Anda di halaman 1dari 14

A.

BIODATA

Piero Sraffa (1898-1983)

Nama : Piero Sraffa (1898-1983)

Tanggal Lahir: Turin, 5 Agustus 1898

Kebangsaan : Italia

Piero Sraffa merupakan seorang ahli ekonomi yang sangat berpengaruh di dunia. Bukunya yang
berjudul "Production of Commodities by Means of Commodities" digunakan oleh sekolah
ekonomi Neo-Ricardian. Ia terlahir di Turin, Itali dari pasangan kaya Angelo dan Irma Sraffa.
Ayahnya merupakan seorang profesor dalam bidang hukum perdagangan dan juga dekan di
Bocconi University di Milan. Sraffa menempuh studinya di kotanya dan merupakan lulusan
universitas lokal serta meneliti inflasi yang terjadi di Itali selama dan setelah perang dunia
pertama. Salah satu dosen ekonomi yang menjadi inspirasinya adalah Luigi Einaudi yang
kemudian berhasil menjadi presiden di Itali.

Ia melanjutkan studinya di London School of Economics pada tahun 1921 dan 1922. Di sana ia
ditunjuk sebagai direktur buruh lokal di Milan, profesor dalam politik ekonomi di Perugia,
Cagliari, dan Sardinia. Dalam masa ini ia sempat bertemu dengan Antonio Gramsci yang
merupakan pemimpin partai komunis di Itali yang paling berpengaruh. Mereka kemudian
menjadi sahabat dekat, utamanya karena pandangan ideologi mereka yang sama. Sraffa juga
memiliki hubungan baik dengan Filippo Turati yang merupakan pemimpin partai sosialis Itali.

Pada tahun 1927, Sraffa semakin memperluas jaringan perkawanannya. Ia pun ditawari untuk
menjadi dosen di University of Cambridge. Namun ternyata Sraffa tidak terlalu suka pekerjaan
tersebut karena ia tergolong orang yang pemalu. Setelah itu ia memutuskan untuk bergabung
dengan "cafeteria group" bersama dengan Frank P. Ramsey dan Ludwig Wittgenstein, sebuah
klub yang mendiskusikan tentang Teori Kemungkinan Keynes dan Teori Friedrich Hayek dalam
sirkulasi bisnis.

Buku tulisan Sraffa yang berjudul, "Production of Commodities by Means of Commodities"


membantu penyempurnaan nilai teori "Classical Economics" yang dikembangkan oleh David
Ricardo. Ia bertujuan untuk mendemonstrasikan kekurangan dalam tendensi nilai teori
neoclassical dan mengembangkan sebuah analisis alternatif.

B.PEMIKIRAN

Teori-teori/ Pemikiran Piero Sraffa

- Teori persaingan tidak sempurna


Sraffa mengambil dan mengembangkan karyanya dari tahun 1925 yang berjudul The law of
Return Under Competitive Condition untuk menunjukkan inkonsistensi teori Marshall tentang
harga, yang menurutnya, untuk setiap aset:

· harga keseimbangan ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan dan penawaran.

· kurva penawaran, simetris dengan permintaan itu, didasarkan pada hukum yang meningkat
(bagian pertama) dan hukum semakin berkurang (bagian kedua).

Sraffa mencatat bahwa kedua hukum memiliki asal-usul dan bidang aplikasi yang berbeda
(karena itu tidak dapat menjelaskan dua bagian dari kurva yang sama): hukum semakin
berkurang diterapkan awalnya ekonomi dan diakuisisi oleh kelangkaan tanah sebagai faktor
produksi (teori sewa diferensial dari David Ricardo ), hukum hasil yang semakin meningkat
diterapkan pada perusahaan individu dan diakuisisi oleh manfaat daripembagian kerja . Yang
pertama memungkinkan untuk mempelajari hukum distribusi, kedua orang produksi. Marshall ,
namun diperpanjang hukum yang semakin berkurang untuk setiap faktor produksi yang langka
dan menggantikan ekonomi eksternal untuk pembagian kerja untuk memotivasi peningkatan
hasil. Dalam kasus apapun, perhatia Sraffa terhadap Marshall yakin dia bisa menentukan
keseimbangan perusahaan individu dalam industri tertentu dengan menganalisis sedikit demi
sedikit dalam produksi dan asumsi situasi yang sama di perusahaan lain di industri yang sama
dan seluruh ekonomi, Akan Tetapi:

