Anda di halaman 1dari 11

KETRAMPILAN KOMUNIKASI PADA KASUS-KASUS SENSITIF KOMUNIKASI MASALAH SEKSUAL Pentingnya Menggali Riwayat Seksual Diperlukan ketrampilan khusus

dalam menggali riwayat seksual dari pasien. Pada klinik-klinik konsultasi remaja dan masalah seksual hal ini cukup mudah dilakukan, berbeda pada klinik-klinik umum dimana masalah sensitif dan kompleks seperti ini sulit terungkap. Pasien terkadang merasa kuatir akan dihakimi atau bahkan dilecehkan. Seorang dokter sangat perlu memiliki ketrampilan dasar dalam menggali riwayat seksual. Dengan ketrampilan ini diharapkan memberi kesan baik pada pasien bahwa seorang dokter juga akan berhati-hati dalam berbicara mengenai problem seksual. Terdapat sejumlah alasan mengapa seorang dokter merasa kesulitan dalam mengajak pasien membicarakan masalah seksual yang mereka alami : 1. Pasien merasa malu dan tidak nyaman membicarakannya. 2. Kekuatiran dokter jika pasien menjadi tersinggung. 3. Kepercayaan bahwa masalah seksual tidak semestinya diungkapkan. 4. Dokter terkadang merasa bahwa masalah seperti ini seharusnya menjadi tugas orangorang yang secara khusus bekerja di bidang tersebut. 5. Dokter merasa tidak cukup terlatih dalam hal ini. 6. Berbagai stereotipi dan asumsi yang tidak berdasar berkaitan dengan gaya hidup dan lingkungan. 7. Perbedaan gender dan budaya Beberapa wanita mungkin merasa risih membicarakan hubungan intim dengan dokter yang berjenis kelamin pria ataupun sebaliknya. Ada kemungkinan mereka menepis kemungkinan adanya keluhan seksual, lebih karena untuk menghindari pemeriksaan dokter terhadap diri mereka, khususnya pemeriksaan terhadap alat kelamin mereka. Sikap dan pendirian pribadi mengenai kehidupan seksual dan gaya hidup dapat mempengaruhi bagaimana diskusi tentang masalah seksual ini akan dilakukan. Ketika menyampaikan sesuatu ke pasien dengan sikap acuh tak acuh (baik secara verbal maupun non-verbal) akan menimbulkan reaksi penolakan dari pasien. Terkadang sulit menarik garis tegas dengan pandangan dan sikap pribadi tersebut, sehingga dapat mempengaruhi pasien untuk merahasiakan informasi penting mengenai keluhan yang dialaminya bahkan mungkin berpindah ke tempat lain untuk berkonsultasi. Terdapat perbedaan antara menanyai pasien dengan tujuan menggali riwayat penyakit yang mungkin menimbulkan keluhan seksual dibanding dengan tujuan untuk benarbenar menggali riwayat seksualnya sendiri. Sejak HIV/AIDS menjadi masalah medis dan sosial yang utama awal tahun 1980-an, masalah seksual meningkat pada tingkatan yang

lebih luas. Seperti hepatitis-C yang bisa menjadi titik awal untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan dalam konteks kesehatan seksual. Disini mencakup bagaimana informed consent untuk pengambilan sampel darah, melakukan test laboratorium, melakukan penelusuran dan perawatan terhadap pasien. Keputusan apakah perlu untuk menelusuri lebih lanjut akan riwayat seksual pasien tidak akan didapatkan dengan mudah dari pasien yang tidak menyadari masalah seksualnya. Mau tidak mau, harus ada penyediaan informasi dan edukasi terus menerus menyangkut kesehatan seksual. Terdapat sejumlah kesalahpahaman dan asumsi keliru tentang seks : Orang-orang tua tidak lagi melakukan aktivitas seksual. Gay hanya melakukan hubungan seks dengan sesama pria Pasangan menikah tidak mungkin terkena penyakit menular seksual (sexually transmitted disease). Pasien dengan masalah seksual dapat mengenali mengenali sendiri penyakitnya dan datang ke klinik. Anak-anak di bawah umur tidak mungkin melakukan aktivitas seks. Semua orang pasti paham mengenai reproduksi. Pasien akan menyatakan masalah seksualnya kepada dokter jika mereka mempunyai perhatian. Adanya masalah seksual biasanya menandakan bahwa pasien juga mempunyai problem psikologis. Semua pasien dapat memahami istilah-istilah medis yang dipakai dokter ketika menjelaskan masalah seksual ini. Seorang dapat mengetahui orientasi seksual seseorang dari penampilan mereka.

