Anda di halaman 1dari 13

ANGGREK PERSILANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sangat kaya dengan keragaman jenis dan varietas anggrek spesies.
Ribuan jenis anggrek itu tersebar dalam rimba belantara. Namun, perambahan hutan,
pembukaan hutan untuk pemukiman baru, usaha pertambangan, pencetakan
perkebunan baru, serta penebangan pohon untuk industri kayu menyebabkan populasi
anggrek spesies terancam punah atau langka (Sarwono, 2002).
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga nasional
Indonesia, Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai Puspa Pesona
Indonesia mendampingi bunga melati (Jasminum sambac) yang ditetapkan sebagai
puspa bangsa Indonesia dan padma raksasa (Raflesia arnoldii) sebagai puspa langka
Indonesia. Penobatan Phalaenopsis amabilis sebagai puspa pesona tidaklah
berlebihan, karena tampilan bunganya memang cantik dan anggun. Bentuk
bunga Phalaenopsis sangat khas, menyerupai kupu-kupu. Oleh sebab itu, anggrek ini
diberi

nama Phalaenopsis (Phalaina berarti

lebah

atau

kupu-kupu,

sedangkan opsis artinya penampakan) dan amabilis(cantik atau indah). Untaian


bunganya yang memanjang dan menjuntai kedepan menambah daya tarik pesonanya.
Warnanya putih bersih dan susunan perhiasan bunganya membulat seperti bulan. Sifat
bunganya yang mekar serempak merupakan kriteria unggulan yang diinginkan para
pemulia tanaman hias. Di Indonesia, anggrek ini biasanya dikenal dengan nama
anggrek bulan (Moon Orchid), tetapi masyarakat dunia lebih suka menyebutnya
sebagai anggrek lebah (Moth Orchid). Dahulu daya beli masyarakat terhadap anggrek
menurun, keadaan ekonomi merosot, dan banyak peraturan untuk mencegah anggrek
spesies di ambil secara terus menerus. Maka mulailah para penganggrek mengadakan
penyilangan-penyilangan spesies dan membudidayakannya (Sarwono, 2002).
Sampai saat ini tanaman anggrek banyak diminati dibandingkan dengan jenis
tanaman hias lainnya. Lebih dari 75% dari semua jenis anggrek yang paling banyak

diperdagangkan adalah Phalaenopsis sp. Tingginya potensi anggrek harus diimbangi


dengan pengembangan jenis-jenis baru yang lebih unggul (Zainudin, 2004).
Anggrek hasil silangan satu spesies atau varietas dengan yang lainnya disebut
anggrek hibrida. Jumlah anggrek hibrida bertambah terus tiap tahunnya. Saat ini
diduga ada 35.000 hibrida (Sitanggang, 2006). Variasi yang ada pada anggrek
merupakan salah satu keunggulan tanaman tersebut yang memungkinkan untuk
dibuat hibrida-hibrida baru (Purwantoro et.al., 2005). Hasil persilangan atau anggrek
hibrida biasanya tumbuh bagus pada media genting (Mujahidin, 2005).
1.2 Tujuan
Tujuan

penyilangan

anggrek

Phalaenopsis

amabilis

hybrid

antara

Phalaenopsis V3 X Phalaenopsis amabilis Formosa dalam praktikum teknologi


pemuliaan tanaman ini adalah mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk
bunga yang menarik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anggrek

bulan

(Phalaenopsis

amabilis)

merupakan

jenis

anggrek

(Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna
putih.

Anggrek

bulan

(Phalaenopsis

amabilis)

termasuk

dalam

tanaman

anggrek monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang


hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar anggrek bulan
berwarna putih berbentuk bulat memanjang dan terasa berdaging. Bunga anggrek
bulan memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta dapat tumbuh
hingga diameter 10 cm lebih. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan
tersebar luas mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia.
Anggrek bulan hidup secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon
di hutan-hutan. Secara liar anggrek bulan mampu tumbuh subur hingga ketinggian
600 meter dpl (Bey,2006).
Anggrek bulan termasuk anggrek epifit monopodial yang tumbuh menjuntai.
Batangnya sangat pendek dan terbungkus oleh seludang daun. Daunnya berjumlah
kurang dari 5 helai, berwarna hijau, tebal, berdaging, berbentuk lonjong bulat telur
sungsang atau jorong, melebar di bagian ujungnya, berujung tumpul, atau sedikit
meruncing, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-8 cm. Akar-akarnya berbentuk
bulat memanjang serta berdaging, bercabang, berwarna putih dan hijau di bagian
ujungnya. Bunga tersusun dalam tandan dan kadang-kadang bercabang dengan
panjang karangan bunga mencapai 50 cm yang tumbuh menjuntai. Setiap tangkai
mendukung 10-12 kuntum bunga dengan daun penumpu 5 mm berbentuk segitiga.
Bunganya cukup harum dan waktu mekarnya lama. Perhiasan bunga tersusun
membulat, dengan diameter 6-10 cm atau lebih, dan mahkotanya bertumpang tindih
dengan kelopak tersusun membundar. Warna bunga putih bersih dengan sedikit
variasi kuning dan bintik kemerahan di bibir bunga. Bibir kedua cuping sampingnya
tegak melebar dan bagian tepi depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan.
Buah berbentuk bulat lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm (Arditti,1996).

