Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA DAN AIR CUCIAN

BERAS PADA AKLIMATISASI ANGGREK BULAN


(Phalaenopsis amabilis)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Novita Adi Putri


A41190254

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang mempunyai
nilai estetika yang tinggi dan banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat,
mulai dari ibu rumah tangga, maupun para hobiis tanaman hias. Pengembangan
tanaman anggrek selama ini memanfaatkan teknologi pertanian dalam proses
perkecambahannya, yaitu melalui teknik kultur jaringan tanaman.
Masyarakat umum mengenal bibit anggrek hasil kultur jaringan dengan
sebutan “Bibit Anggrek Botolan”. Bibit tersebut terbiasa hidup di dalam botol dengan
kondisi kelembaban yang tinggi. Kondisi tersebut sangat berbeda jika dibandingkan
dengan kondisi di luar botol yang iklim mikronya tidak terkendali. Media tumbuh
juga memiliki peranan yang cukup penting khususnya bila bibit botolan yang
diaklimatisasikan belum membentuk sistem perakaran yang baik. Media tumbuh
yang digunakan adalah cocopeat, akar pakis dan arang. Jika kita tidak mengetahui
teknik pemindahan bibit dengan benar, maka bibit beresiko mengalami stress dan
mati.
Bibit anggrek botolan perlu proses adaptasi lingkungan terlebih dahulu
sebelum bibit mampu tumbuh dan berkembang di lingkungan luar botol. Proses
pengadaptasian bibit dikenal dengan teknik aklimatisasi. Masa aklimatisasi
merupakan masa yang kritis karena bibit anggrek yang dihasilkan dari teknik kultur
jaringan tanaman menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan, seperti
lapisan lilin (kutikula tidak berkembang dengan baik, kurangnya lignifikasi batang,
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang dan stomata sering kali
tidak berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi).
Keadaan itu menyebabkan bibit anggrek botolan sangat peka terhadap
transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas tinggi dan suhu
tinggi. Oleh karena itu, aklimatisasi bibit memerlukan penanganan khusus, bahkan
diperlukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama dalam kaitannya dengan
suhu, kelembaban dan intensitas cahaya.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membantu mempercepat
pertumbuhan tanaman anggrek adalah air kelapa dan air cucian beras. Air cucian
beras dan air kelapa yang sering dibuang oleh para pedagang di pasar tidak ada
salahnya bila dimanfaatkan untuk tanaman sebagai pengganti pupuk kimia. Selain
dapat lebih menghemat anggaran, air cucian beras /air leri dan air kelapa juga
mengandung beberapa nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan dapat membuat tanaman
menjadi lebih subur. Hasil penelitian menunjukan bahwa air kelapa kaya akan
kalsium, protein dan mineral juga terdapat hormon alami yaitu auksin dan sitokinin
yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel (Rahmawati, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian, yaitu
“Efektivitas Pemberian Air Kelapa Dan Air Cucian Beras Pada Aklimatisasi
Tanaman Anggrek Bulan."
1.2 Rumusan Permasalahan
Bagaimana pengaruh konsentrasi pemberian pupuk air kelapa dan air cucian
beras terhadap aklimatisasi anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis).

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh konsentrasi pemberian pupuk air kelapa dan air cucian
beras pada aklimatisasi anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis),
2. Mengetahui seberapa efektivitas antara pupuk air kelapa dan air cucian beras
pada aklimatisasi anggrek bulan (phalaenopsis amabilis).