Kapan Harus Membicarakan Masalah Seksual Panduan berikut akan menunjukkan cara-cara bagaimana berbicara dengan pasien menyangkut topik-topik yang berkaitan dengan masalah seks. Memberikan pertanyaan pada waktu wawancara akan membantu dalam menjaga supaya tidak menggurui, atau membuat asumsi menyangkut gaya hidup dan kehidupan seksual pasien. Jika pasien mengalami masalah yang sepertinya disebabkan oleh hubungan seks seperti keluhan susah buang air kecil (genital discharge), maka pemeriksa hendaknya mengarahkan agar perbincangan tersebut dapat mengungkap riwayat yang berkaitan dengan aktivitas seksual sebelumnya, melakukan pemeriksaan fisik, memberikan konseling bagaimana mengurangi faktor-faktor risiko selanjutnya terhadap pasien dan pasangannya, dan memberikan pengobatan. Kerisauan pasien akan kemampuan seksualnya juga dapat menjadi perhatian pemeriksa untuk masuk dalam topik ini. Ketika pasien mengalami masalah medis dan sosial menyangkut kehidupan seksualnya, maka masalah tersebut bisa jadi berkaitan masalah medis atau masalah sosial lain yang dialami pasien. Pasien yang mengalami impotensi akibat DM atau masalah kemandulan sebagai contoh, akan sama kadar problemnya dengan pasien HIV positif mengalami kecemasan untuk menjalin hubungan dengan pasangan baru. Beberapa petunjuk berikut menjelaskan bagaimana melakukan wawancara

menyangkut hal sensitif khususnya tentang seks. Yang harus diingat bahwa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan selama wawancara, hal itu akan membantu untuk menghindari kesan menggurui terhadap pasien, atau membuat asumsi yang bersifat menghakimi gaya hidup dan kehidupan seksual seseorang. Setting Setting tempat dimana melakukan wawancara mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil yang akan dicapai. Diperlukan setting tempat yang memberi privasi pada pasien, biasanya merupakan ruang konsultasi dan ruang periksa tersendiri. Dalam setting ruang tersebut dimungkinkan untuk melakukan wawancara lebih mendalam termasuk pembicaraan yang oleh pasien tidak ingin didengar orang lain, sehingga mampu menggali riwayat seksual. Setting ruang ini juga diusahakan agar pemeriksa juga dapat merasa aman ketika melakukan diskusi bersama pasien. Faktor keamanan ini penting, bahkan jika merasa waswas dalam menghadapi pasien tertentu yang cenderung kasar, disarankan untuk menghadirkan orang lain untuk menemani dalam ruang tersebut.

Perkenalan Ketika bertemu pasien dan memperkenalkan diri pemeriksa dapat menjabat tangan atau menyambut hangat, agar pasien tidak merasa terkucil dan rendah diri. Sangat ditekankan agar terjalin suasana yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri pasien. Memulai Pembicaraan Untuk memulai pembicaraan yang menyangkut masalah seksual pasien, pemeriksa dapat memulai dengan memperkenalkan masalah-masalah seksual tersebut dan selanjutnya dengan mengungkap lebih banyak topik-topik sensitif. Beberapa pasien terkadang memerlukan dorongan lebih untuk memperbicangkan tentang permasalahan seksual, kalau perlu dipancing untuk memberi kesempatan mengungkapkan hal-hal sensitif. Pada akhir suatu diskusi mengenai hal lain, pemeriksa dapat menyelipkan suatu pertanyaan umum, seperti: Apakah masih ada yang ingin Anda sampaikan lagi kepada saya? atau Saya tidak yakin sudah memberi Anda kesempatan mengungkapkan segala yang ada di kepala Anda ketika memutuskan datang kesini. Mungkin ada sesuatu yang menyangkut masalah pribadi yang ingin Anda bicarakan dengan saya? Pembicaraan Yang Berarti Karena besarnya kepentingan untuk mampu membuka pembicaraan dan menggali informasi yang diperlukan, maka akan sangat menolong jika melakukannya dengan jelas dan mengajukan pokok pembicaraan yang berarti. Misalnya dengan menyatakan Saya perlu menanyakan beberapa hal yang bersifat pribadi untuk menilai permasalahan ini. Saya bermaksud menanyakan perihal yang menyangkut kehidupan seksual Anda. Juga bisa menambahkan : Maaf, banyak orang mungkin merasa malu dengan pertanyaan yang saya ajukan ini. Perlu Anda ketahui, saya juga seringkali merasa kesulitan dan rikuh dengan pertanyaan-pertanyaan ini.

