerima pentingnya metode dialektika
Marxis, namun rumusan teorinya agak agnostik. “Aku bukanlah orang
yang berprinsip, bahwa kaum Marxis analitik keliru. Mereka sah-sah
saja merevisi teori revolusioner Marx menjadi model positivisme” begitu
kata David Harvey. “Ada kemungkinan para revisionisme itu, benar”,
lanjut David Harvey.3
Kaum Marxis analitik yang menyatakan bahwa metode
dialektika Marxis tidak diperlukan lagi dalam membangun teori dan

2
Karl Marx, Ibid. Halaman: 651—652.
3
David Harvey, A Companion to Marx’s Capital. Halaman: 13.

3
memberikan analisis terhadap kehidupan sosial adalah pernyataan
yang sangat keliru. Tidak hanya penting untuk membangun teori dan
menganalisis fenomena sosial, metode dialektika, memainkan
perananan yang sangat signifikan dalam memahami ajaran-ajaran
Marx. Menolak metode dialektika Marxis, sama saja menolak esensi
ajaran Marx. Terkait dengan hal itu, Lenin pernah melancarkan
serangan terhadap model-model kaum Marxis yang seperti itu. Lenin,
telah sejak lama, mengatakan, “Pemahaman menyeluruh tentang
dialektika Marxis, termasuk dialektika yang dirumuskan oleh Georg
Wilhelm Friedrich Hegel, adalah syarat utama untuk memahami
ajaran-ajaran Marx, terutama ajaran Marx tentang kapital. Lebih jauh,
Lenin mengatakan, “Tindakan membuang metode dialektika Marxis,
pada setengah abad yang lalu, membuat kaum Marxis seperti itu
benar-benar tidak memahami Marx!!.” Apa yang pernah dikatakan
Lenin itu, tepat, mengingat pemahaman tentang Marxisme
revolusioner, sampai dengan saat ini, semakin merosot.
Karl Marx sendiri mengakui, metode dialektika yang dia
gunakan untuk merumuskan berbagai teori, termasuk rumusan-
rumusan teori yang terkandung di dalam Das Kapital, tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel.
Dia mengakui, bahwa Hegel sebagai seorang intelektual yang
terkemuka sekaligus sebagai mentor Marx dalam filsafat. Karl Marx di
dalam Edisi ke-2 “Das Kapital” yang diterbitkan di Jerman
mengatakan, “Sisi yang membingungkan dari dialektika Hegelian telah
aku kritik hampir tiga puluh tahun yang lalu. Namun begitu, aku
mengakui secara terbuka, aku adalah murid dari pemikir hebat itu ...
[tidak seperti halnya yang dilkakukan oleh intelektual-intelektual
lainnya, Hegel diperlakukan seperti “anjing mati”] ... dan bahkan, di
sana-sini, di dalam bab-bab Das Kapital ini, terutama di bagian teori
nilai, teori Hegel aku gunakan secara istimewa. Memang harus diakui,
di tangan Hegel, metode dialektika mengalami mistifikasi. Hegel berdiri
di atas kepalanya. Posisi Hegel itu, harus dijungkirbalikkan jika Anda
ingin memahami sisi rasional dari dalam cangkang mistik filsafat
Hegel”4.
Minat Karl Marx terhadap ekonomi-politik berpusat pada
keyakinannya bahwa terjadinya revolusi sosialis ada kaitannya
dengan terjadinya krisis kapitalisme. Gagasan itu, menjadi aspek
penting dari konsepsi Marx tentang materialisme historis, yang
menggariskan bahwa basis ekonomi masyarakat adalah fondasi yang
mendasari suprastruktur politik, seperti hukum, partai politik,
moralitas, dan sebagainya. Namun begitu, hubungan antara basis
ekonomi dan suprastruktur itu tidak terjalin di dalam hubungan yang
bersifat linear dan sederhana, tetapi bersifat dialektis dan kompleks.
Karl Marx menganalisis dan kemudian memberikan
kesimpulan bahwa kunci dari perkembangan masyarakat terletak

4
Karl Marx, Op.Cit. Halaman: 29.

4
pada pengembangan berbagai kakuatan produksi: industri, sains, dan
teknik. Ketika masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan itu, ketika itulah akan terjadi krisis di
dalam masyarakat. “Pada tahap perkembangan tertentu, terjadi
benturan atau pertentangan antara kekuatan produksi dan hubungan
produksi di dalam kehidupan masyarakat. Benturan itu, adalah
ungkapan yang nyata dari hukum-hukum perkembangan masyarakat,
hukum kepemilikan terhadap alat-alat produksi, hukum yang telah
berjalan hingga hari ini. Dalam perkembangannya, hubungan antara
kekuatan produksi dan hubungan produksi menjadi belenggu bagi
terjadinya perubahan sosial. Belenggu inilah yang kemudian
mendorong meletusnya revolusi sosial”5.
Sejarah mencatat, untuk pertama kalinya, sosialisme utopis
ditransformasikan menjadi sosialisme ilmiah—suatu tahap yang
dibutuhkan untuk mendorong terjadinya perkembangan sejarah dan
masyarakat, perkembangan yang menempatkan perjuangan kelas
sebagai agen perubahan dari sistem sosial yang satu ke sistem sosial
lainnya, perubahan yang berujung pada tergantikannya masyarakat
lama, yang dikuasai oleh penguasa yang semakin ketinggalan zaman,
dengan masyarakat yang lebih baru, perubahan yang mengarah ke
kemenangan kelas proletar.

