Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN EKONOMI ADAM SMITH, DAVID RICARDO, MALTHUS, JOHN

MEYNARD KEYNES, MOH.HATTA, DAN ALIRAN INSTITUSIONAL ATAU


VEBLEN

Untuk memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Perbandingan Pemikiran Ekonomi

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Sugiharsono, M.Si.

Disusun oleh :

Vania Nur Fadhillah

20804244006

C20

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
1. Adam Smith
Dalam masalah kebijakan fiskal, Smith mendukung adanya anggaran
berimbang dan menentang adanya utang publik yang besar. Dia mendukung
privatisasi, penjualan (tanah-tanah konglomerat) sebagai cara untuk menaikkan
pendapatan dan menciptakan kemakmuran. Dia berpikir bahwa pemerintah harus se-
minimal mungkin memberikan campur tangan dalam kehidupan privat dan aktivitas
ekonomi sebagai warga negara, dan dia juga mengatakan bahwa mengakhiri perang
tidak akan menghasilkan pengangguran besar-besaran. Selain beberapa hal tersebut,
setelah Smith mengecam adanya sistem pajak yang ruwet dan tidak adil, dia
menganjurkan adanya pemotongan pajak luar negeri, meskipun dia mendukung
adanya undang-undang bunga dan pajak progresif.
Dalam hal kebijakan moneter, walaupun Smith menolak ide bahwa satu-
satunya sumber kekayaan adalah emas dan perak, namun dia mendukung sistem
moneter yang stabil berdasarkan emas dan perak, dan mendukung doktrin perbankan
yang bebas. Smith menentang “Teori Kuantitas Uang” oleh Irving Fisher yang
menyatakan bahwa “tingkat harga akan naik atau turun sebanding dengan perubahan
dalam persediaan uang”. Dalam tulisannya yang berjudul “Digression on Silver”
Smith menunjukkan bahwa ternyata harga sangat bervariasi ketika persediaan perak
(uang) meningkat.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, Smith mengusulkan penghematan dan
investasi modal sebagai unsur penting dalam pertumbuhan ekonomi sebagai bagian
dari pandangan makroekonominya. Dia menekankan bahwa kunci penting
pertumbuhan ekonomi bukan hanya kebijakan pemerintah, lingkungan usaha yang
kompetitif dan manajemen bisnis yang sehat, tetapi juga tabungan dan penghematan.
Smith juga menjelaskan perlunya investasi modal dan mesin penghemat tenaga kerja
sebagai elemen vital dalam menaikkan standar hidup masyarakat.
Dalam hal perdagangan internasional, Smith membela perdagangan bebas dan
pasar bebas, sehingga karena pandangan “kebebasan alamiahnya” dan pendapatnya
tentang sistem usaha bebas yang kompetitif yang mengatur diri sendiri dan
pemerintahan yang terbatas. Dalam paparannya tersebut dia meyakinkan tentang
kebebasan ekonomi akan membantu membebaskan dunia dari merkantilisme dan
intervensi negara yang berlebihan. Sehingga banyak orang mengatakan bahwa tanpa
rintisannya tersebut, bisa saja revolusi industri macet dan berjalan sangat lambat.
Selain pemikiran-pemikiran Smith tentang pertumbuhan ekonomi, pemikiran Smith
lainnya yaitu tentang mikroekonomi salah satunya adalah tentang “Teori nilai” yaitu
teori biaya produksi, walaupun semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang
mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif
barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni “harga alamiah” dan “harga pasar”
dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan
dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.
Smith mengembangkan ilmu ekonomi yang begitu kuat dengan terfokus pada
konsep “Invisible Hand (tangan gaib)” yang menurutnya menciptakan kemakmuran
dan bagaimana faktor-faktor produksi akan menciptakan lebih banyak kesempatan
bagi seluruh masyarakat untuk mengumpulkan kekayaan. Peran tuan tanah, buruh,
dan kapitalis dalam menciptakan nilai tidak terlalu dibahas dalam bukunya, namun
isinya begitu kritis. Karena Smith fokus pada pertumbuhan, bukan distribusi
pendapatan.
Menurut Smith juga bahwa sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga
kerja, ketrampilan dan modal. Dengan demikian, timbul persoalan pembagian
pendapatan yakni upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan
tanah. Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan
asumsi berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur,
sedangkan persaingan tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan
ekonomi yang stationer. Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna
dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan
spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini
meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.

