Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen perilaku anak terhadap perawatan dental merupakan salah satu
masalah signifikan dalam kedokteran gigi anak. Kecemasan pada anak akan
meningkatkan rangsangan nyeri yang diterima dan cenderung menjadikan anak
tidak kooperatif sehingga akan menghambat proses perawatan gigi. Diperlukan
suatu metode untuk mengatasi kecemasan anak saat proses perawatan gigi (Gerald
Z, 2004).
Salah satu aspek yang paling penting dalam manajemen perilaku anak
adalah kontrol nyeri. Jika anak-anak mengalami rasa sakit selama prosedur
restoratif atau bedah, mereka akan takut dalam kunjungan dental berikutnya. Oleh
karena itu penting pada setiap kunjungan untuk meminimilisir ketidaknyamanan
dan rasa sakit pada anak (AAPD, 2009).
Ada banyak strategi yang dilakukan untuk mengontrol rasa nyeri, salah
satunya adalah secara farmakologis dengan menggunakan anastesi lokal. Anestesi
lokal dapat mencegah ketidaknyamanan akibat penempatan klem rubber atau
pemotongan struktur gigi. Tetapi tidak semua prosedur dental dapat dikelola
hanya dengan menggunakan anastesi lokal (AAPD, 2009).
Anestesi umum merupakan alternatif dalam pengelolaan beberapa
prosedur, terutama pada anak yang tidak kooperatif. Tetapi, penggunaan anastesi
umum berkaitan dengan tingkat morbiditas dan biaya yang cukup tinggi. Hal ini
2



mendorong adanya diskusi dan penelitian tentang pilihan pengobatan alternatif
lainnya (Arathi P, 2014).
Sedasi menjadi salah satu alternatif pengganti anastesi umum dalam
manajemen perilaku anak. Sedasi adalah suatu teknik penggunaan obat-obatan
yang dapat menekan sistem saraf pusat sehingga tindakan perawatan gigi pada
anak lebih mudah dilakukan. Terdapat beberapa teknik pemberian sedasi yaitu
melalui oral, rektal, intranasal, intravena dan trasmucossal. Pemberian obat sedasi
yang paling sering dilakukan adalah melalui oral karena tidak menimbulkan rasa
sakit serta tidak menakutkan bagi anak. Obat sedasi yang umum digunakan pada
anak adalah midazolam (Soesilo S, 2011)
Midazolam diidentifikasi sebagai salah satu agen yang telah terbukti
keberhasilannya dalam prosedur gigi untuk anak-anak. Midazolam merupakan
obat penenang yang ideal untuk kedokteran gigi anak karena dapat diberikan
secara oral, short acting, serta memiliki efek anxiolytic dan anterograde amnesia
(Arathi P, 2014). Midazolam juga berpotensi menimbulkan efek samping yang
merugikan bagi kesehatan serta bisa menyebabkan kematian bila diberikan dalam
dosis yang berlebih. Oleh sebab itu, penggunaan midazolam pada anak harus
dipantau secara langsung oleh petugas kesehatan yang professional (Soesilo S,
2011).



3



BAB II
MANAJEMEN PERILAKU ANAK

Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi.
Perilaku anak tersebut ada kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan
dokter gigi dalam melakukan perawatan. Dalam melakukan perawatan terhadap
pasien anak-anak, seorang dokter gigi harus memiliki berbagai pendekatan untuk
membimbing dan menilai tingkat perkembangan perilaku anak, serta memprediksi
reaksi anak terhadap prosedur dental (Gerald Z, 2004).
Pendekatan yang dilakukan oleh dokter gigi dan anggota staf dental
memainkan peran penting dalam membimbing perilaku pasien anak. Melalui
sebuah komunikasi yang tepat, ketakutan dan kecemasan pasien dapat
dihilangkan, yang kemudian membimbing anak untuk bersikap kooperatif, santai,
dan berani terhadap prosedur dental. Manajemen perilaku anak memungkinkan
praktisi dental dalm melakukan prosedur dental dengan aman dan efisien,sehingga
dapat memelihara sikap positif anak terhadap perawatan dental (Gerald Z, 2004).
2.1 Manajemen Non Farmakologis
2.1.1 Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri selama prosedur dental sangat penting dalam
keberhasilan manajemen perilaku anak. Pencegahan nyeri dapat membangun
kepercayaan, menghilangkan rasa takut dan kecemasan, dan meningkatkan sikap
positif anak untuk kunjungan dental. Namun, persepsi nyeri yang subjektif,
4