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai tugas akhir mata kuliah metodologi penelitian,
2. Sebagai informasi terhadap pembaca dalam hal efektivitas konsentrasi pupuk
dari air kelapa dan air cucian beras sesuai dosis pada aklimatisasi tanaman
anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Anggrek termasuk dalam suku anggrek - anggrekan atau famili
“Orchidaceae” yang dalam bahasa yunani, kata “orchid” berasal dari orchis
yang berarti testicle atau buah zakar. Zaman dahulu anggrek identik dengan
pria, baik warna, bentuk bahkan strukturnya. Anggrek juga melambangkan
kesuburan dan kejantanan, dahulu muncul anggapan jika mengkonsumsi
anggrek muda, maka seseorang bisa memiliki anak laki-laki, dan jika
mengkonsumsi anggrek tua akan melahirkan anak perempuan, tetapi dalam
mitos ini tidak disebutkan arti konsumsi ini dimakan sebagai bahan makanan
atau hanya dinikmati keindahan bunganya saja. Anggrek termasuk keluarga
besar dari kelompok (subdivisi) tanaman berbunga atau berbiji tertutup
(angiospermae), kelas tanaman berbiji tunggal (monocotyledone), ordo
orchidaceae (anggrek anggrekan). Tanaman anggrek dapat tumbuh di dataran
rendah, gurun kering, hutan rimba yang panas sampai dengan dataran tinggi,
termasuk puncak gunung yang bersalju. Paling banyak spesies anggrek
berasal dari daerah tropis karena disebabkan oleh agroklimat di daerah tropis
itu sendiri sangat cocok untuk pertumbuhan anggrek (Ayub, 2005).
Anggrek dalam penggolongan taksonomi termasuk ke dalam famili
Orchidaceae. Phalaenopsis berasal dari Yunani, yakni “plaenos” yang berarti
“kupu” dan “opsis” yang berarti “melihat”. Dalam taksonomi tumbuhan
menurut Cronguis (1981) klasifikasi anggrek adalah sebagai berikut :
Divisio : Magnoliopthyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Sub famili : Orchidoide
Genus : Phalaenopsis
Species : Phalaenopsis amabilis (L) ( Risa, 2009 ).
Anggrek bulan (Phalaenopsis) secara resmi dinobatkan sebagai bunga
nasional “Puspa Pesona” sejak tanggal 5 Juni 1990. Putih bersih warnanya,
berlidah kuning, terdiri atas 46-60 spesies, 22 jenis diantaranya tumbuh alami
di Indonesia. Sangat menarik sekali jika anggrek bulan ini dibudidayakan
baik secara sederhana maupun modern seperti dengan teknik kultur jaringan.
Anggrek alam dilestarikan sebagai sumber plasma nutfah bagi terciptanya
hibrida-hibrida anggrek baru. Taiwan dan Singapura sudah merintis
agribisnis anggrek bulan. Taiwan yang berpusat di Sei Ha Farm Enterprise
(terbesar di dunia), dengan luas areal 3,3 hektar, per tahun bisa memproduksi
1,5 juta bibit untuk di ekspor ke Jepang, Malaysia, Amerika Serikat dan
sejumlah negara Eropa. Di Indonesia, plasma nutfah anggrek bulan ini
tumbuh alami di Maluku, Sulawesi, Ambon, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
Tanaman anggrek bulan ini tergolong jenis “epifit” yakni menempel pada
pohon (di alam). Ditandai dengan karakter pertumbuhannya yang akarnya
melekat pada kulit pohon. Seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, daun)
mengapung di udara, sementara akarnya terdiri dari dua macam, yakni akar
lekat dan akar udara. Batang anggrek bulan kadang tak terlihat dikarenakan
tertutup oleh pelepah daun. Bentuk daunnya lanset atau bundar panjang,
berukuran antara 20-30 cm dengan lebar antara 3-12 cm. Memiliki jumlah
bunga per tangkai sangat variatif, 3-25 kuntum bahkan lebih, tergantung
spesiesnya juga. Anggrek bulan ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik
sekali, yakni memiliki tiga sepal daun bunga (calyx), 3 petal daun mahkota