Eksploitasi, Profit, dan Krisis


Para ekonom borjuis, dalam ranah kajian ekonomi-politik, hanya bisa
melihat lalu-lintas dalam dunia perdagangan sebatas hubungan
antarkomoditas. Berbeda halnya dengan Karl Marx. Marx dengan
sangat brilian melihat bahwa ekonomi (lalu-lintas di dalam dunia
perdagangan) tidak lain adalah manifestasi dari hubungan konkret
antarmanusia atau hubungan antarkelas di dalam masyarakat.
Karl Marx mengungkapkan secara mendalam di dalam karya
yang ditulisnya, Das Kapital, rahasia eksploitasi di bawah
cengkraman sistem kapitalisme. Marx menunjukkan, bahwa kelas
pekerja atau buruh telah dipaksa untuk bekerja keras membanting
tulang bukan untuk kepentingan si buruh sendiri, tetapi untuk
kepentingan pihak yang mempekerjakannya—kelas kapitalis atau
pemilik modal, sedangkan si buruh sendiri hanya mendapatkan upah
yang besarnya hanya cukup untuk mepertahankan hidupnya
(tersubsistensi).
Marx juga mengungkapkan, bahwa produksi nilai lebih, sebagai
syarat dapat beroperasinya modus produksi kapitalis, berasal dari
hasil kerja kelas buruh yang tidak dibayarkan kepada si buruh itu
sendiri. Melalui mekanisme pengisapan nilai lebih, kelas buruh
dipaksa untuk bekerja keras menghasilkan nilai lebih demi menutup
upah mereka, sekaligus menghasilkan nilai lebih yang akan masuk ke

5
Karl Marx, Kata Pengantar untuk Karya Kontribusi Terhadap Kritik
Ekonomi-Politik.

5
kantong uang pemilik alat produksi. Dengan begitu, jam kerja buruh
dalam memproduksi barang dagangan (komoditas), pada hakikatnya,
terbagi menjadi dua, yakni jam kerja yang diperuntukan untuk upah
buruh agar buruh dapat terus hidup dan memproduksi komoditas
secara berkelanjutan, dan jam kerja yang diperuntukkan untuk
memproduksi nilai lebih. Nilai lebih inilah, yang kemudian dirampas
oleh kelas kapitalis sebagai syarat agar kelas penindas ini dapat tetap
eksis. Dengan kata lain, agar kelas kapitalis bisa terus menjalankan
bisnisnya, mereka harus mengambil alih atau merampas nilai lebih
yang diproduksi melalui curahan kerja, darah, dan keringat kelas
buruh.
Modal yang dikeluarkan oleh kelas kapitalis untuk
dialokasikan ke pengadaan bahan baku dan mesin, dan kemudian
digunakan untuk menciptakan komoditas, tidak menciptakan nilai
baru. Dengan kata lain, nilai konstan yang terkandung di dalam
modal tidak berubah. Ketika dalam proses produksi bahan baku dan
mesin mengalami penyusutan bukan berarti penyusutan itu
menciptakan nilai baru, proses itu hanya mengalihkan modal dari
modal konstan ke komoditas, tidak lebih. Tenaga kerja manusia atau
buruhlah yang menciptakan nilai baru, bukan modal konstan yang
menciptakannya, modal konstan hanyalah tenaga kerja mati. Jika
keseluruhan nilai baru yang diciptakan oleh buruh dialokasikan
seluruhnya kepada kelas buruh, kelas kapitalis tidak akan
memperoleh keuntungan apapun.
Karl Marx menjelaskan, bahwa nilai tenaga kerja manusia
(upah) ditentukan secara sosial, tidak ditentukan secara arbitrer
melalui durasi atau berapa jam yang dibutuhkan untuk memproduksi
suatu komoditas secara orang per orang. Dengan kata lain, lama
waktu kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu komoditas
dan berapa upah yang harus diberikan kepada buruh ditentukan
secara sosial. Dengan begitu, jika A membutuhkan waktu 1 jam
dengan upah Rp50.000 untuk memproduksi satu stel pakaian, maka
begitu juga yang dibutuhkan secara sosial oleh si B. B tidak bisa
menuntut upah lebih tinggi, katakan saja Rp100.000, dengan dalih
dia telah memproduksi satu stel pakaian dengan waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh A,
misalnya B membutuhkan waktu 2 jam. Upah yang diterima oleh B
tunduk pada ketentuan yang ditetapkan secara sosial.
Nilai tenaga kerja yang dijelmakan dalam bentuk upah yang
diterima oleh buruh dialokasikan oleh si buruh sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap makanan, tempat tinggal,
dan kebutuhan hidup lainya. Pemenuhan terhadap berbagai
kebutuhan hidup itu, dapat memungkinkan kelas buruh tetap
bekerja, dan mereproduksi buruh-buruh baru atau calon-calon
budak upah melalui pembangunan keluarga bermodel keluarga
borjuis. Ringkasnya, upah yang diterima oleh buruh dari tuan

6
kapitalis hanya diperuntukan sebatas agar buruh dapat bertahan
hidup.
Dalam kondisi buruh yang tersubsistensi seperti itu, kelas
buruh tidak bisa membeli komoditas yang dia ciptakan sendiri.
Komoditas itu, terlalu mahal bagi buruh yang menciptakannya,
sehingga mereka tidak bisa membelinya. Di sinilah letak kontradiksi
antara penciptaan komoditas dan tindakan mengkonsumsi
komoditas. Kontradiksi yang diatasi oleh kelas kapitalis dengan cara
menanam keuntungan atau profit (surplus value) secara terus-
menerus berdasarkan tingkat produksi komoditas dan keuntungan
yang diperoleh. Tanam modal, dapat keuntungan, tanam kembali,
tanam modal, dapat keuntungan, tanam kembali, begitu terus tanpa
henti.
Namun, ketika cara itu digunakan untuk mengatasi
kontradiksi ada masalah serius yang dihadapi oleh sistem
kapitalisme. Ketika kelas kapitalis menanamkan kembali modal
(surplus value)-nya akan terjadi peningkatan jumlah produksi
komoditas, dan jumlah itu akan semakin terus meningkat apabila
kelas kapitalis secara terus-menerus menanamkan modalnya
kembali. Dengan cara seperti itu, pasar pun akan kelebihan
komoditas, terjadi over produksi. Kondisi seperti itu, oleh Karl Marx
disebut dengan, “Epidemi produksi berlebih”, disebut epidemi karena
kondisi seperti itu terjadi pada setiap perusahaan yang
dioperasionalkan dengan menggunakan sistem kapitalisme. Sebuah
fenomena yang khas kapitalisme. Kelebihan produksi itu bukan
hanya tidak untuk didistribusikan kepada masyarakat luas—
terutama masyarakat yang membutuhkannya, melainkan juga untuk
mengatasi kontradiksi sebagaimana disebutkan di depan. Dengan
kata lain, hal itu dioperasionalkan semata-mata agar kapitalisme
dapat terus berproduksi dan memperoleh keuntungan. Ringkasnya,
hakikat produksi komoditas tidak diorientasikan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia, tetapi diorientasikan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun begitu, ketika terjadi over produksi, bukan
keuntungan yang diperoleh oleh kapitalis, tetapi tidak terjualnya
komoditas di pasar.