berbagai tanggapan pasien terhadap rangsangan yang menyakitkan, dan
kurangnya penggunaan skala penilaian nyeri yang akurat dapat menghambat
upaya dokter gigi untuk melakukan intervensi selama prosedur (Gerald Z, 2004).
Reaksi anak terhadap rangsangan yang menyakitkan berbeda satu sama
lain. Anak-anak di bawah usia 4 tahun lebih sensitif terhadap rangsangan sakit
tetapi belum dapat mengkomunikasikannya seperti anak-anak yang lebih tua.
Mengamati perilaku anak selama pengobatan sangat penting dalam evaluasi nyeri.
Ekspresi wajah, menangis, mengeluh, dan gerakan tubuh merupakan kriteria
diagnostik yang penting (Gerald Z, 2004).
2.1.2 Perilaku Dokter Gigi dan Staf Dental
Kemampuan komunikasi dokter gigi memainkan peran penting dalam
manajemen perilaku. Praktisi kesehatan mungkin banyak yang kurang
memperhatikan gaya komunikasinya, tetapi pasien/orang tua sangat
memperhatikan hal tersebut. Dokter gigi yang komunikatif dapat meningkatkan
kepuasan pasien (Gerald Z, 2004).
Staf dental juga memiliki peran penting dalam manajemen perilaku anak.
Resepsionis adalah orang pertama yang berkontak dengan orang tua pasien.
Informasi yang diberikan pada kunjungan pertama dapat membantu orang tua
dalam menjawab pertanyaan untuk menghilangkan rasa takut anak. Selain itu,
resepsionis juga staf pertama yang bertemu anak. Cara resepsionis dalam
menyambut anak dapat mempengaruhi perilaku pasien di kunjungan-kunjungan
berikutnya (Gerald Z, 2004).
5



2.1.3 Pengaruh Orang Tua
Orang tua memberikan pengaruh signifikan terhadap perilaku anak
mereka, terutama jika mereka memiliki pengalaman negative terhadap prosedur
dental sebelumnya. Orang tua yang merasa cemas dan takut dapat mempengaruhi
perilaku anak secara negatif. Penyampaian informasi prosedur dental pada
kunjungan awal dapat membantu dalam mengurangi kecemasan orangtua (Gerald
Z, 2004).
Praktisi setuju bahwa komunikasi yang baik antara dokter gigi, pasien, dan
orang tua penting dalam membangun kepercayaan. Kebanyakan anak merespon
positif ketika orangtua mereka berada di sekitar mereka ketika prosedur dental.
Kadang-kadang, kehadiran orang tua memiliki efek negatif pada komunikasi yang
diperlukan antara anak dan dokter gigi. Setiap praktisi memiliki tanggung jawab
untuk menentukan komunikasi dan metode yang terbaik mengoptimalkan
perawatan, kemampuan diri, dan keinginan orang tua yang terlibat (Gerald Z,
2004).
2.1.4 Pendekatan Komunikatif
Selain untuk membangun hubungan dengan anak dan memungkinkan
keberhasilan dalam prosedur dental, pendekatan komunikatif dapat membantu
anak mengembangkan sikap positif terhadap kesehatan gigi dan mulut. Dalam
proses ini, terdapat teknik-teknik khusus, yaitu tell-show-do, kontrol suara,
komunikasi nonverbal, penguatan positif, dan distraksi. Dokter gigi harus
mempertimbangkan perkembangan kognitif pasien, serta adanya defisit
6