bunga (corolla), dan gymnostenium (putik dan benang sari menyatu). Sosok
anggrek bulan ini bisa dibilang sangat mempesona sekali karena selain
memiliki calyx, corolla dan bibir bunga dengan bentuk bermacam-macam,
juga kaya akan warna dari putih bersih, putih kekuning-
kuningan, merah, ungu, sampai kombinasi warna-warna lain, tergantung
jenisnya.
Untuk budidaya anggrek bulan di luar habitat aslinya maka perlu
memanipulasi keadaan lingkungan sekitar tempat tumbuh, agar menyerupai
kondisi habitat aslinya. Misalnya, Phalaenopsis amabilis. Anggrek jenis ini
sering tumbuh di pohon jati, bungur, heuras, kiara, dan lain-lain. Tapi pada
umumnya anggrek bulan butuh lingkungan hidup yang lembab. Kan tetapi
ada beberapa yang tak memerlukan kondisi lembab. Contohnya Phalaenopsis
cornucervi yang suka lingkungan yang agak kering. Di habitat alaminya,
plasma nutfah anggrek bulan tersebar dari dataran rendah ke pegunungan.
Phalaenopsis amabilis dapat tumbuh dengan baik dan normal pada ketinggian
50-600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu udara yang disukai anggrek
bulan yakni berkisar antara 15-35 derajat celcius (suhu optimal bagi
pertumbuhannya, 21 derajat). Kelembaban udara (RH), spesifikasi iklim yang
ideal antara 65%-70%, Intensitas sinar matahari, semi teduh atau semi
naungan berkisar antara 15%-30%. Untuk menciptakan lingkungan tumbuh
anggrek bulan yang ideal dapat dibangun green house, bisa juga
menempelkannya pada batang pohon rindang, atau diletakkan di beranda
rumah lalu di beri naungan. Anggrek bulan membutuhkan medium tumbuh
yang berfungsi sebagai tempat hidup dan tempat menyimpan hara (zat
makanan) serta air. Syarat yang baik untuk media tanam anggrek bulan yakni
: Tidak cepat lapuk, mampu mengikat air dan hara dengan baik, tidak menjadi
sumber penyakit, memiliki aerasi yang baik, mudah didapat dalam jumlah
yang diinginkan dan menjadi tempat yang baik untuk melekatnya akar
tanaman. Media tanam tersebut antara lain, moss dan cacahan pakis, sabut
kelapa, serabut kayu atau potongan kayu serta pecahan arang.
Seperti tanaman lainnya, tanaman anggrek juga terdiri atas akar,
batang, daun, bunga dan buah. Perbedaan tanaman anggrek dengan tanaman
lainnya terdapat pada bentuk bunganya. Berikut ini beberapa ciri khas
tanaman anggrek :
1. Akar
Akar anggrek berfungsi sebagai tempat menempelkan tubuh
tanaman pada media tanamnya. Akar anggrek epifit memiliki lapisan
velamen yang berongga, dimana lapisan ini berfungsi untuk
memudahkan akar dalam menyerap air hujan yang jatuh di kulit
pohon atau pada media tanam anggrek. Dibawah lapisan velamen
terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Akar anggrek epifit
memiliki beberapa rambut pendek bahkan ada yang nyaris tak
berambut. Pada anggrek terrestrial (jenis anggrek tanah), akarnya
memiliki rambut yang cukup panjang dan rapat yang berfungsi untuk
menyerap air dan zat organik yang ada di tanah.
2. Batang
Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek
dibedakan menjadi dua tipe, yakni tipe simpodial dan monopodial.
Anggrek simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang
utama. Bunganya keluar dari ujung batang dan akan berbunga
kembali pada pertumbuhan anakan atau tunas baru berikutnya. Hanya
anggrek jenis Dendrobium yang berbunga lewat sisi-sisi
batangnya.Contoh anggrek tipe simpodial antara lain Dendrobium,
Cattleya, Oncidium, dan Cymbidium. Biasanya anggrek tipe
simpodial ini bersifat epifit. Sedangkan untuk anggrek tipe
monopodial adalah anggrek yang pertumbuhan batangnya lurus ke