Seperti yang menurun, ada dua kasus:

jika baik yang diproduksi dengan menggunakan proporsi yang signifikan dari faktor langka,
sedikit peningkatan produksi berarti peningkatan yang signifikan dalam biaya yang baik, baik
barang lainnya yang produksinya digunakan; diikuti oleh permintaan yang lebih rendah untuk itu
baik dan faktor langka, maka penahanan biaya mereka;

jika baik yang diproduksi dengan menggunakan sejumlah kecil faktor langka, sedikit
peningkatan produksi diterjemahkan ke dalam pengurangan lebih kuantitas faktor langka yang
digunakan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam penggunaan umum yang lebih besar;
peningkatan faktor biaya karena itu diabaikan;

Seperti yang meningkat, Marshall sama mencatat bahwa ekonomi eksternal tidak dapat dikaitkan
dengan jelas kepada industri tertentu, tetapi secara signifikan mempengaruhi kelompok, sering
besar, industri terkait; akibatnya, tidak mungkin untuk membayangkan peningkatan hasil panen
di salah satu perusahaan mengambil mereka tidak berubah dari orang lain.

Sraffa menyimpulkan bahwa, dalam persaingan sempurna, biaya produksi harus dianggap
sebagai konstan untuk perubahan kecil dalam kuantitas yang diproduksi dan teori klasik dari
biaya produksi yang lebih baik didirikan.
Kemudian mempertimbangkan kasus sebaliknya monopoli, di mana harga tidak diberikan tapi
berbanding terbalik dengan kuantitas yang dijual, dan mencatat bahwa pengalaman menunjukkan
bahwa banyak perusahaan (khususnya sebagian besar dari mereka yang memproduksi barang
konsumen) dalam kondisi operasi penurunan biaya, yang menurunkan harga untuk meningkatkan
penjualan, seolah-olah mereka beroperasi sebagai monopoli.Karena itu, perusahaan-perusahaan
ini tidak beroperasi dalam monopoli nyata, tetapi masih dapat memiliki masing-masing pasar
khususnya.

Temuan mereka kemudian akan dikembangkan oleh Joan Robinson dalam teorinya tentang
persaingan tidak sempurna .

- Teori Nilai (Production Of Commodities By Means Of Commodities Produksi komoditas oleh


sarana komoditi)

Dengan karyanya Produksi Komoditas oleh Sarana Komoditi. Awal kritik teori ekonomi ( 1960 )
bertujuan untuk meletakkan dasar teoritis untuk kritik dari sekolah ekonomi lazim di zamannya,
marjinal, dan untuk menyempurnakan teori klasik nilai ekonomi yang dikembangkan oleh
Ricardo.

Dalam karya ini, yang telah menjadi tengara dalam sejarah pemikiran ekonomi, Sraffa analisis
model produksi linier di mana dimungkinkan untuk menentukan struktur harga relatif dan salah
satu dari dua variabel distribusi (tingkat keuntungan atau upah ), mengingat eksogen l ' variabel
lain danteknologi , yang diwakili oleh jumlah fisik aset individu yang diperlukan untuk
memproduksi berbagai barang dengan output mereka.

Penentuan simultan menunjukkan bahwa nilai modal yang digunakan dapat diketahui hanya
dengan harga barang yang terdiri. Dengan cara ini mereka menjadi tidak kompatibel dengan
sistem ini teori-teori yang dimulai dari nilai-nilai data input dan menjelaskan harga dengan
remunerasi faktor-faktor ini sesuai dengan produktivitas marjinal mereka.