komunikasi lainnya (missal : gangguan pendengarah), ketika memilih teknik
pendekatan komunikatif tertentu (AAPD, 2009).
1. Tell-show-do
Teknik ini melibatkan penjelasan verbal sesuai dengan tingkat
perkembangan pasien (tell), demonstrasi secara visual, auditory, olfactory,
(show), dan kemudian, sesuai dengan penjelasan dan demonstrasi yang
diberikan, prosedur dental dilakukan. Tujuan dari teknik ini yaitu
mengajarkan kepada pasien pentingnya kunjungan dental dan membentuk
respon positif pasien terhadap prosedur dental (AAPD, 2009).
2. Kontrol suara
Kontrol suara adalah pengendalian volume suara, nada, atau kecepatan
berbicara dalam mengarahkan pasien. Teknik ini bermanfaat untuk
mendapatkan perhatian dan kepatuhan pasien, menghindari perilaku
negatif dan penolakan dari anak dan membangun peran yang tepat antara
orang dewasa dan anak (AAPD, 2009).
3. Komunikasi non verbal
Komunikasi nonverbal adalah penguatan dan pembinaan perilaku melalui
kontak, postur, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh yang tepat. Tujuan
komunikasi nonverbal adalah untuk meningkatkan efektivitas teknik
manajemen komunikatif lainnya, serta mempertahankan perhatian dan
kepatuhan pasien (AAPD, 2009).


7



4. Penguatan positif
Dalam proses pembentukan perilaku positif anak, pemberian umpan balik
yang tepat perlu dilakukan. Penguatan positif dilakukan dengan
menghargai perilaku positif anak, dengan demikian anak akan mengulang
perilaku tersebut. Ekspresi wajah, pujian verbal, dan demonstrasi fisik oleh
staf dental menjadi bentuk penguatan sosial,sedangkan mainan dan hadiah
merupakan penguatan non sosial. Tujuan teknik ini yaitu untuk
memperkuat perilaku positif yang diinginkan (AAPD, 2009).
5. Distraksi
Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian pasien dari apa yang dapat
dianggap sebagai prosedur yang tidak menyenangkan. Istirahat sejenak
selama prosedur dapat menjadi distraksi yang efektif sebelum melakukan
prosedur selanjutnya. Tujuan dari teknik distraksi yaitu menurunkan
persepsi ketidaknyamanan dan menghindari penolakan oleh anak (AAPD,
2009).

2.2 Manajemen Farmakologis
2.2.1 Anastesi Lokal
Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi termasuk nyeri sementara, yang
dihasilkan oleh agen topikal atau agen yang diinjeksikan pada bagian tubuh, tanpa
menurunkan tingkat kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur gigi dapat
memelihara hubungan pasien dan dokter gigi, membangun kepercayaan,
8



mengurangi ketakutan dan kecemasan, dan meningkatkan sikap positif terhadap
prosedur dental (AAPD, 2009).
Dalam kedokteran gigi anak, praktisi harus mengetahui dosis yang tepat
(berdasarkan berat badan anak) untuk meminimalkan kemungkinan toksisitas dan
durasi efek anestesi yang lebih panjang, yang dapat menyebabkan trauma pada
bibir atau lidah yang tidak disengaja. Injeksi larutan anestesi di tempat yang tepat
membantu meminimalkan komplikasi (misalnya, hematoma, trismus, injeksi
intravaskular) (AAPD, 2009).
Sebelum melakukan penyuntikan, sebaiknya operator berbincang dengan
pasien, menjelaskan apa yang akan dilakukan dan mengenal pasien lebih jauh
dokter gigi dapat meminimaliskan rasa takut. Anak diberitahu dengan kata
sederhana apa yang akan dilakukan tanpa membohongi anak. Sekali saja anak
kecewa, sulit untuk membangun kembali kepercayaan anak. Lebih aman
mengatakan kepada anak bahwa dia akan mengalami sedikit rasa sakit seperti
tergores pensil atau digigit nyamuk.
Bila anak mengeluhkan sakit selama injeksi, pertimbangkan kembali
situasinya, injeksikan kembali bila perlu tapi jangan minta ia untuk menahan rasa
sakit. Pengaplikasian anestesi topikal dapat membantu mengurangi rasa sakit saat
injeksi anestesi lokal. Anestesi topikal efektif pada jaringan (2-3 mm) untuk
mengurangi penetrasi jarum yang menyakitkan pada mukosa oral. Anestesi
topikal tersedia dalam bentuk gel, cair, salep, patch, dan aerosol.