Lebih lanjut dapat diteruskan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut untuk menadapatkan gambaran lebih komprehensif mengenai riwayat seksual pasien. Bahkan tetap diperlukan menggali latar belakang pasien yang lebih menyeluruh, misalnya menyangkut informasi mengenai hal-hal berikut:

umur pertama kali melakukan hubungan seksual kondisi saat melakukan hubungan seksual terakhir riwayat kehamilan, keguguran, penggunaan kontrasepsi atau penggunaan alat pengaman lain riwayat penyakit menular seksual lain sebelum dan faktor-faktor yang berhubungan seperti perjalanan keluar kota, penggunaan obat terlarang dan alkohol riwayat penyimpangan seksual (sexual abuse) permasalahan psikologis permasalahan psikoseksual seperti gangguan ereksi dan ejakulasi, menurunnya gairah seksual dan nyeri saat berhubungan latar belakang adat, budaya dan agama

Tidak Menilai Gaya Hidup Kekacauan awal untuk menjelaskan aktivitas seksual dapat timbul jika sebelumnya sudah didahului dengan semacam penilaian akan hubungan pasien dengan pasangannya. Usahakan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak mencoba untuk mengira-ngira jenis kelamin pasangannya atau jenis hubungan pasien dengan pasangannya, dengan mengajukan pertanyaan seperti ini : Apakah Anda mempunyai pasangan tetap? Apakah Anda mempunyai pasangan tetap yang lain? Kapan terakhir kali Anda melakukan hubungan seks dengan pasangan Anda? Harus dihindari untuk menanyakan apakah pasangan yang sekarang dengan sesama jenis, lawan jenis atau kedua-duanya. Untuk menentukan jenis hubungan tersebut sebaiknya menghindari pertanyaan seperti : Apakah Anda seorang gay?, atau Apakah Anda heteroseksual?, atau Apakah Anda tidak memilih-milih jenis kelamin dalam menjalin hubungan?, atau Apakah Anda seorang yang tidak setia pada satu pasangan?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menjurus pada kesan stereotipi tertentu dan

menyebabkan reaksi penolakan dari pasien. Pertanyaan menyangkut aktivitas dan pekerjaan akan lebih mudah menarik pasien daripada pertanyaan-pertanyaan menyangkut gaya hidup dan orientasi seksual.

Pertanyaan berikut dapat ditanyakan : Apakah dengan seorang pria atau wanita, atau keduanya? Apakah sebelumnya dengan seorang pria atau wanita?

Implikasi dari masalah seksual yang dihadapi pasien terhadap hubungan dengan pasangannya seharusnya dapat diungkap juga. Jadi istri Anda tidak tahu kalau Anda mengalami keluhan susah buang air kecil ini? Tadi Anda mengatakan kalau habis melakukan hubungan seks dengan istri minggu lalu. Kira-kira kalau Anda kami obati sementara istri Anda juga mengalami keluhan infeksi seperti susah buang air kecil ini, apa yang Anda akan katakan kepadanya? Tidak Menilai Kehidupan Seksual Hal-hal khusus yang lebih terperinci tentang kehidupan seksual perlu diperjelas ketika menggali riwayat seksual. Pemeriksa perlu meminta pasien menguaraikan hal tertentu misalnya terhadap pernyataan : Kami menikmati kehidupan seks kami. Terkadang perlu memahami pernyataan pasien seperti : Tn. Budi Dr. Arif : Kami masuk tidur sama-sama. : Bisa ceritakan apa yang Anda lakukan ketika masuk tidur bersama tersebut? Tn. Budi Dr. Arif : Kami melakukan hubungan seks. : Kalau Anda berhubungan seks, apakah berhubungan kelamin saja, atau lewat anal, atau bisa kedua-duanya?