Pada intinya, Sraffa menunjukkan bahwa:

Anda tidak dapat menemukan hukum yang menentukan secara simultan upah dan tingkat
keuntungan (seperti remunerasi, masing-masing, tenaga kerja dan modal), karena:

tingkat keuntungan hanya dapat ditentukan dengan memperbaiki gaji (atau sebaliknya);

tidak mungkin untuk mengukur modal tanpa juga menentukan harga (termasuk keuntungan),
sehingga tidak mungkin untuk menghitung keuntungan berdasarkan nilai modal (remunerasi
nya);

Anda tidak dapat mengasumsikan bahwa semakin tinggi gaji, pekerjaan digantikan oleh modal,
karena nilai modal tergantung pada durasi investasi awal; (disebut "kembalinya teknik")
mempertimbangkan modal durasi yang berbeda, mungkin juga terjadi bahwa Anda lebih memilih
untuk mengganti tenaga kerja dengan modal bahkan jika upah meningkat; berikut bahwa tidak
mungkin untuk atribut peningkatan pengangguran upah, seolah-olah itu permintaan yang lebih
rendah untuk faktor produksi yang harganya telah meningkat.

Aparat analitis ini digunakan oleh para pengikut Sraffa juga untuk kritik terhadap teori nilai
Marx dan solusi untuk masalah transformasi nilai-nilai ke dalam harga produksi . Menurut Luigi
Pasinetti , Sraffa memungkinkan untuk mengatasi keterbatasan dari sistem input-output dari
Wassily Leontief , khususnya berkaitan dengan efek dari kemajuan teknis; pendekatan Pasinetti
baru-baru ini mengambil dan diperpanjang, selalu sejalan dengan pemikiran Sraffa, Heinz Kurz
dan Salvadori Blacks.

A.BIODATA

2.Joan Violet Robinson (1903-1983)

a. Profil

Nama : Joan Violet Robinson

Tanggal Lahir : Surrey ( Inggris), 31 Oktober 1903

Wafat : 5 Agustus 1983

Kebangsaan : Inggris Raya

Kontribusi : Teori Pertumbuhan Cambridge

Robinson terlahir dengan nama Joan Maurice di Surrey, inggris 1903. Keluarganya adalah
keluarga golongan menengah. Ayahnya seorang jenderal, penulis, dan akhir hidupnya menjadi
pemimpin sebuah akademi yang selanjutnya menjadi cikal bakal universitas London. Ibunya
seorang putri dari seorang profesor di universitas Cambridge. Robinson sekolah di St. Pauls,
sebuah sekolah khusus purti, dimana ia belajar sejarah. Kemudian Robinson meneruskan
pendidikannya ke Girton College. Kemudian ia meneruskannya lagi ke Cambridge untuk belajar
ekonomi. Beberapa tahun ia tinggal di India bersama suaminya (ahli ekonomi Austin Robinson),
Robinson menghabiskan waktunya selama setengah abad sesudah kelulusannya pada tahun 1925
untuk mengajar dan sebagai dosen di universitas Cambridge sampai tahun 1984. Pada Tahun
1930 Robinson menjadi aktivis di Cambridge Circus sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi
yang membantu Keynes.

Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah
pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge
School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam
tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-
keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika ketenaga kerjaan ditengah-tengah
depresi besar pada tahun tersebut.
Pada tahun 1933 dia menulis bukunya yang berjudul Economics of Imperfect Competition yang
memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang
penjual monopoli. Kemudian pada tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch
untuk menjadi wakil ketua dari Econometric Society. Pada tahun 1956 Joan Robinson
menerbitkan karangan besar berjudul The Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi
Keynesian dalam jangka waktu yang sangat panjang. Enam (6) tahun kemudian ia menerbitkan
buku lain tentang teori pertumbuhan, yang menjelaskan tentang konsep-konsep dari “usia
keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia mengembangkan teori pertumbuhan
Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun 1960. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam
kontroversi Cambridge bersama Piero Sraffa.

Di penghujung hidupnya dia belajar dan berkonsentrasi pada permasalahan metodologis dalam
ekonomi dan mencoba menyempurnakan dari Teori Umum Keynes. Pada tahun 1962 sampai
1980 Robinson menulis banyak buku yang mencoba membawa beberapa teori ekonomi kepada
masyarakat umum. Robinson mengusulkan untuk mengembangkan satu alternatif pengembangan
rohani dari ekonomi klasik.

Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika. Kemudian pada
tahun 1983 ia menderita stroke dan meninggal dalam usia 79 enam bulan kemudian di rumah
sakit Cambridge.