“Sistem pabrik yang memiliki kapasitas luar biasa untuk


berkembang, mendorong terjadinya lompatan besar yang
luar biasa pula”, tulis Marx di dalam karya agungnya,
Das Kapital, jilid pertama, “dan ketergantungan sistem
pabrik terhadap pasar dunia, tentu saja, mendorong
terjadinya siklus seperti ini: Terjadi produksi komoditas
berlebih, akibatnya komoditas menguap di pasar, terjadi
kontraksi pasar, yang kemudian menyebabkan distribusi
komoditas mengalami kelumpuhan. Akhirnya, proses
produksi menjadi rangkaian seperti ini: Periode aktivitas
moderat—munculnya kemakmuran [di kalangan kelas

7
kapitalis]—terjadi overproduksi—munculnya krisis—dan
stagnasi”.6

Terjadinya kemerosotan dalam penerimaan keuntungan atau


nilai lebih (surplus value) memiliki efek yang lebih jauh dan serius,
yakni pemulihan ekonomi kapitalisme semakin melemah dari waktu
ke waktu. Inilah hakikat dari sifat krisis kapitalisme, dan dengan
begitu krisis yang dialami oleh kapitalisme tidak hanya bersifat krisis
siklus, tetapi juga krisis organik. Ketika terjadi krisis organik, ketika
terjadi booming komoditas, ketika itulah terjadi kemerosotan tajam
dalam jangka waktu yang lama, yang berakibat sistem tidak lagi
dapat mengembangkan kekuatan produksinya yang sebelumnya
dapat dilakukan. Krisis terlemah, yang terjadi pada kondisi seperti
itu, lebih parahnya lagi, akan berdampak pada terjadi pemotongan
besar-besaran standar hidup masyarakat dan meledaknya
pengangguran secara masif. Krisis kapitalisme seperti itu adalah
krisis yang sebenarnya merupakan syarat materil yang cocok untuk
mempersiapkan aksi revolusioner. Penumbangan sistem kapitalisme,
tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional! Revolusi
permanen!

Mempersiapkan Revolusi
Tulisan Karl Marx tentang ekonomi-politik, sama seperti halnya
dengan tulisan-tulisan Marx lainnya, ditulis sebagai senjata teoritis
untuk mempersenjatai gerakan kelas buruh menumbangkan sistem
kapitalisme, dan membawa revolusi sosialis-komunis ke bumi
manusia, dan ini pula yang menjadi alasan satu-satunya Marx
menulis Das Kapital. Dia menulis masterpiece-nya itu, untuk
mencongkel keluar krisis yang terkandung di dalam tubuh sistem
kapitalisme, dan kemudian mendorong terjadinya revolusi melalui
gerakan kelas buruh yang telah dipersenjatai secara teoritis itu.
Pada saat Karl Marx menulis Das Kapital, dia tercengang
karena tulisannya itu semakin lama semakin membeludak (meluap),
konsep-konsep yang bermunculan di pikiran Marx semakin lama
semakin mengalir deras tidak terkendali. Bersamaan dengan itu,
berbagai aktivitas Marx dalam gerakan komunis, dan sakit yang
dideritanya, membuat penulisan Das Kapital tertunda cukup lama.
Kondisi seperti itulah, sebagaimana ditunjukkan di dalam surat-
suratnya, Marx merasa frustasi. Pada bulan Oktober, tahun 1864, dia
mengeluh, “Aku berharap, aku dapat menyelesaikan karyaku dalam
beberapa bulan terakhir. Aku akan menuntaskannya, dan
menunjukkan bahwa rumusan teoritis yang aku tuangkan dalam karya
ini akan menghantam sistem kapitalisme hingga hancur berkeping-
keping dan tidak dapat dipulihkan kembali”7. Namun, secara de facto,

