Anda di halaman 1dari 3

Nama : Febrina Elmasyita

NIM : A011221062
MK : Sejarah Pemikiran Ekonomi Kelas A
Tugas Resume Inti Pemikiran Tokoh Neo-Klasik

Aliran Neo-Klasik dikelompokkan atas dua generasi, yaitu generasi pertama adalah
pakar-pakar ekonomi yang banyak memperbaiki teori-teori ekonomi aliran Klasik, lalu
generasi kedua menolak pasar persaingan sempurna Adam Smith.

Berikut adalah para tokoh pemikir pada masa Neo-Klasik

1. Herman Heinrich Gossen ( 1810 – 1858 )


Gossen dikenal sebagai ekonom pertama yang menulis teori konsumsi secara
utuh, hukum-hukumnya didasarkan pada prinsip marjinalitas. Gossen menciptakan dua
hukum utilitas yang terkenal, yaitu :
- Hukum Gossen I : Penambahan unit konsumsi suatu barang mula-mula akan
menghasilkan total kepuasan yangmeningkat, tetapi sampai pada titik
tertentu kepuasannya akan semakin menurun. Hukum inilah yang menjadi
dasar lahirnya prinsip tambahan utilitas yang menurun (diminishing
marginal utility)
- Hukum Gossen II : Kepuasan (utilitas) maksimal akan dicapai bilamana
manfaat marjinal masing-masing dari semua jenis barang (kebutuhan) akan
menjadi sama besarnya pada tingkat di mana daya dan dananya habis
terpakai.
2. Antoine Augustin Cournot (1801 – 1877 )
Cournot menggunakan matematika untuk menganalisis fungsi permintaan dan
penawaran, sebagai dasar dalam analisis ekonomi. Dalam bukunya, ia mengusulkan
agar semua bentuk persaingan menjadi persaingan sempurna (pure competition) di
mana tidak satu pun penjual dan pembeli yang dapat mempengaruhi harga. Ia
menganjurkan agar produksi berlangsung terus sampai pada batas decreasing marginal
cost yang ditunjukkan oleh lambatnya tingkat perputaran persediaan. Cournot
mengusulkan adanya persaingan sehat, karena menurutnya kejahatan monopoli adalah
menetapkan sendiri harga, karena bagaimana pun harus mempertimbangkan biaya
produksi mereka dan elastisitas permintaan, serta mengeksploitasi konsumen untuk
memaksimalkan keuntungan.

3. William Stanley Jevons ( 1835 – 1882 )


Pemikiran Jevons menganalisis fluktuasi harga emas sebagai akibat dari
penawaran emas dengan cara atau pendekatan matematika. Metode ini disebut Index
Method. Jevons menentang model Klasik yang mengatakan bahwa biaya menentukan
nilai. Jevons sampai pada kesimpulan yang sama dengan Menger, meskipun dengan
cara berbeda bahwa nilai tergantung sepenuhnya pada utilitas. Jevons juga mengatakan
bahwa individu akan cenderung membeli dan menggunakan beragam barang dan jasa
sehingga utilitas marginalnya adalah sama untuk masing-masing produk. Jevons
terkenal karena dia mengembangkan teori harga relative dan nilai tukar berdasarkan
konsep utilitas marjinal. Jevons berpendapat bahwa harga relative ditentukan oleh
penilaian subjektif orang terhadap kepuasan yag didapatkan dari pembelian barang
yang berbeda.
4. Carl Menger ( 1840 – 1921 )
Dalam bukunya, Menger menjelaskan mengenai teori nilai keputusan marjinal
dan prinsip-prinsip utilitas/manfaat marjinal yang makin berkurang. Menurut Menger,
nilai suatu barang ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan) daripada
faktor objektif (biaya produksi atau penawaran). Artinya, nilai berasal dari
manfaat/kepuasan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, manusia harus menciptakan
permintaan terhadap barang-barang karena manusia merupakan kekuatan penggerak
dalam pertukaran ekonomi dan membantu menentukan harga. Selain itu, Menger
berpendapat bahwa perdagangan produktif karena orang-orang tidak akan berdagang
kecuali mereka merasa bahwa barang yang mereka beli akan memberikan lebih banyak
utilitas daripada barang yang mereka jual.