B.PEMIKIRAN

b.Pokok-pokok pikiran / teori Joan Robinson

1.Teori Persaingan Tidak Sempurna

Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson
serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under
Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic
Competition pada tahun 1933.

Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara
sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson
dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan
produktivitas marjinalnya.

Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu
pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah
pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under
capacity, iklan dan kelembagaan.
Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep
pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang
diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi perusahaan
kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama, karena perusahaan
dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga.
Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal
yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang.
Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan
kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan
penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak
namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau
negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan
harga,dan mengurangi produksi dan penujualan.

Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan tidak
sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak
efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran
yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada
tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.

Dalam The Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam persaingan
tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai produksi mereka.
Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan ketika persaingan tidak sempurna
eksis. Dengan persaingan tidak sempurna pekerja tereksploitasi oleh pengusaha yang kuat. Untuk
mengembalikan kepada keadaan semula, Robinson memperkenalkan gagasan monopsony, suatu
kedaan dimana hanya ada satu majikan pada suatu dareh geografis tertentu atau satu majikan
bagi pekerja dengan keterampilan tertentu. Dengan hanya satu majikan yang potensial, dan
dengan banyaknya pencari kerja, maka orang-orang berada pada keadaan kerugian kompetitif.
Mereka terpaksa menerima gaji yang ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui
bahwa dunia ini tidak terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan
monopsonistik membantu dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses
tawar-menawar dan pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya tawar-menawar terhadap
beberapa perusahaan besar.

Suatu dunia ekonomi yang bercirikan persaingan tidak sempurna juga memunculkan teori baru
tentang determinasi harga, salah satunya diisyarakatkan oleh Robinson dan kemudian
dikembangkan oleh ahli ekonomi pasca Keynesian. Dalam pasar persaingan, semua perusahaan
adalah penentu harga; perusahaan harus menentukan harganya sesuai dengan kemampuan pasar
dan apa yang dilakukan perusahaan lain dalam industri tersebut. Namun, dengan persaingan
tidak sempurna, harga yang dibuat oleh produsen, yang melakukan mark-up pada biaya utama
mereka (upah dasar). Semakin kecil persaingan industri, semakin tinggi kenaikan harga. Dan
semakin tinggi kebutuhan perusahaan akan sumber daya internal untuk ekspansi, akan semakin
besar mark-upnya.

Dalam karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan
diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan teknik
geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai realitas dalam
dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar masalah ekonomi kesejahteraan
(welfare economics). Dalam penelitiannya Joan Robinson menyisipkan normatif dengan sadar
atau tidak. Misalnya, dalam pandangannya terhadap masalah monopsoni dipasar, hal itu juga
disoroti dari segi moral. Dalam hubungan ini, oleh Joan Robinson ditekankan tidak adanya
efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak sempurna. Lagi pula dalam keadaan serupa itu
terjadi pemersan terhadap tenaga kerja. Sebab, akan timbul perbedaan antara tingkat upah disatu
puhak (yang secara riil diterima oleh tenaga kerja) dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu
dipihak lain. Dalam pandangan Joan Robinson, dikala ada monopoli di pasar barang ataupun
monopsoni di pasar tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan
(exploitation).

Dalam pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya tentang
diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa perusahaan monopoli besar
menetapkan harga yang berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi Robinson orang pertama yang
menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya. Robinson menunjukan bahwa diskriminasi
harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan tidak sempurna. Melalui diskriminasi harga,
perusahaan-perusahaan monopili dapat menaikan pendapatan dan laba mereka.

Dalam pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi pasar untuk


produknya menjadi dua bagian: konsumen yang ingin dan dapat membayar dengan harga tinggi
dan konsumenyang sensitif terhadap harga. Kemudian perusahaan perlu mencari cara untuk
menetapkan harga yang lebih tinggi pada kelompok pertama. Salah satu cara adalah dengan
menetapkan harga berbeda waktu yang berbeda dalam satu hari. Karena itu, perusahaan telepon,
misalnya, akan memberikan harga yang lebih rendah pada malam hari dan akhir minggu.
Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap harga, akan membayar pada harga yang
tinggi dan individu akan membayar pada tingkat pengurangan biaya pulsa telepon terendah.
Kupon diskon juga membantu dalam pembagian pasar dan memungkinkan adanya diskriminasi
harga. Mereka yang peduli pada harga akan mengambil kupon dan membeli barang dengan harga
yang lebih rendah; jadi mereka tidak akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan
harga dengan tawar-menawar seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga.
Disini para penawar, karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat membeli mobil
dengan harga yang lebih murah dari pada mereka yang tidak mau menawar.
2. Teori Produktivitas Distribusi Marjinal

Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson,
berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama
“Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari
kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari
modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari
produk marjinalnya. Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan
menimbulkan debat sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang
kemungkinan pengukuran modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.

Pembentukan kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu menghubungkan
tingkat keuntungan dengan kuantitas modal. Masalahnya adalah modal bukanlah barang yang
homogeni (seperti tenga kerja) yang dapat dihitung dan dijumlah. Modal bisa terdiri atas pabrik-
pabrik besar dan kecil, bagian perakitan, palu dan obeng, computer dan perangkat lunak. Barang-
barang ini tidak memiliki persamaan yang membuat kita bisa mencari “jumlah” modal, Karena
itu diperlukan pendekatan yang lain.

Cara tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau
kemungkinan kemampulabaan dimasa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa menjelaskan
persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori yang menjelaskan apa yang
menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap
bisa menjelaskan tingkat keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampulabaan
modal untuk mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi
produktivitas marjinal harus diabaikan.

Kritik Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makroekonomi dari
Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori distribusi, maka penawaran
tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak
lagi punya alasan kuat untuk percaya kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu
turunnya upah. Demikian juga, jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil
maka tidak ada alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan
lapangan kerja penuh.

3.Model Akumulasi Modal Joan Robinson

Joan Robinson didalam bukunya The Accumulation of Capital mmebangun model pertumbuhan
ekonomi yang sederhana berdasarkan “aturan main kapasitas’. Model ini “tidak begitu banyak
berkaitan dengan pergeseran ekuilibrium dalam perekonomian kapitalis, tetapi ditambah dengan
pengkajian sifat-sifat pertumbuhan ekuilibrium”.

Model robinson didasarkan pada asumsi berikut:


a) Perekonomian liberal yang tertutup

b) Dalam perekonomian itu hanya ada buruh dan modal sebagai faktor produksi

c) Untuk memproduksi suatu output tertentu, modal dan buruh dipergunakan dengan proporsi
tetap

d) Kemajuan teknik yang netral

e) Tidak ada kelangkaan buruh dan pengusaha dapat mempekerjakan buruh sebanyak yang
mereka sukai

f) Hanya ada dua kelas pekerja dan pengusaha yang menjadi penerima pendapatan nasional

g) Para pekerja sama sekali tidak menabung dan membelanjakan seluruh upahnya untuk
konsumsi

h) Para pengusaha sama sekali tidak mengkonsumsi tetapi menabung dan menanamkan
keseluruhan pendapatan mereka (yang didapat dari laba) untuk pembentukan modal. “ Jika
mereka tidak memperoleh laba, para pengusaha itu tak dapat menumpuk modal, dan kalau tidak
menumpuk modal, mereka tidak memperoleh laba”.

i) Tidak ada perubahan dalam tingkat harga.

Pendapatan nasional netto di dalam model Robinson adalah jumlah rekening upah total plus
keuntungan total, yang dapat dinyatakan sebagai:

Y = wN + pK

dimana Y adalah pendapatan nasional netto, w tingkat upah nyata, N jumlah buruh yang
dipekerjakan, p tingkat keuntungan dan K jumlah modal. Disini Y adalah fungsi N dan K.
Karena tingkat keuntungan amatlah penting didalam teori akumulasi modal, hal itu dapat
dinyatakan sebagai:

P = (Y – wN) / K

Dibagi dengan N, p = [(Y / N) - w] / (K / N)

Dengan mengganti Y/N = 1 dan K/N=q (theta), kita peroleh:

P = (1-w) / q

Jadi tingkat keuntungan adalah rasio antara produktivitas buruh minus rekening upah nyata total
terhadap jumlah modal yang dipergunakan untuk setiap unit buruh. Dengan kata lain, tingkat
keuntungan (p) tergantung pendapatan (Y), produktivitas buruh (1), tingkat upah nyata (w) dan
rasio modal-buruh (q).
Pada sisi pengeluaran (expenditure), pendapatan nasional netto (Y) sama dengan

pengeluaran konsumsi (C) plus pengeluaran investasi (I),

Y=C+I

Karena Joan robinson mengasumsikan bahwa tabungan dari upah adalah nol dan hanya
pengusaha yang menabung, keuntungan diartikan untuk investasi saja, maka kita peroleh :

S=I

Hubungan tabungan-investasi ini dapat dinyatakan sebagai:

S = pK

Dan I = DK [DK adalah kenaikan dalam modal nyata]

p K = DK

atau p = DK/K = (1-w)/ q

karena tingkat pertumbuhan modal (DK/K) sama dengan p (tingkat keuntungan), maka ia
tergantung pada rasio hasil netto dari modal (net natural on capital) relatif terhadap stok modal
tertentu. Jika pendapatan naik dan tingkat upah tetap, maka tingkat keuntungan akan cenderung
meningkat. Tingkat keuntungan dapat juga naik jika rasio modal-buruh turun. Dengan cara inilah
para pengusaha memaksimalkan keuntungan.

4.Teori Perdagangan Internasioal

Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia
internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan nilai tukar atau
aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus
perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan
membuat harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi
ekspor. Negara yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih
murah dinegara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan
harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.

Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu
mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan
pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit
perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun
dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang
dan jasa dari Negara lain sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan.
Tapi hal ini berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang
yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran
mereka juga meningkat.

Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional


dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang
waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi
Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat
perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.

Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry manufaktur,
maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan memperbesar
investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak
lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat
memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari
surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Relevansi Teori Joan Violet Robinson

1. Teori Persaingan Tidak Sempurna

2. Teori Produktivitas Marginal

3. Model akumulasi Modal

4. Teori Perdagangan Internasional

5. Edward Hasting Chamberlin (1899-1967)

A.BIODATA

Edward Hastings Chamberlin (18 Mei 1899 - 16 Juli 1967) adalah seorang ekonom Amerika. Ia
lahir di La Conner, Washington, dan meninggal di Cambridge, Massachusetts.

Chamberlin belajar pertama di University of Iowa (di mana ia dipengaruhi oleh Frank H.
Ksatria), kemudian mengejar studi pascasarjana-tingkat di University of Michigan, akhirnya
menerima gelar Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1927.

Untuk sebagian besar karirnya Edward Chamberlin mengajar ekonomi di Harvard (1937-1967).
Dia membuat kontribusi signifikan untuk ekonomi mikro, khususnya pada teori persaingan dan
pilihan konsumen, dan hubungan mereka dengan harga. Edward Chamberlin menciptakan istilah
"diferensiasi produk" untuk menggambarkan bagaimana pemasok mungkin dapat mengisi jumlah
yang lebih besar untuk produk dari persaingan sempurna akan memungkinkan. Pada tahun 1962
itu mengaku sebagai akademisi yang sesuai untuk RACEF tersebut.
Kontribusi yang paling signifikan adalah teori persaingan monopolistik Chamberlinian.
Chamberlin menerbitkan bukunya The Theory of Persaingan Monopoli pada tahun 1933, tahun
yang sama bahwa Joan Robinson menerbitkan bukunya pada topik yang sama: The Economics
of Imperfect Competition, jadi dua ekonom tersebut dapat dianggap sebagai orang tua dari studi
modern persaingan tidak sempurna. Ia juga dianggap sebagai salah satu ahli teori pertama yang
menerapkan ide penerimaan marjinal, yang implisit pada teori monopoli Cournot's di 1920's-an
dan awal 1930's. Chamberlin diduga telah melakukan "tidak hanya percobaan pertama pasar,
tetapi juga percobaan ekonomi pertama dalam bentuk apapun, "dengan percobaan ia digunakan
di dalam kelas untuk menggambarkan bagaimana harga tidak selalu mencapai keseimbangan
Chamberlin menyimpulkan. bahwa sebagian besar harga pasar ditentukan oleh aspek monopoli
dan persaingan.