Phalaenopsis bisa ditanam dalam pot atau ditempelkan pada batang pohon,
lempengan pakis, maupun kepingan kayu. Pot yang digunakan bisa berupa pot tanah
liat atau pot plastik dengan memodifikasi media tumbuhnya. Pada prinsipnya,
anggrek memerlukan kelembapan tinggi, namun tidak menyukai kadar air yang
berlebihan. Sirkulasi udara juga harus lancar agar tidak timbul penyakit. Pot harus
diberi lubang pada bagian bawah dan samping agar tidak ada air yang tersimpan.
Media yang digunakan dapat berupa pecahan genting, arang, dan cacahan pakis.
Media tersebut hanya digunakan untuk tempat menempel dan membantu berdirinya
tanaman, sedangkan nutrisi diperoleh dari pemupukan yang dilakukan dengan cara
penyemprotan. Teknik pemberian pupuk cair yang dialirkan dalam talang ke pot-pot
berisiPhalaenopsis seperti sistem hidroponik, cukup baik hasilnya.
Anggrek ini memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak
menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan
lebih efektif jika dilakukan secara generatif dari pada vegetatif. Proses
perkecambahan biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam media agar-agar buatan
yang dilakukan secara steril. Biji anggrek kecil berupa serbuk tidak memiliki
cadangan makanan (endosperm), sehingga perlu dibantu dengan penambahan unsur
hara makro, mikro, vitamin, dan gula yang diperlukan untuk perkecambahan. Unsur
hara paling sederhana yang dapat digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek
adalah pupuk daun Hyponex, namun secara umum media anggrek standar yang
banyak digunakan adalah Vacin & Went dan Knudson C. Media tersebut dapat
dimodifikasi dengan penambahan bahan organik seperti air kelapa, tomat, tauge,
kentang, atau ubi. Hibrida Phalaenopsis, pemanfaatannya lebih banyak untuk
tanaman pot (pot plant) yang diciptakan sesuai dengan selera konsumen, baik dari
segi warna, ukuran, maupun bentuk bunganya. Sampai saat ini, sudah banyak hibrida
Phalaenopsis yang dihasilkan baik melalui persilangan antar spesies (interspecific
hybrid) maupun antar genera (intergeneric hybrid) (Bechtel,1992).
Penyerbukan adalah melekatnya serbuk sari dari tepung sari atau pollinia di
dalam lubang putik. Prinsip penyerbukan anggrek sangatlah sederhana, yaitu dengan

cara mengambil pollinia atau pollinaria dari jenis anggrek dimasukkan ke dalam
stigma bunga jenis anggrek yang telah masak. Penyerbukan dinamakan persilangan,
jika kedua bunga yang dikawinkan atau diserbukkan termasuk dua jenis tanaman
yang berlainan (Soeryowinoto, 2010).
Persilangan pada anggrek dibagi menjadi dua cara yaitu self-pollination yaitu
persilangan yang dilakukan oleh satu jenis anggrek saja, sedangkan cross-pollination
adalah persilangan anggrek antara dua atau lebih jenis anggrek. Persilangan anggrek
pada self-pollination ataupun pada cross-pollination dapat dibantu oleh pollinator
seperti lebah anggrek atau manusia. Contoh pollinator tanaman anggrek adalah
Calochilus campestris R.Br. yang tingkah lakunya konsisten dengan mekanisme
persilangan pseudocopulation (Bower et.al., 1993).
Menurut Sarwono (2002), persilangan anggrek dibagi menjadi tiga yaitu
persilangan spesies, interspesifik dan intergenerik. Persilangan spesies adalah
persilangan yang dilakukan pada spesies yang sama. Persilangan interspesifik adalah
persilangan yang dilakukan pada spesies berbeda tetapi masih tergolong pada genus
yang sama, hasil persilangan ini menghasilkan anggrek yang tingkat kesuburannya
tinggi sehingga banyak dipakai sebagai induk. Sedangkan persilangan intergenerik
adalah persilangan antara dua sampai lima spesies anggrek dari genera yang berbeda.
Menurut Agro Media (2006) menjelaskan beberapa pedoman penyilangan
yang harus dikuasai, yaitu mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan
disilangkan, agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi yang
akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti warna dan bentuk bunga. Sebagai
induk betina, pilih induk yang mempunyai bunga yang kuat, tidak cepat layu atau
gugur. Pilih kuntum bunga yang masih segar atau telah membuka penuh. Penyilangan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah penyiraman.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pada percobaan penyilangan anggrek Phalaenopsis amabilis hybrid dalam