6
Karl Marx, Op.Cit. Halaman: 580.
7
MECW, Volume 42. Halaman: 4.

8
karya Marx, Das Kapital, menuntut waktu yang lebih lama dalam
penyelesaiannya dari waktu yang telah diantisipasi oleh Marx, dan
hingga kematian Marx karya itu tidak pernah terselesaikan.
Akhirnya buku jilid pertama, “Das Kapital”, diterbitkan oleh
Marx sendiri. Pada bulan April 1867, buku itu diluncurkan
(launching). Buku itu, ditulis untuk digunakan sebagai palu ideologis
melawan para pembela kapitalis.“Jilid pertama buku ini, memberikan
ulasan tentang „proses produksi kapital (modal‟). Buku ini, tanpa
diragukan lagi, adalah senjata teoritis, rudal yang sangat mengerikan,
yang dilempar ke tengah-tengah keberadaan kaum borjuis—dan kaum
pemilik tanah (tuan tanah)”, begitu kata Marx.8
Marx mengorbankan segalanya, termasuk kesehatan dan
keluarganya, demi menyelesaikan karyanya, “Das Kapital”, demi
dapat memproduksi “rudal” (missile) penghantam sistem kapitalisme,
dan demi terciptanya senjata teoritis yang dapat digunakan kelas
buruh berjuang di ranah medan perjuangan kelas. Marx harus
menghadapi kejamnya hidup di Dean Street, Soho, London, Inggris.
Marx, terkadang, terpaksa menggadaikan jaketnya sendiri agar dapat
membayar tagihan berbagai kebutuhan hidup, dan, demi
terselesaikannya “Das Kapital”, Marx melakukan segala kemungkinan
agar dia selalu dapat mengunjungi, melanjutkan studi, dan menulis
“Das Kapital” di ruang baca British Museum.
Perpustakaan di Inggris, British Museum, adalah “tambang
emas” informasi bagi Karl Marx dalam memproduksi karya-karya
ekonomi-politik. Semenjak peraturan perundang-undangan tentang
hak cipta diberlakukan di Inggris pada tahun 1846, semua karya-
karya cetak, semua buku, majalah, pamflet, dan jurnal harus
didokumentasikan atau disimpan di British Museum. Pada saat Karl
Marx memanfaatkan ruang baca di perpustakaan itu untuk menulis
karya-karya revolusionernya ada sekitar 600.000 buku dan dokumen
lainnya yang tersimpan atau menjadi koleksi di sana yang mencakup
berbagai tema dan judul, di sana juga tersimpan salinan dari Catatan
Resmi Majelis Nasional (National Assembly Official Record—Hansard),
laporan komite parlemen, dan “buku-buku biru” (buku-buku yang
memuat berbagai laporan pemerintahan—ed.) yang memiliki nilai
dokumentasi yang luar biasa. Semua buku-buku dan dokumen itu,
terawat dan terjaga dengan baik di perpustakaan itu. Karl Marx
menulis karya-karyanya seperti “Perjuangan Kelas di Perancis”,
“Brumeire ke-18 Louis Bonaparte”, dan “Das Kapital” di sana.
Karl Marx, di dalam surat-surat yang ditulisnya, menunjukkan
bahwa penyakit dan kemiskinan yang dideritanya membuat dia dan
keluarganya hidup dengan kondisi yang menyedihkan. Dia dan
keluarganya harus menanggung beban derita yang tidak
terbayangkan, yang tentu saja menghambat Marx ketika sedang

8
MECW, Volume 42. Halaman: 358.

9
mempelajari dan mendalami ilmu, menganalisis situasi sosial, dan
menulis.

“Aku sedang berada di depan pintu kematian”, begitu


penjelasan dari Karl Marx di dalam suratnya. “Oleh
karena itu, setiap saat, aku harus memanfaatkan
waktuku untuk menyelesaikan bukuku (Das Kapital—ed.),
proses penyelesaian yang mengorbankan kesehatan,
kebahagian, dan keluargaku”.9

Surat Marx yang ditulis di Soho tersebut, adalah surat yang


mengungkapkan kesengsaraan mengerikan yang dialami oleh Marx
dan keluarganya. Ke-3 anaknya ada yang mati karena kelaparan, dan
ada pula yang mati karena mengidap penyakit yang disebabkan oleh
kemiskinan.

“Sudah seminggu ini aku tidak dapat keluar rumah


karena mantelku aku gadaikan. Selain itu, aku juga tidak
bisa memakan daging karena tidak punya uang”, tulis
Marx dalam sebuah suratnya yang ditujukan kepada
sahabatnya, Friedrich Engels.

Ketika istrinya, Jenny Von Westphalen, dan anaknya sakit, dia


menulis surat kepada Engels:

“Aku tidak dapat menghubungi dokter dan membeli obat


karena aku tidak punya uang. Selama delapan sampai
sepuluh hari terakhir ini, aku hanya dapat memberi
makan keluargaku dengan roti dan kentang, dan aku
tidak yakin dapat bertahan hidup lebih lama lagi. Roti
dan kentang yang kami konsumsi itu, tentu saja, tidak
mendukung kondisi kesehatan kami dalam iklim seperti
ini. Aku belum menulis satu artikelpun, karena aku tidak
memiliki uang sepeserpun untuk pergi dan membaca surat
kabar ... Pemilik rumah yang kami sewa pun menagih
uang sewa, dia akan mengusirku dan keluargaku karena
menunggak uang sewa terlalu lama. Aku setidaknya
membutuhkan uang sebesar £22, tetapi dalam kondisi
seperti ini tidak mungkin uang sebesar itu aku peroleh.
Utangku kepada tukang roti, tukang susu, warung makan,
dan tukang daging luar biasa menumpuknya. Aku tidak

9
MECW, Volume 42. Halaman: 366.

10
tahu, bagaimana caranya keluar dari neraka jahanam
ini? ... Aku sendiri sedang sakit.”10

Kerja Keras, Kemiskinan, dan Sakit


Hidup dalam kondisi dikepung oleh kemiskinan dan penyakit fisik
sungguh sangat melelahkan. Kelelahan itu, sangat dirasakan
terutama oleh Jenny Von Westphalen, seorang perempuan, istri Marx,
yang berasal dari keluarga aristokrasi. Walaupun, Marx mengalami
kesulitan dalam menjalani hidup sehari-hari, tetapi dia berusaha
untuk melanjutkan aktivitasnya dalam menulis karya-karyanya. Marx
bangkit melawan berbagai penderitaan yang dialaminya agar dapat
merumuskan teori-teori revolusionernya, teori-teori yang dirumuskan
untuk mempersenjatai kelas buruh dalam bertempur di medan
perjuangan kelas.
Setelah menjalani aktivitas kerja yang melelahkan (mempelajari
referensi dan menulis) di British Museum, Karl Marx, pada saat
kembali ke rumah, dia tidak beristirahat, tetapi, tanpa kenal lelah,
mempersiapkan manuskrip ekonomi-politiknya. Aktivitas itu,
biasanya dia lakukan hingga pukul 4 dini hari. Dia menulis kepada
sahabatnya, Friedrich Engels, tentang beban kerja yang melampaui
batas itu, “Bekerja dengan pola bersambung (shift-work)”, begitu tulis
Marx kepada Engels. “Pola kerja bersambung yang aku jalani ini,
seperti kerja bersambung yang dilakukan oleh babi, dan pola seperti
ini terjadi pula di pabrik-pabrik manufaktur negara Inggris. Inggris,
telah menerapkan pola-pola kerja seperti itu kepada semua buruhnya
selama 1848—1850. Ya. Pola pekerjaan bersambung yang terjadi di
Inggris itu, sebenarnya, sekarang, sedang aku jalani untuk diriku
sendiri”.
Pada awal bulan April, tahun 1851, Karl Marx berjanji akan
menyelesaikan karyanya, Das Kapital, “dalam jangka waktu 5
minggu”. Namun, ketika hari-hari berlalu, minggu berubah menjadi
bulan, dan bulan berubah menjadi tahun, Marx tidak juga
menyelesaikan karyanya. Studi yang sedang dilakukan oleh Marx,
dari waktu ke waktu, tampak sebagai pekerjaan yang megah yang
tidak memiliki akhir seperti Prometheus yang diikat di batu karang
untuk menjalani beban tiada akhir karena telah merampas api para
dewa untuk dipersembahkan kepada umat manusia. Setiap kali Marx
memeriksa kesimpulan studi ekonominya, materi ulasan yang lebih
menantang akan muncul di dalam pikirannya, materi yang
membutuhkan penyelidikan yang lebih rinci lagi.
Kerja keras Marx dalam menggarap karyanya tersebut
mendapat dukungan, topangan, dan apresiasi dari sahabatnya,
Friedrich Engels. Engels, dengan murah hati, memberikan bantuan
keuangan kepada Marx yang memungkinkan Marx dapat bertahan

