Anda di halaman 1dari 3

Pemikiran dan sistem ekonomi klasik beserta tokohnya.

A. Pemikiran Ekonomi Teori Klasik Robert Malthus (1966-1834)


Biasa dikenal sebagai Thomas Malthus dan lebih suka dipanggil "Robert Malthus",
merupakan seorang pakar demografi Inggris dan ekonomi politik yang paling terkenal karena
pandangannya yang pesimistik namun sangat berpengaruh tentang pertambahan penduduk.
Sewaktu ia diangkat sebagai dosen pada East India College, untuk pertama kalinya ekonomi
politik (political ekonomic) diakui sebagai disiplin ekonomi sendiri. Di salah satu bukunya
yaitu yang berjudul “An Essay on the Principle of Population” terdapat pikiran yang tidak
sejalan dengan Smith. Dimana Smith optimis akan kehidupan manusia, akan tetapi Malthus
pesimis dengan hal tersebut. Penyebab pesimisme Malthus adalah dari faktor tanah karena
tanah merupakan salah satu faktor produksi yang tetap jumlahnya. Malthus juga mengamati
perkembangan manusia.

Perkembangan manusia jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur
(geometric progression, dari 2 ke 4, 8, 16, 32 dan seterusnya), sedangkan pertumbuhan
produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung (aritmetik progression dari 1
ke 2, utopia merupakan 3, 4, 5 dan seterusnya).
Dalam Essays on the Principles of Population (1796) Malthus menguraikan bahwa :
1. Jumlah penduduk akan selalu bertambah dengan bertambahnya jumlah alat pemuas
kebutuhan.
2. Jumlah penduduk dapat dihambat /tidaknya alat-alat pemuas kebutuhan.

B. Pemikiran Ekonomi Teori Klasik David Richardo (1772-1823)


Dalam buku “The Principles of political and Taxation(1817)”, Ricardo mengemukakan
beberapa teori, antara lain (Becker, 2007):
1. Teori Sewa Tanah (Land Rent)
Ia menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Ada yang subur, kurang subur hingga tidak
subur sama sekali. Untuk menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya-biaya
(biaya rata-rata dan biaya-biaya marjinal). Dalam studinya tentang faktor-faktor yang
menentukan tinggi rendahnya sewa tanah Ricardo menggunakan analisis yang sama sekali
baru dalam pembahasan ekonomi, yaitu pendekatan analisis marjinal (Marginal Analysis).
2. Teori Nilai Kerja (Labor Theory of Value)
Karya Ricardo yang paling terkenal adalah Principles of Political Economy and Taxation
(Prinsip-Prinsip Ekonomi Politik dan Perpajakan) pada tahun 1817. Dalam buku ini, Ricardo
mengemukakan pemikirannya mengenai teori nilai tenaga kerja. Teori ini menjelaskan:
● Kedua sektor memiliki tingkat upah dan tingkat keuntungan yang sama.
● Modal yang digunakan dalam produksi terdiri dari upah saja.
● Periode produksi memiliki jangka yang sama untuk semua barang.

3. Teori Upah Alami (Natural Wages)


Ricardo menjelaskan bahwa nilai tukar suatu barang ditentukan oleh ongkos yang perlu
dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Karena biaya-biaya bahan mentah relatif
konstan, Ricardo menyimpulkan bahwa yang paling menentukan tingkat harga adalah tingkat
upah alami, yang besarnya hanya cukup untuk bertahan hidup (subsisten).
4. Teori Keuntungan Komparatif (Comparative Advantage) dari Perdagangan
Internasional
Namun pemikiran Ricardo yang paling berpengaruh terhadap ekonomi klasik adalah teori
keunggulan komparatif dan teori nilai.

C. Pemikiran Ekonomi Teori Klasik Jean Batiste Say (1767-1832)


Kontribusi Say yang paling besar terhadap aliran klasik ialah pandangannya yang
mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri (supply
creates its owm demand). Pendapat Say di atas disebut Hukum Say (Say’s Law) (Deliarnov,
2016). Hukum Say didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan
pendapatan. Setiap ada produksi maka akan ada pendapatan yang besarnya persis sama
dengan nilai produksi tadi. Dengan demikian, dalam keadaan seimbang, produksi cenderung
menciptakan permintaanya sendiri terhadap produksi barang yang bersangkutan.
Dengan dasar asumsi seperti ini ia menganggap bahwa peningkatan pendapatan, yang
akhirnya akan selalu diiringi oleh peningkatan permintaan. Jadi, dalam perekonomian yang
menganut pasar persaingan sempurna tidak akan pernah terjadi kelebihan penawaran (excess
supply). Kalaupun terjadi, sifatnya hanya sementara. Melalui pasar “tangan tak kentara” akan
mengatur dirinya kembali kearah keseimbangan. Misalnya, kalau penawaran terlalu besar
dibanding permintaan, stok barang naik, dan harga-harga di pasar akan turun. Turunnya harga
ini menyebabkan produsen enggan untuk berproduksi, sehingga jumlah barang yang
ditawarkan kembali sama dengan jumlah barang yang diminta. Pendapat Say bahwa
“produksi akan selalu menciptakan permintaan sendiri” menjadi pedoman dasar dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu kemudian dikritik sangat keras sebagai pangkal tolak
terjadinya depresi besar-besaran tahun 1930.

D. Pemikiran Ekonomi Teori Klasik John Stuart Mill (1806-1873)


Universalime etis merupakan konsep utilitariannya yang lebih mengedepankan kepada
kebahagiaan orang lain, dimana disanalah moralitas utilitarian dibangun oleh Mill. Prinsip
tersebut memang cukup relevan dalam hal aktifitas ekonomi, disamping Mill menerima pasar
bebas Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain dalam hal
persaingan ekonomi pasar menjadi agenda Mill. Kondisi pasar bebas yang cenderung
bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan nilai moralitas
bersama, dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pemain pasar, pelaku usaha,
produsen, distribusi, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang cenderung melahirkan
kondisi menang-kalah, namun diantara dua belah pihak diharapkan harus tetap mampu
menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan bersama, yang merupakan
konsekuensi atas Universalisme etis ala John Stuart Mill.
J. S. Mill juga tidak terlalu kaku dengan campur tangan pemerintah, Mill membolehkan
campur tangan pemerintah berupa peraturan-peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dapat membawa ke arah peningkatan efisiensi dan penciptaan iklim yang lebih baik dan lebih
pantas. J.S. Mill dalam buku-buku ajar tentang pemikiran ekonomi selalu dimasukan ke
dalam aliran Klasik walaupun diakhir hayatnya ia menyebut dirinya sendiri “sosialis”.

Anda mungkin juga menyukai