praktikum teknologi pemuliaan tanaman ini digunakan alat dan bahan yang diuraikan
pada tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1 alat dan bahan
Alat
Pinset

Bahan

anggrek Phalaenopsis V3 dan Phalaenopsis


amabilis Formosa

Kapas
pipet tetes
spidol
gunting

alkohol
air
selotip
benang kasur
kertas
Tusuk gigi

3.2 Metode Kerja


Disiapkan 2 tanaman anggrek dalam polybag yang sudah mekar penuh
semuanya Phalaenopsis V3dan Phalaenopsis amabilis Formosa. Selanjutnya
disiapkan sebatang tusuk gigi. Dibuka kap polonia yang terdapat pada ujung column
di dalamnya akan terlihat polonia yang berwarna kuning. Disiapkan ujung tusuk gigi
pada lubang kepala putik dan diambil dengan hati-hati polonia. Polonia yang sudah
diambil kemudian dimasukkan ke dalam lubang kepala putik. Selanjutnya diberi label
yang diikatkan pada tangkai bunga yang berisi catatan tanggal penyerbukan dan nama
bunga jantan dan betina yang diambil polonianya serta warna dari masing-masing
bunga tersebut. Tanaman disiram secara berkala minimal dua hari sekali dan diambil
data secara berkala pula dengan diamati pula perkembangannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Percobaan persilangan yang dilakukan antara anggrek Phalaenopsis V3
dan Phalaenopsis amabilis Formosa terlihat pada Gambar 4.1 menunjukan tanaman
anggrek hasil perkawinan silang yang berhasil tumbuh dan menghasilkan varietas
baru.

Gambar 4.1 hasil penyilangan Phalaenopsis V3 dan Phalaenopsis amabilis Formosa

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan persilangan tanaman Phalaenopsis V3 dan Phalaenopsis amabilis
Formosa
Tanggal
1-Oct
8-Oct
15-Oct

22-Oct
29-Oct

Parameter

1
7.5
3.5
8.5
4
9.3
4.2
9.3
4.3
9.5
4.4

Panjang (cm)
Keliling (cm)
Panjang (cm)
Keliling (cm)
Panjang (cm)
Keliling (cm)
Panjang (cm)
Keliling (cm)
Panjang (cm)
Keliling (cm)

Bunga
2
7.4
3.5
8
4
9
4.1
9.1
4.2
9.2
4.2

3
7.8
3
8
3.5
8.1
3.7
8.5
3.9
8.7
4

Keliling Buah Anggrek


5
4

Keliling Buah (cm)

Buah 1

Buah 2

Buah 3

1
0

41920 41934
41913 41927 41941
Grafik 4.1 Keliling buah anggrek

Panjang Buah Anggrek


10
8

Panjang Buah (cm)

Buah 1

Buah 2

Buah 3

2
0

41920 41934
41913 41927 41941
Grafik 4.2 Panjang buah anggrek

Pada hasil pengamatan ditunjukan pada percobaan penyilangan tanaman


anggrek Phalaenopsis V3 dan Phalaenopsis amabilis Formosa terlihat setelah
beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu. Namun setelah
diamati beberapa hari terlihat bakal buah tersebut terus berkembang menjadi buah
pada minggu ketiga. Buah yang masak terlihat merekah dengan dicirikan adanya
perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan. Menurut Dressler
(1993) setelah melakukan penyilangan, biasanya bunga anggrek layu pada keesokan
harinya atau tergantung dari jenis anggrek. Setelah bunga layu maka diikuti dengan
menggelembungnya bagian tempat melekatnya mahkota bunga dan berwarna hijau
yang disebut dengan ovari. Ovari terbagi menjadi 3 atau 6 bagian. Buah akan matang
selama 3-4 bulan atau tergantung oleh jenis tanaman anggrek yang disilangkan.
Setelah buah matang maka akan pecah dan biji siap untuk di kultur (Dressler,1993).
Hasil penyilangan anggrek yang dilakukan pada anggrek Phalaenopsis V3 dan
Phalaenopsis amabilis Formosa ada yang menghasilkan buah dan berdasarkan data
pengamatan didapat terjadi peningkatan ukuran panjang dan keliling buah dan pada
akhirnya terbentuklah anggrek yang baru. Keberhasilan dalam penyilangan tersebut
merupakan beberapa factor yang mendukunya seperti makanan, jatuhnya pollinia
pada saat proses penyilangan atau temperatur yang memungkinkan (Soeryowinoto,
2010). Mujahidin (2005) mengatakan bahwa media yang baik bagi pertumbuhan