10
Surat Karl Marx untuk Friedrich Engels, 8 September 1852. MECW,
Volume 39. Halaman:181—182.

11
dan terus berkarya dalam kondisinya yang menyedihkan seperti itu.
Kerja keras yang tidak sia-sia, karena, walau pun tidak selesai,
akhirnya Marx berhasil menelurkan rumusan teori revolusioner yang
mengguncang teori ekonomi-politik borjuis yang sedang berjalan pada
saat itu. Karl Marx, dalam rumusan teorinya itu, sebagaimana dia
katakan sendiri di dalam kata penangantar jilid pertama Das Kapital,
berhasil menyingkap sistem bekerjanya atau hukum bergeraknya
masyarakat modern. Sebuah karya yang megah, yang membutuhkan
pengorbanan!
Untuk dapat bertahan hidup dan menghidupi keluarganya,
Marx tidak hanya mengandalkan bantuan keuangan dari sahabatnya,
Friedrich Engels, tetapi juga aktif menulis berbagai artikel untuk
media massa, surat kabar New York Tribune, yang dia anggap sebagai
aktivitas yang membosankan karena harus menulis dengan tema-
tema dan isian yang tidak berkesesuaian dengan apa yang dia yakini.
“Sungguh sangat membosankan menulis artikel di surat kabar borjuis
ini. Selain itu, aktivitas ini benar-benar menyita waktuku untuk
menyelesaikan karya-karya ekonomi-politikku, terutama Das Kapital”,
begitu keluh Marx kepada Engels.11 Walaupun sangat membosankan,
Marx tidak memiliki pilihan lain, selain pilihan itu. Dia membutuhkan
uang untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. Walaupun
melalui aktivitasnya itu, dia menghasilkan uang, uang yang
diperolehnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya. Karl Marx harus melakukan pekerjaan yang membosankan
itu, kalau dia menolaknya, dia dan keluarganya akan binasa oleh
tekanan hidup yang datang dari segala penjuru.
Ketika Marx sedang menulis karyanya tersebut, krisis
kapitalisme muncul ke permukaan, suatu peristiwa yang pada akhir
tahun 1857 membuat Marx menulis kepada Engels, “Krisis yang
sedang dialami oleh sistem kapitalisme pada saat ini, mendorong aku
untuk bekerja semakin serius dalam menggariskan cara bekerjanya
sistem yang menindas ini. Aku akan mempersiapkan hantaman, dan
sekaligus memberikan solusi tentang sistem perekonomian apa yang
tepat untuk menggantikan sistem ini”. Semangat Marx itu, dibarengi
pula dengan keluhan, “Aku dipaksa untuk membuang-buang jam
produktifku [ ... ] hari-hariku, jam produktifku, banyak tersita hanya
untuk mencari nafkah. Hanya di malam harilah, aku memiliki
kebebasan penuh dalam menulis karya-karyaku, dan itu pun harus
aku jalani dalam keadaan sakit. Kesehatanku yang semakin
memburuk, sangat mengganguku”12 Sekali lagi, “Telah terlalu banyak
waktu yang aku gunakan bekerja di malam hari, dan terlalu banyak
rokok (tembakau) yang aku habiskan untuk menemaniku bekerja di

11
Surat Marx kepada Engels, 15 September 1853.
12
Surat Marx kepada Engels, 21 Desember 1857. MECW, Volume 40.
Halaman: 226.

12
malam hari”, begitu tulis Marx kepada Engels.13 Siapa pun, yang
berkesempatan untuk berkunjung ke kamar kerja Marx pada saat itu,
akan mendapati adanya tumpukan korek api bekas dan abu rokok
yang tersebar di mana-mana. Pemandangan yang menunjukkan
bahwa Marx adalah seorang perokok berat, dan berapa banyak rokok
yang dihisap oleh Marx di malam hari ketika dia sedang menyiapkan
manuskrip ekonomi-politiknya.
“Aku bukanlah tuan untuk waktuku sendiri, aku adalah
pelayan”, begitu kata Marx. “Hanya di waktu malam hari, Aku bebas
dari serangan orang-orang yang menagih utang, dan di malam hari
pula aku bebas dari orang-orang yang datang mengeluh kepadaku
mengenai berbagai hal, yang, tentu saja, sangat menggangguku”. Marx
seringkali mengeluh kepada Engels tentang orang-orang yang selalu
mendatanginya pada siang hari, orang-orang yang dengan bertubi-
tubi menagih utang dan mengeluh berbagai hal yang bertele-
tele.Semua itu, keluh Marx, “Mencegah Aku untuk menulis, bahkan
duduk sekalipun”. Selain itu, Marx juga mengeluhkan tentang
penyakit yang dideritanya, liver. Kondisi kesehatannya itu, semakin
membuat Marx menjalani hidup yang tidak terbayangkan
sengsaranya.
Terlepas dari berbagai kesulitan dan penyakit liver yang
diderita oleh Marx tersebut, dia terus melanjutkan studinya demi
dapat terselesaikannya “Das Kapital”. Untuk kepentingan itu, Marx
terus melakukan pengamatan, penelitian, dan analisis berbagai
literatur yang dipelajarinya. Namun, kegiatan itulah yang justru
membuat karyanya terus tertunda. Setelah Marx mempelajari satu
cluster literatur, dia kemudian merevisi apa yang telah ditulisnya.
Begitu terus, yang dilakukan oleh Marx. Dia berupaya sekeras
mungkin menyingkap sifat dasar dari bekerjanya sistem kapitalisme
dan solusi apa yang dapat digunakan untuk mengakhiri sistem yang
menindas itu. Solusi yang dikemudian hari ditemukan oleh Lenin dan
Trotsky.