2. David Ricardo
a. Hukum Pendapatan Yang Menurun
Saat ini model Ricardo ini lebih di kenal dengan istilah “The Law of
Deminishing Return (LDR)” yaitu hukum pendapatan yang semakin
berkurang. The Law of Deminishing Return menyatakan bahwa “jika satu
macam input atau faktor produksi terus-menerus ditambahkan sedangkan input
yang lain tetap (konstan), maka pada mulanya akan menghasilkan total
produksi yang semakin besar (increasing return), akan tetapi jika sudah
mencapai pada titik tertentu (maksimum) maka tambahan produksi (marginal
produc) akan semakin berkurang hingga menghasilkan output yang semakin
menurun (deminishing return)”.

b. Keunggulan Komparatif
Dalam konteks perdagangan internasional, David Ricardo adalah sosok
yang sangat mendukung perdagangan bebas, di mana kontribusinya terlihat
ketika dia mengembangkan “hukum keuntungan komparatif” yang
dituliskannya pada buku On the Principle of Political Economy and Taxation.
Hukum tersebut menyatakan bahwa “perdagangan bebas akan menguntungkan
kedua belah pihak, dan yang saling mengejutkan adalah perdagangan bebas
akan membuat suatu negara melakukan spesialisasi meskipun suatu negara
memiliki keuntungan absolut dalam produk tertentu”.
c. Distribusi Pendapatan, Bukan Pertumbuhan
Perbedaan antara Smith dengan Ricardo adalah jika Smith berfokus
pada pertumbuhan, maka Ricardo berfokus pada distribusi pendapatan. Dalam
model Konflik Kelas yang dipaparkan oleh David Ricardo, menurutnya
pekerja, kapitalis, dan pemilik tanah saling bersaing untuk mendapatkan
bagian barang dan jasa yang diproduksi
d. Teori Upah Besi (Iron Wage Theory)
Teori upah subsitensi (hukum besi) oleh David Ricardo yaitu upah
ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan akan buruh. Lebih lanjut
diasumsikan bahwa bila pendapatan penduduk bertambah di atas tingkat
subsisten, maka penduduk akan bertambah lebih cepat dari laju pertambahan
makanan dan kebutuhan lain. Jika angkatan kerja bertambah maka akan
bertambah pula angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dan mencari kerja.
Penawaran tenaga kerja menjadi lebih besar dari permintaan. Teori upah besi
merupakan upah riil dalam jangka Panjang yang cenderung berpengaruh
terhadap upah minimum yang diperlukan untuk menyokong kehidupan
pekerja. Upah tidak dapat jatuh di bawah tingkat subsistensi karena tanpa
subsisten, buruh tidak akan mampu bekerja.
e. Teori Nilai Kerja
Tentang teori nilai kerja, Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu
barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu barang. Biaya itu berupa biaya yang dikeluarkan untuk bahan mentah
dan upah buruh yang besarnya hanya cukup untuk dapat bertahan hidup atau
yang disebut upah alami alami (natural wage). Kalau harga yang ditetapkan
lebih besar dari pada biaya-biaya, maka dalam jangka pendek perusahaan akan
menikmati laba ekonomi. Dengan tingginya laba yang didapatkan, maka akan
menarik perusahaan lainnya untuk masuk pasar, yang berarti produksi akan
meningkat, sehingga terjadi kelebihan produksi di pasar.
f. Teori Sewa Tanah
Sewa tanah menurut Adam Smith merupakan suatu harga monopoli,
Ricardo sependapat dengan Smith tetapi ia menguraikan lebih lanjut.
Seandainya tanah berlimpah ruah jumlahnya seperti halnya udara, maka setiap
orang dapat memiliki tanah sehingga pasti tidak ada harganya. Tanah akan
menjadi “barang bebas”.