Teori Chamberlin tentang persaingan monopolistik digunakan oleh sosiolog Harrison Putih
dalam "pasar dari jaringan" model struktur pasar dan persaingan.

Karya-karya Chamberlin, Robinson, dan kontributor lainnya untuk Paradigma Struktur-Perilaku-


Kinerja berat diskon oleh ahli teori permainan pada tahun 1960, namun pemenang Nobel Prize-
Paul Krugman dan lain-lain membangun fondasi Teori Baru Perdagangan Internasional dengan
menggabungkan tersebut teori struktur industri dengan fungsi produksi yang diasumsikan skala
ekonomi yang signifikan dan ruang lingkup.

B.PEMIKIRAN

Teori"Monopoli-Kompetisi" Chamberlin

Contoh Persaingan Monopoli

Edward Hastings Chamberlin (b. 1899) pada tahun 1933 menerbitkan Teori Persaingan
Monopoli sebagai reorientasi teori nilai, yang dirancang untuk mendasarkan pada sintesis teori
monopoli dan persaingan. Ia berpendapat bahwa gagasan lama monopoli dan persaingan sebagai
alternatif adalah salah; dan bahwa kebanyakan situasi adalah komposit di mana unsur-unsur dari
kedua monopoli dan persaingan digabungkan. Tapi dia menegaskan bahwa prosedur yang benar
adalah mulai dari teori monopoli. Ini, menurutnya, memiliki kebaikan tidak ada unsur kompetitif
menghilangkan, karena ini beroperasi melalui permintaan untuk produk monopoli; sedangkan
sebaliknya asumsi alternatif kompetisi mengesampingkan unsur-unsur monopoli.

Dengan demikian, dalam mengambil monopoli sebagai titik awal, pendekatan Chamberlin adalah
mirip dengan Cournot.

Tapi, sementara dengan Cournot transisi ke persaingan sempurna terjadi hanya pada skala
jumlah pesaing, dengan Chamberlin itu terjadi juga pada skala substitusi produk. Setiap produsen
yang produknya secara signifikan berbeda dari produk orang lain memiliki beberapa monopoli
itu, tunduk pada kompetisi pengganti. Dia menganggap setiap produsen dalam industri sebagai
memiliki beberapa monopoli dalam produk sendiri. Jika dia menjadi satu-satunya penjual produk
yang unik, ia memiliki monopoly.1 murni Jika ada dua penjual produk sejenis, situasi adalah
salah satu dari "duopoli." Jika ada beberapa, sebuah "oligopoli" ada. Kondisi ini dapat berkisar
melalui berbagai tingkat oligopoli persaingan murni, di mana ada begitu banyak penjual produk
yang sangat standar yang salah satu bisa menjual semua produk tanpa mempengaruhi
permintaan. Persaingan murni hanya ditemukan di bawah kondisi ganda (a) sejumlah besar, dan
(b) produk sempurna standar. Kondisi yang biasa Chamberlin anggap berada di daerah
menengah, di mana beberapa unsur "monopoli" ada, dan yang dia sebut "persaingan
monopolistik."

Inersia ekonomi dan gesekan yang "ketidaksempurnaan" yang ia tidak menganggap sebagai
bagian dari "persaingan monopolistik."

Untuk Chamberlin, sebenarnya "kompetisi" 1 meliputi upaya pesaing untuk meningkatkan


kekuatan monopoli mereka.

Jadi Chamberlin pusat-pusat pemikiran pada produk. Setiap produsen, di bawah "persaingan
monopolistik," menghadapi persaingan dari "pengganti" produk yang tidak identik dan yang
dijual oleh kekhawatiran lain dengan berbagai kebijakan harga, dan biaya penjualan. Ini hanya
membatasi "monopoli" nya produk sendiri.

