1. David Ricardo
a) Konsep Utama Pemikiran Klasik
Mazhab Klasik mucul pada kisaran tahun 1780-1850. Pemikiran aliran klasik ini bisa
dianggap sebagai dasar munculnya ekonomi kapitalis, dimana campur tangan pemerintah
hanya sebagian kecil pada kepentingan negara atau pemerintah. Asas pengaturan kehidupan
perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar dan teori harga merupakan bagian sentral
dari pemikiran mereka dengan pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar.
Berikut penjelasan aliran klasik terkait anjuran atau karakteristik pemikirannya menurut
Skoulsen (2009):
2) Kepentingan diri (self-interest) yaitu hak seseorang untuk melakukan usaha sendiri dan
membantu kepentingan diri orang lain.
3) Persaingan (competition) yaitu hak untuk bersaing dalam produksi dan perdagangan
barang dan jasa.
David Ricardo adalah anak ketiga dari 23 bersaudara dari keluarga Yahudi yang bernama
Abraham Israel Ricardo yang bekerja sebagai seorang pialang, dia lahir di London pada tahun
1772. David tertarik dengan ilmu ekonomi dimulai sejak 1799, ketika dia tinggal di Bath saat
dia memulai membaca The Wealth of Nation Adam Smith. Pada tahun 1817 dia
mempublikasikan buku karya yang berjudul “On the Principle of Political Economy and
Taxation”. Di usianya ke 51 tepat pada tahun 1823, David meninggal secara mendadak
dikarenakan infeksi telinga. Dia meninggalkan seorang istri dan tujuh anak.
c) Sumbangan Pemikiran David Ricardo
1) Pemikiran Moneter David Ricardo
David Ricardo sependapat dengan Teori Kuantitas Uang seperti David Hume, yang
menyatakan bahwa “tingkat harga dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang yang beredar”.
David Ricardo berpendapat sistem moneter harus menggunakan “standar nilai tukar emas”,
untuk menjaga stabilitas moneter dalam suatu negara, artinya uang yang beredar di suatu
negara baik dalam bentuk simpanan ataupun kredit dapat dikonversikan dengan harga emas
yang sudah ditetepkan, dengan tujuan agar harga emas tetap sama nilainya dengan uang
kertas (Bank Note). Dalam bukunya David Ricardo mengatakan secara tegas bahwa “Pihak
yang mengeluarkan uang kerta harus mengatur pengeluarannya itu berdasarkan harga emas,
buka berdasarkan kuantitas uang kerta yang beredar”. (Skousen: 2009)
Saat ini model Ricardo ini lebih di kenal dengan istilah “The Law of Deminishing Return
(LDR)” yaitu hukum pendapatan yang semakin berkurang. Terdapat asumsi-asumsi didalam
hukum ini, yaitu:
The Law of Deminishing Return menyatakan bahwa “jika satu macam input atau faktor
produksi terus-menerus ditambahkan sedangkan input yang lain tetap (konstan), maka pada
mulanya akan menghasilkan total produksi yang semakin besar (increasing return), akan
tetapi jika sudah mencapai pada titik tertentu (maksimum) maka tambahan produksi
(marginal produc) akan semakin berkurang hingga menghasilkan output yang semakin
menurun (deminishing return)”.
3) Keunggulan Komperatif
Dalam buku On the Principle of Political Economy and Taxation, David Ricardo
mengembangkan “hukum keuntungan komparatif” yang menyatakan bahwa “perdagangan
bebas akan menguntungkan kedua belah pihak, dan yang saling mengejutkan adalah
perdagangan bebas akan membuat suatu negara melakukan spesialisasi meskipun suatu
negara memiliki keuntungan absolut dalam produk tertentu.
Dalam model Konflik Kelas yang dipaparkan oleh David Ricardo, menurutnya pekerja,
kapitalis, dan pemilik tanah saling bersaing untuk mendapatkan bagian barang dan jasa yang
diproduksi.
Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo yaitu upah ditentukan oleh interaksi
penawaran dan permintaan akan buruh. Teori upah besi merupakan upah riil dalam jangka
panjang yang cenderung berpengaruh terhadap upah minimum yang diperlukan untuk
menyokong kehidupan pekerja.
Iron Wage Theory ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang belum
mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akan menurunkan permintaan tenaga kerja sehingga
para penganggur akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan
disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. Kegagalan upah dalam melakukan penyesuaian
sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi adanya
kekakuan upah (wage rigidity).
Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat upah
alami. Ricardo menjelaskan harga relatif yang dinamis. Menurut Ricardo peningkatan tarif
impor akan menggurangi laba dan ini berakibat menurunkan akumulasi modal dan
pertumbuhan ekonomi menjadi rendah.
Tetapi teori nilai ini hanya berlaku untuk barang-barang yang dapat diproduksi kembali
dengan bebas. Berkat pengaruh Ricardo, timbul gerakan anti corn law antara tahun 1820-
1850, gerakan yang menentang diaturnya tata niaga jagung di Inggris. Pengaruh ajaran
Ricardo sampai ke Jerman, mereka yang percaya bahwa perdagangan harus bebas dari
campur tangan pihak manapun (pemerintah maupun swasta), mendirikan suatu aliran
pandangan ekonomi tersendiri yang dikenal dengan aliran Manchester.
