Anda di halaman 1dari 2

B.

David Ricardo (1772-1833)

Disimak dari sejarah hidupnya, Ricardo tidak memiliki latar belakang


pendidikan ekonomi yang cukup. Namun, pekerjaannya dalam bidang pasar
modal yang sudah digelutinya sejak berusia empat belas tahun membuatnya
paham tentang dunia ekonomi.

Dengan latar belakang pekerjaan di pasar modal, tidak mengherankan


buku-bukunya yang pertama seperti The High Price of Bullion (1810) dan A
Proof of the Deppreciation of the Bank Notes (1811) banyak membahas
tentang keuangan dan perbankan. Tahun 1815 ia menerbitkan Essay on the
Influence of the Low Price of Corn on the Profit of Stock, yang pada 1817
judulnya diubah menjadi The Principles of Political Economy and Taxation.

Ricardo sependapat dengan Smith bahwa labor memegang peran penting


dalam perekonomian. Ide yang berasal dari Smith ini kemudian dikembangkan
menjadi teori harga-harga relatif (theory of relative prices) berdasarkan biaya
produksi, yaitu biaya labor menjadi unsur utama, disamping biaya-biaya
kapital.

Perbedaan antara Smith dan Ricardo hanya dalam penekanan: Smith lebih
menekankan masalah kemakmuran bangsa dan pertumbuhan, sedangkan
Ricardo lebih memperhatikan masalah pemerataan pendapatan di antara
berbagai golongan dalam masyarakat.

Dalam buku The Principles of Political Economy and Taxation (1817),


Ricardo mengemukakan beberapa teori, antara lain teori sewa tanah (land
rent); teori nilai kerja (labor theory of value); teori upah alami (natural wages);
teori uang; dan satu lagi yang paling terkenal adalah teori keuntungan
komparatif (comparative advantage) dari perdagangan internasional.

Dalam teori tentang sewa tanah ia menjelaskan bahwa jenis tanah


berbeda-beda. Ada yang subur, kurang subur hingga tidak subur sama sekali.
Produktivitas tanah yang subur lebih tinggi. Dengan demikian, untuk
menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya-biaya (biaya rata-rata
dan biaya-biaya marjinal) yang lebih rendah pula.

Teori tentang sewa tanah sebetulnya pernah dibahas oleh kaum fisiokrat
dan Adam Smith. Akan tetapi, menurut kaum fisiokrat dan Adam Smith tingkat
dewa ditentukan oleh tanah yang paling subur. Hal ini bertolak belakang
dengan teori Ricardo. Bagi Ricardo yang menentukan tingginya tingkat sewa
bukanlah tanah yang paling subur melainkan tanah marjinal (marginak land),
yaitu tanah yang paling tidak subur yang terakhir sekali masuk pasar.

Dalam studinya tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya


sewa tanah Ricardo menggunakan analisis yang sama sekali baru dalam
pembahasan ekonomi, yaitu pendekatan analisis marjinal (marginal analysis).
Analisis marjinal ini di kemudian hari ternyata sangat penting dalam
pengembangan teori-teori ekonomi, setelah dikembangkan oleh pakar-pakar
neo-klasik.

Tentang teori nilai kerja dan upah alami, Ricardo menjelaskan bahwa nilai
tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu dikeluarkan untuk
menghasilkan barang tersebut. Ongkos itu berupa biaya untuk bahan mentah
dan upah buruh ysng besarnya hanya cukup untuk dapat bertahan hidup
(subsisten) bagi buruh yang bersangkutan.

Teori Ricardo lain yang paling terkenal dan sering dianggap sebagai
andalan utama sistem perdagangan bebas adalah teori keuntungan berbanding
(Comparatice Advantage). Berdasarkan teori ini, menurut Ricardo, setiap
kelompok masyarakan atau negara sebaiknya mengkhususkan diri
menghasilkan produk-produk yang dihasilkan lebih efisien.

Dengan teori keuntungan berbanding itu, tidak diragukan lagi, Ricardo


dianggap sebagai arsitek utama perdagangan bebas. David Ricardo sering
dianggap sebagai pakar aliran klasik ysng sangat gemilang selain Adam Smith.
Akan tetapi, kehebatannya dalam melakukan analisis ekonomi juga paling
banyak mendapat kedaman. Hal ini disebabkan dalam melakukan analisis ia
sering bersikap “tegar dan dingin”. Sebagai akibatnya, ilmu ekonomi kemudian
sering dikritik sebagai dismal science. Ilmu ekonomi kemudian diejek sebagai
ilmu yang “tidak berperasaan” sebab dalam melakukan pembahasan rasio
(pikiran, akal sehat) dan menghindari unsur perasaan atau sentimen sebisa-
bisanya.

Anda mungkin juga menyukai