3. Malthus
a. Kependudukan
Menurut Malthus kemudian adalah persediaan sumber daya alam
bertambah dalam kondisi yang terus menurun, sedangkan permintaan dari
penduduk yang terus bertambah meningkat lebih cepat pada tingkat geometris.
Menurutnya lagi bahwa jumlah populasi manusia dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu:
- Bahwa terjadi penurunan tajam dalam tingkat kematian bayi karena
berkurangnya penyakit berkat kemajuan ilmu pengetahuan terutama dibidang
kedokteran.
- Adanya peningkatan usia harapan hidup dikarenakan meningkatnya harapan
hidup, seperti adanya terobosan dalam pengobatan, peningkatan sanitasi,
perawatan kesehatan dan gizi, serta penurunan angka kecelakaan.

Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan masyarakat yang


tinggi hanya akan mendorong lebih banyak anak. Ketika pendapatan perkapita
meningkat, populasi akan meningkat lebih cepat, sehingga mengurangi
pendapatan per kapita sampai batas subsistensi.

b. Hukum Pendapatan yang Menurun


Malthus mengembangkan konsep kelangkaan, menurutnya sarana-
sarana untuk mendukung kehidupan manusia itu terbatas oleh sumber daya
alam terutama tanah. Sumber daya alam cenderung terus menerus berkurang
yang sekarang lebih dikenal dengan “hukum pendapatan yang menurun”. Dia
mengacu pada jika seseorang menambahkan lebih banyak kapital atau tenaga
kerja pada suatu tanah dengan luas tertentu, maka penambahan produksi atau
outputnya akan semakin melambat.
Namun hal tersebut dengan asumsi bahwa “faktor-faktor lain tidak
berubah”, seperti teknologi dan kualitas sumber daya lainnya tetap, dan hal
tersebut yang diabaikan oleh Malthus seperti kemajuan teknologi pertanian,
penemuan mineral baru dan sumber daya alam baru lainnya serta peran harga
dalam menentukan seberapa cepat atau lambat sumber daya akan habis.