5. Eugen Bohm-Bawerk ( 1851 – 1914 )


Bohm adalah ekonom pertama yang membahas Marx secara mendalam,
melancarkan kritik tajam pada teori ekonomi Marx. Dengan bertumpu pada karya
Menger, Bohm memberikan kontribusi yaitu teori tabungan, investasi dan bunga serta
pertumbuhan ekonomi. Dalam bukunya, Bohm menjelaskan teori nilai surplus bahwa
buruh/pekerja seharusnya menerima nilai penuh dari produk yang mereka hasilkan.
Pemilik lahan menerima sewa (rente), dan kapitalis mendapatkan profit dan bunga
mengeksploitasi buruh dan merampas hasil kerja mereka. Bohm mengakui capital
adalah penyelamat buruh dan semua kelas manusia. Ia menyimpulkan bahwa harga
merupakan nilai tukar yang ditentukan secara subyektif antara penjual dan pembeli.
Ia mengembangkan teori modal dan tingkat bunga (capital and interest theory).
Menurut analisisnya modal merupakan faktor produksi yang penting dan sebagai
imbalannya, pemilik modal menerima bunga sebagai balas jasa atas uang yang
dipinjamkannya. Pemikirannya juga tentang peranan modal dan tingkat bunga dalam
perekonomian dan tentang preferensi waktu merupakan dasar dalam menentukan nilai
sekarang atas barang dalam suatu investasi.

6. Alfred Marshall ( 1842 – 1924 )


Pemikiran ekonomi Marshall dipengaruhi oleh ajaran filsafat dan etika.
Marshall salah seorang pemikir aliran Neo-Klasik melakukan analisis ekonomi secara
modern. Dalam bukunya, Marshall menegaskan bahwa harga dan output barang
ditentukan oleh baik permintaan maupun penawaran. Analisisnya dinamakan analisis
keseimbangan parsial (Marshall’s Partial equilibrium approach). Marshall juga
mengembangkan The Law of Supply : ketika harga meningkat, maka perusahaan kan
lebih banya berproduksi dan mmbawa lebih banyak produknya ke pasar karena
orientasi produsen memaksimalkan keuntungan, The Law of Demand : ketika harga
turun, maka konsumen akan membeli lebih banyak barang karena orientasi konsumen
adalah memaksimalkan utilitas. Menurutnya, permintaan dan penawaran bergabung
bersama-sama menentukan harga dan jumlah setiap barang yang akan diproduksi.
Marshall mengatakan bahwa persaingan akan mendorong harga actual menuju
harga keseimbangan. Jika harga ditetapkan di atas harga keseimbangan, maka
perusahaan tidak mampu menjual barang (komoditi) yang dihasilkan dan persediaan
akan menumpuk. Sebaliknya, jika harga ditentukan di bawah harga keseimbangan,
maka akan terjadi kekurangan (kelangkaan).
Gagasan Marshall yang sangat terkenal adalah analisis utilitas yang
menggunakan dua fungsi yaitu fungsi utilitas cardinal bahwa kepuasan konsumen
dapat diukur dalam satuan moneter, dan fungsi utilitas ordinal bahwa kepuasan
konsumen tidak dapat diukur. Marshall menjelaskan bahwa secara alami pada tingkat
harga dan pendapatan tertentu setiap konsumen berusaha memaksimalkan utilitasnya.
Adakalanya konsumen memaksimalkan utilitasnya dengan cara menggunakan barang
subtitusi. Dalam hal ini dia menggunakan pendekatan isocost dan isoquant curve.
Marshall membagi periode pasar mengendalikan produksi menjadi jangka
pendek yaitu investias modal bersifat tetap dan penawaran tidak dapat ditingkatkan.
Jadi, dalam jangka pendek keseimbangan dicapai karena penawarannya tidak fleksibel.
Sebaliknya dalam jangka panjanh, investasi modal dapat disesuaikan. Marshall
mempertahankan pendapat bahwa upah ditentukan oleh marjinal produktivitas tenaga
kerja. Supply dan demand tenaga kerja menentukan tingkat harga rupiah
Marshall menyatakan bahwa bunga adalah imbalan dari meminjamkan modal.
Jika bunga rendah maka peminjam akan meminjam lebih banyak da sebaliknya.
Demikian pula bunga tidak hanya ditentukan oleh penawaran uang tetapi ditentukan
kemampuan tingkat pengembalian investasi (interest rate). Menurut Marshal pada teori
moneter, nilai uang tergantung dari permintaan dan penawaran dari uang. Dasar teori
Marshall adalah insentif likuiditas. Marshall telah memecahkan banyak permasalahan
pokok tentang teori ekonomi dengan menunjukkan hubungan timbal balik biaya,
kegunaan dan harga dalam mengukur ekonomi dan mengkritik pandngan psikologi dan
etika yang mengukur nilai uang dengan kemampuan motivasi.