9



Komplikasi Anastesi Lokal :
1. Keracunan (overdosis)
Indikasi awal secara subjektif terjadinya toksisitas melibatkan system saraf
pusat yaitu pasien merasa pusing, cemas dan kebingungan. Hal ini dapat
diikuti oleh diplopia, tinnitis, mengantuk , dan kesemutan pada sirkum
oral. Tanda-tanda objektif yaitu tremor, banyak bicara, bicara melambat,
dan menggigil, diikuti kejang (AAPD, 2009).
Toksisitas anestesi lokal dapat dicegah dengan menginjeksikan secara hati-
hati, observasi ketat pasien, dan mengetahui dosis maksimum berdasarkan
berat. Setiap injeksi, praktisi harus melakukan aspirasi dan menyuntikkan
perlahan (AAPD, 2009).
2. Reaksi alergi
Reaksi alergi tidak tergantung dosis, tetapi kapasitas pasien bereaksi
terhadap obat bahkan dosis kecil. Manifestasi alergi berupa urtikaria,
dermatitis, angioedema, demam, photosensitivity, anafilaksis (AAPD,
2009).
3. Parestesi
Parestesi dapat terjadi akibat trauma pada saraf, misalnya oleh jarum saat
injeksi. Pasien mungkin mengalami sensasi "kejutan listrik" di daerah
saraf yang terlibat. Parestesi juga dapat disebabkan oleh hemorrhage di
sekitar saraf (AAPD, 2009).


10



4. Trauma post operasi
Frekuensi terjadinya trauma post operasi lebih banyak terjadi pada anastesi
yang dilakukan 1 sisi saja. Kebanyakan trauma terjadi akibat lidah atau
bibir yang tergigit, dan lesi dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi
(AAPD, 2009).
2.2.2 Sedasi Oral dan Inhalasi
Sedasi merupakan sebuah teknik dimana obat-obatan digunakan untuk
menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf pusat, tapi kontak verbal dengan
pasien dipertahankan selama periode sedasi. Obat-obatan dan teknik yang
digunakan untuk sedasi dalam perawatan dental harus diperhatikan keamanaanya.
Tingkat sedasi harus sedemikian rupa sehingga pasien tetap sadar, memberi
refleks, dan mampu memahami dan merespon perintah verbal (Richard R, 2005).
Rute pemberian obat sedatif yang digunakan dalam kedokteran gigi anak
yaitu secara oral, inhalasi, intravena, dan transmucosal (misalnya hidung, dubur,
sublingual). Namun, sedasi intravena dianggap tidak cocok untuk anak-anak
(Richard R, 2005).
2.2.2.1 Sedasi Oral
Sedasi oral memiliki onset yang bervariasi dan sebagian besar tergantung
pada tingkat penyerapan gastro intestinal per individu, yang dapat dipengaruhi
oleh tingkat pembersihan lambung, jumlah makanan dalam perut, dan bahkan
waktu. Dosis yang tepat dari obat sedatif yang akan diperkirakan untuk setiap
pasien ditentukan melalui berat badan. Meskipun demikian, di beberapa kejadian,
11