Publikasi
Pada tahun 1858 terjadi krisis ekonomi yang mendalam, yang
memaksa Karl Marx mempublikasikan karya tulisnya tentang
ekonomi. Publikasi itu, memberikan kutukan terhadap krisis yang
sedang terjadi. Karya tulis itu, harus segera dipublikasikan, dan tidak
ada kesempatan lagi untuk membuang-buang waktu. “Badai krisis
telah datang, dan menyerbu dengan ganas seperti kerumunan lalat
menyerbu bangkai yang tengah membusuk” begitu kata Marx pada 22
Februari 1858. “Krisis ekonomi yang sedang menyeruak hari ini,
mendorong aku untuk bekerja lebih serius lagi dalam menyelesaikan

13
Surat Marx kepada Engels, 16 Januari 1858. MECW, Volume 40. Halaman:
249.

13
naskah ekonomi-politik. Tidak hanya itu, tetapi juga mempersiapkan
kritik tajam terhadap ekonomi kapitalis”, tulis Marx kepada Lassale.
Marx bekerja begitu intensif dalam menulis karyanya itu, dan
hasilnya adalah sebuah karya monumental berjudul “Kontribusi
Terhadap Kritik Ekonomi Politik”. Karya ini, diselesaikan oleh Marx
pada tahun 1859.
Namun, setelah karya itu diselesaikan oleh Marx, Marx
menghadapi kesulitan serius dalam hal keuangan. Kesulitan itu,
melanda Marx semenjak menit-menit terakhir penyelesaiannya.
“Manuskrip itu, bernasib sial. Manuskrip itu sudah siap untuk dikirim
ke penerbit, dan siap untuk dipublikasikan, tetapi aku tidak punya
uang untuk mengirim dan mengasuransikannya”, keluh Marx dengan
sangat kesal. Lebih jauh, Marx melanjutkan keluhannya itu dengan
nada bercanda, “Saya kira tidak ada orang yang menulis tentang uang
pada saat orang itu sedang bermasalah dengan uang”.
Terlepas dari berbagai kesulitan keuangan yang dihadapi oleh
Marx, akhirnya naskah berjudul “Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi
Politik” itu berhasil diterbitkan. Penerbitan ini, adalah sebuah
penerbitan teori “nilai” berkarakter Marxis yang untuk pertama
kalinya secara komprehensif dan terperinci membongkar esensi di
balik munculnya hubungan transaksi dalam pasar kapitalis, yakni
hubungan antarkelas yang saling bertentangan. Yang cukup menarik,
naskah buku ini dibuka dengan ulasan yang sama yang terdapat
dalam buku jilid pertama Das Kapital yang diterbitkan hampir
sepuluh tahun setelah penerbitan naskah “Kontribusi Terhadap Kritik
Ekonomi Politik” “Di lihat secara sekilas, kekayaan dalam masyarakat
borjuis maujud dalam bentuk tumpukan komoditas yang mengatur dan
mengakumulasi dirinya sendiri sebagai unit tunggal yang mandiri”.
Karena itulah, bukan merupakan kebetulan, apabila Marx dalam
melakukan analisis terhadap sistem perekonomian kapitalisme
berangkat dari analisisnya terhadap komoditas (barang dagangan).
Melalui analisisnya itu, Marx memulainya dengan menunjukan
adanya perbedaan antara nilai pakai (use value) dan nilai tukar
(surplus value). Menurut Marx, untuk membongkar sistem
perekonomian kapitalisme, harus berangkat dari analisis ini. Analisis
yang juga akan mengarahkan orang pada penyingkapan krisis
ekonomi dan karakter mendasar yang terkandung di dalamnya.
Naskah “Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi Politik”, bagaimanapun
juga, adalah ancangan dalam membangun teori ekonomi-politiknya
yang lebih besar: Das Kapital.
Jilid pertama Das Kapital diterbitkan pada tahun 1867. Naskah
buku itu, pada tahun itu, diterbitkan dalam bahasa Jerman, dan
diterbitkan sepuluh tahun kemudian setelah penerbitan naskah
“Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi Politik”. Sedangkan untuk
penerbitan ke dalam bahasa Inggris, dibutuhkan waktu selama
bertahun-tahun. Rentang waktu penerbitan antara naskah
“Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi” dan “Das Kapital” adalah

