GANGGUAN PSIKOSEKSUAL
PENGERTIAN
2.
3.
4.
5.
6.
7. Bestially.
adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing,
kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8. Incest.
Hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah
dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok.
9. Necrophilia / Necrofil.
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat
/ orang mati.
10. Zoophilia.
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks
dengan hewan.
11. Sodomi.
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik
pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12. Frotteurisme / Frotteuris.
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks
dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di
tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
Disfungsi
penampilan seksual
RESPON
MALADAPTIF
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien
sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru.
Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi
mengenai penngetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk
dibicarakan pada waktu yang akan datang.
Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk
mulai membahas masalah seksual
Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang dibahs,
bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk
seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk
mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual
Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang
motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi
terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
2.
Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI
Tujuan Jangka Pendek
Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam penurunan fungsi seksual dalam
1 minggu
Untuk pasien dengan disfungsi permanen karenan proses penyakit : pasien akan
mengatakan keinginan untuk mencari bantuan profesional dari seorang terapis seks
supaya belajar alternatif cara untuk mencapai kepuasan seksual dengan pasangannya
dalam dimensi waktu ditetapkan sesuai individu
Tujuan Jangka Panjang
Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk
dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh situasi individu)
Intervensi :
Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubunngan seksual
Kaji persepsi pasien terhadap masalah
Bantu pasien menetapkan dimensi waktu yang berhubungan dengan awitan masalah dan
diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi
seksual
Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang
mungkin menyusahkan dirinya
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan sksual yang berbeda,
penyesuaian diri terhadap seksual terlambat.
Intervensi :
Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien terhadap
pola seksual
Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan
pasangan seksualnya
Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin menambah
konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
Terima dan jangan menghakimi
Bantu terapis dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu pasien
yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang berbeda
Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
medis, berikan informasi untuk pasien dan pasangannya berkenaan dengan
hubungan antara penyakit dan perubahan seksual
2.
3.
Permasalahan 1
Carl (55 Tahun) mengalami kesulitan untuk mempertahankan ereksinya walaupun ia belum
menikah ia terlibat hubungan intim dengan seorang wanita (50 Tahun). Karena merasa malu
ia enggan ke klinik, Wawancara yang diteliti menemukan bahwa Carl melakukan hubungan
seks 2 kali seminggu. Tetapi permintaan klinisnya untuk memberikan deskripsi terperinci
tentang aktivitas seksualnya menggungkapkan adanya pola yang tidak lazim. Carl tidak
melakukan pemanasan dan langsung melakukan penetrasi! Malangnya, karena
pasangannya belum terangsang dan terlubrikasi, ia tidak dapat melakukannya. Usaha matimatiannya kadang-kadang mengakibatkan terjadinya lecet-lecet pada keduanya. Dua sesi
pendidikan seks yang tidak ekstensif, termasuk instruksi langkah demi langkah untuk
pemanasan membuat pandangan Carl terhadap seks berubah. Untuk pertama kali dalam
hidupnya ia berhasil memuaskan pasangannya.
Diagnosa
Carl atau subjek memiliki permasalahan bahwa Carl mengalami stress yang diakibatkan
karena ketidakmampuannya mencapai dan mempertahankan ereksi dan juga karena
ketidakmampuannya memuaskan pasangannya.
Pembahasan
Dalam contoh kasus yang dialami Carl atau subjek memiliki permasalahan bahwa Carl
mengalami stress yang diakibatkan karena ketidakmampuannya mencapai dan
mempertahankan ereksi dan juga karena ketidakmampuannya memuaskan pasangannya.
Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan pendekatan psikodinamika umum yang menyatakan
bahwa klien sering kali tidak mampu menyampaikan dengan jelas masalah yang benarbenar mengganggu mereka kepada terapis dapat membantu pengukuran dan perencanaan
yang tepat untuk terapi perilaku (Kaplan, 1974). Psikodinamika suatu paradigma yang
berasal dari Sigmund Freud yang berfokus pada represi dan proses-proses bawah sadar
lainnya yang dapat ditelusuri ke konflik-konflik di masa kecil. Paradigma psikoanalisis secara
umum mencari penyebab abnormalitas dalam ketidaksadaran dan masa awal kehidupan
pasien, walaupun analis ego di masa kini memberikan penekanan yang lebih besar terhadap
Michael berusia 26 tahun, tampan berwajah kekanak-kanakan, menikah dan memiliki anak
perempuan berusia 3 tahun. Ia telah menghabiskan seperempat hidupnya di sekolah
asrama dan penjara. Pada masa remaja, ia sering membuat keributan. Sebagai orang
dewasa muda, ia mulai mengekspose dirinya. Ia pergi ke klinik tanpa sepengetahuan
istrinya karana ia telah semakin mengekspose dirinya_ lebih dari tiga kali sehari, dan ia
takut bahwa pada akhirnya ia akan di tangkap dan akan dimasukkan ke penjara lagi.