anak meludahkan obat, yang menyebabkan ketidakpastian dosis yang diberikan.
Untuk mengatasi hal ini, beberapa sedationists mengadinistrasikan obat sedative
cair menggunakan jarum suntik yang ditempatkan di mukosa bukal atau
mencampurkan obat dengan rasa yang disukai anak. Pasien mungkin memerlukan
satu jam pemulihan pasca operasi dan harus tetap diawasi oleh professional
(Richard R, 2005).
Obat-obat sedative yang biasa digunakan, yaitu :
1. Diazepam
Diazepam merupakan golongan benzodiazepine yang paling banyak
digunakan. Dosis untuk anak 6 tahun adalah sekitar 5 mg, dosis paling
rendah yaitu 3,9 mg dan paling tinggi 6,6 mg. Untuk pasien yang lebih
tua, misalnya, berusia 15 tahun, dosis rata-rata akan menjadi 13,6 mg dan
dapat bervariasi dari 9,7 mg sampai 18,9 mg (Richard R, 2005).
2. Midazolam
Midazolam merupakan obat golongan benzodiazepine yang lebih sering
digunakan sebagai agen intravena. Namun, penggunaannya sebagai obat
sedative oral telah berkembang. Dosis oral lebih tinggi (0,3-0,7 mg / kg)
dibandingkan dosis intravena karena midazolam oral mencapai sirkulasi
sistemik melalui sirkulasi portal yang menurunkan bioavailabilitas obat,
sehingga diperlukan suatu dosis yang lebih tinggi (Richard R, 2005).
3. Chloral hydrate
Chloral hydrate merupakan turunan derivat etil alkohol 'Micky Finn'.
Merupakan analgesik lemah dan psychosedative dengan waktu paruh
12



sekitar 8 jam. Dalam dosis kecil (40-60 mg / kg, tapi tidak melebihi 1 g),
terjadi sedasi ringan, tapi tidak efektif pada anak yang cemas. Mual dan
muntah yang umum terjadi karena iritasi lambung. Obat ini juga menekan
tekanan darah dan pernapasan, depresi miokard dan aritmia juga dapat
terjadi. Baru-baru ini, ada kekhawatiran bahwa ada risiko karsinogenesis.
Meskipun masih digunakan secara luas, secara bertahap obat ini mulai
ditinggalkan (Richard R, 2005).
2.2.2.2 Sedasi Inhalasi
Sedasi inhalasi dilakukan dengan inhalasi campuran gas oksigen-nitrous
dalam konsentrasi yang relatif rendah, biasanya 20-50% nitrous oxide. Pada
teknik ini, operator dapat menaikkan atau menurunkan konsentrasi gas, dengan
mengamati efek terhadap pasien, untuk mendapatkan efek sedasi yang optimal
(Richard R, 2005).
Sedasi inhalasi terdiri dari 3 unsur, yaitu :
1. Administrasi nitrous oxide dalam oksigen dengan konsentrasi rendah
sampai sedang ke pasien yang tetap sadar. Konsentrasi yang tepat dari
nitrous oxide dititrasi dengan hati-hati sesuai kebutuhan setiap pasien.
2. Ketika nitrous oxide mulai memberi efek farmakologis yang, pasien
diberikan sugesti menenangkan dan semi hipnotik. Ini untuk
mempertahankan hubungan komunikasi dengan pasien.
3. Penggunaan peralatan sedasi inhalasi yang sesuai standar keselamatan.
Pada peralatan ini, administrasi 100% nitrous oxide baik sengaja atau tidak
13