4. John Meynard Keynes


Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang
terjadi dengan permintaan agregat masyarakat apabila permintaan agregat melebihi
penawaran agregat (atau output yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan
terjadi situasi “kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau
harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka
situasi - kelebihan produksi terjadi. Pada periode berikutnya output akan turun atau
harga akan turun, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi
permintaan agregat (dengan demikian, mempengaruhi situasi makro), agar mendekati
posisi Full Employment-nya.
Permintaan Agregat adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh
seluruh lapisan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dalam satu tahun. Dalam
perekonomian tertutup permintaan agregat terdiri dari 3 unsur:
1) Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga (C)
2) Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I)
3) Pengeluaran Pemerintah (G), Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat
secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap
pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi.
Apabila dirumuskan adalah sebagai berikut:
Z = C+I+G
Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh faktorfaktor yang
berbeda. Pengeluaran konsumsi tergantung padaMpendapatan yang diterima oleh
Rumah Tangga dan kecenderungan berkonsumsinya (propincity to consume).
Pengeluaran investasi ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal
efficiency of capital) dan biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro dianggap
eksogen.
Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran konsumsi, pengeluaran
investasi dan pengeluaran pemerintah)Mmempengaruhi tingkat permintaan agregat
melalui proses berantai atau proses multiplier. Bila unsur ini meningkat dengan Rp. 1
maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan suatu kelipatan dari Rp. 1
pelipat atau multiplier ini tergantung pada besarnya marginal propensity to consume
(MPC).
Pada hakikatnya, konsep teori Keynes dapat dipandang sebagai suatu teori
tentang pendapatan dan kesempatan kerja. Inti pokok dalam sistem pemikiran dan
konsep Keynes terdiri dari tiga faktor penting, yaitu:
a. Hasrat berkonsumsi (propensity to consume)
Pendapatan total agregat sama dengan konsumsi total agregat ditambah
investasi total agregat. Tingkat konsumsi bergantung pada hasrat seseorang
untuk berkonsumsi, yang merupakan fungsi dari pendapatan. Begitu juga
dengan tabungan, karena tabungan adalah sisa bagian dari pendapatan yang
tidak digunakan untuk berkonsumsi.
b. Tingkat bunga (interest) yang memiliki kaitan dengan dengan preferensi
likuiditas (liquidity preference)
Tingkat bunga menurut Keynes bukanlah pencerminan dari penawaran
tabungan dan permintaan investasi, melainkan tingkat bunga merupakan
variabel bebas (independent) dari kedua hal tersebut. Tingkat tabungan adalah
suatu fenomena moneter yang tergantung dari keinginan orang menahan
tabungannya dalam bentuk dana likuiditas. Sehingga tingkat bunga tergantung
dari preferensi likuiditas.
c. Efisiensi marginal dari investasi modal (marginal efficiency of capital)
Tingkat investasi ditentukan oleh efisiensi marginal dari investasi
modal, yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang laba yang akan
diperoleh di masa depan dari investasi modal yang bersangkutan. Jelaslah
bahwa ekspektasi tersebut adalah yang positif dan menguntungkan investor
itu.
d. Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference)
Pada saat masa aliran monetarisme, timbul pertanyaan mengenai
demand for money dan supply of money. Pertanyaan ini dijawab oleh Keynes
dengan teorinya, liqudity preference, yang menjelaskan tentang bagaimana
tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek dan tingkat bunga tersebut
disesuaikan untuk menyeimbangkan demand for money dan supply of money.
Teori ini menegaskan bahwa tingkat bunga adalah salah satu
determinan dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang, alasannya
karena tingkat bunga merupakan opportunity cost dari memegang uang. Ada
tiga motif orang yang memegang uang: Motif transaksi, motif berjaga-jaga,
dan motif spekulasi.
e. Upah
Kaum klasik mengatakan bahwa pengangguran tinggi karena upah
yang kaku (wage rigidity), yang disebababkan oleh adanya aturan upah
minimum (minimum wage), kontrak kerja, dan serikat pekerja (labor union).
Keynes menolak semua pendapat klasik yang di atas. Keynes
berpendapat bahwa upah nominal lah yang mengikat pekerja dan
menyebabkan pengangguran. Sehingga untuk menurunkan pengangguran,
solusinya adalah menurunkan upah riil dengan cara menurunkan upah nominal
lebih besar dari tingkat inflasi.
f. Tabungan (Saving)
Menurut Keynes, tingkat saving harus lebih tinggi dari plan investmen.
Tapi juga tidak baik kalau tingkat saving-nya itu berlebihan, karena akan
berdampak pada terjadinya resesi perekonomian bahkan terjadi depresi.
5. Moh.Hatta
Menurut Bung Hatta ekonomi rakyat adalah ekonomi kaum pribumi atau
ekonomi penduduk asli Indonesia. Dibandingkan dengan ekonomi kaum penjajah
yang berada di lapisan atas dan ekonomi warga timur asing yang berada di lapisan
tengah, ekonomi rakyat Indonesia ketika itu sangat jauh tertinggal. Sedemikian
mendalamnya kegusaran Bung Hatta menyaksikan penderitaan rakyat pada masa
kolonial Belanda. Ekonomi kerakyatan yang dimaksud Bung Hatta adalah koperasi.