anggrek adalah media yang dapat menyimpan air dan unsur hara serta melepaskannya
pada perakaran secara perlahan-lahan, tidak mudah melapuk, dan tersedia udara yang
cukup bagi perakaran.
Soeryowinoto (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
persilangan adalah :
1. Bila tanaman induk betina tidak sehat atau kekurangan makanan maka biji tak dapat
hidup terus sampai tingkat pemasakan biji atau biji tak sanggup untuk berkecambah.
2. Bila tanaman induk jantan kurang baik pertumbuhannya, ini akan mempengaruhi
pertumbuhan pollinia dalam ovulum, sehingga pollinia ini tidak berfungsi
semestinya.
3. Pemakaian pollinia yang telah disimpan juga tidak baik.
4. Persilangan antar genera yang mempunyai perbedaan sifat yang jauh jarang berhasil.
Untuk perkawinan yang masih mempunyai hubungan genetis yang dekat biasanya
berhasil.
5. Anggrek-anggrek yang berpollinia sebaiknya disilangkan dengan anggrek yang
berpollinia juga begitu juga dengan anggrek yang berpollinaria disilangkan dengan
anggrek yang berpollinaria.
6. Anggrek yang gymnostemiumnya panjang sebaiknya dipakai untuk bunga jantan
sedangkan yang pendek untuk bunga betina.
7. Pada waktu musim hujan hendaknya setelah dikawinkan selama 10 hari bunga
yang dikawinkan ditutup dengan kantong plastik.
8. Temperatur juga berpengaruh, temperature yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
menyebabkan kegagalan dalam penyerbukan.

BAB V
KESIMPULAN
Dihasilkan anggrek Phalaenopsis amabilis hybrid dari hasil persilangan antara
Phalaenopsis V3 X Phalaenopsis amabilis Formosa.

DAFTAR PUSTAKA
AgroMedia. 2006. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Cara Tepat Merawat
Anggrek. AgroMedia Pustaka. Depok.
Arditti, J. dan Abraham DK. 1996. Orchid micropropagation: the path from
laboratory to commercialization and an account of several unappreciated
investigators. Botanical Journal of the Linnean Society. 122 : 183 241.
Bechtel, H., P.J. Cribb, and E. Launert. 1992.The Manual of Cultivated Orchid
Species. 3rd edition. Cambridge MA.: The MIT Press.
Bey Y, Syafii W dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (Ga3) Dan Air
Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amabilisBl) Secara In Vitro. Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):41-46. ISSN : 18295460.
Bower, C.C. and P. Branwhite. 1993. Observations on The Pollination of Calochilus
campestris R.Br. Orchadian vol. 11, number 2. ANOS. Albury.
Dressler, Robert L. 1993. Field Guide to the Orchids of Costa Rica and Panama.
Cornell University. United States America.
Mujahidin. 2005. Pengaruh Media dan Teknik Penanaman Terhadap Pertumbuhan
Anggrek Phalaenopsis Hibrida.
Purwantoro, Aziz, Erlina Ambarwati, dan Fitria Setyaningsih. 2005. Kekerabatan
Antar Anggrek Spesies Berdasarkan Sifat Morfologi Tanaman dan Bunga.
Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12 No. 1, 2005: 1-11.
Sarwono, B. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Mengenal dan Membuat
Anggrek Hibrida. AgroMedia Pustaka. Depok.
Sitanggang, M. 2006. Membidik Peluang Usaha: Kaya dari Bisnis Tanaman Hias.
AgroMedia Pustaka. Depok.
Soeryowinoto, Sutarni M. 2010. Merawat Anggrek. Kanisius. Yogyakarta.
Wagiman, Drs. dan Maloedyn Sitanggang. 2006. Kiat Praktis: Menanam dan
Membungakan Anggrek Di Pekarangan Rumah. AgroMedia Pustaka. Depok.

Zainudin, Agus. 2004. Optimasi Proses PCR-RAPD Anggrek Phalaenopsis sp.yang


Telah Diperlakukan dengan Colchicine. Universitas Muhammadyah. Malang.
Diakses tanggal 28 November 2014 pukul 22.51

Anda mungkin juga menyukai