14
rentang waktu yang dimanfaatkan oleh Marx untuk membangun teori
ekonomi politik. Dia bekerja tanpa kenal lelah. Dalam rentang waktu
itu pula Marx menyempatkan diri menulis draf untuk ke-2 jilid Das
Kapital lainnya, dua jilid buku dengan ketebalan yang luar biasa yang
tidak diterbitkan semasa hidupnya.
Marx dalam memproduksi karya monumentalnya, Das Kapital,
bekerja sama dengan erat dengan seorang sahabatnya, Friedrich
Engels. Sahabatnya ini, adalah sahabat yang sangat hati-hati, teliti,
dan cermat dalam menyusun dan mempersiapkan naskah yang
ditulis oleh Marx. Tidak hanya Engels, putri Marx, Laura, juga dengan
gigih ikut mempersiapkan penerbitkan karya itu. Laura menyalin dan
mencermati dengan sangat hati-hati karya dari ayah tercintanya itu
sebelum dikirimkannya kepada Friedrich Engels untuk mendapatkan
koreksi sebelum pada akhirnya disepakati.
Naskah buku Das Kapital diselesaikan pada awal bulan
Agustus, yakni 16 Agustus 1867. “Aku sangat senang, karena aku
berhasil melahirkan sesosok bayi: Das Kapital. Begitu senangnya aku,
sampai-sampai kujilati bayi itu. Betapa sangat menyakitkannya aku
melahirkannya”, kata Marx kepada Engels. Lebih jauh, Marx segera
melontarkan serangkaian ucapan kepada sahabatnya itu, “Aku
ucapkan banyak terima kasihku kepadamu, dan hanya itu yang dapat
aku berikan kepadamu. Tanpa pengorbanan darimu, aku tidak
mungkin dapat menyelesaikan kerja raksasa ini. Kerja yang telah
melahirkan Jilid ke-1, ke-2, dan ke-3 Das Kapital. Aku peluk engkau
dengan penuh terima kasih, sahabatku”.
Di dalam kata pengantar untuk Das Kapital jilid pertama, Marx
mengatakan bahwa Das Kapital jilid pertama adalah sebuah karya
dari kelanjutan karya yang dia tulis sebelumnya pada tahun 1859,
yakni naskah buku “Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi Politik”.
Dalam kata pengantar itu pula Marx meminta maaf karena
penerbitan Das Kapital tertunda sangat lama. “Rentang waktu yang
begitu lama antara “Kontribusi Terhadap Kritik Ekonomi Politik” dan
“Das Kapital” disebabkan oleh penyakitku yang aku idap selama
bertahun-tahun, penyakit yang sangat menggangguku dalam
penyelesaian karya ini”, tulis Marx dalam kata pengantar itu. Das
Kapital edisi berbahasa Inggris tidak terbit berbarengan dengan
terbitan edisi berbahasa Jerman. Edisi berbahasa Inggris terbit 20
tahun kemudian setelah edisi berbahasa Jerman, dan diterbitkan
setelah kematian Marx. Dalam proses penerbitkan edisi berbahasa
Inggris, Enggels, selaku sahabat dan kolaborator Marx, melakukan
pengawasan dengan ketat.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Karl Marx di tahun
1857 dan 1858 sebagai draf penulisan Das Kapital diterbitkan 100
tahun kemudian dalam bahasa Jerman setelah penerbitan Das
Kapital. Hasil studi itu, diterbitkan dan dikemas dalam bentuk buku
dengan judul “Grundrisse”. Marx, tentu saja, tidak bermaksud untuk
menerbitkan catatan-catatannya yang masih kasar (belum diolah-ed.),

15
yang berasal dari hasil analisis dan observasi itu. Draft itu, hanya
digunakan untuk catatan-catatan pribadinya, untuk mengklarifikasi
hasil karyanya yang telah diolah. “Keseluruhan materi yang ada di
depan mata ini, hanyalah sebagai monograf (catatan untuk bagian
tertentu-ed.),” begitu kata Marx. “Monograf itu, hanya aku gunakan
untuk catatan pribadi, hanya untuk klarifikasi diri, bukan untuk
dipublikasikan...”14
Namun begitu, Grundrisse karya Marx tersebut adalah sebuah
karya yang menunjukkan bagaimana Marx akan menyelesaikan
karyanya, Das Kapital. Grundrisse ditemukan di antara tumpukan-
tumpukan manuskrip lainnya setelah kematian Marx. Setelah
ditemukan, karya itu ditulis kembali secara sistematis, diedit, dan
kemudian diterbitkan. Karya itu, mengandung pemikiran Marx yang
sangat menarik, yang memberikan ulasan terhadap terjadinya
kontradiksi yang mendasar di dalam sistem perekonomian
kapitalisme. Selain itu, Marx juga memberikan ulasan terhadap krisis
kapitalisme. Walaupun sangat menarik, sekali lagi, karya Marx itu,
sebagaimana ditekankan oleh Marx sendiri, adalah manuskrip
(catatan-catatan tangan-ed.) hanyalah “sketsa yang terfragmentasi”
dan hanya sekedar “hipotesis dari hasil analisis yang masih harus
diverifikasi”.
Proses verifikasi adalah proses yang sangat penting dilalui.
Bahkan dapat dikatakan bahwa hal itu adalah aspek yang terpenting
dalam karya Marx. Saat menulis Grundrisse, Marx membedah
argumen lawan-lawannya, dan itu dia lakukan baris demi baris.
Penguasaannya terhadap matematika dialektik memungkinkan dia
untuk melakukan pembacaan, pemahaman, dan penilaian secara
menyeluruh dan komprehensif (lengkap). Dia tidak mengisolasi teori-
teori yang dilontarkan oleh lawan-lawannya, dia hadapi semua
dengan pemikirannya yang kritis dan dialektis. Melalui cara ini, dia
mampu melahirkan teori orisinal tentang nilai lebih (surplus value).
Dengan ditemukan teori orisinal itu, dia mampu menggulingkan teori-
teori tentang keuntungan (profit) yang dibangun sebelumnya oleh
lawan-lawannya. Terkait dengan penggunakan metode dialektika, dia
dengan jujur mengakui kontribusi dari Wilhelm Friedrich Hegel
terhadap teori Marxis yang dibangunnya. “Aku mempelajari logika
Hegel kembali, menjungkir balikannya, dan aku gunakan untuk
membangun metode analisisku sendiri”, begitu pengakuan Marx.
Keluasan penelitian yang dilakukan oleh Karl Marx pada tahun
1857 dan 1858 yang terbukukuan ke dalam tujuh buku (Grundrisse)
dengan halaman yang sangat tebal. Di dalam buku-buku itu, dia
menguraikan pemikirannya tentang sistem ekonomi dan tawaran
sistem ekonomi alternatif di masa depan. Di antara tahun 1861 dan
1863, Marx merevisi draft aslinya, dan dia merevisinya kembali