sengaja tidak mungkin dilakukan (titik cut-off biasanya 70%). Ini adalah
fitur keselamatan klinis yang sangat penting bagi operator / seditionist
(Richard R, 2005).
2.2.3 Anastesi Umum
Penggunaan anestesi umum untuk perawatan gigi pada anak-anak kadang-
kadang diperlukan untuk memberikan perawatan yang aman, efisien, dan efektif.
Anastesi umum digunakan bila manajemen non farmakologis dan farmakologis
lainnya tidak berhasil, dan dibutuhkan perawatan dental secara keseluruhan dalam
satu kali perawatan. Diagnosa yang tepat, keselamatan pasien, teknik manajemen
yang ada, menjadi bahan pertimbangan sebelum anastesi umum
digunakan.Manajemen perilaku dan sedasi sadar terkadang dibutuhkan sebelum
dilakukan anastesi umum. (James A, 2004)
Anastesi umum dijadikan alternatif pilihan untuk pasien-pasien sebagai
berikut :
1. Pasien dengan kondisi fisik, mental, atau kompromi medis tertentu
2. Pasien yang membutuhkan prosedur restorative atau operasi yang tidak
dapat dilakukan dengan anastesi lokal karena infeksi akut, variasi
anatomis atau alergi
3. Pasien yang sangat tidak kooperatif, takut, cemas, dan tidak komunikatif
4. Pasien yang mengalami trauma dental
5. Pasien yang membutuhkan perawatan dental yang dengan anastesi
umum dapat mengurangi risiko medis (James A, 2004).
14



BAB III
ORAL MIDAZOLAM PADA KEDOKTERAN GIGI ANAK

3.1 Midazolam
3.1.1 Farmakologi
Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur
cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolism yang cepat. Efek
amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek sedasi sehingga pasien dapat
terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang terjadi selama
beberapa jam.
Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar cincin tidak tebuka
dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh akan terjadi perubahan pH
sehingga cincin akan menutup dan obat akan larut dalam lemak. Larutan
midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam asam dari obat lain.
3.1.2 Farmakokinetik
Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melalui
sawar darah otak. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke
sirkulasi sistemik karena metabolisme porta hepatik yang tinggi. Sebagian besar
midazolam yang masuk ke plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi
yang pendek dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi
dari otak ke jaringan yang tidak aktif begitu juga klirens hepar yang cepat.
15



Waktu paruh midazolam adalah anatara 1- 4 jam lebih pendek daripada
waktu paruh diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan
pasien dengan gangguan fungsi hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens
midazolam akan lebih lambat karena obat banyak berikatan dengan sel lemak.
Akibat eliminasi yang cepat dari midazolam, maka efek pada system saraf pusat
akan lebih pendek disbanding diazepam.
Onset :
IV : 3 5 menit, IM : 15 menit, PO/rektal : < 10 Menit, Intranasal : <5 menit
Lama aksi :
IV/IM : 15 80 menit, PO/rectal : 2-6 jam
3.2 Penggunaal Oral Midazolam Pada Kedokteran Gigi Anak
Midazolam merupakan derivat benzodiazepin dan tergolong dalam obat
sedative - hipnotik yang mengandung bahan ansiolitik yang efektif mengurangi
rasa cemas dan mempunyai efek menenangkan. Midazolam tersedia dalam bentuk
sirup, kira-kira 50% - 65% dari dosis oral akan dimetabolisme di hati. Midazolam
adalah jenis benzodiazepin dengan waktu kerja yang pendek dan memiliki waktu
paruh pada anak-anak sekitar 2 jam. Midazolam memiliki waktu kerja yang
pendek sekitar 25 menit dengan tingkat puncak dalam plasma darah 25 menit
setelah pemberian secara oral. Penelitian lain menunjukan pemberian midazolam
secara oral memiliki waktu kerja 30-40 menit. Dosis yang direkomendasikan
untuk pemberian secara oral pada anak adalah 0,25-1 mg/kgBB dengan dosis
16