atas pada satu batang tanpa batas. Bunganya keluar dari sisi batang di
antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial ini antara
lain Vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan Aerides.
3. Daun
Pada tanaman anggrek, bentuk daun sangat tergantung dari
jenisnya. Beberapa bentuk daun anggrek adalah sebagai berikut :
a. Bentuk silindris. Bentuk daunnya panjang dan tumpul mirip
pensil. Daun seperti ini dijumpai pada anggrek “Vanda
potlod” atau “Vanda hookeriana”.
b. Bentuk talang. Helaian daun yang kiri dan kanan membentuk
sudut, sehingga bentuk daunnya menyerupai talang. Anggrek
jenis Aerides, Ascocentrum, Rhynchostylis adalah sebagian
jenis anggrek yang memiliki bentuk daun menyerupai talang.
c. Bentuk sendok. Bentuk daunnya lonjong dan memanjang serta
relatif tidak ada lekukan (datar). Daun seperti ini bias dilihat
pada jenis anggrek Cattleya atau Bulbophyllum.
d. Bentuk daun bertunggangan. Daun mengimpit batang atau
bagian pangkal daun diatasnya. Bentuk helaian daunya
melebar kearah ujung. Bentuk daun yang bertunggangan ini
terjapada anggrek Phalaenopsis dan Oberonia.
4. Bunga
Bunga pada tanaman anggrek umumnya memiliki tiga buah
sepalum atau daun kelopak bunga. Satu buah sepalum yang terletak
di punggung dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsal.
Dua lainnya dinamakan daun kelopak samping atau sepala literalia.
Daun mahkota atau petala pada tanaman anggrek berjumlah dua.
Letak antara petala yakni berseling dengan sepala, dimana di antara
kedua petala itu terdapat bagian yang dinamakan petalum atau bibir
bunga. Pada pusat bunga terdapat suatu alat yang berfungsi sebagai
alat kelamin jantan dan betina, yang menjadi satu bagian. Alat
kelamin jantan dinamakan stemona atau benang sari, sedangkan alat
kelamin betina dinamakan tangkai putik atau gynosteminum.
5. Buah
Tanaman anggrek juga dapat menghasilkan buah, tentunya
setelah melewati masa persilangan. Setelah bunga diserbuki dan
dibuahi, maka anta 3-9 bulan kemudian muncullah buah yang sudah
tua. Kematangan buah anggrek sangat tergantung pada jenis
anggreknya itu sendiri. Misalnya, pada anggrek Dendrobium,
buahnya akan matang dalam umur 3-4 bulan. Pada anggrek Vanda,
umumnya buah akan matang setelah 6-7 bulan. Sementara itu, pada
anggrek Cattleya, buah baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek
merupakan buah lentera. Artinya yakni buah akan pecah ketika
matang. Bagian yang membuka adalah bagian tengahnya, bukan di
ujung atau pangkal buahnya. Bentuk buah anggrek ini berbeda- beda
setiap jenisnya.
Khusus untuk anggrek Phalaenopsis amabilis, memiliki bentuk akar
non berambut dan termasuk anggrek epifit, berbatang monopodial,
bentuk daun bertunggangan dan memiliki bunga yang kecil dan unik
(Hadi Iswanto, 2002).
Pemberian nutrisi untuk bibit anggrek pasca aklimatisasi juga dapat
mudah dilakukan dengan menggunakan bahan- bahan organik limbah rumah
tangga. Bahan-bahan organik tersebut meliputi air cucian beras, air kelapa air
rebusan kentang, air penyedap makanan, air sisa teh. Limbah-limbah tersebut
dapat dijadikan pupuk organik tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan bibit anggrek setelah aklimatisasi. Menurut Puspitasari ,
limbah cucian beras mengandung unsur hara NH4, NO3, P, K, Ca, Mg, Fe,
Al, dan Mn. Aplikasi air cucian beras mampu meningkatkan pertumbuhan
anggrek Dendrobium sp. pada fase vegetatif. Selain itu air kelapa juga
mengandung 2 hormon alami yang penting bagi tumbuhan, yaitu auksin dan
sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel dan
menumbuhkan mata / tunas.