Meskipun Ricardo sependapat dengan Adam Smith bahwa harga alamiah untuk setiap barang
didasarkan pada biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut
namun Ricardo tidak setuju jika sewa tanah dimasukkan ke dalam harga alamiah sebagai
biaya produksi. Akan tetapi, Ricardo memasukkannya ke dalam harga alamiah biaya tenaga
kerja yang dibutuhkan untuk membangun gedung dan mesin (modal).
Menurut Ricardo terjadi konflik antara majikan dan buruh mengenai masalah pembagian
keuntungan.Teori David Ricardo di sini memang memperhitungkan tinggi rendahnya sewa
tanah berdasarkan tingkat kesuburan tanah dan belum memperhitungkan letak tanah yang
ternyata juga mampu mempengaruhi tinggi rendahnya sewa tanah.
Dia merupakan bapak ahli ekonomi asal Inggris yang berpengaruh dizamannya. Marshall
dibesarkan di Clapham, London. Menjalani studi di Merchant Taylor's School di Northwood
dan John College, Cambridge.
Dia mengkhususkan mengajar di bidang falsafah mengenai logika dan Etika dan juga
matematika kemudian dia memusatkan pada perkembangan teori ekonomi. Marshall
mengkaitkan masalah kehidupan masyarakat dengan kondisi relevansi masalah ekonomi yang
terjadi.
Pada tahun 1879 Marshall menyusun sebuah buku yang berjudul The Pure Theory of Foreign
Trade: The Pure Theory of Domestic Values, yaitu buku yang berisi makalahnya sendiri. Ada
lagi buku lainnya yang berjudul The Economics of Industry yang diterbitkannya pada tahun
1879 juga merupakan karya atas bantuan istrinya. Dan karya yang paling terkenal adalah
buku yang berjudul Principles of Economics.
Marshall adalah orang pertama yang mempopulerkan diagram (kurva) penawaran (Supply)
dan permintaan (Demand). Menurut Marshall, baik permintaan maupun penawaran
diperlukan untuk menentukan harga dan output produk.
Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya
dua mata gunting. Dengan demikian, analisis biaya produksi merupakan pendukung sisi
penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Dalam
menentukan harga keseimbangan antara sisi penawaran dan permintaan tersebut atau biasa
disebut dengan harga ekuilibrium, maka digunakannya asumsi ceteris paribus.
2) Elastisitas Harga Permintaan Pemikiran
Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang
diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama
dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum
mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan
efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan
pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen
Paradox. Hal tersebut yang dinamakan dengan elastisitas.
Konsep elastisitas berawal dari suatu pertanyaan dari produsen, yaitu jika produsen
menaikkan harga sebuah komoditas, apakah keuntungan produsen akan naik atau turun, dan
sebaliknya. Dimana keuntungan yang didapatkan dari produsen tergantung perubahan jumlah
permintaan konsumen.
Persamaan matematika untuk mencari elastisitas harga tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Dimana ‘P’ adalah harga suatu komoditas; dan ‘Q’ adalah kuantitas atau jumlah yang
dibeli/diminta; dan ‘e’ adalah elastisitas; kemudian ‘Δ’ (dibaca delta) adalah simbol selisih
atau perubahan. Jika nilai elastisitas 1 disebut dengan “uniter” yang artinya sedikit kenaikan
atau penurunan harga tidak akan berdampak terhadap total profit produsen. Jika elastisitas
kurang dari 1 berarti komoditas tersebut “inelastis” yang berarti bahwa kenaikan harga akan
menurunkan penerimaan total. Jika elastisitas di atas 1 berarti “elastis” kenaikan harga akan
menaikkan pendapatan.
Maka dapat disimpulkan produsen lebih menyukai elastisitas permintaan yang tinggi sebab
mereka akan mendapat keuntungan dari kenaikkan harga. Tetapi pesaing baru mungkin lebih
menyukai pasar yang permintaannya elastis, sebab kondisi ini memungkinkan mereka untuk
mengurangi penjualan pemimpin pasar yang sudah ada dan menarik konsumen baru.
Marshall juga menemukan surplus konsumen, sebuah cara Pengertian ini dikaitkan pula
dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih
kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen.
Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka
kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama
bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat.
SUMBER
(Faruq & Mulyanto, 2017) Faruq, U. Al, & Mulyanto, E. (2017). Sejarah Teori-Teori
Ekonomi (Issue 1). http://eprints.unpam.ac.id/8552/2/PIE0033_MODUL
UTUH_SEJARAH TEORI-TEORI EKONOMI %281%29.pdf
http://eprints.unpam.ac.id/8552/2/PIE0033_MODUL%20UTUH_SEJARAH%20TEORI-
TEORI%20%20EKONOMI%20%281%29.pdf