maksimum 20 mg. Namun midazolam terbukti efektif pada dosis 0,5-1mg/kgBB
dengan dosis maksimum 20 mg.
Terdapat keuntungan yang signifikan dari penggunaan midazolam secara
oral yaitu merupakan prosedur yang tidak menyakitkan bagi anak, kemungkinan
terjadinya tromboflebitis (invasi mikroorganisme melalui aliran darah akibat
perubahan susunan dan kecepatan peredaran darah) minimal karena memiliki
kelarutan dalam air yang tinggi, memberikan efek anastesi yang lebih dalam
dibandingkan N2O sehingga dapat memberikan ketenangan pada anak, dapat
menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin, tidak menyebabkan depresi
nafas yang fatal dan berat pada anak jika digunakan sesuai dosis yang telah
ditentukan, pemantauan yang dilakukan operator sedasi minimal karena setelah
sedasi hanya perlu perhatian dari orang tua atau wali yang bertanggung jawab atas
anak. Selain beberapa keuntungan diatas terdapat kerugian dari penggunaan
midazolam secara oral yaitu dapat menyebabkan penekanan pada sistem
pernafasan pada dosis yang lebih tinggi, dimana resiko terjadinya apnea
meningkat ketika obat diberikan, serta sering terjadi hipotensi pada anak yang
menggunakan midazolam.
Pemberian sedasi secara oral dengan menggunakan midazolam sebaiknya
diberikan pada anak yang berusia diatas enam bulan dan tidak boleh diberikan
pada anak yang menderita glaukoma, menderita masalah pernafasan, menderita
kelaian jantung serta memiliki gangguan ginjal dan hati.
17



Midazolam mempunyai efek ansiolitik (anti cemas), hipnotik, relaksan
otot,antikonvulsan, dan amnesik yang diduga disebabkan oleh peningkatan
gamma aminobutyric acid (GABA) pada sistem saraf pusat. Selain itu midazolam
juga bekerja pada sistem ARAS (Ascending Reticular Activating System) yang
menimbulkan efek amnesia. Sistem ARAS mencangkup daerah-daerah ditengah
batang otak sampai hipotalamus dan talamus yang berperan terhadap kesadaran.
Aksi amnesik impresif (berkurangnya daya ingat sebelum prosedur diagnostik
atau terapeutik) yang ditimbulkan midazolam memungkinan anak tidak mengingat
apapun dari prosedur yang tidak nyaman. Efek samping yang ditimbulkan
pemberian midazolam secara oral adalah anak merasa gelisah, hiperaktif atau
agresif (pada sebagian kecil anak) serta dapat menyebabkan atau meningkatkan
terjadinya batuk.
3.2.1 Indikasi
Sedasi sebaiknya dilakukan terhadap anak yang tergolong dalam ASA I
(pasien yang normal dan sehat) dan ASA II (pasien dengan penyakit sistemik
ringan) dengan melihat riwayat kesehatan sebelumnya serta obat-obatan yang
digunakan saat ini. Sedangkan menurut American Academy of Pediatric
Dentistry, sedasi dapat dilakukan pada anak yang memerlukan perawatan gigi
tetapi takut dan cemas. Terdapat perbedaan yang mendasar antara kecemasan dan
ketakutan yaitu pada ketakutan apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu
dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber penyebabnya
bersifat kabur, tidak dapat ditunjuk secara nyata.
18



3.2.2 Dokumentasi
Selama prosedur sedasi dilakukan, operator wajib mendokumentasikannya
karena dokumentasi merupakan jaminan terbaik jika terjadi hal yang merugikan.
Dokumentasi dilakukan secara berkelanjutan yaitu sebelum, selama dan sesudah
prosedur sedasi. Catatan sebelum prosedur sedasi harus mendokumentasikan
kepatuhan anak terhadap pembatasan asupan makanan dan cairan, evaluasi
kesehatan anak, nama serta alamat dokter yang merawat anak tersebut, catatan
tentang penggunaan metode pengelolaan tertentu, pembuatan persetujuan tindakan
medis, dan penyampaian instruksi kepada orang tua/wali/pengasuh anak tersebut.
Selama prosedur sedasi tanda-tanda vital yang sesuai harus dicatat. Jenis obat,
dosis yang diberikan, cara pemberiannya, serta waktu pemberiannya sebaiknya
secara jelas ditunjukkan. Jika menggunakan resep, salinan resep harus menjadi
bagian dari catatan permanen. Setelah prosedur sedasi, observasi anak di ruang
pemulihan terus dilakukan. Anak sebaiknya diobservasi hingga pernafasan serta
sistem kardiovaskularnya dipastikan stabil. Anak sebaiknya tidak diperbolehkan
pulang sampai tingkat kesadaran pasca sedasi memungkinkan bagi anak untuk
pulang.