Pasien mungkin merasa risih bila menguraikan suatu aktivitas seks tertentu. Terkadang pemeriksa perlu menyebut satu persatu aktivitas seks, sehingga kerisauan akan hal tersebut dapat dihilangkan. Sekaligus membuka jalan bagi pasien untuk lebih terbuka mendiskusikan mengenai aktivitas seksualnya. Tadi Anda mengatakan kalau melakukan hubungan seks. Bisa dijelaskan kalau itu maksudnya saling berhubungan badan? Apakah juga melakukan oral seks? Atau bermasturbasi satu sama lain? Tidak boleh memunculkan asumsi terhadap sesuatu istilah atau topik yang tidak dimengerti. Pemeriksa misalnya bisa menanyakan : Maaf, rasanya saya belum mengerti dengan istilah saling melingkari tadi. Bisa dijelaskan maksudnya? Sangat penting untuk tetap bersikap netral dan tidak mengemukakan pendapat pribadi mengenai normal tidak normalnya aktivitas seksual tersebut. Reaksi emosional berupa kesan syok atau terkejut sebaiknya tidak ditunjukkan. Pertanyaan tentang pengalaman seksual pasien harus dibingkai dalam arah pembicaraan yang positif. Misalnya akan lebih baik dengan mengajukan pertanyaan : Kapan terakhir kali Andan berhubungan?

daripada pertanyaan : Apakah Anda sudah melakukan hubungan seks?. Dengan begitu akan didapatkan jawaban yang lebih jujur. Disarankan menggunakan kata-kata yang lebih sederhana dan mudah dipahami daripada menggunakan istilah-istilah kedokteran. Di lain pihak jangan menggunakan bahasa jalanan atau bahasa prokem yang cenderung kasar dan tidak profesional. Pertama-tama periksa apakah pasien memahami istilah-istilah aktivitas seksual atau istilah mengenai anatomi bagian kelamin dan reproduksi, karena kadangkala yang seperti ini dapat menimbulkan salah maksud. Gunakan Kesempatan Untuk Melakukan Edukasi Kekuatiran pasien akan masalah seksual dan masalah kesehatan lainnya merupakan peluang untuk melakukan edukasi tentang kesehatan secara umum. Dengan tujuan agar lebih berguna dan dapat diterima pasien, edukasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor usia dan perkembangan mental pasien, demikian juga faktor adat budaya dan agama. Anda sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa tes antibodi HIV Anda hasilnya negatif, kira-kira selanjutnya bagaimana Anda menjaga supaya tidak tertular? Tn. Budi Dr. Arif : : Mengurangi berhubungan seks. Betul, tapi perlu diingat bahwa Anda tetap berisiko tertular jika berhubungan seks. Bagaimana pendapat Anda kalau memakai kondom? Konsultasikan ke ahlinya Berbagai tahap pemeriksaan mungkin diperlukan untuk memeriksa pasien-pasien dengan masalah yang berkaitan dengan keluhan seksual, mencakup dokter pribadi yang menjadi konsultan medisnya, spesialis penyakit kulit dan kelamin, spesialis bedah, urolog, ginekolog, konsultan seks dan perkawinan, psikolog dan psikiater.

Dr. Arif

KESIMPULAN 1. Munculnya permasalahan sosial dan medis, seperti HIV dan hepatitis-C, menghadapkan kita pada masalah sensitif dan kompleks yang memerlukan perhatian lebih luas. 2. Selalu ada kecenderungan untuk membuat asumsi dan penilaian menyangkut kehidupan seksual seseorang dengan pandangan tertentu yang stereotipik. 3. Permasalahan seksual kemungkinan besar mempunyai suatu dampak atau berhubungan dengan masalah lain diluar masalah seksual tersebut. 4. Diperlukan ketrampilan khusus untuk dapat memberikan edukasi/konseling pada pasienpasien dengan masalah seksual. 5. Dalam mendiskusikan masalah seksual hendaknya mengikuti prinsip-prinsip : Tepat tujuan dan sasaran Jangan terpaku pada asumsi tertentu Jangan bertindak stereotip Ajukan pertanyaan yang tidak langsung mencap seseorang Gunakan bahasa verbal yang dimengerti Bersikap profesional Bina hubungan baik Tanyakan yang tidak dimengerti Tanya mengenai perilaku seksual, bukan gaya hidupnya Timbulkan kepercayaan diri dan jaga kerahasiaan pasien.