2.2 Hipotesis Penelitian


1. Pemberian air kelapa berpengaruh nyata dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman anggrek bulan hasil aklimatisasi.
2. Pemberian air cucian beras berpengaruh nyata dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman anggrek bulan hasil aklimatisasi.
3. Penggunaan air kelapa dan air cucian beras dengan dosis yang tepat
mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, dan lain sebagainya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Green House Labolatorium
Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember pada bulan September 2021 –
Maret 2022.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
• Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah gembor,
jangka sorong, mistar, ember, meteran, gelas ukur, pot anggrek
gelas plastik, pinset, handsprayer, meteran, timbangan analitik,
paranet, kamera, alat tulis, label perlakuan, pH meter dan alat
penunjang lainnya.
• Bahan yang akan digunakan adalah tanaman Anggrek Bulan
(Phalaenopsis amabilis) berumur 5 bulan, mos putih, pupuk
Growmore, Air kelapa, air cucian beras, agrept, Dithane M-45,
Du-Pont Lannate, fungisida, dan bakterisida.
3.3 Metode Analisa Data
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan ulangan sebanyak tiga kali.
Setiap perlakuan terdiri dari 5 pot tanaman. Perlakuan yang diberikan
adalah pupuk yang berasal dari air kelapa dan cucian beras, yang terdiri
atas 8 taraf yaitu :
a. k0 = Tanpa pemupukan (kontrol)
b. k1 = Pupuk growmore 2 g/l (control)
c. k2 = air kelapa 50 ml/l
d. k3 = air kelapa 100 ml/l
e. k4 = air kelapa 150 ml/l
f. b5 = air cucian beras 50 ml/l
g. b6 = air cucian beras 100 ml/l
h. b7 = air cucian beras 150 ml/l
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Penyiapan Media
Media yang digunakan sebagai media aklimatisasi adalah
mos putih. Media tersebut diisi ke dalam pot anggrek
plastik sebanyak 20 gram / pot tanaman. Mos putih
seeblum digunakan terlebih dahulu direndam pada air
selama 30 menit. Mos putih disterilkan menggunakan
fungisida dengan dosis 2 gr/l dengan direndam kurang
lebih 24 jam. Setelah perendaman kemudian ditiriskan
hingga media siap untuk digunakan.
3.4.2 Persiapan Bibit
Bibit anggrek dibeli dari SNPlant-MSB Batu Malang
yaitu dengan menggunakan plantlet anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis). Planlet anggrek dikeluarkan
dari botol dan dibersihkan dengan air mengalir untuk
menghilangkan sisa agar yang menempel pada planlet.
Kemudian planlet direndam dalam larutan fungisida dan
bakterisida dengan dosis 2 gr/l selama 15 menit.
Tujuannya agar menghindari plantlet terkontaminasi
jamur pada saat diaklimatisasi. Setelah direndam
kemudian dikeringkan diatas koran.
3.4.3 Penanaman
Penanaman anggrek dilakukan pada sore hari untuk
menghindari sinar matahari dan temperatur yang terlalu
tinggi. Bibit yang diaklimatisasi adalah bibit yang
berkualitas baik yaitu plantlet tampak sehat dan tidak
berjamur, ukuran plantlet seragam, berdaun hijau segar,
dan tidak menguning. Selain itu, plantlet tumbuh normal,
tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang. Planlet
yang ditanam yaitu bibit yang telah memiliki 2-5 helai
daun. Satu media tanam (pot anggrek) diisi dengan dua
plantlet. Pemindahan plantlet dilakukan secara hati-hati
agar akar atau daunnya tidak rusak. Plantlet segera
ditanam dengan cara dibenamkan dalam pot Anggrek
yang telah diisi dengan mos putih. Pot Anggrek
diletakkan dalam rak paranet sesuai dengan perlakuan.
3.4.4 Pemeliharaan
Penyiraman pada anggrek dilakukan setiap 5 hari sekali,
yaitu pada pagi hari menggunakan hand sprayer.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara
penyemprotan pestisida secara rutin sebanyak 2 minggu
sekali atau saat tanaman terkena gejala penyakit. Pestisida
yang digunakan yaitu agrept, Dithane M-45 kemudian
Du-Pont Lannate. Pupuk diberikan 1 - 2 kali selama satu
minggu selama penelitian. Pupuk berasal dari air kelapa
yang diperoleh dari limbah penggilingan kelapa pasar
tanjung dan air cucian beras. Penyiapan air kelapa dan air
cucian beras dilakukan dengan cara pengenceran sesuai
dengan konsentrasi masing- masing per perlakuan.
Pemupukan dilakukan dengan cara disemprotkan
menggunakan sprayer pada pagi hari dengan konsentrasi
yang telah ditentukan sesuai dengan perlakuan.
3.5 Parameter Penelitian
3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Mengukur pertambahan tinggi tanaman anggrek
menggunakan jangka sorong dari mulai saat awal
pengamatan setelah dikeluarkan dari botol dan seterusnya
pada umur 1 minggu setelah tanam sampai 12 minggu
setelah tanam.
3.5.2 Pertambahan Jumlah Daun (helai)
Menghitung pertambahan jumlah daun anggrek pada
umur 1 minggu setelah tanam sampai 12 minggu setelah
tanam.
3.5.3 Pertambahan Jumlah Akar
Mengukur pertambahn jumlah akar dengan menghitung
keseluruhan dari jumlah akar pada saat akhir pengamatan
3.5.4 Panjang Daun
Menghitung panang daun anggrek pada umur 1 minggu
setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam.
3.5.5 Lebar Daun
Menghitung lebar daun anggrek pada umur 1 minggu
setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam.
3.5.6 Panjang Tunas
Menghitung panjang tunas pada umur 1 MST sampai 12
MST
3.5.7 Jumlah Tunas
Menghitung Jumlah Tunas anggrek pada umur 1 minggu
setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam.
3.5.8 Pertambahan Bobot Planlet
Mengukur pertambahan bobot planlet anggrek dengan
menghitung selisih bobot awal yang diperoleh sebelum
penanaman dengan bobot akhir setelah pengamatan.
3.5.9 Diameter Batang
Menghitung diameter batang yang terbentuk pada umur 1
minggu setelah tanam sampai 8 minggu setelah tanam.
Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong
pada bagian pangkal batang.

DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari, R.T. “Fermentasi alamai limbah cucian air beras sebagai pupuk hayati
anggrek Dendrobuim sp. pada fase vegetatif”. Prosiding Simposium Nasional dan
Kongres PERAGI VIII. Bandar Lampung. 2003.
Rahmawati E, Raden I, Mutiah, 2016. Aklimatisasi Pertumbuhan Bibit Anggrek

Cattleya Hasil Kultur Jaringan Dengan Pemberian Pupuk Organik.

Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara : Kutai Kartanegara.

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/9839/1/04.%20ABSTRAK.pdf

Anda mungkin juga menyukai