7. Leon Walras ( 1834 – 1910 )


Walras menyatakan bahwa sebelum terjadi keseimbangan pasar akan selalu
terjadi proses penyesuaian pada sisi produsen dan sisi konsumen tentang besarnya
harga dan kuantitas yang disepakati oleh kedua belah pihak. Menurutny, keseimbangan
umum ditandai oleh dua ciri utama, yaitu :
1. Tidak ada satu pihak yang dapat menambah utilitas/manfaat baginya
berdasarkan langkah tindakannya secara tersendiri.
2. Jumlah total dari tiap barang dan tiap jasa produksi yang diminta adalah sama
dengan jumlah penawarannya.

8. Irving Fisher ( 1867 – 1947 )


Fisher memusatkan perhatiannya pada masalah keuangan dengan harapan dapat
menstabilkan harga dengan cara mengendalikan baik inflasi maupun deflasi. Fisher dan
pendukungnya menyatakan bahwa kenaikan harga-harga (inflasi) merupakan akibat
terlalu banyak jumlah uang beredar, sedangkan merosotnya uang (deflasi) akibat terlalu
sedikit jumlah uang beredar. Inflasi menyebabkan nilai uang merosot (daya beli
uang menurun), demikian juga depresi yang menyebabkan sulit mendapatkan
pinjaman. Setiap kenaikan harga harus dikontrol karena kenaikan harga mendorong
orang untuk membeli barang sebanyak-banyaknya dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan. Sementara, merosotnya harfa mendorong orang untuk menjual atau
menahan diri untuk tidak membeli.
Fisher juga berpendapat bahwa dalam jangka pendek pertumbuhan jumlah uang
beredar hanya akan mempengaruhi perkembangan output riil, tetapi dalam jangka
menengan dah panjang pertumbuhan uang beredar hanya akan memengaruhi kenaikan
harga-harga (inflasi) yang selanjutnya menyebabkan penurunan output riil menuju
posisi awal. Dalam keseimbangan, jumlah uang beredar yang akan digunakan dalam
seluruh kegiatan transaksi ekonomi akan sama dengan jumlah output nominal dihitung
dengan harga berlaku yang ditransaksikan dalam perekonomian.
Jika bank sentral memutuskan kebijakan moneter yang ekspansif, akibatnya
inflasi dan suku bunga nominal akan meningkat. Penyesuaian suku bunga nominal
terhadap tingkat inflasi inilah disebut sebagai Fisher Effect.

Anda mungkin juga menyukai