YUNARA EKA SETIA. 0410472015-47. Studi Persilangan Anggrek Bulan
Spesies (Phalaenopsis schilleriana) dan Anggrek Bulan Hibrida (Phalaenopsis Musashino). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Damanhuri, MS. Dan Dr. Ir. Arifin Noor Sugiharto, M.Sc.
Anggrek bulan (Phalaenopsis sp.) merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak digunakan sebagai bahan persilangan untuk menghasilkan jenis baru. Keragaman bentuk dan corak warna yang dimiliki oleh anggrek bulan sangat potensial untuk dikembangkan guna menambah keragamannya. Persilangan anggrek bulan maupun anggrek-anggrek lainnya biasanya dilakukan antara anggrek spesies (alami) dengan anggrek hibrida (hasil persilangan). Tujuan persilangan untuk mendapatkan variasi dan menggabungkan sifat-sifat yang dimiliki dari kedua anggrek yang disilangkan. Dalam melakukan persilangan sering ditemukan berbagai kendala yang dapat menghambat keberhasilan persilangan, diantaranya fertilitas dan viabilitas polen, posisi bunga sebagai tetua jantan atau tetua betina, jenis tanaman yang digunakan (spesies atau hibrida). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan persilangan antara anggrek bulan spesies (Phalaenopsis schilleriana) dengan anggrek bulan hibrida (Phalaenopsis Musashino) dan resiproknya pada umur mekar bunga jantan yang berbeda. Hipotesis yang diajukan adalah diduga persilangan antara anggrek bulan spesies (Phalaenopsis schilleriana) dengan anggrek bulan hibrida (Phalaenopsis Musashino) dan resiproknya memberikan tingkat keberhasilan persilangan yang berbeda akibat penggunaan polen bunga jantan yang memiliki umur mekar berbeda. Penelitian dilaksanakan di screen house Fakultas Pertanian dan Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Agustus 2006 sampai dengan April 2007. Alat yang digunakan adalah mikroskop, kamera, skalpel, tusuk gigi, gelas ukur, pipet tetes, gelas obyek, gelas penutup, cawan petri, hand tally counter, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah tanaman anggrek Phalaenopsis schilleriana, Phalaenopsis Musashino, larutan YKI (terdiri dari:Yodium dan Kalium Iodida), dan aquades. Metode penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor dan diulang 3 kali. Variabel pengamatan yang dilakukan adalah persentase polen fertil, morfologi stigma pasca persilangan, dan persentase keberhasilan persilangan. Pada pengamatan polen fertil dilakukan dengan 2 faktor. Faktor I (jenis polen) meliputi 2 macam yaitu: (J 1) Polen Phal. Schilleriana dan (J 2) Polen Phal. Musashino. Faktor II (umur bunga) meliputi 3 macam yaitu: (U1) 4 hsm (hari setelah mekar), (U2) 8 hsm, dan (U3) 12 hsm. Pada pengamatan keberhasilan persilangan dilakukan dengan 2 faktor. Faktor I (jenis persilangan) meliputi 2 macam yaitu: (S1) Phal. schilleriana ><Phal. Musashino dan (S2) Phal. Musashino ><Phal. schilleriana, dimana bunga betina yang disilangkan berumur 4 hsm. Faktor II (umur bunga jantan) meliputi 3 macam i
yaitu: (U1) 4 hsm, (U2) 8 hsm, dan (U3) 12 hsm. Perhitungan analisis ragam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNJ (beda nyata jujur) 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fertilitas polen yang tinggi adalah pada perlakuan J 2U1 yaitu sebesar 83.66% dan J 1U1 yaitu sebesar 82.41%. Fertilitas polen semakin menurun pada perlakuan J 1U2, J 1U3, J 2U2, dan J 2U3. Penurunan persentase fertilitas polen menunjukkan perbedaan yang nyata pada Phalaenopsis Musashino, sedangkan pada Phalaenopsis schilleriana tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Morfologi stigma pasca persilangan menunjukkan perubahan yaitu stigma mengalami pembengkakan dan ukuran polen di dalam stigma semakin membesar. Persentase keberhasilan persilangan yang tinggi yaitu pada perlakuan S1U2 dan S2U1. Penurunan persentase keberhasilan persilangan menunjukkan perbedaan yang nyata pada Phalaenopsis schilleriana >< Phalaenopsis Musashino, sedangkan pada Phalaenopsis Musashino >< Phalaenopsis schilleriana tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.