Michael mengatakan ia menyukai hubungan seks dengan istrinya, tetapi tidak sama
menyenangkannya di bandingkan jika ia menekspose dirinya.Ia tidak dapat mencegah
perilaku ekshibisionisnya, terutama sekarang, ketika ia sedang tidak bekerja dan khawatir
tentang dari mana keluarganya dapat membayar uang sewa untuk bulan depan. Ia
mencintai anaknya lebih dari apapun dan tidak dapat menahan pikiran bahwa ia akan
dipisahkan dari anaknya. Cara yang dilakukan oleh Michael adalah sebagai berikut: Ia akan
mencari remaja wanita tang ramping, biasanya sekitar usia SMP dan SMA. Ia akan
mengeluarkan penisnya dari celana dan memainkannya sambil menyetir kea rah orang
atau sekelompok kecil anak perempuan. Ia akan menurunkan kaca jendela mobilnya,
meneruskan bermain dengan dirinya, dan menanyakan arah pada mereka. Terkadang
anak-anak itu tidak melihat penisnya. Namun hal itu tidak apa-apa. Terkadang mereka
melihatnya dan tidak bereajsi apa-apa. Hal itu juga tidak apa-apa. Ketika mereka
melihatnya dan menjadi terganggu serta takut, itu adalah hal yang terbaik dari semuanya.
Ia akan memulai bermaturbasi lebih keras lagi, dan ia dapat mrngatur ejakulasinya
sebelum anak-anak itu pergi. Michael memiliki sejarah yang tidak baik. Ayahnya
meninggalkan rumah sebelum ia lahir, dan ibunya menjadi pemabuk berat. Ia keluar
masuk panti asuhan selama masa kanak-kanknya, di semua distrik utama di bagian new
York. Sebelum ia berusia 10 tahun, ia terlibat dalam aktifitas seksual dengan anak laki-laki
tetangganya. Sering ksli, anak laki-laki juga memaksa anak perempuan tetangganya untuk
melakukan petting, dan perasaan Michael bercampur aduk saat anak tersebut marah. Ia
merasa tidak enak karenanya, tetapi ia juga menikmatinya. Beberapa kali anak perempuan
tersebut terlihat takut melihat penisnya, dan hal tersebut membuatnya merasa seperti
laki-laki sejati. Untuk melihat pandangan seperti itu, kalihan tahu, dari anak perempuan,
2. DIAGNOSA
Orang yang didiognosis mengidap ekshibisionisme biasanya tidak tertarik
pada kontak seksual actual dengan korban dan kerena itu biasanya tidak
berbahaya. Namun begitu, korban dapat merasa bahwa dirinya dalam
bahaya besar dan dapat mengalami trauma karena peristiwa itu. Saran
yang paling untuk korban adalah untuk tidak menunjukkan reaksi apapun
pada orang yang mengekspose dirinya dan tetao bersikap biasa saja, jika
memungkinkan. Tidak bijaksana untuk menghina orang yang
mempertontonkan dirinya, bahkan hal itu dapat membangkitkan reaksi
kekerasan. Juga tidak di anjurkan untuk menunjukkan reaksi terkejut atau
takut yang berlebihan ; hal ini cenderung mendorong orang tersebut untuk
semakin mempertontonkan dirinya.
Sejumlah peneliti melihat ekshibisionisme sebagi cara tidak langsung untuk
menunjukkan kekerasan pada wanita, mungkin kerena memiliki persepsi
yang salah tentang wanita pada masa lalu atau karena tidak di perhatikan
atau tidak di anggap serius oleh wanita (Geer, Heiman,& Laitenberg,1984).
Pria dengan gangguan ini cenderung pemalu, tergantung, serta kurang
memiliki ketrampilan social dan seksual, bahkan terhambat secara social
(Dwyer,1988). Sejumlah orang meragukan maskulinitas mereka dan
memiliki perasaan ferior. Rasa jijik atau ketakutan korban membangkitkan
rasa menguasai situasi dan meningkatkan rangsangan seksual mereka.
Kasus berikut merupakan contoh dari ekshibionisme
Seorang pria berusia 45 tahun dikunjungi oleh seorang psikiater pada saat di
tahan untuk kedua kalinya karena menggosok-gosokkan dirinya pada seorang
wanita di kereta bawah tanah. Ia akan memilih target seorang wanita pada
usia 20-an ketika memasuki stasiun kereta bawah tanah. Kemudian ia akan
memposisikan dirinya di belakang wanita tersebut pada tempat menuggu
kereta tiba. Kemudian ia akan mengikutinya ke dalam kereta dan ketika pintu
tertutup, ia akan memulai menabrakkan dirinya ke pantat wanita tersebut,
sambil membayangkan mereka sedang menikmati hubungan seksual di mana
mereka saling mencintai. Ia dapat mencapai orgasme pada sekitar lima puluh
persen dari aktifitas yang di lakukannya. Kemudian ai akan melanjutkan
perjalananya ke kantor. Terkadang ketika ia tidak dapat mencapai orgasme, ia
akan berganti kereta dan mencari korban lainnya. Meskipun ia merasa
bersalah untuk beberapa saat setelah setiap episode, ia akan segera terpaku
dengan pikiran tentang tindakan selanjutnya. Ia tidak pernah memikirkan apa
yang di rasakan korbannya mengenai apa yang telah ia lakukan pada mereka.
Meskipun ia menikah dengan wanita yang sama selama 25 tahun, ia terlihat
janggal dan tidak asertif dalam hubungan social, terutama dengan wanita.