Koperasi merupakan bentuk usaha bersama rakyat untuk mencapai tujuan bersama.
Koperasi diusulkan atas dasar pertimbangan realitas yang ada pada zaman kolonial
Belanda. Hatta sebagai pendiri bangsa mewujudkan bentuk ekonomi kerakyatan,
koperasi, sebagaimana tercermin dalam pasal 33 UUD 1945.
Bung Hatta dalam konteks upayanya mewujudkan Indonesia merdeka adalah
terciptanya kesejahteraan rakyat dengan cara selfhelp atau berdikari, berdiri diatas
kaki sendiri. Bung Hatta menyatakan dalam tulisannya “Cita-cita koperasi dalam
pasal 33 UUD 1945", bahwa sejak zaman penjajahan Belanda, cita-cita koperasi
sudah dipandang sebagai jalan yang terbaik untuk membangun berangsur-angsur
ekonomi rakyat yang lemah.
Menurut Hatta (1972), ekonomi harus mengarah pada keadilan sosial agar
tercapai kemakmuran yang merata dan adanya persamaan hak dalam bidang apapun,
yang termasuk didalamnya adalah hak dalam berekonomi. Dalam pasal ini jelas
disebutkan bahwa hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
melekat pada tiap-tiap warga negara dengan tiada kecualiannya, warga negara asli
atau keturunan bangsa asing termausk di dalamnya adalah persamaan hak dalam
berekonomi. Hatta berpendapat bahwa koperasi dan demokrasi bersifat saling
menunjang. Pemikiran bung Hatta tentang konsep koperasi sebagai berikut:
a. Jiwa dan Semangat Koperasi
Kapitalisme berkembang dengan semangat individualis, per saingan
bebas dan dukungan modal yang kuat, sedangkan koperasi berkembang
berdasarkan prinsip kerjasama dan asas tolong-menolong. Selain itu, koperasi
harus dijiwai oleh semangat “menolong diri sendiri” (self-help) agar mampu
berdiri di atas kaki sendiri. Sejarah masyarakat koperasi di Eropa
membuktikan bahwa orang-orang kecil yang lemah ekonominya akan mampu
bertahan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya melalui cara kerjasama dan
tolong-menolong atas dasar self-help tersebut.
b. Koperasi sebagai wahana membangun rakyat
Melalui lembaga koperasi akan melaksanakan prinsip tolong-menolong
atas dasar solidaritas. Koperasi bagi masyarakat kecil bukan semata-mata
wadah ekonomi tetapi sudah merupakan lembaga pendidikan.
c. Asas kekeluargaan dalam koperasi
Hubungan antar anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan
persaudaraan dan kekeluargaan. Koperasi yang baik hendaknya dapat
memupuk dan rasa solidaritas. Selain itu, dapat mengembangkan rasa
kemandirian. Seseorang yang mandiri akan memiliki kemampuan dan tekad
yang kuat untuk membangun keluarganya. Koperasi dapat meningkatkan rasa
cinta kepada masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, setiap
anggota koperasi harus memiliki tanggung jawab moril dan sosial.
d. Jalur ekonomi menurut pasal 33 UUD 1945
Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 jalur perekonomian terbagi menjadi tiga (3)
yaitu sebagai berikut:
- Jalur perekonomian koperasi sebagai jalur ekonomi terpenting di
Indonesia. Melalui ikatan koperasi, perekonomian rakyat kecil
dipersatukan, dibina serta dikembangkan.
- Jalur perusahaan, Negara bertugas untuk mengelola usaha-usaha besar
seperti perusahaan listrik, air minum, membuat jalan, perusahaan
kereta api dan lain sebagainya.
- Antara aktivitas koperasi yang bergerak dari bawah dan aktivitas
pemerintah yang bergerak dari atas masih terbuka bidang ekonomi
yang dapat dikerjakan oleh swasta. Inisiatif swasta bekerja di bawah
penilaian pemerintah dan dalam bidang yang ditentukan oleh
pemerintah.
e. Jenis Koperasi yang Dianjurkan Bung Hatta
Hatta membagi koperasi menjadi tiga, yaitu koperasi konsumsi, simpan
pinjam dan koperasi produksi. Menurutnya koperasi akan maju jika berdiri
atas dua tiang, yaitu solidaritas antar anggota dan kesadaran individu akan
kemandirian, sehingga mampu menjaga martabat harga dirinya. Tahap
permulaan untuk membangun koperasi kredit lebih mudah dan praktis. Setelah
masyarakat mampu mengelola koperasi kredit dengan baik, secara berangsur-
angsur dapat dibangun koperasi produksi seperti koperasi pertanian,
perikanan, peternakan, pertukangan, dan kerajinan. Pada akhirnya koperasi
konsumsi perlu diadakan pada setiap tempat baik diperkotaan maupun
pedesaan.

6. Aliran Institusional atau Veblen


Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi
yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh
motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan
kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku
individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu
ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan
ahli-ahli ekonomi ortodoks.
Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan
memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan
perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel
ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial
sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan
bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks,
seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan
sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi
adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi.
Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi
antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin,
maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahliahli
ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain.
Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran
ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan
pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.

Anda mungkin juga menyukai