19



BAB IV
KESIMPULAN

Terdapat dua bentuk pendekatan dalam manajemen perilaku pada
kedokteran gigi anak yaitu secara farmakologis dan non farmakologis.
Pendekatan tersebut digunakan dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan
anak, sehingga dapat membuat anak merasa santai,lebih kooperatif dan berani
terhadap prosedur dental.
Pendekatan non farmakologis diperoleh melalui kerjasama antara dokter
gigi, staf dental dan juga orang tua pasien. Dokter gigi yang komunikatif serta staf
dental yang ramah memberikan kenyamanan pada anak sehingga mengurangi rasa
cemas dan takutnya. Kehadiran orang tuapun dapat meningkatkan keberanian
anak dalam menghadapi prosedur dental.
Secara farmakologis, dilakukan dengan penggunaan anastesi lokal, sedasi
dan anastesi umum. Anastesi lokal diberikan untuk mengurangi rasa sakit saat
prosedur dental dilakukan. Tapi tidak semua prosedur dapat dikelola dengan
anastesi lokal saja, sehingga sedasi atau anastesi umum perlu dilakukan.
Penggunaan sedasi dapat menurunkan kesadaran pasien, tapi refleks
terhadap rasa sakit dan respon verbal tetap ada. Terdapat empat rute administrasi
obat sedative, yaitu oral, inhalasi, intravena dan transmucosal. Salah satu obat
sedatif yang digunakan secara oral yaitu midazolam. Midazolam mempunyai efek
ansiolitik (anti cemas), hipnotik, relaksan otot,antikonvulsan, dan amnesik.
20



Terdapat keuntungan yang signifikan dari penggunaan midazolam secara
oral yaitu merupakan prosedur yang tidak menyakitkan bagi anak, kemungkinan
terjadinya tromboflebitis (invasi mikroorganisme melalui aliran darah akibat
perubahan susunan dan kecepatan peredaran darah) minimal karena memiliki
kelarutan dalam air yang tinggi, memberikan efek anastesi yang lebih dalam
dibandingkan N2O sehingga dapat memberikan ketenangan pada anak.
Selain beberapa keuntungan diatas terdapat kerugian dari penggunaan
midazolam secara oral yaitu dapat menyebabkan penekanan pada sistem
pernafasan pada dosis yang lebih tinggi, dimana resiko terjadinya apnea
meningkat ketika obat diberikan, serta sering terjadi hipotensi pada anak.
Karenanya observasi dan dokumentasi selama penggunaan sedasi harus
dilakukan.

21



DAFTAR PUSTAKA

Ata - Ali, J ; et al. 2010. Oral Mucocele: Review of the Literature. J Clin Exp
Dent 2(1): e 10-13

Fragiskos, D. 2007. Oral Surgery. Heidelberg : Springer

Gupta, Bhavna; et al. 2007. Mucocele : Two Case Reports. J Oral Health Comm
Dent 1(3): 56-58

Laskaris. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. Stuttgart : Thieme

Marx, Robert E; Stern, Diane. 2003. Oral and Maxillofacial Pathology - 1
st
ed.
Illinois : Quintessence Publising.

Regezi, Joseph A; et al. 2003. Oral Pathology. Missouri : Saunders

Anda mungkin juga menyukai