14
Marx and Engels. Selected Works. Page 361. 1962.

16
antara tahun 1863 dan 1865. Dia merevisi itu, sebelum Das Kapital
selesai ditulis dan diterbitkan.
Pada tahun 1867, ketika Marx berhasil menyelesaikan draf
untuk menyusun tiga jilid naskah buku “Das Kapital”, ketika itulah
dia menunjukkan kehebatannya yang luar biasa. Dia, dalam proses
penyelesaian itu, terlibat dalam kerja-kerja keorganisasian. Ketika itu,
dia bergabung dengan Liga Kaum Pekerja Internasional atau yang
biasa disebut juga dengan Internasional Pertama.
Walaupun Karl Marx pada saat itu tergabung dalam aktivitas
politik, dan terinfeksi berbagai penyakit fisik yang mematikan, semua
itu tidak mencegahnya untuk tetap menelurkan karya-karya ekonomi
teoritisnya. Bahkan di tahun-tahun terakhirnya, dia berupaya keras
untuk terus berkarya. Hingga akhir tahun 1879, tidak lama sebelum
kematian merenggut nyawanya, Marx terlibat dalam analisis terhadap
krisis industri yang saat itu sedang menggeliat. “Fenomena yang
terjadi pada saat ini bersifat tunggal, dalam banyak hal berbeda
dengan apa yang mereka pikirkan di masa lalu”, tulis Marx kepada
Nikolai Danielson, “dan ini—terlepas dari keadaan yang
dikondisikan—dengan mudah dapat diperhitungkan. Krisis yang
terjadi di Inggris didahului oleh terjadinya krisis yang luar biasa, dan
sekarang telah berlangsung selama berahun-tahun di Amerika
Serikat, Amerika Selatan, Jerman, Austria, dan lain-lain. Marx
menyimpulkan, “Oleh karena itu, penting untuk melihat hal-hal yang
sedang terjadi hari ini, dan menghubungkannya dengan proses
pendewasaan sebelum anda menyantap dan memproduksinya,
maksudku „secara teoritis‟”.
Setelah kematian merenggut Marx, Marx menyerahkan
penerbitan Das Kapital kepada sahabatnya, Friedrich Engels.
Friedrich Engels adalah satu-satunya orang yang dapat meneruskan
bangunan teori Marxis yang telah dibangun oleh Marx dengan hasil
yang memuaskan. Engels dengan sabar, teliti, dan intensif
mempersiapkan Das Kapital jilid kedua dan ketiga, dan lalu
menerbitkannya.

Sebuah Monumen Teori Revolusi


Walaupun ada kesulitan dalam memahami tulisan-tulisan Marx di
dalam Das Kapital, hal itu tidak menyurutkan semangat revolusioner
kaum komunis untuk mempelajarinya. Bahkan kesulitan itu,
berdampak positif terhadap gerakan revolusioner kelas pekerja.
Karena dengan kesulitan itu, buku Das Kapital dapat masuk ke
kalangan gerakan kelas pekerja di Rusia, lolos dari sensor rezim
feodal Tsar yang menganggap buku Das Kapital sulit untuk dipahami,
dan hanya dikonsumsi oleh kaum intelektual, dan oleh karena itu,
tidak akan berpengaruh pada gerakan revolusioner. Namun, mereka
salah. Kaum revolusioner di tanah Rusia dengan kesabaran yang luar
biasa membaca dan memahaminya. Tidak berhenti sampai di situ,
mereka dengan bersemangat membacanya dengan keras bagian per

17
bagian, bab demi bab, di lingkaran-lingkaran studi kelas pekerja yang
mereka bentuk, di sekolah kader Partai Bolshevik (Partai Komunis
Rusia). Tidak berhenti sampai di situ, mereka juga mendiskusikan
pemahaman mereka kepada kawan-kawan di lingkaran diskusi
tersebut. Melalui kerja-kerja keorganisasian kaum revolusioner Rusia
itulah, Das Kapital menjelma menjadi “Kitab Suci” bagi kelas pekerja,
dan digunakan sebagai bahan ajar teoritis di sekolah-sekolah yang
didirikan oleh kaum revolusioner. Melalui buku itu, mereka
memahami benar kontradiksi yang berdenyut di jantung sistem
perekonomian kapitalisme. Hingga hari ini, teori-teori Marx yang
dibukukan dalam Das Kapital menjadi monumen konkret sebuah alat
perjuangan kelas. Monumen yang bukan terbuat dari marmer, tetapi
terbuat dari teori revolusioner.
“Kau tahu, aku telah mengorbankan seluruh kekayaan dalam
hidupku untuk perjuangan revolusioner”, tulis Marx dalam sebuah
surat yang ditulis untuk menantunya, Paul Lafargue. “Aku tidak
menyesali itu semua. Justru sebaliknya, jika aku mati dan kemudian
hidup kembali aku akan memulai kehidupan yang sama seperti yang
sudah aku lakukan”.
Kapitalisme yang ber-evolusi menjadi kapitalisme modern hari
ini menunjukkan kebenaran teori ekonomi revolusioner yang
dirumuskan oleh Karl Marx. Terjadinya kemerosotan ekonomi pada
tahun 2008 dan terjadinya krisis di Eropa yang meluas dalam skala
internasional melahirkan radikalisasi politik dan perkembangan yang
bergejolak. Kondisi seperti itu, memberikan bahan analisis
revolusioner dalam tradisi Marxian.
“Cara kapitalis berproduksi memberikan kekayaan pribadi pada
kelas kapitalis”, ekstrak pemikiran Marx dalam jilid pertama Das
Kapital. “Ini adalah negasi pertama dari properti individu yang
dikuasai oleh kelas kapitalis, produksi dilakukan secara kolektif oleh
kelas pekerja, namun hasilnya direnggut secara individual. Ini adalah
bentuk konkret dari hukum negasi dari negasi. Kelas kapitalis telah
melahirkan negasi untuk dirinya sendiri. Kondisi seperti ini, akan
dihancurkan oleh kekuatan kelas pekerja, kelas pekerja akan
menuntut digulingkannya kepemilikan individu dan kemudian diubah
menjadi kepemilikan bersama, baik kepemilikan terhadap tanah
maupun alat-alat produksi”.
“Lonceng kematian kapitalis telah berdentang” simpul Marx.
“Para penjarah di jarah”.

18

Anda mungkin juga menyukai