Kurva permintaan individu (atau penjualan) untuk produk yang satu penjual kemudian dianggap
sebagai dipengaruhi oleh kebijakan pasar penjual individu lain yang produknya pengganti
parsial. Total penjualan kelompok sebagian bersaing produk pengganti diperlakukan sebagai
membatasi penjualan produk dari salah satu penjual. Di bawah "murni" Kompetisi (banyak
penjual dan produk yang sama sekali standar) kurva permintaan horizontal (pendapatan rata-rata)
akan ada untuk produk masing-masing pesaing individu. Ini berarti harga yang sama.
Chamberlin berpendapat bahwa "murni" Kompetisi akan memaksa semua pesaing individu untuk
mengobati keuntungan diferensial, atau sewa, biaya, sama seperti biaya lainnya

Chamberlin menekankan efek penilaian oleh salah satu penjual mengenai kebijakan saingannya ',
kemungkinan pembalasan, dll Dia juga berpendapat bahwa biaya penjualan seperti iklan bukan
bagian dari biaya produksi, tetapi dikeluarkan untuk meningkatkan penjualan produk tertentu;
dan dengan demikian mereka mempengaruhi kurva permintaan. Sepanjang, ide dasarnya adalah
bahwa, tidak peduli seberapa kecil, setiap diferensiasi produk penjual memberinya sejauh itu
monopoli. Dan semua kondisi ini, umumnya ditemukan di pasar yang kompetitif, yang baik
"kotoran" dalam sifat unsur monopoli, atau berhubungan dengan unsur-unsur tersebut. Mereka
membuat "murni" Kompetisi mustahil.

Dan esensi dari "monopoli," dan karenanya "persaingan monopolistik," dipandang sebagai
berbaring di perbedaan - (1) perbedaan kebijakan harga, (2) perbedaan sifat produk, dan (3)
perbedaan seperti usaha penjualan pengeluaran iklan. Ini merupakan kontribusi dari Chamberlin
untuk mengembangkan kedua dan ketiga variabel ini sebagai yang timbul dari campuran
monopoli dan persaingan.

Chamberlin dimulai dengan satu perusahaan dan mengembangkan ide harga monopoli dan harga
yang kompetitif seperti yang ditentukan oleh perpotongan kurva pendapatan atau penjualan
dengan kurva biaya. Entah kurva penerimaan marjinal, atau kurva pendapatan rata-rata (dari
mana ia berasal), dapat digunakan untuk menentukan output monopoli dan harga, mantan dengan
memotong kenaikan kurva biaya marjinal, yang terakhir dengan metode Marshallian akrab pas
daerah keuntungan maksimum antara itu dan kurva biaya rata-rata, yang meliputi sewa atau
perbedaan dan dengan demikian sama dengan harga rata-rata.

Analisis terhadap ketiga variabel kemudian diperluas di luar perusahaan untuk kelompok
penjual, yang dapat diambil sebagai sesuai dengan konvensional "industri," tergantung pada
seberapa luas "kelas produk" dipahami dalam kasus tertentu. Kelompok ini dianalisis, pertama di
bawah asumsi simetri (semua anggotanya diasumsikan memiliki biaya seragam dan kurva
permintaan). Kemudian beberapa pertimbangan diberikan kepada apa yang mungkin terjadi jika
"keragaman kondisi" ada. Jika biaya penjualan tidak besar, dan jika mereka mengurangi
kemiringan kurva permintaan penjual, meningkatkan mereka dapat mengakibatkan harga yang
lebih rendah. Variasi produk dapat menyebabkan baik output yang lebih kecil atau lebih besar.
Keseimbangan Group (dengan "peringatan" pesaing) harus menghasilkan optimal sehubungan
dengan semua variabel, dan tidak ada keuntungan di atas minimum yang diperlukan untuk setiap
produsen.

Kesimpulan itu diambil bahwa dalam persaingan monopolistis harga keseimbangan lebih tinggi,
dan volume output mungkin (tidak selalu) lebih rendah, daripada di bawah persaingan murni.
Laba bersih perusahaan, bagaimanapun, mungkin atau mungkin tidak lebih tinggi daripada di
bawah persaingan murni karena biaya yang diperlukan untuk mempertahankan unsur-unsur
monopoli dan yang sering meningkat dengan perkalian dari produk pengganti sekitar monopoli.
Chamberlin berpendapat bahwa persaingan monopolistik tidak perlu membawa keuntungan yang
lebih tinggi untuk perusahaan marginal dalam suatu industri tertentu. Sebaliknya itu
memungkinkan adanya sejumlah besar perusahaan membuat keuntungan normal.

Anda mungkin juga menyukai