CHECK LIST KETERAMPILAN KOMUNIKASI MASALAH SEKSUAL No Aspek yang dinilai 0 Ketrampilan Komunikasi Dasar 1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan mempersilahkan duduk 2. Membina sambung rasa 3. Menjaga proses komunikasi 4. Menunjukkan empati Ketrampilan Mengumpulkan Informasi 5. Menggali identitas lengkap 6. Menggunakan bahasa verbal yang dipahami 7. Melakukan cross check 8. Mencatat ringkasan wawancara Ketrampilan Anamnesis Umum 9. Menanyakan/menggali dan memastikan keluhan utama 10. Menyakan riwayat penyakit sekarang 11. Menggali riwayat penyakit dahulu 12. Melakukan anamnesis sistem 13. Menggali riwayat psikososial 14. Menggali riwayat keluarga Ketrampilan Anamnesis Masalah Seksual 15. Membuka pokok pembicaraan yang berhubungan dengan masalah seksual dan memastikan kerjasama pasien 16. Menanyakan riwayat penggunaan obat terlarang dan alkohol 17. Menanyakan riwayat penggunaan kontrasepsi/alat pengaman yang lain 18. Menanyakan riwayat hubungan seksual dengan istri/suami 19. Menanyakan riwayat kekerasan seksual 20. Menanyakan riwayat psikoseksual 21. Menanyakan riwayat patner seksual 22. Menanyakan riwayat aktifitas seksual Ketrampilan memberikan bimbingan dan nasehat dan menutup wawancara 23. Menjelaskan diagnosa sementara 24. Memberikan edukasi 25. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya 26. Menutup wawancara TOTAL Keterangan: 0 1 2 = Tidak dilakukan = Dilakukan tetapi kurang benar = Dilakukan dengan benar Skor 1 2

PENGGUNAAN SKENARIO UNTUK LATIHAN Latihan pada keterampilan komunikasi Blok X lebih ditekankan pada kemampuan dalam melakukan anamnesis pada masalah seksual, serta kemampuan dalam

memberikan bimbingan/konseling dan nasehat sesuai dengan kondisi yang dialami pasien, dengan tetap memperhatikan teknik-teknik komunikasi dasar.

Skenario 1 Nama Umur Pendidkan Pekerjaan Alamat : : : : : Ny. Ida 25 tahun Sarjana PNS Sempaja Lestari Indah Blok B. 42

Keluhan Utama

: Gatal-gatal pada kemaluan Keluhan sudah dialami kurang lebih 1 bulan,

Keluhan Lain Keterangan lain -

: Keputihan berwarna kuning, berbau :

Aktif berhubungan intim dengan suami. Sungkan berobat kedokter, saat ini terpaksa karena sudah sangat mengganggu punya 1 orang anak perempuan umur 2 tahun Tidak pernah keguguran Hubungan dengan suami, keluarga dan lingkungan : baik Riwayat penyakit dalam keluarga tidak ada Suami PNS, sering tugas luar Suami juga sering mempunyai keluhan sakit pada saat buang air kecil Belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya

Tugas : Lakukan Anamnesis dan Konseling/Nasehat

Skenario 2. Nama Umur : Tn. Amir : 28 tahun

Pendidikan : SMA Alamat : Bengkuring

Pekerjaan : Perusahaan Batubara

Keluhan Utama

: Sakit saat kencing Keluhan dialami 4 hari yang lalu.

Keluhan lain

: Dari kemaluan keluar cairan berwarna kuning

Keterangan tambahan : Sebelumnya melakukan hubungan dengan wanita lain di lokalisasi Pada pagi hari kemaluan sering tegang Penah melakukan oral seks Tidak pernah melakukan anal seks Tidak mengkonsumsi narkoba, tetapi sering minum-minum alkohol dengan teman Sering masturbasi sendiri Sudah sering mengalami hal yang sama Sudah berobat ke mantri tetapi tidak sembuh Anak pertama dari 3 orang saudara Sudah melakukan hubungan seks saat umur 18 tahun, dengan pacar

Tugas : Lakukan Anamnesis dan Konseling/Nasehat

Anda mungkin juga menyukai